Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pembangunan di segala bidang yang sedang dilaksanakan bangsa Indonesia dewasa ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, tidak luput dari keikutsertaan dalam melaksanakan pembangunan tersebut. Untuk itu, pemerintah berusaha mencari dana dengan menggali sumber dari kekayaan alam dan potensi lainnya yang dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah digunakan untuk membiayai pembangunan.

Sebelumnya kekayaan alam dari sektor minyak dan gas (MIGAS) merupakan penerimaan terbesar bagi negara, namun pada saat ini migas sudah tidak berperan lebih besar atas penerimaan negara. Hal ini terlihat dari laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita, dimana pajaklah yang menjadi sumber penghasilan negara yang paling utama. Sebenarnya potensi yang besar namun belum dimanfaatkan atau digali pemerintah adalah hasil laut. Indonesia merupakan negara kepulauan yang lautnya sangat luas, namun hasil lautnya banyak dijarah oleh negara lain. Untuk itu, dari sektor perpajakanlah yang harus digali dan terus digali. Dengan adanya dana yang berasal dari pajak, maka penggunaan dana dari pajak ini dapat didistribusikan untuk penggunaan bagi pengeluaran pembangunan, pembayaran-pembayaran dan sebagainya yang tujuannya adalah sebagai alat untuk distribusi pendapatan.


(2)

Menurut pendapat Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, dalam buku Resmi (2008: 1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbal (kontra pretasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Sementara itu jika mengacu kepada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 (satu) angka 1 (satu) disebutkan arti pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa pajak sangat berpengaruh dalam sumber pendapatan negara, khususnya dari sektor pajak penghasilan.

Pajak Penghasilan sebagai salah satu pajak negara memiliki objek yang dapat dikenakan pajak, yakni penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Pasal 4 ayat (1) UU Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun di luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Pengertian penghasilan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (1) UU PPh hanya berpatokan pada penambahan kemampuan ekonomis bukan pada sumber penghasilan itu sendiri. Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis


(3)

kepada wajib pajak, penghasilan dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu:

1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti, gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya;

2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;

3. Penghasilan dari modal, dividen, royalti, sewa, keuntungan, penjualan harta, atau hak yang tidak digunakan untuk usaha, dan lain sebagainya;

4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan lain sebagainya. Sementara itu, pada Pasal 1 ayat (1) UU PPh, bahwa yang menjadi subjek pajak untuk Pajak Penghasilan adalah:

a. Orang Pribadi;

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak; c. Badan;

d. Bentuk Usaha Tetap.

Dan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis hanya berfokus pada Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

Pajak yang terutang wajib dibayar lunas oleh wajib pajak dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. Hal ini dimaksudkan agar wajib pajak menghitung dan menetepakan sendiri pajak yang terutang tanpa diterbitkan surat ketetapan pajak sebagai perwujudan self assessment system yang dianut dalam Undang-undang pajak (UU PPh, UU PPN, dan UU BPHTB). Wajib pajak diberi wewenang menghitung sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan


(4)

undang-undang dan petunjuk pemerintah berdasarkan kepercayaan pemerintah kepada wajib pajak dan kejujuran wajib pajak. Pada hakikatnya jika wajib pajak sudah menghitung sendiri pajaknya, itu berarti jumlah pajak sudah ditetapkan dan menjadi hak pemerintah untuk menerima jumlah itu.

Direktur Jenderal Pajak sebagai pejabat pajak yang berwenang melakukan pengolahan pajak negara yang terdiri dari:

1. SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar);

2. SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan); 3. SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar);

4. SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil).

Namun terkadang pajak yang ditetapkan tidak sesuai dengan pendapat orang yang dikenakan pajak (wajib pajak atau penanggung pajak) sehingga terjadi perselisihan antara wajib pajak, pemotong, atau pemungut pajak, serta penanggung pajak dengan pejabat pajak mengenai penerapan undang-undang pajak. Perselisihan tersebut biasa dikenal dengan sengketa pajak. Penyelesaian perselisihan ini dapat ditelusuri dengan pengkajian objek sengketa pajak salah satunya pada tahap pengajuan keberatan, karena proses awal yang harus ditempuh apabila terjadi sengketa pajak untuk pengajuan permohonan banding ke pengadilan pajak adalah upaya keberatan.

Dalam kenyataannya, tatacara penyampaian permohonan keberatan ini masih kurang dipahami oleh wajib pajak, seperti syarat-syarat yang harus dipenuhi, hak wajijb pajak dalam pengajuan keberatan sampai tahap akhir yaitu penyelesaian atas surat keberatan. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengetahui, mempelajari, dan


(5)

memahami bagaimana proses pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan khususnya pajak penghasilan orang pribadi yang diajukan oleh wajib pajak.

Sebagai salah satu syarat dalam rangka penyusunan tugas akhir, Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu metode untuk mempraktikkan teori yang selama ini diperoleh diperkuliahan pada kondisi lapangan yang sebenarnya. Dari uraian di atas maka penulis tertarik menulis judul tentang “Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”.

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut:

1.1 Untuk mengetahui tatacara pengajuan permohonan keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan oleh Wajib Pajak kepada KPP Pratama Medan Barat.

1.2 Untuk mengetahuibagaimana penyelesaian permohonan keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukan Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Barat.

1.3 Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh KPP Pratama Medan Barat dalam pengajuan permohonan keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang diajukam oleh Wajib Pajak.


(6)

2. Manfaat PKLM a. Bagi Mahasiswa

1. Memberikan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya tentang tata cara pengajuan permohonan keberatan;

2. Memberikan pengetahuan tentang proses pengolahan permohonan keberatan; 3. Menciptakan rasa tanggung jawab, profesionalitas, serta kedisiplinan yang

nantinya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja;

4. Menambah motivasi belajar dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli yang siap pakai;

5. Merangsang mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1. Mendapatkan ide-ide baru dan masukan dalam hal pelaksanaan pengolahan pemohonan keberatan di KPP Pratama Medan Barat;

2. Membantu KPP Pratama Medan Barat untuk mensosialisasikan pentingnya pajak kepada masyarakat;

3. Mempererat hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

1. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah dipelajari khususnya di bidang perpajakan;


(7)

2. Mendapatkan masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan;

3. Mempererat hubungan antara Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan KPP Pratama Medan Barat.

C. Uraian Teoritis

Negara hukum adalah negara yang berdasarkan pada hukum dan menjamin keadilan bagi seluruh rakyatnya. Dalam konsep negara hukum, penguasa negara dan pemerintah sesungguhnya hanyalah pelaksana dari hukum. Karena itu, siapa saja (rakyat, pemerintah, penegak hukum) yang melakukan pelanggaran hukum harus dikenakan sanksi hukum, sehingga tidak ada seorang pun yang kebal hukum. Itulah makna dari unsur equality before the law dari prinsip rule of law dalam konsep negara hukum. Dalam konteks ini, Indonesia sebagai negara hukum harus menciptakan, mengadakan, dan menyelenggarakan lembaga-lembaga peradilan. Salah satu dari lembaga-lembaga peradilan tersebut adalah lembaga peradilan pajak. Urgensi lembaga peradilan pajak ialah untuk mengadili sengketa pajak (tax dispute) antara pemerintah (fiskus) dengan wajib pajak atau penanggung pajak sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tentang pengenaan pajak. Peradilan di bidang perpajakan lebih tertuju kepada mekanisme pemberian keadilan dalam kaitannya dengan penyelesaian sengketa pajak yang dilakukan melalui lembaga yang ada, meskipun tidak dinamakan peradilan, salah satunya melalui upaya keberatan. Keberatan merupakan peradilan administrasi tidak murni atau peradilan doleansi (Soemitro, 1987).


(8)

Keberatan adalah permohonan pengajuan keberatan atas adanya perbedaan pendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, wajib pajak tidak menyetujui surat ketetapan pajak (Resmi, 2008: 62). Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 25 ayat 1, wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:

Keberatan diajukan wajib pajak dengan menyampaikan surat keberatan ke kantor pelayanan pajak wajib pajak atau tempat dimana pengusaha kena pajak terdaftar atau dikukuhkan. Suatu surat keberatan harus diajukan wajib pajak untuk satu jenis pajak dan satu masa pajak atau satu tahun pajak.

