Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemahaman Orang Yahudi Terhadap Penderitaan Menurut Kitab Ayub dan Elevansinya Bagi Pendampingan Pastoral Kedukaan T2 752010020 BAB V
Bab V.
Penutup
Dalam bagian penutup ini, penulis menyampaikan kesimpulan berkaitan
dengan permasalahan dalam tesis ini. Beberapa kesimpulan yang dapat ditemukan
adalah :
1.
Kitab Ayub dapat dipandang sebagai suatu karya sastra kebijaksanaan
yang penting dan unggul. Bukan hanya dalam keseluruhan Perjanjian
Lama melainkan juga dalam keseluruhan sastra kebijaksanaan. Topik
utama tentang orang benar yang menderita dengan pergumulannya
yang dikaitkan dengan dogma tradisional tentang dosa dan
hukumannya, sikap penderita, hubungan derita yang disandang tanpa
alasan dan keadilan Tuhan, dikemas dalam bahasa puisi yang indah
dan bermutu tinggi.
2. Sebagai tulisan hikmat, yang ditulis oleh orang bijak Yahudi pada
masa Israil menjadi koloni dari bangsa-bangsa lain, kitab Ayub
mempergumulkan penderitaan, khususnya penderitaan orang benar
(innocent suffering). Melalui tokoh Ayub, sebagai tokoh utama dan
ketiga temannya, pengarang menyampaikan pemahaman tentang
penderitaan yang berkembang dalam masyarakat Yahudi.
3. Ada dua pandangan: Pertama, pandangan kebijaksanaan tradisional.
Pandangan kebijaksanaan tradisional memahami penderitaan sebagai
hukuman atas dosa yang diperbuat. Pandangan ini bersumber pada
aturan, ajaran dan dogma agama yang kaku, khususnya tentang berkat
74
dan kutuk. Pemahaman tentang penderitaan secara tradisional tidak
mampu menjawab ketika orang benar menderita. Dengan dogma
tradisional selalu muncul penghakiman ketika penderitaan menimpa
seseorang, yaitu perbuatan dosa. Kedua, pandangan pengarang kitab
Ayub. Penderitaan orang benar, tidak dapat dipahami oleh manusia
dengan sebenar-benarnya karena keterbatasan manusia di hadapan
Tuhan yang maha kuasa. Penderitaan orang benar merupakan misteri
ilahi (misterio Dei), dan diperhadapkan pada misteri ilahi tersebut
manusia hanya dapat bersikap pasrah dan tetap menjalani kehidupan
dengan imannya kepada Tuhannya. Tetap beriman dalam penderitaan
merupakan berkat.
4. Bagi orang Yahudi, kitab Ayub sebagai tulisan hikmat (wisdom
writing) yang berisi pemahaman tentang penderitaan, juga dapat
diterima sebagai tulisan yang menguatkan kehidupan sebagai umat
pilihan Allah, ketika mereka memahami bahwa penderitaan yang
mereka alami bukanlah hukuman, tetapi memang bagian dari kehendak
Allah. Orang Yahudi dapat menerima dan menjalani penderitaan
dengan tetap meyakini sebagai bangsa pilihan Allah.
5. Pemahaman tentang penderitaan sebagai misteri ilahi dan tetap setia
menjalani hidup beriman dapat menjadi acuan dalam pendampingan
pastoral. Tokoh Ayub adalah gambaran manusia yang menderita secara
penuh (whole being) yang dapat melewati serta mengalami pemulihan.
Penderitaan adalah fakta universal, setiap orang mengalaminya dalam
75
tingkat-tingkat tertentu. Pemahaman tentang penderitaan yang benar
akan menolong dalam melakukan pendampingan pastoral.
6. Penderitaan karena kehilangan menimbulkan kedukaan. Tokoh Ayub
yang menderita karena kehilangan segalanya juga merupakan pribadi
yang mengalami kedukaan yang penuh. Diperlukan pendampingan
pastoral kedukaan supaya kedukaan dapat dipulihkan.
7. Dalam perspektif pendampingan, ada dua pendampingan bagi tokoh
Ayub. Pertama, pendampingan yang dilakukan oleh ketiga sahabat
Ayub. Ketiga teman Ayub salah dalam melakukan pendampingan
karena memiliki persepsi lebih dahulu, menghakimi Ayub sebagai
yang
bersalah.
Akibatnya
tidak
terjadi
pemulihan.
Kedua,
pendampingan yang dilakukan Allah sendiri. Allah menunjukkan
kehadiran, empati,
penghargaan dan menantang Ayub untuk
memutuskan bagi dirinya sendiri. Terjadi pemulihan.
8. Memahami penderitaan, menerima rahmat iman. Pembaca kitab Ayub
akan tercerahkan karena dapat memahami kasih Allah dalam
penderitaan. dalam penderitaan sebenarnya kasih Allah tetap hadir dan
itulah iman.
