Hubungan Paparan Karbon Monoksida (CO) terhadap Tekanan Darah pada Pekerja Bengkel Sepeda Motor di daerah Madan Marelan Tahun 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini, khususnya dalam

industri dan teknologi, serta meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang
menggunakan bahan bakar minyak (fosil) menyebabkan udara yang kita hirup
disekitar kita menjadi tercemar oleh gas buangan hasil pembakaran (Wardhana,
2004). Salah satu zat pemcemar udara adalah gas karbon monoksida (CO) ini
masih merupakan permasalahan dunia karena semakin tahun nilainya semakin
meningkat. Menurut Alamsyah (2012) kontribusi gas buang kendaraan bermotor
sebagai sumber polusi udara di kota besar mencapai 60-70%.
Kendaraan bermotor merupakan sumber polutan karbon monoksida
(CO) yang utama yaitu sekitar 59,2% karena itu daerah-daerah yang
berpenduduk padat dengan lalu lintas ramai akan menyebabkan tingkat polusi
CO yang tinggi, konsentrasi CO di udara per waktu dalam satu hari dipengaruhi
oleh kesibukan atau aktivitas kendaraan bermotor yang ada, semakin ramai
kendaraan bermotor semakin tinggi polusi CO di udara (Fardiaz, 1992).

Pencemaran udara berupa emisi gas buang atau yang biasa kita sebut
dengan asap knalpot, muncul karena adanya proses pembakaran. Adapun
pengertian dari pembakaran adalah proses oksidasi yang cepat suatu bahan bakar
dan pembakaran yang komplit hanya mungkin jika ada suatu oksigen cukup.
Tujuan dari pembakaran yang baik adalah melepaskan seluruh panas yang
terdapat dalam bahan bakar. Hal ini dilakukan dengan pengontrolan “tiga T”

1

Universitas Sumatera Utara

2

pembakaran Temperature atau suhu yang cukup tinggi untuk menyalakan dan
menjaga penyalaan bahan bakar, Turbulence atau turbulensi atau pencampuran
oksigen dan bahan bakar yang baik, dan Time atau waktu yang cukup untuk
pembakaran yang sempurna. Terlalu banyak, atau terlalu sedikitnya bahan bakar
pada jumlah udara pembakaran tertentu, dapat mengakibatkan tidak terbakarnya
bahan bakar dan terbentuknya karbon monoksida (Anggraeni, 2009).
Komponen utama bahan bakar fosil, yang beberapa diantaranya

digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor adalah hydrogen (H) dan
karbon (C). Pada pembakaran bahan bakar yang sempurna maka yang dihasilkan
adalah gas CO2 dan H2O. Pembakaran yang sempurna ini terjadi hanya jika ada
pasokan oksigen yang cukup. Jika tidak sempurna, maka akan dihasilkan
senyawa hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2),
timbal, serta nitrogen oksida (NOx) pada kendaraan berbahan bakar bensin.
Sedangkan pada kendaraan berbahan bakar solar, gas buangnya mengandung
HC dan CO tetapi lebih banyak sulfur oksida (SO x) (Anggraeni, 2009).
Dainatara gas-gas yang beracun tersebut, yang perlu lebih banyak mendapat
perhatian adalah gas CO (karbon monoksida) karena pengaruhnya yang besar
terhadap kesehatan manusia. (Anggraeni, 2009).
Dilaporkan banyak terjadi keracunan CO setiap tahunnya berupa kasus
kematian baik keracunan karena kecelakaan atau bahkan dijadikan salah satu
metode bunuh diri dan pembunuhan di dalam rumah atau garasi mobil maupun
pencemaran udara oleh gas buangan industri. Di dunia diperkirakan 1.500 orang
mati setiap tahunnya karena CO (Depkes RI, 2009).

Universitas Sumatera Utara

3


Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak
(konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan juga dapat
menimbulkan kematian, inilah dampak karbon monoksida (CO) terhadap
kesehatan. Karbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-paru akan
ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan
oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi
secara metabolis dengan darah. Ikatan karbon monoksida dengan darah
(karboksihemoglobin) lebih stabil daripada ikatan oksigen dengan darah
(oksihemoglobin). Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah
menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut
oksigen terganggu. Dalam keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah
berkisar antara 0,2% sampai 1,0 % dan rata-rata sekitar 0,5%. Disamping itu
kadar CO dalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak
meningkat dan kecepatan pernafasan tetap konstan (Mukono, 1997).
Batas pemaparan karbon monoksida yang diperbolehkan oleh OSHA
(Occupational Safety and Health Administration) adalah 35 ppm untuk waktu 8
jam kerja/hari kerja, sedangkan yang diperbolehkan oleh American Conference
of Governmental Industrial Hygienist (ACGIH) TLV-TLW adalah 25 ppm untuk
waktu kerja. Kadar yang dianggap langsung berbahaya terhadap kehidupan atau

kesehatan adalah 1500 ppm (0,15%). Paparan dari 1000 ppm (0,1%) selama
beberapa menit dapat dapat menyebabkan 50% kejenuhan dari kerboksi
hemoglobin dan dapat berakibat fatal. Berdasarkan PER.13/MEN/X/2011

Universitas Sumatera Utara

4

tentang faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja nilai ambang batas (NAB)
karbon monoksdia di tempat kerja yaitu 25 ppm.
Sebelumnya telah terjadi kasus kematian yang terjadi di Klinik Sapta
Mitra, Rawalumbu, Kota Bekasi. Dari hasil uji darah, lima orang yang
meninggal di klinik tersebut disebabkan karena keracunan gas karbon
monoksida yang berasal dari mesin genset. Hal tersebut semakin diperparah
karena ruangan dalam keadaan tertutup (detiknews, 2014).
Berdasarkan penelitian terdahulu Seprianto pada tahun 2009 pada
karyawan mekanik di bengkel Suzuki PT. Megahputera Sejahtera Makassar
didapat rata-rata kadar CO sebesar 31 mg/m3 yang artinya melebihi nilai ambang
batas karbon monoksida di udara yaitu 29 mg/m3. Rata-rata tekanan darah
sistolik sebelum bekerja 120 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik

sebelum bekerja sebesar 80 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik
setelah bekerja sebesar 135 mmHg dan rata-rata tekanan diastolik setelah
bekerja sebesar 85 mmHg. Hal ini menunjukkan adanya hubungan pajanan
karbon monksida dengan terjadinya kenaikan tekanan darah pada karyawan
mekanik di bengkel Suzuki PT. Megahputera Sejahtera Makassar (Seprianto,
2009)
Issue pencemaran dalam ruang menjadi masalah kesehatan yang lebih
serius karena waktu yang dihabiskan manusia dalam ruangan jauh lebih lama
dibandingkan di udara terbuka. Jika manusia berada dalam ruangan dengan
sirkulasi udara yang buruk, maka kemungkinan terakumulasinya bahan
pencemar seperti Nitrogen Oksida (NO), Karbon Monoksida (CO), Formal

Universitas Sumatera Utara

5

Dehide, dan zat kimia lainnya dapat memberikan efek negatif terhadap
kesehatan (Pudjiastuti, 1998).
Pekerja yang rentan terpapar gas karbon monoksida adalah para pekerja
pembuatan dan distribusi gas (gas batu bara) dari bahan bakar padat, para

mekanik bengkel, operator mesin, petugas lalu lintas, tukang las asetilen, pekerja
ruang perebusan, pekerja kimia, pemadaman api, penambang, dan lain-lain
(Idris, 2007).
Dengan semakin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, maka
semakin banyak pula jasa perbengkelan yang terbuka khususnya di Kota Medan.
Salah satunya di daerah Marelan yang terdapat empat bengkel resmi servis dan
suku cadang yang terdiri dari dua bengkel Yamaha PT. Alfa Scorpi Marelan dan
dua bengkel Honda PT. Astra Honda Motor. PT. Alfa Scorpi dan PT. Astra
Honda Motor merupakan perusahaan yang memproduksi sepeda motor dan
melakukan perawatan serta perbaikan pada sepeda motor untuk merk Yamaha
dan Honda.
Proses kerja yang dilakukan setiap mekanik berbeda-beda. Setidaknya
ada 20 poin yang harus dilakukan oleh seorang mekanik sesuai prosedur yang
diinginkan konsumen, diantaranya : (1) pemeriksaan dan mengganti oli (2)
Pemeriksaan dan penyetelan kabulator (3) Pemeriksaan dan penyetelan celah
klep (4) Pemeriksaan dan pengukuran atau celah busi (4) membersihkan saluran
udara (5) pemeriksaan aki (6) Penyetelan rantai roda (7) Pemeriksaan dan
penyetelan putaran gas tangan (8) pemeriksaan air radiator, dan lain-lain. Dari
proses kerja tersebut akan menghasilkan gas karbon monoksida melalui


