Program Kerja Ditjen BIM Kemenperin 2012

Pokok Bahasan

I

PENDAHULUAN

II

PERANAN DAN PERTUMBUHAN
INDUSTRI

III

PROGRAM KERJA DITJEN BIM 2012

IV
IV

PENINGKATAN PENGGUNAAN
PRODUK DALAM NEGERI (P3DN)


V

ISU STRATEGIS DITJEN BIM 2012

2

PENDAHULUAN

I

PERMENPERIN NOMOR 105 TAHUN 2010
TUGAS DITJEN BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR

Merumuskan Serta Melaksanakan Kebijakan dan Standarisasi Teknis Di Bidang
Basis Industri Manufaktur

FUNGSI DITJEN BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR

1.


2.
3.
4.
5.

Perumusan kebijakan di bidang industri manufaktur termasuk penyusunan
peta panduan pengembangan klaster BIM
Pelaksanaan kebijakan di bidang BIM termasuk pengembangan klaster BIM
Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang BIM
3
Pemberian bimbingan teknis dan evaluasdi
bidaang BIM
Pelaksanaan administrasi Ditjen BIM

ORGANISASI DITJEN BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR

PERTUMBUHAN INDUSTRI 2011
2005

2006


2007

2008

2009

2010

2011*
(TW I)

2011*
(TW II)

2011*
(TW III)

1). Makanan, Minuman dan Tembakau


2,75

7,21

5,05

2,34

11,22

2,73

4,04

6,74

7,29

2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki


1,31

1,23

-3,68

-3,64

0,60

1,74

10,43

9,33

8,63

3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.


-0,92

-0,66

-1,74

3,45

-1,38

-3,50

(0,48)

1,32

0,88

4). Kertas dan Barang cetakan


2,39

2,09

5,79

-1,48

6,34

1,64

4,22

4,05

2,26

5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet


8,77

4,48

5,69

4,46

1,64

4,67

(0,02)

3,36

4,18

6). Semen & Brg. Galian bukan logam


3,81

0,53

3,40

-1,49

-0,51

2,16

4,38

5,05

6,12

7). Logam Dasar Besi & Baja


-3,70

4,73

1,69

-2,05

-4,26

2,56

18,32

16,91

15,03

8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya


12,38

7,55

9,73

9,79

-2,87

10,35

8,84

6,61

7,01

9). Barang lainnya

2,61

3,62

-2,82

-0,96

3,19

2,98

1,13

3,71

4,59

5,86

5,27

5,15

4,05

2,56

5,09

5,78

6,23

6,49

LAPANGAN USAHA

Industri Non Migas
Sumber: BPS diolah Kemenperin, 2011

POTENSI INDUSTRI





Potensi Ketersediaan Bahan Baku: Indonesia dianugerahi kekayaan sumber
bahan baku antara lain Bahan Baku industri Petrokimia, Oleokimia, Fine Chemical,
coal-based industry, dan biomass-based industry sbb:
• Cadangan total Minyak Bumi: 7.998,49 MMSTB
• Cadangan total Gas Bumi: 159, 63 TSCF
• Cadangan total Batubara : 104,8 Milyar Ton
• Produsen minyak sawit (CPO dan CPKO) terbesar di dunia: pada tahun 2010
mencapai 22,5 juta ton (lebih dari 75% masih diekspor mentah)
• Cadangan bahan galian logam: tembaga 3,2 Milyar Ton, iron ore (besi) lebih dari
2 Milyar Ton, nikel laterit sebesar 1,58 Milyar Ton (16 % total cadangan nikel
dunia)
• Produsen biomassa (hasil samping) pertanian terbesar di dunia dengan potensi
biomassa utama: sekam padi 20 Juta Ton, janggel jagung 15 Juta Ton dan
Tandan Kosong sawit sebesar 15 Juta Ton.
Potensi pasar: pasar produk petrokimia cukup besar (penduduk Indonesia sekitar
237 juta jiwa dengan tingkat konsumsi plastik perkapita masih 9,5 kg).
Potensi hilirisasi: Industri pengguna bahan baku kimia (tekstil, plastik kemasan,
otomotif) untuk menghasilkan aneka produk industri diperkirakan tumbuh signifikan
selaras dengan tingkat pertumbuhan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. 6

PERMASALAHAN INDUSTRI MANUFAKTUR






Bahan baku industri kimia hulu, khususnya naphta dan kondensat, masih
diimpor, sedangkan kemampuan pasok gas bumi dalam negeri masih dibawah
kebutuhan industri pemakai sebagai bahan baku maupun energi. Sedangkan di
sisi lain industri primair migas nasional masih mengekspor gas bumi, naphta
dan kondensat;
Belum terintegrasinya industri primair pengolah sumber daya tambang mineral
dengan industri hulu, industri antara dan industri hilir. Hal ini berlaku untuk
sumber daya mineral migas maupun non migas (bahan galian non logam);
Perlindungan produk lokal terhadap persaingan bebas sepenuhnya optimal dan
berarti, terutama karena faktor pemberlakuan beberapa perjanjian perdagangan
bebas secara bilateral dan regional (Free Trade Agreement) dan atau belum
bersaingnya produk lokal terhadap produk ex impor, disamping beredarnya
produk ex impor karena faktor produk lokal belum sepenuhnya memenuhi
kebutuhan, seperti beredarnya produk baja dari RRC yang membanjiri pasar
lokal dengan harga 20% lebih murah dengan kualitas yang sama;
membanjirnya aneka produk konsumsi ex impor, seperti garmen, alas kaki dsb.
7

PERMASALAHAN INDUSTRI MANUFAKTUR
Lanjutan






Belum optimalnya dukungan ketersediaan infrastruktur yang memadai, seperti
ketersediaan prasarana dan pelayanan cepat pelabuhan, ketersediaan
prasarana transportasi jalan terutama di wilayah pengembangan industri,
ketersediaan dan pasok energi gas dan tenaga listrik, jaringan distribusi gas
belum merata menjangkau wilayah pengembangan industri (seperti jaringan
pantura jawa terputus di wilayah Jawa Tengah) , Kebijakan daerah terhadap
pencadangan lahan bagi lokasi industri belum optimal dan sebagainya;
Kebijakan insentif investasi baru dan pengembangan belum optimal, baik yang
menyangkut administrasi, pajak dan fiskal, seperti belum luasnya cakupan
bidang usaha yang mendapat pengurangan pajak (tax allowance), terbatasnya
cakupan bidang usaha yang mendapatkan pembebasan pajak (tax holiday),
masih relatif tingginya bunga investasi, belum dikembangkannya instrumen
kebijakan insentif usaha di daerah.
Kegiatan riset dan pengembangan teknologi industri masih terbatas dan belum
sepenuhnya berkaitan dengan aspek kebutuhan dunia usaha industri.
8

KEBIJAKAN INDUSTRI
1. Pengembangan Industri Manufaktur dalam skema MP3EI yang diimplementasikan
melalui dengan pendekatan Klaster ada 8 (delapan) bidang industri prioritas dari 13
(tiga belas) bidang industri prioritas dalam kerangka pembangunan ekonomi di
Indonesia 2011-2025 melalui 6 Koridor Ekonomi Nasional
2. Pemanfaatan bahan baku yang beragam (multiple feedstock/horizontal
differentiation) dan energy mix untuk mengembangkan energi alternatif untuk
industri.
3. Pengendalian ekspor produk primair sebagai bahan baku melalui kebijakan
Domestic Market Obligation bagi produk komoditas internasional (antara lain
batubara, CPO, dsb)
4. Pemberian insentif usaha dan investasi berupa:
a. Fasilitas Tax allowance (Revisi PP No.62 tahun 2008).
b. Fasilitas Tax holiday untuk industri tertentu.
c. Fasilitas BMDTP bagi bahan baku dan bahan penolong yang belum di produksi
di dalam negeri.
d. Fasilitas Bea Masuk, PPh dan PPN bagi industri yang berada dalam Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK).
e. Pembebasan bea masuk dan PPN untuk bahan baku dan barang modal selama
9
masa project.

KEBIJAKAN INDUSTRI
5. Mendorong dan mengembangkan Standar Industri Manufaktur Nasional yang
diberlakukan secara wajib, khususnya untuk beberapa produk konsumsi yang
menyangkut hajat hidup masyarakat yang berpotensi menciptakan dampak negatif
terhadap aspek keamanan, keselamatan, kesehatan, lingkungan hidup dan moral
(K3LM).
6. Memfasilitasi pengembangan aliansi pengembangan usaha dan pemasaran produk
industri manufaktur melalui berbagai forum bisnis, media promosi dan sebagainya.
7. Mendorong terbentuknya struktur industri yang lebih kuat melalui pendekatan
strategi integrasi usaha, khususnya untuk bidang industri yang memanfaatkan
sumber daya alam tak terbarukan, seperti program pengambilalihan usaha
INALUM, pengembangan industri hulu petrokimia ke arah industri hilirnya,
pembangunan Centre of Excellence industri petrokimia di Banten;
8. Mendorong penyusunan dan implementasi standar kompetensi kerja sumber daya
manusia industri manufaktur, khususnya untuk bidang industri yang mempunyai
komunitas penanaman modal asing cukup tinggi, seperti industri semen, baja,
petrokimia dan sebagainya.
9. Secara bertahap mendorong pengembangan teknologi proses industri kimia
melalui pemanfaatan lisensi teknologi dan riset industri dalam negeri.
10

III

PROGRAM KERJA DITJEN BIM 2012

Sasaran Kinerja Ditjen BIM Tahun 2012
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tingginya Nilai Tambah Basis Industri Manufaktur
Tingginya Penguasaan Pasar Dalam dan Luar Negeri
Kokohnya Faktor-Faktor Penunjang Pengembangan Industri
Tingginya Kemampuan Inovasi dan Penguasaan Teknologi Industri
Kuat, Lengkap dan Dalamnya Struktur Industri
Tersebarnya Pembangunan Industri
Dukungan pelaksanaan tugas pokok dan peningkatan kapasitas
kelembagaan

DITJEN BIM TAHUN 2012


DIPA Ditjen BIM TA 2012
No

Unit Kerja

1 Direktorat Industri Tekstil dan Aneka

216.151.678.000

2 Direktorat Industri Kimia Hilir

34.295.014.000

3 Direktorat Industri Kimia Dasar

91.254.750.000

4 Direktorat Industri Material Dasar Logam

35.859.093.000

5 Sekretariat Direktorat Jenderal

52.334.244.000

Total



Pagu

429.894.779.000

Berdasarkan Jenis Belanja :
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang

: Rp. 13.945.776.000,- (3,24%)
: Rp. 403.080.003.000,- (93,76%)

3. Belanja Modal

: Rp. 12.869.000.000,- (2,99%)

PROGRAM KERJA DITJEN BIM TA 2012
PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS
DITJEN BIM TAHUN 2012
No

Output

1.

Revitalisasi Industri
1. Restrukturisasi ITPT, Alas Kaki dan Penyamakan
Kulit

Target Volume

245.179.900
165 Perusahaan

2. Pengembangan Industri Pupuk Organik

4 Pabrik

3. Fasilitasi Revitalisasi Pabrik Pupuk Urea

6 Pabrik

4. Fasilitasi Koordinasi Pengamanan Bahan Baku
Pupuk NPK
5. Intensifikasi lahan pegaraman
6. Masterplan Pengembangan Industri Garam di
Teluk Kupang
7. Pengembangan Industri garam di NTT
8. Audit Teknologi Dalam Rangka Restrukturisasi
Industri Material Dasar Logam

Anggaran

Survey dan Rakor
450 Ha
3.000 Ha
500 Ha

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS
DITJEN BIM TAHUN 2012
No

Output

2.

Pengembangan Klaster Industri dan Kawasan
1. Pengembangan Klaster Industri
2. Pengembangan kawasan industri baja di
Batulicin
3. Bantuan Permesinan dan Peralatan
4. Pengembangan Industri Lainnya

3.

Target Volume

35.056.405
10 Lokus
1 kawasan
10 Unit Kerja
4 Industri

Penyusunan, Penerapan dan Pembinaan Standar
1. RSNI Produk Industri
2. SNI Wajib Produk Industri
3. Fasilitasi Pembinaan Standar Industri
Perusahaan

Anggaran

16.007.067
48 RSNI
23 SNI Wajib
76 Perusahaan

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS
DITJEN BIM TAHUN 2012
No

Output

4.

