Hubungan Paparan Karbon Monoksida (CO) terhadap Tekanan Darah pada Pekerja Bengkel Sepeda Motor di daerah Madan Marelan Tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Karbon Monoksida

2.1.1. Defenisi Karbon Monoksida
Karbon Monoksida (CO) adalah hasil pembakaran tidak sempurna bahan
karbon atau bahan-bahan yang mengandung karbon (Suma’mur, 2009). Karbon
Monoksida merupakan gas yang tidak berbau, tidak berasa dan juga tidak
berwarna. Oleh karena itu lingkungan yang telah tercemar oleh gas CO tidak
dapat dilihat oleh mata (Wardhana, 2004).
Karbon Monoksida dibuat manusia karena pembakaran tidak sempurna
bensin dalam mobil maupun sepeda motor, pembakaran di perindustrian,
pembangkit listrik, pemanas rumah, pembakaran di pertanian, dan sebagainya.
Gas ini tidak berwarna atau berbau, tetapi amat berbahaya (Sastrawijaya, 2009).
Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -129°C. Gas CO sebagian
besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara berypa gas
buangan. Di kota besar yang padat lalu lintasnya biasanya akan banyak
menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relative tinggi

dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu, gas CO dapat pula terbentuk
dari proses industry (Saputra, 2009).
Satuan konsentrasi CO di udara adalah ppm atau parts per million. Dimana
1 ppm setara dengan 10-4 %. Selain dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna
di luar tubuh, gas CO juga dihasilkan dalam jumlah kecil (kurang dari 0,5 %) dari
katabolisme normal cincin protoporfirin hemoglobin di dalam tubuh dan tidak

10

Universitas Sumatera Utara

11

toksik bagi tubuh (Anggraeni, 2009). Berdasarkan PER.13/MEN/X/2011 tentang
faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja nilai ambang batas (NAB) karbon
monoksdia di tempat kerja yaitu 25 ppm atau 29 mg/m 3 (PER.13/MEN/X/2011).
Menurut Akmal (2009), karbon monoksida CO) jika terhisap ke dalam
paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen
yang dibutuhkan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun
metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah.

Karbon monoksida dihasilkan pada pembakaran tidak sempurna. Contoh,
4 sampai 7 persen dari gas buangan kendaraan bermotor dan gas dari cerobong
asap merupakan CO. Senyawa ini sangatlah beracun karena dapat berikatan kuat
dengan hemoglobin dan menghambat proses pengankutan oksigen ke jaringanjaringan tubuh. Karbon monoksida berikatan 200 kali lebih kuat dengan
hemoglobin daripada oksigen dan oleh karenanya sangat sulit untuk
melepaskannya ketika telah berikatan dengan darah (Soetrisno, 2003).
Berkaitan dengan karekteristik CO yang afinitasnya terhadap hemoglobin
250-300 kali lebih kuat daripada afinitas oksigen, CO akan membentuk ikatan
karboksihemoglobin, sehingga menghambat distribusi oksigen ke jaringan tubuh,
maka organ yang sangat sensitive terhadap keracunan karbon monoksida adalah
organ-organ dengan kebutuhan oksigen paling banyak (Anggareini, 2009).

Universitas Sumatera Utara

12

2.1.2. Gejala-gejala Paparan Gas Karbon Monoksida
Umunya rute keterpaparan gas karbon monoksida adalah melalui jalan
pernapasan atau rute terhirup atau inhalasi (inhalation route). Gas ini
dikelompokkan sebagai bahan kimia asfiksia (asphyxiate). Ia mengakibatkan

racun dengan cara meracuni hemoglobin (Hb) darah. Hb berfungsi mengikat darah
dalam bentuk HbO. Setelah CO mengikat hemoglobin darah terbentuk ikatan
HbCO, maka otomatis oksigen akan terusir. Dengan mekanisme ini, tubuh
mengalami kekurangan oksigen dan gejala asfiksia atau kekurangan oksigen akan
terjadi. Hal ini disebabkan afinitas atau sifat pengikatan atau daya lengket karbon
monoksida ke hemoglobin darah dibandingkan dengan oksigen jauh lebih besar
sebanyak 200-3000 kali lipat. Dalam jumlah sedikit pun gas karbon monoksida
jika terhirup dalam waktu tertentu dapat menyebabkan gejala racun terhadap
tubuh (Majid, 2011).
Gejala-gejala lain dari keracunan CO antara lain, pusing, rasa tidak enak
pada mata, telinga berdengung, mual, muntah, detak jantung meniningkat, rasa
tertekan di dada, kesukaran bernafas, kelemahan otot-otot, tidak sadar, dan bias
meninggal dunia (Mukono, 2008).

2.1.3. Sumber-sumber Karbon Monoksida
Sumber gas CO yang terbesar terutama dari kendaraan-kendaraan yang
menggunakan bensin sebagai bahan bakar. Di daerah perkotaan dengan lalu lintas
yang padat konsentrasi gas CO berkisar antara 10-15 ppm (Wardhana, 2004). Di
kota-kota besar, sumber utama penghasil CO adalah kendaraan bermotor seperti
mobil, truk, bus, dan sepeda motor karena pembakaran Bahan Bakar Minyak


Universitas Sumatera Utara

13

(BBM) yang tidak sempurna. Karbon monoksida (CO) dapat terbentuk secara
alamiah maupun sebagai hasil sampingan kegiatan manusia (Aji, 2008).
Setiap lima liter bensin dapat menghasilkan 1-1,5 kg karbon monoksida
(CO). Bayangkan saja jika di suatu kota dengan sejuta mobil dan setiap mobil
menghabiskan 10 liter bensin sehari. Maka bias dipastikan betapa banyaknya
kadar CO di udara yang dihasilkan dari buangan asap kendaraan (Sastrawijaya,
2009).
Tabel 2.1. Sumber Pencemaraan Gas CO
Sumber pencemaran
Transportasi
Mobil bensin
Mobil Diesel
Pesawat terbang
Kereta Api
Kapal laut

Sepeda motor
Pembakaran Stasioner
Batubara
Minyak
Gas alam(dapat diabaikan)
Proses industry
Pembuangan Limbah Padat
Lain- lain Sumber
Kebakaran hutan
Pembakaran batubara sisa
Pembakaran limbah
pertanian
Pembakaran lain-lainnya

Bagian (%)

Total (%)
63,8

59,0

0,2
2,4
0,1
0,3
1,8
1,9
0,8
0,1
0,0
9,6
7,8
16,9
7,2
1,2
8,3
0,2
100,0

100,0


Sumber ; Wardhana, 2004

Sumber CO yang kedua adalah pembakaran hasil-hasil pertanian seperti
sampah, sisa-sisa kayu di hutan dan sisa-sisa tanaman di perkebunan. Proses
pembakaran tersebut sengaja dilakukan untuk berbagai tujuan, misalnya misalnya

Universitas Sumatera Utara

14

mengontrol hama termasuk insekta dan mikroorganisme, mengurangi volume
sampah dan bahan buangan, dan membersihkan serta memperbaiki mutu tanah
(Fardiaz, 1992).
Sumber ketiga setelah transportasi dan pembakaran adalah proses-proses
industri. Dua industri yang merupakan sumber CO terbesar yaitu industri besi dan
baja. CO dihasilkan selama beberapa tahap proses dalam produksi besi dan baja
(Fardiaz, 1992).

2.1.4. Efek Karbon Monoksida
Akibat paparan gas karbon monoksida (CO) adalah bercampurnya gas

karbon monoksida (CO) dengan hemoglobin yang terdapat dalam darah menjadi
karboksihemoglobin (COHb). Dimana dengan bertambahnya COHb, fungsi
pengaliran oksigen dalam darah terhambat dan apabila terdapat COHb 5% dalam
darah (setara dengan 40 ppm gas karbon monoksida (CO) di udara) akan
menimbulkan keracunan dalam darah (Arifin dan Sukoco, 2009).
Telah lama diketahui bahwa kontak antara manusia dan CO pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian. Tetapi CO sebenarnya sangat
berbahaya karena pada konsentrasi relatif rendah (100 ppm atau kurang) juga
dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Hal ini penting untuk diketahui terutama
dalam hubungannya dengan masalah lingkungan karena konsentrasi CO di udara
pada umumnya memang kurang dari 100 ppm (Fardiaz, 1992).
Keracunan gas Karbon Monoksida (CO) dapat ditandai dari gejala yang
ringan, berupa pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat berupa
menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada system kardiovaskuler,

Universitas Sumatera Utara

15

serangan jantung sampai pada kematian (Wardhana, 2004). Gejala lain yang

dirasakan antara lain sakit kepala, mual, muntah, rasa lelah, berkeringat banyak,
pyrexia(kenaikan suhu tubuh), pernafasan meningkat, gangguan penglihatan,
kebingungan, hipotensi, hipertensi, takikardi, kehilangan kesadaran dan sakit dada
mendadak yang dapat muncul pada orang yang menderita nyeri dada (Badan
POM, 2004).

2.1.5. Penyebaran Karbon Monoksida di Udara
Mekanisme alami Karbon Monoksida hilang dari udara dan pembersihan
CO dari udara dan kemungkinan terjadi karena beberapa proses sebagai berikut :
1. Reaksi atmosfer yang berjalan sangat lambat sehingga jumlah CO
yang hilang sangat sedikit.
2. Aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam tanah dapat
menghilangkan CO dengan kecepatan relative tinggi di udara.
Kecepatan reaksi yang mengubah CO menjadi CO2(2CO+O22CO2)
yang terjadi pada atmosfer bawah hanya dapat menghilangkan sekitar 0,1% dar
CO yang ada per jam dengan adanya matahari. Berdasarkan kecepatan ini, CO di
atmosfer diperkirakan mempunyai umur rata-rata 3,5 bulan. Konsentrasi CO di
udara per waktu dalam satu hari dipengaruhi oleh kesibukan atau aktivitas
kendaraan bermotor yang ada (Fardiaz, 1992).


Universitas Sumatera Utara

16

2.1.5.

Pengendalian Karbon Monoksida

2.1.5.1.

Tindakan Pencegahan

1.

Kadar Karbon Monoksida dalam udara sekeliling kita harus dibawah
batas paparan yang telah ditentukan antara lain dengan ventilasi
ruangan yang memadai.

2.


Semua alat dengan proses pembakaran harus terkena udara di tempat
terbuka (Sartono, 2001).

3.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker gas, yang
berguna untuk menutup/menghindari tempat-tempat yang mengandung
karbon monoksida (CO).

4.

Pemasangan detektor karbon monoksida yang dapat mendeteksi gas
karbon monoksida (CO) dalam sebuah ruangan atau kendaraan.
Detektor karbon monoksida akan memberikan peringatan berupa alarm
jika dalam ruangan atau kendaraan tersebut terdapat gas CO (Samsuri,
1982:100).

4.1.5.2.

Tindakan Penanggulangan
Pertolongan bagi yang keracunan gas karbon monoksida pada tingkat

yang reltif masih ringan dapat dilakukan dengan membawa korban ke tempat
yang berudara terbuka (segar) dan memberikan kesempatan kepada korban untuk
bernafas dalam-dalam (Wardhana, 2004).

Universitas Sumatera Utara

17

2.2.

Tekanan Darah

2.2.1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah menununjukkan keadaan dimana tekanan yang
dikenakan oleh darah pada pembuluh darah arteri ketika darah di pompa oleh
jantung ke seluruh tubuh, dengan kata lain teknan juga berarti kekuatan yang
dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton dan
Hall, 2008). Menurut WHO (2011) batas normal tekanan darah adalah kurang dari
atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik.
Menurut Singgih dalam Mustar (2011) hingga saat sekarang alat ukur yang
masih akurat digunakan untuk mengukur tekanan darah secara tidak langsung
ialah

sphygmomanometer

air

raksa.

Kadang-kadang

dijumpai

sphygmomanometerdengan pipa air raksa yang letaknya mirip terhadap bidang
horizontal (permukaan air) dengan maksud untuk memudahkan pembacaan hasil
pengukuran oleh pemeriksa. Satuan tekanan darah standar, tekanan darah hampir
selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa (mmHg) karena manometer air raksa
telah dipakai sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah.
Tekanan sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai satu titik dimana
denyut dapat dirasakan. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan diatas arteri
brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau denyut arteri dengan
jelas dan titik dimana bunyi mulai menghilang. Perbedaan tekanan antara systole
dan diastole disebut tekanan antara systole dan diastole disebut tekanan nadi dan
normalnya adalah 30-50 mmHg.

Universitas Sumatera Utara

18

Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah
melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system pembuluh tertutup
karena ada perbedaan tekanan atau gradient tekanan antara ventrikel kiri dan
atrium kanan.
a.

Tekanan ventrikuler kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat systole
sampai serendah 0 mmHg diastole.

b.

Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat systole sampai
serendah

80

mmHg

saat

diastole.

Tekanan

diastolic

tetap

dipertahankan dalam arteri karena efek lontar balik dari dinding
elastic aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg.
Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta (dengan
tekanan 100 mmHg) menuju arteri (dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40
mmHg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHgdi ujung arteri sampai 10 mmHg di
ujung vena) masuk ke vena (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5
mmHg) menuju vena cava superior dan interior (dengan tekanan 2 mmHg) dan
sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0 mmHg).

2.2.2. Sistem Sirkulasi Tekanan Darah
Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung
oksigen inimemasuki jantung dan kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh
melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar
bercabang-cabang menjadi pembuluh-pembuluh darah lebih kecil hingga
berukuran mikroskopi yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari
pembuluh-pembuluh darah sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini

Universitas Sumatera Utara

19

mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen untuk
menghasilkan energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah
yang sudah tidak beroksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena,
dan dipompa kembali ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi. Saat jantung
berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah ke seluruh tubuh.
Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal sebagai tekanan sistolik. Kemudian otot
jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan ini paling rendah, yang
dikenal sebagai tekanan diastolik. Tekanan sistolik dan diastolik ini diukur ketika
anda memeriksakan tekanan darah (Dian, 2011).

2.2.3.

Penggolongan Tekanan Darah

A. Tekanan Darah Normal
Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila tekanan darah
untuk sistolik