ASAS DASAR ILMU LINGKUNGAN doc

ASAS DASAR ILMU LINGKUNGAN
TIK : Setelah selesai mengikuti kegiatan perkuliahan pada BAB II ini, diharapkan mahasiswa
mampu menjelaskan tentang asas-asas dasar ilmu lingkungan.
MATERI :
PENDAHULUAN:
Didalam Bab ini dibahas mengenai asas-asas dasar ilmu lingkungan yang akan
diberikan dalam dua kali pertemuan.
PENYAJIAN:
Pengetahuan

manusia terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, untuk itu dibutuhkan penggalian ilmu secara terus menerus, sehingga
diperlukan daya cipta, daya khayal, keinginan tahu manusia dan inisiatif.
Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu
yang mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain dari
aspek sosial, ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan sebagai suatu
poros, tempat berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait satu sama lain
untuk mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya.
Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya merupakan penyamarataan kesimpulan
secara umum, yang kemudian digunakan sebagai landasan untuk menguraikan gejala

(fenomena) dan situasi yang lebih spesifik. Asas dapat terjadi melalui suatu penggunaan dan
pengujian metodologi secara terus menerus dan matang, sehingga diakui kebenarannya oleh
ilmuwan secara meluas. Tetapi ada pula asas yang hanya diakui oleh segolongan ilmuwan
tertentu saja, karena asas ini hanya merupakan penyamarataan secara empiris saja dan hanya
10

benar pada situasi dan kondisi yang lebih terbatas, sehingga terkadang asas ini menjadi bahan
pertentangan. Namun demikian sebaliknya apabila suatu asas sudah diuji berkali-kali dan
hasilnya terus dapat dipertahankan, maka asas ini dapat berubah statusnya menjadi hukum.
Begitu pula apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan ilmiah seorang peneliti, biasa
disebut hipotesis Hipotesis ini dapat menjadi asas apabila diuji secara terus menerus sehingga
memperoleh kesimpulan adanya kebenaran yang dapat diterapkan secara umum. Untuk
mendapatkan asas baru dengan cara pengujian hipotesis ini disebut cara induksi dan
kebanyakan dipergunakan dalam bidang-bidang biologi, kimia dan fisika. Disini metode
pengumpulan data melalui beberapa percobaaan yang relatif terbatas untuk membuat
kesimpulan yang menyeluruh. Sebaliknya cara lain yaitu dengan cara deduksi dengan
menggunakan kesimpulan umum untuk menerangkan kejadian yang spesifik. Asas baru juga
dapat diperoleh dengan cara simulasi komputer dan penggunaan model matematika untuk
mendapatkan semacam tiruan keadaan di alam (mimik). Cara lain juga dapat diperoleh
dengan metode perbandingan misalnya dengan membandingkan antara daerah yang satu

dengan yang lainnya. Cara-cara untuk mendapatkan asas tersebut dapat dikombinasikan satu
dengan yang lainnya.
Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang
kokoh dan kuat untuk mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu lingkungan.
Untuk menyajikan asas

dasar ini dilakukan dengan mengemukakan kerangka teorinya

terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami pola dan organisasi pemikirannya baru
dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung, sehingga asas-asas disini
sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama
lain (sesuai dengan urutan logikanya).

11

ASAS 14
Sumber alam, ialah
segala sesuatu yang
memungkinkan
organisme hidup

untuk meningkatkan
pengubahan energi

ASAS 5
Peningkatan
pengadaan suatu
sumber alam
mungkin dapat
terangsang
penggunaan
sumber alam
tersebut

ASAS 3
Materi, energi, ruang,
waktu dan keanekaragaman adalah kategori
sumber alam

ASAS 1
Energi tak pernah

hilang, hanya berubah

ASAS 2
Semua proses
pengubahan tidak
cermat

ASAS 9
Keanekaragaman sebanding
dengan biomasa/produktivitas

ASAS 6
Ketupan (genotip)
dengan daya
pembiakan tertinggi
akan sering dijumpai
pada generasi
berikutnya

Sistem yang

mantap
(dewasa)
mengeksploitasi
sistem yang
belum dewasa

ASAS 8
Tingkat ma-kanan
atau takson
menjadi jenuh oleh
keanekaragaman,
dengan kecepatan
yang ditentukan
oleh sifat mic,
diferensiasi

ASAS 4
Mengenai kejenuhan
dan ketidakjenuhan


ASAS 11

Derajat pola
keteraturan
fluktuasi
populasi
bergantung
kepada
pengaruh
sejarah populasi
itu sendiri

ASAS 13
Lingkungan fisik
yang stabil
memungkinkan
keanekaragaman
biologi berlaku
dalam ekosistem
mantap, yang

kemudian
menggalakkan
stabilitas populasi
lebh jauh lagi

ASAS 10
Biomassa/
produktivitas
meningkat
dalam
lingkungan
yang stabil

ASAS 7
Keanekaragaman
yang kekal lebih
tinggi pada
lingkungan yang
stabil
(Rosenzwelg)


ASAS 12
Kesempurnaan
adaptasi tiap
tabiat/sifat bergantung ke-pada
kepenti-ngan
relatifnya dalam
suatu lingkungan
tertentu

12

Gambar.

Hubungan berlogika di antara 14 asas dasar ilmu lingkungan (Watt,1973)

ASAS 1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem
dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat
diubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang,
dihancurkan atau diciptakan.


Energi

Hewan makan

1

Terbuang tak
terasimilasi

Disimilasi

2
Produksi materi
kehidupan

3
Energi dibakar
dan energi diubah
sebagai panas


5

Energi disimpan
sebagai lemak

Energi digunakan untuk
menyokong berbagai kegiatan,:
lari, berenang, terbang, dsb.

Energi digunakan untuk menyokong
metabolisme dasar, misalnya: denyut jantung,
pernafasan, mempertahankan suhu tubuh dsb.