Dalam laporan PKLM ini maka yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah: 1. SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar);

2. SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan); 3. SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar);

4. SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil); 5. Pemotongan atau pemungutan pajak.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam laporan PKLM ini maka yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah:

1. Tata cara pelaksanaan pengajuan permohonan keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat


(9)

2. Penyelesaian pengajuan keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi KPP Pratama Medan dalam pengajuan surat Keberatan

E. Tata Cara Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pelaksanaan PKLM, penulis melakukan pengajuan judul dan penentuan judul kemudian melakukan persiapan dimulai dari penentuan tempat yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang berlokasi di Jalan Asrama No. 7A, Ringroad, Medan 20123. Kemudian menghubungi tempat tersebut, membuat surat permohonan, dan mencari bahan untuk pembuatan proposal melalui berbagai sumber-sumber bacaan seperti buku-buku perpajakan, undang-undang perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Pada saat PKLM, penulis melaksanakan pengamatan secara langsung pada objek penelitian PKLM untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pengajuan serta prosedur pengolahan permohonan keberatan. Penulis juga melakukan pengumpulan data yang didapat langsung dari sumber yang kompeten memahami permasalahan pengajuan permohonan keberatan PPh orang pribadi di KPP Pratama Medan Barat serta data yang didapat dari laporan, buku agenda keberatan, dan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) pada KPP Pratama Medan Barat.

Selanjutnya melakukan analisa dan evaluasi data dengan cara mengelompokkan data-data yang diperoleh selama pelaksanaan PKLM untuk dianalisa dan dievaluasi secara deskriptif sehingga memudahkan dalam penarikan


(10)

kesimpulan secara jelas dan sistematis serta memberikan gambaran umum maupun khusus dari objek penelitian PKLM mengenai pengajuan permohonan keberatan.

Dalam pengumpulan data dan informasi yang diperlukan penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak KPP Pratama Medan Barat mengenai hal-hal yang menjadi objek pembahasan dengan menggunakan daftar pertanyaan.

b. Yaitu metode PKLM dengan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang berhubungan dengan PKLM dengan maksud untuk mengetahui keadaan sesungguhnya dan memperoleh data yang lebih akurat dan jelas dengan menggunakan daftar observasi.

c. Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan meminta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan PKLM.

F. Tata Cara Pengumpulan Data

Data dalam pengumpulan data dan informasi yang diperlukan penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara 2. Observasi


(11)

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam laporan pelaksanaan PKLM ini, penulis menguraikan penulisan tersusun secara sistematis. Adapun sistematika yang akan dilakukan dalam penulisan laporan PKLM ini sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Di dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Pada bab ini penulis menjelaskan gambaran umum objek atau lokasi, sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi dari KPP Pratama Medan Barat

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Bab ini membahas tentang ketentuan, tata cara atau prosedur pelaksanaan dan pengolahan permohonan keberatan yang dilaksanakan di KPP Pratama Medan Barat. BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA

Bab ini berisikan analisa penulis dan bahasan-bahasan mengenai permohonan keberatan yang diajukan wajib pajak.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan mengambil kesimpulan yang merupakan intisari dari uraian bab-bab sebelumnya dan beberapa saran yang dapat menjadi masukan yang bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(1)

2. Manfaat PKLM a. Bagi Mahasiswa

1. Memberikan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya tentang tata cara pengajuan permohonan keberatan;

2. Memberikan pengetahuan tentang proses pengolahan permohonan keberatan; 3. Menciptakan rasa tanggung jawab, profesionalitas, serta kedisiplinan yang

nantinya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja;

4. Menambah motivasi belajar dan menjadikan mahasiswa sebagai tenaga ahli yang siap pakai;

5. Merangsang mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1. Mendapatkan ide-ide baru dan masukan dalam hal pelaksanaan pengolahan pemohonan keberatan di KPP Pratama Medan Barat;

2. Membantu KPP Pratama Medan Barat untuk mensosialisasikan pentingnya pajak kepada masyarakat;

3. Mempererat hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

1. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah dipelajari khususnya di bidang perpajakan;


(2)

2. Mendapatkan masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan;

3. Mempererat hubungan antara Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan KPP Pratama Medan Barat.

C. Uraian Teoritis

Negara hukum adalah negara yang berdasarkan pada hukum dan menjamin keadilan bagi seluruh rakyatnya. Dalam konsep negara hukum, penguasa negara dan pemerintah sesungguhnya hanyalah pelaksana dari hukum. Karena itu, siapa saja (rakyat, pemerintah, penegak hukum) yang melakukan pelanggaran hukum harus dikenakan sanksi hukum, sehingga tidak ada seorang pun yang kebal hukum. Itulah makna dari unsur equality before the law dari prinsip rule of law dalam konsep negara hukum. Dalam konteks ini, Indonesia sebagai negara hukum harus menciptakan, mengadakan, dan menyelenggarakan lembaga-lembaga peradilan. Salah satu dari lembaga-lembaga peradilan tersebut adalah lembaga peradilan pajak. Urgensi lembaga peradilan pajak ialah untuk mengadili sengketa pajak (tax dispute) antara pemerintah (fiskus) dengan wajib pajak atau penanggung pajak sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tentang pengenaan pajak. Peradilan di bidang perpajakan lebih tertuju kepada mekanisme pemberian keadilan dalam kaitannya dengan penyelesaian sengketa pajak yang dilakukan melalui lembaga yang ada, meskipun tidak dinamakan peradilan, salah satunya melalui upaya keberatan. Keberatan merupakan peradilan administrasi tidak murni atau peradilan doleansi (Soemitro, 1987).