76
Penutup
Dalam bagian penutup ini, penulis menyampaikan kesimpulan berkaitan
dengan permasalahan dalam tesis ini. Beberapa kesimpulan yang dapat ditemukan
adalah :
1.
Kitab Ayub dapat dipandang sebagai suatu karya sastra kebijaksanaan
yang penting dan unggul. Bukan hanya dalam keseluruhan Perjanjian
Lama melainkan juga dalam keseluruhan sastra kebijaksanaan. Topik
utama tentang orang benar yang menderita dengan pergumulannya
yang dikaitkan dengan dogma tradisional tentang dosa dan
hukumannya, sikap penderita, hubungan derita yang disandang tanpa
alasan dan keadilan Tuhan, dikemas dalam bahasa puisi yang indah
dan bermutu tinggi.
2. Sebagai tulisan hikmat, yang ditulis oleh orang bijak Yahudi pada
masa Israil menjadi koloni dari bangsa-bangsa lain, kitab Ayub
mempergumulkan penderitaan, khususnya penderitaan orang benar
(innocent suffering). Melalui tokoh Ayub, sebagai tokoh utama dan
ketiga temannya, pengarang menyampaikan pemahaman tentang
penderitaan yang berkembang dalam masyarakat Yahudi.
3. Ada dua pandangan: Pertama, pandangan kebijaksanaan tradisional.
Pandangan kebijaksanaan tradisional memahami penderitaan sebagai
hukuman atas dosa yang diperbuat. Pandangan ini bersumber pada
aturan, ajaran dan dogma agama yang kaku, khususnya tentang berkat
74
dan kutuk. Pemahaman tentang penderitaan secara tradisional tidak
mampu menjawab ketika orang benar menderita. Dengan dogma
tradisional selalu muncul penghakiman ketika penderitaan menimpa
seseorang, yaitu perbuatan dosa. Kedua, pandangan pengarang kitab
Ayub. Penderitaan orang benar, tidak dapat dipahami oleh manusia
dengan sebenar-benarnya karena keterbatasan manusia di hadapan
Tuhan yang maha kuasa. Penderitaan orang benar merupakan misteri
ilahi (misterio Dei), dan diperhadapkan pada misteri ilahi tersebut
manusia hanya dapat bersikap pasrah dan tetap menjalani kehidupan
dengan imannya kepada Tuhannya. Tetap beriman dalam penderitaan
merupakan berkat.
4. Bagi orang Yahudi, kitab Ayub sebagai tulisan hikmat (wisdom
writing) yang berisi pemahaman tentang penderitaan, juga dapat
diterima sebagai tulisan yang menguatkan kehidupan sebagai umat
pilihan Allah, ketika mereka memahami bahwa penderitaan yang
mereka alami bukanlah hukuman, tetapi memang bagian dari kehendak
Allah. Orang Yahudi dapat menerima dan menjalani penderitaan
dengan tetap meyakini sebagai bangsa pilihan Allah.
5. Pemahaman tentang penderitaan sebagai misteri ilahi dan tetap setia
menjalani hidup beriman dapat menjadi acuan dalam pendampingan
pastoral. Tokoh Ayub adalah gambaran manusia yang menderita secara
penuh (whole being) yang dapat melewati serta mengalami pemulihan.
Penderitaan adalah fakta universal, setiap orang mengalaminya dalam
75
tingkat-tingkat tertentu. Pemahaman tentang penderitaan yang benar
akan menolong dalam melakukan pendampingan pastoral.
6. Penderitaan karena kehilangan menimbulkan kedukaan. Tokoh Ayub
yang menderita karena kehilangan segalanya juga merupakan pribadi
yang mengalami kedukaan yang penuh. Diperlukan pendampingan
pastoral kedukaan supaya kedukaan dapat dipulihkan.
7. Dalam perspektif pendampingan, ada dua pendampingan bagi tokoh
Ayub. Pertama, pendampingan yang dilakukan oleh ketiga sahabat
Ayub. Ketiga teman Ayub salah dalam melakukan pendampingan
karena memiliki persepsi lebih dahulu, menghakimi Ayub sebagai
yang
bersalah.
Akibatnya
tidak
terjadi
pemulihan.
Kedua,
pendampingan yang dilakukan Allah sendiri. Allah menunjukkan
kehadiran, empati,
penghargaan dan menantang Ayub untuk
memutuskan bagi dirinya sendiri. Terjadi pemulihan.
8. Memahami penderitaan, menerima rahmat iman. Pembaca kitab Ayub
akan tercerahkan karena dapat memahami kasih Allah dalam
penderitaan. dalam penderitaan sebenarnya kasih Allah tetap hadir dan
itulah iman.
76