Energi diambil
oleh
pengeksploitasi

6


4

Pertumbuhan

Pembiakan

13

Pemisahan energi yang masuk jadi dua komponen.
Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa
materi.
Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa
tenaga atau panas.
Asas 1 ini disebut juga dengan hukum konservasi energi, dalam ilmu fisika sering
disebut sebagai hukum termodinamika pertama. Asas ini menerangkan bahwa energi dapat
diubah, dan energi yang memasuki jasad hidup, populasi ataupun ekosistem dianggap sebagai
energi yang tersimpan ataupun yang terlepaskan, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem
kehidupan sebagai pengubah energi. Dengan demikian dalam sistem kehidupan dapat
ditemukan berbagai strategi untuk mentransformasi energi, maka dibutuhkan “pembukuan
masukan dan keluaran kalori dalam sistem kehidupan” Contohnya makanan yang dimakan
oleh hewan.
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa ternyata energi ada yang dapat dimanfaatkan
dan ada pula yang terbuang dan hal ini spesifik untuk masing-masing spesies hewan
tergantung bagaimana kemampuan dan strategi hewan tersebut untuk melawan alam
lingkungannya. Keberhasilan dalam melawan lingkungan dapat diukur dengan peningkatan
jumlah populasinya.
Gambar : Energi panas yang jatuh di bumi dipakai oleh tumbuhan dan genangan air, serta
dipantulkan oleh lahan terbuka dan bangunan.
ASAS 2. Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien
Asas ini sama dengan hukum termodinamika kedua dalam ilmu fisika. Hal ini berarti
meskipun energi itu tidak pernah hilang, namun demikian energi tersebut akan diubah dalam
14

bentuk yang kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi
dalam bentuk panas tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa.
Dalam sistem biologi, energi yang dimanfaatkan baik oleh jasad hidup, populasi
maupun ekosistem kurang efisien, karena masukan energi dapat dipindahkan dan digunakan
oleh organisme hidup yang lain. Contohnya pada piramida makanan, tingkatan konsumen
yang paling bawah mendapatkan asupan energi yang banyak, sebaliknya konsumen paling
atas hanya mendapatkan sedikit, disamping itu pada setiap tingkatanpun energi tidak
dimanfaatkan secara efisien (banyak terbuang).
Energi yang dapat dimanfaatkan oleh kita seperti tumbuhan, hewan, ikan dsb., itu
termasuk kategori sumber alam, namun demikian apakah sumber alam ini dapat diukur
manfaatnya dan apa batasan sumber alam tersebut?.
Sumber alam adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh organisme hidup, populasi,
atau ekosistem yang pengadaannya hingga ke tingkat optimum atau mencukupi, sehingga
akan meningkatkan daya pengubahan energi.
Gambar : Buah-buahan sebagai salah satu sumber energi bag manusia, entropi berupa kulit
buah adalah sumber energi bagi semut.
Gambar : Jerami sebagai entropi digunakan untuk bahan baku kertas, pakan ternak, dan
lainnya. Pemanfaatan limbah pertanian kedele untuk pakan ternak.
ASAS 3.

Materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman, semuanya termasuk kategori
sumber alam

15

Materi dan energi sudah jelas termasuk kedalam sumber alam. Ruang yang
dimanfaatkan oleh organisme hidup untuk hidup, berkembang biak dsb. dapat dianalogkan
dengan materi dan energi, karena dibutuhkan, sehingga secara asas termasuk katagori sumber
alam. Begitu pula dengan waktu, meskipun tidak dapat berdiri sendiri, namun termasuk
kategori sumber alam, karena berapa waktu yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk
mendapatkan makanan. Keanekaragaman juga termasuk ke dalam kategori sumber alam,
karena apabila suatu spesies hanya memakan satu spesies saja akan mudah terancam punah,
namun apabila makanannya beranekaragam dia akan mampu “survive”.
Asas 3 ini mempunyai implikasi yang penting bagi kehidupan manusia untuk
mencapai kesejahteraannya
ASAS 4.

Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanya sudah optimum,
pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan dengan
penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui
batas maksimum ini tak ada pengaruh yang menguntungkan lagi.

Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan
pengadaannya yang melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena
kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku
kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah
mendekati batas maksimum.
Pada asas ini mempunyai arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas
optimum, yang berarti bahwa batas maksimum maupun minimum sumber alam akan
mengurangi daya kegiatan sistem biologi. Dari sini dapat ditarik suatu arti yang penting,
yaitu karena adanya ukuran optimum pengadaan sumber alam untuk populasi, maka naik

16

turunnya jumlah individu populasi itu tergantung pada pengadaan sumber alam pada jumlah
tertentu.
ASAS 5. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat
merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tidak mempunyai daya rangsang
penggunaan lebih lanjut.
Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat
menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam
yang dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat digunakan lebih lanjut.
ASAS 6.

Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada
saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.

Pada asas ini berlaku “seleksi alam”, artinya bagi spesies-spesies yang mampu
beradaptasi baik dengan faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil daripada yang tidak
dapat menyesuaikan diri. Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu
menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang non adaptif, Sehingga individu-individu
yang adaptif ini mempunyai kesan lebih banyak merusak
ASAS 7. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan
yang mudah diramal.
Pada asas ini arti kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang pasti pada pola
faktor lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi turun-naiknya
kondisi lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan sukar-mudahnya untuk diramal berbeda
17

untuk semua habitat. Sehingga diharapkan pada setiap lingkungan adanya penyebaran spesies
yang berbeda-beda kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa,
maka akan terjadi perubahan pengurangan individu yang sedemikian rupa sampai pada batas
yang membahayakan individu-individu spesies tersebut. Lingkungan yang stabil secara fisik
merupakan lingkungan yang mempunyai jumlah spesies yang banyak, dan mereka dapat
melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya tersebut (secara evolusi). Sedangkan
lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni oleh spesies yang jumlahnya
relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas fauna dasar laut mempunyai
keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai pada habitat yang sudah stabil sepanjang
masa dan lama. Kemudian diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders (!969) sebagai
pengaruh lingkungan yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin lama keadaan
lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman spesies yang
muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi. Menurut Pilelou (1969) keadaan
iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak saja melahirkan keanekaragaman spesies
yang tinggi, tetap juga akan menimbulkan keanekaragaman pola penyebaran kesatuan
populasi.
ASAS 8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung
kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson
tersebut.
Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga
spesies-spesies tersebut dapat berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi, karena satu
sama lain mempunyai kepentingan dan fungsi yang berbeda di alam. Tetapi apabila ada
kelompok taksonomi yang terdiri atas spesies dengan cara makan serupa, dan toleran
18

terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan
tersebut hanya akan ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.
ASAS 9.

Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomassa dibagi
produktivitas.

Pada asas ini menurut Morowitz (1968) mengatakan bahwa adanya hubungan antara
biomassa, aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.
ASAS 10. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomassa dengan produktivitas
(B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimptut.
Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang
mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang
stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau
kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk
kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat meningkat dalam
perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem biologi itu dapat
digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila asas ini benar, maka dapat
diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah berkembang lanjut pada proses suksesi, rasio
biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan komunitas yang masih
muda. Pada kenyataan di alam memang demikian, sebab spesies bertambah, dan ditemukan
pula tumbuhan berkayu sehingga diperoleh stratifikasi.

19

Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan jalan
memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan pertanian
dengan jalan mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.
ASAS 11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap
(belum dewasa).
Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa memindahkan
energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa.
Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang
menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah
keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya
ASAS 12. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat tergantung kepada kepentingan
relatifnya di dalam keadaan suatu lingkungan.
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi) berlaku,
tetapi keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil, maka dalam
perjalanan waktu dapat diharapkan adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat adaptasi
terhadap lingkungan. Jadi, dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan )
yang sudah stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga ternyata
tidak diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimia
lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi pada lingkungan yang sukar ditebak
perubahan faktor alamnya cenderung memelihara daya plastis anggota populasi. Sedangkan
evolusi pada lingkungan yang mantap, beranekaragam secara biologi cenderung
20

menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam
perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang
terbaik dan mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa
populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada ekosistem yang sudah mantap.
ASAS 13.Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat
menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap,
jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu
goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian
komunitas masih tetap terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik
merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan
mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap
mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini ada hubungan antara kemantapan
ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.
ASAS 14. Derajat pola keteraturan turun-naiknya populasi bergantung kepada jumlah
keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi
populasi itu.
Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang
tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat
ketidakstabilan populasi yang tinggi.
21

BIOINDIKATOR
TIK : Setelah selesai mengikuti kegiatan perkuliahan BAB III ini, diharapkan mahasiswa
mampu menjelaskan tentang bioindikator.
MATERI :
PENDAHULUAN:
Didalam Bab ini dibahas mengenai bioindikator yang akan diberikan dalam satu kali
pertemuan.
PENYAJIAN:
Bioindikator = indikator biologi = respon organisme hidup baik pada

tingkat individu atau

populasi terhadap kondisi lingkungan.
Berbagai spesies hewan, tumbuhan dan mikroorganisme dapat digunakan sebagai
indikator pencemaran udara, air dan tanah. Artinya apabila kondisi perairan, udara, dan tanah
mengandung polutan, sehingga terjadi perubahan pada lingkungan tersebut maka akibatnya
ada spesies-spesies tertentu baik itu tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang merespon
perubahan tersebut. Masing-masing organisme akan memberikan respon yang spesifik dari
perubahan lingkungan tersebut. Respon yang diterima oleh organisme berdasarkan ketahanan
dari organisme itu pada perubahan lingkungan yang terjadi. Ada organisme yang sangat
sensitif (peka) terhadap perubahan lingkungan, sehingga apabila kondisi lingkungan berubah
sedikit saja, organisme itu langsung memberikan respon. Ada pula organisme yang sensitif,
pada organisme ini kadar polutan yang diterima lebih tinggi dari organisme yang sangat
22

sensitif. Sedangkan organisme yang kurang sensitif respon yang diterima menunjukkan
gejala resisten ada faktor kekebalan pada organisme tersebut, dan ini dapat terjadi karena
adanya akumulasi dari polutan pada tubuhnya. Gejala yang timbul akibat adanya polutan
dari masing-masing organismepun berbeda, misalnya tumbuhan akan menunjukkan
sensitifitasnya dengan adanya bercak-bercak pada daun, atau ukurannya menjadi kecil. Pada
organisme perairan terutama dari golongan invertebrata ada atau tidaknya spesies-spesies
tertentu dapat mengindikasikan bahwa kondisi perairan dalam keadaan bersih atau tercemar.
Sedangkan pada golongan vertebrata, ikan merupakan spesies yang paling sensitif terhadap
perubahan kondisi perairan, organ yang biasanya menunjukkan respon tersebut adalah
insang.
Respon biologi yang timbul tergantung pada:
1. Pembangun genetik
2. Tahapan perkembangan atau pertumbuhan
3. Kondisi lingkungan
4. Konsentrasi polutan
Berikut ini adalah contoh-contoh dari organisme baik di perairan maupun darat yang
merespon perubahan lingkungan:

Tabel 1 : Kemampuan tanaman pekarangan menyerap debu
No

Tanaman

Spesies

Penyerapan
debu (g/m2)

23

1

Kembang merak

Caesalpinia

48,3

2

Trengguli

pulcherrima

48,0

3

Sonokeling

Cassia fistula

41,6

4

Sengon

Dalbergia sisso

34,6

5

Srikoyo

Albizzia lebbeck

33,4

6

Mindi

Annona squamosa

37,5

7

Jambu air

Azadirachta indica

34,1

8

Asam keranji

Eugenia jambolana

76,3

9

Glodogan/Bonger

Pithecelobium dulce

22,9

Polyalthia longifolia

24

Gambar : Daun yang lebar baik untuk bioindikator pencemaran udara.

Gambar : Tomat yang ukurannya kecil dan tidak normal sebagai bioindikator pencemaran
tanah, pada konsentrasi 1000-16000 ppm serbuk batere bekas pada media uji
25

Tabel 2 : Bioindikator ekosistem perairan
Air bersih
Algae :

Air tercemar
Bakteri Fe : Sphaerotilus
Jamur : Leptomitus
Chlorella

Cladocera

Chlamydomonas

Ulothrix

Oscillatoria

Navicula

Phormidium

Protozoa :
Trachelomonas

Stigeoclonium
Carchesium
Colpidium
Annelida:
Tubifex
Limnodrillus

Insekta:
Plecoptera

Culex

Negaloptera

Chironomus

Trichoptera

Tubifera

Ephemeroptera
Elmidae
Gastropoda:
Bivalvia:
Unionidae
Ikan:
Etheostoma

Physa integra
Bivalvia:
Sphaerium
Cyprinus carpio
26

Notropis
Chrosomus
Sumber: Tandjung 1992

27

Gambar : Ikan yang berwarna merah yang hidup di air bersih, akan berubah warna menjadi
kuning pucat pada saat air menjadi tercemar.
Sumber : Tandjung, 1994.

28

Gambar : Larva serangga yang hanya dapat dijumpai hidup pada ekosistem perairan yang
bersih

29

Gambar: Serangga dan siput air yang hidup pada perairan yang terkontaminasi oleh limbah
organic

Gambar : Beberapa kelompok invertebrata yang hidup di ekosistem perairan yang tercemar
sedang
30

Gambar: Pada ekosistem yang tercemar berat dijumpai berbagai bentuk cacing air
Pencemaran perairan menyebabkan kerusakan organ dan penurunan berat ikan (status nutrisi
ikan)
Tabel 3: Korelasi antara angka status nutrisi ikan (NVC) dengan tingkat pencemaran perairan
No
1

NVC
> 1,70

Tingkat Pencemaran
Tidak ada, air bersih

2

1,30 – 1,69

Terkontaminasi

3

0,90 – 1,29

Tercemar ringan
31

4

0,50 – 0,89

Tercemar sedang

5

< 0,49

Tercemar berat

Gambar: Ikan harus dengan morfologi seperti torpedo, diukur dari ujung mulut sampai ujung
ekor.
Sumber: Tandjung, 1982
Insang adalah sasaran utama pencemaran perairan
Tabel: Tingkat kerusakan hispatologi (mikroanatomi) insang menentukan tingkat pencemaran
perairan.
No
1
2
3
4
5

Mikroanatomi normal
Edema pada sel epitelium lamellae
branchiales
Hiperplasia pada satu basis lamella
branchiales
Hiperplasia pada 2 lamellae
branchiales
Hampir semua lamellae branchiales
mengalami hiperplasia
Semua lamellae branchiales dan
filamen kehilangan struktur

Air bersih
Air terkontaminasi
Tercemar ringan
Tercemar sedang
Tercemar agak berat
Tercemar sangat
berat
32

Gambar: Struktur mikroanatomi insang ikan yang hidup dalam berbagai media dengan
tingkat pencemaran berbeda.

LINGKUNGAN DAN EKOLOGI MANUSIA
TIK : Setelah selesai mengikuti kegiatan perkuliahan pada BAB IV ini, diharapkan
mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal mengenai lingkungan dan ekologi manusia
serta strategi mengatasi masalah kependudukan.
MATERI :
33

PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas masalah lingkungan dan ekologi manusia serta strategi
mengatasi masalah kependudukan yang akan diberikan dalam satu kali pertemuan.
PENYAJIAN :
Dari empat belas asas yang telah dibahas, lima asas sangat penting dalam peradaban
manusia pada era teknologi modern. Hal ini karena kita sudah beranggapan bahwa ke lima
asas tersebut tidak ada gunanya dan relevansinya untuk kepentingan manusia. Apabila kita
tetap mengabaikan ke lima asas tersebut, malapetaka sudah menunggu di masa yang akan
datang.
Asas 3 mengatakan bahwa materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman
semuanya adalah kategori sumber alam. Sungguhpun demikian banyak masalah manusia
dewasa ini timbul, karena kegagalan manusia untuk menyadari bahwa ruang, waktu dan
keanekaragaman adalah sama pentingnya dengan materi dan energi sebagai sumber alam.
Sedemikian pentingnya, sehingga hambatan pembangunan akan timbul apabila manusia
melalaikannya. Implikasi dari sistem ini adalah bahwa materi beredar atau melakukan siklus
dalam ekosistemnya, oleh karena itu harus diberikan cukup waktu untuk diubah kembali dari
satu bentuk ke bentuk berikutnya pada saat menjalani siklusnya.
Contoh yang paling nyata adalah tumpukan sampah di kota besar, ini merupakan
kelalaian manusia yang tidak memberikan waktu dan kesempatan kepada mikroba pembusuk
untuk melakukan fungsinya dalam proses resiklus materi. Jadi pada hakekatnya pencemaran
alam merupakan gejala teknologi yang berlawanan dengan kehendak dan kemampuan alam.
Implikasi lain yang penting ialah pengadaan sumber alam menentukan kapasitas bawa
suatu lingkungan. Ketergantungan kita pada minyak dan gas bumi bahkan pada tenaga nuklir
yang merupakan energi persediaan atau energi tersimpan I bukan energi mengalir seperti
34

energi matahari), menyebabkan kapasitas bawa dunia ini meniungkat bagi manusia. Perhatian
sangat kurang kepada kemungkinan berkurang atau habisnya persediaan energi, sehingga
kapasitas bawa dari bumi merosot. Apa yang akan terjadi kemudian?.
Selain itu berapa masalah lingkungan berkembang dalam lingkungan hidup manusia,
karena kita terus menerus mengurangi keanekaragaman bentuk kehidupan di luar kota dan
desa. Keanekaragaman hidup sebagai sumber alam yang dapat mempertahankan kemantapan.
Pada asas tersebut, manusia telah menggali dan mengelola materi dalam
ekosistemnya melebihi kecepatan pembusukan atau dekomposisi bahan buangan, sehingga
terjadi pencemaran alam. Sampah bertumpuk karena tidak sempat di resiklus oleh mikroba
dalam ekosistemnya. Kemudian masalahnya bertambah parah ketika ada sampah plastik yang
tak dapat dibusukkan secara biologi. Sementara itu industri plastik saat ini terus berkembang
dengan pesatnya. Pencemaran ini merupakan kesan sampingan yang sangat merugikan,
karena adanya penggunaan energi yang besar oleh peradaban modern dewasa ini.
Penggunaan energi yang sangat besar ini tidak merata, melainkan hanya terpusat di wilayah
tertentu saja (kota besar dan pusat industri), sehingga terkonsentrasi pada ruang tertentu saja,
dan timbullah kesulitan untuk membuang limbahnya.
Penggunaan energi yang semakin meningkat oleh perkembangan peradaban manusia
contohnya orang-orang Amerika Serikat yang menggunakan energi. Penduduk Amerika
Serikat naik 8,82 kali lipat pada kurun waktu 120 tahun, produksi energinya naik menjadi
203 kali lipat, sedangkan per individunya dalam penggunaan energi naik menjadi 23 kali
lipat. Ketergantungan penggunaan energi juga beralih dari energi matahari ke energi batu
bara, kemudian gas dan minyak bumi, maka peningkatan produksi naik dengan pesatnya. Hal
ini menyebabkan kapasitas

bawa ekosistem manusia meningkat pula. Sehingga

kecenderungan bahwa kita sedang menghabiskan persediaan gas dan minyak bumi sangatlah
nyata. Bahkan di Indonesia diperkirakan hanya dapat dihasilkan kurang dari 30 tahun saja.
35

