Analisis Tingkat kemampuan pengusaha UMK mengakses kredit perbankan di kota Binjai

(1)

KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN PENGUSAHA UMK MENGAKSES KREDIT PERBANKAN DI KOTA BINJAI

Nomor Kuesioner:

Data Responden Nama :

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan Umur : …… Tahun

Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Sekolah 2. SD

3.SMP 4. SMA

5. D3/D4 6. S1

7. S2/S3 Mengetahui Informasi Kredit UMK melalui :

1. Media cetak ( Koran, Majalah, Spanduk, dll) 2. Media digital ( Radio, Televisi, Internet, dll) 3. Rekomendasi dari teman/keluarga

4. Lainya :

Nama Usaha :

Badan Usaha : 1.UD 2.CV 3.Firma

Bidang Usaha :

Omset :

Jumlah Karyawan :

Alamat :


(2)

Karakteristik Usaha Keterangan:

1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju

3. Kurang Setuju 4. Setuju

5. Sangat Setuju

Apakah Responden pernah mengajukan kredit : 1. Pernah dan diterima

2. Pernah dan ditolak 3. tidak

PERTANYAAN I

No Pertanyaan 1 2 3 4 5

1 Kredit perbankan Mudah diakses oleh para pengusaha UMK

2 kredit perbankan membantu dalam pengembangan usaha anda

3 kredit perbankan meningkatkan laba usaha sesuai dengan target yang telah ditetapkan

4 Syarat-syarat untuk mengakses kredit perbankan sangat mudah

5 Setelah mendapatkan kredit perbankan hasil produksi meningkat

6 Realisasi pembiayaan kredit sesuai dengan rencana pengembangan usaha

7 Proses pencairan dana cepat

8 kredit perbankan akan memperluas pasar sasaran produksi

9 Kurangnya informasi kredit perbankan

10 Kredit perbankan menyusahkan para pengusaha 11 Bunga kredit terlalu besar

12 Kurangnya kemampuan untuk memenuhi syarat meminjam


(3)

PERTANYAAN II

1. Bagaimana tingkat kemampuan pengusaha UMK dalam mengakses kredit perbankan di Kota Binjai ?

a. Sangat sulit b. Sulit\ c. Sedang d. Mudah e. Sangat Mudah


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ariwibowo, Zulyantoari, 2011. Kredit

perbankan,http://zulyantoari.blogspot.co.id/2011/05/kredit-perbankan.html Binjaikota.bps.go.id

Binjaikota.bps.go.id/fronted/index.php/publikasi/5

Filandari, Mitha,2013. Pemberian Bantuan Kredit Oleh Bank. http://mithafilandari.blogspot.co.id/ (8 oktober 2015)

Migas.bisbak.com/1276.html

Pratiwi, Erwina, 2014. “Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK Mengakses Kredit Perbankan di Kabupaten Langkat”. Skripsi. Medan. Sari, Pravita, 2014. “Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK Mengakses

Kredit Perbankan Syariah di Kota Medan (studi kasus : bank SUMUT syariah cabang medan)”. Skripsi. Medan

Sijabat, Emmawaty, 2013. “Bank Perkreditan Rakyat Sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Menengah Kecil Di PT BPR Tridana Percut Medan”. Skripsi. Medan

Smecda.com/informasi-umkm/

Tambunan, Tulus, 2002. Usaha kecil dan menengah di Indonesia beberapa isu penting.

www.Bi.go.id/id/perbankan/suku-bunga-dasar/default.aspx

www.binjaicity.com/blog/pertumbuhan-ekonomi-kota-binjai-meningkat-622-persen/

www.kajianpustaka.com/2013/01/usaha-mikro-kecil-dan-menengah.html www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-kemampuan-menurut-defenisi.html


(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat hal yang perlu difahami lebih lanjut yaitu: cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Kuantitatif. Pengertian deskriptif kuantitatif merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan kebenaran dari sebuah teori. Bagaimana metode ini membahas data-data yang ada dengan menggunakan parameter dan hipotesis sebagai tolak ukurnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei pada umumnya menggunakan instrumen kuisioner (quesionnaire) yang diisi oleh para responden dari objek penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Binjai, dimana penelitian ini dikhususkan kepada pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Karena di Kota Binjai terdapat pengusaha UMK yang kurang berminat menggunakan kredit perbankan dalam modal usaha maupun untuk mengembangkan usahanya. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan. Di mana penelitian ini akan memberikan kuesioner pada para


(6)

pengusaha UMK dan melakukan beberapa pertanyaan (wawancara) kepada para pengusaha UMK.

3.3. Batasan Operasional

Batasan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan pengusa Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam mengakses kredit perbankan untuk modal usaha dan pengembangan usahanya di Kota Binjai, dimana pengusaha UMK ada yang mengakses kredit perbankan dan tidak mengakses kredit perbankan serta pernah menggunakan kredit perbankan sebagai modal usahanya. 3.4.1. Defenisi Operasional

1. Kredit perbankan adalah peminjaman modal yang diberikan suatu bank kepada masyarakat atau perusahaan dengan ketentuan yang diberlakukan oleh bank tersebut.

2. Tingkat kemampuan merupakan suatu usaha untuk mendapatkan dan mengembalikan modal yang dipinjam oleh pengusaha kepada pihak bank. 3. Kendala para pengusaha UMK dalam mengakses kredit perbankan di Kota

Binjai

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk


(7)

memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Dalam penelitian ini Penulis menggunakan SPSS 17.0 untuk mengolah data dari hasil kuesioner kepada responden.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel penelitian harus didefinisikan secara jelas, karena hasil analisis statistika sangat tergantung dari ruang lingkup dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan sampel.

3.6.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha UMK yang terdapat di Kota Binjai.

3.6.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Karena populasi pengusaha UMK di Kota Binjai sangat banyak sehingga peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi disebabkan keterbatasan biaya, tenaga dan waktu peneliti, maka penelitian ini hanya menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Dalam penelitian ini menggunakan sampel penelitian sebanyak 30 sampel.

3.7. Jenis dan Sumber Data

Studi kasus pada penelitian ini adalah di Kota Binjai. Jadi data yang diperoleh adalah hasil survei yang dilakukan di Kota Binjai. Pengumpulan data dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan dan


(8)

akurat. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Untuk mendukung penelitian ini diperlukan data yang valid dan aktual. Data tersebut dibedakan menjadi :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan (quesioner) dan/atau dengan wawancara langsung kepada para pengusaha UMK di Kota Binjai

2. Data Sekunder

Data sekunder merupkan data yang diperoleh dari pihak atau instansi yang terkait dengan penelitian ini, dalam hal ini adalah Badan Pusat Statistik. Selain itu, informasi data juga diperoleh melalui buku-buku referensi, media internet serta bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.8. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau si pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

2. Kuesioner

Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data melaui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang


(9)

atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu dengan menelaah dan mengkaji setiap data yang terdapat pada usaha mikro yang diteliti dan pada sumber lainnya yang mendukung penelitian ini.

3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1. Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dengan variabel. Uji ini dilakukan untuk mengukur data yang telah didapat setelah penelitian. Macam validitas umumnya digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi (content validity), validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity) dan validitas konstruk. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut validitas untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan itu telah mengukur aspek yang sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas konstruk. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel/item dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi pearson’s product moment. Yaitu:

( )− ∑ ∑

⦋ ∑ −( ) ⦌⦋ ∑ −(∑ ) ⦌ Keterangan:

r = koefisien validitas yang diukur n = jumlah responden

∑X = jumlah total dari skor butir

∑Y = jumlah skor dari skor total


(10)

Item instrumen dianggap valid jika r hitung > r tabel. Sebaliknya jika r hitung < r tabel, item instrumen dianggap tidak valid.

3.9.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) adalah ukuran suatu kestabilan dan konsisten responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan daftar pertanyaan.Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan metode korelasi alpha cronbach. Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu dengan teknik alpha cronbach dengan rumus sebagai berikut:

α = ²( Ʃ ᵢ² ²

Sumber : Rochaety, Tresnati dan Latief (2007) Keterangan :

α = Koefisien reabilitas alpha Cronbach N = Jumlah item

S² = Varians skor keseluruhan

S฀² = Varians masing-masing item

Pada uji ini, realible jika alpha hitung lebih besar dari 0,50 dimana criteriasebagai berikut :

α ≥ 0,05 artinya instrumen reliabel α < 0,05 artinya instrumen tidak realible 3.9.3 Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif adalah metode yang menggambarkan dan menjabarkan objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan melalui kuisioner, observasi maupun


(11)

wawancara selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel maupun diagram yang kemudian ditafsirkan sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti. Kemudian dapat diambil kesimpulan dan saran dari penelitian ini


(12)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran wilayah penelitian 4.1.1 Letak Geografis

Secara geografi Kota Binjai berada pada 3'31'40" - 3'40'2" Lintang Utara dan 98'27'3" - 98'32'32" Bujur Timur dan terletak 28 m diatas permukaan laut. Wilayah Kota Binjai seluas 90,23 km2, terletak 28 M diatas permukaan laut dan dikelilingi oleh Kab.Deli Serdang. Batas area disebelah Utara adalah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kab.Deli Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab.Deli Serdang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kab.Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab.Langkat.

4.1.2 Kondisi Demografi Kota Binjai

Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kota Binjai berjumlah 261.490 jiwa yang terdiri dari 130.551 laki-laki dan 130.939 perempuan dengan kepadatan penduduk 2.898 jiwa/km2 dan rata-rata 4,34 jiwa per rumah tangga. Dari kecamatan yang terdapat di Kota Binjai, Binjai Selatan mempunyai wilayah yang paling luas sebesar 29,96 km2, sedangkan wilayah terkecil adalah kecamatan Binjai Kota dengan luas 4,12 km2.

