Pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM Terhad
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan nikmat-Nyalah
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah Kewarganegaraan ini, yang
diberikan oleh Ibu Heny Mulyani, M.Pd selaku dosen Kewarganegaraan.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan
pada semester II. Makalah ini berjudul “Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap
Kaum Perempuan dan Anak-Anak”.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa buku dan
beberapa website yang membahas tentang materi yang berkaitan. Kami selaku penyusun makalah
ini sangat berterimakasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk
mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan kami yang
masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak kekurangan
yang ditemukan, oleh karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami
mengharapkan ada kritik dan saran dari pembaca dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya.
Bandung,
Februari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
1.1.
Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2.
Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3.
Ruang Lingkup Materi .................................................................................................................. 2
1.4.
Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II ISI .................................................................................................................................................... 3
2.1.
Pengertian dasar ............................................................................................................................ 3
2.2.
Faktor Terjadinya Pelanggaran HAM terhadap perempuan dan anak .......................................... 4
2.3.
Pelanggaran HAM ........................................................................................................................ 5
2.4.
Upaya Penanggulangan Pelanggaran HAM .................................................................................. 7
2.5.
Tindak Pidana HAM terhadap perempuan dan anak .................................................................. 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 12
3.1.
Kesimpulan ................................................................................................................................. 12
3.2.
Saran ........................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 13
Telkom University
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hak merupakan unsur yang melekat pada diri manusia sejak manusia tersebut
masih dalam kandungan sampai akhirnya ia meninggal. Di dalam masyarakat, sering
dilakukan upaya untuk memenuhi Hak Asasi Manusia oleh setiap orangnya, dan karena
pemenuhan hak tersebut, mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak terhadap individu
yang lain.
Berbicar amengenai Hak Asasi Manusia (HAM), saat ini banyak terjadi kasus
pelanggaran HAM terhadap perempuan dan anak-anak. Kasus yang sering terjadi adalah
kekerasan pada perempuan dan anak-anak. Kekerasan terhadap perempuan dewasa ini
bukan hanya sebagai masalah individu, tetapi juga masalah nasional bahkan internasional.
Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi dimana saja dan oleh siapa saja. Hal itu
tentunya memprihatinkan.
Selain masalah pelanggaran HAM terhadap kaum perempuan, terjadi pula
pelanggaran HAM terhadap anak-anak. Masa depan bangsa berada pada kesejahteraan
anak-anak. Saat ini banyak terjadi pelanggaran terhadap hak anak. Banyak anak yang
ditelantarkan sehingga menjadi anak jalanan, buruh upah bahkan menjadi pengemis.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul
“Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap Perempuan dan Anak”.
1.2.
Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan dalam makalah ini adalah:
1. Apa faktor yang mendorong terjadinya pelanggaran HAM terhadap kaum perempuan
dan anak-anak?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pelanggaran HAM terhadap perempuan dan anak?
3. Bagaimana upaya penanggulangan pelangaran HAM tersebut?
4. Bagaimana tindak pidana mengenai pelanggaran HAM?
Telkom University
1
1.3.
Ruang Lingkup Materi
Makalah ini mencakup pelanggaran HAM pada kaum perempuan dan anak-anak,
factor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM, cara yang dapat digunakan untuk
menanggulangi pelanggaran HAM, serta bentuk-bentuk pelanggaran HAM terhadap kaum
perempuan dan anak-anak.
1.4.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Menambah pengetahuan tentang pelanggaran HAM.
3. Mengetahui cara menanggulangi pelanggaran HAM.
Telkom University
2
BAB II ISI
2.1.
Pengertian dasar
Menurut Pasal 1 UU No. 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Menurut pendapat Jan Materson (dari Komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM
adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat
hidup sebagai manusia.
Hak asasi perempuan merupakan bagian dari hak asasi manusia. Penegakan hak
perempuan merupakan bagian dari penegakan hak asasi manusia. Seseuai dengan
komitmen internasional dalam Deklarasi PBB 1993, maka perlindungan, pemenuhan dan
penghormatan hak asasi perempuan adalah tanggung jawab semua pihak baik lembagalembaga negara (eksekutif, legislatif, yudikatif) maupun partai politik dan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM). Bahkan warga negara secara perorangan punya tanggung
jawab untuk melindungi dan memenuhi hak asasi perempuan.
Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 tahun dan belum menikah,
termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi
kepentingannya. Hak anak dilindungi di dalam pasal 28 (B)(2) UUD 1945 yang berbunyi
setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Menurut Pasal 1 No. 39 Tahun 1999, pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun
tidak sengaja, atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku.
Telkom University
3
2.2.
Faktor Terjadinya Pelanggaran HAM terhadap perempuan dan anak
Ada banyak faktor yang sangat berpengaruh untuk mengarahkan seseorang kepada
penyiksaan anak. Faktor yang paling umum adalah sebagai berikut:
1. Lingkaran kekerasan. Seseorang yang mengalami kekerasan semasa kecilnya
mempunyai kecenderungan untuk melakukan hal yang pernah dilakukan terhadap
dirinya kepada orang lain.
2. Stress dan kurangnya dukungan sosial. Menjadi orang tua maupun pengasuh dapat
menjadi sebuah pekerjaan yang menyita waktu dan sulit. Orang tua yang mengasuh
anak tanpa dukungan keluarga, teman atau masyarakat dapat mengalami stress berat.
3. Pecandu alcohol atau narkoba. Para pecandu alcohol dan narkoba seringkali tidak dapat
mengontrol emos dengan baik, sehingga kecenderungan melakukan penyiksaan lebih
besar.
4. Menjadi saksi kekerasan dalam rumah tangga, merupakan sebuah bentuk penyiksaan
anak secara emosional dan mengakibatkan penyiksaan anak secara fisik.
5. Kemiskinan dan akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan social.
6. Peningkatan krisis dan jumlah kekerasan di lingkungan sekitar mereka.
Sedangkan faktor yang menjadi penyebab pelanggaran HAM terhadap perempuan adalah:
1. Aspek budaya
Budaya yang memisahkan peran dan sifat gender laki-laki dan perempuan secara tajam
dan tidak setara. Padahal sekarang sudah digembor-gemborkan kesetaraan gender.
a. Laki-laki superior daripada perempuan.
b. Laki-laki dan perempuan mempunyai peran dan tempatya sendiri-sendiri.
c. Keluarga adalah wilayah pribadi dan ada di bawah kendali laki-laki.
2. Aspek ekonomi
Ketergantungan wanita secara ekonomi pada pria.
3. Aspek hukum
Status perempuan yang lebih lemah dalam peraturan perundang-undangan maupun
dalam praktek penegakan hukum. Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki
perempuan tentang hukum.
Telkom University
4
2.3.
Pelanggaran HAM
Berikut ini beberapa bentuk pelanggaran HAM pada anak:
1. Perdagangan anak
Perdagangan anak didefinisikan sebagai perekrutan, pemindahan, pengiriman,
penempatan atau menerima anak-anak di bawah umur untuk tujuan eksploitasi dan itu
menggunakan ancaman, kekerasan, ataupun pemaksaan lainnya seperti penculikan,
penipuan, kecurangan, penyalahgunaan wewenang maupun posisi penting. Juga
memberi atau menerima uang atau bantuan untuk mendapatkan persetujuan dari orang
yang menguasai penuh atas anak itu. Tujuan perdagangan anak untuk pekerjaan
(perbudakan dan tebusan), seksual (prostitusi dan pornografi anak), pekerjaan illegal
(mengemis dan perdagangan narkoba), adopsi, perjodohan.
Contoh kasusnya adalah bayi berusia satu bulan yang dijual secara online seharga
Rp25 juta oleh seorang penunggah iklan berinisial ZAH (Setyawan 2015). Penjualan
bayi yang berprofesi bidan, MS yang menjual tiga orang bayi (Panggabean 2015).
2. Banyak anak jalanan yang terlantar
Anak jalanan adalah seseorang yang berumur di bawah 18 tahun yang
menggunakan atau menghabiskan seluruh waktunya dengan melakukan kegiatan di
jalan untuk mendapatkan uang atau mempertahankan hidupnya. Penelantaran anak
jalanan dapat berupa kekerasan, eksploitasi seksual, seks bebas, penggunaan drugs, dan
tindakan criminal.
3. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual pada anak adalah kondisi dimana anak terlibat dalam aktivitas
seksual, anak sama sekali tidak menyadari dan mampu mengkomunikasikannya, atau
bahkan tidak tahu arti tindakan yang diterimanya. Jenis-jenis penyiksaan seksual:
a. Pelecehan seksual tanpa sentuhan. Anak melihat pornografi, atau exhibisionisme,
dsb.
b. Pelecehan seksual dengan sentuhan. Semua tindakan pelecehan orang dewasa
terhadap organ seksual anak tanpa mempunyai tujuan medis.
c. Eksploitasi seksual. Semua tindakan yang menyebabkan anak masuk dalam tujuan
prostitusi, atau menggunakan anak sebagai model foto atau film porno.
Telkom University
5
4. Pengabaian
Pengabaian termasuk penyiksaan secara pasif, yaitu segala ketiadaan perhatian
yang memadai baik fisik, emosi maupun social. Jenis-jenisnya adalah:
a. Pengabaian fisik. Misalnya terlambat mencari bantuan medis, pengawasan yang
kurang memadai, tidak tersedia kebutuhan akan rasa aman dalam keluarga.
b. Pengabaian pendidikan. Misalnya orang tua tidak memberikan fasilitas pendidikan
yang sesuai dengan bakat dan kemampuan anak.
c. Pengabaian emosi. Misalnya, orang tua tidak menyadari kehadiran anak ketika
bertengkar, pembedaan perlakuan dan kasih sayang orang tua terhadap anakanaknya.
d. Pengabaian fasilitas medis. Misalnya orang tua tidak menyediakan layanan medis
untuk anak meskipun secara finansial memadai.
5. Mempekerjakan anak di bawah umur
Menurut Pasal 68 UU No. 13 Tahun 2003, pengusaha dilarang mempekerjakan
anak. Namun dalam undang-undang yang sama pasal 69, 70, dan 71 menjelaskan
pengecualian bagi anak usia 13-15 tahun diizinkan melakukan pekerjaan ringan
sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan social.
Dan anak dengan usia minimum 14 tahun dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja
yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan dan anak dapat
melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
6. Pernikahan dini
Pernikahan dini banyak terjadi di pedesaan, 46,5% perempuan menikah sebelum
mencapai 18 tahun dan 21,5% menikah sebelum mencapai 16 tahun. Contoh kasus
yang paling nyata adalah pernikahan yang dilakukan oleh Kyai Pujiono Cahyo
Widianto atau dikenal sebagai Syekh Puji dengan Lutfiana Ulfa (12 tahun). Kasus ini
membuat Seto Mulyadi, Ketua Komnas PA terjun langsung.
7. Gizi buruk
Berdasarkan UNICEF, badan PBB untuk perlindungan anak, jumlah anak gizi buruk di
Indonesia mencapai 10 juta jiwa. Dalam data Komnas PA, salah satu wilayah yang
paling banyak terjadi kasus gizi buruk adalah Sumatera Barat. 23 ribu anak dari 300
ribu usia balita mengalami gizi buruk dan kekurangan gizi.
Telkom University
6
Berikut ini adalah bentuk dan contoh dari kasus pelanggaran HAM terhadap perempuan:
1. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual adalah setiap bentuk perilaku yang memiliki muatan seksual yang
dilakukan seseorang atau sejumlah orang namun tidak disukai dan diharapkan oleh
orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibat negative pada diri korban.
Banyak contohnya seperti siulan nakal pria terhadap wanita yang dikenal atau tidak
dikenalnya, lelucon cabul yang diucapkan di hadapan sasaran lelucon, perilaku merabaraba tubuh korban dengan tujuan seksual, pemaksaan dengan ancaman kekerasan atau
ancaman lainnya agar korban bersedia melakukan hubungan seksual dan sebagainya.
Pemerkosaan adalah bentuk pelecehan yang paling ekstrem.
2. Kekerasan terhadap perempuan
Menurut saur, kekerasan terhadap perempuan masih didominasi oleh kasus kekerasan
dalam rumah tangga dan oleh relasi personal sebanyak 68 persen, dan kekerasan yang
terjadi dalam komunitas sebanyak 30 persen. Sisanya adalah kekerasan yang dilakukan
negara terhadap perempuan, misalnya kasus tes keperawanan militer, larangan adopsi,
dan kasus pekerja migran.
2.4.
Upaya Penanggulangan dan Penanganan Pelanggaran HAM
Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menanggulangi
pelanggaran HAM adalah sebagai berikut:
1. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam upaya menegakkan HAM
di seluruh dunia atau di setiap negara dan Indonesia sangat merespons terhadap
pelanggaran HAM internasional. Hal ini dapat dibuktikan dengan kecaman Presiden
atas beberapa agresi militer di beberapa daerah akhir-akhir ini. Contoh: Irak,
Afghanistan, dan baru-baru ini Indonesia memaksa PBB untuk bertindak tegas kepada
Israel yang telah menginvasi Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil, wanita,
dan anak-anak.
2. Komitmen pemerintah dalam mewujudkan penegakan HAM, telah ditunjukkan dalam
prioritas pembangunan nasional tahun 2000-2014 (Propenas) dengan pembentukan
kelembagaan yang berkaitan dengan HAM. Dalam hal kelembagaan telah dibentuk
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), pembentukan Komisi Nasional
Telkom University
7
Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), adapula Komisi Nasional
Perlindungan Anak (Komnas PA).
3. Pengeluaran UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM), UU No. 26
tahun 2000 tentang pengadilan HAM, serta masih banyak UU yang lain yang belum
tersebutkan menyangkut penegakan hak asasi manusia.
Upaya penanganan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Pernyataan itu tentunya sudah sering
kalian dengar. Pernyataan tersebut sangat relevan dalam proses penegakan HAM.
Tindakan terbaik dalam penegakan HAM adalah dengan mencegah timbulnya semua
faktor penyebab dari pelanggaran HAM. Apabila factor penyebabnya tidak muncul,
maka pelanggaran HAM pun dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Berikut ini
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kasus
pelanggaran HAM:
a. Supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan. Pendekatan hukum dan
pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak
hukum harus memenuhi kewajiban dengan memberikan pelayanan yang baik dan
adil kepada masyarakat, memberikan perlindungan kepada setiap orang dari
perbuatan melawan hukum, dan menghindari tindakan kekerasan yang melawan
hukum dalam rangka menegakkan hukum.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai
bentuk pelanggaran HAM oleh pemerintah.
c.
Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik terhadap
setiap upaya penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah.
d. Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat melalui
lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun nonformal
(kegiatan-kegiatan keagamaan dan kursus-kursus).
e. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
Telkom University
8
f. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam
masyarakat agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan
pendapat masing-masing
2. Penanganan Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Pengadilan HAM
Kasus pelanggaran HAM akan senatiasa terjadi jika tidak secepatnya ditangani.
Negara yang tidak mau menangani kasus pelanggaran HAM yang terjadi di negaranya
akan disebut sebagai unwillingness state atau negara yang tidak mempunyai kemauan
menegakan HAM. Kasus pelanggaran HAM yang terjadi di negara tersebut akan
disidangkan oleh Mahkamah Internasional. Hal tersebut tentu saja menggambarkan
bahwa kedaulatan hukum negara tersebut lemah dan wibawa negara tersebut jatuh di
dalam pergaulan bangsa-bangsa yang beradab.
Sebagai negara hukum dan beradab, tentu saja Indonesia tidak mau disebut sebagai
unwillingness state. Indonesia selalu menangani sendiri kasus pelanggaran HAM yang
terjadi di negaranya tanpa bantuan dari Mahkamah Internasional. Contoh-contoh kasus
yang dikemukakan pada bagian sebelumnya merupakan bukti bahwa di negara kita ada
proses peradilan untuk menangani masalah HAM terutama yang sifatnya berat.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000
tentang pengadilan HAM, kasus pelanggaran HAM diperiksa dan diselesaikan di
pengadilan HAM Ad Hoc yang dibentuk berdasarkan keputusan presiden dan berada
di lingkungan peradilan umum.