Apabila ini benar, dan sumber energi lain seperti sumber geothermal dan energi nuklir tak
dapat digunakan pada waktunya, maka kapasitas bawa seluruh planet ini akan merosot sangat
drastis. Konsekuensi lain sebagai akibat meningkatnya aliran energi dalam ekosistem, tempat
manusia ini hidup, ialah karena energi hanya ditumpukkan kepada komponen biotik tertentu
saja yang menguntungkan manusia. Hal ini berarti ekosistem manusia semakin kurang
mantap. Ekosistem manusia menjadi rawan terhadap berbagai bentuk perubahan lingkungan ,
seperti wabah penyakit, serangan hama dan perubahan cuaca. Ketidakmantapan ini terutama
karena kita cenderung untuk meningkatkan populasi seperti tanaman padi, jagung, gandum
dan palawija, serta hewan ternak sapi dan biri-biri, dan menekan banyak sekali spesies hewan
dan tumbuhan yang lain.
Proporsi energi yang tinggi dunia ini juga dicurahkan pada kepentingan transportasi.
Ini membawa manusia kepada kemampuan untuk tukar-menukar bahan secara lebih besar
dan lebih jauh lagi antara wilayah yang satu dengan lainnya. Sistem pengangkutan ini
disamping menelan energi yang sangat besar, juga menimbulkan pencemaran terhadap alam.
Ruang adalah sumber alam yang kritis bagi manusia, meskipun masalahnya berlainan
antara satu negara dengan negara yang lain. Yang umum, adalah adanya perkembangan
urbanisasi di sekitar kota besar, sehingga banyak kawasan pemukiman yang terpaksa harus
menelan daerah tepi kota yang relatif subur untuk daerah pertanian. Dan apabila ruang dan
tanah itu sudah memiliki prospek urbanisasi dan industri, maka akhirnya jatuh kepada kaum
spekulator yang tak langsung mengembangkan ruang itu, sebelum harga meningkat.
Disamping hal ini sudah umum, di Indonesia masalah yang lebih penting lagi menyangkut
hubungan antara ruang dengan penyebaran penduduk. Pemecahan dari masalah ini adalah
diterapkannya program transmigrasi.
Anonim, gambaran keadaan suatu wilayah ditandai dengan bertambah majemuk dan
bervariasinya keadaan kependudukan, seperti “megacities” Jakarta. Ekosistem yang berbeda
36

antara pulau-pulau di Indonesia akan menambah kompleksitas yang dihadapi. Ini berarti
dibutuhkan kemampuan pengelolaan keterkaitan kependudukan dan lingkungan yang tidak
hanya melihat dari sudut demografinya saja, tetapi juga dilihat dari pengaruhnya terhadap
keadaan alam, ekonomi, dan kehidupan sosial.
Walaupun laju pertumbuhan penduduk Indonesia semakin tahun cenderung semakin
menurun, namun jumlah penduduk absolut akan terus meningkat. Diproyeksikan bahwa
jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan berkisar 254 juta – 257 juta orang. Artinya
akan terjadi pertambahan penduduk sekitar 70 juta orang dalam waktu 30 tahun (1990 –
2020), hal ini mempunyai konsekuensi dalam penggunaan ruang, pemenuhan energi dan
kebutuhan pangan. Bila dikaitkan dengan kemampuan sumber alam, maka masalahnya
adalah sejauh mana sumber alam tersebut dapat memenuhi kebutuhan pertambahan
penduduk.
Tabel : Perkiraan kepadatan penduduk (org/km) tahun 2020
Perkiraan Kepadatan Penduduk
WILAYAH
Maluku & Irian
Sulawesi
Kalimantan
Bali, NTB, NTT,
Timtim
Jawa
Sumatra

(org/km) th 2020
1990
2020
7
14
66
101
17
31
115

180

813
77

1093
128

Dari berbagai hasil pembangunan yang dicapai, maka gambaran keadaan penduduk di
masa datang adalah sebagai berikut:
37

1. Prosentase penduduk perkotaan semakin besar disebabkan oleh adanya urbanisasi dan
adanya perubahan wilayah dari desa ke kota
2. Laju pertumbuhan penduduk menurun seiring dengan terjadinya perubahan struktur
usia , dimana penduduk usia produktif semakin besar
3. Permintaan barang non pangan akan meningkat dengan pesat yang berimplikasi pada
pengurangan sumber alam untuk kepentingan non pangan.
STRATEGI MENGATASI MASALAH KEPENDUDUKAN
Tantangan-tantangan yang akan dihadapi di masa depan cukup berat. Untuk
mewujudkan masyarakat sejahtera baik di desa maupun di kota, perhatian terhadap
lingkungan menjadi prasyarat. Keberlanjutan kehidupan di pedesaan dan perkotaan sangat
terkait dengan aspek lingkungan. Apapun bentuk dari dinamika penduduk yang terjadi, bila
kebijakan kependudukan selalu dikaitkan dengan dimensi lingkungan, maka pembangunan
yang berkelanjutan akan terwujud. Untuk itu dibutuhkan strategi:
1. Pengembangan keterkaitan kependudukan lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan
2. Perumusan integrasi kebijakan kependudukan, lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan pada tingkat nasional, regional dan local
3. Pelaksanaan program integrasi kependudukan, lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan pada masyarakat.
Manusia juga sudah melupakan waktu sebagai sumber alam yang kritis. Ini berarti
bahwa kita kurang menyadari bahwa suatu proses atau kejadian tergantung dengan waktu.
Misalnya penggunaan sumber energi tenaga nuklir, dibutuhkan waktu untuk penelitian
dengan cermat, dan waktu yang dibutuhkan tidak sedikit.
38