Dilihat dari Tabel 4.1 jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Binjai Utara sebanyak 72.127 jiwa sedangkan jumlah penduduk paling sedikit


(13)

terdapat di Binjai Kota yaitu sebanyak 30.780 jiwa. Kecamatan yang paling padat penduduknya terdapat di kecamatan Binjai Kota dengan kepadatan 7.471 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan yang jarang penduduknya adalah Binjai Selatan dengan kepadatan 1.668 jiwa/km2

Jumlah Rumah Tangga yang paling banyak terdapat di Kecamatan Binjai Utara yaitu 17.011 rumah tangga, dan rumah tangga yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Binjai Kota yaitu 7.318 rumah tangga.

Penduduk Kota Binjai didominasi oleh penduduk berusia 0-4 tahun sejumlah 25.551 jiwa yang terdiri dari 13.036 laki-laki dan 12.515perempuan. Sedangkan jumlah paling sedikit adalah penduduk berusia 60-64 tahun berjumlah 6.297 orang terdiri dari 3.141 laki-laki dan 3.156 perempuan

Tabel 4.1

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Binjai, 2014

Kecamatan Luas wilayah Jumlah penduduk Kepadatan penduduk (jiwa/km)

Km % Jiwa %

Binjai Selatan 29,96 33,20 52.575 20,11 1.668

Binjai Kota 4,12 4,57 29.427 11,25 7.471

Binjai Timur 21,70 24,05 57,616 22,03 2.539 Binjai Utara 23,59 26,14 75,058 28,70 3.058 Binjai Barat 10,86 12,04 46,814 17,90 4.078 Kota Binjai 90,23 100,00 261,490 100,00 2.796 Sumber : BPS Kota Binjai

Berdasarkan data diatas Binjai selatan merupakan kecamatan terluas yang ada di Kota Binjai dengan 29,96 km (33,20). Sementara jumlah penduduk terbanyak berada di kecamatan Binjai Utara dengan 75,058 (28,70%) dan kepadatan penduduk berada di kecamatan Binjai Barat dengan 4.078 Jiwa/km


(14)

Tabel 4.2

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Binjai, 2014

Kecamatan Jumlah Penduduk Rasio Jenis

Kelamin Laki

Laki

Perempuan Jumlah

Binjai Selatan 25.996 26.579 52.575 97,81 Binjai Kota 14,398 15,029 29,427 95,80 Binjai Timur 28,635 28,81 57,616 98,81 Binjai Utara 37,679 37,679 75,058 100,80 Binjai Barat 23,843 22,971 46,814 103,80 Kota Binjai 130,551 130,939 261,490 99,66 Sumber : BPS Kota Binjai

Berdasarkan data diatas jumlah penduduk terbanyak berada di kecamatan Binjai Utara dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 37,679 dan perempuan sebanyak 37,679 dengan rasio jenis kelamin 100,80

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Jenis Kelamin di Kota Binjai, 2010-2014

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

Laki-laki Perempuan Jumlah

2010 122,997 123,157 246,154

2011 124,173 124,283 248,456

2012 124,869 125,383 250,252

2013 125,917 126,346 252,263

2014 130,551 130,939 261,490

Sumber : BPS Kota Binjai

Berdasarkan data diatas jumlah penduduk di Kota Binjai mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah penduduk terbanyak berada di tahun 2014 dengan jumlah laki-laki dan perempuan sebanyak 261,490 jiwa.


(15)

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga di Kota Binjai, 2010-2014

Tahun Jumlah Penduduk

Rumah tangga Rata-rata Anggota Rumah Tangga

2010 246,154 56.674 4,34

2011 248,456 57,521 4,32

2012 250,252 58,349 4,29

2013 252,263 59.019 4,27

2014 261,490 60.204 4,34

Sumber : BPS Kota Binjai

Berdasakan data diatas, juga terjadi peningkatan di setiap tahun di sektor rumah tangga dengan jumlah rumah tangga yang ada di Kota Binjai pada tahun 2014 sebanyak 60.204 dengan rata-rata anggota rumah tangga sebesar 4,34. 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai

Kota Binjai mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi makro yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai 6,22 persen di tahun 2013. Capaian ini menunjukkan bahwa Kota Binjai masih lebih baik dibandingkan PDRB nasional sebesar 5,73 persen dan PDRB Provinsi Sumut sebesar 5,95 persen.

Struktur APBD Kota Binjai Tahun 2016 merinci anggaran pendapatan daerah sebesar Rp 903 miliar terdiri dari pendapatan asli daerah Rp 88 miliar, dana perimbangan Rp 618 miliar dan lain lain pendapatan daerah yang sah Rp 197 miliar. Sedangkan anggaran belanja daerah sebesar Rp 941 miliar terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp 524 miliar dan belanja langsung sebesar Rp 417 miliar.


(16)

Dari data BPS Kota Binjai keberhasilan pembangunan terlihat melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 76,90 atau berada pada urutan kelima tertinggi di provinsi Sumatera Utara.

Dalam upaya pengentasan kemiskinan pemko Binjai berhasil menurunkan angka kemiskinan dari 7,33 persen pada tahun 2010 menjadi 6,75 persen pada tahun 2013. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka berkurang dari 11,64 persen pada tahun 2010 menjadi 6,83 persen di tahun 2013.

Jumlah angkatan kerja diproyeksikan naik dari 112.287 orang pada tahun 2013 menjadi 138 ribu orang ditahun 2016 dengan target penurunan pengangguran terbuka dari 6,83 persen pada tahun 2013 menjadi 6,5 persen pada tahun 2016. Sedangkan PDRB perkapita masyarakat Kota Binjai diproyeksikan naik dari Rp 28,79 juta ditahun 2013 menjadi Rp 33 juta pada tahun 2016.


(17)

Tabel 4.5

PDRB kota Binjai atas dasar harga berlaku

Lapangan usaha utama 2011 2012 2013

Pertanian 286 782,67 321 196,69 359 813,83

Pertambangan dan penggalian

431 907,15 488 323,42 544 565,92 Industri pengolahan 1 241 102,02 1 425 773,20 1 608 364,41 Listrik, gas, dan air bersih 110 563,76 127 773,23- 151 409,08

Bangunan 476 118,33 555 403,26 648 332,63

Perdagangan, hotel dan restoran

932 754,39 1 051 220,51 1 181 868,56 Pengangkutan dan

komunikasi

287 244,10 333 797,30- 377 731,08 Bank dan lembaga

keuangan

1 140 999,40 1 364 238,07 1 543 732,15

Jasa 793 959,62 925 664,36 1 103 139,53

Jumlah 5 701 431,44 6 593 390,04 7 428 957,19 Sumber : BPS kota Binjai 2011 -2013

Berdasarkan data BPS tahun 2011, 2012, 2013 terjadi peningkatan PDRB Kota Binjai atas dasar harga berlaku dimana peningkatan terjadi pada semua sektor lapangan usaha utama yang berada di Kota Binjai. Pada data diatas dapat kita lihat bahwa terdapat 4 sektor yang paling berpengaruh di Kota Binjai yaitu sektor industri pengolahan dengan 1.608.364,41 kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1.181.868,56, kemudian sektor Bank dan Lembaga Keuangan 1.543.732,15 serta Jasa dengan 1.103.139,53.


(18)

Tabel 4.6

PDRB Kota Binjai Atas Dasar Harga Konstan

Lapangan usaha utama 2011 2012 2013

Pertanian 149 297,64 156 671,69 164 467,20

Pertambangan dan penggalian 133 466,89 136 741,41 139 758,12 Industri pengolahan 451 076,90 472 851,41 494 543,33 Listrik, gas, dan air bersih 31 943,52 34 512,10 21 311,77

Bangunan 204 393,36 226 657,26 251 426,73

Perdagangan, hotel dan restoran 342 539,95 364 410,41 387 382,23 Pengangkutan dan komunikasi 106 400,01 118 078,62 131 059,97 Bank dan lembaga keuangan 343 018,69 362 371,73 382 258,05

Jasa 385 684,23 411 756,30 437 855,45

Jumlah 2 147 820,19 2 284 050,92 2 426 087,35 Sumber : BPS kota Binjai 2011 - 2013

Berdasarkan data BPS tahun 2011, 2012, 2013 terjadi peningkatan PDRB Kota Binjai atas dasar harga konstan dimana peningkatan terjadi pada semua sektor lapangan usaha utama yang berada di Kota Binjai. Pada data diatas dapat kita lihat bahwa terdapat 4 sektor yang paling berpengaruh di Kota Binjai yaitu sektor Industri Pengolahan dengan 494 543,33 kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 387 382,23 kemudian sektor Bank dan Lembaga Keuangan sebesar 382 258,05 serta Jasa dengan 437 855,45

4.3 Perkembangan Perbankan di Kota Binjai

Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berazaskan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.


(19)

Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas Bank Umum dan BPR. Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan Operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual bank sistem, yaitu dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional berdasarkan prinsip syariah.

Dibawah ini dapat kita lihat tabel mengenai suku bunga bank umum di Indonesia.