(3)

Keberatan adalah permohonan pengajuan keberatan atas adanya perbedaan pendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, wajib pajak tidak menyetujui surat ketetapan pajak (Resmi, 2008: 62). Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 25 ayat 1, wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:

Keberatan diajukan wajib pajak dengan menyampaikan surat keberatan ke kantor pelayanan pajak wajib pajak atau tempat dimana pengusaha kena pajak terdaftar atau dikukuhkan. Suatu surat keberatan harus diajukan wajib pajak untuk satu jenis pajak dan satu masa pajak atau satu tahun pajak.

Dalam laporan PKLM ini maka yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah: 1. SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar);

2. SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan); 3. SKPLB (Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar);

4. SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil); 5. Pemotongan atau pemungutan pajak.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam laporan PKLM ini maka yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah:

1. Tata cara pelaksanaan pengajuan permohonan keberatan atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Barat


(4)

2. Penyelesaian pengajuan keberatan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Pajak Penghasilan Orang Pribadi.

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi KPP Pratama Medan dalam pengajuan surat Keberatan

E. Tata Cara Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pelaksanaan PKLM, penulis melakukan pengajuan judul dan penentuan judul kemudian melakukan persiapan dimulai dari penentuan tempat yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang berlokasi di Jalan Asrama No. 7A, Ringroad, Medan 20123. Kemudian menghubungi tempat tersebut, membuat surat permohonan, dan mencari bahan untuk pembuatan proposal melalui berbagai sumber-sumber bacaan seperti buku-buku perpajakan, undang-undang perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Pada saat PKLM, penulis melaksanakan pengamatan secara langsung pada objek penelitian PKLM untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pengajuan serta prosedur pengolahan permohonan keberatan. Penulis juga melakukan pengumpulan data yang didapat langsung dari sumber yang kompeten memahami permasalahan pengajuan permohonan keberatan PPh orang pribadi di KPP Pratama Medan Barat serta data yang didapat dari laporan, buku agenda keberatan, dan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) pada KPP Pratama Medan Barat.

Selanjutnya melakukan analisa dan evaluasi data dengan cara mengelompokkan data-data yang diperoleh selama pelaksanaan PKLM untuk dianalisa dan dievaluasi secara deskriptif sehingga memudahkan dalam penarikan


(5)

kesimpulan secara jelas dan sistematis serta memberikan gambaran umum maupun khusus dari objek penelitian PKLM mengenai pengajuan permohonan keberatan.

Dalam pengumpulan data dan informasi yang diperlukan penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak KPP Pratama Medan Barat mengenai hal-hal yang menjadi objek pembahasan dengan menggunakan daftar pertanyaan.

b. Yaitu metode PKLM dengan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang berhubungan dengan PKLM dengan maksud untuk mengetahui keadaan sesungguhnya dan memperoleh data yang lebih akurat dan jelas dengan menggunakan daftar observasi.

c. Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan meminta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan PKLM.

F. Tata Cara Pengumpulan Data

Data dalam pengumpulan data dan informasi yang diperlukan penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara 2. Observasi


(6)

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam laporan pelaksanaan PKLM ini, penulis menguraikan penulisan tersusun secara sistematis. Adapun sistematika yang akan dilakukan dalam penulisan laporan PKLM ini sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Di dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Pada bab ini penulis menjelaskan gambaran umum objek atau lokasi, sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi dari KPP Pratama Medan Barat

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Bab ini membahas tentang ketentuan, tata cara atau prosedur pelaksanaan dan pengolahan permohonan keberatan yang dilaksanakan di KPP Pratama Medan Barat. BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA

Bab ini berisikan analisa penulis dan bahasan-bahasan mengenai permohonan keberatan yang diajukan wajib pajak.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan mengambil kesimpulan yang merupakan intisari dari uraian bab-bab sebelumnya dan beberapa saran yang dapat menjadi masukan yang bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN