Kesulitan Belajar Faktor dan Penyebabnya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja
akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak
jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik,
latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok
antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaran pendidikan di sekolah pada umumnya hanya ditunjukkan
kepada para siswa berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang
berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian, siswa yang berkategori “diluar rata-rata”
itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk
berkembang sesuai dengan kapasitasnya.
Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficult) yang
tidak hanya menimpa siswa yang berkemampuan rata-rata saja, akan tetapi juga yang
berkemampuan rendah dan yang berkemampuan tinggi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang ada, dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Bagaimana pengertian kesulitan belajar dan klasifikasinya?
Faktor-faktor apa saja yang menimbulkan kesulitan belajar?
Bagaimana diagnosis kesulitan belajar?
Bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability.
Terjemahan tersebut kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability artinya
ketidakmampuan.1[1] Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang tampak pada peserta didik yang
ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan. 2
[2]
Kesulitan belajar3[3] adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis
dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. 4[4]
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam
bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, menalar atau dalam bidang matematika.5[5]
Blassic dan Jones mengatakan bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya suatu
jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh
peserta didik (prestasi aktual). Dengan kata lain bahwa peserta didik dikatakan mengalami
kesulitan belajar bila prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kapasitas intelegensinya.6
[6]
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta
didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan
dalam belajar.
Kesulitan belajar tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orangorang yang memiliki intelegensi rata-rata hingga superior dalam berbagai kondisi. Kondisi
tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan, pekerjaan, sosialisasi atau segala
aktivitas sehari-hari.7[7]
Macam-macam kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang
sangat luas, diantaranya8[8] :
1[1] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
(Jakarta : PT Rineka Cipta, 1998), h. 6.
2[2] Sugihartiono,dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : UNY Press, 2007),
h. 149.
3[3] Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United
States Office of Education (USOE) pada tahun 1977 yang dikenal dengan Public Law
(PL) 94-142, yang hampir identik dengan definisi yang dikemukakan oleh The
National Advisory Committee on Handicapped Children pada tahun 1967.
4[4] Mulyono Abdurrahman, Op.Cit., h. 7-8.
5[5] Kesulitan belajar menurut The National Joint Committee for Learning
Disabilities (NJCLD)
6[6] Sugihartiono,dkk, Op.Cit., h. 149-150.
7[7] Mulyono Abdurrahman, Op.Cit., h. 8.
8[8]http : // www.psikologizone.com / macam - kesulitan - belajar - siswa /
065111779 diakses pada hari Kamis 26 Maret 2015.
1. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya
lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
2. Learning disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan
siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut
tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau
gangguan psikologis lainnya.
3.
Underachiever merupakan siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat
potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergolong rendah.
4. Slow learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil
belajar di bawah potensi intelektualnya.
Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok :
a.
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning
disabilities), meliputi gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi
dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial juga dalam hal pemecahan masalah.
b. Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities), menunjuk pada adanya kegagalankegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan seperti
membaca, menulis dan matematika.9[9]
Misalnya untuk dapat menguasai soal matematika bentuk cerita, seorang anak harus
menguasai terlebih dahulu kemampuan membaca pemahaman. Untuk dapat membaca, seorang
sudah harus berkembang kemampuannya dalam melakukan diskriminasi visual maupun auditif,
serta kemampuan untuk memusatkan perhatian.
Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis,
sosiologis, maupun fisiologis. Hambatan tersebut menyebabkan prestasi
belajar siswa yang dicapai berada di bawah semestinya.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN KESULITAN BELAJAR
Fenomena kesulitan belajar (learning difficult) seorang siswa biasanya tampak jelas dari
menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat
dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti suka berteriakteriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering kabur
dari sekolah.
9[9] Ibid., h. 11.
Menurut Ross, kesulitan belajar banyak disebabkan oleh adanya gangguan
perkembangan dari penggunaan dan mempertahankan perhatian selektif.10[10]
Mengingat akan hal-hal tersebut, sudah tidak disangsingkan lagi bahwa didalam
pendidikan terdapat bermacam-macam kesulitan yang disebabkan oleh keadaan atau pembawaan
anak itu sendiri maupun oleh lingkungan dan atau oleh si pendidik sendiri.11[11]
Secara garis besar, faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam,
a.
1.
2.
3.
yakni faktor intern siswa12[12] dan faktor ekstern siswa13[13].
Faktor intern siswa14[14]
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko fisik siswa, yakni:
Yang bersifat kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas inteligensi siswa.
Yang bersifat afektif (ranah rasa), seperti labilnya emosi dan sikap.
Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan
pendengaran.
b. Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktifitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:
1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan
rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman
sepermainan (peer group) yang nakal.
3. Lingkungan sekolah contohnya adalah kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti
dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah dan lain-lain.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga
menimbulkan kesulitan belajar siswa yaitu factor keturunan, kerusakan pada fungsi otak,
biokimia, deprivasi lingkungan15[15], kesalahan nutrisi. Diantara faktor-faktor yang dapat
dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability
(ketidakmampuan belajar).16[16]
Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya
keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:
1) Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.
2) Disgrafia (disgrapia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
3) Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum
sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya memiliki kecerdasan di atas
10[10] Perhatian selektif ialah kemampuan untuk memilih salah satu
diantara sejumlah rangsangan seperti rangsangan auditif, taktil, visual, dan
kinestetik yang mengenai manusia setiap saat.
11[11] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2007), hlm. 89.
12[12] Faktor intern yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari
dalam diri siswa sendiri.
13[13] Faktor ekstern yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari
luar diri siswa.
14[14] Mulyono Abdurrahman, Op.Cit., h. 13.
15[15] Deprivasi lingkungan yaitu pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial
yang merugikan perkembangan anak.
16[16] Ibid., h. 14.
rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin
hanya disebabkan oleh adanya minimal brain disfunction, yaitu gangguan ringan pada otak.17[17]
Sehingga berbagai faktor yang dialami oleh peserta didik yang telah disebutkan diatas
dalam kesulitan belajar sangat menentukan dan juga berpengaruh terhadap hasil belajar peserta
didik. Akan lebih baik jika faktor-faktor tersebut bisa dikenali sejak dini, guna dalam
penanganannya bisa lebih cepat dan efisien serta tidak menjadi masalah yang paten bagi peserta
didik sendiri.
2.3 DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar
siswa, guru sangat dianjurkan terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya
mengenal gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan
kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya
seperti ini disebut diagnosis18[18] yang bertujuan menetapkan “jenis
penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa.
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis.
Menurut Thorndike dan Hagen, diagnosis dapat diartikan sebagai upaya untuk
menemukan kelemahan atau penyakit (weakness and disease) apa yang dialami seseorang
dengan melalui pengujian mengenai gejala-gejalanya secara seksama.19[19]
Dengan demikian didalam melakukan diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi
jenis atau karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan belajar (dengan
menghimpun dan mempergunakan berbagai data atau informasi selengkap dan seobjektif
mungkin) melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk memprediksi kemungkinankemungkinan dan juga menyarankan tindakan pemecahannya.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri
atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya
kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Langkah-langkah
diagnosis dalam kesulitan belajar :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Identifikasi
Menentukan prioritas
Menentukan potensi
Menentukan taraf kemampuan dalam bidang yang perlu diremediasi
Menetukan gejala kesulitan
Menganalisis faktor-faktor yang terkait
Menyusun rekomendasi untuk pengajaran20[20]
17[17] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2013), h.56
18[18] Ada dua tipe diagnosis, 1. Diagnosis etiologis yaitu giagnosis yang
bertujuan untuk mengetahui sumber penyebab orisinal dari kesulitan belajar. 2.
Diagnosis terapetik yaitu diagnosis yang berkaitan langsung dengan kondisi anak
pada saat sekarang dan sangat bermanfaat untuk menyusun program pengajaran
remedial.
19[19] Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009), h. 307.
20[20] Mulyono Abdurrahman, Op.Cit., h. 21.
Dalam melakukan diagnosis, ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh seorang guru bagi anak yang berkesulitan belajar, prinsipprinsip tersebut yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Terarah pada perumusan metode perbaikan
Efisien
Menggunakan catatan kumulatif
Memperhatikan berbagai informasi yang terkait
Valid dan reliabel
Penggunaan tes baku (kalau mungkin)
Penggunaan prosedur informal
Kuantitatif
Berkesinambungan.21[21]
Kasus kesulitan belajar dapat pula di deteksi dari catatan observasi
atau laporan proses kegiatan belajar yaitu :
1. Cepat lambat (berapa lama) menyelasaikan pekerjaan (tugasnya)
2. Ketekunan (persistency) dalam mengikuti pelajaran (berapa kali tidak hadir :
alpa, sakit, izin)
3. Partisipasi dan kontribusinya dalam pemecahan masalah atau mengerjakan
tugas kelompok
4. Kemampuan kerja sama dan penyesuaian sosialnya.22[22]
Sehingga bisa dikatakan jika kegiatan mendiagnosa yang dilakukan
oleh guru dalam menangani kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik
bisa berjalan dengan baik, itu akan berdampak pada proses penanganan
yang akan dilakukan serta keberhasilan proses belajar itu sendiri. Namun itu
juga akan berdampak sebaliknya jika seorang guru/pendidik salah atau
kurang tepat dalam melakukan diagnosa terhadap kesulian belajar murid.
2.4 CARA MENGATASI KESULITAN BELAJAR
Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor
kesulitan belajar. Banyak solusi yang ditawarkan oleh berbagai pihak dalam
mengatasi
kesulitan
belajar.
Menurut
Tadjab
langkah-langkah
untuk
mengatasi kesulitan belajar adalah sebagai berikut:23[23]
1. Pengumpulan Data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan
banyak informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu
diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan
data.
2. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul, selanjutnya diadakan pengolahan secara
cermat. Dalam pengolahan data langkah yang dapat ditempuh antara lain:
a. Identifikasi kasus
21[21] Ibid., h. 23.
22[22] Abin Syamsudin Makmun, Op.Cit., h. 315-316.
23[23]
hlm. 51-52.
Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994),
b. Membandingkan antar kasus
c. Membandingkan dengan hasil tes
d. Menarik kesimpulan
3. Diagnosis
Diagnosis
adalah
keputusan
(penentu)
mengenai
hasil
dari
pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).
b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab
kesulitan belajar.
c. Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar.
4. Pragnosis
Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap
diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan
ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk
membantu mengatasi masalahnya.
5. Treatment atau Perlakuan
Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak
yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan
program
yang
telah
disusun
pada
tahap
prognosis
tersebut.
Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan contohnya bimbingan
belajar kelompok, bimbingan belajar individual dan lain-lain.
6. Evaluasi
Evaluasi disini untuk mengetahui apakah treatment yang
telah
diberikan tersebut berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan
gagal sama sekali. Kalau ternyata treatment yang diberikan tidak berhasil,
maka diadakan pengecekan kembali.
Kemungkinan cara mengatasi kesulitan belajar sesuai dengan sifatsifat permasalahannya :24[24]
a. Jika kelemahannya menyeluruh dan bersumber kepada :
1. Kurikulum dan sistem pengajaran, maka perlu diadakan program pengajaran
khusus sebagai pengayaan sampai keterampilan dasar dan pola belajar
2.
siswa terpenuhi dan terkuasai.
Sistem evaluasi, maka perlu
dikembangkan
system
penilaian
diadakan
yang
peninjauan
bersifat
edukatif
kembali
yang
dan
dapat
menggairahkan siswa.
