Evaluasi Penggunaan Lahan (Land Use) Di Kecamatan Singkohor Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015

TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Lahan
Perubahan penggunaan lahan adalah perubahan penggunaan atau aktivitas
terhadap suatu lahan yang berbeda dari aktivitas sebelumnya, baik untuk tujuan
komersial maupun industri (Munibah, 2008). Dephut (2008) juga menyatakan
penutupan lahan pada kawasan hutan, terutama yang terkait dengan tutupan hutan
sangat dinamis dan dapat berubah dengan cepat dimana kondisi hutan semakin
menurun atau berkurang luasnya. Berdasarkan data yang ada, luas hutan selama
periode 1985-1997 untuk tiga pulau besar (Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi)
telah berkurang seluas ± 1,6 juta ha/tahun. Untuk periode 1997-2000 laju
pengurangan hutan di dalam kawasan hutan mencapai angka ±2,84 juta ha/tahun
atau 8,5 juta ha selama 3 tahun.
Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada kaitannya dengan
lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra. Penggunaan lahan
tekah dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan, sehingga tidak ada satu
defenisi yang benar-benar tepat (Purbowaseo, 1995). Penggunaan lahan
berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan, sedangkan penutup
lahan lebih merupakan perwujudan sifat fisik obyek-obyek yang menutupi lahan
tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Satuansatuan penutup lahan kadang-kadang juga bersifat penutup lahan alami
(Lillesand dan Kiefer, 1994).

Pemetaan

penggunaan lahan dan penutup lahan sangat berhubungan

dengan studi vegetasi, tanaman pertanian dan tanah dair biosfer. Karena data
penggunaan lahan dan penutupan lahan paling penting untuk planner yang harus

membuat keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya lahan,
maka data ini sangat bersifat ekonomi (Lo, 1995).
Salah satu cara evaluasi lahan adalah melakukan klasifikasi lahan untuk
penggunaan tertentu. Penggolongan kemampuan lahan didasari tingkat produksi
pertanian tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang sangat panjang
(Sitorus, 1985).
Kenampakan tutupan lahan berubah berdasarkan waktu, yakni keadaan
kenampakan tutupan lahan atau posisinya berubah pada kurun waktu tertentu.
Perubahan tutupan lahan dapat terjadi secara sistematik dan non-sistematik.
Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang, yakni
tipe perubahan tutupan lahan pada lokasi yang sama. Kecendrungan perubahan ini
dapat ditunjukkan dengan peta multi waktu. Fenomena yang ada dapat dipetakan
berdasarkan seri waktu, sehingga perubahan tutupan lahan dapat diketahui.

Perubahan non-sistematik terjadi karena kenampakan luasan lahan yang mungkin
bertambah, berkurang, ataupun tetap. Perubahan ini pada umumnya tidak linear
karena kenampakannya berubah-ubah, baik penutupan lahan maupun lokasinya
(Murcharke, 1990).
Pengembangan pertanian pada suatu daerah merupakan salah satu cara
untuk

meningkatkan

produktifitas

pertanian.

Secara

umum

kegiatan

pengembangan daerah tersebut meliputi pola pengembangan pertanian secara

tepat dan sesuai dengan potensi lahannya. Potensi lahan perlu dijabarkan secara
baik

agardapat

(Abdullah,1993).

digunakan

sesuai

dengan

rencana

pengembangannya

Keberhasilan penataan ruang akan ditentukan oleh seberapa besar
masyarakat dapat terlibat dalam kegiatan perencanaan, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang difasilitasi oleh Pemerintah. Sebagai

tahapan pertama dari penataan ruang, maka perencanaan memegang peran
strategis dan vital untuk dapat menentukan keberhasilan pemanfaatan dan serta
pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif dan efisien. Perencanaan yang
partisipatif memberikan peluang yang lebih besar untuk terciptanya pemanfaatan
ruang yang terpadu dan sinergis, proses partisipatif dalam tahapan perencanaan
tata ruang saja, beserta apa peran dan kontribusi yang dapat dilakukan oleh para
perencana.
Kondisi Umum Kecamatan Singkohor
Luas Kota Aceh Singkil adalah 1.857,88 km2 yang terdiri dari sebelas
kecamatan yakni kecamatan Pulau Banyak 15,02 km2, kecamatan Pulau Banyak
Barat 278,63 km2, kecamatan Singkil 135,94 km2, kecamatan

Singkil Utara

142,23 km2, kecamatan Kuala Baru 485,83 km2, kecamatan Simpang Kanan
289,96 km2, kecamatan Gunung Merah 224,3 km2, kecamatan Danau Paris 206,04
km2, kecamatan Suro 127,6 km2, kecamatan Singkohor 159,63 km2, dan
kecamatan Kota Baharu 232,69 km2. Kecamatan Singkohor merupakan daerah
tujuan transmigrasi karena masih memiliki kawasan hutan yang cukup luas
(BPS, 2014).

Data pusat statistik kecamatan Singkohor (2014) menunjukkan bahwa
penggunaan lahan di kecamatan Singkohor 15.963 Ha. 11.895 Ha dipakai sebagai
lahan pertanian bukan sawah dan 3.959,9 Ha merupakan lahan bukan pertanian.

Berkembangnya ekonomi di kecamatan ini membuat terjadinya perubahan fungsi
lahan akibat dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia.


Daerah transmigrasi

Transmigrasi

adalah wilayah potensial yang ditetapkan sebagai

pengembangan permukiman transmigrasi yang terdiri atas beberapa satuan
kawasan pengembangan yang salah satu di antaranya direncanakan untuk
mewujudkan pusat pertumbuhan wilayah baru sebagai kawasan perkotaan baru
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Sedangkan ketransmigrasian adalah
segala sesuatu yang berkatian dengan penyelenggaraan transmigrasi.
Tujuan dilakukannya transmigrasi di Indonesia untuk meningkatkan

kesejahteraan

transmigran

dan

masyarakat

sekitarnya,

peningkatan

dan

pemerataan pembangunan daerah, serta memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa. Penyelenggaraan transmigrasi memiliki sasaran untuk meningkatkan
kemampuan dan produktifitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian,
dan mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan
sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.



Kawasan Perkebunan

Pengertian perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan
tanaman tertentu pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekositerm
yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanamana tersebut,
dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta menejemen
untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Perkebunan diselenggarkan berdasarkan atas berkelanjutan, keterpaduan,
kebersamaan,

berkeadilan.

Perkebunan

diselenggarakan

dengan

tujuan:


meningkatkan

pedapatan

masyarakat,

meningkatkan

penerimaan

Negara,

meningkatkan penerrimaan devisa, menyadiakan lapangan kerja, azas manfaat dan
keterbukaan, serta meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing,
memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industry dalam negri, dan
mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Perkebunan
mempunyai fungsi ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional, fungsi ekologi
yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen,

dan penyangga kawasan lindung dan sosial budaya .


Areal Penggunaan Lain

Berdasarkan peraturan menteri kehutanan republik Indonesia no:
p.50/Menhut-II/ 2009 tentang penegasan status dan fungsi kawasan hutan
menjelaskan bahwa areal penggunaan lain adalah areal bukan kawasan hutan.
Dalam hal areal penggunaan lain tidak dibebani hak atau izin yang sah dari
pejabat yang berwenang namun dalam penunjukan kawasan hutan provinsi
berdasarkan hasil paduserasi TGHK dan RTRWP ditunjuk sebagai kawasan hutan,
maka status areal tersebut adalah kawasan hutan.
Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Lahan
Faktor fisik yang mempengaruhi penggunaan dan penutupan lahan adalah
faktor-faktor yang terkait dengan kesesuaian lahannya, meliputi faktor lingkungan
yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan
budidaya tanaman, kemudahan teknik budidaya ataupun pengolahan lahan dan
kelestarian lingkungan. Faktor fisik ini meliputi kondisi iklim, sumberdaya air dan
perairan, bentuk lahan dan topografi, serta karakteristik tanah yang secara


bersama akan membatasi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan pada sebuah
bidang lahan(Gandasasmita, 2001).
Menurut Darmawan (2002), salah satu faktor utama yang menyebabkan
terjadinya perubahan lahan adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang
berhubungan dengan kelangsungan hidup mereka. Tingginya tingkat kepadatan
penduduk di suatu wilayah telah mendorong penduduk untuk membuka lahan
baru dimana lahan tersebut digunakan sebagai tempet tinggal maupun sebagai
lahan-lahan budidaya.
Selain itu, faktor-faktor umum lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan penutupan lahan adalah pertumbuhan penduduk, mata
pencaharian, aksesibilitas, dan fasilitas pendukung kehidupan serta kebijakan
pemerintah (Wijaya, 2004). Tekanan dari perubahan penutupan lahan dari
tingginya kepadatan penduduk juga memberi tekanan pada hutan. Mata
pencaharian penduduk di suatu wilayah berkaitan erat dengan kegiatan usaha yang
dilakukan penduduk di wilayah tersebut. Perubahan penduduk yang bekerja di
bidang pertanian ini memungkinkan terjadinya perubahan penutupan lahan,
khususnya budidaya. Semakin banyak penduduk yang bekerja di bidang pertanian,
maka kebutuhanakan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat mendorong
penduduk untuk melakukan kegiatan konversi lahan menjadi fungsi lain pada
berbagai penutupan lahan.