Keanekaragaman sebagai sumber alam juga telah dilalaikan oleh manusia. Seorang
ahli berpendapat bahwa hasil peradaban manusia telah mempercepat aliran energi melalui
sistem biologi. Banyak wilayah daratan di permukaan bumi ini dicoba untuk dibuat seragam
menjadi daerah pertanian yang serupa, sejenis, untuk wilayah yang sangat luas.
Keanekaragam tumbuhan dan hewan dikurangi oleh manusia untuk membentuk daerah
monokultur, dan akibat semua ini adalah:
1. Pengaruh penyederhanaan keanekaragaman biologi terhadap hama dan penyakit.
2. Pengaruh monokultur terhadap kemantapan ekonomi.
3. Pengaruh penyederhanaan keanekaragaman biologi terhadap habitat yang tak subur
4. Pengaruh kurangnya keanekaragaman ekonom terhadap stagnasi ekonomi di kota.
Asas 4 mengatakan bahwa dalam setiap proses yang berlaku di suatu lingkungan
terdapat tingkat optimum untuk pengadaan sumber alamnya. Asas ini mengingatkan kita pada
adanya batas kejenuhan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi berbagai proses, karena
memang sumber alam itu terbatas jumlah atau pengadaannya. Sehingga pencemaran alam
menjadi sangat berbahaya apabila kita terlalu memperjenuh kapasitas udara dan air dengan
bahan pencemar. Demikian pula apabila kita terlalu memaksakan kemampuan mikroba tanah
untuk pembusukan sampah lingkungan. Implikasi ini untuk manusia menyangkut hasil panen
yang optimum.
Pencemaran alam dapat merupakan faktor pembatas pada populasi manusia. Artinya
pencemaran alam dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Pencemaran alam dan penurunan
nilai ekosistem tempat hidup manusia merupakan akibat terlalu cepat meningkatnya daya
penggunaan energi. Salah satu usaha untuk mengatasinya adalah dengan mengurangi
kecepatan aliran energi. Pada dasarnya penurunan nilai ekosistem manusia karena
pencemaran alam yang ada hubungannya dengan kepadatan manusia.

39

Asas 10 menyangkut efisiensi penggunaan energi pada komunitas yang melampaui
tingkat pionirnya. Manusia bahkan bertindak sebaliknya, setelah teknologi makin
berkembang, kita bahkan makin kurang cermat dalam menggunakan energi.
Komunitas alam cenderung untuk menjalani evolusi yang menuju ke arah efisiensi
yang makin tinggi dalam penggunaan energi.
Asas 11 mengemukakan tentang sistem yang mantap mengeksploitasi sistem yang
rawan. Asas inilah maka kota-kota besar yang dilengkapi dengan berbagai bentuk pelayanan,
industri, kebudayaaan, administrasi dan sosio-ekonomi yang sudah mantap dan
beranekaragam, selalu menjadi penyerap kota kecil atau wilayah di sekitar kota besar
tersebut. Akibatnya kota besar selalu hidup sebagai “parasit” terhadap kota kecil dan wilayah
di sekitarnya. Contoh nyata adalah tenaga kerja, kota besar selalu menyerap tenaga kerja dari
kota-kota kecil. Proses ini sebetulnya menimbulkan kota dan wilayah yang kurang mantap
justru tetap dipertahankan dalam keadaan rawan, karena energi yang seharusnya digunakan
untuk memantapkan, ternyata malah dialirkan ke pusat kota tersebut.
Asas 14 mengemukakan kesan perlambatan yang beroperasi dalam sebuah populasi
menghasilkan momentum yang kuat dan pola yang menentukan naik turunnya populasi.
Manusia merupakan contoh terakhir yang dikuasai oleh perlambatan, dan bahkan
populasinya tumbuh di luar batas kemampuan untuk menahannya, kecuali oleh kekuatan
yang tersimpan dalam nilai peradaban manusia itu sendiri.
Populasi yang diatur dengan menggunakan suatu sistem sebab akibat yang kemudian
menimbulkan kesan perlambatan, cenderung untuk memiliki keteraturan yang tinggi dalam
pola turun naiknya populasi. Keadaan populasi di wilayah tertentu sangat kuat dipengaruhi
oleh sejarah atau keadaan masa lalu populasi dengan lingkungannya yang cenderung dapat
mengatur populasi tersebut. Contohnya populasi manusia. Ada dua mekanisme untuk
mengarahkan populasi manusia untuk terus tumbuh :
40

1. Daya kesuburan wanita, pada wanita muda
2. Populasi wanita muda pada populasi yang sedang tumbuh akan terus bertambah.
Proses yang dapat membantu membatasi kecenderungan pertumbuhan populasi
manusia adalah perkembangan ekonomi, pencemaran alam. Kelima asas tersebut di atas
sangat relevan untuk manusia dalam ekosistemnya.

41

SISTEM LINGKUNGAN
TIK : Setelah selesai mengikuti perkuliahan BAB V ini, diharapkan mahasiswa mampu
menjelaskan berbagai sistem lingkungan.
MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas mengenai berbagai sistem lingkungan yang akan
diberikan dalam dua kali pertemuan.
PENYAJIAN :
1. Sistem Pertanian

42

Indonesia merupakan negara kepulauan , dan rakyatnya sebagian besar hidup
sebagai petani. Meskipun untuk memenuhi kebutuhan bahan sandang dan pangan
pemerintah Indonesia masih harus mengimpor dari luar negeri.. Namun demikian
sumbangan sector pertanian untuk negara tidak dapat diabaikan begitu saja. Beberapa
tahun yang lalu Indonesia bahkan sudah berhasil swasembada beras, sedangkan komoditi
yang lain keberhasilannya belum dapat menyamai komoditi beras.
Sumbangan sektor pertanian di negara kita terhadap pembangunan tidak lepas dari
bagaimana strategi pertanian diterapkan, karena rendahnya produktivitas sektor pertanian
akan mempengaruhi perekonomian secara nasional. Apabila dihubungkan dengan asas
yang telah dipelajari di depan, apakah tujuan strategi pertanian tersebut sejalan dengan
asas-asas yang sudah dibahas,
Sehingga kalau ternyata berlawanan, maka akan dilakukan pemilihan strategi
pertanian yang dapat dipertimbangkan baik jangka panjang ataupun jangka pendeknya.
Adapun strategi pertanian mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Memperoleh produksi maksimum per unit luas tertentu dari tanah pertanian.
2. Melakukan tata cara bertani untuk memperoleh keuntungan maksimum.
3. Menekan sekecil-kecilnya ketidakmantapan dalam produksi pertanian
4. Mencegah penurunan kapasitas produksi sistem pertanian.
Sedangkan strategi pengembangan pertanian yang berkelanjutan

merupakan

pengelolaan dan konservasi sumber alam yang berorientasi pada perubahan teknologi dan
kelembagaan yang dapat menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara
berkelanjutan. Untuk itu perlu dicari alternatif teknologi dan metode yang tepat guna,
layak secara ekonomi dan secara social dapat diterima. Ini berarti bahwa tujuan dan
sasaran pengembangan pertanian secara berkelanjutan merupakan sebuah upaya
peningkatan produksi pertanian , terutama beras sebagai pangan utama, dan menjamin
43