Universitas Sumatera Utara

6

pengegasan yang dilakukan mekanik, gunanya untuk mengetahui hasil performa
dari sepeda motor yang sedang di servis. Semakin banyak kerusakan pada
bagian mesin sepeda motor maka semakin tinggi karbon monoksida yang
dihasilkan, karena adanya pembakaran bahan bakar minyak dari mesin sepeda
motor. Misalnya untuk melakukan servis pemeriksaan seluruhnya, langkah
pertama adalah melakukan part safety, yaitu pemeriksaan keseluruhan
bodysepeda motor mulai dari lampu, klakson, lampu tangan, rem, dan lainnya.
Langkah kedua, setelah ditemukan kerusakan akan dilakukan pembukaan pada
cover body, setelah itu dilakukan pemeriksaan kabulator yang akan dibersihkan.
Setelah dilakukan pembersihan kabulator dilakukan pemeriksaan kondisi suara
mesin dengan indikator putaran pada stasioner digas akan terasa normal, pada
proses inilah biasanya karbon monoksida dihasilkan. Tahap terakhir dari servis
keseluruhan sepeda motor adalah test drive.
Pekerja yang bekerja pada Bengkel sepeda motor Yamaha yang pertama
berjumlah 12 orang, pada bengkel sepeda motor Yamaha yang kedua berjumlah
6 orang. Sedangkan pada bengkel Honda yang pertama berjumlah 8 orang, dan

bengkel Honda yang kedua terdapat 7 orang. Jadi jumlah keseluruhan pekerja
bengkel sepeda motor Yamaha dan Honda di Marelan berjumlah 33 orang. Para
mekanik mulai bekerja pada pukul 08.00-17.30 WIB, dengan waktu istirahat
selama 1 jam antara pukul 12.00-13.00 WIB, berlaku untuk ke-empat bengkel
sepeda motor tersebut. Dalam kegiatan produksinya, mekanik berhubungan
langsung dengan gas karbon monoksida yang dapat mempengaruhi kesehatan
pekerja dan gangguan kenyamanan dalam melakukan pekerjaan. Setiap harinya

Universitas Sumatera Utara

7

para mekanik biasanya menangani sepeda motor berkisar 8-15 sepeda motor, hal
ini

berpotensi

tinggi

meningkatnya


paparan karbon monoksida

pada

mekanik.Selama proses kerja berlangsung, pekerja sering berada di belakang
knalpot sepeda motor yang menghasilkan karbon monoksida. Namun sejauh
yang dilihat, para mekanik sama sekali tidak ada yang menggunakan Alat
Pelindung Diri seperti sarung tangan maupun masker.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pekerja mengenai keluhankeluhan yang dirasakan saat bekerja, sebagian pekerja mengaku sering
mengalami pusing, sesak nafas, dan cepat lelah saat bekerja, dan terkadang
pekerja ada yang mengakui mengalami detak jantung yang berdebar-debar dari
keadaan normal detak jantung, namun ada sebagian pekerja yang tidak
merasakan keluhan-keluhan tersebut dengan alasan sudah terbiasa menghirup
bau gas karbon monoksida.

Dari uraian tersebut, penulis tertarik untuk

mengetahui hubungan pajanan karbon monoksida (CO) terhadap tekanan darah
pada pekerja bengkel sepeda motor di daerah Medan Marelan Tahun 2017.


1.2.

Rumusan Masalah
“Apakah ada hubungan paparan karbon monoksida dengan Tekanan

Darahpada pekerja bengkel sepeda motor di daerah Medan Marelan Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

8

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada hubungan paparan
karbon monoksida dengan tekanan darah pada pekerja bengkel sepeda motor di
daerah Medan Marelan tahun 2017.


1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kadar paparan karbon monoksida di tempat kerja
khususnya di bagian servis sepeda motor pada bengkel sepeda motor di
daerah Medan Marelan.
2. Untuk mengetahui tekanan darah pada pekerja di bengkel sepeda motor
daerah Medan Marelan.

1.4.

Hipotesis
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah : Ada hubungan paparan

Karbon Monoksida dengan Tekanan Darah pada pekerja bengkel di daerah Medan
Marelan, Tahun 2017.

1.5.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Dapat digunakan sebagai masukan tentang hubungan paparan karbon
monoksida terhadap gangguan kesehatan seperti tekanan darah pada
pekerja bengkel sepeda motor Yamaha dan Honda di daerah Medan
Marelan.

Universitas Sumatera Utara

9

2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk
melaksanakan tindakan koreksi maupun preventif agar di dapat lingkungan
kerja yang aman dan nyaman pada bengkel sepeda motor Yamaha dan
Honda di daerah Medan Marelan.
3. Dapat dijadikan referensi untuk diadakan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara