Respon Calon Peserta Terhadap Tata Cara Pngurusan Kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan

(1)

RESPON CALON PESERTA TERHADAP TATA CARA PENGURUSAN KARTU BADAN PENYELENGGARA JAMINAN S0SIAL (BPJS) KESEHATAN

KANTOR CABANG UTAMA MEDAN SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara OLEH :

DINA RAHMIANA NIM : (110902006)

\

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


(2)

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL ABSTRAK

RESPON CALON PESERTA TERHADAP TATA CARA PENGURUSAN KARTU BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL)

KESEHATAN DI KCU (KANTOR CABANG UTAMA) MEDAN Pada situasi saat ini sangat dapat terlihat bahwa masyarakat yang memilki ekonomi lemah tidak mendapatkan jaminan kesehatan. Dari program pemerintah sebelumnya jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin tidak dibagikan secara merata dan tepat sasaran. Maka BPJS Kesehatan merupakan program pemerintah dalam jaminan kesehatan yang pada dasarnya bersifat tolong-menolong. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana respon calon peserta BPJS Kesehatan terhadap tata cara pengurusan kartu BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Utama Medan, bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon calon peserta terhadap tata cara pengurusan kartu jaminan kesehatan ini. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan jaminan kesehatan.

Penelitian ini dilakukan di BPJS Kesehatan KCU (Kantor Cabang Utama) Medan di Jln. Karya No.135 Kel Sei Agul. Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan jumlah populasi sebanyak 250 orang (250 Kartu Keluarga) yang kemudian diambil sampel sebanyak 25 orang (25 Kartu Keluarga). Adapun teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah acak sederhana. Teknik penarikan sampel acak sederhana yang digunakan dalam peneliti tidak ada kriteria-kriteria yang telah dibuat terhadap objek dalam penelitian, karena semua sampel mempunyai kesempatan untuk dijadikan sumber data. Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan instrument penelitian kuesioner. Dalan melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif dengan analisis data deskriptif.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa calon peserta yang ingin mendaftarkan diri dan keluarga ke BPJS Kesehatan dilihat dari aspek persepsi dan partisipasi, calon peserta memiliki persepsi dan partisipasi yang positif, hal tersebut dapat dilihat dari pengetahuan dan keterlibatan mengenai program BPJS Kesehatan serta pengetahuan calon peserta terhadap syarat dan alur pendaftaran yang telah ditetapkan BPJS Kesehatan. Sementara dari sikap calon peserta memiliki respon yang negatif, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya kemampuan para calon peserta untuk memenuhi syarat pendaftaran yang telah ditetapkan.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

CANDIDATE RESPONSE PROCEDURES FOR HANDLING OF CARDS BPJS (Institution of Social Security) HEALTH IN KCU (MAIN BRANCH OFFICE)MEDAN

In the current situation so it can be seen that the people who have a weak economy do not get health insurance. From the previous government health insurance program for the poor are not distributed evenly and precisely targeted. Then BPJS Health is the government health insurance program that is essentially mutual help. The issues discussed in this research is how the candidates respond to the ordinance BPJS maintenance BPJS card in Medan Main Branch Office, aims to determine how to respond to potential participants maintenance procedures for this health insurance card. Through this study are expected to develop concepts and theories relating to health insurance.

This research was conducted in BPJS KCU Health (Main Branch Office) at Jln Medan. Ex 135 works Sei agul. This research is classified as descriptive research type with as much a population of 250 people (250 family card) is then taken a sample of 25 people (25 family card). The sampling technique in this study is a simple random. Simple random sampling techniques used in research there is no criteria that have been made of objects in the study, because all of the samples have the opportunity to serve as a data source. To obtain the data, researchers used a questionnaire research instrument. In perform data analysis, researchers used quantitative analysis methods with descriptive data analysis.

Based on data analysis can be concluded that the applicants who wish to enroll and family to BPJS seen from the aspect of perception and participation, candidates have a positive perception and participation, it can be seen from the knowledge and involvement of the Health BPJS program as well as knowledge of the potential participants registration requirements and groove predetermined BPJS Health. While the attitude of potential participants had a negative response, it is caused by the lack of ability of the candidates to meet the enrollment requirements that have been set.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah diberikan Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” RESPON CALON PESERTA

TERHADAP TATA CARA PENGURUSAN KARTU BADAN

PENYELENGGARA JAMINAN S0SIAL (BPJS) KESEHATAN KANTOR CABANG UTAMA MEDAN”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara.

Penulis telah berusaha semaksimal agar hasil yang disajikan dalam skripsi ini bisa sebaik mungkin. Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan masih jau dari sempurna. Hal ini terutama dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini nantinya.

Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa penulis skripsi ini dapat terselesaikan berkat pihak yang menjadi penolong bagi penulis. Karena itu pada kesempatan ini mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.DR.Badaruddin, Msi selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.SP selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.


(5)

3. Ibu Mastauli Siregar, S.sos, Msi selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama masa studi di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

5. Bapak Unggul Passaribu selaku Kanit Umum dan TI BPJS Kesehatan KCU Medan serta staf yang telah membantu penulis dari mulai PKL hingga dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Paling teristimewa kepada kedua orang tua saya, Alm. Muhammad Rudy dan Fatmy Rahayu yang telah membesarkan saya, memberikan kasih sayang, doa dan motivasi. Semoga yang saya lakukan ini bisa membuat bangga sehingga semua tetes keringat dan air mata selama ini tidak sia-sia. 7. Kepada Om dan Ibu saya M. Khairul Arbi dan Rini Hariyani Sari yang sudah mendukung dan telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan kuliah, terima kasih telah menjadi orang tua saya, dan tidak akan dapat saya membalas budi baik yang telah ibu dan om berikan.

8. Kepada teman terdekat saya, terima kasih telah mendukung saya. Semoga niat baik dan cita cita kita dapat segera dikabulkan Allah SWT.

9. Untuk teman saya Siti Mayardani Nasution yang banyak membantu dan selalu setia mendengar cerita saya. Buat Dina Rizky, Diella Almira, Adisti, dan Adel semoga kita segera menjadi orang sukses.


(6)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi dapat memberikan manfaat bagi kita semua.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian... 8

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 8

1.4. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Respon ... 10

2.2. Kemiskinan... 16

2.3. Kesehatan ... 18

2.3.1. Pengertian Kesehatan ... 18

2.3.2. Upaya Kesehatan ... 19


(8)

2.4.1. Pengertian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ... 19

2.4.2. Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ... 19

2.4.3. Wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ... 20

2.5. BPJS Kesehatan ... 21

2.5.1. Pengertian BPJS Kesehatan ... 21

2.5.2. Peserta Jaminan Kesehatan ... 21

2.5.3. Pendaftaran Menjadi Peserta ... 23

2.5.4. Mekanisme Pendaftaran BPJS Kesehatan ... 32

2.5.5. IURAN ... 33

2.5.6. Manfaaat BPJS Kesehatan ... 33

2.6. Administrasi ... 34

2.6.1. Pengertian Administrasi ... 34

2.6.2. Ruang Lingkup Administrasi ... 36

2.7. Konsep Usaha Kesejahteraan Sosial... 37

2.7.1. Usaha Kesejahteraan Sosial ... 37

2.7.2. Jaminan Sosial ... 38

2.7.3. Fungsi Jaminan Sosial ... 39


(9)

2.9 Definisi Konsep Dan Definisi Operasional ... 42

2.9.1. Definisi Konsep ... 42

2.9.2. Definisi Operasional ... 43

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 45

3.1. Tipe Penelitian ... 45

3.2. Lokasi Penelitian ... 45

3.3. Populasi dan Sampel ... 46

3.3.1. Populasi ... 46

3.3.2. Sampel ... 46

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.5. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 49

4.1. Sejarah BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) ... 49

4.2. Visi dan Misi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) ... 51

4.2.1. Visi ... 51

4.2.2. Misi ... 51

4.3. Lokasi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) ... 52


(10)

BAB V. ANALISIS DATA ... 55

5.1. Pengantar ... 55

5.2. Karakteristik Umum Responden ... 55

5.3. Karakteristik Jawaban Responden ... 62

5.3.1. Persepsi ... 62

5.3.2. Sikap ... 69

5.3.3. Partisipasi ... 74

BAB VI. PENUTUP ... 78

6.1. Kesimpulan ... 78

6.2. Saran ... 79

LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

BAGAN ALIR PIKIR ... 41

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 55

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 57

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 58

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 59

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 60

Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 61

Tabel 5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai BPJS Kesehatan 62 Tabel 5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Informasi BPJS Kesehatan ... 63

Tabel 5.10. Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Program BPJS Kesehatan .... 64

Tabel 5.11. Distribusi Responden Berdasarkan Manfaat Program BPJS Kesehatan .. 65

Tabel 5.12. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Syarat BPJS Kesehatan ... 66

Tabel 5.13. Distribusi Responden Berdasarkan Alur Pendaftaran BPJS Kesehatan .. 67


(12)

