Program Kerja BPKIMI Kemenperin 2012
OUTLINE
I
Profil Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan
Mutu Industri (BPKIMI)
II
Program Peningkatan Daya Saing
III
Program Kerja BPKIMI TA 2012
2
I.
Profil Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim
dan Mutu Industri (BPKIMI)
a
Kedudukan, Tugas dan Fungsi
b
Organisasi BPKIMI
c
Balai Besar Industri
d
Balai Riset dan Standarisasi Industri (Baristand)
3
I.a.
Kedudukan, Tugas dan Fungsi
BPKIMI (Pusat, Balai dan Baristand)
Tugas Pokok dan Fungsi
1
2
3
Pengkajian Kebijakan
Iklim Industri
• Insentif Fiskal
• Insentif Non-Fiskal
• Ketentuan global di
bidang lingkungan hidup
Mutu Industri
• Penelitian Teknologi
• Standardisasi
Unsur penunjang bagi pengembangan industri
yang dilakukan oleh 6 Direktorat Jenderal
(Ditjen)
1
Pengembangan Industri
• Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi
Tinggi
• Ditjen Industri Basis Industri Manufaktur
• Ditjen Industri Agro
• Ditjen Industri Kecil Menengah
2
Pengembangan Perwilayahan Industri
• Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri
3
Pengembangan Kerjasama Internasional
• Ditjen Kerjasama Industri Internasional
44
I.b. Organisasi BPKIMI
Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri
Sekretariat Badan
Pusat
Standarisasi
Pusat
Pengkajian
Kebijakan dan
Iklim Usaha
Industri
Pusat Pengkajian
Industri Hijau dan
Lingkungan Hidup
Balai Besar
Baristand Industri
Pusat
Pengkajian
Teknologi dan
Hak Kekayaan
Intelektual
5
5
I.c.
Balai Besar
I.d. Baristand Industri
%
$
$
0
(
!
"
"
#
$ %
$ %
$$
'
$ (
)
*
&
$
$
$ + ,
-
&
#
. 0
'
&
)
$
.
0
+ ,
/
/$
0 ,
$
0
!"
"
#
6
II.
a
Program Peningkatan Daya Saing Industri
5 bentuk fasilitas (Insentif, Disinsentif
dan Harmonisasi Tarif) untuk akselerasi
reindustrialisasi dalam rangka
mendukung percepatan dan
pembangunan ekonomi
b
Pengembangan Industri Hijau
1) Strategi Pengembangan Industri
Hijau
2) Upaya-upaya yeng telah dilakukan
3) Upaya-upaya yeng akan dilakukan
1). BMDTP
2). Tax Holiday
3). Tax Allowance
4). Penerapan Bea Keluar
5). BTKI 2012
c
Penerapan SNI wajib
1). SNI yang telah diterapkan
2). Percepatan penerapan SNI
d
Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
1). Peran Balai-balai dalam mengembangkan teknologi industri
2). Contoh-contoh hasil litbang dalam peningkatan teknologi industri
a. Dalam substitusi bahan baku/bahan penolong
b. Efisiensi teknologi proses produksi
7
1.BMDTP (Bea Masuk Ditanggung Pemerintah)
Tujuan
BMDTP
Kriteria
Barang dan Bahan
yang mendapatkan
BMDTP
$
$
$
$
%
"
&
$ )
$
("
"
$
$
$
'
"
"
%
"
#
'
#
&
#
( #
%
#
#
# %
#
#
%
(
*
Persyaratan untuk
mendapatkan BMDTP
"
(
""
$
$ )
# %
%
%
"
%
*
(
"
+ " ",- .
+ " ",/ .
+ " ", .
+ " ", .
8
Sektor Industri Yang Mendapatkan Fasilitas BM-DTP
di Bawah Binaan Kemenperin
NO.
SEKTOR
BM-DTP 2008 (Rp)
BM-DTP 2009 (Rp)
BM-DTP 2010 (Rp)
BM-DTP 2011 (Rp)
Ditjen IUBTT
1
2
3
4
5
6
9
Industri Alat Berat
Industri PLTU
Industri Komponen Kendaraan
Bermotor
Industri Elektronika
Industri Peralatan Telekomunikasi
Industri Kabel Serat Optik
Industri Perkapalan
Industri Toner
Industri Kereta
160.000.000.000
927.000.000
300.000.000.000
106.000.000.000
14.000.000.000
795.200.000.000
210.000.000.000
5.000.000.000
523.930.000.000
57.467.500.000
3.446.000.000
106.136.500.000
28.000.000.000
103.000.000.000
215.400.000.000
50.000.000.000
151.000.000.000
150.000.000.000
38.771.000.000
26.154.000.000
30.410.000.000
448.000.000**
-
12.500.000.000
6.450.000.000
5.350.000.000
20.042.500.000
337.500.000
6.192.500.000
-
-
Ditjen BIM
10
11
12
13
14
15
16
17
Industri Methyltin Mercaptide
Industri Sorbitol
Industri Kemasan & Karung Plastik
Industri Karpet
Industri HRC < 2 mm
Ballpoint
Industri Kawat Ban (Steel Cord)
Industri Resin
470.000.000
70.000.000.000
-
900.000.000
700.000.000
32.040.000.000*
9.600.000.000*
3.200.000.000
5.600.000.000*
-
1.294.000.000
150.500.000.000
36.224.000.000
13.420.000.000
17.250.000.000
-
385.500.000
49.267.500.000
9.056.000.000
107.000.000.000
769.397.000.000
1.383.640.000.000
1.203.401.000.000
285.245.500.000
880.000.000
7.734.000.000
Ditjen IA
18
Industri Susu
JUMLAH
REALISASI (%)
3.26%
9%
22%
12,8% 9
9
Sektor Industri Yang Diusulkan Mendapatkan Fasilitas BM-DTP 2012
No
Sektor Industri
Usulan Pagu
Anggaran 2012
1.
Ind .Komponen Kendaraan Bermotor
308.500.000.000
2.
Ind. Elektronika
50.000.000.000
3.
Ind.Perkapalan
48.102.000.000
4.
Ind.Alat Berat
126.103.000.000
5.
Ind. PLTU
6.
Bahan Baku Pembuatan Pupuk
30.000.000.000
7.
Ind. Peralatan Telekomunikasi
14.880.000.000
8.
Ballpoint
1.900.000.000
9.
Serat Optik
2.500.000.000
10.
Ind. Karpet
40.000.000.000
11.
Ind. Kemasan dan Karung Plastik
12.
Tinta Khusus (Toner)
1.300.000.000
13.
Ind.Kereta Api (INKA)
22.680.000.000
14.
Resin Sintesis
15.000.000.000
2.380.000.000
TOTAL
207.000.000.000
870.345.000.000
10
Permasalahan dalam implementasi BM-DTP
• Pada tahun 2008 sd. 2010 sektor industri yang mendapat fasilitas BM-DTP
tanpa melihat status KITE diperbolehkan memanfaatkan BMDTP.
• Namun pada tahun 2011 perusahaan yang mendapat fasilitas KITE
(Kemudahan Impor Tujuan Ekspor ) tidak diberikan insentif BM-DTP
(sesuai PMK 261/2010 ps 2 .(5) e.). Padahal sesuai KMK 580/2003 Ps. 10
Perusahaan KITE diperbolehkan memasukkan produknya 25% ke dalam
negeri.
• PMK Sektor masih terus mengalami keterlambatan dalam penerbitannya
sehingga realisasi penyerapan menjadi rendah. Bahkan pada tahun 2012
ini, PMK Induk BM-DTP belum diterbitkan. Apalagi PMK sektornya.
Yang sedang dilakukan
• Berkoordinasi dengan instansi terkait dalam hal penerbitan peraturanperaturan pendukung implementasi BMDTP (PMK induk, PMK per
sektor, Perdirjen di lingkup Kemenperin, Perdirjen Bea Cukai).
• Melakukan diseminasi/sosialisasi kepada stakeholder industri di daerah
11
2. Tax Holiday
(Peraturan Menteri Keuangan No. 130/2011)
INSENTIF
tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
Tujuan
MP3EI
Meningkatkan investasi bagi
pengembangan industri pionir
Program
hilirisasi
Pengembangan
industri
prioritas
Tax
Holiday
Menyerap tenaga kerja domestik
Adanya alih teknologi
Meningkatkan nilai tambah industri
di dalam negeri
Mempertahankan daya saing
industri nasional dan nilai strategis
dari kegiatan usaha tertentu
12
Fasilitas Tax Holiday diberikan kepada industri pionir dengan jumlah minimal
investasi sebesar Rp. 1 Triliun dengan bidang usaha :
a) Industri logam dasar;
b) Industri pengilangan minyak bumi dan/atau industri kimia dasar organik
yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam;
c) Industri permesinan;
d) Industri di bidang sumber daya alam terbarukan; dan/atau
e) Industri peralatan komunikasi
Bentuk pemberian fasilitas adalah :
a) Pembebasan PPh Badan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan paling singkat 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun dimulainya
produksi komersial dengan nilai investasi sebesar 100 %.
b) Pengurangan PPh Badan sebesar 50 % dari PPh Badan terutang selama 2
(dua) tahun pajak setelah berakhirnya pemberian fasilitas pembebasan
PPh Badan.
13
Yang telah dilakukan
• Telah diterbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 93/MIND/PER/11/2011 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengajuan Permohonan
Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan di Sektor
Industri
• Telah diterbitkan Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 610/MIND/KEP/12/2011 tentang Tim Verifikasi dan Pengkajian Permohonan
Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan di Sektor
Industri.
Yang akan dilakukan
• Berkoordinasi dengan Ditjen IA, IUBTT, BIM untuk segera menerbitkan SK
Dirjen IA, IUBTT, BIM tentang Sekretariat Tim
• Fasilitasi terhadap pengajuan permohonan fasilitas tax holiday
• Melakukan diseminasi/sosialisasi kepada stakeholder industri di daerah
14
3.Tax Allowance
Peraturan Pemerintah No. 52 Th. 2011
INSENTIF
tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk
Penanaman Modal dibidang-bidang usaha
tertentu dan/atau di daerah – daerah tertentu
Tujuan
PP No.52/2011
$ 0
1
#
""
" " *
&
#
(
#
Pemberian Fasilitas Fiskal Dalam Rangka Penanaman Modal
(PP No.52 Tahun 2011)
• Pengurangan penghasilan net sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah Penanaman
Modal. dibebankan selama 6 (enam) tahun masing- masing sebesar 5% (lima persen) per
tahun
• Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat
• Pengenaan Pajak Penghasilan atas deviden yang dibayarkan kepada Subjek Pajak Luar Negeri
sebesar 10% (sepuluh persen). atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku
• Kompensasi kerugian minimal 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun
15
Lampiran I PP 52/2011 (Bidang
(Bidang Usaha Tertentu)
Tertentu)
NO
BIDANG USAHA
NO
1
INDUSTRI MAKANAN
Industri Makanan dari Cokelat dan Kembang Gula
Industri Makanan Bayi
INDUSTRI TEKSTIL
Industri Yang Menghasilkan Kain Keperluan Industri
INDUSTRI PRODUK DARI BATU BARA DAN PENGILANGAN MINYAK
Industri Pembuatan Minyak Pelumas
INDUSTRI BAHAN KIMIA DAN BARANG DARI BAHAN KIMIA
Industri Kimia Dasar Anorganik Lainnya
Industri Kimia Dasar Organik yang Bersumber Dari Hasil Pertanian
Industri Kimia Dasar Organik untuk Bahan Baku Zat Warna dan
Pigmen . Zat Warna dan Pigmen
Industri Kimia Dasar Organik yang bersumber dari Minyak Bumi.
Gas Alam dan Batubara
Industri Kimia dasar Organik yang menghasilkan bahan kimia
khusus
Industri Damar Buatan (Resin Sintetis) dan Bahan Baku Plastik
Industri Karet Buatan
Industri Bahan Kosmetik dan Kosmetik. termasuk Pasta Gigi
Industri Serat/Benang/Strip Filamen Buatan
Industri Serat Stapel Buatan
INDUSTRI FARMASI. PRODUK OBAT KIMIA DAN OBAT
TRADISIONAL
Industri Bahan Farmasi
INDUSTRI KARET. BARANG DARI KARET DAN PLASTIK
Industri ban luar dan ban dalam
19
INDUSTRI KOMPUTER. BARANG ELEKTRONIK DAN OPTIK
20
Industri Semi Konduktor dan Komponen Elektronik Lainnya
Industri Televisi dan/atau Perakitan Televisi
21
Industri Alat Ukur dan Alat Uji Elektronik
22
Industri Peralatan Fotografi
23
INDUSTRI PERALATAN LISTRIK
24
Industri Pengubah Tegangan (Transformator). Pengubah Arus
(Rectifer) dan Pengontrol Tegangan (Voltage Stabilizer)
Industri Batu baterai Kering (Batu Baterai Primer)
25
Industri Lampu Tabung Gas (Lampu Pembuang Listrik)
26
Industri Peralatan Listrik Rumah Tangga
27
INDUSTRI MESIN DAN PERLENGKAPAN YTDL
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
INDUSTRI LOGAM DASAR
18
Industri Besi dan Baja Dasar (Iron and Steel Making)
INDUSTRI BARANG LOGAM. BUKAN MESIN DAN PERALATANNYA
Industri Barang dari Kawat
BIDANG USAHA
Industri Mesin Uap. Turbin dan Kincir
28
Industri Mesin Fotocopi
29
Industri Mesin Pendingin
30
Industri Mesin dan Perkakas Mesin untuk Pengerjaan logam
31
Industri Mesin Penambangan. Penggalian dan Konstruksi
32
Industri Mesin Tekstil
33
Industri Mesin Keperluan Khusus Lainnya YTDL
34
INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR. TRAILER DAN SEMI TRAILER
Industri Suku Cadang dan Aksesoris Kendaraan Bermotor Roda
Empat atau Lebih
35
INDUSTRI ALAT ANGKUTAN LAINNYA
Industri Kapal dan Perahu
36
37
Industri Komponen dan PerlengkapanSepeda Motor Roda Dua dan
Tiga
JASA REPARASI DAN PEMASANGAN MESIN DAN PERALATAN
Jasa Reparasi Kapal. Perahu dan bangunan Terapung
16
Lampiran II PP 52/2011 (Bidang
(Bidang Usaha Tertentu & Daerah Tertentu)
Tertentu)
NO
BIDANG USAHA
DAERAH/PROVINSI
INDUSTRI MAKANAN
1
BIDANG USAHA
DAERAH/PROVINSI
INDUSTRI TEKSTIL
Industri pengolahan
dan pengawetan buah
– buahan dan sayuran
dalam kaleng
Sumatera Utara. Nusa Tenggara Barat. Riau dan
Kepulauan Riau. Sulawesi Selatan. Sulawesi Barat.
Kalimantan Barat. Jawa Barat. Jawa Timur
Industri pengolahan
sari buah dan sayuran
Sumatera Utara. Sulawesi Selatan. Riau. Sulawesi Barat
dan Nusa Tenggara Barat
3
Industri Margarine
Propinsi di Sumatera dan Kalimantan
4
Industri Minyak
Goreng Kelapa
Sulawesi Utara. Sulawesi Selatan. Sulawesi Tengah.
Sulawesi Tenggara. SulawesiBarat. Gorontalo
5
Industri minyak
goreng kelapa sawit
Propinsi di Sumatera dan Kalimantan
6
Industri minyak
makan dan lemak
nabati dan hewani
lainnya
Seluruh Propinsi Kecuali Pulau Jawa
Industri pengolahan
susu bubuk dan susu
kental
Sumatera Barat. Bengkulu. Jawa Barat. Jawa Tengah.
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Timur. Bali. Nusa
Tenggara Barat. Sulawesi Selatan
Industri berbagai
macam tepung dari:
padi=padian. bijibijian. kacangkacangan. umbiumbian dan
sejenisnya
Lampung. Jawa. Nusa Tenggara Barat. Nusa Tengga
Timur. Sulawesi Utara. Sulawesi Selatan. Sulawesi
Tengah. Sulawesi Tenggara. Sulawesi Barat. Gorontalo.
Maluku. Maluku Utara . Papua
9
Industri gula pasir
Seluruh provinsi kecuali Pulau Jawa
10
Industri glukosa dan
sejenisnya
Seluruh provinsi kecuali Pulau Jawa
11
Industri tepung beras
dan tepung jagung
Sulawesi Utara. Sulawesi Selatan. Sulawesi Tengah.
Sulawesi Tenggara. Sulawesi Barat. Gorontalo. NTT. NTB
12
Industri Kakao
Propinsi di Sulawesi
13
Industri pengolahan
kopi dan teh
Aceh. Sulawesi Utara. Bengkulu. Sumatera Selatan.
Lampung. Bali. Sulawesi Selatan. Nusa Tenggara Timur.
Papua dan Papua Barat. Sulawesi Barat
2
NO
14
Industri Persiapan
Serat Tekstil
Sulawesi Utara. Sulawesi Selatan. Sulawesi Tengah.
Sulawesi Tenggara. Sulawesi Barat. Gorontalo. Nusa
Tenggara Barat. Nusa Tenggara Timur
15
Industri karpet dan
permadani
Seluruh provinsi di Pulau Jawa
16
Industri non woven
(bukan tenunan)
Seluruh provinsi di Pulau Jawa
INDUSTRI KULIT. BARANG DARI KULIT DAN ALAS KAKI
7
8
17
Industri Penyamakan
Kulit
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa dan Bali
18
Industri Alas Kaki
untuk keperluan
sehari-hari
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa dan Bali
19
Industri sepatu
Olahraga
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa dan Bali
20
Industri sepatu teknik
lapangan/keperluan
industri
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa dan Bali
INDUSTRI KERTAS DAN BARANG KERTAS
21
Industri bubur kertas
(pulp)
Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
22
Industri Kertas Budaya
Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
17
Lampiran II PP 52/2011 (Bidang
(Bidang Usaha Tertentu & Daerah Tertentu)
Tertentu)
NO
BIDANG USAHA
DAERAH/PROVINSI
23
Industri Kertas Berharga
Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
24
Industri Kertas Khusus
Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
25
Industri Kertas dan Papan Kertas Bergelombang
Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
26
Industri Kemasan dan Kotak dari kertas dan karton
Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
27
Industri Kertas Tisue
Seluruh Propinsi Kecuali Pulau Jawa
INDUSTRI BAHAN KIMIA DAN BARANG DARI BAHAN KIMIA
28
Industri kimia dasar anorganik khlor dan alkali
Nusa Tenggara Timur
29
Industri kimia dasr organik yang bersumber dari hasil
pertanian
Sumatera Utara. Riau. Jambi. Lampung. Bengkulu. Kaimantan Barat. Kalimantan Timur.
Kalimantan Tengah. Kalimantan Selatan. Aceh. Papua dan Papua Barat. Sumatera Barat.
Sumatera Selatan
30
Industri bahan peledak
Jawa Barat. Kalimantan Timur
INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM
31
Industri semen
Seluruh Propinsi. kecuali di Pulau Jawa
32
Industri besi dan baja dasar (iron and steel making)
Provinsi di Kalimantan dan Banten
33
Industri pembuatan logam dasar mulia
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa
34
Industri pembuatan logam dasar bukan besi
Seluruh Provinsi di Pulau Kalimantan. Papua. Maluku. Sulawesi.
35
Industri Penggilingan logam bukan besi
Seluruh Provinsi di Pulau Kalimantan. Papua. Sulawesi.
INDUSTRI ALAT ANGKUTAN LAINNYA
36
Industri kapal dan perahu
Jawa Timur. Kalimantan. Sulawesi. Maluku. Papua. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara
Timur
37
Industri Peralatan dan perlengkapan dan bagian kapal
Provinsi di Pulau Jawa dan Sumatera
JASA REPARASI DAN PEMASANGAN MESIN DAN PERALATAN
38
Jasa reparasi kapal. perahu dan bangunan terapung
Jawa Timur. Kalimantan. Sulawesi. Maluku. Papua. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara
Timur
PENGELOLAAN LIMBAH
39
Pengelolaan dan pembuangan sampah yang tidak
berbahaya
Seluruh Propinsi Kecuali Pulau Jawa
18
Yang akan dilakukan
• Kemenperin berkoordinasi Kemenko Perekonomian, Ditjen
Pajak dan BKPM dalam penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis)
pelaksanaan tax allowance (Perdirjen Pajak dan Perka BKPM)
• Kemenperin bersama dengan Kemenko Perekonomian dan
instansi terkait lainnya akan melakukan monitoring dan evaluasi
atas pemanfaatan fasilitas tax allowance
• Melakukan diseminasi/sosialisasi kepada stakeholder industri di
daerah
19
4. Bea Keluar
(PMK No. 67/PMK.011/2010)
PMK No. 67/PMK.011/2010 tentang Penetapan
Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan
Tarif Bea Keluar
Tujuan Penetapan Bea Keluar
• Sesuai UU No. 17 tahun 2006 tentang
Perubahan atas UU No. 10 tahun 1995 tentang
Kepabeanan. Pasal 2A ayat (2) menyatakan
bahwa : Bea keluar dikenakan terhadap
barang ekspor dengan tujuan untuk:
• Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam
negeri
• Melindungi kelestarian sumber daya alam
• Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup
drastis dari komoditi ekspor tertentu di
pasaran internasional
• Menjaga stabilitas harga komoditi tertentu
di dalam negeri
Komoditi
yang
Dikenakan
Bea Keluar
Kulit
Kayu
Buah dan
Kernel Kelapa
Sawit
CPO dan
produk
turunannya
Biji Kakao
Rotan
20
Yang telah dilakukan
• Pada tahun 2011 telah dilakukan restrukturisasi tarif Bea Keluar
terhadap besaran tarif bea keluar atas ekspor kelapa sawit, Crude
Palm Oil (CPO), dan produk turunannya melalui “Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 128 tahun 2011 Tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67 tahun 2010 tentang
Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea
Keluar”
Yang akan dilakukan
• Kemenperin bersama dengan instansi terkait lainnya akan
berkoordinasi untuk melakukan evaluasi dan kajian terkait penerapan
Kebijakan Bea Keluar terhadap beberapa komoditi primer
• Melakukan diseminasi/sosialisasi kepada stakeholder industri di daerah
21
5.Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI)
2012
Latar Belakang Penyusunan BTKI 2012
•
•
AMANDEMEN HS
REVISI AHTN
•
PENAMBAHAN POS/SUBPOS
PENGHILANGAN POS/SUBPOS
REVISI REDAKSIONAL
•
•
PERUBAHAN STRUKTUR KLASIFIKASI TARIF BEA MASUK/PDRI
PENYUSUNAN BTKI 2012
PMK No.PER-213/PMK.011/2011, Tanggal 14-Dec-2011
Jumlah pos tarif pada BTBMI 2007 adalah sebanyak 8.755 pos tarif menjadi
10.025 pos tarif pada BTKI 2012
(mulai diberlakukan TMT tgl 1 Januari 2012)
22
Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2012
BTBMI 2007
Setiap 5 (lima) tahun akan diterbitkan pengganti
akibat adanya amandemen HS oleh WCO
Tahun
Berlaku
2007
Harmonisasi tarif yang pernah dilakukan :
Peraturan MenteriKeuangan Nomor 241/PMK.011/2010
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.011/2011
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.011/2011
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.011/2011
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.011/2011
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.011/2011
BTKI 2012
Mulai 1 Januari 2012 tarif bea masuk pada BTBMI 2007
(dengan perubahan-perubahan seperti pada PMK di
atas) tidak berlaku lagi dan mengacu pada:
2012
Buku Tarif Kepabeanan Indonesia Tahun 2012 (BTKI 2012)
sesuai dengan PMK No. 213 tahun 2011 tentang Penetapan
Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas
Barang Impor
23
Permasalahan
• Pemberlakuan BTKI 2012 per 1 Januari 2012 dirasakan oleh dunia usaha
menghambat proses ekspor impor dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi
karena tidak ada masa transisi dalam pemberlakuannya sehingga banyak
barang-barang yang tertahan di pelabuhan
Yang sedang dilakukan
• BPKIMI akan mengkoordinir sektor pembina industri dalam pengusulan
perubahan tarif bea masuk (TBM) yang dianggap masih belum sesuai
pada BTKI 2012.
• Sehubungan akan diterapkannya perdagangan ASEAN Single Window
(ASW) dengan menggunakan 8 digit HS pada tahun 2017, BPKIMI akan
mengkoordinir sektor pembina industri untuk penyesuaian penggunaan
10 digit HS menjadi 8 digit HS.
24
II.b. Pembangunan dan Pengembangan Industri Hijau
DASAR HUKUM
Tujuan Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang
(Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional
Nasional))
Membangun Industri dengan
Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Lingkungan
Sosial
Ekonomi
Pembangunan industri
yang mampu
menghasilkan barang
yang dibutuhkan pasar
secara kontinue
Pembangunan industri yang
mampu menjaga keseimbangan
ekosistem, memelihara
sumberdaya yang berkelanjutan,
menghindari eksploitasi
sumberdaya alam dan fungsi
pelestarian lingkungan
Pembangunan industri yang
mampu memberi
berkontribusi pada
masyarakat, seperti
kesempatan kerja,
peningkatan pendidikan,
kesehatan dan keamanan
25
Konsep Pengembangan Industri Hijau
Business as Usual (end of pipe)
Kemasan
Teknologi/
Mesin
Supplier
Produk
Bahan baku
dan penolong
Sisa Produk
dan kemasan
Proses
Produksi
Limbah/Emisi
Energi
Green Industry
(curative)
Eco
Friendly
• Ramah
Lingkungan
• Hemat/ efisien
& Efektif
• Renewable
(jika tersedia)
(Preventive)
• Penerapan 4R (Reduce,
Reuse, Recycle, Recovery)
• Pendayagunaan SDM
berwawasan lingkungan
• Penerapan SOP
• Penerapan tataletak pabrik
yang efisien dan efektif
• Modifikasi peralatan
Green Production
• Eco-Product
• Eco-Packaging
• Rendah/zero
emission
• Diolah hingga
memenuhi BML
• Non B3
• Dapat
dimanfaatkan
(dalam atau luar
proses)
Eco
Friendly
SUPPORTING
•Standard
•Lembaga Sertifikasi
•Kerjasama
• Pembiayaan
•Insentif
•Pendidikan dan
Pelatihan
•R & D
• BantuanTeknis
• Sistem
Informasi
26
Program Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Sektor Industri Pengemisi GRK
– Industri Semen, Industri Baja, Industri Pulp dan Kertas, Industri Keramik,
Industri Petrokimia, Industri Pupuk, Industri Tekstil, dan Industri Makanan
dan Minuman
27
Rencana Aksi Nasional (RAN)
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Industri (GRK)
(Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011)
Target Penurunan Emisi (26%)
0,001 (Giga ton) CO2e
Target Penurunan Emisi (41%)
0,005 (Giga ton) CO2e
Kebijakan yang dilakukan untuk menunjang RAN – GRK
• Peningkatan pertumbuhan industri dengan mengoptimalkan
pemakaian energi
Strategi
• Melaksanakan audit energi khususnya pada
industri-industri yang padat energi
• Memberikan insentif pada program efisiensi
energi
28
No
Rencana
Aksi
Kegiatan/Sasaran
Periode
Lokasi
Indikasi
penurunan Emisi
GRK (juta ton
CO2e)
Penanggung
Jawab
1
Penerapan
modifikasi
proses dan
teknologi
Tersusunnya pedoman
penggunaan biomass dan
teknologi lainnya pada industri
semen sebagai blended cement
2010-2020
9 perusahaan industri semen di 9
propinsi : NAD, Sumbar, Sumsel,
Jabar, Jateng, Jatim, NTT, Sulsel, dan
Kalsel
2,75
Kementerian
Perindustrian
2
Konservasi
dan audit
energi
a. Terbentuknya sistem
manajemen energi di 9
perusahaan industri
semen, 35 perusahaan
baja dan 15 pulp kertas
2010 –2014
9 perusahaan industri semen di 9
propinsi NAD, Sumbar, Sumsel,
Jabar, Jateng, Jatim, NTT, Sulsel, dan
Kalsel
Industri baja di 12 propinsi: Sumut,
Sumsel, Riau, Jambi, Banten, DKI,
Jabar, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar,
Kalsel, dan Sulsel
15 perusahaan indusustri pulp
kertas
2,06 terdiri dari :
• Semen : 1,04
• Baja : 0,64
• Pulp kertas : 0,38
Kementerian
Perindustrian
2015 - 2020
8 propinsi:
Sumut, Banten, Jabar, Jateng, Jatim,
DKI Jakarta, Kalitim dan Sulsel
2010 - 2020
10 propinsi :
Sumut, Sumsel, Riau, Sumbar, DKI
Jakarta, Banten, Jabar, Jateng,
Jatim, Yogjakarta
1,50
Kementerian
Perindustrian
b. Terbentuknya sistem
manajemen energi di
perusahaan industri gelas
dan keramik, pupuk,
petrokimia, makanan dan
minuman, tekstil, dan
kimia dasar
3
Penghapusan
Bahan
Perusak Ozon
(BPO)
Penghapusan BPO pada 4
sektor (Refrigerant, Foam,
Chiller dan pemadam Api)
29
Upaya yang telah dilakukan
1. Penggunaan mesin ramah lingkungan melalui program restrukturisasi permesinan
untuk industri tekstil dan produk tekstil, alas kaki, dan gula. Program ini memberikan
dampak yang signifikan berupa penghematan penggunaan energi sampai
25%, peningkatan produktivitas sampai 17%, peningkatan penyerapan tenaga kerja dan
meningkatkan efektivitas giling pada industri gula;
2. Penerapan produksi bersih dengan memberikan pelatihan kepada pelaku industri dan
aparatur, menyusun pedoman teknis produksi bersih untuk beberapa komoditi industri
dan bantuan teknis kepada beberapa industri;
3. Kebijakan teknis, yaitu perlindungan terhadap lapisan ozon melalui kontrol
produk, bahan baku atau bahan penunjang secara bertahap (Peraturan Menteri
Perindustrian No. 33/M-IND/PER/4/2007;
4. Penyusunan Data Inventori Emisi CO2 equivalent di 700 perusahaan dari 8 sektor
industri untuk penetapan baseline emisi GRK;
5. Penyusunan Konsep Grand Strategi Konservasi Energi;
6. Implementasi Konservasi energi pada 35 perusahaan industri baja dan 15 perusahaan
industri pulp dan kertas;
7. Penyusunan Pedoman Teknis Penurunan Emisi GRK pada industri Semen;
8. Pemberian penghargaan industri hijau :
• Tahun 2010 kepada 9 perusahaan industri
• Tahun 2011 kepada 10 perusahaan industri
30
Upaya yang akan dilakukan
1. Menyusun standar industri hijau;
2. Menyiapkan skema insentif fiskal dan non fiskal;
3. Membangun lembaga sertifikasi industri hijau;
4. Membangun kerjasama nasional dan internasional;
5. Peningkatan kapasitas SDM;
6. Meningkatkan pengembangan kualitas R&D;
7. Memberikan bantuan teknis penerapan produksi bersih;
8. Memfasilitasi pembiayaan pengembangan industri hijau;
9. Membangun sistem informasi industri hijau;
10.Menyusun pedoman-pedoman dalam rangka penurunan emisi
GRK;
11.Melakukan monitoring emisi GRK
31
II.c. Penerapan SNI Wajib
Permasalahan
• Dengan diberlakukannya Free Trade Area (FTA)
seperti ASEAN-China FTA, ASEAN FTA, maka pasar
dalam negeri dibanjiri oleh produk-produk impor
dengan harga murah namun mutunya rendah,
seperti : Tekstil dan Produk Tekstil (TPT),
Elektronika, dan lain-lain. Kondisi ini
mengakibatkan berkurangnya daya saing produkproduk produksi dalam negeri
Upaya-upaya yang telah
dilakukan
• Dengan menurunnya bea masuk impor sebagai dampak
FTA, hambatan teknis melalui pemberlakuan SNI secara
wajib merupakan salah satu cara untuk menghambat
laju produk impor. Sampai saat ini pemberlakuan SNI
secara wajib baru 73 SNI
• Dari produk-produk yang diberlakukan wajib tersebut,
industri yang telah memperoleh SPPT SNI adalah
sebanyak 2984 perusahaan, yang terdiri atas 1966
Perusahaan Dalam negeri dan 1018 Perusahaan Luar
negeri.
• Berdasarkan perbandingan antara nilai impor dan
jumlah SNI yang diberlakukan secara wajib, hal
tersebut dirasakan kurang memadai untuk
menghambat laju produk impor
32
Rencana Pemberlakuan SNI Wajib
Upaya-upaya yang akan dilakukan
• Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan sepakat untuk mempercepat pemberlakuan secara
wajib SNI persyaratan penuh dan SNI sebagian parameter (Peraturan Teknis) untuk 400 produk yang
nilai impornya tinggi, yang meliputi Elektronika (62 produk), Furniture (6 produk), Logam ( 8 produk),
Kimia Dasar (5 produk), Kimia Hilir (16 produk), Makanan (7 produk), Mainan (15 produk), TPT (438
produk), Otomotif (5 produk), dan Maritim (2 produk).
• Ketentuan labelling untuk TPT akan diatur oleh Kementerian Perdagangan
Skema Pemberlakuan SNI Wajib (521) dan Pertek (43) untuk 564 produk
Produk
Elektronika
Pemberlakuan SNI wajib
Peraturan teknis SNI-SP
31 produk
31 produk
Furniture
6 produk
Logam
8 produk
Kimia Dasar
5 produk
Kimia Hilir
12 produk
Makanan
7 produk
Mainan
15 produk
TPT
436 produk
Otomotif
5 produk
Maritim
2 produk
4 produk
2 produk
33
II.d. Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Peringkat Kesiapterapan Teknologi
dan Kemampuan Inovasi Indonesia
Peringkat
40
44
45
46
2010
50
2011
55
Daya Saing
•
30
40
50
60
70
80
90
100
36 36
Peringkat
Peringkat Daya Saing
35
Indonesia
2010
91 94
2011
Kesiapterapan Kemampuan
Teknologi
Inovasi
Peringkat Daya Saing dipengaruhi oleh 12 faktor, antara lain faktor
Kesiapterapan Teknologi dan Kemampuan Inovasi.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan inovasi belum diiringi
dengan pendayagunaan inovasi secara optimal terutama oleh sektor
industri yang merupakan motor penggerak ekonomi utama.
Sumber : The Global Competitiveness Report pada World Economic Forum 2011
(Survey dilakukan terhadap 142 Negara)
34
II.d. Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Peran Balai dalam mengembangkan teknologi industri
BALAI
Kompetitif
(
5
12
0
Sektor
Industri
Daya
Saing
0
(
Komparatif
2
34 %
$
,
$
( %
35
Contoh Hasil Litbang dalam Peningkatan Teknologi Industri
Dalam Substitusi Bahan Baku/Bahan Penolong
No
1
Balai
B4T
Hasil Litbang
•
•
•
Pengguna
Aplikasi PCC sebagai Extender di Industri •
Cat
Pembuatan Insulated Rail Joint dari Bahan •
Komposit Serat Gelas dan Resin Epoksi
Bertulang Baja sebagai Subtitusi Impor
Pemanfaatan kopolimer lateks alam •
styrene dalam
pembuatan polymer
modified concrete abstrak
PT. Sigma Utama
PT. KAI
PT. Rel-ion Sterilization
Service
2
BBT
•
Pembuatan kain door trim, produk kedap •
suara dan komposit untuk tekstil otomotif
PT. Astra Internasional
Tbk
3
BBPK
•
Pemanfaatan Limbah Padat IPAL Coating •
untuk Bahan Bangunan Cat Tembok
Emulsi dan Plamir Tembok
Kertas Kemas Baja
•
PT. Surya Pamenang
•
Primkokas PT. KS
4
BBKK
•
Isolasi Metil Sinamat dari Minyak Laja •
Gowah (Alpinia Malaccensis) sebagai
Sumber Bahan Kimia ADI
PT. Sumber Multi AtsiriCianjur
5
BBKKP
•
Pemanfaatan limbah shaving industry •
penyamakan kulit untuk pembuatan
batako dan paving block
PT. Invedco Bangun
Utama Jakarta
36
Balai
Balai Besar Pulp dan Kertas
(BBPK) - Bandung
•
•
Hasil Litbang
• Kertas Kemas Baja
Pengguna
• Primkokas
PT. Krakatau Steel
Kerjasama penelitian BBPK dengan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
untuk memanfaatkan potensi bahan lokal dalam rangka mengurangi
kebutuhan impor kertas kemas baja
Telah mendapatkan paten ID 0 017 490
37
Balai
Hasil Litbang
Balai Besar Bahan
dan Barang Teknik
(B4T) - Bandung
Pengguna
Pembuatan Insulated Rail Joint (IRJ) dari PT. Kereta Api
Bahan Komposit Serat Gelas dan Resin Indonesia (KAI)
Epoksi Bertulang Baja sebagai Subtitusi
Impor
PLAT PENYAMBUNG PENYEKAT
LISTRIK (INSULATED RAIL
JOINT)
KOTAK KABEL PENGHUBUNG
CATUDAYA (JUNCTION BOX)
•
2
"
#
"
%
4
•
#
%
+
2%
+
#
(
"
3* 2
'
" "
"
#
*
"
"
" #
"
""
"
#
1
%
#
#
38
Contoh Hasil Litbang dalam Peningkatan Teknologi Industri
Dalam Substitusi Bahan Baku/Bahan Penolong (Skala Laboratorium)
No
Balai
Contoh Hasil Litbang
1
BBKKP
•
Aplikasi Precipitated Calcium Carbonate (PCC) sebagai Reinforcing Filler
untuk Sol Karet Sepatu Olah raga dan Ban Kendaraan Bermotor
2
B4T
•
Modifikasi Karet Alam Menjadi Bahan Elastomer Termoplastik
3
BBIHP
•
•
Pembuatan Handbody Lotion dari Lemak Kakao
Pembuatan Partikel Pembawa Obat Solid Lipid Nanopartikel (SLN) dari
Lemak Kakao
5
BBK
•
Pembuatan Nano Komposit Keramik Berbasis Nanoalumina dan Nano
Silika untuk Keramik Struktural
6
BBIA
•
Pengembangan pembuatan starter untuk industri modified cassava-flour
7
BBTPPI
•
Penerapan Teknologi Purifikasi Gas Methan (CH4) dari Proses Biogas
Pengolahan Air Limbah di Industri sebagai Sumber Energi Alternatif
8
BBT
•
Penelitian serat nanas sebagai bahan baku pembuatan produk tekstil
otomotif
9
Baristand Industri
Palembang
•
Minyak Biji Karet Epoksi sebagai Bahan Pelunak untuk Pembuatan Seal
Radiator
Pembuatan Packing Cup Radiator Kendaraan Bermotor dengan Formulasi
SBR dan NR
•
10
Baristand Industri
Samarinda
•
Pengembangan CPO untuk Produk Pelumas Padat Ramah Lingkungan
39
Contoh Hasil Litbang dalam Peningkatan Teknologi Industri
Efisiensi Teknologi Produksi
No
1
Balai
BBPK
Hasil Litbang
•
•
2
BBTPPI
•
Penguna
Kertas Sembahyang (Joss Paper) •
Ramah Lingkungan
Pengolahan Air Limbah dengan Proses •
Upflow Anaerobic Sludge Blanket
(UASB) dan Suspended Carrier Biofilm
(SCB)
PT. San Fu Indonesia
Teknologi Elektro-flotasi untuk Mengolah •
Limbah Cair Industri
•
Laboratorium
BLH
Kota semarang
Laboratorium
Balai
POM Jawa tengah
Laboratorium
BLH
Propinsi Jawa Tengah
•
3
BBIA
•
Teknologi minyak kelapa dengan Hot Oil •
Immersion Drying/HOID atau Fry Dry
Technology.
PT. Kertas Padalarang
PT. Sac Nusantara
40
Contoh Hasil Litbang dalam Peningkatan Teknologi Industri
Efisiensi Teknologi Produksi (Skala Laboratorium)
No
Balai
Contoh Hasil Litbang
1
BBKK
•
Rekayasa Alat untuk mengolah Limbah Plastik menjadi Sumber Energi dengan
Metode Pyrolisis
2
BBLM
•
•
•
Pengembangan Proses Biodiesel dengan Teknologi Kavitasi
Pembuatan Rotary Packer
Pengembangan matras progressive dies untuk pembuatan ring komponen
otomotif
Pembuatan mould untuk komponen plastik otomotif.
•
3
BBIA
•
Penerapan Teknologi Reverse Osmosis (RO) pada Pengolahan Buah-buahan
(Ekstraksi Suhu Dingin)
4
BBPK
•
Teknologi Ramah Lingkungan untuk Coating Kitchen dalam Proses Pembuatan
Kertas Salut (Coated Paper)
Teknologi Ramah Lingkungan pada Proses Pemutihan Pulp Menggunakan
Enzim dan Bahan Lainnya
•
5
BBKKP
•
•
Teknologi Pembuatan Komponen Karet Sol Ringan untuk TNI
Perekayasaan peralatan cetakan souvenir plastik sistem injection molding
dengan sistem CNC
6
BBK
•
Peningkatan Kualitas Produk Keramik Tahan Peluru untuk Memenuhi
Kebutuhan TNI/POLRI dan Peluang Ekspor Melalui Kemitraan dengan Industri
Terkait
7
BBTPPI
•
Pemanfaatan Bakteri Halofilik untuk Pemurnian NaCl Guna Menerapkan Green
Industry di Industri Pemakai Garam Rakyat.
Penerapan Teknologi Nanofiltrasi dalam Proses Eliminasi Sulphur Dioksida
(SO2) pada Flue Gas di Industri Kertas
•
41
III.
Program Kerja BPKIMI TA. 2012
42
III.a
Sasaran Kinerja BPKIMI
Tahun 2012
1. Tersedianya hasil litbang yang siap diterapkan dan terbangunnya beberapa
pilot project yang dapat dijadikan contoh bagi pengembangan industri
2. Tersedianya fasilitasi transfer teknologi dan peningkatan kompetensi SDM
industri
3. Tersedianya rumusan kebijakan industri hijau
4. Tersusunnya pedoman teknis penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di
sektor industri pupuk dan keramik
5. Tersedianya katalog bahan baku dan bahan penolong yang ramah
lingkungan untuk industri tekstil, keramik dan IKM makanan
6. Terfasilitasinya proses perlindungan dan penanggulangan pelanggaran HKI
7. Tersedianya RSNI yang diperlukan oleh industri
8. Meningkatnya kemampuan LPK yang mendukung SNI wajib
9. Meningkatnya jumlah industri yang memperoleh sertifikat SNI
10. Tersedianya rumusan kebijakan insentif dan disinsentif di sektor industri
43
III.b
Rencana Kerja Kegiatan BPKIMI TA 2012
Rencana Kerja BPKIMI dengan anggaran sebesar Rp. 458,85 M yang
bersumber dari Rupiah Murni sebesar Rp. 377,19 M dan PNBP sebesar
Rp. 81,66 M dibagi ke dalam 7 kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Pengkajian Kebijakan Iklim Usaha Industri;
2. Standardisasi (Standar Nasional Indonesia);
3. Pengkajian Industri Hijau;
4. Pengkajian Teknologi dan HKI;
5. Perencanaan, Pelaporan dan pendukung operasional BPKIMI;
6. Penelitian dan Pengembangan Teknologi;
7. Riset dan Standarisasi Bidang Industri.
44
Pengkajian Kebijakan Perpajakan dan Tarif Sektor Industri (√)
Rencana Kerja BPKIMI TA 2012
III.b
Kegiatan 1.
Pengkajian Kebijakan Dan Iklim
Usaha Industri
+)
3"
8
Pengkajian Kebijakan Non-Fiskal dan Moneter Sektor Industri
Harmonisasi dan Sinergi Kebijakan
* 5*6/
$8&
2:0
Pemodelan dan Analisis Industri
Kegiatan 2.
Perencanaan
Kebijakan Standarisasi Industri
* - 9
, * /9*5 5
, * 5*
,
* 67* 5
Pusat (5 Unit)
231 Pegawai
8
,
Perumusan SNI dan Regulasi Teknis (√)
Peningkatan Kemampuan Lembaga Penilaian Kesesuaian (√)
Pengawasan &monitoring pelaksanaan SNI & Regulasi Teknis
* 6-* 5
* 5*
Pengembangan dan Perumusan Kebijakan Industri Hijau (√)
Kegiatan 3.
Pengkajian Industri Hijau &
Lingkungan Hidup
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) (√)
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Pencemaran Industri (√)
* 5*7
Pengembangan dan aplikasi litbang teknologi
Kegiatan 4.
Pengkajian Teknologi dan HKI
Program Pengkajian
Kebijakan Iklim
dan Mutu Industri
$ 9 $
2:0
Kerjasama Luar Negeri di Bidang Teknologi
* /*65
Pemasyarakatan Hasil Litbang Industri
Kegiatan 5.
Penyusunan Rencana dan
Evaluasi Program KIMI
-
3"
* -5; ;5
, * /66* 7
8
, * ; *99
:2 , * -7*5
Peningkatan Pelayanan Teknis Administratif
Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan di lingkungan
BPKIMI
:2 , * 9*9- 6
* /9*79
Litbang Industri
Kegiatan 6.
Penelitian dan Pengembangan
Teknologi (11 Balai Besar)
"6
Daerah (22 Unit)
2493 Pegawai
2 74 /
+
2:0
Pengembangan Invensi dan Inovasi serta Manajemen HKI
3"
8
*/ 6 / ,
, * - *9;
, * 69*55
*
9 ;/
Jasa Pelayanan Teknis (JPT) yang terdiri:
- Desain & Rancang Bangun Perekayasaan Industri
- Kesesuaian Standar dan Mutu Produk/Kalibrasi dan Testing
- Penanggulangan Pencemaran Industri
-Training/Diklat Teknis dan Technical Assistance
, * 5;*;;
8 , * 56*75
:2 , * 7 *6/
## 6
Pendukung Operasional Balai Besar
Litbang Industri
Kegiatan 7.
Riset dan Standardisasi Bidang
Industri (11 Baristand Industri)
*
-
8
:2
,
,
,
* ; *67
* ;*9
*- * 5
Jasa Pelayanan Teknis (JPT) yang terdiri:
- Desain & Rancang Bangun Perekayasaan Industri
- Kesesuaian Standar dan Mutu Produk/Kalibrasi dan Testing
- Penanggulangan Pencemaran Industri
-Training/Diklat Teknis dan Technical Assistance
-
6
Pendukung Operasional Baristand Industri
445
5
1. Pengkajian Kebijakan Iklim dan Usaha Industri
A Pengkajian Kebijakan Perpajakan dan Tarif Sektor Industri
1. Kajian Pemberian Tax Holiday
Rumusan kebijakan pemberian Tax Holiday
untuk beberapa kelompok industri
2. Kajian Efektifitas Pelaksanaan Insentif
Fiskal
Rekomendasi efektifitas pemberian insentif
fiskal bagi sektor industri yang menerima
insentif fiskal
back
46
2. Perencanaan Kebijakan Standarisasi Industri
A Perumusan SNI
dan Regulasi Teknis
1. Perumusan RSNI
Tersusunnya 100 judul RSNI sektor industri yang
berkualitas guna peningkatan daya saing
industri, pengamanan pasar dalam negeri dan
perlindungan konsumen
2. Sertifikasi SNI Industri
Pelayanan jasa sertifikasi untuk mendukung
kelancaran proses pelayanan jasa sertifikasi
3. Koordinasi penyusunan Peraturan Menteri
tentang penunjukan LPK dalam rangka
pemberlakuan SNI/ST secara wajib
Peraturan Menteri tentang penunjukkan LPK
untuk melaksanakan audit kesesuaian terhadap
produk dalam rangka pemberlakuan SNI wajib
back
47
2. Perencanaan Kebijakan Standarisasi Industri
B
Peningkatan Kemampuan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK)
1. Peningkatan Kemampuan Pengujian
Laboratorium Balai dalam mendukung
pemberlakuan SNI wajib
Tersedianya 5 paket alat pengujian SNI wajib di
11 Balai Besar dan 11 Baristand Industri dalam
mendukung pemberlakuan 400 SNI wajib
2. Pengembangan LSPro Pustan Akreditasi KAN
Dalam rangka penguatan LSPro untuk mendukung
pelaksanaan SNI yang diberlakukan secara wajib.
3. Pemantapan LSPro Pustan dalam rangka
Akreditasi IECEE CB-SCHEME
Dalam rangka penguatan LSPro untuk memfasilitasi
sertifikasi wajib di negara tujuan ekspor bagi
peralatan listrik dan elektronika.
back
48
3. Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
A Pengembangan dan Perumusan
Kebijakan Industri Hijau
1. Penyusunan rencana induk pengembangan industri hijau
Tersedianya grand strategy, roadmap, rencana aksi dan
standar industri hijau.
2. Penyusunan katalog bahan baku dan bahan penolong
Tersedianya katalog bahan baku dan bahan penolong untuk
industri tekstil, keramik dan IKM makanan yang ramah
lingkungan guna terwujudnya industri hijau
3. Penganugerahan penghargaan industri hijau
Mendorong pelaku industri untuk menerapkan proses
produksi ramah lingkungan
B
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
(GRK)
1. Penyusunan pedoman pengurangan Gas Rumah Kaca
(GRK) melalui implementasi konservasi energi
Tersedianya pedoman teknis pengurangan emisi GRK melalui
implementasi konservasi energi di industri pupuk dan
keramik
back
49
3. Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
C
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian
Pencemaran Industri
1. Pemetaan teknologi pengolah limbah
elektronik
Tersedianya peta teknologi pengolahan
limbah elektronik
2. Kajian teknologi dan bahan alternatif
dalam phase out HCFC dan POPs
Rekomendasi kebijakan teknologi dan bahan
alternatif pengganti HCFC dan POPs di sektor
industri
3. Kajian pengelolaan limbah udara pada
industri berbahan bakar batubara
Tersedianya pedoman teknis pengelolaan
limbah udara di industri berbahan bakar
batubara dalam penerapan program EPCM di
sektor industri
back
50
6. Penelitian dan Pengembangan Teknologi (11 Balai Besar)
A Litbang Industri
Terdapat 107 litbang penelitian dan pengembangan teknologi di 11 Balai
Besar
B Jasa Pelayanan Teknis
Terdapat 85 jenis pelayanan teknis di 11 satker Balai Besar dengan Jasa
Pelayanan Teknis diantaranya: Sertifikasi Sistem Mutu dan
Produk, Pengujian Produk Industri, Pengujian Pencemaran Udara, Kalibrasi
Alat Inspeksi, Penerbitan SPPT - SNI
back
51
7. Riset dan Standardisasi Bidang Industri (11 Baristand Industri)
A Litbang Industri
Terdapat 91 litbang penelitian dan pengembangan teknologi di 11
Baristand Industri
B Jasa Pelayanan Teknis
Terdapat 61 jenis pelayanan teknis di 11 satker Baristand Industri dengan
Jasa Pelayanan Teknis diantaranya: Sertifikasi Sistem Mutu dan
Produk, Pengujian Produk Industri, Pengujian Pencemaran
Udara, Kalibrasi Alat Inspeksi, Penerbitan SPPT - SNI
back
52
TERIMA KASIH
I
Profil Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan
Mutu Industri (BPKIMI)
II
Program Peningkatan Daya Saing
III
Program Kerja BPKIMI TA 2012
2
I.
Profil Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim
dan Mutu Industri (BPKIMI)
a
Kedudukan, Tugas dan Fungsi
b
Organisasi BPKIMI
c
Balai Besar Industri
d
Balai Riset dan Standarisasi Industri (Baristand)
3
I.a.
Kedudukan, Tugas dan Fungsi
BPKIMI (Pusat, Balai dan Baristand)
Tugas Pokok dan Fungsi
1
2
3
Pengkajian Kebijakan
Iklim Industri
• Insentif Fiskal
• Insentif Non-Fiskal
• Ketentuan global di
bidang lingkungan hidup
Mutu Industri
• Penelitian Teknologi
• Standardisasi
Unsur penunjang bagi pengembangan industri
yang dilakukan oleh 6 Direktorat Jenderal
(Ditjen)
1
Pengembangan Industri
• Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi
Tinggi
• Ditjen Industri Basis Industri Manufaktur
• Ditjen Industri Agro
• Ditjen Industri Kecil Menengah
2
Pengembangan Perwilayahan Industri
• Ditjen Pengembangan Perwilayahan Industri
3
Pengembangan Kerjasama Internasional
• Ditjen Kerjasama Industri Internasional
44
I.b. Organisasi BPKIMI
Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri
Sekretariat Badan
Pusat
Standarisasi
Pusat
Pengkajian
Kebijakan dan
Iklim Usaha
Industri
Pusat Pengkajian
Industri Hijau dan
Lingkungan Hidup
Balai Besar
Baristand Industri
Pusat
Pengkajian
Teknologi dan
Hak Kekayaan
Intelektual
5
5
I.c.
Balai Besar
I.d. Baristand Industri
%
$
$
0
(
!
"
"
#
$ %
$ %
$$
'
$ (
)
*
&
$
$
$ + ,
-
&
#
. 0
'
&
)
$
.
0
+ ,
/
/$
0 ,
$
0
!"
"
#
6
II.
a
Program Peningkatan Daya Saing Industri
5 bentuk fasilitas (Insentif, Disinsentif
dan Harmonisasi Tarif) untuk akselerasi
reindustrialisasi dalam rangka
mendukung percepatan dan
pembangunan ekonomi
b
Pengembangan Industri Hijau
1) Strategi Pengembangan Industri
Hijau
2) Upaya-upaya yeng telah dilakukan
3) Upaya-upaya yeng akan dilakukan
1). BMDTP
2). Tax Holiday
3). Tax Allowance
4). Penerapan Bea Keluar
5). BTKI 2012
c
Penerapan SNI wajib
1). SNI yang telah diterapkan
2). Percepatan penerapan SNI
d
Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
1). Peran Balai-balai dalam mengembangkan teknologi industri
2). Contoh-contoh hasil litbang dalam peningkatan teknologi industri
a. Dalam substitusi bahan baku/bahan penolong
b. Efisiensi teknologi proses produksi
7
1.BMDTP (Bea Masuk Ditanggung Pemerintah)
Tujuan
BMDTP
Kriteria
Barang dan Bahan
yang mendapatkan
BMDTP
$
$
$
$
%
"
&
$ )
$
("
"
$
$
$
'
"
"
%
"
#
'
#
&
#
( #
%
#
#
# %
#
#
%
(
*
Persyaratan untuk
mendapatkan BMDTP
"
(
""
$
$ )
# %
%
%
"
%
*
(
"
+ " ",- .
+ " ",/ .
+ " ", .
+ " ", .
8
Sektor Industri Yang Mendapatkan Fasilitas BM-DTP
di Bawah Binaan Kemenperin
NO.
SEKTOR
BM-DTP 2008 (Rp)
BM-DTP 2009 (Rp)
BM-DTP 2010 (Rp)
BM-DTP 2011 (Rp)
Ditjen IUBTT
1
2
3
4
5
6
9
Industri Alat Berat
Industri PLTU
Industri Komponen Kendaraan
Bermotor
Industri Elektronika
Industri Peralatan Telekomunikasi
Industri Kabel Serat Optik
Industri Perkapalan
Industri Toner
Industri Kereta
160.000.000.000
927.000.000
300.000.000.000
106.000.000.000
14.000.000.000
795.200.000.000
210.000.000.000
5.000.000.000
523.930.000.000
57.467.500.000
3.446.000.000
106.136.500.000
28.000.000.000
103.000.000.000
215.400.000.000
50.000.000.000
151.000.000.000
150.000.000.000
38.771.000.000
26.154.000.000
30.410.000.000
448.000.000**
-
12.500.000.000
6.450.000.000
5.350.000.000
20.042.500.000
337.500.000
6.192.500.000
-
-
Ditjen BIM
10
11
12
13
14
15
16
17
Industri Methyltin Mercaptide
Industri Sorbitol
Industri Kemasan & Karung Plastik
Industri Karpet
Industri HRC < 2 mm
Ballpoint
Industri Kawat Ban (Steel Cord)
Industri Resin
470.000.000
70.000.000.000
-
900.000.000
700.000.000
32.040.000.000*
9.600.000.000*
3.200.000.000
5.600.000.000*
-
1.294.000.000
150.500.000.000
36.224.000.000
13.420.000.000
17.250.000.000
-
385.500.000
49.267.500.000
9.056.000.000
107.000.000.000
769.397.000.000
1.383.640.000.000
1.203.401.000.000
285.245.500.000
880.000.000
7.734.000.000
Ditjen IA
18
Industri Susu
JUMLAH
REALISASI (%)
3.26%
9%
22%
12,8% 9
9
Sektor Industri Yang Diusulkan Mendapatkan Fasilitas BM-DTP 2012
No
Sektor Industri
Usulan Pagu
Anggaran 2012
1.
Ind .Komponen Kendaraan Bermotor
308.500.000.000
2.
Ind. Elektronika
50.000.000.000
3.
Ind.Perkapalan
48.102.000.000
4.
Ind.Alat Berat
126.103.000.000
5.
Ind. PLTU
6.
Bahan Baku Pembuatan Pupuk
30.000.000.000
7.
Ind. Peralatan Telekomunikasi
14.880.000.000
8.
Ballpoint
1.900.000.000
9.
Serat Optik
2.500.000.000
10.
Ind. Karpet
40.000.000.000
11.
Ind. Kemasan dan Karung Plastik
12.
Tinta Khusus (Toner)
1.300.000.000
13.
Ind.Kereta Api (INKA)
22.680.000.000
14.
Resin Sintesis
15.000.000.000
2.380.000.000
TOTAL
207.000.000.000
870.345.000.000
10
Permasalahan dalam implementasi BM-DTP
• Pada tahun 2008 sd. 2010 sektor industri yang mendapat fasilitas BM-DTP
tanpa melihat status KITE diperbolehkan memanfaatkan BMDTP.
• Namun pada tahun 2011 perusahaan yang mendapat fasilitas KITE
(Kemudahan Impor Tujuan Ekspor ) tidak diberikan insentif BM-DTP
(sesuai PMK 261/2010 ps 2 .(5) e.). Padahal sesuai KMK 580/2003 Ps. 10
Perusahaan KITE diperbolehkan memasukkan produknya 25% ke dalam
negeri.
• PMK Sektor masih terus mengalami keterlambatan dalam penerbitannya
sehingga realisasi penyerapan menjadi rendah. Bahkan pada tahun 2012
ini, PMK Induk BM-DTP belum diterbitkan. Apalagi PMK sektornya.
Yang sedang dilakukan
• Berkoordinasi dengan instansi terkait dalam hal penerbitan peraturanperaturan pendukung implementasi BMDTP (PMK induk, PMK per
sektor, Perdirjen di lingkup Kemenperin, Perdirjen Bea Cukai).
• Melakukan diseminasi/sosialisasi kepada stakeholder industri di daerah
11
2. Tax Holiday
(Peraturan Menteri Keuangan No. 130/2011)
INSENTIF
tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
Tujuan
MP3EI
Meningkatkan investasi bagi
pengembangan industri pionir
Program
hilirisasi
Pengembangan
industri
prioritas
Tax
Holiday
Menyerap tenaga kerja domestik
Adanya alih teknologi
Meningkatkan nilai tambah industri
di dalam negeri
Mempertahankan daya saing
industri nasional dan nilai strategis
dari kegiatan usaha tertentu
12
Fasilitas Tax Holiday diberikan kepada industri pionir dengan jumlah minimal
investasi sebesar Rp. 1 Triliun dengan bidang usaha :
a) Industri logam dasar;
b) Industri pengilangan minyak bumi dan/atau industri kimia dasar organik
yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam;
c) Industri permesinan;
d) Industri di bidang sumber daya alam terbarukan; dan/atau
e) Industri peralatan komunikasi
Bentuk pemberian fasilitas adalah :
a) Pembebasan PPh Badan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan paling singkat 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun dimulainya
produksi komersial dengan nilai investasi sebesar 100 %.
b) Pengurangan PPh Badan sebesar 50 % dari PPh Badan terutang selama 2
(dua) tahun pajak setelah berakhirnya pemberian fasilitas pembebasan
PPh Badan.
13
Yang telah dilakukan
• Telah diterbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 93/MIND/PER/11/2011 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengajuan Permohonan
Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan di Sektor
Industri
• Telah diterbitkan Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 610/MIND/KEP/12/2011 tentang Tim Verifikasi dan Pengkajian Permohonan
Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan di Sektor
Industri.
Yang akan dilakukan
• Berkoordinasi dengan Ditjen IA, IUBTT, BIM untuk segera menerbitkan SK
Dirjen IA, IUBTT, BIM tentang Sekretariat Tim
• Fasilitasi terhadap pengajuan permohonan fasilitas tax holiday
• Melakukan diseminasi/sosialisasi kepada stakeholder industri di daerah
14
3.Tax Allowance
Peraturan Pemerintah No. 52 Th. 2011
INSENTIF
tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk
Penanaman Modal dibidang-bidang usaha
tertentu dan/atau di daerah – daerah tertentu
Tujuan
PP No.52/2011
$ 0
1
#
""
" " *
&
#
(
#
Pemberian Fasilitas Fiskal Dalam Rangka Penanaman Modal
(PP No.52 Tahun 2011)
• Pengurangan penghasilan net sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah Penanaman
Modal. dibebankan selama 6 (enam) tahun masing- masing sebesar 5% (lima persen) per
tahun
• Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat
• Pengenaan Pajak Penghasilan atas deviden yang dibayarkan kepada Subjek Pajak Luar Negeri
sebesar 10% (sepuluh persen). atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku
• Kompensasi kerugian minimal 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun
15
Lampiran I PP 52/2011 (Bidang
(Bidang Usaha Tertentu)
Tertentu)
NO
BIDANG USAHA
NO
1
INDUSTRI MAKANAN
Industri Makanan dari Cokelat dan Kembang Gula
Industri Makanan Bayi
INDUSTRI TEKSTIL
Industri Yang Menghasilkan Kain Keperluan Industri
INDUSTRI PRODUK DARI BATU BARA DAN PENGILANGAN MINYAK
Industri Pembuatan Minyak Pelumas
INDUSTRI BAHAN KIMIA DAN BARANG DARI BAHAN KIMIA
Industri Kimia Dasar Anorganik Lainnya
Industri Kimia Dasar Organik yang Bersumber Dari Hasil Pertanian
Industri Kimia Dasar Organik untuk Bahan Baku Zat Warna dan
Pigmen . Zat Warna dan Pigmen
Industri Kimia Dasar Organik yang bersumber dari Minyak Bumi.
Gas Alam dan Batubara
Industri Kimia dasar Organik yang menghasilkan bahan kimia
khusus
Industri Damar Buatan (Resin Sintetis) dan Bahan Baku Plastik
Industri Karet Buatan
Industri Bahan Kosmetik dan Kosmetik. termasuk Pasta Gigi
Industri Serat/Benang/Strip Filamen Buatan
Industri Serat Stapel Buatan
INDUSTRI FARMASI. PRODUK OBAT KIMIA DAN OBAT
TRADISIONAL
Industri Bahan Farmasi
INDUSTRI KARET. BARANG DARI KARET DAN PLASTIK
Industri ban luar dan ban dalam
19
INDUSTRI KOMPUTER. BARANG ELEKTRONIK DAN OPTIK
20
Industri Semi Konduktor dan Komponen Elektronik Lainnya
Industri Televisi dan/atau Perakitan Televisi
21
Industri Alat Ukur dan Alat Uji Elektronik
22
Industri Peralatan Fotografi
23
INDUSTRI PERALATAN LISTRIK
24
Industri Pengubah Tegangan (Transformator). Pengubah Arus
(Rectifer) dan Pengontrol Tegangan (Voltage Stabilizer)
Industri Batu baterai Kering (Batu Baterai Primer)
25
Industri Lampu Tabung Gas (Lampu Pembuang Listrik)
26
Industri Peralatan Listrik Rumah Tangga
27
INDUSTRI MESIN DAN PERLENGKAPAN YTDL
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
INDUSTRI LOGAM DASAR
18
Industri Besi dan Baja Dasar (Iron and Steel Making)
INDUSTRI BARANG LOGAM. BUKAN MESIN DAN PERALATANNYA
Industri Barang dari Kawat
BIDANG USAHA
Industri Mesin Uap. Turbin dan Kincir
28
Industri Mesin Fotocopi
29
Industri Mesin Pendingin
30
Industri Mesin dan Perkakas Mesin untuk Pengerjaan logam
31
Industri Mesin Penambangan. Penggalian dan Konstruksi
32
Industri Mesin Tekstil
33
Industri Mesin Keperluan Khusus Lainnya YTDL
34
INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR. TRAILER DAN SEMI TRAILER
Industri Suku Cadang dan Aksesoris Kendaraan Bermotor Roda
Empat atau Lebih
35
INDUSTRI ALAT ANGKUTAN LAINNYA
Industri Kapal dan Perahu
36
37
Industri Komponen dan PerlengkapanSepeda Motor Roda Dua dan
Tiga
JASA REPARASI DAN PEMASANGAN MESIN DAN PERALATAN
Jasa Reparasi Kapal. Perahu dan bangunan Terapung
16
Lampiran II PP 52/2011 (Bidang
(Bidang Usaha Tertentu & Daerah Tertentu)
Tertentu)
NO
BIDANG USAHA
DAERAH/PROVINSI
INDUSTRI MAKANAN
1
BIDANG USAHA
DAERAH/PROVINSI
INDUSTRI TEKSTIL
Industri pengolahan
dan pengawetan buah
– buahan dan sayuran
dalam kaleng
Sumatera Utara. Nusa Tenggara Barat. Riau dan
Kepulauan Riau. Sulawesi Selatan. Sulawesi Barat.
Kalimantan Barat. Jawa Barat. Jawa Timur
Industri pengolahan
sari buah dan sayuran
Sumatera Utara. Sulawesi Selatan. Riau. Sulawesi Barat
dan Nusa Tenggara Barat
3
Industri Margarine
Propinsi di Sumatera dan Kalimantan
4
Industri Minyak
Goreng Kelapa
Sulawesi Utara. Sulawesi Selatan. Sulawesi Tengah.
Sulawesi Tenggara. SulawesiBarat. Gorontalo
5
Industri minyak
goreng kelapa sawit
Propinsi di Sumatera dan Kalimantan
6
Industri minyak
makan dan lemak
nabati dan hewani
lainnya
Seluruh Propinsi Kecuali Pulau Jawa
Industri pengolahan
susu bubuk dan susu
kental
Sumatera Barat. Bengkulu. Jawa Barat. Jawa Tengah.
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Timur. Bali. Nusa
Tenggara Barat. Sulawesi Selatan
Industri berbagai
macam tepung dari:
padi=padian. bijibijian. kacangkacangan. umbiumbian dan
sejenisnya
Lampung. Jawa. Nusa Tenggara Barat. Nusa Tengga
Timur. Sulawesi Utara. Sulawesi Selatan. Sulawesi
Tengah. Sulawesi Tenggara. Sulawesi Barat. Gorontalo.
Maluku. Maluku Utara . Papua
9
Industri gula pasir
Seluruh provinsi kecuali Pulau Jawa
10
Industri glukosa dan
sejenisnya
Seluruh provinsi kecuali Pulau Jawa
11
Industri tepung beras
dan tepung jagung
Sulawesi Utara. Sulawesi Selatan. Sulawesi Tengah.
Sulawesi Tenggara. Sulawesi Barat. Gorontalo. NTT. NTB
12
Industri Kakao
Propinsi di Sulawesi
13
Industri pengolahan
kopi dan teh
Aceh. Sulawesi Utara. Bengkulu. Sumatera Selatan.
Lampung. Bali. Sulawesi Selatan. Nusa Tenggara Timur.
Papua dan Papua Barat. Sulawesi Barat
2
NO
14
Industri Persiapan
Serat Tekstil
Sulawesi Utara. Sulawesi Selatan. Sulawesi Tengah.
Sulawesi Tenggara. Sulawesi Barat. Gorontalo. Nusa
Tenggara Barat. Nusa Tenggara Timur
15
Industri karpet dan
permadani
Seluruh provinsi di Pulau Jawa
16
Industri non woven
(bukan tenunan)
Seluruh provinsi di Pulau Jawa
INDUSTRI KULIT. BARANG DARI KULIT DAN ALAS KAKI
7
8
17
Industri Penyamakan
Kulit
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa dan Bali
18
Industri Alas Kaki
untuk keperluan
sehari-hari
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa dan Bali
19
Industri sepatu
Olahraga
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa dan Bali
20
Industri sepatu teknik
lapangan/keperluan
industri
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa dan Bali
INDUSTRI KERTAS DAN BARANG KERTAS
21
Industri bubur kertas
(pulp)
Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
22
Industri Kertas Budaya
Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
17
Lampiran II PP 52/2011 (Bidang
(Bidang Usaha Tertentu & Daerah Tertentu)
Tertentu)
NO
BIDANG USAHA
DAERAH/PROVINSI
23
Industri Kertas Berharga
Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
24
Industri Kertas Khusus
Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
25
Industri Kertas dan Papan Kertas Bergelombang
Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
26
Industri Kemasan dan Kotak dari kertas dan karton
Seluruh Propinsi kecuali Pulau Jawa
27
Industri Kertas Tisue
Seluruh Propinsi Kecuali Pulau Jawa
INDUSTRI BAHAN KIMIA DAN BARANG DARI BAHAN KIMIA
28
Industri kimia dasar anorganik khlor dan alkali
Nusa Tenggara Timur
29
Industri kimia dasr organik yang bersumber dari hasil
pertanian
Sumatera Utara. Riau. Jambi. Lampung. Bengkulu. Kaimantan Barat. Kalimantan Timur.
Kalimantan Tengah. Kalimantan Selatan. Aceh. Papua dan Papua Barat. Sumatera Barat.
Sumatera Selatan
30
Industri bahan peledak
Jawa Barat. Kalimantan Timur
INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM
31
Industri semen
Seluruh Propinsi. kecuali di Pulau Jawa
32
Industri besi dan baja dasar (iron and steel making)
Provinsi di Kalimantan dan Banten
33
Industri pembuatan logam dasar mulia
Seluruh Provinsi kecuali Pulau Jawa
34
Industri pembuatan logam dasar bukan besi
Seluruh Provinsi di Pulau Kalimantan. Papua. Maluku. Sulawesi.
35
Industri Penggilingan logam bukan besi
Seluruh Provinsi di Pulau Kalimantan. Papua. Sulawesi.
INDUSTRI ALAT ANGKUTAN LAINNYA
36
Industri kapal dan perahu
Jawa Timur. Kalimantan. Sulawesi. Maluku. Papua. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara
Timur
37
Industri Peralatan dan perlengkapan dan bagian kapal
Provinsi di Pulau Jawa dan Sumatera
JASA REPARASI DAN PEMASANGAN MESIN DAN PERALATAN
38
Jasa reparasi kapal. perahu dan bangunan terapung
Jawa Timur. Kalimantan. Sulawesi. Maluku. Papua. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara
Timur
PENGELOLAAN LIMBAH
39
Pengelolaan dan pembuangan sampah yang tidak
berbahaya
Seluruh Propinsi Kecuali Pulau Jawa
18
Yang akan dilakukan
• Kemenperin berkoordinasi Kemenko Perekonomian, Ditjen
Pajak dan BKPM dalam penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis)
pelaksanaan tax allowance (Perdirjen Pajak dan Perka BKPM)
• Kemenperin bersama dengan Kemenko Perekonomian dan
instansi terkait lainnya akan melakukan monitoring dan evaluasi
atas pemanfaatan fasilitas tax allowance
• Melakukan diseminasi/sosialisasi kepada stakeholder industri di
daerah
19
4. Bea Keluar
(PMK No. 67/PMK.011/2010)
PMK No. 67/PMK.011/2010 tentang Penetapan
Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan
Tarif Bea Keluar
Tujuan Penetapan Bea Keluar
• Sesuai UU No. 17 tahun 2006 tentang
Perubahan atas UU No. 10 tahun 1995 tentang
Kepabeanan. Pasal 2A ayat (2) menyatakan
bahwa : Bea keluar dikenakan terhadap
barang ekspor dengan tujuan untuk:
• Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam
negeri
• Melindungi kelestarian sumber daya alam
• Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup
drastis dari komoditi ekspor tertentu di
pasaran internasional
• Menjaga stabilitas harga komoditi tertentu
di dalam negeri
Komoditi
yang
Dikenakan
Bea Keluar
Kulit
Kayu
Buah dan
Kernel Kelapa
Sawit
CPO dan
produk
turunannya
Biji Kakao
Rotan
20
Yang telah dilakukan
• Pada tahun 2011 telah dilakukan restrukturisasi tarif Bea Keluar
terhadap besaran tarif bea keluar atas ekspor kelapa sawit, Crude
Palm Oil (CPO), dan produk turunannya melalui “Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 128 tahun 2011 Tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67 tahun 2010 tentang
Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea
Keluar”
Yang akan dilakukan
• Kemenperin bersama dengan instansi terkait lainnya akan
berkoordinasi untuk melakukan evaluasi dan kajian terkait penerapan
Kebijakan Bea Keluar terhadap beberapa komoditi primer
• Melakukan diseminasi/sosialisasi kepada stakeholder industri di daerah
21
5.Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI)
2012
Latar Belakang Penyusunan BTKI 2012
•
•
AMANDEMEN HS
REVISI AHTN
•
PENAMBAHAN POS/SUBPOS
PENGHILANGAN POS/SUBPOS
REVISI REDAKSIONAL
•
•
PERUBAHAN STRUKTUR KLASIFIKASI TARIF BEA MASUK/PDRI
PENYUSUNAN BTKI 2012
PMK No.PER-213/PMK.011/2011, Tanggal 14-Dec-2011
Jumlah pos tarif pada BTBMI 2007 adalah sebanyak 8.755 pos tarif menjadi
10.025 pos tarif pada BTKI 2012
(mulai diberlakukan TMT tgl 1 Januari 2012)
22
Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2012
BTBMI 2007
Setiap 5 (lima) tahun akan diterbitkan pengganti
akibat adanya amandemen HS oleh WCO
Tahun
Berlaku
2007
Harmonisasi tarif yang pernah dilakukan :
Peraturan MenteriKeuangan Nomor 241/PMK.011/2010
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.011/2011
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.011/2011
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.011/2011
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.011/2011
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.011/2011
BTKI 2012
Mulai 1 Januari 2012 tarif bea masuk pada BTBMI 2007
(dengan perubahan-perubahan seperti pada PMK di
atas) tidak berlaku lagi dan mengacu pada:
2012
Buku Tarif Kepabeanan Indonesia Tahun 2012 (BTKI 2012)
sesuai dengan PMK No. 213 tahun 2011 tentang Penetapan
Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas
Barang Impor
23
Permasalahan
• Pemberlakuan BTKI 2012 per 1 Januari 2012 dirasakan oleh dunia usaha
menghambat proses ekspor impor dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi
karena tidak ada masa transisi dalam pemberlakuannya sehingga banyak
barang-barang yang tertahan di pelabuhan
Yang sedang dilakukan
• BPKIMI akan mengkoordinir sektor pembina industri dalam pengusulan
perubahan tarif bea masuk (TBM) yang dianggap masih belum sesuai
pada BTKI 2012.
• Sehubungan akan diterapkannya perdagangan ASEAN Single Window
(ASW) dengan menggunakan 8 digit HS pada tahun 2017, BPKIMI akan
mengkoordinir sektor pembina industri untuk penyesuaian penggunaan
10 digit HS menjadi 8 digit HS.
24
II.b. Pembangunan dan Pengembangan Industri Hijau
DASAR HUKUM
Tujuan Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang
(Perpres No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional
Nasional))
Membangun Industri dengan
Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Lingkungan
Sosial
Ekonomi
Pembangunan industri
yang mampu
menghasilkan barang
yang dibutuhkan pasar
secara kontinue
Pembangunan industri yang
mampu menjaga keseimbangan
ekosistem, memelihara
sumberdaya yang berkelanjutan,
menghindari eksploitasi
sumberdaya alam dan fungsi
pelestarian lingkungan
Pembangunan industri yang
mampu memberi
berkontribusi pada
masyarakat, seperti
kesempatan kerja,
peningkatan pendidikan,
kesehatan dan keamanan
25
Konsep Pengembangan Industri Hijau
Business as Usual (end of pipe)
Kemasan
Teknologi/
Mesin
Supplier
Produk
Bahan baku
dan penolong
Sisa Produk
dan kemasan
Proses
Produksi
Limbah/Emisi
Energi
Green Industry
(curative)
Eco
Friendly
• Ramah
Lingkungan
• Hemat/ efisien
& Efektif
• Renewable
(jika tersedia)
(Preventive)
• Penerapan 4R (Reduce,
Reuse, Recycle, Recovery)
• Pendayagunaan SDM
berwawasan lingkungan
• Penerapan SOP
• Penerapan tataletak pabrik
yang efisien dan efektif
• Modifikasi peralatan
Green Production
• Eco-Product
• Eco-Packaging
• Rendah/zero
emission
• Diolah hingga
memenuhi BML
• Non B3
• Dapat
dimanfaatkan
(dalam atau luar
proses)
Eco
Friendly
SUPPORTING
•Standard
•Lembaga Sertifikasi
•Kerjasama
• Pembiayaan
•Insentif
•Pendidikan dan
Pelatihan
•R & D
• BantuanTeknis
• Sistem
Informasi
26
Program Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Sektor Industri Pengemisi GRK
– Industri Semen, Industri Baja, Industri Pulp dan Kertas, Industri Keramik,
Industri Petrokimia, Industri Pupuk, Industri Tekstil, dan Industri Makanan
dan Minuman
27
Rencana Aksi Nasional (RAN)
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Industri (GRK)
(Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2011)
Target Penurunan Emisi (26%)
0,001 (Giga ton) CO2e
Target Penurunan Emisi (41%)
0,005 (Giga ton) CO2e
Kebijakan yang dilakukan untuk menunjang RAN – GRK
• Peningkatan pertumbuhan industri dengan mengoptimalkan
pemakaian energi
Strategi
• Melaksanakan audit energi khususnya pada
industri-industri yang padat energi
• Memberikan insentif pada program efisiensi
energi
28
No
Rencana
Aksi
Kegiatan/Sasaran
Periode
Lokasi
Indikasi
penurunan Emisi
GRK (juta ton
CO2e)
Penanggung
Jawab
1
Penerapan
modifikasi
proses dan
teknologi
Tersusunnya pedoman
penggunaan biomass dan
teknologi lainnya pada industri
semen sebagai blended cement
2010-2020
9 perusahaan industri semen di 9
propinsi : NAD, Sumbar, Sumsel,
Jabar, Jateng, Jatim, NTT, Sulsel, dan
Kalsel
2,75
Kementerian
Perindustrian
2
Konservasi
dan audit
energi
a. Terbentuknya sistem
manajemen energi di 9
perusahaan industri
semen, 35 perusahaan
baja dan 15 pulp kertas
2010 –2014
9 perusahaan industri semen di 9
propinsi NAD, Sumbar, Sumsel,
Jabar, Jateng, Jatim, NTT, Sulsel, dan
Kalsel
Industri baja di 12 propinsi: Sumut,
Sumsel, Riau, Jambi, Banten, DKI,
Jabar, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar,
Kalsel, dan Sulsel
15 perusahaan indusustri pulp
kertas
2,06 terdiri dari :
• Semen : 1,04
• Baja : 0,64
• Pulp kertas : 0,38
Kementerian
Perindustrian
2015 - 2020
8 propinsi:
Sumut, Banten, Jabar, Jateng, Jatim,
DKI Jakarta, Kalitim dan Sulsel
2010 - 2020
10 propinsi :
Sumut, Sumsel, Riau, Sumbar, DKI
Jakarta, Banten, Jabar, Jateng,
Jatim, Yogjakarta
1,50
Kementerian
Perindustrian
b. Terbentuknya sistem
manajemen energi di
perusahaan industri gelas
dan keramik, pupuk,
petrokimia, makanan dan
minuman, tekstil, dan
kimia dasar
3
Penghapusan
Bahan
Perusak Ozon
(BPO)
Penghapusan BPO pada 4
sektor (Refrigerant, Foam,
Chiller dan pemadam Api)
29
Upaya yang telah dilakukan
1. Penggunaan mesin ramah lingkungan melalui program restrukturisasi permesinan
untuk industri tekstil dan produk tekstil, alas kaki, dan gula. Program ini memberikan
dampak yang signifikan berupa penghematan penggunaan energi sampai
25%, peningkatan produktivitas sampai 17%, peningkatan penyerapan tenaga kerja dan
meningkatkan efektivitas giling pada industri gula;
2. Penerapan produksi bersih dengan memberikan pelatihan kepada pelaku industri dan
aparatur, menyusun pedoman teknis produksi bersih untuk beberapa komoditi industri
dan bantuan teknis kepada beberapa industri;
3. Kebijakan teknis, yaitu perlindungan terhadap lapisan ozon melalui kontrol
produk, bahan baku atau bahan penunjang secara bertahap (Peraturan Menteri
Perindustrian No. 33/M-IND/PER/4/2007;
4. Penyusunan Data Inventori Emisi CO2 equivalent di 700 perusahaan dari 8 sektor
industri untuk penetapan baseline emisi GRK;
5. Penyusunan Konsep Grand Strategi Konservasi Energi;
6. Implementasi Konservasi energi pada 35 perusahaan industri baja dan 15 perusahaan
industri pulp dan kertas;
7. Penyusunan Pedoman Teknis Penurunan Emisi GRK pada industri Semen;
8. Pemberian penghargaan industri hijau :
• Tahun 2010 kepada 9 perusahaan industri
• Tahun 2011 kepada 10 perusahaan industri
30
Upaya yang akan dilakukan
1. Menyusun standar industri hijau;
2. Menyiapkan skema insentif fiskal dan non fiskal;
3. Membangun lembaga sertifikasi industri hijau;
4. Membangun kerjasama nasional dan internasional;
5. Peningkatan kapasitas SDM;
6. Meningkatkan pengembangan kualitas R&D;
7. Memberikan bantuan teknis penerapan produksi bersih;
8. Memfasilitasi pembiayaan pengembangan industri hijau;
9. Membangun sistem informasi industri hijau;
10.Menyusun pedoman-pedoman dalam rangka penurunan emisi
GRK;
11.Melakukan monitoring emisi GRK
31
II.c. Penerapan SNI Wajib
Permasalahan
• Dengan diberlakukannya Free Trade Area (FTA)
seperti ASEAN-China FTA, ASEAN FTA, maka pasar
dalam negeri dibanjiri oleh produk-produk impor
dengan harga murah namun mutunya rendah,
seperti : Tekstil dan Produk Tekstil (TPT),
Elektronika, dan lain-lain. Kondisi ini
mengakibatkan berkurangnya daya saing produkproduk produksi dalam negeri
Upaya-upaya yang telah
dilakukan
• Dengan menurunnya bea masuk impor sebagai dampak
FTA, hambatan teknis melalui pemberlakuan SNI secara
wajib merupakan salah satu cara untuk menghambat
laju produk impor. Sampai saat ini pemberlakuan SNI
secara wajib baru 73 SNI
• Dari produk-produk yang diberlakukan wajib tersebut,
industri yang telah memperoleh SPPT SNI adalah
sebanyak 2984 perusahaan, yang terdiri atas 1966
Perusahaan Dalam negeri dan 1018 Perusahaan Luar
negeri.
• Berdasarkan perbandingan antara nilai impor dan
jumlah SNI yang diberlakukan secara wajib, hal
tersebut dirasakan kurang memadai untuk
menghambat laju produk impor
32
Rencana Pemberlakuan SNI Wajib
Upaya-upaya yang akan dilakukan
• Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan sepakat untuk mempercepat pemberlakuan secara
wajib SNI persyaratan penuh dan SNI sebagian parameter (Peraturan Teknis) untuk 400 produk yang
nilai impornya tinggi, yang meliputi Elektronika (62 produk), Furniture (6 produk), Logam ( 8 produk),
Kimia Dasar (5 produk), Kimia Hilir (16 produk), Makanan (7 produk), Mainan (15 produk), TPT (438
produk), Otomotif (5 produk), dan Maritim (2 produk).
• Ketentuan labelling untuk TPT akan diatur oleh Kementerian Perdagangan
Skema Pemberlakuan SNI Wajib (521) dan Pertek (43) untuk 564 produk
Produk
Elektronika
Pemberlakuan SNI wajib
Peraturan teknis SNI-SP
31 produk
31 produk
Furniture
6 produk
Logam
8 produk
Kimia Dasar
5 produk
Kimia Hilir
12 produk
Makanan
7 produk
Mainan
15 produk
TPT
436 produk
Otomotif
5 produk
Maritim
2 produk
4 produk
2 produk
33
II.d. Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Peringkat Kesiapterapan Teknologi
dan Kemampuan Inovasi Indonesia
Peringkat
40
44
45
46
2010
50
2011
55
Daya Saing
•
30
40
50
60
70
80
90
100
36 36
Peringkat
Peringkat Daya Saing
35
Indonesia
2010
91 94
2011
Kesiapterapan Kemampuan
Teknologi
Inovasi
Peringkat Daya Saing dipengaruhi oleh 12 faktor, antara lain faktor
Kesiapterapan Teknologi dan Kemampuan Inovasi.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan inovasi belum diiringi
dengan pendayagunaan inovasi secara optimal terutama oleh sektor
industri yang merupakan motor penggerak ekonomi utama.
Sumber : The Global Competitiveness Report pada World Economic Forum 2011
(Survey dilakukan terhadap 142 Negara)
34
II.d. Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Peran Balai dalam mengembangkan teknologi industri
BALAI
Kompetitif
(
5
12
0
Sektor
Industri
Daya
Saing
0
(
Komparatif
2
34 %
$
,
$
( %
35
Contoh Hasil Litbang dalam Peningkatan Teknologi Industri
Dalam Substitusi Bahan Baku/Bahan Penolong
No
1
Balai
B4T
Hasil Litbang
•
•
•
Pengguna
Aplikasi PCC sebagai Extender di Industri •
Cat
Pembuatan Insulated Rail Joint dari Bahan •
Komposit Serat Gelas dan Resin Epoksi
Bertulang Baja sebagai Subtitusi Impor
Pemanfaatan kopolimer lateks alam •
styrene dalam
pembuatan polymer
modified concrete abstrak
PT. Sigma Utama
PT. KAI
PT. Rel-ion Sterilization
Service
2
BBT
•
Pembuatan kain door trim, produk kedap •
suara dan komposit untuk tekstil otomotif
PT. Astra Internasional
Tbk
3
BBPK
•
Pemanfaatan Limbah Padat IPAL Coating •
untuk Bahan Bangunan Cat Tembok
Emulsi dan Plamir Tembok
Kertas Kemas Baja
•
PT. Surya Pamenang
•
Primkokas PT. KS
4
BBKK
•
Isolasi Metil Sinamat dari Minyak Laja •
Gowah (Alpinia Malaccensis) sebagai
Sumber Bahan Kimia ADI
PT. Sumber Multi AtsiriCianjur
5
BBKKP
•
Pemanfaatan limbah shaving industry •
penyamakan kulit untuk pembuatan
batako dan paving block
PT. Invedco Bangun
Utama Jakarta
36
Balai
Balai Besar Pulp dan Kertas
(BBPK) - Bandung
•
•
Hasil Litbang
• Kertas Kemas Baja
Pengguna
• Primkokas
PT. Krakatau Steel
Kerjasama penelitian BBPK dengan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
untuk memanfaatkan potensi bahan lokal dalam rangka mengurangi
kebutuhan impor kertas kemas baja
Telah mendapatkan paten ID 0 017 490
37
Balai
Hasil Litbang
Balai Besar Bahan
dan Barang Teknik
(B4T) - Bandung
Pengguna
Pembuatan Insulated Rail Joint (IRJ) dari PT. Kereta Api
Bahan Komposit Serat Gelas dan Resin Indonesia (KAI)
Epoksi Bertulang Baja sebagai Subtitusi
Impor
PLAT PENYAMBUNG PENYEKAT
LISTRIK (INSULATED RAIL
JOINT)
KOTAK KABEL PENGHUBUNG
CATUDAYA (JUNCTION BOX)
•
2
"
#
"
%
4
•
#
%
+
2%
+
#
(
"
3* 2
'
" "
"
#
*
"
"
" #
"
""
"
#
1
%
#
#
38
Contoh Hasil Litbang dalam Peningkatan Teknologi Industri
Dalam Substitusi Bahan Baku/Bahan Penolong (Skala Laboratorium)
No
Balai
Contoh Hasil Litbang
1
BBKKP
•
Aplikasi Precipitated Calcium Carbonate (PCC) sebagai Reinforcing Filler
untuk Sol Karet Sepatu Olah raga dan Ban Kendaraan Bermotor
2
B4T
•
Modifikasi Karet Alam Menjadi Bahan Elastomer Termoplastik
3
BBIHP
•
•
Pembuatan Handbody Lotion dari Lemak Kakao
Pembuatan Partikel Pembawa Obat Solid Lipid Nanopartikel (SLN) dari
Lemak Kakao
5
BBK
•
Pembuatan Nano Komposit Keramik Berbasis Nanoalumina dan Nano
Silika untuk Keramik Struktural
6
BBIA
•
Pengembangan pembuatan starter untuk industri modified cassava-flour
7
BBTPPI
•
Penerapan Teknologi Purifikasi Gas Methan (CH4) dari Proses Biogas
Pengolahan Air Limbah di Industri sebagai Sumber Energi Alternatif
8
BBT
•
Penelitian serat nanas sebagai bahan baku pembuatan produk tekstil
otomotif
9
Baristand Industri
Palembang
•
Minyak Biji Karet Epoksi sebagai Bahan Pelunak untuk Pembuatan Seal
Radiator
Pembuatan Packing Cup Radiator Kendaraan Bermotor dengan Formulasi
SBR dan NR
•
10
Baristand Industri
Samarinda
•
Pengembangan CPO untuk Produk Pelumas Padat Ramah Lingkungan
39
Contoh Hasil Litbang dalam Peningkatan Teknologi Industri
Efisiensi Teknologi Produksi
No
1
Balai
BBPK
Hasil Litbang
•
•
2
BBTPPI
•
Penguna
Kertas Sembahyang (Joss Paper) •
Ramah Lingkungan
Pengolahan Air Limbah dengan Proses •
Upflow Anaerobic Sludge Blanket
(UASB) dan Suspended Carrier Biofilm
(SCB)
PT. San Fu Indonesia
Teknologi Elektro-flotasi untuk Mengolah •
Limbah Cair Industri
•
Laboratorium
BLH
Kota semarang
Laboratorium
Balai
POM Jawa tengah
Laboratorium
BLH
Propinsi Jawa Tengah
•
3
BBIA
•
Teknologi minyak kelapa dengan Hot Oil •
Immersion Drying/HOID atau Fry Dry
Technology.
PT. Kertas Padalarang
PT. Sac Nusantara
40
Contoh Hasil Litbang dalam Peningkatan Teknologi Industri
Efisiensi Teknologi Produksi (Skala Laboratorium)
No
Balai
Contoh Hasil Litbang
1
BBKK
•
Rekayasa Alat untuk mengolah Limbah Plastik menjadi Sumber Energi dengan
Metode Pyrolisis
2
BBLM
•
•
•
Pengembangan Proses Biodiesel dengan Teknologi Kavitasi
Pembuatan Rotary Packer
Pengembangan matras progressive dies untuk pembuatan ring komponen
otomotif
Pembuatan mould untuk komponen plastik otomotif.
•
3
BBIA
•
Penerapan Teknologi Reverse Osmosis (RO) pada Pengolahan Buah-buahan
(Ekstraksi Suhu Dingin)
4
BBPK
•
Teknologi Ramah Lingkungan untuk Coating Kitchen dalam Proses Pembuatan
Kertas Salut (Coated Paper)
Teknologi Ramah Lingkungan pada Proses Pemutihan Pulp Menggunakan
Enzim dan Bahan Lainnya
•
5
BBKKP
•
•
Teknologi Pembuatan Komponen Karet Sol Ringan untuk TNI
Perekayasaan peralatan cetakan souvenir plastik sistem injection molding
dengan sistem CNC
6
BBK
•
Peningkatan Kualitas Produk Keramik Tahan Peluru untuk Memenuhi
Kebutuhan TNI/POLRI dan Peluang Ekspor Melalui Kemitraan dengan Industri
Terkait
7
BBTPPI
•
Pemanfaatan Bakteri Halofilik untuk Pemurnian NaCl Guna Menerapkan Green
Industry di Industri Pemakai Garam Rakyat.
Penerapan Teknologi Nanofiltrasi dalam Proses Eliminasi Sulphur Dioksida
(SO2) pada Flue Gas di Industri Kertas
•
41
III.
Program Kerja BPKIMI TA. 2012
42
III.a
Sasaran Kinerja BPKIMI
Tahun 2012
1. Tersedianya hasil litbang yang siap diterapkan dan terbangunnya beberapa
pilot project yang dapat dijadikan contoh bagi pengembangan industri
2. Tersedianya fasilitasi transfer teknologi dan peningkatan kompetensi SDM
industri
3. Tersedianya rumusan kebijakan industri hijau
4. Tersusunnya pedoman teknis penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di
sektor industri pupuk dan keramik
5. Tersedianya katalog bahan baku dan bahan penolong yang ramah
lingkungan untuk industri tekstil, keramik dan IKM makanan
6. Terfasilitasinya proses perlindungan dan penanggulangan pelanggaran HKI
7. Tersedianya RSNI yang diperlukan oleh industri
8. Meningkatnya kemampuan LPK yang mendukung SNI wajib
9. Meningkatnya jumlah industri yang memperoleh sertifikat SNI
10. Tersedianya rumusan kebijakan insentif dan disinsentif di sektor industri
43
III.b
Rencana Kerja Kegiatan BPKIMI TA 2012
Rencana Kerja BPKIMI dengan anggaran sebesar Rp. 458,85 M yang
bersumber dari Rupiah Murni sebesar Rp. 377,19 M dan PNBP sebesar
Rp. 81,66 M dibagi ke dalam 7 kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Pengkajian Kebijakan Iklim Usaha Industri;
2. Standardisasi (Standar Nasional Indonesia);
3. Pengkajian Industri Hijau;
4. Pengkajian Teknologi dan HKI;
5. Perencanaan, Pelaporan dan pendukung operasional BPKIMI;
6. Penelitian dan Pengembangan Teknologi;
7. Riset dan Standarisasi Bidang Industri.
44
Pengkajian Kebijakan Perpajakan dan Tarif Sektor Industri (√)
Rencana Kerja BPKIMI TA 2012
III.b
Kegiatan 1.
Pengkajian Kebijakan Dan Iklim
Usaha Industri
+)
3"
8
Pengkajian Kebijakan Non-Fiskal dan Moneter Sektor Industri
Harmonisasi dan Sinergi Kebijakan
* 5*6/
$8&
2:0
Pemodelan dan Analisis Industri
Kegiatan 2.
Perencanaan
Kebijakan Standarisasi Industri
* - 9
, * /9*5 5
, * 5*
,
* 67* 5
Pusat (5 Unit)
231 Pegawai
8
,
Perumusan SNI dan Regulasi Teknis (√)
Peningkatan Kemampuan Lembaga Penilaian Kesesuaian (√)
Pengawasan &monitoring pelaksanaan SNI & Regulasi Teknis
* 6-* 5
* 5*
Pengembangan dan Perumusan Kebijakan Industri Hijau (√)
Kegiatan 3.
Pengkajian Industri Hijau &
Lingkungan Hidup
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) (√)
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Pencemaran Industri (√)
* 5*7
Pengembangan dan aplikasi litbang teknologi
Kegiatan 4.
Pengkajian Teknologi dan HKI
Program Pengkajian
Kebijakan Iklim
dan Mutu Industri
$ 9 $
2:0
Kerjasama Luar Negeri di Bidang Teknologi
* /*65
Pemasyarakatan Hasil Litbang Industri
Kegiatan 5.
Penyusunan Rencana dan
Evaluasi Program KIMI
-
3"
* -5; ;5
, * /66* 7
8
, * ; *99
:2 , * -7*5
Peningkatan Pelayanan Teknis Administratif
Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan di lingkungan
BPKIMI
:2 , * 9*9- 6
* /9*79
Litbang Industri
Kegiatan 6.
Penelitian dan Pengembangan
Teknologi (11 Balai Besar)
"6
Daerah (22 Unit)
2493 Pegawai
2 74 /
+
2:0
Pengembangan Invensi dan Inovasi serta Manajemen HKI
3"
8
*/ 6 / ,
, * - *9;
, * 69*55
*
9 ;/
Jasa Pelayanan Teknis (JPT) yang terdiri:
- Desain & Rancang Bangun Perekayasaan Industri
- Kesesuaian Standar dan Mutu Produk/Kalibrasi dan Testing
- Penanggulangan Pencemaran Industri
-Training/Diklat Teknis dan Technical Assistance
, * 5;*;;
8 , * 56*75
:2 , * 7 *6/
## 6
Pendukung Operasional Balai Besar
Litbang Industri
Kegiatan 7.
Riset dan Standardisasi Bidang
Industri (11 Baristand Industri)
*
-
8
:2
,
,
,
* ; *67
* ;*9
*- * 5
Jasa Pelayanan Teknis (JPT) yang terdiri:
- Desain & Rancang Bangun Perekayasaan Industri
- Kesesuaian Standar dan Mutu Produk/Kalibrasi dan Testing
- Penanggulangan Pencemaran Industri
-Training/Diklat Teknis dan Technical Assistance
-
6
Pendukung Operasional Baristand Industri
445
5
1. Pengkajian Kebijakan Iklim dan Usaha Industri
A Pengkajian Kebijakan Perpajakan dan Tarif Sektor Industri
1. Kajian Pemberian Tax Holiday
Rumusan kebijakan pemberian Tax Holiday
untuk beberapa kelompok industri
2. Kajian Efektifitas Pelaksanaan Insentif
Fiskal
Rekomendasi efektifitas pemberian insentif
fiskal bagi sektor industri yang menerima
insentif fiskal
back
46
2. Perencanaan Kebijakan Standarisasi Industri
A Perumusan SNI
dan Regulasi Teknis
1. Perumusan RSNI
Tersusunnya 100 judul RSNI sektor industri yang
berkualitas guna peningkatan daya saing
industri, pengamanan pasar dalam negeri dan
perlindungan konsumen
2. Sertifikasi SNI Industri
Pelayanan jasa sertifikasi untuk mendukung
kelancaran proses pelayanan jasa sertifikasi
3. Koordinasi penyusunan Peraturan Menteri
tentang penunjukan LPK dalam rangka
pemberlakuan SNI/ST secara wajib
Peraturan Menteri tentang penunjukkan LPK
untuk melaksanakan audit kesesuaian terhadap
produk dalam rangka pemberlakuan SNI wajib
back
47
2. Perencanaan Kebijakan Standarisasi Industri
B
Peningkatan Kemampuan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK)
1. Peningkatan Kemampuan Pengujian
Laboratorium Balai dalam mendukung
pemberlakuan SNI wajib
Tersedianya 5 paket alat pengujian SNI wajib di
11 Balai Besar dan 11 Baristand Industri dalam
mendukung pemberlakuan 400 SNI wajib
2. Pengembangan LSPro Pustan Akreditasi KAN
Dalam rangka penguatan LSPro untuk mendukung
pelaksanaan SNI yang diberlakukan secara wajib.
3. Pemantapan LSPro Pustan dalam rangka
Akreditasi IECEE CB-SCHEME
Dalam rangka penguatan LSPro untuk memfasilitasi
sertifikasi wajib di negara tujuan ekspor bagi
peralatan listrik dan elektronika.
back
48
3. Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
A Pengembangan dan Perumusan
Kebijakan Industri Hijau
1. Penyusunan rencana induk pengembangan industri hijau
Tersedianya grand strategy, roadmap, rencana aksi dan
standar industri hijau.
2. Penyusunan katalog bahan baku dan bahan penolong
Tersedianya katalog bahan baku dan bahan penolong untuk
industri tekstil, keramik dan IKM makanan yang ramah
lingkungan guna terwujudnya industri hijau
3. Penganugerahan penghargaan industri hijau
Mendorong pelaku industri untuk menerapkan proses
produksi ramah lingkungan
B
Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca
(GRK)
1. Penyusunan pedoman pengurangan Gas Rumah Kaca
(GRK) melalui implementasi konservasi energi
Tersedianya pedoman teknis pengurangan emisi GRK melalui
implementasi konservasi energi di industri pupuk dan
keramik
back
49
3. Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
C
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian
Pencemaran Industri
1. Pemetaan teknologi pengolah limbah
elektronik
Tersedianya peta teknologi pengolahan
limbah elektronik
2. Kajian teknologi dan bahan alternatif
dalam phase out HCFC dan POPs
Rekomendasi kebijakan teknologi dan bahan
alternatif pengganti HCFC dan POPs di sektor
industri
3. Kajian pengelolaan limbah udara pada
industri berbahan bakar batubara
Tersedianya pedoman teknis pengelolaan
limbah udara di industri berbahan bakar
batubara dalam penerapan program EPCM di
sektor industri
back
50
6. Penelitian dan Pengembangan Teknologi (11 Balai Besar)
A Litbang Industri
Terdapat 107 litbang penelitian dan pengembangan teknologi di 11 Balai
Besar
B Jasa Pelayanan Teknis
Terdapat 85 jenis pelayanan teknis di 11 satker Balai Besar dengan Jasa
Pelayanan Teknis diantaranya: Sertifikasi Sistem Mutu dan
Produk, Pengujian Produk Industri, Pengujian Pencemaran Udara, Kalibrasi
Alat Inspeksi, Penerbitan SPPT - SNI
back
51
7. Riset dan Standardisasi Bidang Industri (11 Baristand Industri)
A Litbang Industri
Terdapat 91 litbang penelitian dan pengembangan teknologi di 11
Baristand Industri
B Jasa Pelayanan Teknis
Terdapat 61 jenis pelayanan teknis di 11 satker Baristand Industri dengan
Jasa Pelayanan Teknis diantaranya: Sertifikasi Sistem Mutu dan
Produk, Pengujian Produk Industri, Pengujian Pencemaran
Udara, Kalibrasi Alat Inspeksi, Penerbitan SPPT - SNI
back
52
TERIMA KASIH