Penginderaan Jarak Jauh
Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk
memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui

analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan
objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lilesand dkk, 2004).
Data penginderaan jarak jauh merupakan sumber paling utama data
dinamis dalam sistem informasi geografis. Beberapa contoh aplikasi yang
dimungkinkan oleh data penginderaan jarak jauh adalah sebagai berikut: pemetaan
tutupan lahan, analisa perubahan tutupan lahan, analisa deforestasi, ekspansi
perkebunan, perkembangan kota, analisa dampak bencana, perhitungan cadangan
karbon dan emisinya, perhitungan biofisik vegetasi (kerapatan tegakan, jumlah
tegakan, biomassa), serta identifikasi dan analisa infrastruktur (jumlah dan
panjang

jalan,

jumlah

rumah,

luasan

pemukiman

dan

lain-lain)

(Ekadinata et al., 2008).
Informasi remote sensing yang dihasilkan dari citra satelit (satellite image)
untuk analisis lebih lanjutnya menggunakan SIG. Secara umum data dari
penginderaan jauh agar dapat digunakan di SIG harus diinterpretasi dan dikoreksi
geometrik terlebih dahulu (Jaya, 2010).
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Perkembangan di bidang teknologi komputer telah membawa manfaat
yang sangat besar bagi penyebaran informasi. Sistem Informasi Geografi (SIG)
adalah bagian dari sistem informasi yang diaplikasikan untuk data geografi atau
alat data base untuk analisis dan pemetaan suatu yang terdapat dan terjadi di bumi.
SIG mulai dikenal pada tahun 1950-an. Dimana awalnya penelitian tentang SIG
terbatas dikalangan peneliti-peneliti botani, meteorologi, dan transportasi. Mereka
mulai membuat peta-peta yang bersifat otomatis dan berusaha mempersentasikan
kartografi berkomputer (Nasution dan Supriadi, 2007).

SIG sering dianggap sebagai hasil perpaduan antara sistem komputer
untuk bidang kartografi (Computer Aided Cartography) dengan teknologi basis
data (data base):
1. Pengorganisasian data dan informasi
2. Menempatkan informasi pada tempat tertentu
3. Melakukan komputasi, memberikan ilustrasi keterhubungan satu sama
lainnya (koneksi) beserta analisa-analisa spasial lainnya
SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer,
perangkat lunak, data geografi dan personel yang dirancang secara efisien untuk
memperoleh,

menyimpan,

meng-update,

manipulasi,

menganalisis,

dan

menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis.
Penutupan Lahan (Land Cover )
Penafsiran untuk penutupan lahan/ vegetasi dibagi kedalam tiga klasifikasi
utama yaitu Hutan, Non Hutan dan Tidak ada data, yang kemudian masingmasing diklasifikasikan lagi. Kelas-Kelas penutupan lahan yaitu
bervegetasi

(hutan,

perkebunan, semak-belukar,

rumput)

lahan

lahan terbuka,

pemukiman dan air.
Contoh kelas penutupan lahan:
1. Hutan, polanya dengan bentuk bergerombol diantara semak dan
pemukiman, ukurannya luas, berwarna hijau tua sampai gelap dengan
tekstur relative kasar.
2. Perkebunan, memilki karakter bentuk dan pola bergerombol hingga
menyebar terletak diantara hutan dan lahan-lahan terbuka, terkadang
bercampur dengan kawasan pemukiman.

3. Pemukiman, memiliki tekstur halus sampai kasar,warna magenta, ungu
kemerahan, pola disekitar jalan utama.
4. Semak,tekstur yang relatif lebih halus daripada hutan lebat, berwarna hijau
agak terang dibandingkan hutan lebat, terdapat diantara perkebunan dan
ada juga berbentuk spot.
5. Rumput mempunyai tekstur yang lebih halus daripada semak. Berwarna
hijau lebih terang dibandingkan dengan semak tidak terlalu luas, terdapat
diantara perkebunan dan menyebar membentuk spot.
6. Lahan terbuka mempunyai bentuk pola yang menyebar diantara hutan,
pemukiman, perkebunan dan jalan, berwarna putih hingga merah jambu
dengan tekstur halus.
7. Tubuh air berwarna biru, untuk sungai dengan bentuk yang berkelok-kelok,
danau dengan bentuk mengumpul dan relatif besar, genangan-genangan air
berbentuk spot.