PBI BPJS Kesehatan ... 68

Tabel 5.15. Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Informasi

BPJS Kesehatan ... 69

Tabel 5.16. Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap

Syarat BPJS Kesehatan ... 70

Tabel 5.17. Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Mengenai

Syarat BPJS Kesehatan ... 71

Tabel 5.18. Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Mengenai Pelaksanaan

Pengurusan Kartu BPJS Kesehatan ... 72

Tabel 5.19. Distribusi Responden Berdasarkan Kesanggupan Mengenai

Syarat BPJS Kesehatan ... 73

Tabel 5.20. Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Dalam Pengurusan

Kartu BPJS Kesehatan ... 74

Tabel 5.21. Distribusi Responden Berdasarkan Memberikan Keluhan Atas Pengurusan

Kartu BPJS Kesehatan ... 75

Tabel 5.22. Distribusi Responden Berdasarkan Kenyamanan Mengenai Proses


(13)

Tabel 5.23. Distribusi Responden Berdasarkan Kesimpulan Keseluruhan Proses


(14)

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL ABSTRAK

RESPON CALON PESERTA TERHADAP TATA CARA PENGURUSAN KARTU BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL)

KESEHATAN DI KCU (KANTOR CABANG UTAMA) MEDAN Pada situasi saat ini sangat dapat terlihat bahwa masyarakat yang memilki ekonomi lemah tidak mendapatkan jaminan kesehatan. Dari program pemerintah sebelumnya jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin tidak dibagikan secara merata dan tepat sasaran. Maka BPJS Kesehatan merupakan program pemerintah dalam jaminan kesehatan yang pada dasarnya bersifat tolong-menolong. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana respon calon peserta BPJS Kesehatan terhadap tata cara pengurusan kartu BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Utama Medan, bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon calon peserta terhadap tata cara pengurusan kartu jaminan kesehatan ini. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan jaminan kesehatan.

Penelitian ini dilakukan di BPJS Kesehatan KCU (Kantor Cabang Utama) Medan di Jln. Karya No.135 Kel Sei Agul. Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan jumlah populasi sebanyak 250 orang (250 Kartu Keluarga) yang kemudian diambil sampel sebanyak 25 orang (25 Kartu Keluarga). Adapun teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah acak sederhana. Teknik penarikan sampel acak sederhana yang digunakan dalam peneliti tidak ada kriteria-kriteria yang telah dibuat terhadap objek dalam penelitian, karena semua sampel mempunyai kesempatan untuk dijadikan sumber data. Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan instrument penelitian kuesioner. Dalan melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif dengan analisis data deskriptif.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa calon peserta yang ingin mendaftarkan diri dan keluarga ke BPJS Kesehatan dilihat dari aspek persepsi dan partisipasi, calon peserta memiliki persepsi dan partisipasi yang positif, hal tersebut dapat dilihat dari pengetahuan dan keterlibatan mengenai program BPJS Kesehatan serta pengetahuan calon peserta terhadap syarat dan alur pendaftaran yang telah ditetapkan BPJS Kesehatan. Sementara dari sikap calon peserta memiliki respon yang negatif, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya kemampuan para calon peserta untuk memenuhi syarat pendaftaran yang telah ditetapkan.


(15)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

CANDIDATE RESPONSE PROCEDURES FOR HANDLING OF CARDS BPJS (Institution of Social Security) HEALTH IN KCU (MAIN BRANCH OFFICE)MEDAN

In the current situation so it can be seen that the people who have a weak economy do not get health insurance. From the previous government health insurance program for the poor are not distributed evenly and precisely targeted. Then BPJS Health is the government health insurance program that is essentially mutual help. The issues discussed in this research is how the candidates respond to the ordinance BPJS maintenance BPJS card in Medan Main Branch Office, aims to determine how to respond to potential participants maintenance procedures for this health insurance card. Through this study are expected to develop concepts and theories relating to health insurance.

This research was conducted in BPJS KCU Health (Main Branch Office) at Jln Medan. Ex 135 works Sei agul. This research is classified as descriptive research type with as much a population of 250 people (250 family card) is then taken a sample of 25 people (25 family card). The sampling technique in this study is a simple random. Simple random sampling techniques used in research there is no criteria that have been made of objects in the study, because all of the samples have the opportunity to serve as a data source. To obtain the data, researchers used a questionnaire research instrument. In perform data analysis, researchers used quantitative analysis methods with descriptive data analysis.

Based on data analysis can be concluded that the applicants who wish to enroll and family to BPJS seen from the aspect of perception and participation, candidates have a positive perception and participation, it can be seen from the knowledge and involvement of the Health BPJS program as well as knowledge of the potential participants registration requirements and groove predetermined BPJS Health. While the attitude of potential participants had a negative response, it is caused by the lack of ability of the candidates to meet the enrollment requirements that have been set.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh Pemerintah. Di samping itu kesehatan juga merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam peningkatan kesehatan masyarakat adalah dengan mendirikan puskesmas, rumah sakit dan juga memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat yang tidak mampu. Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat berpengaruh pada segi kehidupan sosial ekonominya, maupun kelangsungan kehidupan suatu bangsa dan negara dimanapun di dubia ini, baik di negara yang sudah maju maupun negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya agar terwujud manusia Indonesia yang bermutu, sehat, dan produktif. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dilaksanakan upaya kesehatan dan upaya kesehatan perorangan yang berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat dilaksanakan pada sisi hulu untuk mempertahankan agar masyarakat tetap sehat dan tidak jatuh sakit, sedangkan upaya kesehatan perorangan dilaksanakan pada sisi hilir (Notoadmodjo,2005).

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dinyatakan bahwa negara bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Kemudian pembukaan tersebut dijabarkan


(17)

dalam pasal-pasal UUD 1945 yang mencakup banyak aspek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pasal 28 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga menegaskan bahwa : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hak setiap rakyat tersebut tentunya harus dibarengi dengan pelaksanaan dari Pemerintah agar hak tersebut dapat diperoleh oleh setiap orang. Mengenai tanggung jawab negara tersebut tercantum dalam pasal 34 ayat (3) UUD Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa "Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”. Hak yang sama ini harus diberikan kepada semua masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat miskin. Masyarakat miskin yang kemudian juga tergolong ke dalam fakir miskin harus dipelihara oleh negara sebagaimana tertuang dalam Pasal 34 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945. Maka dari itu peran pemerintah dalam pemeliharaan masyarakat miskin ini juga termasuk pemeliharaan kesehatan mereka.

Data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan angka kemiskinan Indonesia maret 2013 sebesar 28,07 juta orang (11,37%), sementara jumlah penduduk miskin di sumatera utara september 2013 menunjukkan angka 1.390,8 ribu jiwa (10,39%) dari total penduduk sumatera utara 13.326.307 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2014). Dalam undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, ditetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Sementara dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 14 ayat 1 menyatakan pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina dan mengawasi


(18)

penyelenggara upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Oleh karena itu setiap individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Jaminan Kesehatan Semesta merupakan salah satu bentuk kebijakan yang bertujuan untuk menjamin bahwa setiap orang dapat memperoleh pelayanan kesehatan tanpa dihalangi oleh kendalafinansial (WHO, 2013). Dengn kata lain UHC berusaha mencegah peristiwa “jatuh sakit membuat jatuh miskin”. Kebijakan ini didasari prinsip bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia, sehingga siapapun memiliki hak untuk memperoleh pelayan kesehatan. Dengan berbagai variasi situasi sosial ekonomi di negara-negara di dunia, Jaminan Kesehatan Semesta dicanangkan dengan konsep ‘berbagi’. Artinya seluruh populasi dunia berkontribusi dan memikul bersama beban kesehatan. Kontribusi itu dibuat dengan mengumpulkan dana melalui pajak dan asuransi. Mereka yang memiliki kekuatan finansial lebih akan ‘menyumbang’ dana bagi mereka yang kurang mampu.

Berdasarkan pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman negara lain yang telah lebih dahulu mengembangkan jaminan kesehatan. Untuk mendukung upaya memantapkan jaminan kesehatan bagi masyarkat miskin, pemerintah menetapkan berbagai program untuk menggratiskan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, pemerintah Indonesia telah menetapkan penjaminan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program tersebut antaranya pada januari 2005 ditetapkan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat


(19)

miskin (JPKMM) atau yang populer dengan nama asuransi kesehatan untuk masyarakat miskin (ASKENKIN). Pada tahun 2008 program diubah namanya menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Program ini diselenggarakan oleh Departemen kesehatan melalui penugasan PT. Askes (Persero) dalam pengelolaan program. Tujuh tahun kemudian ditetapkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang menetapkan perubahan PT. Askes menjadi BPJS Kesehatan.

Penetapan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan mengkomodir penduduk miskin dan tidak mampu dengan otomatis masyarakat Indonesia yang telah terdaftar menjadi peserta Jamkesmas, Jamkesda, Medan Sehat akan dialihkan menjadi peserta BPJS Kesehatan. Penduduk miskin dan tidak mampu membayar iuran, tetapi iuran dibayarkan oleh pemerintah kepada perusahaan BPJS Kesehatan. Penduduk miskin yang iurannya dibayarkan pemerintah dikenal sebagai PBI (Penerima Bantuan Iuran). Namun tidak sedikit masyarakat yang seharusnya berhak mendapat jaminan kesehatan yang dibayarkan pemerintah justru tidak mendapatkan jaminan tersebut. Dan untuk masyarakat yang dapat dikategorikan mampu untuk membayar iuran setiap bulan dinamakan sebagai peserta mandiri. BPJS Kesehatan memasuki era baru dimana terbentuknya sistem pembayar tunggal (single player system) layanan medis untuk seluruh penduduk. Sistem ini berkeadilan untuk seluruh rakyat sekaligus mampu mengendalikan belanja biaya kesehatan.

Namun dalam setahun belakangan ini setelah ditetapkan BPJS kesehatan yang sistem asuransi kesehatan yang bersifat “tolong-menolong” dengan kata lain “yang sehat menolong yang sakit”. Banyak masyarakat yang belum mengerti


(20)

dengan sistem jaminan kesehatan yang berlaku saat ini, hal ini dikarenakan kurang sosialisasi kepada masyarakat. Maka dari itu banyak masalah yang muncul mulai dari sistem pelayanan kesehatan, kepesertaan, hingga prosedur persyaratan yang berubah-ubah dan berbelit.

Prosedur persyaratan yang berubah-ubah dan berbelit menjadi salah satu masalah yang membuat masyarakat tidak sedikit untuk membatalkan niatnya mendaftarkan diri menjadi peserta BPJS Kesehatan. Salah satu contoh Masyarakat Medan yang mengeluhkan peraturan baru yang dibuat BPJS Kesehatan. Peraturan itu antara lain, bagi peserta yang mendaftar sejak November 2014, kartu tersebut tidak bisa langsung digunakan tetapi harus menunggu 7 hari setelah pembayaran iuran pertama dan menjadi persoalan, diantaranya soal e-mail, rekening bank dan juga pendaftaran seluruh anggota keluarga yang tercantum didalam kartu keluarga.

Selain itu, sekarang masyarakat tidak boleh lagi mendaftar secara perorangan melainkan harus satu keluarga yang tertera dalam kartu keluarga. Ini memberatkan masyarakat, misalnya ada dari mereka yang satu keluarga terdapat enam orang, jika mereka mengambil Kelas III berarti iuran yang harus dibayarkan 6 x 25.500, berarti mereka membayar sekitar 150 ribu lebih setiap bulan. Sementara pengahasilan tidak tetap, mereka bekerja sebagai tukang bangunan bahkan dalam sebulan hanya seminggu kerja. Meskipun mereka hanya tukang bangunan, mereka mengakui tidak terdaftar dalam kelompok PBI (Penerima Bantuan Iuran), yang iuran perbulannya dibayarkan oleh pemerintah (Waspada, 3/11/2014).


(21)

Hal serupa juga terjadi pada salah satu warga yang berdomisili di Medan Tembung, dia mengurungkan niatnya untuk mendaftarkan BPJS Kesehatan karena pada saat dia bertanya kepada petugas petugas, petugas menerangkan bahwa harus satu keluarga yang mendaftarkan diri di BPJS Kesehatan. Sedangakan dalam satu keluarga terdapat empat orang, jika ambil Kelas III maka dia harus menyiapkan uang sekitar 110 ribu setiap bulan, karena merasa keberatan dengan biaya yang begitu besar, diapun mengurungkan niatnya untuk mendaftarkan diri di BPJS Kesehatan. Jika harus mendaftarkan satu keluarga itu terlalu memberatkan dirinya belum lagi kartu BPJS kesehatan yang dibuat pada hari itu tidak langsung serta merta dapat digunakan, melaikan satu minggu setelah pengurusan baru bisa mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Lalu bagaimana bagi orang yang butuh pertolongan secepatnya rumah sakit? Apa harus menunggu juga? Begitu dia sampaikan kepada media. (Waspada,3/11/2014).

Selain karena aturan itu, warga juga mengajukan komplain karena calon peserta harus memiliki rekening di salah satu bank yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, puluhan warga juga kecewa karena tidak bisa mendaftar hanya dengan kartu keluarga yang lama. Alasan petugas BPJS Kesehatan, aturan baru calon peserta hanya bisa mendaftar khusus yang memilki e-KTP. Kartu keluarga mereka ditolak. Padahal hanya kartu keluarga yang mereka punya. E-KTP dan kartu keluarga baru belum mereka dapatkan. (Jurnal Asia, 13/11/2014).

Menanggapi permasalahan ini, Kepala KCU (Kantor Cabang Utama) BPJS Kesehatan Medan mengatakan, telah terjadi beberapa miss informasi yang disampaikan ke msayarakat oleh petugas BPJS Kesehatan. Telah terjadi banyak


(22)

isu yang menyebarluas ke masyarakat, dikarenakan persyaratan mendaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan yang berubah-ubah dan berbelit.

Sementara BPJS ini adalah perusahaan asuransi yang kita kenal sebelumnya sebagai PT.Askes. BPJS Kesehatan KCU (Kantor Cabang Utama) Medan yang beralamat di Jalan Karya Sei Agul No.135 merupakan tempat masyarakat medan mendaftarkan diri menjadi peserta BPJS Kesehatan, disamping masyarakat dapat mendaftar lewat online tetapi kebanyakan masyarakat datang langsung ke kantor BPJS Kesehatan. Banyak masyarakat juga mengeluhkan hal ini karena untuk mendaftarkan keluarga menjadi peserta saja harus mengantri dengan waktu yang lama. Selain masyarakat yang baru saja ingin mendaftarkan diri, masyarakat yang telah mendaftar melalui online juga harus datang ke kantor untuk mengambil kartu BPJS kesehatan tersebut. Hal ini mengakibatkan kantor cabang utama BPJS Kesehatan setiap harinya didatangi banyak masyarakat dikarenakan salah satu kantor BPJS Kesehatan di kota Medan dimana tempat berbagai keluhan masyarakat yang dialami untuk melaporkan hal tersebut ke kantor.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertatik untuk mengetahui “ Respon Calon Peserta Terhadap Tata Cara Pengurusan Kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Kantor Cabang Utama Medan”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:


(23)

Bagaimana respon calon peserta terhadap tata cara pengurusan kartu di BPJS Kesehatan KCU Medan?

1.3.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui respon calon peserta terhadap tata cara pengurusan kartu di BPJS Kesehatan KCU Medan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam rangka: a. Secara akademis, memperkaya refrensi dalam rangka pengembangan

konsep-konsep, teori-teori penulisan dan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu kesejahteraan sosial pada khususnya.

b. Secara praktis, menjadi bahan pertimbangan atau refrensi dalam rangka mengembangkan knsep-konsep, teori-teori, terutama model pemecahan masalah tata cara pengurusan kartu untuk memenuhi persyaratan yang diberikan BPJS Kesehatan KCU Medan kepada masyarakat sebagai calon peserta BPJS Kesehatn.

1.4.Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahualuan berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta sistematika penulisan.


(24)

Berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan kesimpulan dan saran dari hasi penelitian sehubungan dengan penelitian yang dilakukan


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon

Respon adalah proses pengorganisasian rangsang. Rangsang-rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsang-rangsang okimal itu. Proses inilah yang disebut respon (Scherer, dalam Sarwono, 1993:93). Rangsang atau stimulus adalah suatu hal yang rumit. Unsur yang pertama adalah proksimal (misalnya serangkaian gelombang cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda yang menyentuh retina mata), tetapi yang kita inderakan bukan rangsang proksial melainkan yang tertangkap oleh alat-alat indera.

Jadi, menurut Scherer ada 3 macam rangsang, sesuai dengan adanya elemen dari proses penginderaan, yaitu :

1. Rangsang yang merupakan obyek-obyek dalam bentuk fisiknya (rangsang distal).

2. Rangsang sebagai keseluruhan hal yang tersebar dalam lapang proksimal (belum menyangkut proses sistem syaraf).

3. Rangsang sebagai presentasi fenomenal (gejala yang dikesankan) dari obyek-obyek yang ada diluar.

Respon adalah suatu reaksi baik positif atau negatif yang diberikan masyarakat. Respon akan timbul setelah seseorang atau sekelompok orang yang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan dilaksanakan, kemudian menginterpretasikanobjek yang dirasakan itu. Berarti dalam hal ini respon pada


(26)

dasarnya adalah pemahaman terhadap apa yang terjadi dilingkungan dengan manusia dengan tingkah lakunya, merupakan hubungan timbal balik saling terkait dan mempengaruhi. Orang dewasa telah mempunyai sejumlah besar unit untuk memproses informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomena dari keadaan diluar yang ada dalam diri seorang individu. Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa -peristiwa yang terjadi diluar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang dinamakan dengan respon.

Terdapat 2 jenis yang mempengaruhi respon, yaitu :

a) Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik.

b) Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri sipengamat misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Sarwono, 1991: 47).

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat 3 faktor yang mengetahui repon seseorang, yaitu :

a) Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpertasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif, kepentingan dan harapannya.

b) Sasaran respon tersebut, berupa orang benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindakan dan ciri-ciri lain dari sasaran repon turut menentukan cara pandang seseorang.


(27)

c) Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Sarwono, 1991: 35).

Respon merupakan reaksi stimulus dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi pada pengamanan masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Respon tidak lahir begitu saja tetapi melalui proses pengambilan keputusan dari empat tahapan yaitu :

a) Kategori priitif, yaitu objek atau peristiwa yang diamati dan di isolasi berdasarkan ciri-ciri khusus.

b) Mencari tanda, sipengamat secara tepat memeriksa lingkungan untuk mencari informasi-informasi tambahan yang mungkin hanya kategorisasi yang tepat.

c) Konfirmasi, yakni terjadi setelah objek mendapatkan penggolongan sementara.

d) Konfirmasi tuntas dimana pencaharian tanda-tanda diakhiri dan respon mulai muncul.

Respon seseorang terhadap suatu objek juga dipengaruhi sejauh mana pemahaman terhadap objek tersebut. Suatu objek respon yang belum jelas atau belum nampak sama sekali tidak mungkin akan memberikan makna. Seseorang dilihat respon positifnya melalui tahap kognisi, afeksi dan psiko motorik. Sebalimnya, seseorang tersebut dapat dilihat respon negatifnya apabila informasi


(28)

yang didengar atau perubahan terhadap suatu objek tidak mempengaruhi tindakannya, atau malah menghindari atau membenci objek tersebut.

Respon-respon tertentu terkait dengan kata-kata, dan oleh karena itu ucapan dapat berfungsi sebagai mediator atau menentukan hierarki mana yang bekerja. Artinya sosialisasi yang menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan yang merupakan media strategis dalam pembentukan respon masyarakat, apakah respon tersebut berbentuk respon positif atau negatif sangat bergantung pada sosialisasi dari objek yang akan direspon. Respon dalam penelitian ini akan diukur dari tiga aspek, yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi.

Partisipasi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan yang baik lewat penglihatan, pendengaran, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh dari lingkungan yang di serap dari indera, serta sebagian lainnya diperoleh dari pengolahan ingatan berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Persepsi individu akan mempengaruhi sikap individu terhadap suatu program pembangunan. Dalam suatu program pembangunan terkadang ide-ide baru atau cara-cara baru yang disosialisasikan dalam suatu masyarakat, dengan harapan dapat mengubah cara berpikir dan cara bertindak masyarakat yang terkena program. Perubahan tersebut terproses dan terwujud dalam perbahan sikap.


(29)

Partisipasi merupakan suatu proses sikap mental dimana orang-orang atau anggota masyarakat aktif menyumbang kreatifitas dan inisiatifnya dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya.

a) Partisipasi dalam aktifitas-aktifitas bersama dengan proyek pembangunan yang khusus.

b) Partisipasi sebagai individu diluar aktifitas-aktifitas bersama dalam pembangunan.

Bentuk partisipasi pertama masyarakat diajak, diperintah, atau dipaksa dalam suatu proyek khusus, sedangkan dalam bentuk partisipasi yang kedua, adanya kemauan sendiri berdasarkan kesadaran bahwa jika dia ikut akan mempunyai manfaat. Bila dilihat dari jenis partisipasi, dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a) Partisipasi dengan pikiran. b) Partisipasi dengan tenaga. c) Partisipasi dengan keahlian. d) Partisipasi dengan uang. e) Partisipasi dengan jasa-jasa.

Secara umum dapat dilihat rumusan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, yaitu : keadaan program masyarakat, kegiatan program pembangunan, dan keadaan alam sekitar. Ditinjau dari segi motivasinya partisipasi terjadi karena beberapa alasan :

a) Takut terpaksa : dari segi motivasi yang pertama, partisipasi dilakukan dengan paksaan karena takut, biasanya akibat adanya perintah dari atasan


(30)

sehingga masyarakat seakan-akan terpaksa untuk melaksanakan rencana yang ditentukan.

b) Ikut-ikutan : motivasi partisipasi ikut-ikutan hanya didorong oleh rasa solidaritas yang tinggi diantara sesama masyarakat sebagai perwujudan kebersamaan.

c) Kesadaran : hal ini timbul kehendak sendiri anggota masyarakat, dilandasi keinginan hati nurani. Partisipasi bentuk inilah yang diharapkan dapat dikembangkan dalam masyarakat. Dengan adanya partispasi yang didasarkan atas kesadaran usaha, masyarakat diajak unutk memelihara dan merasa memilki objek pembangunan. Banyak kegagalan dalam program-program pembangunan hanya karena merasa tidak memiliki kewajiban untuk bersama-sama mebangun dan memeliharanya.

Dalam partisipasi, hal yang banyak mempengaruhi adalah luasnya pengetahuan masyarakat tentang suatu hal. Tingkat pengetahuan seseorang yang dimilikinya tentang suatu hal dapat menentukan suatu niat untuk melakukan kegiatan. Pengetahuan ini kemudian mempengaruhi sikap, niat dan prilaku. Adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang mempunyai sikap yang positif terhadap hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan sangat tergantung apakah seseorang mempunyai sikap positif terhadap kegiatan tersebut. Adanya niat unutk melakukan suatu kegiatan akhirnya sangat menentukan apakah kegiatan itu benar-benar dilakukan. Kegiatan yang dilakukan inilah yang disebut sikap atau prilaku.

Sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu jika dia menghadapi suatu rangsangan tertentu (Sarwono, 1991: 20).


(31)

Rangsangan yang dimaksud dapat berupa rangsangan yang berbentuk fisik seperti halnya hasil-hasil dan usaha-usaha pembangunan. Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap objek-objek tertentu, seperti perubahan lingkungan atau situasi lainnya. Sikap yang muncul dapat positif yang cenderung menyenangi, mengharapkan objek atau muncul sikap negatif yakni menghindari atau membenci suatu objek.

2.2. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan bagian dari masalah sosial, apabila studi masalah sosial dianggap suatu proses maka penanganan kemiskinan sebagai salah satu bentuk masalah sosial yang terkait dengan pemahaman terhadap latar belakang atau faktor-faktor yang dianggap sebagai sumber masalah. Strategi dan pendekatan dalam menangani masalah akan sangat ditentukan oleh pendekatan yang digunakan dalam memahami latar belakang masalahnya. Treatment dalam menangani kemiskinan sangat ditentukan oleh diagnosis yang dilakukan (Soetomo: 326).

Kemiskinan suatu kondisi yang tiak menguntungkan dari ketidakmampuan seseorang dalam mengakses dan memanfaatkan sumberdaya yang berada disekitarnya. Kemiskinan dapat didefenisikan dengan pengertian yang berbeda dengan pespektif yang beragam tergantung dari sudut pandang mana kemiskinan dimaknakan. Pandangan konvensional yang berkaitan dengan kesejahteraan terutama kepemilikan atas komoditas, jadi orang miskin adalah mereka yang tidak


(32)

memiliki cukup pendapatan atau konsumsi untuk menciptakan mereka diatas beberapa batas minimum yang memadai.

Dari segi sosial, kemiskinan penduduk dapat juga disebutkan sebagai suatu kondisi sosial yang sangat rendah, seperti penyediaan fasilitas kesehatan yang tidak mencukupi dan penerangan yang minim. Kondisi sosial yang lain dari penduduk miskin biasanya dicirikan oleh keadaan rumah tangga dan anggota rumah tangga rendsh, dan pada umumnys rumah tersebut berada di pedesaan.

Dari segi ekonomi, rumah tangga miskin dicirikan oleh jenis mata pencaharian pada sektor informasi di pedesaan maupun di perkotaan, sering berpindah-pindah mata pencaharian dari produktivitas yang rendah sehingga menyebabkan pendapatan yang rendah. Karakteristik lain dari rumah tangga miskin adalah kecenderungan untuk menyediakan sebagian besar dari anggarn rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan. Alokasi pendapatan yang cenderung hanya untuk memenuh kebutuhan pangan merupakan cerminan adanya kemiskinan rumah tangga.

Defenisi yang dikemukakan oleh para ahli menunjukkan bahwa kemiskinan merupakan suatu kondisi seseorang atau suatu keluarga dipengaruhi oleh hidup dan mengalami depresi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya serta tidak memilki aksebilitas terhadap sistem sumber yang ada di sekitar lingkungan sosialnya dikarenakan adanya tindakan diskriminasi dan keterasingan sosial. Hal tersebut dicirikan dengan rendahnya partisipasi keluarga miskin dalam proses pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil, sosial, ekonomi, dan budaya.


(33)

Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas, dalam menerangkan kemiskinan memilki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang, dan papan)

2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transfortasi)

3. Ketiadaan jaminan dimasa depan

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal 5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia

6. Keterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat

7. Ketiadaan akses terhadap lapangan pekerjaan dan mata pencaharian berkesinambungan

8. Ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik maupun mental 9. Ketidakmampuan ketidakberuntungan sosial (Soeharto, 2009: 32).

2.3. Kesehatan

2.3.1. Pengertian Kesehatan

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang tercantum dalam UUD 1945. Dalam Undang-undang No. 36 Tahun 2009 pasal 1 mendefenisikan kesehatan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemerintah mengembangkan infrastruktur di wilayah Indonesia untuk melaksanakan kewajiban melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan (Gde, 2004 dalam Tanpa Nama, 2008).


(34)

2.3.2. Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, dan pemulihan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Pengembangan upaya kesehatan, yang mencakup upaya kesehatn masyarakt dan kesehatan perorangan diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan, merata, terjangkau, berjenjang, profesional, dan bermutu. Upaya-upaya kesehatan antara lain kuratif, preventif, rehabilitatif.

2.4. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 2.4.1. Pengertian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) merupakan lembaga penyelenggara jaminan sosial, sehingga dengan adanya jaminan sosial resiko keuangan yang dihadapi oleh seseorang, baik itu karena memasuki usia tidak produktif, mengalami kecelakaan bahkan kematian, akan diambil alih oleh lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial. Undang-undang nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

2.4.2. Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) a. Melakukan dan menerima pendaftaran peserta


(35)

c. Menerima bantuan dari pemerintah

d. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta

e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial

f. Membayarkan manfaat dan membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan jaminan sosial.

g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat

2.4.3. Wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Dalam melaksanakan tugasnya BPJS berwenang dalam : a. Menagih pembayaran iuran

b. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai

c. Melakakukan pengawasan dan pekeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial

d. Membuat kesepakatan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah

e. Membuat dan menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang


(36)

g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memnuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.

2.5. BPJS Kesehatan

2.5.1. Pengertian BPJS Kesehatan

Badan penyelenggara jaminan kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah perusahaan asuransi yang sebelumnya kita kenal sebagai PT. Askes. sedangkan BPJS merupakan badan penyelenggaranya yang kinerjanya nanti diawasi oleh DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional). Sistem pelayanan BPJS akan lebih baik karena didukung oleh SDM yang terlatih dan bertanggung jawab kepada presiden dan menyelenggarakan program jaminan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.

2.5.2. Peserta Jaminan Kesehatan

Setiap orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi :

1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari: a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya

a) Pegawai Negeri Sipil; b) Anggota TNI;


(37)

c) Anggota Polri: d) Pejabat Negara;

e) Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri; f) Pegawai swasta; dan

g) Pekerja yang tidak termasuk a sampai dengan f yang menerima upah.

b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan

b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)

bulan.

c. Bukan pekerja dan anggota keluarganya a. Investor;

b. Pemberi kerja;

c. Penerima Pensiun, terdiri dari :

 Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;  Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak

pensiun;

 Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

 Janda, duda atau anak yatim dari penerima pensiun yang mendapat hak pensiun;

 Janda, duda atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat hak pensiun.


(38)

e. Perintis Kemerdekaan;

f. Janda, duda atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan; dan

g. Bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan e yang membayar iuran.

2.5.3. Pendaftaran Menjadi Peserta

Proses pendaftaran menjadi peserta BPJS Kesehatan dapat dilakukan secara kolektif maupun perorangan, dengan ketentuan sebagai berikut :

I. Pekerja Penerima Upah A. Pendaftaran secara kolektif :

a. Mengisi dan menyerahkan Formulir Daftar Isian Peserta serta melampirkan Pas Foto berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm masing-masing 1 (satu) lembar.

b. Pendaftaran secara berkelompok kolektif disampaikan dalam bentuk format data yang disepakati.

B. Pendaftaran secara perorangan :

 Pemberi Kerja Penyelenggara Negara, terdiri dari :

1. Pejabat Negara : Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dilampiri dengan pas foto berwarna terbaru masing-masing 1 lembar ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia balita), serta menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :

a. Asli/foto copy petikan SK Penetapan sebagai pejabat negara yang dilegalisasi;


(39)

c. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik); d. Asli/foto KP4 yang dilegalisasi;

e. Foto copy surat nikah;

f. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK pengadilan negeri untuk anak angkat;

g. Surat Keterangan dari sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih dari 21 tahun sampai dengan usia 25 tahun.

2. Pegawai Negeri Sipil; Mengisi Formulir Daftar Isian Peerta (FDIP) yang tanda tangani oleh pimpinan unit kerja dan stempel unit kerja. Daftar Isian Peserta dilampiri dengan pas foto terbaru masing-masing 1 (satu) lembar ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia balita); serta menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :

a. Asli/foto copy SK PNS terakhir;

b. Asli/foto copy Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan kerja; c. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik); d. Asli/foto copy KP4 yang dilegalisasi;

e. Foto copy surat nikah;

f. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan Negeri untuk satu anak angkat yang ditanggung;

g. Surat keteragan dari sekolah/perguruan tinggi (bagi anak usia dari 21 tahun sampai dengan usia 25 tahun).

3. Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan pada BUMN/BUMD; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) yang ditanda tangani oleh pimpinan unit kerjadan stempel unit kerja. Daftar isian peserta dilampiri dengan


(40)

pas foto terbaru masing-masing 1 (satu) lembar ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia balita); serta menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :

a. Asli/foto copy SK PNS yang dipekerjakan pada BUMN/BUMD; b. Asli/foto copy Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja; c. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik); d. Foto copy surat nikah;

e. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan Negeri untuk anak angkat;

f. Surat keteragan dari sekolah/perguruan tinggi (bagi anak usia dari 21 tahun sampai dengan usia 25 tahun).

4. Anggota TNI dan Polri; Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dengan melampirkan pas foto terbaru masing-masing 1 (satu) lembar ukuran 3 cm x 4cm (kecuali bagi anak usia balita) menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :

a. Asli/foto copy SK kepangkatan terakhir;

b. Asli/foto copy Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja; c. Asli/foto copy KU yang dilegalisasi;

d. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik); e. Foto copy surat nikah;

f. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lair/SK Pengadilan Negeri untuk anak satu angkat yang ditanggung;

g. Surat keterangan dari sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih dari 21 tahun sampai dengan uasia 25 tahun).


(41)

5. Pejabat Negara Non Pegawai Negeri (Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati/Wkl Bupati, Walikota/Wakil Walikota, DPR, DPD, DPRD); Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dengan melampirkan pas foto berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm masing-masing 1 lembar (kecuali bagi anak usia balita) serta menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :

a. Asli/foto copy SK pengangkatan sebagai pejabat Negara;

b. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik); c. Foto copy surat nikah;

d. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan Negeri untuk anak angkat;

e. Surat keterangan dari sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih dari 21 tahun sampai dengan usia 25 tahun).

6. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri; Mengisi Formulir Daftar Isian (FDIP) dengan melampirkan pas foto berwarna tervaru ukuran 3 cm x 4 cm masing-masing 1 (satu) lembar (kecuali bagi anak usia balita) serta menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :

a. Asli/foto copy SK Pengangkatan dari Kementerian/ lembaga;

b. Asli/foto copy Daftar Gaji yang dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja; c. Foto copy KTP (diutamakan KTP elektronik);

d. Foto copy surat nikah; foto copy akte kelahiran/surat keterangan lahir/SK Pengadilan Negeri untuk anak angkat;

e. Surat keterangan dari sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih dari 21 tahun sampai dengan usia 25 tahun).


(42)

7. Pegawai swasta/Badan Usaha/Badan lainnya; Mengisi Formulir Daftar Isian (FDIP) dengan melampirkan pas foto berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm masing-masing 1 (satu) lembar (kecuali bagi anak usia balita) serta menunjukkan/memperlihatka dokumen sebagai berikut :

a. Bukti diri sebagai Tenaga Kerja/ karyawan aktif pada perusahaan; b. Perjanjian Kerja/SK pengangkatan sebagai pegawai;

c. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakan KTP elektronik); d. Bukti potongan iuran Jaminan Kesehatan;

e. Foto copy surat nikah;

f. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir/SK Pengadilan Negeri untuk anak angkat;

g. Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap (KITAS/KITAP).

II. PEKERJA BUKAN PENERIMA UPAH A. Pendaftaran secara kolektif :

1. Mengisi dan menyerahkan Formulir Daftar Isian Peserta serta melampirkan Pas Foto berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm masing-masing 1 (satu) lembar.

2. Pendaftaran secara berkelompok kolektif disampaikan dalam betuk format data yang disepakati.


(43)

B. Pendaftaran secara perorangan :

1. Pekerja diluar Hubungan Kerja atau Pekerja Mandiri; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) serta melampirkan pas foto terbaru masing-masing 1 (satu) lembar ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia balita) serta menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut : a. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP (diutamakn KTP elektronik); b. Foto copy surat nikah;

c. Foto copy akte kelahiran anak/surat keterangan lahir menjadi tangungan;

d. Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap (KITAS/KITAP).

2. Kelompok Paguyuban/koperasi/Asosiasi; Mengisi Fomulir Daftar Isisan Peserta (FDIP) dengan melampirkan pas foto terbaru masing-masing 1 (satu) lembar ukuran 3 cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia balita), serta menunjukkan/memperlihatkan dokumen sebagai berikut :

a. Asli/foto copy Kartu Kleuarg dan KTP (diutamakan KTP elektronik); b. Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap

(KITAS/KITAP). III. BUKAN PEKERJA

A. Pendaftaran secara kolektif

 Jumlah anggota kelompok minimal 2 (dua) anggota;

 Mengisi dan menyerahkan Formuir Daftar Isian Peserta serta melampirkan Pas Foto berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm masing-masing 1 (satu) lembar.


(44)

 Pendaftaran secara berkelompok kolektif disampaikan dalam bentuk format data yang disepakati.

B. Pendaftaran secara perorangan :

1) Investor; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan melampirkan Pas Foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar, dengan menunjukkan/memperlihatkan :

a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP

b) Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap (KITAS/KITAP).

2) Pemberi Kerja; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan melampirkan pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar, dengan menunjukkan/memperlihatkan:

a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP

b) Bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap (KITAS/KITAP).

3) Penerima Pensiun :

 Penerima Pensiun PNS; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) serta melampirkan pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar, dengan menunjukkan/memperlihatkan : a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP;

b) Foto/copy surat tanda bukti penerima pensiun atau Kartu tanda peserta ASABRI;


(45)

d) Fotocopy akte kelahiran anak/keterangan lahir, surat keputusan pengadilan negeri untuk anak angkat;

e) Surat keterangan sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun).

 Perintis Kemerdekaan; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan melampiri pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar dengan menunjukkan/memperlihatkan: a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP;

b) SKEP Perintis Kemerdekaan; c) Fotocopy surat nikah

d) Fotocopy akte kelahiran anak/keterangan lahir,surat keputusan pengadilan negeri untuk anak angkat;

e) Surat keterangan sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun).

 Veteran; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan melampirkan pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar dengan menunjukkan/memperlihatkan :

a) Asli/foto copy Kartu Kleuarga/KTP;

b) Asli/foto copy piagam petikan SK Pengesahan Gelar Kehormatan Veteran RI;

c) Fotocopy surat nikah;

d) Fotocopy akte kelahiran anak/keterangan lahir, surat keputusan pengadilan negeri untuk anak angkat;


(46)

e) Surat keterangan sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun).

 Penerima Program Pensiun Badan Usaha/Badan Lainnya; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan melampirkan pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar dengan menunjukkan/memperlihatkan asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP.

 Janda/Duda/Anak Yatim/Anak Piatu dan Anak Yatim Piatu dari Penerima Pensiun PNS/TNI/Polri/Pejabat Negara/Veteran/Perintis Kemerdekaan; dengan ketentuan mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan melampiri pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar denagn menunjukkan/memperlihatkan : a) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP;

b) Surat Keputusan Janda/Duda/Anak Yatim/Anak Piatu dan Anak Yatim Piatu;

c) Fotocopy akte kelahiran anak/keterangan lahir, surat keputusan pengadilan negeri untuk anak angkat;

d) Surat keterangan sekolah/perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih dari 21 tahun sampai dengan 25 tahun).

4) Pekerja informal; Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan melampirkan pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar dnegan menunjukkan/memperlihatkan asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP.


(47)

 Anggota Keluarga Lain

Anggota Keluarga lain dapat diikutsertakan dengan ketentuan : membayar iuran, mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan melampirkan pas foto terbaru ukuran 3 x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar dengan menunjukkan/memperlihatkan asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP dan bagi WNA menunjukkan Kartu Ijin Tinggal Sementara/Tetap (KITAS/KITAP.

2.5.4.Mekanisme Pendaftaran BPJS Kesehatan

Keterangan:

CALON PESERTA

KANTOR BPJS

KESEHATAN KCU

MEDAN

BANK

1. Calon Peserta Mengisi Daftar isian Peserta, membawa Kartu Keluarga/KTP, Pasport pas foto berwarna 3x4 sebanyak 1 Keluarga/Surat Nikah/Akte kelahiran.

2. Data diproses oleh Petugas BPJS Kesehatan untuk diterbitkan nomor Virtual Account (VA) perorangan dan diserahkan kepada calon peserta.

3. Calon peserta membayar iuran lewat ATM/Setor tunain sesuai dengan momor Virtual Account (VA) perorangan ike Bank yag telah bekerja sama.

4. Membawa bukti pembayaran untuk di cetakkan kartu peserta


(48)

2.5.5.IURAN

1. Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran dibayarkan oleh Pemerintah.

2. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, Pejabat negara, dan pegawai pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah perbulan denganketentuan : 3% dibayar oleh pemberi kerja dan 2% dibayar oleh peserta.

2.5.6. Manfaat BPJS Kesehatan

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi : a) Pelayanan Kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non

spesialistik mencakup : 1. Administrasi pelayanan

2. Pelayanan promotif dan prefentif

3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupu non operatif 5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

6. Tranfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis

7. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama 8. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

b) Pelayanan kesehatan rujukan tingkatan lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan :


(49)

a. Administrasi pelayanan

b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan sub spesialis

c. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

e. Pelayanan alat kesehatan implant

f. Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi medis

g. Rehabilitasi medis h. Pelayanan darah

i. Pelayanan kedokteran forensik

j. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan 2. Rawat inap yang meliputi :

a. Perawatan inap non intensif b. Perawatan inap diruang intensif. 2.6. Administrasi

2.6.1 Pengertian Administrasi

Administrasi jika ditinjau dari arti kata sebenarnya sangat sederhana sekali yaitu berasal dari kata kata Administration yaitu Bahasa Inggris yang dalam arti kata terdiri dari dua suku kata yaitu : Administ dan Ration yang artinya adalah mengurus. Dari pengertian ini berarti pengertian administrasi sangat sempit sekali yaitu mengurus. Mengurus disini tidak jelas maknanya, apakah mengurus orang saja atau material saja atau mengurus diri sendiri.


(50)

Selain dalam bahasa Inggris, administrasi juga memiliki arti lain dalam bahasa Belanda yaitu Administratiei yang artinya adalah catat mencatat atau sejenisnya. Pengertian administrasi dalam arti kata inipun sangat sederhana sekali yaitu administrasi seolah-olah hanya masalah surat-menyurat saja. Namun walaupun dengan demikian pengertian ini sudah lebih luas dibandingkan dengan pengertian bahasa Inggris tadi.

Administrasi adalah salah satu sarana untuk melayani kebutuhan manusia. Dalam ruang lingkup perkantoran kekayaan dan persediaan yang dimiliki organisasi sehingga dapat dikatakan administrasi merupakan alat pembantu pimpinan untuk mengelola perusahaan. Administrasi yang baik adalah administrasi yang didasarkan asas-asas yang berlaku secara umum, sehingga dapat diterima semua pihak baik dari dalam organisasi itu sendiri maupun dari luar organisasi tersebut.

Secara terminologi apa yang disebut “Administrasi” adalah mengurus, mengatur, mengelola. Jika dibubuhi awalah pe dengan akhiran an pada setiap arti, maka semuanya mengandung maksud adanya keteraturan dan pengaturan sebab yang menjadi sasaran dari penguasaan, pengelolaan dan apalagi pengaturan dinamikanya.

Mengurus dan pengurusan diarahkan pada penciptaan keteraturan sebab pengurusan yang teratur menghasilkan pencapaian tujuan yang tepat atau pada tujuan yang diinginkan. Mengatur dan pengaturan tetntunya diarahkan pada penciptaan keteraturan. Jika mengatur diarahkan pada kegiatan yang diinginkan, maka pengaturan diarahkan pada penciptaan keterlibatan. Demikian pula dengan mengelola dan pengelolaan.


(51)

2.6.2. Ruang lingkup Adminstrasi

Ruang lingkup administrasi sebenarnya sangat luas sekali yaitu menyangkut hal-hal apa saja yang termasuk dalam bahasa atau bagian dari pada administrasi tersebut. Dalam uraian ini ruang lingkup administrasi dibatasi unsur-unsur seperti tersebut di bawah ini :

a. Organisasi, yaitu wadah di mana usaha kerja sama itu diselenggarakan. James D. Mooney menyebutnya sebagai bentuk daripada perserikatan manusia untuk mencapai dari suatu tujuan bersama.

b. Manajemen, yaitu dianggap sebagai suatu proses yang menggerakkan kegiatan dalam administrasi itu sehingga tujuan yang telah dibentuk benar-benar tercapai.

c. Kepegawaian, yaitu segi yang berkenaan dengan sumber tenaga manusia yang harus ada pada setiap usaha kerja sama.

d. Keuangan, yaitu dari segi pembiayaan dalam setiap administrasi.

e. Perlengkapan, yaitu merupakan dari segi melayani kebutuhan kebendaan dan kerumahtanggaan yang juga tentu ada dalam setiap usaha bersama. Dalam bidang ini berkembanglah pengetahuan administrasi perlengkapan. f. Pekerjaan Kantor, yaitu dalam setiap usaha bersama tentu terdapat proses

yang termasuk dalam pengertian office work, paper work atau clerical work ini segenap aktivitas yang mengumpulkan, mencatat, mengirim, mengelolah atau menyimpan bahan-bahan keterangan (information), tata usaha ini disebut administrasi dalam arti sempit.

g. Perwakilan, yaitu dari segi yang menggambarkan pada pihak luar segala sesuatu yang berlangsung mengenai usaha bersamaitu demikian pula


(52)

sebalinya menyalurkan suatu hasrat, cita pendapat dari luar ke dala suatu usaha bersama, dengan demikian tercapai pengertian yang sebaik-baiknya antara suatu administrasi dengan keadaan sekelilingnya.

2.7. Konsep Usaha Kesejahteraan Sosial 2.7.1. Usaha Kesejahteraan Sosial

Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program pelayanan dan berbagai kegiatan yang secara konkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi oleh anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok, ataupun komunitas. Berdasarkan hal tersebut dapat dirasakan bahwa kesejahteraan sosial tidaklah bermakna bila tidak diterapkan dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial yang nyata yang menyangkut kesejahteraan masyarakat.

Dari terminologi tersebut terlihat bahwa usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang konkret (nyata) baik ia bersifat langsung (direct services) ataupun tidak langsung (indirect services), sehingga apa yang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditunjukkan untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat, dan bukan sekedar program, pelayanan ataupun kegiatan yang lebih dititikberatkan pada upaya menghidupi organisasinya sendiri atau hanya sekedar mengekspresikan diri sendiri dalam suatu lembaga.

Usaha kesejahteraan sosial yang baik dan bermanfaat mengandung ciri-ciri khusus :


(53)

a. Relavan

Pelayanan atau bantuan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan warga masyarakat yang menjadi sasaran/penyandang masalah.

b. Konsisten

Dilaksanakn secara terus menerus sampai terpecahkan masalah yang dialami oleh sasaran

c. Aksesibel

Pelayanan atau bantuan yang disediakan dapat dijangkau dan digunakan oleh sasaran.

d. Partisipasif

Keterlibatan semua pihak termasuk sasaran dalam pelaksanaan pelayanan dan bantuan.

2.7.2. Jaminan Sosial

Pengertian jaminan sosial begitu beragam akan tetapi esesiennya memiliki kesamaan. Dilihat dari pendekatan asuransi sosial, maka berarti jaminan sosial berbagai teknik atau metode penanganan risiko yang terkait dengan hubungan kerja yang berbasis pada hukum bilangan besar (law of large numbers). Dari sisi bantuan sosial, maka jaminan sosial berarti sebagai dukungan pendapatan bagi komunitas kurang beruntung untuk keperluan konsumsi. Karena itu maka jaminan sosial berarti sebagai berikut :

1) Salah satu faktor ekonomi seperti konsumsi, tabungan dan subsidi/konsesi untuk redistribusi risiko.


(54)

2) Instrumen negara untuk redistribusi risiko sosial ekonomi memalui tes kebutuhan (means test application), yaitu tes apa yang telah dimiliki peserta baik berupa rekening tabungan maupun kekayaan rill

3) Program pengentasan kemiskinan yang ditindaklanjuti dengan pemberdayaan komunitas.

4) Sistem perlindungan dasar untuk penanggulangan hilangnya sebagaian pendapatan pekerja sebagai konsekuensi risiko hubungan kerja.

Berikut adalah pengertian jaminan sosial secara spesifik sebagai sistem perlindungan dalam bentuk dukungan pendapatan (income support) bagi setiap orang yang memerlukannya melalui seperangkat uji kebutuhan (means test) oleh lemabaga yang berwenang (Bambang, 2011 : 39). Lemabaga-lembaga yang berwenang melakukan menas test di beberapa negara seperti institusi pajak di Inggris dan institusi Central Point di Australia. Aplikasi uji kebutuhan diperlukan untuk keadilan agar penerima manfaat jaminan sosial adalah memang benar-benar orang yang berhak dan membutuhkan dukungan pendapatan.

2.7.3. Fungsi Jaminan Sosial

Berbicara tentang fungsi jaminan sosial tidak terlepas dari azas dan prinsip jaminan sosial yang secara detail dalam UU SJSN dicantumkan. Semoga kita harus membacanya satu tarikan nafas mulai dari azas, prinsip, fungsi dan program jaminan sosial. Kalau dilihat fungsi sosial dari aspek ekonomi dapat dicermati dari dua sudut pandang insecurity dan security economic.

Sebagaimana diketahui, bahwa jaminan sosial merupakan sistem proteksi dasar untuk masyarakat yang bekerja termasuk masyarakat luas yang mengalami


(55)

musibah atau kemalangan baik yang disebabkan karena peristiwa hubungan industrial atau diluar hubungan industrial seperti kemiskinan.

2.8. Kerangka Pemikiran

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh Pemerintah. Banyak upaya pemerintah dalam mengatasi masalah kesehatan di Indonesia. Program-program yang telah dibuat pemerintah dari Jamkesmas, Jamkesda, Medan Sehat, Askes sampai yang terakhir adalah BPJS Kesehatan. Dari berbagai proogram banyak masalah yang timbul di masyarakat mulai dari tidak tepat sasaran program tersebut diberikan, tata cara yang berbelit-belit sehingga masyarakat merasa di persulit untuk mendapatkan jaminan kesehatan tersebut.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan merupakan salah satu tempat dimana calon peserta atau peserta BPJS Kesehatan untuk melaporkan segala bentuk keluhan yang dialami peserta. Kantor BPJS Kesehatan KCU Medan yang beralamat di JL. Karya No. 135 Kel. Sei Agul Kec. Medan Barat.

Dalam pelaksanaan program BPJS Kesehatan banyak masalah yang muncul mulai dari data kepesertaan, pelayanan kesehatan dan juga tata cara pengurursan kartu BPJS Kesehatan tersebut. Persyaratan dalam pengurusan kartu yang dianggap calon peserta berubah dan berbelit membuat banyak masyarakat yang mengurungkan niat untuk mendaftar diri menjadi peserta BPJS Kesehatan.


(56)

Bagan Alir Pikir

BPJS KESEHATAN

Calon Peserta BPJS

RESPON

Partisipasi Keterlibatan

dan proses calon peserta

dalam pengurusan kartu BPJS Kesehatan Sikap

Penilaian dan tanggapan calon peserta

BPJS Kesehatan Persepsi

Pengetahuan dan pemahaman tentang apa, bagaimana tata cara pengurusan kartu oleh BPJS Kesehatan KCU

Medan

Respon Positif Respon Negatif

Tata Cara Pengurusan Kartu BPJS Kesehatan


(57)

2.9. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.9.1. Defenisi Konsep

Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138). Dimana peneliti memberikan batasan mengenai konsep-konsep penelitian untuk menghindari kesalahpahaman arti dan konsep penelitian yang digunakan. Defenisi konsep mengarahkan peneliti agar fokus pada satu istilah saja. Adapun konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, dibatasi sebagai berikut :

1) Respon merupakan suatu tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang merupakan wujud dari persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, suka atau tidak suka serta partisipasi terhadap objek permasalahan

2) BPJS Kesehatan merupakan badan hukum publik yang beranggung jawab dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia. Peserta BPJS Kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Peserta Mandiri BPJS Kesehatan.

3) Tata cara pengurusan kartu BPJS kesehatan atau administrasi yang merupakan prosedur yang telah ditetapkan pemerintah kepada BPJS Kesehatan sebagai badan penyelenggara, setiap masyarakat atau calon peserta wajib mematuhi dan memenuhi segala bentuk persyaratan yang telah ditetapkan.


(58)

4) BPJS Kesehatan KCU (Kantor Cabang Utama) Medan yang beralamat di Jalan Karya Sei Agul No.135 merupakan tempat masyarakat medan mendaftarkan diri menjadi peserta BPJS Kesehatan, disamping masyarakat dapat mendaftar lewat online tetapi kebanyakan masyarakat datang langsung ke kantor BPJS Kesehatan.

2.9.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah suatu proses menjadikan variabel penelitian dapat diukur sehingga transformasi dan unsur konseptual ke dunia nyata. Defenisi operasional adalah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya mentransformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian, 2011: 141).

Respon calon peserta terhadap atat cara pengutrusan kartu di BPJS Kesehatan KCU Medan dapat diukur dari :

1. Persepsi peserta mengenai tata cara pengurusan kartu di BPJS Kesehatan melalui:

a. Pengetahuan calon peserta tentang tata cara menjadi peserta BPJS Kesehatan di BPJS Kesehatan KCU Medan.

b. Pengetahuan calon peserta tentang bagaimana tata cara menjadi peserta BPJS Kesehatan di BPJS Kesehatan KCU Medan.