bahwa peningkatan produksi tersebut tidak akan berakibat pada kerusakan sumber alam
dan lingkungan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut diperlukan upaya-upaya:
1. Pengkajian kebijakan, perencanaan dan program terpadu pertanian.
2. Perbaikan produksi pertanian dan sistem bertani melalui diversifikasi usaha tani
dan upaya pengembangan prasarana pendukung
3. Peningkatan peran serta masyarakat dan kualitas sumberdaya manusia
4. Konservasi dan rehabilitasi tanah
5. Pengendalian hama terpadu
6. Perbaikan unsur hara untuk peningkatan produksi pertanian.
Dalam mencari strategi pertanian banyak timbul masalah, yaitu bagaimana cara
untuk memperoleh hasil produksi optimum bagi kepentingan manusia, namun biaya
produksi dan energi seminimal mungkin, serta dengan mencegah kerusakan lingkungan
baik dalam jangka panjang ataupun pendek. Untuk melaksanakan strategi ini, pilihan tata
kerja harus ditawarkan ke petani, dalam hal ini ada 12 pertimbangan, Yaitu:
1. Apakah perlu ada inovasi tanaman atau ternak yang berasal dari luar negeri, luar
daerah, atau dari daerah asal sebelum tanah tersebut menjadi tanah pertanian.
2. Apakah perlu menebang seluruh daerah hutan untuk keperluan petani, atau perlu
menyelamatkan sebagian kawasan hutan untuk memperoleh kayu bakar, jalur
hijau, jalur pelindung, penahan erosi tanah, atau penjaga keseimbangan tata air.
3. Berapa banyak hasil ternak yang ingin dicapai, tentunya harus disesuaikan dengan
lahan yang tersedia.
4. Apakah perlu mengganti kerbau dengan traktor, karena traktor menghasilkan
energi lebih banyak, namun harganya mahal dan tidak dapat menghasilkan pupuk
kandang.

44

5. Apakah perlu membangun irigasi, bagaimana sistem yang paling cocok, dan
bagaimana cara pembangunannya agar dapat memberikan manfaat yang banyak
6. Berapa luas daerah pertanian yang sanggup digarap untuk mendapatkan hasil
produksi yang optimum sesuai dengan kemampuan biaya dan tenaga.
7. Tanaman dan hewan yang akan dipelihara harus disesuaikan dengan daerah
setempat
8. Berapa banyak kerapatan tanam supaya mendapatkan hasil yang optimum
9. Sistem pertanaman monokultur atau tumpangsari?
10. Berapa banyak pestisida yang harus digunakan
11. Apakah perlu pemeliharaaan seperti penyiangan?
12. Bagaimana menentukan tanaman yang akan ditanam dan pemakaian pupuknya?
Meskipun upaya untuk meningkatkan produksi pertanian sudah dirancang
sedemikian rupa, namun Anonim Indonesia, sector pertanian di masa mendatang
menghadapi tantangan, dan tantangannya berupa:
1. Penurunan kemampuan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
kebutuhan lain akibat makin cepatnya laju pengalihan fungsi tanah pertanian.
2. Derasnya mobilisasi penduduk pedesaan yang disebabkan semakin menurunnya
penghasilan petani, sebagai akibat menyempitnya tanah usaha sehingga para
petani mencari sumber tambahan dengan bekerja di luar bidang pertanian, yang
umumnya berada di kota.
3. Mobilisasi petani yang tinggi tidak hanya mengalir ke hilir (kota), tetapi juga
dengan mengalir ke hulu (merambah hutan lindung) yang dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan.
4. Meningkatnya tekanan penduduk, pertumbuhan industri, dan permukiman
terhadap tanah-tanah pertanian yang diperburuk dengan meningkatnya usaha
45

intensifikasi pertanian dengan menggunakan masukan an organik (pupuk,
pestisida, dan hormon pengatur tumbuh) dalam jumlah besar yang pada akhirnya
mengakibatkan kualitas lingkungan air dan tanah menjadi turun.
5. Ketatnya persaingan untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu dan
berkualitas tinggi dengan harga bersaing dalam menghadapi era perdagangan
bebas.
Sistem Pertanian dan Komunitas Alam
Sistem pertanian berbeda dengan komunitas alam. Pada sistem pertanian
keanekaragaman menjadi berkurang, hal ini tergantung dari keinginan si petani
itu sendiri. Misalnya si petani menginginkan lahannya untuk ditanami secara
monokultur ataupun tumpangsari. Pada hal sistem pertanian seperti ini si petani
mempunyai tujuan tertentu yaitu mendapatkan produktivitas per biomassa setinggi
mungkin, sehingga diusahakan menanam jenis yang produksinya tinggi, misalnya
menanam padi yang mempunyai butir banyak dengan rumpun yang pendek. Pada sistem
monokultur ini, meskipun keanekaragaman rendah sekali, namun pemanfaatan energi
untuk mengurus lebih cermat, selanjutnya untuk peningkatan produksi dilakukan
intensifikasi misalnya dengan penggunaan pupuk, pestisida, mekanisasi tanah, irigasi dsb.
Dengan mengurangi keanekaragaman spesies pada sistem pertanian monokultur, maka
menaikkan homogenitas jenis, sehingga kawasan pertanian menjadi sangat tidak stabil.
Akhirnya praktek bertani banyak memerlukan energi untuk memelihara kemantapan, dan
hal ini seringkali menjadi petaka besar, karena banyaknya aliran energi yang keluar
masuk dengan cepat, disertai dengan pembalikan mineral tanah, sehingga mengakibatkan
kerusakan tanah.

46

Sedangkan pada komunitas alam mempunyai kestabilan dan keanekaragaman
yang tinggi dengan biomassa setinggi mungkin per luasan tertentu. Pada komunitas alam
yang mengalami suksesi yaitu merupakan proses perubahan komunitas yang berurutan
yang menyangkut peningkatan biomassa, karena proses ini bermula dari komunitas
dengan tumbuhan perintis dan kemudian menjadi semak belukar, dan pada akhirnya
menjadi hutan dengan biomassa yang besar. Komunitas alam input energinya hanya
tergantung pada matahari.