Peningkatan Kompetensi SDM Industri
1. Pelatihan dan Pengembangan SDM ITA dan IKH
2. RSKKNI Industri TPT dan Aneka

5.

2. Inisiasi Pembangunan Pustek Baja di
Kalimantan Selatan

1240 Orang
4 RSKKNI
8.807.032
1 CoE
1 pustek

Penugasan Khusus
1. POKJA Pengambilalihan PT. INALUM
a. Fasilitasi Proses Pengambilalihan PT. Inalum
b. Optimalisasi Proyek Asahan Pasca Pengakhiran Master Agreement
2. Sekretariat Timnas P3DN
a. Penayangan Iklan (TV, Radio, Airporteve dan
Billboard) dan Pameran P3DN
b. Sosialisasi, Temu Bisnis dan Forum Koordinasi
c. Training of Trainer (TOT)
3. Koordinasi Otoritas Nasional Senjata Kimia

Anggaran
8.864.500

Pengembangan Inovasi Teknologi
1. Pembangunan Center of Excellence Industri
Petrokimia di Banten

6.

Target Volume

35.070.000

PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS
DITJEN BIM TAHUN 2012
No

Output

7.

Fasilitasi Promosi Kemampuan BIM
1. Fasilitasi Promosi Kemampuan Produk BIM

8.

Konservasi Energi

Target Volume

Anggaran
14.539.573

30 Pameran
3.869.302

1. Bimbantek Konservasi Energi

2. Penyusunan Manual Prosedur Penerapan
Konservasi energi
9.

Pelaksanaan Pelayanan Publik
1. Peningkatan dan penguatan kualitas sistem
rekomendasi dan Pertek

1.750.000

IV

PROGRAM P3DN

• Merupakan Implementasi dari Instruksi Presiden Nomor 2
Tahun 2009 tentang Penggunaan Produksi Dalam Negeri
Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
• Peraturan Presiden Nomor 54 pasal 96 ayat (1) tahun 2010
secara tegas telah menyebutkan bahwa setiap pelaksanaan
pengadaan barang/jasa Pemerintah wajib memaksimalkan
penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri,
termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional.

ANUGERAH CINTA KARYA BANG“A
Sebagai Bentuk Apresiasi Pemerintah Akan Keseriusan
Kementerian/Lembaga, BUMN/D, dan Pemerintah Provinsi,
Dilakukan Penilaian Tingkat Penggunaan Produk Dalam
Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Sesuai
Amanat Inpres Nomor 2 Tahun 2009
KEMENTERIAN/LEMBAGA

PEMERINTAH PROVINSI

BUMN/D

Kementerian
ESDM

PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR

PT. DAHANA

Kementerian
PERINDUSTRIAN

PROVINSI DI
YOGYAKARTA

PT. PENGEMBANGAN
PARIWISATA BALI

Kementerian PU

PROVINSI NUSA
TENGGARA TIMUR

PT TASPEN

V

ISU STRATEGIS DITJEN BIM 2012
1. Perlu disiapkan kebijakan khusus pembatasan ekspor bahan baku produk
logam mengingat Implementasi UU Minerba baru akan efektif pada
tahun 2014 yang membuat para pengusaha melakukan ekspor bahan
baku dengan berlebihan.
2. Sosialisasi Penerapan BTBMI 2012 di lingkungan Asosiasi Industri dan
Perusahaan Industri
3. Pemanfaatan Limbah Fly Ash dan Bottom Ash di lingkungan industri
manufaktur yang ramah lingkungan dan berpendekatan ekonomi.
4. Peningkatan Kemampuan Pasok Produk Hulu Petrokimia dan Logam Baja
Untuk Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri
5. Koordinasi dan Dukungan Pemerintah Daerah Dalam Penyiapan
Infrastruktur Industri Yang Memadai
6. Peningkatan Pemanfaatan Insentif Pajak Tax Holiday untuk Mendukung
Penguatan Struktur Industri dan Daya Saing Industri Nasional
7. Peningkatan Produktivitas Industri Manufaktur Dalam Rangka
Optimalisasi Pemenuhan TKDN

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
Jl. Gatot Subroto Kav. 52 – 53 Lantai 9 JAKARTA
Telp. : (021) 5255509, 5252482 Fax. : (021) 5252978
www.bim.kemenperin.go.id