Hubungan Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Pengetahuan Perawatan Kaki Diabetes di Klinik Endokrin RSUP Haji Adam Malik Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolisme yang

mempunyai karakteristik peningkatan dalam kadar gula darah (hyperglycemia).
Hal ini disebabkan terdapat gangguan pada fungsi pankreas dalam mensekresi
jumlah insulin atau efektivitas insulin atau

kedua-duanya. (G.Gardner

&Shoback,2007 )
Di dalam sistem kesehatan di Indonesia berlaku perubahan epidemiologi
dimana terdapat penurunan penyakit menular dan peningkatan dalam penyakit
tidak menular seperti DM. Sebanyak 2,1% kasus DM tipe 2 dijumpai pada tahun
2013 manakala pada tahun 2007 hanya sebanyak 1,1%. Dari 31 provinsi ditemui
sebanyak 93.9% kasus DM tipe 2 yang cukup berarti dimana prevalansi DM tipe 2
lebih sering terjadi pada umur lebih daripada 15 tahun dengan populasi paling

tinggi di Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 3,7%. Kemudian diikuti dengan
Provinsi Lampung sebanyak 0,8% dan terus oleh Bengkulu dan Kalimantan
Barat sebanyak(1,0%). Menurut Riskesdas, Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai
kenaikan prevelansi terbesar yaitu 0,8 % pada tahun 2007 dan meningkat pada 3,4
% pada tahun 2013.(Kemkes,2013)
Menurut World Health Organization (WHO), 2014 penyakit metabolisma
ini berada pada tempat ke-3 tertinggi dalam daftar kematian pada tahun 2012
sebanyak 100,4 juta orang. Di samping itu, WHO memproyeksikan bahwa
kematian oleh kerna DM akan berlipat ganda antara tahun 2005 dan 2030.
Selain WHO, International Diabetes Federation,2014 menyatakan bahwa
sebanyak 46,3juta orang tidak terdiagnosis dan sebanyak 387 juta orang yang
mengidap diabetes di dunia. Sebanyak 46,3% tidak terdiagnosis mengidap
diabetes. Selain itu, IDF 2013 menyatakan bahawa lebih daripada 592 juta orang
akan terdeteksi dengan diabetes melitus pada tahun 2035 malah setiap 7 detik
seorang penderita meninggal kerna DM yang tidak dikontrol.(IDF,2014)

Universitas Sumatera Utara

DM tipe 2 semakin meningkat di setiap Negara dimana 77% penderita
DM tipe 2 tinggal di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Jumlah

terbanyak di antara umur 40-59 tahun dengan 179 juta orang dengan diabetes
tidak terdiagnosis(WHO,2014). Sebanyak 612 juta dolar digunakan dalam
perawatan kesehatan pada tahun 2014 dimana 11% dari total belanja pada orang
dewasa. Lebih daripada 79 ribu orang kanak-kanak yang menderita DM tipe 1
pada tahun 2013 dan lebih daripada 21 juta bayi yang lahir dengan diabetes
Gestational. (IDF,2014)
Menurut Riskesdas,2013 penderita DM tipe 2 di Indonesia bukan hanya
berusia senja (usia 50 tahun ke atas), namun banyak pula yang masih berusia
produktif . Pada tahun 2013, Sumatera Utara memiliki prevalansi DM tipe 2
sebanyak 5,3% atau hanya 0,4% di bawah rata-rata nasional. Walaubagaimanapun
prevalansi ini harus diberi perhatian kerna penderita yang telah mengetahui
menderita DM tipe 2 sebelumnya adalah 26% justeru sisanya sekitar 74% masih
tidak mengetahui bahwa mereka telah menderita DM tipe 2. (Lindarto,2013).
Apabila reaksi tubuh untuk bereaksi dengan insulin menurun dan tidak
dikontrol maka keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi baik akut maupun
kronik. Komplikasi akut termasuk Hipoglikemia, Diabetes Ketoasidosis(KAD)
dan hiperglikemia serta Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar (SHH).(Smeltzer
dan Bare,2010) Komplikasi kronik DM biasanya mengenai bagian makrovaskular
(rusaknya pembuluh darah besar) dan mikrovaskular (rusaknya pembuluh darah
kecil) tubuh. Komplikasi makrovaskular terdiri dari penyakit jantung, stroke dan

insufiensi aliran darah ke tungkai. Komplikasi mikrovaskuler terdiri dari
kerusakan pada mata (retinopati) yang menyebabkan kebutaan , kerusakan pada
ginjal (nefropati) (WHO,2015)
Kerusakan pada neuropati sering mengakibatkan kejadian kaki DM.
Pasien DM yang mengalami ulkus atau ulserasi pada kaki adalah sebanyak 25%
dimana terdapat studi yang

merekomendasikan insidensi ulkus kaki pada

penderita DM berbaris populasi adalah 1-4% dengan prevalansi 4-10%. Pada
pasien DM risiko diamputasi adalah sebanyak 10-30 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan populasi umum. Kira-kira 85% amputasi dilakukan pada

Universitas Sumatera Utara

kaki yang mengalami ulkus dimana angka kematian akibat amputasi di wilayah
tertentu adalah sebanyak 15-40% pertahun manakala sebanyak 39-80% setiap 5
tahun.(Bilous danDonelley,2015). Pencegahan dan perawatan kaki DM akan
mengurangi resiko ulkus dan amputasi. Menurut PERKENI,2011 dinyatakan
bahwa perilaku dalam perawatan kaki DM secara terus menerus diharuskan malah

edukasi dan peningkatan motivasi pada penderita DM dibutuhkan untuk mencapai
keberhasilan pencegahan kehilangan kaki. (PERKENI,2011) . Pada tahun 2005,
IDF mengambil tema Tahun Kaki Diabetes untuk memberikan realisasi mengenai
pentingnya perawatan kaki diabetes.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yang menjadi masalah

adalah bagaimana hubungan antara lama menderita Diabetes Melitus Tipe 2
dengan pengetahuan perawatan kaki diabetes pada penderita DM tipe 2 di
poliklinik endokrin RSUP H. Adam Malik , Medan.

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan antara lama menderita diabetes melitus tipe

2 dengan pengetahuan dan praktek perawatan kaki diabetes di Poliklinik Endokrin
RSUP H. Adam Malik Medan

1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah :
1.

Untuk menganalisis tingkat pengetahuan pasien tentang perawatan
kaki diabetes.

2.

Untuk menganalisi karakteristik responden yakni karakteristik umur
responden terhadap pengetahuan tentang perawatan kaki diabetik

3.

Untuk menganalisis praktek perawatan kaki diabetes yang dilakukan
pasien penderita DM tipe 2.


Universitas Sumatera Utara

4. Untuk menganalisis karakteristik responden yakni karakteristik jenis
kelamin responden terhadap pengetahuan tentang perawatan kaki diabetik.

5. Untuk menganalisis karakteristik responden yakni karakteristik pendidikan
responden terhadap pengetahuan tentang perawatan kaki diabetik
6. Untuk menganalisis karakteristik responden yakni karakteristik status
pekerjaan responden terhadap pengetahuan tentang perawatan kaki
diabetik.
7. Untuk

menganalisis

karakteristik

responden

yakni


karakteristik

pendapatan responden terhadap pengetahuan tentang perawatan kaki
diabetik.

1.4

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1.

Agar masyarakat mengerti bahawa perawatan kaki diabetes Tipe 2
dapat menyebabkan komplikasi yang lebih buruk jika ditangani
segera.

2.

Untuk

menjadi panduan kepada institusi kesehatan / pendidikan


dalam memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal dalam
penanganan kaki diabetes
3.

Agar peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
dalam bidang penelitian serta mengaplikasikan teori yang pernah
peneliti peroleh sepanjang mengikuti kuliah dan menambah
pengetahuan peneliti tentang kaki diabetik.

Universitas Sumatera Utara