Revolusi Hijau
Revolusi hijau adalah suatu usaha untuk mencari berbagai varitas tanaman
penghasil biji-bijian (terutama beras dan gandum) yang berproduksi tinggi dalam skala
yang besar. Penelitian dan pengembangan dari revolusi hijau ini dilakukan di negaranegara sedang berkembang seperti Filipina, Meksiko, India, Pakistan dan Turki. Program
ini diharapkan dapat mengatasi krisis populasi sumber alam yang melanda negara-negara
berkembang. Namun demikian dari hasil revolusi hijau ini sebaiknya perlu dicermati oleh
kita karena:
1. Dari hasil revolusi hijau ini varietas tanaman memang sudah relatif lebih baik,
tetapi produksi yang meningkat itu bukan semata-mata hanya karena varietas
tanaman saja yang baik, ada aspek lain yang mendukung, seperti musim. Hal ini
sesuai dengan asas 3 yang menyatakan bahwa ada lima kategori sumber alam,
termasuk materi (curah hujan), energi (suhu), yang dapat menaikkan hasil panen.

47

2. Di India, hasil panen terus meningkat, tetapi dengan cara membuka lahan
pertanian yang baru, dan apabila cara ini terus menerus dilakukan, berarti akan
terjadi pembukaan lahan baru.
3. Hasil panen dapat terus-menerus ditingkatkan dengan pemakaian pupuk,
pembangunan irigasi, pemanfaatan mekanisasi dan teknologi pertanian, sehingga
memerlukan biaya yang sangat besar yang mungkin diluar kemampuan negara
berkembang.
4. Revolusi hijau juga mengancam kita dengan bahaya genetika. Apabila wilayah
pertanian hanya ditanamai varietas tertentu saja (gandum, padi, jagung), maka ada
kemungkinan daerah tersebut peka dengan hama dan penyakit.
Menurut asas ke 13, peningkatan keanekaragaman justru perlu ditingkatkan untuk
memantapkan daerah pertanian.. Disini dapat disimpulkan bahwa meskipun revolusi
hijau membawa kemajuan yang berarti, namun kita tetap harus waspada karena
kemajuannya harus diimbangi dengan aspek-aspek yang lain seperti peningkatan sumber
daya manusianya.

2. Siatem Hutan
Luas hutan dunia, separohnya merupakan hutan yang terletak di daerah tropika.
Dari seluruh hutan di daerah tropika, kira-kira seperempatnya terletak di wilayah AsiaPasifik dan hampirnya merupakan hutan alam. Sedangkan Indonesia mempunyai hutan
tropik terluas ketiga di dunia, dengan ekosistem yang beragam mulai dari hutan tropik
dataran rendah dan dataran tinggi hutan rawa gambut, rawa air tawar dan hutan bakau.
Ekosistem hutan tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang penting. Secara ekologis

48

hutan merupakan sumber keanekaragaman hayati yang sangat kaya, baik flora maupun
faunanya dan juga sebagai paru-paru dunia.
Eksploitasi Hutan
Eksploitasi hutan tidak hanya terbatas pada hasil hutannya saja, melainkan pada
hutan itu sendiri seperti pembukaan lahan untuk pemukiman, penambangan, pertanian,
yang banyak

dilakukan di negara-negara berkembang yang mempunyai kepadatan

penduduk yang relatif tinggi. Di Indonesia eksploitasi hutan disamping yang disebutkan
diatas juga karena adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tidak merata, kasus
pemilikan tanah secara tradisional, pembukaan lahan untuk program transmigrasi dsb.
Untuk mengatasi hal semacam ini diperlukan kesadaran masyarakat yang tinggi
mengenai arti pentingnya peranan hutan bagi manusia secara berkelanjutan.
Strategi Ekonomi
Dari aspek ekonomi, hutan merupakan sumber pendapatan penting bagi negara
terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang, juga bagi penduduk sekitar hutan
merupakan sumber pangan. Anonim pembangunan di sector kehutanan selama PJP I
telah memberikan dampak yang sangat berarti bagi pembangunan ekonomi dan perbaikan
lingkungan hidup di negara kita.
Hutan dan Perkembangan Bangsa
Apabila dilihat dari sejarah perkembangan manusia, hutan memegang peranan
yang berarti, karena kekuasaan, pengaruh dan vitalitas kebudayaan beberapa masyarakat
zaman dahulu banyak bergantung kepada pengadaan hutan di lingkungan negaranya.
Misalnya Athena dan Sparta adalah negara yang kuat pada zaman sebelum Masehi, tetapi
49

pada abad ke empat sebelum Masehi pengaruhnya menurun sejalan dengan habisnya
wilayah hutan di negara tersebut. Begitu pula dengan negara Spanyol yang telah berjaya
dengan kekuasaannya selama tiga abad pada abad ke 17 menurun . Hal ini disebabkan
karena menurunnya hasil hutan yang dipakai untuk membangun armada kapalnya. Lain
halnya dengan Amerika Serikat yang agak beruntung, karena setelah penebangan hutan
kemudian ditemukan arang batu bara sebagai pengganti kayu bakar, kemudian ditemukan
pula minyak bumi, sehingga negara itu masih tetap eksis. Disini dapat diartikan bahwa
banyak negara tergantung dengan hutan karena kemampuan mereka mengelolanya.
Sedangkan di negara Indonesia, banyak sekali kebudayaaan yang berkembang
terutama pada masyarakat asli pedalaman yang mempunyai keterkaitan dengan hutan.
Misalnya suku-suku di pedalaman hutan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Riau yang
senantiasa menjaga kelestariannya, suku-suku di Kep. Mentawai dsb.
Pengaruh Hutan terhadap Lingkungan
Hutan berpengaruh terhadap faktor lingkungan yaitu iklim, tanah dan air. Contoh
hasil penelitian tentang pengaruh hutan terhadap iklim telah dilakukan dengan
membandingkan hutan yang sudah ditebang dan hutan yang masih utuh, hasilnya
menunjukkan bahwa hutan mempengaruhi iklim setempat (iklim mikro). Pada hutan
yang sudah ditebang dapat menimbulkan variasi iklim yang besar dari panas ke dingin,
dan dari basah ke kering sehingga kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Sedangkan
pada hutan yang belum ditebang penuh dengan belukar, karena pohon-pohonan mampu
mengurangi kecepatan angin, akibatnya mengurangi penguapan air (evaporasi) dari
tumbuhan yang terlindung olehnya, sehingga apabila dibawahnya ada tanaman pertanian
maka pertumbuhannya akan baik dan dapat meningkatkan hasil panen.

50

Pohon-pohon hutan juga mempengaruhi struktur tanah dan erosi, sehingga
mempengaruhi pengadaan air di lereng gunung. Serasah di lantai hutan dapat mencegah
rintikan air hujan untuk langsung ja