2. Sikap masyarakat terhadap tata cara pengurusan kartu di BPJS Kesehatan KCU Medan.


(59)

a. Penilaian calon peserta terhadap tata cara pengurusan kartu di BPJS Kesehatan.

b. Penolakan atau penerimaan calon peserta terhadap tata cara pengurusan kartu di BPJS Kesehatan KCU Medan.

c. Suka atau tidak suka calon peserta terhadap tata cara pengurusan kartu di BPJS Kesehatan KCU Medan.

d. Peserta mengharapkan atau menghindari tata cara pengurusan kartu di BPJS Kesehatan KCU Medan.

3. Partisipasi calon peserta terhadap tata cara pengurusan kartu yang diberikan oleh BPJS Kesehatan KCU Medan.

a. Intensitas keterlibatan dalam perencanaan dan pelaksanaan tata cara pengurusan kartu yang diberikan BPJS Kesehatan KCU Medan. b. Kualitas keterlibatan dalam perencanaan dan pelaksanaan tata cara


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011). Melalui penelitian ini, penulis ingin menggambarkan bagaimana respon masyarakat atau calon peserta terhadap tata cara pengurusan karu di BPJS Kesehatan KCU Medan.

3.2.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BPJS Kesehatan KCU (Kantor Cabang Utama) Medan. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena BPJS Kesehatan KCU Medan ini merupakan tempat masyarakat yang ingin menjadi peserta BPJS Kesehatan untuk mendaftarkan diri menjadi peserta.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan obyek, peristiwa maupun individu yang akan dikajidalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langlah awal


(1)

keluarga dengan saudara atau menggunakan jasa calo dngan melampirkan surat kuasa yang mereka tanda tangani di atas materai 6000.

Tabel 5.21

Distribusi Responden Berdasarkan Memberikan Keluhan Atas Pengurusan Kartu BPJS Kesehatan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%) 1

2

Ya Tidak

10 15

40% 60%

Jumlah 25 100%

Sumber : Data primer, Juni 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.12 dapat diketahui sejauhmana peran aktif calon peserta untuk memberikan keluhan atau saran atas pengurusan kartu jaminan kesehatan yaitu BPJS Kesehatan. Ternyata ada 10 (40%) responden yang tetah menuangkan keluhan yang dialami calon peserta ke BPJS Kesehatan, mereka meberikan keluhan dengan cara langsung mengutarakan keluhan dengan petugas BPJS Kesehatan dan ada juga yang membrikan keluhan dengan menghubungi hotline BPJS Kesehatan. Sementara itu 15 (60%) responden mengaku tidak pernah memberikan keluhan dan saran kepada BPJS Kesehatan dengan alasan tidak tahu mau memberikan keluhan kemana dan malas untuk memberikan keluhan.


(2)

Tabel 5.22

Distribusi Responden Berdasarkan Kenyamanan Mengenai Proses Pengurusan Kartu BPJS Kesehatan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%) 1

2 3

Nyaman Kurang nyaman

Tidak nyaman

10 12 3

40% 48% 12%

Jumlah 25 100%

Sumber : Data primer, Juni 2015

Program BPJS Kesehatan yang program ini baru berjalan sekitar 1 tahun belakangan ini tentu banyak masyarakat yang ingin langsung datang untuk mendaftar. Hal tersebut membuat BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan sangat dipenuhi masyarakatyang bukan hanya ingin mendaftar, peserta yang telah memilki kartu BPJS Kesehatan dan memilki masalah dengan kartu tersebut juga langsung datang ke kantor BPJS Kesehatan. Dengan itu 10 (40%) responden mengaku nyaman dengan keadaan BPJS Kesehatan dengan alasan sarana untuk mengantri telah diupayakan bagus, 12 (48%) responden kurang nyaman dengan keadaan BPJS Kesehatan, mereka beralasan bahwa tempat pendaftaran peserta BPJS Kesehatan sangat kecil, mereka mengaku harusnya peserta yang baru mendaftar berbeda ruangan dengan peserta yang sudah mendapatkan kartu dan datang ke kantor BPJS Kesehatan dengan masalah yang dialami peserta. Sementara itu 3 (12%) responden merasa tidak nyaman dengan keadaan tempat mereka mendaftar BPJS Kesehatan, dengan alasan bahwa ruangan tempat


(3)

pendaftaran peserta mandiri sempit dan tempat untuk mengantri untuk ditambahkan.

Tabel 5.23

Distribusi Responden Berdasarkan Kesimpulan Keseluruhan Proses Pengurusan Kartu BPJS Kesehatan

No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%) 1

2 3

Baik Kurang baik

Tidak baik

14 9 2

56% 36% 8%

Jumlah 25 100%

Sumber : Data primer, Juni 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.23 mengenai kesimpulan secara keseluruhan pengurusan kartu BPJS Kesehatan, dapat diketahui bahwa 14 responden mengatakan bahwa proses pengurusan kartu BPJS Kesehatan baik, mereka mengatakan bahwa apabila persyaratan dapat dipenuhi maka dengan mudah dapat jaminan kesehatan, sementara itu 9 responden mengatakan kurang baik karena tidak selamanya masyarakat mampu untuk memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya program BPJS Kesehatan ini program yang bagus tetapi persyaratan yang berubah-ubah dapat membuat bingung para calon peserta. Dan 2 responden mengatakan bahwa kesimpulan secara keseluruhan terhadap tata cara pengurusan kartu BPJS Kesehatan tidak baik dengan alasan salah satu persyaratan sangat memberatkan peserta yang tidak mampu.


(4)

BAB VI

PENUTUP

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data, dapat dirumuskan hasil penelitiandalam bentuk kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari aspek persepsi, hasil analisis data dapat diketahui bahwa responden sebagai calon peserta BPJS Kesehatan memiliki persepsi yang positif. Hal tersebut dapat dilihat pengetahuan peserta mengenai program BPJS Kesehatan, meskipun informasi yang mereka dapatkan dari tetangga masih kurang hal ini dikarenakan BPJS Kesehatan sendiri masih kurang sosialisasi namun selain itu calon peserta lain mendapatkan informasi dari media massa.

2. Dari aspek sikap, hasil analisis data dapat diketahui bahwa responden sebagai calon peserta program BPJS Kesehatan memilki sikap yang negatif. Hal tersebut dapat dilihat dari ketidakpuasan calon peserta terhadap peraturan dan syarat yang telah ditetapkan BPJS Kesehatan dan harus dipenuhi calon peserta untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan dan mendapatkan jaminan kesehatan.

3. Dari aspek partisipasi, hasil analisis data hasil menunjukkan bahwa responden sebagai calon peserta BPJS Kesehatan memilki partisipasi yang positif. Hal ini dapat dari keterlibatan calon peserta dalam mengikuti dan terlibat langsung dalam proses pengurusan kartu BPJS Kesehatan. Calon


(5)

peserta aktif dalam mengkuti alur pendaftran dan langsung mendapatkan informasi yang benar di kantor BPJS Kesehatan.

6.2. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah disajikan sebelumnya, penulis mengajukan saran sebagi berikut :

1. Pelaksanaan program BPJS Kesehatan diharapkan kedepannya agar dapat berjalan lebih baik lagi dan memperhatikan calon peserta yang pada dasarnya tidak sanggup untuk diharuskan pembayaran premi setiap bulan, dan memberikan solusi untuk calon peserta yang tidak mampu agar mereka tetap mendapatkan jaminan kesehatan.

2. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh BPJS Kesehatan sebagai syarat pendaftaran bagi calon peserta harusnya tidak berubah-ubah dan berbelit-belit sehinga tidak membingungkan calon peserta yang ingin mendaftar. Dan persyaratan jangan memberatkan peserta, sehingga calon peserta tidak merasa dipersulit untuk mendapatkan jaminan kesehatan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. 2014. Sistem Kesehatan. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Ali, Faried. 2011. Teori Dan Konsep Administrasi (Dari Pemikiran Paradigmatik Menuju Redefinisi). PT.RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Azwar, Azrul. 1995. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan : Aplikasi Prinsip Lingkaran Pemecahan Masalah. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Panduan Layanan Bagi Peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan.

Rukmianto, Isbandi. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dam Ilmu Kesejahteraan Sosial (Dasar-Dasar Pemikiran). PT. GrasindoPersada. Jakarta.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial (Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu- Ilmu Sosial dan Kesehatan). PT. Grasindo Monoratama. Medan.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama. Situmorang, Chazali H. 2013. Reformasi Jaminan Sosial Di Indonesia: Transformasi BPJS “Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan. Cinta Indonesia. Jawa Barat.

Tim Visi Yustika. Panduan Resmi Memperoleh Jaminan Kesehatan Di Indoensia. Jakarta : Visi Media.

Wibowo, Adik. 2014. Kesehatan Masyarakat Indonesia. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Widjaja,A.W. 1991. Etika Administrasi Negara. Bumi Aksara. Medan. World Health Organization. 1992. PendidikanKesehatan. Penerbit. Bandung.

Sumber Lain :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27542/5/Chapter%20I.pdf 1 BadanPusatStatistik.2013.TingkatkemiskinanTahun2013