3. Faktor kondisional, maka komponen-komponen belajar mengajar pokok yang
disyaratkan (buku, laboratorium, dan lain-lain) perlu dipenuhi.
b. Jika kelemahannya hanya segmental dan sektoral pada bagian tertentu,
yang mungkin bersumber pada :
1. Metode belajar mengajar, maka akan mudah ditempuh remedial teaching
secara kelompok, baik dalam kelas sebagai keseluruhan maupun dalam
kelompok kecil.
2. Sistem penilaian, maka perlu diadakan penyesuaian dengan system yang
lazim berlaku disekolah yang bersangkutan.
24[24] Abin Syamsudin Makmun, Op.Cit., h. 334-335.
3. Penampilan dan sikap guru, maka perlu adanya perubahan pada diri guru.
Cara mengatasi kesulitan belajar yaitu :
1.
Salah satu upaya untuk mengatasi kesulitan belajar adalah dengan
meningkatkan motivasi belajar.
2.
Memiliki tujuan belajar dan sasaran yang hendak dicapai.
3.
Mengenali bakat dan minat.
4.
Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
5.
Catatlah keberhasilan belajar yang telah kamu capai sebagai alat pemacu
keberhasilan selanjutnya.
6.
Mintalah pertimbangan pada guru, teman, atau seseorang yang dirasa
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan belajar.
7.
Melengkapi sarana belajar.
8.
Memelihara kondisi kesehatan, hindari makanan yang beresiko merusak
otak.
9.
Mengatur waktu belajar di sekolah maupun di rumah.
10. Membuat rangkuman, skema dan catatan bagi pelajaran yang dianggap
penting atau sulit.
11. Ciptakan hubungan harmonis dengan guru, teman, maupun keluarga agar
tidak membebani pikiran dan perasaan.
12. Bergaullah dengan orang-orang yang mendukung keberhasilan belajar.
Adapun solusi yang diberikan oleh pihak BK dalam mengatasi
masalah belajar siswa, yaitu :
1.
Melakukan pendekatan terhadap siswa
2.
Pencarian data tentang masalah yaitu dengan berkomunikasi dengan orang
tua siswa dan wali kelas.
3.
Melakukan konsultasi secara privat.25[25]
2.5. PENELITIAN YANG RELEVAN
JURNAL PENELITIAN PERTAMA
1. Deskripsi Identitas Penelitian
Jurnal ini disusun oleh I Putu Mas Dewantara, mahasiswa Program Studi
Pendidikan
Bahasa
Universitas
Pendidikan
Ganesha,
dengan
judul
“Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Keterampilan Berbicara Siswa
Kelas VIIE SMPN 5 Negara dan Strategi Guru untuk Mengatasinya”. Jenis
penelitian ini bersifat kulalitatif, dan disusun pada tahun 2012.
2. Metode Penelitian
25[25]
http://makalahinyong.blogspot.com/2014/01/makalah-caramengatasi-kesulitan.html diakses pada hari Kamis 26 Maret 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Oleh karena itu, sumber
data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIE dan guru bahasa Indonesia
SMPN 5 Negara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
wawancara
dan
observasi.
Metode
wawancara
digunakan
untuk
mengumpulkan data mengenai kesulitan belajar siswa dan rasional guru
dalam
memilih
strategi
pembelajaran,
sedangkan
metode
observasi
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai strategi guru. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan analisis deskriptif kualitatif.
Analisis data dalam penelitian yang dilaksanakan ini berlangsung bersamaan
dengan proses pengumpulan data. Pengolahan data tersebut di antaranya
adalah melalui tiga tahap model alir, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi data. Teknik yang digunakan dalam memeriksa keabsahan data
dan kejenuhan data dalam penelitian ini adalah ketekunan pengamatan dan
triangulasi data. Triangulasi data yang dilaksanakan menggunakan dua cara,
yaitu melalui sumber dan teori.
3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari jurnal ini yaitu sebagai berikut: 26[26]
Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Keterampilan Berbicara
1. Motif/Motivasi
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
motif/motivasi
siswa
yang
mengalami kesulitan belajar dalam pembelajaran keterampilan berbicara
tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya ketertarikan siswa
dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan bahwa siswa kurang bergairah mengikuti pembelajaran
walaupun siswa mengetahui pentingnya memiliki keterampilan berbicara.
2. Kebiasaan Belajar
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan belajar siswa yang
mengalami kesulitan dalam pembelajaran keterampilan berbicara tergolong
kurang baik. Siswa belajar hanya mengikuti jadwal yang ada di sekolah dan
itupun dilakukan secara tidak teratur. Dilihat dari cara belajar siswa kelas
VIIE
SMPN
5
Negara,
siswa-siswa
yang
mengalami
kesulitan
dalam
pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan metode menghafal
dalam belajarnya. Bahkan, banyak yang mengakui hanya belajar dengan
teknik membaca dalam hati. Penggunaan teknik membaca dalam hati
tentunya kurang tepat digunakan untuk melatih keterampilan berbicara,
khususnya dalam melatih pelafalan kata-kata.
3. Penguasaan Komponen Kebahasaan
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa mengenai
komponen kebahasaan, yaitu menyangkut (a) lafal, nada, intonasi, sendi,
26[26]http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_bahasa/article/viewFile/355/149, diakses pada hari Selasa
12 Mei 2015.
durasi, (b) diksi, (c) struktur kebahasaan, dan (d) gaya bahasa masih sangat
rendah. Yang menjadi tujuan utama siswa ketika berbicara di depan kelas
adalah
dapat
dengan
cepat
menyelesaikan
pembicaraannya. Hal
ini
berakibat pada lafal, nada, sendi, dan durasi yang sering diabaikan siswa.
Komponen kebahasaan yang juga memengaruhi kesulitan belajar dalam
pembelajaran berbicara adalah diksi. Siswa sering merasa kehabisan katakata dalam menyampaikan pembicaraannya. Bahkan, penggunaan kosa kata
bahasa Bali kerap ditemui pada tuturan siswa karena siswa merasa kesulitan
dalam mencari padanan bahasa Indonesianya.
4. Penguasaan Komponen Isi
Dari empat komponen isi yang terdiri atas (1) hubungan isi dengan
topik, (2) struktur isi, (3) kualitas isi, dan (4) kuantitas isi, hanya penguasaan
komponen isi ‘hubungan isi dengan topik’ yang menunjukkan penguasaan
yang memadai. Melihat hasil temuan dari komponen isi tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa rendahnya kemampuan penguasaan komponen isi
siswa kelas VIIE SMPN 5 Negara merupakan salah satu faktor penyebab
kesulitan belajar keterampilan berbicara siswa.
5. Sikap Mental
Penelitian ini menemukan bahwa siswa malu, takut, dan gerogi ketika
tampil di depan teman-temannya. Siswa kurang memiliki rasa percaya diri
dalam berbicara. Rendahnya rasa percaya diri dalam diri siswa disebabkan
oleh kurangnya persiapan dan kurangnya pemahaman terhadap unsur
kebahasaan dan nonkebahasaan yang berpengaruh dalam pembelajaran
keterampilan berbicara. Selain itu, rasa kurang percaya diri juga dikarenakan
oleh rendahnya pemahaman siswa terhadap komponen isi dan kurangnya
pengalaman tampil berbicara di depan umum.
6. Hubungan/Interaksi antara Guru dan Murid
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan/interaksi antara guru
dan siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara tergolong kurang. Hal
ini dibuktikan dengan tidak adanya tuntunan saat siswa sedang menyusun
pembicaraannya. Selain itu, guru jarang melakukan interaksi dalam bentuk
tanya jawab. Alasan guru melakukan hal tersebut adalah karena siswa
cenderung diam ketika diminta untuk menjawab pertanyaan ataupun
mengajukan pendapat.
7. Penggunaan Metode Mengajar
Metode pembelajaran yang sudah digunakan guru dalam pembelajaran
keterampilan berbicara adalah metode ceramah, penugasan, tanya jawab,
dan diskusi. Dari metode-metode tersebut, diakui guru bahwa metode
ceramahlah paling banyak digunakan. Penggunaan metode ceramah yang
mendominasi pembelajaran tampaknya telah menjadi salah satu faktor
penyebab
kesulitan
belajar
siswa
dalam
berbicara.
8. Penggunaan Media Pembelajaran
pembelajaran
keterampilan
Dari hasil wawancara dengan siswa dan guru diperoleh hasil bahwa guru
belum menggunakan media dalam pembelajaran. Ketiadaan media dalam
pembelajaran diakui siswa bahwa mereka merasa tidak bersemangat dalam
pembelajaran berbicara. Kurang bersemangatnya peserta didik berdampak
pada hasil belajar keterampilan berbicara yang masih rendah.
9. Hubungan/Interaksi antara Siswa dan Siswa
Dari hasil wawancara dengan siswa dan guru diperoleh hasil bahwa
dalam pembelajaran keterampilan berbicara, hubungan/interaksi antara
siswa dan siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang sibuk
dengan pekerjaannya sendiri dan enggan berdiskusi dengan temannya. Dari
hasil wawancara baik dengan siswa maupun guru terlihat bahwa sikap siswa
pasif dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan yang dilakukan terhadap
faktor penyebab kesulitan belajar siswa terungkap bahwa dari sembilan
faktor tersebut, faktor yang paling dominan menyebabkan kesulitan belajar
siswa kelas VIIE SMPN 5 Negara dalam pembelajaran keterampilan berbicara
adalah faktor sikap mental. Hal ini tampak dari hasil observasi dan
wawancara terhadap guru dan siswa. Rasa malu, takut, cemas, dan tidak
percaya
diri
mengakibatkan
siswa
sangat
tertekan
dalam
mengikuti
pembelajaran.
Strategi Guru untuk Mengatasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Siswa
dalam
Pembelajaran
Keterampilan
Berbicara
Guru
dalam
pembelajaran keterampilan berbicara telah menerapkan berbagai strategi
untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Strategi yang diterapkan oleh guru
adalah strategi pembelajaran langsung (ekspositori), strategi pembelajaran
yang berpusat pada guru (teacher center strategies), strategi pembelajaran
deduksi, dan strategi pembelajaran heuristik yang diimplementasikan
dengan berbagai metode, teknik, dan media pembelajaran serta dengan
menerapkan aspek-aspek penilaian tertentu.
4. Analisa
Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis
dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.27[27] Sedangkan
pada penelitian ini membahas mengenai kesulitan belajar dalam pembelajaran keterampilan
berbicara atau penggunaan bahasa ujaran, dalam hal ini yaitu proses psikologis dasar
penggunaan bahsa ujaran. Kesulitan belajar merupakan keadaan dimana siswa mengalami
hambatan dalam proses belajar yang muncul karena beberapa faktor.
Berdasarkan hasil penelitian di atas faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar dalam pembelajaran keterampilan berbicara adalah motif/motivasi,
kebiasaan
belajar,
penguasaan
komponen
kebahasaan,
penguasaan
komponen isi, sikap mental, hubungan/interaksi antara guru dan murid,
27[27] Mulyono Abdurrahman, Op. Cit., h. 7-8.
penggunaaan metode mengajar, penggunaaan media pembelajaran dan
hubungan/interaksi antara siswa dan siswa.
Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor kesulitan belajar ada dua macam,
yaitu faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa 28[28]. Dari hasil temuan
dalam penelitian di atas faktor intern siswa meliputi motivasi, kebiasaan
belajar, penguasaan komponen kebahasaan, penguasaan komponen isi, dan
sikap mental. Dan faktor ekstern siswa meliputi hubungan/interaksi antara
guru dan murid, penggunaaan metode mengajar, penggunaaan media
pembelajaran dan hubungan/interaksi antara siswa dan siswa.
Motivasi menjadi salah satu beberapa faktor kesulitan belajar, karena
motivasi
diakui
sebagai
dasar
penggerak
yang
mendorong
aktivitas
belajar29[29]. Jika motivasi rendah pada suatu subjek belajar, siswa akan
cenderung mengacuhkannya dan akan menimbulkan hasil belajar yang tidak
optimal. Motivasi juga mempengaruhi prestasi belajar, tinggi rendahnya
motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seorang
anak didik.30[30]
Kebiasaan belajar yaitu siswa yang belajar hanya pada waktu yang
telah ditentukan oleh sekolah dan tehnik belajar yang digunakan kurang
tepat seperti dengan menghafal. Padahal keterampilan membutuhkan proses
belajar yang berbasis pada praktek dan latihan yang dilakukan secara
berkelanjutan dan ajeg. Dan
keterampilan bahasa tentu membutuhkan
penguasaan komponen kebahasaan dan penguasaan komponen isi. Dua hal
ini merupakan hal dasar dalam keterampilan berbicara. Sedangkan untuk
sikap mental berupa kecemasan yang dapat berupa kurangnya penguasaan
komponen kebahasaan dan penguasaan komponen isi. Sedangkan menurut
Oemar Hamalik kecemasan akan menimbulkan kesulitan belajar. 31[31]
Interaksi dalam pembelajaran sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran baik interaksi antara guru dengan siswa maupun antara
sesama siswa, mengingat pemebelajaran di sini siswa bukan belajar sendiri.
Keterampilan berbicara membutuhkan stimulus, karena keterampilan ini
dapat dimanifestasikan melalui interaksi lebih dari satu individu. Saat
stimulus tidak ditemukan maka siswa akan cenderung pasif. Penggunaaan
metode mengajar dan penggunaaan media pembelajaran yang tidak
mendukung menjadikan suatu kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan
lancar. Karena keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh bagaimana
seorang guru menyampaikan materi tersebut. Jika suatu materi disamaikan
28[28] Muhibbin Syah, Op. Cit., h.173.
29[29] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008), h. 153.
30[30] Ibid., h. 155.
31[31] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009) h. 181.
dengan metode yang tidak tepat maka terjadi kemungkinan materi tersebut
tidak akan diterima oleh siswa dengan baik.
Dalam penelitian ini solusi yang ditawarkan hanya memperhatikan
penggunaan
strategi,
metode,
dan
fasilitas.
Akan
tetapi
sebelum
menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar guru perlu
terlebih
dahulu
melakukan
identifikasi
terhadap
fenomena
yang
menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda setiap
siswa. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri
atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya
kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Langkah-langkah
diagnosis kesulitan belajar yaitu: 1) identifikasi, 2) menentukan prioritas, 3)
menentukan potensi, 4) menentukan taraf kemampuan dalam bidang yang
perlu diremediasi, 5) menetukan gejala kesulitan, 6) menganalisis faktorfaktor yang terkait, 7) menyusun rekomendasi untuk pengajaran. 32[32]
JURNAL PENELITIAN KEDUA
1. Deskripsi Identitas Penelitian
Jurnal ini disusun oleh Diah Putri Lestari, mahasiswa Fakultas Keguruan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2012,
dengan
judul
penelitian
“Deskripsi
Kesulitan
Belajar
pada
Operasi
Penjumlahan dengan Teknik Menyimpan Siswa Kelas I SD Negeri 3 Panjer
Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012”. Jenis
dari penelitian ini bersifat kualitatif.
2. Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri
(SDN) 3 Panjer Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen. Subjek penelitian
adalah siswa kelas I SDN 3 Panjer, Kecamatan Kebumen, Kabupaten
Kebumen tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 17 orang yang terdiri dari
9 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Sumber data penelitian berasal dari
guru dan siswa.
Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara
dan tes. Peneliti menggunakan instrumen yang berupa lembar pengamatan
observasi, wawancara, dokumentasi hasil belajar siswa dan tes. Data yang
berupa data kualitataif (berupa nilai) dianalisis dengan menggunakan
deskriptif komparatif, sedangkan data yang berupa data kualitatif hasil
wawancara menggunakan deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi
dan refleksi dari tiap-tiap siklus. Prosedur penelitian meliputi empat tahapan
yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan
tahap refleksi.
3. Hasil Penelitian
32[32] Mulyono Abdurrahman, Op.Cit., h. 21.
Hasil penelitian dari jurnal ini yaitu: 33[33]
Peneliti melakukan perbandingan hasil evalusi siswa untuk mengetahui
seberapa banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar penjumlahan
dengan
teknik
menyimpan.
Pada
siklus
pertama
peneliti
melakukan
pembelajaran dengan materi nama bilangan, lambang bilangan, nilai tempat
dan menguraikan bentuk panjang. Pada siklus pertama ada siswa yang
mengalami kesulitan belajar operasi penjumlahan teknik menyimpan karena
belum lancar dalam membaca.
Hasil pada siklus pertama menjadikan peneliti melanjutkan penelitian
pada siklus kedua dengan melakukan penjumlahan teknik menyimpan
dengan bersusun panjang. Menurut Wahyudin (2008: 10) bahwa “Pada
kanak-kanak dan kelas I suatu himpunan dikembangkan dengan objek-objek
yang nyata”. Oleh karena itu, peneliti menambah media rak nilai tempat
dalam pembelajaran. Peneliti juga mengajarkan operasi hitung dengan cara
pengelompokkan. Melihat kekeliruan siswa yaitu belum memahami nilai
tempat dan menggunakan proses yang keliru dalam melakukan penjumlahan
menyimpan dengan bersusun panjang, sesuai dengan yang diuraikan
Mulyono Abdurrahman (2003: 261) bahwa ”Anak mengalami kesulitan
belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam me-ngenal dan
menggunakan simbol-simbol dalam matematika seperti +, -, =, dan lain
sebagainya”.
Peneliti
menyimpan
melakukan
dengan
siklus
cara
ketiga
bersusun
yaitu
pendek.
melakukan
Kesulitan
penjumlahan
siswa
dalam
mengerjakan penjumlahan teknik menyimpan dengan bersusun pendek
sesuai
dengan
pernyataan
Mulyono
Abdurrahman
(2003:
262-263)
“Kekurangan pemahaman tentang simbol, nilai tempat, penggunaan proses
yang keliru, perhitungan dan tulisan yang tidak dapat dibaca merupakan
kekeliruan umum yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas
dalam bidang studi matematika”.
4. Analisa
Berdasarkan hasil penelitian di atas hal yang menimbulkan kesulitan
belajar
kesulitan
belajar
pada
operasi
penjumlahan
dengan
teknik
menyimpan yaitu pada tahap anak kelas 1 SD anak belum memahami
makna simbo-simbol dalam matematika, anak juga belum belum lancar
membaca sedangkan sebelum anak mampu dalam keterampilan menghitung
anak perlu menguasai keterampilan membaca terlebih dahulu. Anak kelas 1
SD umumnya berusia antara 6 hingga 7 tahun. Menurut teori kognitif Jean
Piaget
usia
tersebut
bahkan
masih
pada
tahap
praoperasional
(praoperational stage) yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun 34[34].
33[33]
http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/download/304/163,
diakses pada hari Selasa 12 Mei 2015.
Dimana anak memang belum mampu mengkonservasi angka dalam tahap
ini.
Maka
dapat
disimpulkan
bahwa
faktor-faktor
yang
menimbulkan
kesulitan belajar pada penelitian di atas adalah faktor intern siswa yaitu
mengenai pemahaman mengenai nilai tempat pada instrumen operasi
penjumlahan dengan tehnik menyimpan dan pemahaman terhadap simbolsimbol matematika. Hal ini sesuai dengan pandapat Muhibbin Syah bahwa
salah satu faktor intern siswa yang menimbulkan kesulitan belajar yaitu
kekurangmampuan psiko-fisik siswa yang bersifat kognitif. 35[35] Sedangkan
untuk faktor ekstern pada penelitian di atas tidak ditemukan, karena media
yang dibutuhkan memang sudah sesuai tehnik yang digunakan.
JURNAL PENELITIAN KETIGA
1. Deskripsi Identitas Penelitian
Jurnal ini disusun oleh Meizuvan Khoirul Arief, Langlang Handayani dan
Pratiwi Dwijananti, yaitu para mahasiswa jurusan Fisika Universitas Negeri
Semarng Indonesia. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang
dipublikasikan pada tahun 2012.
2. Metode Penelitian
Pada penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus untuk mengetahui kesulitan belajar fisika siswa
RSMABI se Kota Semarang. Penelitian ini dilakukan di RSMABI Negeri se Kota
Semarang yang meliputi SMA Negeri 2 Semarang, SMA Negeri 4 Semarang.
Dalam penelitian ini, sampel sumber data dipilih secara purposive
sampling. Sampel pada penelitian ini dipilih untuk masing-masing RSMABI
adalah sebagai berikut: (1) SMA Negeri 2 Semarang sebanyak 3 kelas,
meliputi X-5, X-6, X-7, dan (2) SMA Negeri 4 Semarang sebanyak 4 kelas,
meliputi X-2, X-3, X-4, X-5. Dalam pengambilan data angket diambil data
untuk seluruh sampel yang berjumlah 224 siswa. Namun, untuk data hasil
tes uraian siswa diambil data sejumlah 60 siswa. Informasi atau data-data
dalam penelitian deskriptif diperoleh melalui dokumentasi dan angket. Data
yang diharapkan adalah dokumentasi berupa soal dan hasil tes soal uraian
siswa yang disertai langkah-langkah penyelesaiannya. Soal dianalisis dan
dikelompokkan ke dalam indikator-indikator kesulitan belajar sesuai dengan
teori yang digunakan. Hasil tes soal uraian siswa ini kemudian dianalisis dan
digunakan untuk memetakan kesulitan belajar fisika. Kumpulan data berupa
skor dianalisis untuk mengetahui persentase tingkat kesulitan belajar fisika
siswa. Sedangkan, angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket tertutup. Butir-butir pada angket digunakan untuk mengetahui faktor34[34] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), h. 130.
35[35] Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 173.
faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam mempelajari fisika yang
dipandang dari faktor intern dari dalam diri siswa dan faktor ekstern dari luar
diri siswa.
Penskoran dalam penelitian ini digunakan skala Likert. Pertanyaan atau
pernyataan pada angket berupa pernyataan positif dan negatif dengan skor
4,3,2,1 untuk pertanyaan atau pernyataan positif dan 1,2,3,4 untuk
pertanyaan atau pernyataan negatif. Kumpulan data berupa skor dianalisis
untuk mengetahui persentase setiap indikator, kemudian indikator-indikator
tersebut dikelompokkan ke dalam masing-masing faktor yang memuat
indikator tersebut. Skor jawaban tiap item yang dijawab siswa merupakan
data yang dianalisis untuk mengetahui faktor-faktor manakah yang menjadi
penyebab kesulitan belajar fisika pada siswa RSMABI.
3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian berdasarkan jurnal ini yaitu: 36[36]
Hasil tes soal uraian siswa digunakan untuk mengetahui tingkat
kesulitan belajar fisika yang dialami siswa RSMABI. Kesulitan belajar fisika
yang dapat dialami siswa dalam penelitian ini dapat dikategorikan menjadi 3
yaitu dapat dilihat pada tabel berikut:
N
Jenis Kesulitan
Presentase
Kriteria
o
1
2
3
Kesulitan berhitung
Penguasaan konsep
Mengartikan
lambang
(%)
39,97
46,42
27,97
Rendah
Sedang
Rendah
dan
mengkonservasi
satuan
Hal ini berarti siswa RSMABI mengalami kesulitan belajar dalam hal
penguasaan konsep. Jika ditinjau dari data yang diperoleh, kondisi tersebut
dimungkinkan terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang saling
berperan dalam menyebabkan kesulitan belajar pada siswa. Faktor-faktor ini
dapat diketahui melalui angket yang dibagikan dan diisi oleh siswa.
Pada aspek minat belajar menunjukkan bahwa perolehan persentase
untuk indikator kebiasaan belajar fisika sebesar 62,17% (kategori kuat
menyebabkan
kesulitan
belajar).
Diketahui
bahwa
siswa
kurang
mempersiapkan materi sebelum mengikuti pelajaran fisika.
Pada aspek bakat diperoleh persentase untuk indikator pemahaman
terhadap fisika sebesar 76,67% (kategori cukup menyebabkan kesulitan
belajar) dan kemampuan menyelesaikan soal fisika sebesar 73,88% (kategori
cukup menyebabkan kesulitan belajar). Siswa merasa lebih lambat dalam
36[36]
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej/article/viewFile/1354/1331,
pada hari Selasa 12 Mei 2015.
diakses
memahami materi fisika dan menyelesaikan persoalan fisika dibandingkan
mata pelajaran yang lainnya seperti biologi dan kimia.
Pada aspek motivasi diperoleh persentase untuk indikator perhatian
terhadap pembelajaran fisika sebesar 52,68% (kategori kuat menyebabkan
kesulitan belajar) dan usaha untuk belajar fisika sebesar 61,35% (kategori
kuat menyebabkan kesulitan belajar). Jika ada suatu materi yang tidak
dimengerti siswa saat pembelajaran fisika, siswa tidak berusaha bertanya
kepada guru. Selain itu, siswa cenderung diam dan tidak berusaha bertanya
kepada temannya yang telah mengerti materi fisika yang dijelaskan guru.
Hal ini ditambah dengan kurangnya usaha siswa dalam mempelajari materi
fisika yang menggunakan bahasa Inggris karena pada RSMABI menggunakan
pembelajaran secara bilingual. Dalam hal ini ditunjukkan dengan kurangnya
usaha siswa dalam menyediakan kamus untuk membantu memahami materi
fisika yang diajarkan menggunakan bahasa Inggris. Selanjutnya, dapat
ditunjukkan
pula
bahwa
siswa
kurang
memperhatikan
ketika
guru
mengajarkan materi fisika di kelas.
Pada aspek intelegensi diperoleh persentase untuk indikator kecakapan
dalam menyelesaikan persoalan fisika sebesar 74,61% (kategori cukup
menyebabkan kesulitan belajar), penguasaan bahasa Inggris sebesar 63,43%
(kategori cukup menyebabkan kesulitan belajar), dan intensitas mengikuti
remidi sebesar 74,33%. Siswa merasa mengalami kesulitan dan tidak
mampu
menyelesaikan
persoalan-persoalan
fisika.
Selain
itu,
siswa
mengalami kesulitan dalam memahami materi fisika yang disampaikan
secara bilingual. Selanjutnya, dari angket diperoleh data bahwa siswa sering
mengikuti remidi setiap diadakan evaluasi dalam pembelajaran fisika.
Aspek guru tidak boleh dilepaskan dalam fenomena kesulitan belajar
fisika yang dialami siswa khususnya dalam hal penguasaan konsep. Pada
aspek ini diperoleh persentase untuk indikator penggunaan metode belajar
sebesar
56,40%
(kategori
kuat
menyebabkan
kesulitan
belajar)
dan
penggunaan alat peraga sebesar 56,92% (kategori kuat menyebabkan
kesulitan belajar). Metode yang digunakan guru tidak bervariasi dan
cenderung menggunakan metode ceramah. Selain itu, guru masih kurang
dalam menggunakan laboratorium dalam kegiatan pembelajaran fisika.
Selanjutnya, guru masih kurang dalam menggunakan alat peraga baik itu
langsung maupun tidak langsung yang dapat ditampilkan melalui LCD.
Pada aspek aktivitas diperoleh persentase untuk indikator keaktifan
berorganisasi sebesar 50,78% (kategori kuat menyebabkan kesulitan belajar)
dan manajemen waktu belajar sebesar 57,70% (kategori kuat menyebabkan
kesulitan belajar). Siswa aktif mengikuti kegiatan keorganisasian dan hal ini
berimbas pada tidak teraturnya jadwal dalam belajar fisika.
Kesulitan belajar fisika pada siswa harus segera diatasi. Kesulitan
belajar fisika yang berkelanjutan menyebabkan siswa kesulitan dalam
memahami konsep-konsep fisika selanjutnya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan
guru
adalah
melakukan
diagnosis
yang
bertujuan
untuk
mengidentifikasi jenis dan penyebab kesulitan belajar. Untuk mendiagnosa
kesulitan belajar, guru dapat menduga ketika pembelajaran di kelas. Apabila
siswa tidak mampu memahami konsep yang baru diajarkan dan siswa terus
menerus meminta guru mengulangi dalam menjelaskan suatu konsep maka
siswa dapat dikatakan mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep
atau penjelasan guru masih sulit dipahami. Setelah penyebab kesulitan
diketahui, maka perlu direncanakan tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah belajar ini.
4. Analisa
Berdasarkan hasil penelitian di atas, beberapa faktor yang saling
berperan dalam menyebabkan kesulitan belajar pada siswa yaitu; pertama
aspek minat belajar pada indikator kebiasaan belajar fisika memilki pengaruh
kuat yang menyebabkan kesulitan belajar. Karena ketika siswa memiliki
minat belajar rendah ia akan menggunakan sedikit waktunya untuk
mempelajarinya.
Kedua aspek bakat pada indikator pemahaman terhadap fisika
memiliki cukup pengaruh menyebabkan kesulitan belajar dan kemampuan
menyelesaikan soal fisika memilki cukup pengaruh menyebabkan kesulitan
belajar. Karena pemahaman yang rendah yang menyebabkan kemampuan
menyelesaikan soal yang rendah pula akan berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Tingkat pemahaman siswa dapat diukur melaui kemampuan
menyelesaikan soal yang dimanestifikasikan berupa nilai.
Ketiga
aspek
motivasi
pada
indikator
perhatian
terhadap
pembelajaran fisika memiliki pengaruh kuat menyebabkan kesulitan belajar
dan usaha untuk belajar fisika memiliki pengaruh kuat menyebabkan
kesulitan belajar. Motivasi sangat berperan penting dalam proses belajar
siswa, karena merupakan dorongan bagi siswa untuk belajar. Motivasi
sebagai pendorong perbuatan, sesuatu yang akan dicari untuk memuaskan
rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. 37[37] Motivasi memiliki
pengaruh terhadap pembelajaran siswa yaitu meningkatkan usaha dan
energi.38[38] Ketika motivasi rendah maka hasil dari proses belajar siswa
akan tidak optimal.
37[37] Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., h. 157.
38[38] Jeanne Elis Ormrod, Psikologi Pendidikan, Membangun Siswa Tumbuh
dan Berkembang, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 59.
Keempat
aspek
intelegensi
pada
indikator
kecakapan
dalam
menyelesaikan persoalan fisika memiliki cukup pengaruh menyebabkan
kesulitan
belajar,
penguasaan
bahasa
Inggris
memiliki
pengaruh
menyebabkan kesulitan belajar, dan intensitas mengikuti remidi memiliki
pengaruh
kuat
menyebabkan
kesulitan
belajar.
Kapasitas
intelegensi
berpengaruh pada proses penerimaan materi belajar oleh siswa. Intelegensi
merupakan faktor intern siswa yang bersifat kognitif. Sebgaimana kutipan
Muhibbin
Syah
bahwa
faktor
intern
siswa
meliputi
gangguan
atau
kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni yang bersifat kognitif, seperti
rendahnya kapasitas intelegensi siswa, yang bersifat afektif, seperti labilnya
emosi dan sikap, yang bersifat psikomotor, seperti terganggunya alat-alat
indra penglihatan danpendengaran.39[39]
Kelima aspek guru pada indikator penggunaan metode belajar
memiliki pengaruh kuat menyebabkan kesulitan belajar dan penggunaan alat
peraga memiliki pengaruh kuat menyebabkan kesulitan belajar. Perlunya
kreativitas
guru
dalam
memilih
metode
dan
menggunakan
media
pendukung, karena hal ini akan berpengaruh pada efektivitas proses
pembelajaran.
Keenam aspek aktivitas pada indikator keaktifan berorganisasi
sebesar memiliki pengaruh kuat menyebabkan kesulitan belajar dan
manajemen waktu belajar memiliki pengaruh kuat menyebabkan kesulitan
belajar. Seorang siswa yang aktif berorganisasi tetapi tidak diimbangi
dengan manajemen waktu yang baik, maka akan menyita waktu yang
semestinya untuk belajar digunakan untuk kesibukan berorganisasi.
Cara untuk mengatasi kesulitan belajar yaitu melakukan diagnosis
yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan penyebab kesulitan belajar.
Setelah penyebab kesulitan diketahui, maka perlu direncanakan tindakan
yang tepat untuk mengatasi masalah belajar ini. Prosedur atau langkah-langkah
melaksanakan diagnosis kesulitan belajar yaitu; 1) mengidentifikasi peserta didik yang
diperkirakan mengalami kesulitan, belajar, 2) melokasisasi letak kesulitan belajar, 3) menentukan
faktor penyebab kesulitan belajar, 4) memperkirakan alternatif bantuan, 5) menetapkan
kemungkinan cara mengatasinya, 6) tindak lanjut.40[40]
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1.
Banyak definisi tentang kesulitan belajar tetapi secara umum dapat
dikemukakan empat kriteria :
39[39] Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 5.
40[40] Sugihartiono, Op. Cit., h. 149
a. Kemungkinan adanya disfungsi otak
b. Kesulitan dalam tugas-tugas akademik
c. Prestasi belajar yang rendah jauh dibawah kapasitas intelegensi yang
dimiliki
d.
Tidak
memasukkan
sebab-sebab
lain
seperti
gangguan
emosional,
hambatan sensoris, ketidak tepatan pembelajaran atau karena kemiskinan
budaya.
2. Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu
kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan dan kesulitan belajar akademik.
Kesulitan belajar juga dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Namun jika dilihat secara
detail akan menemukan berbagai faktor dan sumber yang juga sangat bervariasi dalam unsur dan
aspeknya.
3. Adanya diagnosis dalam kesulitan belajar, seorang guru agar bisa mengidentifikasi, memberikan
solusi, langkah serta penanganan yang tepat terhadap kesulitan belajar, sehingga kesulitan yang
dialami oleh siswa dapat teratasi dan mampu mendongkrak prestasi belajarnya.
4. Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan
belajar, karena keduanya saling berkaitan. Dan cara penanggulangannya
harus tepat, berjenjang dan terus menerus. Agar mendapat hasil yang
maksimal dalam proses belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 1998. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta.
PT Rineka Cipta.
Bahri Djamarah, Syaiful. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Desmita. 2013. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Elis Ormrod, Jeanne. 2009. Psikologi Pendidikan, Membangun Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jakarta: Erlangga
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Sugihartiono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press.
Syamsudin
Makmun,
Abin.
2009.
Psikologi
Kependidikan
Perangkat
Sistem
Pengajaran Modul. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Offset.
Tadjab. 1994. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya. Karya Abditama.
http : // www.psikologizone.com / macam – kesulitan – belajar – siswa /065111779
diakses pada hari Kamis 26 Maret 2015.
http : // makalahinyong.blogspot.com / 2014 / 01 / makalah – cara – mengatasi –
kesulitan .html diakses pada hari Kamis 26 Maret 2015.
http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_bahasa/article/viewFile/355/149, diakses pada hari
Selasa 12 Mei 2015.
http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/download/304/163,
diakses pada hari Selasa 12 Mei 2015.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja
akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak
jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik,
latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok
antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Sementara itu, penyelenggaran pendidikan di sekolah pada umumnya hanya ditunjukkan
kepada para siswa berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang
berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian, siswa yang berkategori “diluar rata-rata”
itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk
berkembang sesuai dengan kapasitasnya.
Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficult) yang
tidak hanya menimpa siswa yang berkemampuan rata-rata saja, akan tetapi juga yang
berkemampuan rendah dan yang berkemampuan tinggi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang ada, dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Bagaimana pengertian kesulitan belajar dan klasifikasinya?
Faktor-faktor apa saja yang menimbulkan kesulitan belajar?
Bagaimana diagnosis kesulitan belajar?
Bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability.
Terjemahan tersebut kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability artinya
ketidakmampuan.1[1] Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang tampak pada peserta didik yang
ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan. 2
[2]
Kesulitan belajar3[3] adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis
dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. 4[4]
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam
bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, menalar atau dalam bidang matematika.5[5]
Blassic dan Jones mengatakan bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya suatu
jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh
peserta didik (prestasi aktual). Dengan kata lain bahwa peserta didik dikatakan mengalami
kesulitan belajar bila prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kapasitas intelegensinya.6
[6]
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta
didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan
dalam belajar.
Kesulitan belajar tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orangorang yang memiliki intelegensi rata-rata hingga superior dalam berbagai kondisi. Kondisi
tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan, pekerjaan, sosialisasi atau segala
aktivitas sehari-hari.7[7]
Macam-macam kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang
sangat luas, diantaranya8[8] :
1[1] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
(Jakarta : PT Rineka Cipta, 1998), h. 6.
2[2] Sugihartiono,dkk, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : UNY Press, 2007),
h. 149.
3[3] Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United
States Office of Education (USOE) pada tahun 1977 yang dikenal dengan Public Law
(PL) 94-142, yang hampir identik dengan definisi yang dikemukakan oleh The
National Advisory Committee on Handicapped Children pada tahun 1967.
4[4] Mulyono Abdurrahman, Op.Cit., h. 7-8.
5[5] Kesulitan belajar menurut The National Joint Committee for Learning
Disabilities (NJCLD)
6[6] Sugihartiono,dkk, Op.Cit., h. 149-150.
7[7] Mulyono Abdurrahman, Op.Cit., h. 8.
8[8]http : // www.psikologizone.com / macam - kesulitan - belajar - siswa /
065111779 diakses pada hari Kamis 26 Maret 2015.
1. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya
lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
2. Learning disfunction adalah gejala dimana proses belajar yang dilakukan
siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut
tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau
gangguan psikologis lainnya.
3.
Underachiever merupakan siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat
potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergolong rendah.
4. Slow learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala
dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil
belajar di bawah potensi intelektualnya.
Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok :
a.
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning
disabilities), meliputi gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi
dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial juga dalam hal pemecahan masalah.
b. Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities), menunjuk pada adanya kegagalankegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan seperti
membaca, menulis dan matematika.9[9]
Misalnya untuk dapat menguasai soal matematika bentuk cerita, seorang anak harus
menguasai terlebih dahulu kemampuan membaca pemahaman. Untuk dapat membaca, seorang
sudah harus berkembang kemampuannya dalam melakukan diskriminasi visual maupun auditif,
serta kemampuan untuk memusatkan perhatian.
Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis,
sosiologis, maupun fisiologis. Hambatan tersebut menyebabkan prestasi
belajar siswa yang dicapai berada di bawah semestinya.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MENIMBULKAN KESULITAN BELAJAR
Fenomena kesulitan belajar (learning difficult) seorang siswa biasanya tampak jelas dari
menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat
dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti suka berteriakteriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering kabur
dari sekolah.
9[9] Ibid., h. 11.
Menurut Ross, kesulitan belajar banyak disebabkan oleh adanya gangguan
perkembangan dari penggunaan dan mempertahankan perhatian selektif.10[10]
Mengingat akan hal-hal tersebut, sudah tidak disangsingkan lagi bahwa didalam
pendidikan terdapat bermacam-macam kesulitan yang disebabkan oleh keadaan atau pembawaan
anak itu sendiri maupun oleh lingkungan dan atau oleh si pendidik sendiri.11[11]
Secara garis besar, faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam,
a.
1.
2.
3.
yakni faktor intern siswa12[12] dan faktor ekstern siswa13[13].
Faktor intern siswa14[14]
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko fisik siswa, yakni:
Yang bersifat kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas inteligensi siswa.
Yang bersifat afektif (ranah rasa), seperti labilnya emosi dan sikap.
Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan
pendengaran.
b. Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktifitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi:
1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan
rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman
sepermainan (peer group) yang nakal.
3. Lingkungan sekolah contohnya adalah kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti
dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah dan lain-lain.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga
menimbulkan kesulitan belajar siswa yaitu factor keturunan, kerusakan pada fungsi otak,
biokimia, deprivasi lingkungan15[15], kesalahan nutrisi. Diantara faktor-faktor yang dapat
dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability
(ketidakmampuan belajar).16[16]
Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya
keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:
1) Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.
2) Disgrafia (disgrapia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
3) Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum
sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya memiliki kecerdasan di atas
10[10] Perhatian selektif ialah kemampuan untuk memilih salah satu
diantara sejumlah rangsangan seperti rangsangan auditif, taktil, visual, dan
kinestetik yang mengenai manusia setiap saat.
11[11] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2007), hlm. 89.
12[12] Faktor intern yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari
dalam diri siswa sendiri.
13[13] Faktor ekstern yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari
luar diri siswa.
14[14] Mulyono Abdurrahman, Op.Cit., h. 13.
15[15] Deprivasi lingkungan yaitu pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial
yang merugikan perkembangan anak.
16[16] Ibid., h. 14.
rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin
hanya disebabkan oleh adanya minimal brain disfunction, yaitu gangguan ringan pada otak.17[17]
Sehingga berbagai faktor yang dialami oleh peserta didik yang telah disebutkan diatas
dalam kesulitan belajar sangat menentukan dan juga berpengaruh terhadap hasil belajar peserta
didik. Akan lebih baik jika faktor-faktor tersebut bisa dikenali sejak dini, guna dalam
penanganannya bisa lebih cepat dan efisien serta tidak menjadi masalah yang paten bagi peserta
didik sendiri.
2.3 DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar
siswa, guru sangat dianjurkan terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya
mengenal gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan
kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya
seperti ini disebut diagnosis18[18] yang bertujuan menetapkan “jenis
penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa.
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis.
Menurut Thorndike dan Hagen, diagnosis dapat diartikan sebagai upaya untuk
menemukan kelemahan atau penyakit (weakness and disease) apa yang dialami seseorang
dengan melalui pengujian mengenai gejala-gejalanya secara seksama.19[19]
Dengan demikian didalam melakukan diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasi
jenis atau karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan belajar (dengan
menghimpun dan mempergunakan berbagai data atau informasi selengkap dan seobjektif
mungkin) melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk memprediksi kemungkinankemungkinan dan juga menyarankan tindakan pemecahannya.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri
atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya
kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Langkah-langkah
diagnosis dalam kesulitan belajar :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Identifikasi
Menentukan prioritas
Menentukan potensi
Menentukan taraf kemampuan dalam bidang yang perlu diremediasi
Menetukan gejala kesulitan
Menganalisis faktor-faktor yang terkait
Menyusun rekomendasi untuk pengajaran20[20]
17[17] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2013), h.56
18[18] Ada dua tipe diagnosis, 1. Diagnosis etiologis yaitu giagnosis yang
bertujuan untuk mengetahui sumber penyebab orisinal dari kesulitan belajar. 2.
Diagnosis terapetik yaitu diagnosis yang berkaitan langsung dengan kondisi anak
pada saat sekarang dan sangat bermanfaat untuk menyusun program pengajaran
remedial.
19[19] Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009), h. 307.
20[20] Mulyono Abdurrahman, Op.Cit., h. 21.
Dalam melakukan diagnosis, ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh seorang guru bagi anak yang berkesulitan belajar, prinsipprinsip tersebut yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Terarah pada perumusan metode perbaikan
Efisien
Menggunakan catatan kumulatif
Memperhatikan berbagai informasi yang terkait
Valid dan reliabel
Penggunaan tes baku (kalau mungkin)
Penggunaan prosedur informal
Kuantitatif
Berkesinambungan.21[21]
Kasus kesulitan belajar dapat pula di deteksi dari catatan observasi
atau laporan proses kegiatan belajar yaitu :
1. Cepat lambat (berapa lama) menyelasaikan pekerjaan (tugasnya)
2. Ketekunan (persistency) dalam mengikuti pelajaran (berapa kali tidak hadir :
alpa, sakit, izin)
3. Partisipasi dan kontribusinya dalam pemecahan masalah atau mengerjakan
tugas kelompok
4. Kemampuan kerja sama dan penyesuaian sosialnya.22[22]
Sehingga bisa dikatakan jika kegiatan mendiagnosa yang dilakukan
oleh guru dalam menangani kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik
bisa berjalan dengan baik, itu akan berdampak pada proses penanganan
yang akan dilakukan serta keberhasilan proses belajar itu sendiri. Namun itu
juga akan berdampak sebaliknya jika seorang guru/pendidik salah atau
kurang tepat dalam melakukan diagnosa terhadap kesulian belajar murid.
2.4 CARA MENGATASI KESULITAN BELAJAR
Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor
kesulitan belajar. Banyak solusi yang ditawarkan oleh berbagai pihak dalam
mengatasi
kesulitan
belajar.
Menurut
Tadjab
langkah-langkah
untuk
mengatasi kesulitan belajar adalah sebagai berikut:23[23]
1. Pengumpulan Data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan
banyak informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu
diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan
data.
2. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul, selanjutnya diadakan pengolahan secara
cermat. Dalam pengolahan data langkah yang dapat ditempuh antara lain:
a. Identifikasi kasus
21[21] Ibid., h. 23.
22[22] Abin Syamsudin Makmun, Op.Cit., h. 315-316.
23[23]
hlm. 51-52.
Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994),
b. Membandingkan antar kasus
c. Membandingkan dengan hasil tes
d. Menarik kesimpulan
3. Diagnosis
Diagnosis
adalah
keputusan
(penentu)
mengenai
hasil
dari
pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).
b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab
kesulitan belajar.
c. Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar.
4. Pragnosis
Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap
diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan
ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk
membantu mengatasi masalahnya.
5. Treatment atau Perlakuan
Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak
yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan
program
yang
telah
disusun
pada
tahap
prognosis
tersebut.
Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan contohnya bimbingan
belajar kelompok, bimbingan belajar individual dan lain-lain.
6. Evaluasi
Evaluasi disini untuk mengetahui apakah treatment yang
telah
diberikan tersebut berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan
gagal sama sekali. Kalau ternyata treatment yang diberikan tidak berhasil,
maka diadakan pengecekan kembali.
Kemungkinan cara mengatasi kesulitan belajar sesuai dengan sifatsifat permasalahannya :24[24]
a. Jika kelemahannya menyeluruh dan bersumber kepada :
1. Kurikulum dan sistem pengajaran, maka perlu diadakan program pengajaran
khusus sebagai pengayaan sampai keterampilan dasar dan pola belajar
2.
siswa terpenuhi dan terkuasai.
Sistem evaluasi, maka perlu
dikembangkan
system
penilaian
diadakan
yang
peninjauan
bersifat
edukatif
kembali
yang
dan
dapat
menggairahkan siswa.
3. Faktor kondisional, maka komponen-komponen belajar mengajar pokok yang
disyaratkan (buku, laboratorium, dan lain-lain) perlu dipenuhi.
b. Jika kelemahannya hanya segmental dan sektoral pada bagian tertentu,
yang mungkin bersumber pada :
1. Metode belajar mengajar, maka akan mudah ditempuh remedial teaching
secara kelompok, baik dalam kelas sebagai keseluruhan maupun dalam
kelompok kecil.
2. Sistem penilaian, maka perlu diadakan penyesuaian dengan system yang
lazim berlaku disekolah yang bersangkutan.
24[24] Abin Syamsudin Makmun, Op.Cit., h. 334-335.
3. Penampilan dan sikap guru, maka perlu adanya perubahan pada diri guru.
Cara mengatasi kesulitan belajar yaitu :
1.
Salah satu upaya untuk mengatasi kesulitan belajar adalah dengan
meningkatkan motivasi belajar.
2.
Memiliki tujuan belajar dan sasaran yang hendak dicapai.
3.
Mengenali bakat dan minat.
4.
Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
5.
Catatlah keberhasilan belajar yang telah kamu capai sebagai alat pemacu
keberhasilan selanjutnya.
6.
Mintalah pertimbangan pada guru, teman, atau seseorang yang dirasa
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan belajar.
7.
Melengkapi sarana belajar.
8.
Memelihara kondisi kesehatan, hindari makanan yang beresiko merusak
otak.
9.
Mengatur waktu belajar di sekolah maupun di rumah.
10. Membuat rangkuman, skema dan catatan bagi pelajaran yang dianggap
penting atau sulit.
11. Ciptakan hubungan harmonis dengan guru, teman, maupun keluarga agar
tidak membebani pikiran dan perasaan.
12. Bergaullah dengan orang-orang yang mendukung keberhasilan belajar.
Adapun solusi yang diberikan oleh pihak BK dalam mengatasi
masalah belajar siswa, yaitu :
1.
Melakukan pendekatan terhadap siswa
2.
Pencarian data tentang masalah yaitu dengan berkomunikasi dengan orang
tua siswa dan wali kelas.
3.
Melakukan konsultasi secara privat.25[25]
2.5. PENELITIAN YANG RELEVAN
JURNAL PENELITIAN PERTAMA
1. Deskripsi Identitas Penelitian
Jurnal ini disusun oleh I Putu Mas Dewantara, mahasiswa Program Studi
Pendidikan
Bahasa
Universitas
Pendidikan
Ganesha,
dengan
judul
“Identifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Keterampilan Berbicara Siswa
Kelas VIIE SMPN 5 Negara dan Strategi Guru untuk Mengatasinya”. Jenis
penelitian ini bersifat kulalitatif, dan disusun pada tahun 2012.
2. Metode Penelitian
25[25]
http://makalahinyong.blogspot.com/2014/01/makalah-caramengatasi-kesulitan.html diakses pada hari Kamis 26 Maret 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Oleh karena itu, sumber
data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIE dan guru bahasa Indonesia
SMPN 5 Negara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
wawancara
dan
observasi.
Metode
wawancara
digunakan
untuk
mengumpulkan data mengenai kesulitan belajar siswa dan rasional guru
dalam
memilih
strategi
pembelajaran,
sedangkan
metode
observasi
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai strategi guru. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan analisis deskriptif kualitatif.
Analisis data dalam penelitian yang dilaksanakan ini berlangsung bersamaan
dengan proses pengumpulan data. Pengolahan data tersebut di antaranya
adalah melalui tiga tahap model alir, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi data. Teknik yang digunakan dalam memeriksa keabsahan data
dan kejenuhan data dalam penelitian ini adalah ketekunan pengamatan dan
triangulasi data. Triangulasi data yang dilaksanakan menggunakan dua cara,
yaitu melalui sumber dan teori.
3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari jurnal ini yaitu sebagai berikut: 26[26]
Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Keterampilan Berbicara
1. Motif/Motivasi
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
motif/motivasi
siswa
yang
mengalami kesulitan belajar dalam pembelajaran keterampilan berbicara
tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya ketertarikan siswa
dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan bahwa siswa kurang bergairah mengikuti pembelajaran
walaupun siswa mengetahui pentingnya memiliki keterampilan berbicara.
2. Kebiasaan Belajar
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan belajar siswa yang
mengalami kesulitan dalam pembelajaran keterampilan berbicara tergolong
kurang baik. Siswa belajar hanya mengikuti jadwal yang ada di sekolah dan
itupun dilakukan secara tidak teratur. Dilihat dari cara belajar siswa kelas
VIIE
SMPN
5
Negara,
siswa-siswa
yang
mengalami
kesulitan
dalam
pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan metode menghafal
dalam belajarnya. Bahkan, banyak yang mengakui hanya belajar dengan
teknik membaca dalam hati. Penggunaan teknik membaca dalam hati
tentunya kurang tepat digunakan untuk melatih keterampilan berbicara,
khususnya dalam melatih pelafalan kata-kata.
3. Penguasaan Komponen Kebahasaan
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa mengenai
komponen kebahasaan, yaitu menyangkut (a) lafal, nada, intonasi, sendi,
26[26]http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_bahasa/article/viewFile/355/149, diakses pada hari Selasa
12 Mei 2015.
durasi, (b) diksi, (c) struktur kebahasaan, dan (d) gaya bahasa masih sangat
rendah. Yang menjadi tujuan utama siswa ketika berbicara di depan kelas
adalah
dapat
dengan
cepat
menyelesaikan
pembicaraannya. Hal
ini
berakibat pada lafal, nada, sendi, dan durasi yang sering diabaikan siswa.
Komponen kebahasaan yang juga memengaruhi kesulitan belajar dalam
pembelajaran berbicara adalah diksi. Siswa sering merasa kehabisan katakata dalam menyampaikan pembicaraannya. Bahkan, penggunaan kosa kata
bahasa Bali kerap ditemui pada tuturan siswa karena siswa merasa kesulitan
dalam mencari padanan bahasa Indonesianya.
4. Penguasaan Komponen Isi
Dari empat komponen isi yang terdiri atas (1) hubungan isi dengan
topik, (2) struktur isi, (3) kualitas isi, dan (4) kuantitas isi, hanya penguasaan
komponen isi ‘hubungan isi dengan topik’ yang menunjukkan penguasaan
yang memadai. Melihat hasil temuan dari komponen isi tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa rendahnya kemampuan penguasaan komponen isi
siswa kelas VIIE SMPN 5 Negara merupakan salah satu faktor penyebab
kesulitan belajar keterampilan berbicara siswa.
5. Sikap Mental
Penelitian ini menemukan bahwa siswa malu, takut, dan gerogi ketika
tampil di depan teman-temannya. Siswa kurang memiliki rasa percaya diri
dalam berbicara. Rendahnya rasa percaya diri dalam diri siswa disebabkan
oleh kurangnya persiapan dan kurangnya pemahaman terhadap unsur
kebahasaan dan nonkebahasaan yang berpengaruh dalam pembelajaran
keterampilan berbicara. Selain itu, rasa kurang percaya diri juga dikarenakan
oleh rendahnya pemahaman siswa terhadap komponen isi dan kurangnya
pengalaman tampil berbicara di depan umum.
6. Hubungan/Interaksi antara Guru dan Murid
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan/interaksi antara guru
dan siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara tergolong kurang. Hal
ini dibuktikan dengan tidak adanya tuntunan saat siswa sedang menyusun
pembicaraannya. Selain itu, guru jarang melakukan interaksi dalam bentuk
tanya jawab. Alasan guru melakukan hal tersebut adalah karena siswa
cenderung diam ketika diminta untuk menjawab pertanyaan ataupun
mengajukan pendapat.
7. Penggunaan Metode Mengajar
Metode pembelajaran yang sudah digunakan guru dalam pembelajaran
keterampilan berbicara adalah metode ceramah, penugasan, tanya jawab,
dan diskusi. Dari metode-metode tersebut, diakui guru bahwa metode
ceramahlah paling banyak digunakan. Penggunaan metode ceramah yang
mendominasi pembelajaran tampaknya telah menjadi salah satu faktor
penyebab
kesulitan
belajar
siswa
dalam
berbicara.
8. Penggunaan Media Pembelajaran
pembelajaran
keterampilan
Dari hasil wawancara dengan siswa dan guru diperoleh hasil bahwa guru
belum menggunakan media dalam pembelajaran. Ketiadaan media dalam
pembelajaran diakui siswa bahwa mereka merasa tidak bersemangat dalam
pembelajaran berbicara. Kurang bersemangatnya peserta didik berdampak
pada hasil belajar keterampilan berbicara yang masih rendah.
9. Hubungan/Interaksi antara Siswa dan Siswa
Dari hasil wawancara dengan siswa dan guru diperoleh hasil bahwa
dalam pembelajaran keterampilan berbicara, hubungan/interaksi antara
siswa dan siswa masih rendah. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang sibuk
dengan pekerjaannya sendiri dan enggan berdiskusi dengan temannya. Dari
hasil wawancara baik dengan siswa maupun guru terlihat bahwa sikap siswa
pasif dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan yang dilakukan terhadap
faktor penyebab kesulitan belajar siswa terungkap bahwa dari sembilan
faktor tersebut, faktor yang paling dominan menyebabkan kesulitan belajar
siswa kelas VIIE SMPN 5 Negara dalam pembelajaran keterampilan berbicara
adalah faktor sikap mental. Hal ini tampak dari hasil observasi dan
wawancara terhadap guru dan siswa. Rasa malu, takut, cemas, dan tidak
percaya
diri
mengakibatkan
siswa
sangat
tertekan
dalam
mengikuti
pembelajaran.
Strategi Guru untuk Mengatasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Siswa
dalam
Pembelajaran
Keterampilan
Berbicara
Guru
dalam
pembelajaran keterampilan berbicara telah menerapkan berbagai strategi
untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Strategi yang diterapkan oleh guru
adalah strategi pembelajaran langsung (ekspositori), strategi pembelajaran
yang berpusat pada guru (teacher center strategies), strategi pembelajaran
deduksi, dan strategi pembelajaran heuristik yang diimplementasikan
dengan berbagai metode, teknik, dan media pembelajaran serta dengan
menerapkan aspek-aspek penilaian tertentu.
4. Analisa
Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis
dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.27[27] Sedangkan
pada penelitian ini membahas mengenai kesulitan belajar dalam pembelajaran keterampilan
berbicara atau penggunaan bahasa ujaran, dalam hal ini yaitu proses psikologis dasar
penggunaan bahsa ujaran. Kesulitan belajar merupakan keadaan dimana siswa mengalami
hambatan dalam proses belajar yang muncul karena beberapa faktor.
Berdasarkan hasil penelitian di atas faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar dalam pembelajaran keterampilan berbicara adalah motif/motivasi,
kebiasaan
belajar,
penguasaan
komponen
kebahasaan,
penguasaan
komponen isi, sikap mental, hubungan/interaksi antara guru dan murid,
27[27] Mulyono Abdurrahman, Op. Cit., h. 7-8.
penggunaaan metode mengajar, penggunaaan media pembelajaran dan
hubungan/interaksi antara siswa dan siswa.
Menurut Muhibbin Syah faktor-faktor kesulitan belajar ada dua macam,
yaitu faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa 28[28]. Dari hasil temuan
dalam penelitian di atas faktor intern siswa meliputi motivasi, kebiasaan
belajar, penguasaan komponen kebahasaan, penguasaan komponen isi, dan
sikap mental. Dan faktor ekstern siswa meliputi hubungan/interaksi antara
guru dan murid, penggunaaan metode mengajar, penggunaaan media
pembelajaran dan hubungan/interaksi antara siswa dan siswa.
Motivasi menjadi salah satu beberapa faktor kesulitan belajar, karena
motivasi
diakui
sebagai
dasar
penggerak
yang
mendorong
aktivitas
belajar29[29]. Jika motivasi rendah pada suatu subjek belajar, siswa akan
cenderung mengacuhkannya dan akan menimbulkan hasil belajar yang tidak
optimal. Motivasi juga mempengaruhi prestasi belajar, tinggi rendahnya
motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seorang
anak didik.30[30]
Kebiasaan belajar yaitu siswa yang belajar hanya pada waktu yang
telah ditentukan oleh sekolah dan tehnik belajar yang digunakan kurang
tepat seperti dengan menghafal. Padahal keterampilan membutuhkan proses
belajar yang berbasis pada praktek dan latihan yang dilakukan secara
berkelanjutan dan ajeg. Dan
keterampilan bahasa tentu membutuhkan
penguasaan komponen kebahasaan dan penguasaan komponen isi. Dua hal
ini merupakan hal dasar dalam keterampilan berbicara. Sedangkan untuk
sikap mental berupa kecemasan yang dapat berupa kurangnya penguasaan
komponen kebahasaan dan penguasaan komponen isi. Sedangkan menurut
Oemar Hamalik kecemasan akan menimbulkan kesulitan belajar. 31[31]
Interaksi dalam pembelajaran sangat penting dalam kegiatan
pembelajaran baik interaksi antara guru dengan siswa maupun antara
sesama siswa, mengingat pemebelajaran di sini siswa bukan belajar sendiri.
Keterampilan berbicara membutuhkan stimulus, karena keterampilan ini
dapat dimanifestasikan melalui interaksi lebih dari satu individu. Saat
stimulus tidak ditemukan maka siswa akan cenderung pasif. Penggunaaan
metode mengajar dan penggunaaan media pembelajaran yang tidak
mendukung menjadikan suatu kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan
lancar. Karena keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh bagaimana
seorang guru menyampaikan materi tersebut. Jika suatu materi disamaikan
28[28] Muhibbin Syah, Op. Cit., h.173.
29[29] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008), h. 153.
30[30] Ibid., h. 155.
31[31] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2009) h. 181.
dengan metode yang tidak tepat maka terjadi kemungkinan materi tersebut
tidak akan diterima oleh siswa dengan baik.
Dalam penelitian ini solusi yang ditawarkan hanya memperhatikan
penggunaan
strategi,
metode,
dan
fasilitas.
Akan
tetapi
sebelum
menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar guru perlu
terlebih
dahulu
melakukan
identifikasi
terhadap
fenomena
yang
menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda setiap
siswa. Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri
atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya
kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Langkah-langkah
diagnosis kesulitan belajar yaitu: 1) identifikasi, 2) menentukan prioritas, 3)
menentukan potensi, 4) menentukan taraf kemampuan dalam bidang yang
perlu diremediasi, 5) menetukan gejala kesulitan, 6) menganalisis faktorfaktor yang terkait, 7) menyusun rekomendasi untuk pengajaran. 32[32]
JURNAL PENELITIAN KEDUA
1. Deskripsi Identitas Penelitian
Jurnal ini disusun oleh Diah Putri Lestari, mahasiswa Fakultas Keguruan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2012,
dengan
judul
penelitian
“Deskripsi
Kesulitan
Belajar
pada
Operasi
Penjumlahan dengan Teknik Menyimpan Siswa Kelas I SD Negeri 3 Panjer
Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012”. Jenis
dari penelitian ini bersifat kualitatif.
2. Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri
(SDN) 3 Panjer Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen. Subjek penelitian
adalah siswa kelas I SDN 3 Panjer, Kecamatan Kebumen, Kabupaten
Kebumen tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 17 orang yang terdiri dari
9 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Sumber data penelitian berasal dari
guru dan siswa.
Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara
dan tes. Peneliti menggunakan instrumen yang berupa lembar pengamatan
observasi, wawancara, dokumentasi hasil belajar siswa dan tes. Data yang
berupa data kualitataif (berupa nilai) dianalisis dengan menggunakan
deskriptif komparatif, sedangkan data yang berupa data kualitatif hasil
wawancara menggunakan deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi
dan refleksi dari tiap-tiap siklus. Prosedur penelitian meliputi empat tahapan
yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan
tahap refleksi.
3. Hasil Penelitian
32[32] Mulyono Abdurrahman, Op.Cit., h. 21.
Hasil penelitian dari jurnal ini yaitu: 33[33]
Peneliti melakukan perbandingan hasil evalusi siswa untuk mengetahui
seberapa banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar penjumlahan
dengan
teknik
menyimpan.
Pada
siklus
pertama
peneliti
melakukan
pembelajaran dengan materi nama bilangan, lambang bilangan, nilai tempat
dan menguraikan bentuk panjang. Pada siklus pertama ada siswa yang
mengalami kesulitan belajar operasi penjumlahan teknik menyimpan karena
belum lancar dalam membaca.
Hasil pada siklus pertama menjadikan peneliti melanjutkan penelitian
pada siklus kedua dengan melakukan penjumlahan teknik menyimpan
dengan bersusun panjang. Menurut Wahyudin (2008: 10) bahwa “Pada
kanak-kanak dan kelas I suatu himpunan dikembangkan dengan objek-objek
yang nyata”. Oleh karena itu, peneliti menambah media rak nilai tempat
dalam pembelajaran. Peneliti juga mengajarkan operasi hitung dengan cara
pengelompokkan. Melihat kekeliruan siswa yaitu belum memahami nilai
tempat dan menggunakan proses yang keliru dalam melakukan penjumlahan
menyimpan dengan bersusun panjang, sesuai dengan yang diuraikan
Mulyono Abdurrahman (2003: 261) bahwa ”Anak mengalami kesulitan
belajar matematika sering mengalami kesulitan dalam me-ngenal dan
menggunakan simbol-simbol dalam matematika seperti +, -, =, dan lain
sebagainya”.
Peneliti
menyimpan
melakukan
dengan
siklus
cara
ketiga
bersusun
yaitu
pendek.
melakukan
Kesulitan
penjumlahan
siswa
dalam
mengerjakan penjumlahan teknik menyimpan dengan bersusun pendek
sesuai
dengan
pernyataan
Mulyono
Abdurrahman
(2003:
262-263)
“Kekurangan pemahaman tentang simbol, nilai tempat, penggunaan proses
yang keliru, perhitungan dan tulisan yang tidak dapat dibaca merupakan
kekeliruan umum yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas
dalam bidang studi matematika”.
4. Analisa
Berdasarkan hasil penelitian di atas hal yang menimbulkan kesulitan
belajar
kesulitan
belajar
pada
operasi
penjumlahan
dengan
teknik
menyimpan yaitu pada tahap anak kelas 1 SD anak belum memahami
makna simbo-simbol dalam matematika, anak juga belum belum lancar
membaca sedangkan sebelum anak mampu dalam keterampilan menghitung
anak perlu menguasai keterampilan membaca terlebih dahulu. Anak kelas 1
SD umumnya berusia antara 6 hingga 7 tahun. Menurut teori kognitif Jean
Piaget
usia
tersebut
bahkan
masih
pada
tahap
praoperasional
(praoperational stage) yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun 34[34].
33[33]
http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/download/304/163,
diakses pada hari Selasa 12 Mei 2015.
Dimana anak memang belum mampu mengkonservasi angka dalam tahap
ini.
Maka
dapat
disimpulkan
bahwa
faktor-faktor
yang
menimbulkan
kesulitan belajar pada penelitian di atas adalah faktor intern siswa yaitu
mengenai pemahaman mengenai nilai tempat pada instrumen operasi
penjumlahan dengan tehnik menyimpan dan pemahaman terhadap simbolsimbol matematika. Hal ini sesuai dengan pandapat Muhibbin Syah bahwa
salah satu faktor intern siswa yang menimbulkan kesulitan belajar yaitu
kekurangmampuan psiko-fisik siswa yang bersifat kognitif. 35[35] Sedangkan
untuk faktor ekstern pada penelitian di atas tidak ditemukan, karena media
yang dibutuhkan memang sudah sesuai tehnik yang digunakan.
JURNAL PENELITIAN KETIGA
1. Deskripsi Identitas Penelitian
Jurnal ini disusun oleh Meizuvan Khoirul Arief, Langlang Handayani dan
Pratiwi Dwijananti, yaitu para mahasiswa jurusan Fisika Universitas Negeri
Semarng Indonesia. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang
dipublikasikan pada tahun 2012.
2. Metode Penelitian
Pada penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus untuk mengetahui kesulitan belajar fisika siswa
RSMABI se Kota Semarang. Penelitian ini dilakukan di RSMABI Negeri se Kota
Semarang yang meliputi SMA Negeri 2 Semarang, SMA Negeri 4 Semarang.
Dalam penelitian ini, sampel sumber data dipilih secara purposive
sampling. Sampel pada penelitian ini dipilih untuk masing-masing RSMABI
adalah sebagai berikut: (1) SMA Negeri 2 Semarang sebanyak 3 kelas,
meliputi X-5, X-6, X-7, dan (2) SMA Negeri 4 Semarang sebanyak 4 kelas,
meliputi X-2, X-3, X-4, X-5. Dalam pengambilan data angket diambil data
untuk seluruh sampel yang berjumlah 224 siswa. Namun, untuk data hasil
tes uraian siswa diambil data sejumlah 60 siswa. Informasi atau data-data
dalam penelitian deskriptif diperoleh melalui dokumentasi dan angket. Data
yang diharapkan adalah dokumentasi berupa soal dan hasil tes soal uraian
siswa yang disertai langkah-langkah penyelesaiannya. Soal dianalisis dan
dikelompokkan ke dalam indikator-indikator kesulitan belajar sesuai dengan
teori yang digunakan. Hasil tes soal uraian siswa ini kemudian dianalisis dan
digunakan untuk memetakan kesulitan belajar fisika. Kumpulan data berupa
skor dianalisis untuk mengetahui persentase tingkat kesulitan belajar fisika
siswa. Sedangkan, angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket tertutup. Butir-butir pada angket digunakan untuk mengetahui faktor34[34] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), h. 130.
35[35] Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 173.
faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam mempelajari fisika yang
dipandang dari faktor intern dari dalam diri siswa dan faktor ekstern dari luar
diri siswa.
Penskoran dalam penelitian ini digunakan skala Likert. Pertanyaan atau
pernyataan pada angket berupa pernyataan positif dan negatif dengan skor
4,3,2,1 untuk pertanyaan atau pernyataan positif dan 1,2,3,4 untuk
pertanyaan atau pernyataan negatif. Kumpulan data berupa skor dianalisis
untuk mengetahui persentase setiap indikator, kemudian indikator-indikator
tersebut dikelompokkan ke dalam masing-masing faktor yang memuat
indikator tersebut. Skor jawaban tiap item yang dijawab siswa merupakan
data yang dianalisis untuk mengetahui faktor-faktor manakah yang menjadi
penyebab kesulitan belajar fisika pada siswa RSMABI.
3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian berdasarkan jurnal ini yaitu: 36[36]
Hasil tes soal uraian siswa digunakan untuk mengetahui tingkat
kesulitan belajar fisika yang dialami siswa RSMABI. Kesulitan belajar fisika
yang dapat dialami siswa dalam penelitian ini dapat dikategorikan menjadi 3
yaitu dapat dilihat pada tabel berikut:
N
Jenis Kesulitan
Presentase
Kriteria
o
1
2
3
Kesulitan berhitung
Penguasaan konsep
Mengartikan
lambang
(%)
39,97
46,42
27,97
Rendah
Sedang
Rendah
dan
mengkonservasi
satuan
Hal ini berarti siswa RSMABI mengalami kesulitan belajar dalam hal
penguasaan konsep. Jika ditinjau dari data yang diperoleh, kondisi tersebut
dimungkinkan terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang saling
berperan dalam menyebabkan kesulitan belajar pada siswa. Faktor-faktor ini
dapat diketahui melalui angket yang dibagikan dan diisi oleh siswa.
Pada aspek minat belajar menunjukkan bahwa perolehan persentase
untuk indikator kebiasaan belajar fisika sebesar 62,17% (kategori kuat
menyebabkan
kesulitan
belajar).
Diketahui
bahwa
siswa
kurang
mempersiapkan materi sebelum mengikuti pelajaran fisika.
Pada aspek bakat diperoleh persentase untuk indikator pemahaman
terhadap fisika sebesar 76,67% (kategori cukup menyebabkan kesulitan
belajar) dan kemampuan menyelesaikan soal fisika sebesar 73,88% (kategori
cukup menyebabkan kesulitan belajar). Siswa merasa lebih lambat dalam
36[36]
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej/article/viewFile/1354/1331,
pada hari Selasa 12 Mei 2015.
diakses
memahami materi fisika dan menyelesaikan persoalan fisika dibandingkan
mata pelajaran yang lainnya seperti biologi dan kimia.
Pada aspek motivasi diperoleh persentase untuk indikator perhatian
terhadap pembelajaran fisika sebesar 52,68% (kategori kuat menyebabkan
kesulitan belajar) dan usaha untuk belajar fisika sebesar 61,35% (kategori
kuat menyebabkan kesulitan belajar). Jika ada suatu materi yang tidak
dimengerti siswa saat pembelajaran fisika, siswa tidak berusaha bertanya
kepada guru. Selain itu, siswa cenderung diam dan tidak berusaha bertanya
kepada temannya yang telah mengerti materi fisika yang dijelaskan guru.
Hal ini ditambah dengan kurangnya usaha siswa dalam mempelajari materi
fisika yang menggunakan bahasa Inggris karena pada RSMABI menggunakan
pembelajaran secara bilingual. Dalam hal ini ditunjukkan dengan kurangnya
usaha siswa dalam menyediakan kamus untuk membantu memahami materi
fisika yang diajarkan menggunakan bahasa Inggris. Selanjutnya, dapat
ditunjukkan
pula
bahwa
siswa
kurang
memperhatikan
ketika
guru
mengajarkan materi fisika di kelas.
Pada aspek intelegensi diperoleh persentase untuk indikator kecakapan
dalam menyelesaikan persoalan fisika sebesar 74,61% (kategori cukup
menyebabkan kesulitan belajar), penguasaan bahasa Inggris sebesar 63,43%
(kategori cukup menyebabkan kesulitan belajar), dan intensitas mengikuti
remidi sebesar 74,33%. Siswa merasa mengalami kesulitan dan tidak
mampu
menyelesaikan
persoalan-persoalan
fisika.
Selain
itu,
siswa
mengalami kesulitan dalam memahami materi fisika yang disampaikan
secara bilingual. Selanjutnya, dari angket diperoleh data bahwa siswa sering
mengikuti remidi setiap diadakan evaluasi dalam pembelajaran fisika.
Aspek guru tidak boleh dilepaskan dalam fenomena kesulitan belajar
fisika yang dialami siswa khususnya dalam hal penguasaan konsep. Pada
aspek ini diperoleh persentase untuk indikator penggunaan metode belajar
sebesar
56,40%
(kategori
kuat
menyebabkan
kesulitan
belajar)
dan
penggunaan alat peraga sebesar 56,92% (kategori kuat menyebabkan
kesulitan belajar). Metode yang digunakan guru tidak bervariasi dan
cenderung menggunakan metode ceramah. Selain itu, guru masih kurang
dalam menggunakan laboratorium dalam kegiatan pembelajaran fisika.
Selanjutnya, guru masih kurang dalam menggunakan alat peraga baik itu
langsung maupun tidak langsung yang dapat ditampilkan melalui LCD.
Pada aspek aktivitas diperoleh persentase untuk indikator keaktifan
berorganisasi sebesar 50,78% (kategori kuat menyebabkan kesulitan belajar)
dan manajemen waktu belajar sebesar 57,70% (kategori kuat menyebabkan
kesulitan belajar). Siswa aktif mengikuti kegiatan keorganisasian dan hal ini
berimbas pada tidak teraturnya jadwal dalam belajar fisika.
Kesulitan belajar fisika pada siswa harus segera diatasi. Kesulitan
belajar fisika yang berkelanjutan menyebabkan siswa kesulitan dalam
memahami konsep-konsep fisika selanjutnya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan
guru
adalah
melakukan
diagnosis
yang
bertujuan
untuk
mengidentifikasi jenis dan penyebab kesulitan belajar. Untuk mendiagnosa
kesulitan belajar, guru dapat menduga ketika pembelajaran di kelas. Apabila
siswa tidak mampu memahami konsep yang baru diajarkan dan siswa terus
menerus meminta guru mengulangi dalam menjelaskan suatu konsep maka
siswa dapat dikatakan mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep
atau penjelasan guru masih sulit dipahami. Setelah penyebab kesulitan
diketahui, maka perlu direncanakan tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah belajar ini.
4. Analisa
Berdasarkan hasil penelitian di atas, beberapa faktor yang saling
berperan dalam menyebabkan kesulitan belajar pada siswa yaitu; pertama
aspek minat belajar pada indikator kebiasaan belajar fisika memilki pengaruh
kuat yang menyebabkan kesulitan belajar. Karena ketika siswa memiliki
minat belajar rendah ia akan menggunakan sedikit waktunya untuk
mempelajarinya.
Kedua aspek bakat pada indikator pemahaman terhadap fisika
memiliki cukup pengaruh menyebabkan kesulitan belajar dan kemampuan
menyelesaikan soal fisika memilki cukup pengaruh menyebabkan kesulitan
belajar. Karena pemahaman yang rendah yang menyebabkan kemampuan
menyelesaikan soal yang rendah pula akan berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Tingkat pemahaman siswa dapat diukur melaui kemampuan
menyelesaikan soal yang dimanestifikasikan berupa nilai.
Ketiga
aspek
motivasi
pada
indikator
perhatian
terhadap
pembelajaran fisika memiliki pengaruh kuat menyebabkan kesulitan belajar
dan usaha untuk belajar fisika memiliki pengaruh kuat menyebabkan
kesulitan belajar. Motivasi sangat berperan penting dalam proses belajar
siswa, karena merupakan dorongan bagi siswa untuk belajar. Motivasi
sebagai pendorong perbuatan, sesuatu yang akan dicari untuk memuaskan
rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. 37[37] Motivasi memiliki
pengaruh terhadap pembelajaran siswa yaitu meningkatkan usaha dan
energi.38[38] Ketika motivasi rendah maka hasil dari proses belajar siswa
akan tidak optimal.
37[37] Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., h. 157.
38[38] Jeanne Elis Ormrod, Psikologi Pendidikan, Membangun Siswa Tumbuh
dan Berkembang, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 59.
Keempat
aspek
intelegensi
pada
indikator
kecakapan
dalam
menyelesaikan persoalan fisika memiliki cukup pengaruh menyebabkan
kesulitan
belajar,
penguasaan
bahasa
Inggris
memiliki
pengaruh
menyebabkan kesulitan belajar, dan intensitas mengikuti remidi memiliki
pengaruh
kuat
menyebabkan
kesulitan
belajar.
Kapasitas
intelegensi
berpengaruh pada proses penerimaan materi belajar oleh siswa. Intelegensi
merupakan faktor intern siswa yang bersifat kognitif. Sebgaimana kutipan
Muhibbin
Syah
bahwa
faktor
intern
siswa
meliputi
gangguan
atau
kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni yang bersifat kognitif, seperti
rendahnya kapasitas intelegensi siswa, yang bersifat afektif, seperti labilnya
emosi dan sikap, yang bersifat psikomotor, seperti terganggunya alat-alat
indra penglihatan danpendengaran.39[39]
Kelima aspek guru pada indikator penggunaan metode belajar
memiliki pengaruh kuat menyebabkan kesulitan belajar dan penggunaan alat
peraga memiliki pengaruh kuat menyebabkan kesulitan belajar. Perlunya
kreativitas
guru
dalam
memilih
metode
dan
menggunakan
media
pendukung, karena hal ini akan berpengaruh pada efektivitas proses
pembelajaran.
Keenam aspek aktivitas pada indikator keaktifan berorganisasi
sebesar memiliki pengaruh kuat menyebabkan kesulitan belajar dan
manajemen waktu belajar memiliki pengaruh kuat menyebabkan kesulitan
belajar. Seorang siswa yang aktif berorganisasi tetapi tidak diimbangi
dengan manajemen waktu yang baik, maka akan menyita waktu yang
semestinya untuk belajar digunakan untuk kesibukan berorganisasi.
Cara untuk mengatasi kesulitan belajar yaitu melakukan diagnosis
yang bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan penyebab kesulitan belajar.
Setelah penyebab kesulitan diketahui, maka perlu direncanakan tindakan
yang tepat untuk mengatasi masalah belajar ini. Prosedur atau langkah-langkah
melaksanakan diagnosis kesulitan belajar yaitu; 1) mengidentifikasi peserta didik yang
diperkirakan mengalami kesulitan, belajar, 2) melokasisasi letak kesulitan belajar, 3) menentukan
faktor penyebab kesulitan belajar, 4) memperkirakan alternatif bantuan, 5) menetapkan
kemungkinan cara mengatasinya, 6) tindak lanjut.40[40]
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1.
Banyak definisi tentang kesulitan belajar tetapi secara umum dapat
dikemukakan empat kriteria :
39[39] Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 5.
40[40] Sugihartiono, Op. Cit., h. 149
a. Kemungkinan adanya disfungsi otak
b. Kesulitan dalam tugas-tugas akademik
c. Prestasi belajar yang rendah jauh dibawah kapasitas intelegensi yang
dimiliki
d.
Tidak
memasukkan
sebab-sebab
lain
seperti
gangguan
emosional,
hambatan sensoris, ketidak tepatan pembelajaran atau karena kemiskinan
budaya.
2. Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu
kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan dan kesulitan belajar akademik.
Kesulitan belajar juga dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Namun jika dilihat secara
detail akan menemukan berbagai faktor dan sumber yang juga sangat bervariasi dalam unsur dan
aspeknya.
3. Adanya diagnosis dalam kesulitan belajar, seorang guru agar bisa mengidentifikasi, memberikan
solusi, langkah serta penanganan yang tepat terhadap kesulitan belajar, sehingga kesulitan yang
dialami oleh siswa dapat teratasi dan mampu mendongkrak prestasi belajarnya.
4. Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan
belajar, karena keduanya saling berkaitan. Dan cara penanggulangannya
harus tepat, berjenjang dan terus menerus. Agar mendapat hasil yang
maksimal dalam proses belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 1998. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta.
PT Rineka Cipta.
Bahri Djamarah, Syaiful. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Desmita. 2013. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Elis Ormrod, Jeanne. 2009. Psikologi Pendidikan, Membangun Siswa Tumbuh dan
Berkembang. Jakarta: Erlangga
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Sugihartiono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press.
Syamsudin
Makmun,
Abin.
2009.
Psikologi
Kependidikan
Perangkat
Sistem
Pengajaran Modul. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Offset.
Tadjab. 1994. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya. Karya Abditama.
http : // www.psikologizone.com / macam – kesulitan – belajar – siswa /065111779
diakses pada hari Kamis 26 Maret 2015.
http : // makalahinyong.blogspot.com / 2014 / 01 / makalah – cara – mengatasi –
kesulitan .html diakses pada hari Kamis 26 Maret 2015.
http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_bahasa/article/viewFile/355/149, diakses pada hari
Selasa 12 Mei 2015.
http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/download/304/163,
diakses pada hari Selasa 12 Mei 2015.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.