(20)

Tabel 4.7

Suku Bunga Dasar Kredit Posisi Akhir November 2015

Nama Bank Suku Bunga Dasar Kredit (%)

Kredit korporasi Kredit Ritel Kredit Mikro Kredit Konsumsi

KPR Non

KPR PT BANK MANDIRI (PERSERO),

TBK

10,50 12,25 19,25 11.00 12,50

PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO),TBK

10,75 11,50 19,25 10,25 12,50

PT BANK CENTRAL ASIA, Tbk 10,25 11,50 - 10,25 8,63

PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO)

10,75 12,00 - 11,00 12,50

PT BANK CIMB NIAGA 11,50 12,25 19,75 11,50 11,75

PT BANK PERMATA, Tbk 11,75 12,50 - 12,25 12,25

PT BANK DANAMON INDONESIA,Tbk

12,10 13,00 20,49 12,25 17,50

PT BANK TABUNGAN NEGARA(PERSERO),TBK

11.49 12.24 18.73 11.49 11.99

PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA, TBK

11.00 12.00 18.30 10.75 11.50

PT BANK OCBC NISP, TBK 11.50 12.25 - 12.75 12.75

PT BANK BUKOPIN, TBK 13.02 13.22 16.92 12.96 12.82

PT BANK TABUNGAN

PENSIUNAN NASIONAL, TBK

- 16,91 20,72 - 17,74

PT BANK MAYAPADA INTERNASIONAL, TBK

13,02 13.22 15.26 12.96 13.12

PT BPD SUMATERA UTARA 12.05 13.82 19.08 13.89 16.03

PT BANK ICB BUMIPUTERA, TBK

13.37 13.54 15.45 13.58 13.38

PT BANK MESTIKA DHARMA 12.05 12.80 12.80 12.40 12.70

PT ANZ PANIN BANK 11.68 11.57 - 12.23 13.23


(21)

Tabel 4.8

Posisi Kredit Perbankan Rupiah dan Valuta Asing Bank Umum dan BPR di Kota Binjai 2014 ( Juta Rp ) Bulan Kredit

Usaha Mikro,Kecil , Menengah Kredit Modal Kerja Selain UMKM Kredit Investasi Kredit Konsmsi Jumlah

Mei 679.211 335.364 210.661 1.172.027 2.397.263 Juni 683.900 326.860 212.502 1.164.255 2.387.517 Juli 690.666 318.147 203.977 1.149.699 2.362.489 Agustus 690.548 302.679 258.079 1.146.984 2.398.290 September 703.291 279.771 259.536 1.144.752 2.387.350 oktober 703.049 284.470 259.012 1.139.247 2.349.778 November 723.161 281.832 261.970 1.139.904 2.406.867 Desember 713.007 299.320 266.241 1.140.436 2.419.004 Sumber :Kantor perwakilan bank indonesia wilayah ix

Dari data diatas dapat kita lihat pada kolom kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah terjadi peningkatan pada setiap bulan di tahun 2014. Terjadinya peningkatan ini menunjukkan masyarakat terutama pengusaha di Kota Binjai telah berperan aktif dalam meningkatkan usahanya dalam bentuk meminjam uang ke pihak bank untuk memperluas sasaran produksinya. Hal ini berpengaruh positif kepada pengusaha guna memperbesar usaha yang dimilikinya.

4.4 UMKM Kota Binjai

Di Kota Binjai Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) saat ini dianggap sebagai cara yang efektif dalam pengentasan kemiskinan. Dari riset dan statistik yang dilakukan, UMKM mewakili jumlah kelompok usaha terbesar. UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian di indonesia dan sangat berperan penting terhadap perekonomian di Kota Binjai. Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan peluang kerja yang cukup


(22)

besar bagi tenaga kerja di indonesia. Jumlah UMKM Kota Binjai dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.9

Jumlah UMKM Kota Binjai

No Jenis usaha Jumlah

1 Usaha Dagang 2788

2 Usaha Makanan dan Minuman 2139

3 Usaha Perbengkelan 474

Sumber : kantor dinas koperasi dan Umkm Kota Binjai

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa usaha dagang merupakan jenis usaha terbanyak yang berada di Kota Binjai dengan 2788 jumlah Usaha, dan Usaha perbengkelan merupakan usaha yang paling sedikit jenis usahanya yang berada di Kota Binjai dengan hanya 474 jumlah usaha.

4.5 Uji Validitas dan Reabilitas 4.5.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0, dimana pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 5% (0,05) dengan kriteria :

 Jika rhitung > rtabel maka instrumen dinyatakan valid  Jika rhitung < rtabel maka instrumen dinyatakan tidak valid

Dimana rtabel dapat diketahui dari daftar nilai product moment tabel r pada signifikansi 5% dengan uji dua sisi. Pada penelitian ini, jumlah n = 30, maka r tabel dapat kita hitung dengan rumus df = n-2 dan didapatkan hasil rtabel pada signifikansi 5% yaitu 0,374


(23)

Tabel 4.10 Uji Validitas

Butir Pertanyaan

Corrected Item-Total Correlation (rhitung)

rtabel (df = n-2)

Validitas

1 .830 0,374 Valid

2 .858 0,374 Valid

3 .863 0,374 Valid

4 .828 0,374 Valid

5 .843 0,374 Valid

6 .812 0,374 Valid

7 .780 0,374 Valid

8 .802 0,374 Valid

9 .638 0,374 Valid

10 .668 0,374 Valid

11 .670 0,374 Valid

12 .660 0,374 Valid

Sumber : data primer setelah diolah

4.5.2 Uji Reabilitas

Setelah dilakukan uji validitas, maka selanjutnya akan dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran tersebut memperoleh hasil yang relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dinyatakan reliabel. Instrumen yang sudah dinyatakan valid dilakukan uji alpha (Cronbach’c Alpha), dimana:

 Jika ralpha > rtabel maka dinyatakan reliabel.  Jika ralpha < rtabel maka dinyatakan tidak reliabel.

Semakin kecil kesalahan pengukuran maka semakin reliabel instrumen yang digunakan. Cronbach’s Alpha yang menunjukkan nilai > dari 0,374 menunjukkan instrumen yang digunakan sangat baik dan sangat meyakinkan.


(24)

Tabel 4.11 Uji Reabilitas

Butir Pertanyaan

Cronbach’s Alpha (ralpha)

rtabel (df = n-2)

Reabilitas

1 .945 0,374 Reliabel

2 .944 0,374 Reliabel

3 .944 0,374 Reliabel

4 .945 0,374 Reliabel

5 .944 0,374 Reliabel

6 .945 0,374 Reliabel

7 .947 0,374 Reliabel

8 .946 0,374 Reliabel

9 .951 0,374 Reliabel

10 .950 0,374 Reliabel

11 .950 0,374 Reliabel

12 .950 0,374 Reliabel

Sumber : data primer setelah diolah 4.6 Karakteristik Responden

Karaktersitik responden yang dimaksudkan di sini adalah data yang menjadi keterangan pribadi seorang responden. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha UMK yang terdapat di Kota Binjai. Jumlah responden sebanya 30 pengusaha.

4.6.1 Usia Responden

Berdasarkan data yang diperoleh Usia Responden di Kota Binjai yang berumur 31-44 tahun memilliki frekuensi terbanyak dengan 20 orang, sedangkan frekuensi terendah berada pada umur 17-30 tahun.


(25)

Tabel 4.12 Usia Responden Usia

Frekuensi Persentase (%)

>45 Tahun 9 30,0

17 - 30 Tahun 1 3,3

31 - 44 Tahun 20 66,7

Total 30 100,0

Sumber : data primer 4.6.2 Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan data yang diperoleh mayoritas yang menjawab responden adalah laki-laki dengan 20 orang dan wanita sebanyak 10 orang.

Tabel 4.13

Jenis kelamin responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki – Laki 20 66,7

Perempuan 10 33,3

Total 30 100,0

Sumber : data primer 4.6.3 Pendidikan Responden

Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 20 responden berpendidikan SMA , sedangkan D3/S1 sebanyak 3 responden dan masih ada yang tidak sekolah sebanyak 1 responden.

Tabel 4.14 Pendidikan Responden

Pendidikan Frekuensi Persentase(%)

D3 3 10,0

S1 3 10,0

SD 1 3,3

SMA 20 66,7

SMP 2 6,7

TIDAK SEKOLAH 1 3,3


(26)

4.6.4 Informasi yang Didapat Responden

Dari data yang diperoleh mayoritas responden dalam mendapatkan informasi adalah 16 orang mengetahui dari rekomendasi dari teman/keluarga, sedangkan media cetak hanya 4 responden

Tabel 4.15

Informasi yang Didapat Responden

Informasi Yang Didapat Responden

Frekuensi

Persentase (%)

Media Cetak 10 33,3

Media Digital 4 13,3

Rekomendasi Dari Teman/Keluarga 16 53,3

Total 30 100,0

Sumber : data primer

4.6.5 Jenis Usaha Responden

Berdasarkan data yang diperoleh mayoritas jenis usaha responden adalah berjualan sembako, kios pulsa, makanan dengan frekuensi masing-masing 4.


(27)

Tabel 4.16 Jenis Usaha Responden

Jenis Usaha Frekuensi Persentase (%)

Hp Dan Pulsa 1 3,3

Jasa 1 3,3

Kelontong 3 10,0

Kios Pulsa 4 13,3

Makanan 4 13,3

Makanan Dan Minuman 3 10,0

Material 1 3,3

Obat-obatan 1 3,3

Penjual Atk 1 3,3

Penjual Buku Dan Majalah 1 3,3

Penjual Ikan 1 3,3

Penjual Kaset 1 3,3

Penjual Pakaian 2 6,7

Penjual Plastik 1 3,3

Sayuran 1 3,3

Sembako 4 13,3

Total 30 100,0

Sumber : data primer 4.6.6 Modal Responden

Berdasarkan data yang diperoleh modal para pengusaha yang paling banyak berada pada interval <20.000.000 dengan frekuensi 22 responden, sedangkan sisanya sebanyak 8 responden berada pada interval >20.000.000-40.000.000.

Tabel 4.17 Modal Responden

Modal Frekuensi Persentase (%)

<20.000.000 22 73,3

>20.000.001 - 40.000.000 8 26,7

Total 30 100,0


(28)

4.6.7 Pendapatan/Hari Responden

Berdasarkan data yang diperoleh pendapatan/hari responden terbanyak berada pada interval <20.000.000 sedangkan sisanya berada pada interval 20.000.000-40.000.000.

Tabel 4.18 Pendapatan Responden

Pendapatan

Frekuensi

Persentase (%)

<20.000.000 22 73,3

20.000.001 - 40.000.000 8 26,7

Total 30 100,0

Sumber : data primer 4.6.8 Omset Responden

Berdasarkan data yang diperoleh omset responden terbanyak berada pada interval 20.000.000-40.000.000 sebanyak 15 responden sedangkan 6 responden berada pada interval >40.000.000.

Tabel 4.19 Omset Responden

Omset Frekuensi Persentase (%)

<20.000.000 9 30,0

>40.000.000 6 20,0

20.000.001 - 40.000.000 15 50,0

Total 30 100,0

Sumber : data primer 4.6.9. Total Aset Responden

Berdasarkan data yang diperoleh Aset responden terbanyak berada pada interval <20.000.000 sebanyak 18 responden sedangkan responden berada pada interval >40.000.000 dan 20.000.001 - 40.000.000 sebanyak 6 responden.


(29)

Tabel 4.20 Total Aset Responden

Total Frekuensi Persentase (%)

< 20.000.000 18 60,0

> 40.000.000 6 20,0

20.000.001 - 40.000.000 6 20,0

Total 30 100,0

Sumber : data primer

4.6.10 Jumlah Karyawan Responden

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah tenaga kerja responden terbanyak berada pada 3 jumlah tenaga kerja dengan frekuensi 10 responden, sedangkan jumlah tenaga kerja paling sedikit berada pada 4 dan 5 sebanyak 2 responden.

Tabel 4.21 Jumlah tenaga kerja Jumlah tenaga

kerja Frekuensi Persentase (%)

1 7 23,3

2 9 30,0

3 10 33,3

4 2 6,7

5 2 6,7

Total 30 100,0


(30)

4.7 Analisis Data

Tabel 4.22

Kredit Perbankan Mudah Diakses Oleh Para Pengusaha UMK NO Kredit Perbankan Mudah

Diakses

Jumlah Responden %

1 Sangat Setuju 5 16,66

2 Setuju 3 10

3 Kurang Setuju 1 3,33

4 Tidak Setuju 14 46,66

5 Sangat Tidak Setuju 7 23,33

Jumlah 30 100

Sumber : data primer

Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap kredit perbankan mudah diakses oleh para pengusaha UMK yaitu, sangat setuju sebesar 16,66 % dan tidak setuju 46,66 %. Hal ini menunjukkan bahwa kredit perbankan mudah diakses oleh para pengusaha UMK banyak yang tidak setuju dengan persentase 46,66%.

Tabel 4.23

Kredit Perbankan Membantu Dalam Pengembangan Usaha NO Kredit Perbankan

Membantu Dalam Pengembangan Usaha

Jumlah Responden %

1 Sangat Setuju 5 16,66

2 Setuju 3 10

3 Kurang Setuju 0 0

4 Tidak Setuju 16 53,33

5 Sangat Tidak Setuju 6 20

Jumlah 30 100

Sumber : data primer

Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap kredit perbankan membantu malam pengembangan usaha yaitu, sangat setuju sebesar 16,66 % dan tidak setuju 53,33%. Hal ini menunjukkan bahwa kredit perbankan


(31)

membantu dalam pengembangan usaha banyak yang tidak setuju dengan persentase 53,33%.

Tabel 4.24

Kredit Perbankan Meningkatkan Laba Usaha Sesuai Dengan Target Yang Telah Ditetapkan

NO Kredit Perbankan Meningkatkan Laba Usaha

Jumlah Responden %

1 Sangat Setuju 2 6,66

2 Setuju 6 20

3 Kurang Setuju 0 0

4 Tidak Setuju 13 43,33

5 Sangat Tidak Setuju 9 30

Jumlah 30 100

Sumber : data primer

Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap kredit perbankan meningkatkan laba usaha sesuai dengan target yang telah ditetapkan yaitu, sangat setuju sebesar 16,66 %, tidak setuju 53,33% dan sangat tidak setuju 30%. Hal ini menunjukkan bahwa kredit perbankan meningkatkan laba usaha sesuai dengan target yang telah ditetapkan banyak yang tidak setuju dengan persentase 43,33%.

Tabel 4.25

Syarat-syarat Dalam Mengakses Kredit Perbankan Mudah NO Syarat-syarat Dalam

Mengakses Kredit Perbankan

Jumlah Responden %

1 Sangat Setuju 2 6,66

2 Setuju 5 16,66

3 Kurang Setuju 1 3,33

4 Tidak Setuju 10 33,33

5 Sangat Tidak Setuju 12 40

Jumlah 30 100


(32)

Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap syarat-syarat dalam mengakses kredit perbankan mudah yaitu, sangat setuju sebesar 6,66%, tidak setuju 33,33% dan sangat tidak setuju 40%. Hal ini menunjukkan bahwa syarat-syarat dalam mengakses kredit perbankan mudah banyak yang sangat tidak setuju dengan persentase 40%.

Tabel 4.26

Setelah Mendapatkan Kredit Perbankan Hasil Produksi Meningkat NO Setelah Mendapatkan Kredit

Perbankan

Jumlah Responden %

1 Sangat Setuju 5 16,66

2 Setuju 3 10

3 Kurang Setuju 0 0

4 Tidak Setuju 13 43,33

5 Sangat Tidak Setuju 9 30

Jumlah 30 100

Sumber : data primer

Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap setelah mendapatkankan kredit perbankan hasil produksi meningkat yaitu, sangat setuju sebesar 16,66%, tidak setuju 43,33% dan sangat tidak setuju 30%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah mendapatkan kredit perbankan hasil produksi meningkat banyak yang tidak setuju dengan persentase 43,33%.

Tabel 4.27

Realisasi Pembiayaan Kredit Sesuai Dengan Rencana Pengembangan Usaha NO Realisasi Pembiayaan

Kredit

Jumlah Responden %

1 Sangat Setuju 4 13,33

2 Setuju 4 13,33

3 Kurang Setuju 0 0

4 Tidak Setuju 11 36,66

5 Sangat Tidak Setuju 11 36,66

Jumlah 30 100


(33)

Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap realisasi pembiayaan kredit sesuai dengan rencana pengembangan usaha yaitu, sangat setuju sebesar 13,33%, tidak setuju 36,66% dan sangat tidak setuju 36,66%. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi pembiayaan kredit sesuai dengan rencana pengembangan usaha banyak juga yang tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 36,66%.

Tabel 4.28

Proses Pencairan Dana Cepat NO Proses Pencairan Dana

Cepat

Jumlah Responden %

1 Sangat Setuju 1 3,33

2 Setuju 4 13,33

3 Kurang Setuju 4 13,33

4 Tidak Setuju 13 43,33

5 Sangat Tidak Setuju 8 26,66

Jumlah 30 100

Sumber : data primer

Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap proses pencairan dana cepat yaitu, sangat setuju sebesar 3,33%, tidak setuju 43,33% dan sangat tidak setuju 26,66%. Hal ini menunjukkan bahwa proses pencairan dana banyak yang tidak setuju dengan persentasenya sebanyak 43,33%.

Tabel 4.29

Kredit Perbankan Akan Memperluas Pasar Sasaran Produksi NO Kredit Perbankan Akan

Memperluas Pasar

Jumlah Responden %

1 Sangat Setuju 2 6,66

2 Setuju 6 20

3 Kurang Setuju 0 0

4 Tidak Setuju 14 46,66

5 Sangat Tidak Setuju 8 26,66

Jumlah 30 100


(34)

Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap kredit perbankan akan memperluas pasar sasaran produksi yaitu, sangat setuju sebesar 6,66%, tidak setuju 46,66% dan sangat tidak setuju 26,66%. Hal ini menunjukkan bahwa kredit perbankan akan memperluas pasar sasaran produksi banyak yang tidak setuju dengan persentasenya sebanyak 46,66%.

Tabel 4.30

Kurangnya Informasi Kredit Perbankan

NO

Kurangnya Informasi Kredit Perbankan

Jumlah Responden %

1 Sangat Setuju 7 23,33

2 Setuju 13 43,33

3 Kurang Setuju 0 0

4 Tidak Setuju 8 26,66

5 Sangat Tidak Setuju 2 6,66

Jumlah 30 100

Sumber : data primer

Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap kurangnya informasi kredit perbankan yaitu, sangat setuju sebesar 43,33%, tidak setuju 26,66% dan sangat tidak setuju 6,66%. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya informasi kredit perbankan banyak yang setuju dengan persentasenya sebanyak 43,33%.

Tabel 4.31

Kredit Perbankan Menyusahkan Para Pengusaha NO Kurangnya Informasi Kredit

Perbankan

Jumlah Responden %

1 Sangat Setuju 10 33,33

2 Setuju 10 33,33

3 Kurang Setuju 0 0

4 Tidak Setuju 5 16,66

5 Sangat Tidak Setuju 5 16,66

Jumlah 30 100


(35)

Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap kurangnya informasi kredit perbankan yaitu, sangat setuju sebesar 33,33%, tidak setuju 16,66% dan sangat tidak setuju 16,66%. Hal ini menunjukkan bahwa kredit perbankan menyusahakan para pengusaha banyak yang sangat setuju dan setuju dengan persentasenya sebanyak 33,33%.

Tabel 4.32

Bunga Kredit Terlalu Besar NO Kurangnya Informasi Kredit

Perbankan

Jumlah Responden %

1 Sangat Setuju 10 33,33

2 Setuju 10 33,33

3 Kurang Setuju 0 0

4 Tidak Setuju 5 16,66

5 Sangat Tidak Setuju 5 16,66

Jumlah 30 100

Sumber : data primer

Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap bunga kredit terlalu besar yaitu, sangat setuju sebesar 33,33%, tidak setuju 16,66% dan sangat tidak setuju 16,66%. Hal ini menunjukkan bahwa bunga kredit terlalu besar banyak yang sangat setuju dan setuju dengan persentasenya sebanyak 33,33%.

Tabel 4.33

Kurangnya Kemampuan Dalam Memenuhi Syarat Meminjam NO Kurangnya Informasi Kredit

Perbankan

Jumlah Responden %

1 Sangat Setuju 8 26,66

2 Setuju 12 40

3 Kurang Setuju 0 0

4 Tidak Setuju 6 20

5 Sangat Tidak Setuju 4 13,33

Jumlah 30 100


(36)

Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap kurangnya kemampuan dalam memenuhi syarat meminjam yaitu, sangat setuju sebesar 26,66%, setuju 40% dan sangat tidak setuju 13,33%. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya kemampuan dalam memenuhi syarat meminjam banyak yang sangat setuju dengan jumlah responden sebanyak 8 responden atau 26,66% dan paling banyak responden dengan pilihan yang setuju dengan persentasenya sebanyak 40% atau 12 responden.

4.8 Deskriptif penelitian

Untuk mengetahui apakah responden/pengusaha UMK mampu atau tidak mampu dalam mengakses kredit perbankan dapat dilihat dari aspek bagaimana dia mengajukan kredit perbankan di Kota Binjai, apakah pengusaha diterima dalam mengakses kredit perbankan atau ditolak dalam mengakses kredit perbankan di kota Binjai.

Pada penelitian ini dilakukan skala pengukuran tingkat kemampuan pengusaha UMK dalam mengakses kredit perbankan di Kota Binjai.

4.9 Responden yang mengajukan kredit

Berdasarkan data yang diperoleh maka jumlah pengusaha yang mengajukan kredit dan tidak mengajukan kredit adalah sebagai berikut


(37)

Tabel 4.34

Responden yang mengajukan kredit

Berdasarkan data yang diperoleh, dari 30 responden yang telah diwawancara maka dapat kita lihat sebanyak 20 atau 67 % responden pernah mengajukan kredit dan sebanyak 10 atau 33% rsponden tidak mengajukan kredit. Hal diatas menunjukkan bagaimana keinginan pengusaha UMK untuk mengakses kredit lebih tinggi dibanding dengan pengusaha UMK yang tidak ingin mengakses kredit perbankan di kota Binjai.

4.10 Responden yang mengakses kredit

Berdasarkan data yang diperoleh maka jumlah pengusaha responden yang diterima dan ditolak adalah :

Tabel 4.35

Responden yang mengakses kredit Kriteria

Frekuensi Persentase (%)

Diterima 8 40%

Ditolak 12 60%

Total 20 100,0

Sumber : data primer

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa dari 30 responden yang mengajukan kredit hanya sebanyak 20 orang responden yang dapat mengakses kredit. dan hanya 8 responden yang diterima dalam mengakses kredit, sedangkan sebanyak 12 orang responden ditolak dalam mengakses kredit perbankan.

Kriteria Frekuensi Persentase (%)

Mengajukan kredit 20 67%

Tidak Mengajukan kredit

10 33%


(38)

Hal ini menunjukkan berarti kemampuan pengusaha dalam mengakses kredit perbankan di kota Binjai masih banyak yang tidak mampu dalam mengakses kredit perbankan di kota Binjai.

4.11 Tingkat kemampuan pengusaha UMK dalam mengakses kredit Pada tabel dibawah ini dijelaskan tentang bagaimana tingkat kemampuan pengusaha UMK dalam mengakses kredit perbankan di Kota Binjai.

Tabel 4.36

Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK Dalam Mengakses Kredit

NO Tingkat Kemampuan

Pengusaha UMK Dalam Mengakses Kredit

Jumlah Responden Persentase (%)

1 Sangat Sulit 8 26,66

2 Sulit 14 46,66

3 Sedang 7 23,33

4 Mudah 3 10

5 Sangat Mudah 0 0

Jumlah 30 100

Sumber : data primer

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kemampuan pengusaha dalam mengakses kredit perbankan di Kota Binjai adalah sulit dimana sebanyak 14 responden atau 46,66% menyatakan sulit dalam mengakses kredit perbankan dan responden yang menyatakan mudah untuk mengakses kredit itu sebanyak 3 responden atau 10%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pengusaha UMK dalam mengakses kredit di Kota Binjai masih sulit.


(39)

4.12 Kendala pengusaha dalam mengakses kredit perbankan Tabel 4.37

Kendala Pengusaha Dalam Mengakses Kredit Perbankan NO Kendala

Pengusaha

Responden Persentase (%) Jumlah Respond

en SS S KS TS STS SS S KS TS STS 1 Kurangnya

Informasi

7 13 0 8 2 23,3 43,3 0 26,6 6,6 30 2 Kredit

Perbankan Menyusahaka

n Para Pengusaha

10 10 0 5 5 33,3 33,3 0 16,6 16,6 \

30

3 Bunga Kredit Terlalu Besar

10 10 0 5 5 33,3 33,3 0 16,6 6

16,6 6

30 4 Kurangnya

Kemampuan Dalam Memenuhi

Syarat Meminjam

8 12 0 6 4 26,6 40 0 20 13,3 30

Sumber : data primer

Dari tabel diatas terlihat bahwa terdapat beberapa kendala pengusaha dalam mengakses kredit perbankan yaitu masalah kurangnya informasi kredit perbankan, kredit perbankan menyusahakan para pengusaha, bunga kredit terlalu besar dan kurangnya kemampuan dalam memenuhi syarat meminjam. Kurangnya informasi dalam mengakses kredit perbankan, responden banyak yang menyatakan setuju dengan jumlah responden sebanyak 13 responden atau 43,3% dan yang menyatakan sangat tidak setuju cuma 2 responden atau 6,6%. Selain itu kendala lainnya seperti kredit perbankan menyusahakan para pengusaha sebanyak 20 responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap kendala tersebut dan yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju cuma sebanyak 10 responden. Begitu juga dengan kendala bunga kredit yang terlalu besar banyak responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju dengan 20 responden dan 10


(40)

responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dan kendala terhakir kurangnya kemampuan dalam memenuhi syarat meminjam, responden yang menyatakan setuju sebanyak 12 responden atau 40% dan yang menyatakan tidak setuju cuma 6 responden atau 20%. Hal ini menunjukkan bahwa 4 indikator ini yang mempengaruhi kendala pengusaha untuk mengakses kredit perbankan.


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis dan pembahasan terhadap variabel-variabel penelitian, maka dapat dirangkum kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kemampuan Pengusaha UMK di Kota Binjai yang mampu mengakses kredit perbankan di kota Binjai masih sulit. Hal ini terbukti dari 30 orang yang menjadi responden sebanyak 14 orang menyatakan sulit untuk mengakses kredit perbankan di Kota Binjai dan yang menyatakan mudah untuk mengakses kredit perbankan di Kota Binjai sebanyak 3 responden 2. Terdapat 4 faktor yang menyebabkan kendala pengusaha UMK di Kota Binjai

tidak mampu dalam mengakses kredit yaitu kurangnya informasi kredit perbankan, bunga kredit besar, kredit perbankan menyusahkan para pengusaha dan kurangnya kemampuan dalam memenuhi syarat meminjam.


(42)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dan yang telah diuraikan sebelumnya maka saran yang bisa diberikan adalah:

1. Pihak perbankan agar lebih antusias untuk mempromosikan dan memberikan penyuluhan serta memberikan kemudahan kepada para pengusaha UMK di kota Binjai tentang kredit perbankan. Agar masyarakat lebih mengetahui tentang kredit perbankan ini.

2. Para pengusaha UMK di kota Binjai agar lebih memilih kredit perbankan daripada menjual aset-aset untuk modal usaha dan mengembangkan usahanya. Karena dengan mengakses kredit perbankan maka pengusaha UMK dapat meningkatkan produktifitas, memperbesar modal kerja, dan memperoleh laba yang besar agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin


(43)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Tingkat Kemampuan

Menurut Thoha, kemampuan merupakan salah satu unsur dalam kematangan berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan suatu pengalaman.

Kemampuan ditujukan seseorang baru sebagian dari potensi yang terdapat pada dirinya sendiri. Dalam hal ini pengusaha meminjam dan mengembalikan modal yang telah diterima ke bank . oleh karna itu perlu adanya motivasi untuk menggerakkan agar prestasi kerja semakin dapat dilihat dan dirasakan oleh pengusaha.

Berdasarkan uraian di atas bahwa apabila ingin mencapai hasil yang maksimal seorang pengusaha harus bekerja dengan sungguh-sungguh beserta segenap kemampuan yang dimiliki ditunjang oleh sarana dan prasarana yang ada. Jika seorang pegawai bekerja dengan setengah hati maka pekerjaan yang dihasilkan tidaklah semaksimal yang diharapkan. Artinya bahwa kemampuan seseorang bisa diukur dari tingkat keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki dalam melaksanakan tugas yang dibebankan. Dengan keterampilan yang ada maka pengusaha akan berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerjanya.

Dari bahasan-bahasan di atas maka di dalam mengukur kemampuan kerja, menggunakan indikator sebagai berikut:


(44)

a. Kemampuan teknis

1. Tingkat pendidikan dan jenis pendidikan

2. Tingkat pelaksanaan tugas sesuai dengan aturan dan target waktu yang telah ditetapkan

3. Tingkat pelaksanaan pekerjaan menggunakan peralatan sesuai dengan bidang tugasnya.

4. Tingkat penyelesaian terhadap masalah b. Kemampuan bersifat manusiawi

1. Tingkat kerja sama dengan orang lain 2. Tingkat membangun suasana kerja

3. Tingkat pelaksanaan kerja dengan inisiatif c. Kemampuan konseptual

1. Tingkat kejelasan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan bidang tugasnya.

2. Tingkat penggunaan skala prioritas dalam menyelesaikan pekerjaan. 2.2 Defenisi Usaha mikro dan kecil (UMK)

Menurut UU No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengahdisebutkan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang peroranganatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badanusaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,


(45)

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

2.2.1 Usaha Mikro

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro.

Adapun kriteria usaha mikro :

1. Usaha mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tigaratus juta rupiah).

3. Usaha yang memiliki pekerja kurang dari 5 orang, termasuk tambahan anggota keluarga yang tidak dibayar.

2.2.2 Usaha Kecil

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.

Adapun kriteria Usaha Kecil :

1 Usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000 tidak termasuk tanah dan tempat bangunan.


(46)

2 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000

3 Usaha yang memiliki pekerja 5-19 orang 2.2.3. Ciri-Ciri Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Ciri-ciri usaha mikromenurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003:

1. Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti.

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat. 3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak

memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai. 4. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.

5. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank.

6. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

2.2.4. Jenis-Jenis Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Sektor-sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK) meliputi berbagai sektor bisnis, seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri manufaktur, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor transportasi dan telekomunikasi, sektor keuangan, penyewaan dan jasa, dan jasa-jasa lainnya. Sektor industri terbagi lagi menjadi beberapa


(47)

bagian, yakni makanan, minuman, tembakau, tekstil, pakaian jadi, kayu dan produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi, serta kimia termasuk pupuk.

Adapula produk-produk dari karet, semen dan produk-produk mineral non logam, produk-produk dari besi dan baja, alat-alat transportasi, mesin dan peralatannya, serta olahan-olahan lainnya.

2.2.5. Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam perekonomian indonesia paling tidak dapat dilihat dari (kementrian koperasi dan dan UKM,2005) :

1. kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor

2. Penyedia lapangan kerja yang terbesar

3. Pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat

4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi

5. Sumbangannya dalam neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor

Peran UMKM selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian indonesia. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia antara lain :

1. Jumlahnya besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi

2. Menyerap setiap tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak kesempatan kerja


(48)

3. Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau

2.2.6. Azas-Azas Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Menurut UU No. 20 Tahun 2008 pasal 3 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Perbedaan UKM dengan perusahaan yang berskala besar salah satunya dari asas. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan:

1. Kekeluargaan; 2. Demokrasi ekonomi; 3. Kebersamaan; 4. Efisiensi berkeadilan; 5. Berkelanjutan;

6. Berwawasan lingkungan; 7. Kemandirian;

8. Keseimbangan kemajuan; dan 9. Kesatuan ekonomi nasional.

2.2.7. Permasalahan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut tidak bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor


(49)

atau subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor yang sama (Tambunan, 2002). Meski demikian masalah yang sering dihadapi oleh usaha mikro dan kecilmenurut Tambunan (2002) adalah:

1. Kesulitan pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan usaha mikro dan kecil.Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestic dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor. 2. Keterbatasan Financial

Usaha mikro dan kecil, khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek financial :mobilitas modal awal (star-up capital) dan akses ke modal kerja, financial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang.

3. Keterbatasan SDM

Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek enterpreunership, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Keterbatasan ini menghambat usaha mikro dan kecil Indonesia untuk dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional.

4. Masalah bahan baku


(50)

bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia. Keterbatasan ini dikarenakan harga baku yang terlampau tinggi sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas.

5. Keterbatasan teknologi

Usaha mikro dan kecil di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologilama atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksiyang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuatrendahnya total factor productivity dan efisiensi di dalam proses produksi,tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat. Menurut Lestari (2007) untuk memenuhi kebutuhan permodalan, UMK paling tidak menghadapi empat masalah, yaitu:

a. Masih rendahnya atau terbatasnya akses UMK terhadap berbagai informasi, layanan, fasilitas keuangan yang disediakan oleh keuangan formal, baik bank, maupun non bank misalnya dana BUMN, ventura. b. Prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu rumit sehingga pinjaman

yang diperoleh tidak sesuai kebutuhan baik dalam hal jumlah maupun waktu, kebanyakan perbankan masih menempatkan agunan material sebagai salah satu persyaratan dan cenderung mengesampingkan kelayakan usaha.

c. Tingkat bunga yang dibebankan dirasakan masih tinggi.

d. Kurangnya pembinaan, khususnya dalam manajemen keuangan, seperti perencanaan keuangan, penyusunan proposal dan lain sebagainya.


(51)

2.2.8. Kelebihan dan Kelemahan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Kelebihan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah dapat menjadi dasar pengembangan kewirausahaan, dikarenakan organisasi internal dewasa ini mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya (lapangan usaha dan lapangan kerja) yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor (struktur industri dan perolehan devisa). Selain itu Usaha Mikro dan Kecil (UMK) aman bagi perbankan dalam member kredit karena bergerak dibidang usaha yang cepat menghasilkan. Usaha Mikro dan Kecil juga mampu memperpendek rantai distribusi, lebih fleksibel dan ada abilitas dalam pengembangan usaha. (Sumber:www.wikipedia.org)

Adapun kekurangan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah rendahnya kemampuan Sumber Daya manusia (SDM) dalam kewirausahaan dan manajerial yang menyebabkan munculnya ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha. Terdapat pula masalah keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam pengembangan berwirausaha. Ketidakmampuan aspek pasar, keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, sarana dan prasarana, dan ketidakmampuan menguasai informasi juga merupakan kekurangan yang sering dialamai dalam Usaha Mikro dan Kecil. Usaha Mikro dan kecil juga tidak didukung kebijakan dan regulasi yang memadai, serta pelakuan dari pelaku usaha besar yang tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama, sehingga sering tidak memenuhi standar dan tidak memenuhi kelengkapan aspek legalitas. (Sumber:www.wikipedia.org).


(52)

2.3. Kebijakan Kredit

Menurut Muljono (2007) dalam menetapkankebijaksanaan perkreditan tersebut harus diperhatikan 3 (tiga) asaspokok yaitu :

1. Asas likuiditas

Asas likuiditas adalah suatu asas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya atau dari masyarakat luas. Suatu bank dikatakan likuid apabila memenuhi kreteria antara lain :

a. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.

b. Bank tersebut memiliki assets lainnya yang dapat dicairkan sewaktuwaktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.

c. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assets baru melalui berbagai bentuk utang.

2. Asas solvabilitas

Asas solvabilitas, usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit.

3. Asas rentabilitas

Asas rentabiltas, sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan mengembangkan dirinya.


(53)

2.4. Penyaluran Kredit oleh Bank terhadap UKM

Pada kenyataannya penyaluran kredit pada UKM masih kecil dibandingkan dengan usaha besar. Pemecahan masalah tersebut secara makro seperti kebijakan pemerintah mewajibkan Bank Umum untuk menyalurkan 20 % kredit kepada UKM dari total kreditnya, KUT, program program promosi akses kredit UKM kepada lembaga keuangan dan lain-lainnya ternyata hasilnya masih jauh dari memuaskan. Hal ini disebabkan selain karena ketidakmampuan UKM mengakses bank juga disebabkan oleh :

1. Officer Bank kekurangan pengetahuan atau pengalaman, sehingga bank kesulitan menilai prospek bisnis UMK, sehingga untuk meminimalisasi resiko perlu menetapkan persyaratan jaminan yang ketat. Skema kredit UMK kurang bervariasi mengikuti variasi karakteristik usaha UMK yang spesifik.

2. Pada UMK yang mengajukan kredit, Officer Bank masih kesulitan untuk menemukan yang prospektif untuk dibiayai.

Untuk mendorong penyelesaian masalah ditingkat mikro tersebut semestinya menjadi perioritas dalam mempromosikan akses kredit UMK pada lembaga keuangan. secara teknis bank harus punya target pasar spesifik untuk UMK sebagaimana juga bank memiliki target pasar spesifik untuk usaha besar, tetapi menetapkan target pasar untuk UKM ternyata lebih rumit dari pada menetapkan target pasar kredit usaha besar, hal ini disebabkan :

1. Tidak tersedianya data sekunder yang memadai tentang UMK, data yang tersedia pada dinas teknis dan BPS sangat tidak memadai sebagai pertimbangan dalam merumuskan target pasar kredit UMK.


(54)

2. Faktor lokalitas pada tingkat Kabupaten/propinsi bahkan pada tingkat wilayah yang lebih kecil sangat mempengaruhi potensi pengembangan UMK, dengan demikian data Nasional akan sangat bisa jika digunakan dalam memilih sektor UMK.

3. Pengelompokkan UMK selama ini berdasarkan sub sektor telah menjadi pola analisis, padahal pengelompokkan tersebut pada dasarnya untuk kepentingan administrasi (Pemerintah & BI) bukan kepentingan analisis bisnis, Analisis yang paling rasional adalah berdasarkan rantai bisnis dan wilayah (wilayah yang dibatasi oleh keterkaitan pelaku bukan wilayah administrasi).

Karena sebagian besar UMK tidak memiliki dokumen usaha dan data tentang UMK sangat sedikit maka untuk bisa menyalurkan kredit kepada UMK, bank perlu mengenal dengan baik karakteristik dan pola bisnis UMK, perlu cara lain dalam analisis pasar dan potensi sektor agar penyaluran kredit pada UMK tetap dengan pendekatan koridor biasa.

Menurut data Bank Indonesia, total penyaluran kredit UMKM pada periode Januari - Juli 2012 mencapai Rp 681 triliun atau 33 persen dari rencana bisnis bank. Porsi kredit UMKM paling besar dikucurkan untuk sektor perdagangan yakni 46,6 persen, diikuti sektor industri pengolahan sebesar 10,5 persen, dan sektor pertanian, perburuan dan kehutanan 7,8 persen. Adapun rata-rata bunga kredit UMKM tercatat 13,8 persen. Menurut data BI per Juli 2012. Total penyaluran kredit secara keseluruhan mencapai Rp 2.538 triliun. Mengacu pada hal itu maka total penyaluran kredit UMKM yang telah mencapai Rp 681 triliun sudah mencapai 20 persen.


(55)

2.5. Syarat UKM Mendapat Kucuran Dana dari Bank

Para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) harus memenuhi tiga persyaratan agar usahanya dinilai visible dan bankable bagi perbankan. Sehingga perbankan bersedia untuk mengucurkan kredit. "Tiga syarat itu adalah :

1. Dokumentasi Usaha Yang Jelas 2. Track Record Yang Positif 3. Bisnis dan Cashflow yang positif

Seandainya aset usaha UKM tersebut tergolong besar tapi cashflownya negatif, perbankan tetap enggan mengucurkan kreditnya. dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM akan bekerjasama membuat pelatihan bagi para pelaku UKM, agar bisa bankable sehingga bisa memperoleh pinjaman dari perbankan untuk mengembangkan usaha.

Pada saat ini pemerintah masih terus berusaha untuk merealisasikan UU tentang penjaminan kredit kepada para pelaku UKM. Sehingga nantinya Bank Indonesia (BI) mempunyai payung hukum untuk melonggarkan aturannya bagi perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor UKM. , agar para pelaku UKM tidak terbebani masalah jaminan pinjaman kepada perbankan. Pada saat ini bahkan ada pelaku UKM yang memberikan jaminan lebih besar kepada perbankan dibandingkan jumlah pinjamannya.

2.6 Permasalahan yang dihadapi UKM dalam Mendapatkan Kredit dari Perbankan

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) saat ini tengah menghadapi fenomena paradoks. Disatu sisi UKM terlihat sangat strategis karena merupakan pilar pendukung utama dan terdepan dalam pembangunan ekonomi. UKM merupakan


(56)

lapangan usaha yang paling banyak dan paling mudah diakses oleh masyarakat bawah di Indonesia. UKM paling besar dan paling cepat dalam memberikan peluang lapangan pekerjaan dan memberikan sumber penghasilan bagi kebanyakan masyarakat kita. UKM paling fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah perekonomian dan UKM juga cukup terdiversifikasi dan memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan perdagangan. Betapa luar biasanya peran UKM di Indonesia kita ini. Namun disisi lain kita juga banyak menemukan persoalan pelik ditubuh UKM.

Kelembagaan UKM di Indonesia lemah. Hal ini disebabkan karena secara ekonomi politik, keberadaannya tidak diperhitungkan terutama pada masa rezim Soeharto berdiri kokoh. Dominasi keberpihakan rezim Soeharto kepada pelaku ekonomi besar telah menyebabkan UKM di Indonesia lemah secara kelembagaan. Sehingga UKM kita menjadi lambat mandiri, lambat mengembangkan diri dan menjadi lemah dalam hal akses. Sudah menjadi rahasia umum UKM di Indonesia, bahwa dari dahulu permasalahan klasik yang selalu mendera UKM antara lain adalah permasalahan:

1. Rumitnya proses perizinan dan penyederhanaan pencatatan usaha.

Perizinan usaha di Indonesia sangat berbelit dan memakan waktu yang sangat lama jika dibandingkan dengan negara-negara lain padahal untuk UKM izin usaha adalah modal paling dasar jika mau berkembang dan mendapat akses dengan baik terutama sekali akses permodalan. Menurut Bank Dunia (2005), dibutuhkan rata-rata sekitar 151 hari serta 12 prosedur untuk mendapatkan izin


(57)

usaha. Padahal kemudahan perizinan ini akan menciptakan tambahan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.25% PDB.

2. Sulitnya akses penambahan modal melalui kredit bank.

Kebanyakan UKM tidak berhasil mendapatkan kredit dari bank karena UKM tidak memenuhi persyaratan untuk layak diberi kredit. Hal ini antara lain karena UKM belum memiliki pengetahuan dan kesiapan dalam memenuhi persyaratan kredit sehingga para pelaku UKM memandang prosedur kredit sulit. Sulaeman di Indonesia alasan utama yang dikemukakan oleh UKM kenapa UKM tidak meminjam ke bank adalah:

a. prosedur sulit (30,30 %), b. Tidak berminat (25,34 %), c. Tidak punya agunan (19,28 %), d. Tidak tahu prosedur (14,33 %), e. Suku bunga tinggi (8,82 %),

f. Proposal ditolak (1,93 %) (Sulaeman, 2004) 3. Lemahnya kemampuan UKM dalam hal manajemen.

Permasalahan sebagian besar UKM di Indonesia adalah lemahnya kemampuan manajemen. Karena sebagian besar pelaku UKM memiliki tingkat pendidikan SMU atau sederajat, maka penguasaan ini sangat lemah. Padahal ini merupakan kunci jika UKM mau menilai perkembangan dan ingin mendapat akses kredit modal usaha di perbankan

4. Lemahnya penguasaan terhadap networking atau jaringan kerja dan akses pasar.


(58)

Hal ini muncul akibat lemahnya kemampuan UKM mengorganisir diri dan lemahnya kemampuan pemasaran UKM, lemahnya penguasaan jaringan pasar, dan lemahnya penguasaan fasilitas teknologi dan informasi (IT) oleh UKM.

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Erwina Pratiwi (2014) dengan judul “Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK Mengakses Kredit Perbankan Di Kabupaten Langkat”. Penelitian inimenganalisis bagaimana tingkat kemampuan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) mengakses kredit perbankan di Kabupaten Langkat.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan data primer.Cara pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan kuisioner. Metode yang digunakan dalam menganalisis penelitian ini dengan menggunakan program SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Kabupaten Langkat mengetahui kredit perbankan merupakan tempat untuk meminjam modal.

Kemudian Penelitian dilakukan oleh Pravita Sari (2014) dengan judul “Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK Mengakses Kredit Perbankan Syariah di Kota Medan (studi kasus : bank SUMUT syariah cabang medan) memberikan hasil penelitan yaitu

bahwa alasan para

pengusaha UMK mengakses pembiayaan diperbankan syariah karena usulan teman/keluarga dan potensi pengusaha UMK dalam mengakses pembiayaan mencakup modal awal


(59)

dan pendapatan parapengusaha UMK serta kendala yang dihadapi yaitu harus memiliki surat izin usaha dan laporan keuangan setiap bulannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Emmawaty sijabat (2013) dengan judul “Bank Perkreditan Rakyat Sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Menengah Kecil Di PT BPR Tridana Percut Medan” dengan hasil penelitian bahwa Bank Perkreditan Rakyat sebagai sumber pembiayaan usaha menengah kecil di PT BPR Tridana Percut Medan sangat berkaitan dengan variabel yang diberikan oleh pihak Bank dimana jumlahpembiayaan yang disalurkan sebesar 41.9%, suku bunga yang ditawarkan sebesar 48.8% dan jangka waktu pengembalian sebesar 48.8% kepada calon debitur yang menerima permintaan kredit.

2.8. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka konseptual Pengusaha

UM K

Kredit Perbankan

Tingkat kemampuan Pengusaha Umk t erhadap

kredit perbankan

Kendala pengusaha umk mengakses kredit


(60)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat sekarang ini, perekonomian Indonesia sudah mulai mengalami peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Baik di sektor barang maupun di sektor jasa. Perkembangan ini dapat kita ukur dari pertumbuhan ekonomi secara nasional pada tahun 2012 sebesar 6,23% meskipun telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 6,5%. Namun di sisi lain, perekonomian Indonesia merupakan perekonomian yang cukup rapuh jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Jika kita review kembali pada tahun 1997/1998, maka Usaha Mikro dan Kecil (UMK) masih tahan terhadap krisis yang melanda Negara-negara berkembang terutama Indonesia.

UMK memegang peran penting dalam pembangunan ekonomi, namun terdapat masalah yang dihadapi kelompok usaha ini. Menurut Primiana (2009), permasalahan terletak pada lemahnya prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan usaha-usaha komersial uang dimiliki oleh UMK. Masalah utama yang dihadapi UMK adalah keterbatasan akses untuk mendapatkan sumber modal dan rendahnya kesempatan mendapatkan peluang usaha. Selain itu, permasalahan UMK terkait juga dengan aspek produksi, pemasaran, kesempatan kerja dan teknologi. Salah satu kendala dalam perkembangan usaha mikro adalah keterbatasan modal yang dimiliki dan sulitnya mengakses sumber permodalan. Mengutip laporan BPS, D.


(61)

Prabowo (2004) dan Noer (2005) menegaskan bahwa 35,10% UMK menyatakan kesulitan permodalan, kemudian diikuti oleh kepastian pasar 25,90% dan kesulitan bahan baku 15,40%. Dalam kondisi yang demikian kelompok ini akan sangat sulit keluar dari permasalahan yang biasanya sudah berjalan lama tersebut, kecuali bila ada intervensi dari pihak lain. Pemberdayaan UMK sangat penting dan strategis untuk menopang struktur perekonomian Indonesia ke depan. Secara umum UMK memiliki kedudukan yang sangat potensial dalam perekonomian nasional, namun kenyataannya masih banyakmasalah yang menghadang dalam pengembangan UMK. Dalam hal ini adalah kelemahan akses pada informasi dan perluasan pangsapasar, kelemahan akses dan pemupukan modal, kelemahan akses pada informasi dan teknologi, kelemahan dalam manajemen organisasi, sertakelemahan dalam pembentukan jaringan usaha dan kemitraan. Semuanya ini tidak lain adalah karena lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang akhirnya berdampak terhadap daya saing UMK jika dibandingkan dengan pengusaha yang lebih besar.

Kondisi ini tentunya harus diperbaiki agar pengusaha UMK ini lebih berkembang sehingga dapat bersaing dengan adanya pasar global ASEAN pada tahun 2015 medatang. Oleh karena itu, seharusnya UMK ini harus mendapat perhatian yang lebih besar lagi dengan cara memberikan kucuran dana oleh lembaga-lembaga keuangan yang ada. Di Indonesia, UMK adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Jumlah UMK hingga 2011 mencapai sekitar 52 juta. UMK di Indonesia sangat penting bagi ekonomi karena menyumbang 60% dari PDB dan menampung 97% tenaga kerja. Tetapi akses ke 2 lembaga keuangan


(62)

sangat terbatas baru 25% atau 13 juta pelaku UMK yang mendapat akses ke lembaga keuangan. Suatu hal yang wajar apabila pemilik dana dalam memberikan pendanaan kepada pihak lain dengan sangat hati-hati, sebab siapapun dalam melepaskan dananya berharap bahwa dana itu aman, dalam arti dana tersebut dijamin akan kembali dan sekaligus memperoleh keuntungan daripadanya. Tanpa adanya saling mengenal tidak mungkin pemilik dana memberikannya kepada pihak lain.

UMK seringkali tidak melakukan pembukuan atau membuat pembukuan yang sangat sederhana, dimana berbagai biaya tidak diperhitungkan dengan jelas seperti:

1. Tidak dilakukan penyusutan terhadap aktiva tetap,

2. Tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja pribadi atau keluarga, dan 3. Tidak memisahkan asset perusahaan dengan kekayaan pribadi.

Kondisi ini akan menimbulkan kesulitan kepada pihak pemilik dana untuk melakukan kelayakan usaha.Kelayakan dari usaha yang akan dibiayai merupakan suatu pegangan bagi sumber permodalan (pemilik modal) untuk menentukan apakah akan mendanai usaha tersebut atau tidak. Oleh karena itu kemampuan menyusun studi kelayakan menjadi sangat penting, sebab mungkin saja sebenarnya usaha yang akan dibiayai itu sangat potensial dan akan mampu memberikan keuntungan yang besar, akan tetapi karena penyajian dalam studi kelayakannyatidak menggambarkan potensi ril kalau usaha itu dibiayai, maka sumber permodalan tidak mau memberikan pendanaan. Dengan perkataan lain walaupun usaha itu akan memberikan keuntungan yang besar, tapi kalau


(1)

Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc.,Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan member masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan memberikan saran dan kritik dalam skripsi ini 6. Bapak Haroni Doli Hamoraon S.E., M.Si selaku dosen penguji yang telah

banyak memberikan dukungan dan masukan berupa saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan 8. Kepada seluruh teman-teman Ekonomi pembangunan 2011 serta kepada

seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, termasuk bagi penulis sendiri.

Medan, Januari 2016 Penulis


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Defenisi Tingkat kemampuan... 6

2.2 Defenisi Usaha Mikro dan Kecil ... 7

2.2.1 Usaha Mikro ... 8

2.2.2 Usaha Kecil ... 8

2.2.3 Ciri Ciri Usaha Mikro dan Kecil ... 9

2.2.4 Jenis Jenis Usaha Mikro dan Kecil ... 9

2.2.5 Peran Usaha Mikro dan Kecil ... 10

2.2.6 Azas Azas usaha Mikro dan Kecil ... 11

2.2.7 Permasalahan Usaha Mikro dan Kecil ... 11

2.2.8 Kelebihan dan Kelemahan ... 14

2.3 Kebijakan Kredit ... 15

2.4 Penyaluran Kredit oleh Bank terhadap UKM ... 16

2.5 Syarat UKM mendapat kucuran dana dari Bank ... 18

2.6 Permasalahan UKM dalam mendapatkan kredit ... 19

2.7 Penelititan Terdahulu ... 21

2.8 Kerangka Konseptual ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.3 Batasan Operasional... 25

3.4 Definisi Operasional ... 25


(3)

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

3.6.1 Populasi Penelitian ... 26

3.6.2 Sampel Penelitian ... 26

3.7 Jenis dan Sumber Data ... 26

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.9 Uji Validitas dan Reabilitas ... 28

3.9.1 Uji Validitas ... 28

3.9.2 Uji Reabilitas ... 29

3.9.9 Analisis Deskriptif kualitatif ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 30

4.1 Gambaran wilayah penelitian ... 30

4.1.1 Letak Geografis ... 30

4.1.2 Kondisi Demografi Kota Binjai ... 30

4.2 Pertumbuhan ekonomi kota Binjai ... 33

4.3 Perkembangan Perbankan Kota Binjai ... 36

4.4 UMKM Kota Binjai ... 39

4.5 Uji Validitas dan Reabilitas ... 40

4.5.1 Uji Validitas ... 40

4.5.2 Uji Reabilitas ... 41

4.6 Karakteristik Responden ... 42

4.6.1 Usia Responden ... 42

4.6.2 Jenis Kelamin Responden ... 43

4.6.3 Tingkat Pendidikan Responden ... 43

4.6.4 Informasi yang didapat responden ... 44

4.6.5 Jenis usaha responden ... 44

4.6.6 Modal Responden ... 45

4.6.7 Pendapatan/hari ... 46

4.6.8 Omset Responden ... 46

4.6.9 Total aset responden ... 47

4.6.10 Jumlah Karyawan Responden ... 47

4.7 Analisis Data... 48

4.8 Deskriptif Penelitian ... 54

4.9 Responden yang mengajukan kredit ... 55

4.10 Responden yang mengakses kredit ... 55

4.11 Tingkat kemampuan pengusaha UMK ... 56


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 59

5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(5)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan kepadatan penduduk

Menurut Kecamatan di Kota Binjai 2014 ... 31

4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Binjai 2014 ... 32

4.3 Jumlah Penduduk dan Jenis Kelamin Kota Binjai ... 32

4.4 Jumlah Penduduk, Rumah tangga, dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga di Kota Binjai... 33

4.5 PDRB Kota Binjai Atas Dasar Harga Berlaku ... 35

4.6 PDRB Kota Binjai Atas Dasar Harga Konstan ... 36

4.7 Suku Bunga Dasar Kredit Data Posisi Akhir November 2015 ... 38

4.8 Posisi Kredit Perbankan Rupiah dan Valuta Asing Bank Umum di Kota Binjai... 38

4.9 Jumlah UMKM Kota Binjai ... 40

4.10 Uji Validitas ... 41

4.11 Uji Reabilitas ... 42

4.12 Usia Responden ... 43

4.13 Jenis Kelamin Responden ... 43

4.14 Tingkat Pendidikan ... 43

4.15 Informasi yang Didapat Responden ... 44

4.16 Jenis Usaha Responden ... 45

4.17 Modal Responden ... 46

4.18 Pendapatan responden ... 46

4.19 Omset Responden ... 46

4.20 total Aset Responden ... 47

4.21 Jumlah Tenaga Kerja ... 47

4.22 Kredit Perbankan mudah diakses oleh pengusaha ... 48

4.23 Kredit Perbankan membantu dalam pengembangan usaha .... 48

4.24 Kredit perbankan meningkatkan laba usaha ... 43

4.25 syarat dalam mengakses kredit perbankan mudah ... 43

4.26 setelah mendapatkan kredit perbankan hasil meningkat ... 43

4.27 realisasi pembiayaan kredit sesuai dengan rencana usaha ... 44

4.28 proses pencairan dana cepat ... 45

4.29 kredit perbankan memperluas pasar sasaran produksi ... 46


(6)

4.31 Kredit Perbankan Menyusahkan para pengusaha ... 53

4.32 bunga kredit terlalu besar ... 53

4.33 kurangnya kemampuan dalam memenuhi syarat ... 54

4.34 responden yang mengajukan kredit ... 55

4.35 responden yang mengakses kredit ... 55

4.36 tingkat kemampuan pengusaha UMK mengakses kredit... 56