Setelah berlakunya undang-undang tersebut kasus pelanggaran HAM di Indonesia
ditangani dan diselesaikan melalui proses peradilan di Pengadilan HAM. Penyelesaian
kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia dilakukan berdasarkan ketentuan yang
terdapat dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM. Berdasarkan undang-undang tersebut, proses persidangannya
berlandaskan pada ketentuan Hukum Acara Pidana. Proses penyidikan dan
penangkapan dilakukan oleh Jaksa Agung dengan disertai surat perintah dan alasan
penangkapan, kecuali tertangkap tangan.
Telkom University
9
2.5.
Tindak Pidana HAM terhadap perempuan dan anak
Pada dasarnya pelanggaran terhadap hak perempuan dan anak sama seperti
melanggar HAM manusia pada umumnya, hanya saja pelanggaran ini dibedakan
berdasarkan jenis kelamin dan usia. Tindak pidana HAM telah diatur dalam UU No. 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Disebutkan pada pasal 7 dan penjabarannya
terdapat pada pasal 8 dan 9, yang digolongkan menjadi dua bagian yaitu kejahatan genosida
dan kejahatan kemanusiaan.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara:
1. Membunuh anggota kelompok
2. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok
3. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
secara fisik baik seluruh atau sebagiannya
4. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok
5. Memindahkan secara paksa dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
Kejaharan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
1. Pembunuhan
2. Pemusnahan
3. Perbudakan
4. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
5. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenangwenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional
6. Penyiksaan
7. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan, atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain
yang setara
Telkom University
10
8. Penganiayaan terhadap kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan
paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain
yang diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional
9. Penghilangan orang secara paksa
10. Kejahatan apartheid
Dalam UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, permasalahan mengenai
pertanggungjawaban pidana diatur dalam pasal 36 sampai dengan pasal 40, yaitu:
1. Pasal 36 berbunyi, setiap orang yang melakukan perbuatan sebagimana dimaksud
dalam pasal 8 huruf a, b, c, d, atau e dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling lama 25 tahun dan paling singkat 10 tahun.
2. Pasal 37 berbunyi, setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf a, b, d, e atau j dipidana dengan pidana mati atau pidana seumur
hidup atau pidana penjara paling lama 25 tahun dan paling singkat 10 tahun.
3. Pasal 38 berbunyi, setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf c, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan paling
singkat 5 tahun.
4. Pasal 39 berbunyi, setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf f, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan paling
singkat 5 tahun.
5. Pasal 40 berbunyi, setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf g, h, atau I dipidana dengan pidana penjara paling lama 20 tahun
dan paling singkat 10 tahun.
Telkom University
11
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, berusia berapapun, anakanak, dewasa maupun lansia sama-sama memiliki hak asasi masing-masing. Dalam
kehidupan bernegara, HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI. Dimana
setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu
instansi atau bahkan suatu negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM.
3.2.
Saran
Perempuan dan anak-anak seringkali tidak berdaya apabila hak asasi manusia mereka
dilanggar oleh orang lain. Sebagai makhluk social, kita harus bisa menghormati dan
menjaga Hak Asasi Manusia yang dimiliki oleh perempuan dan anak-anak. Kalau
memungkinkan, kita bisa membantu perempuan dan anak-anak tersebut memperjuangkan
hak asasi mereka.
Telkom University
12
DAFTAR PUSTAKA
luishalianysp. 2014. luishalianysp. August 23. Accessed February 27, 2016.
https://luishalianysp.wordpress.com.
Panggabean, Jimmy. 2015. Bidan MS Akui Jual 3 Bayi dan Organ Tubuh Manusia. October 2.
Accessed February 27, 2016. www.daerah.sindonews.com.
Putra, Angga. 2013. Kekerasan Pada Anak. January 29. Accessed February 28, 2016.
www.anggaputrar.blogspot.co.id.
Setyawan, Davit. 2015. KPAI Catat Ratusan Anak Diperjualbelikan, Tangkap Penjual Bayi
Rp25 Juta Lewat Online. June 16. Accessed February 27, 2016. www.kpai.go.id.
Telkom University
13
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan nikmat-Nyalah
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah Kewarganegaraan ini, yang
diberikan oleh Ibu Heny Mulyani, M.Pd selaku dosen Kewarganegaraan.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan
pada semester II. Makalah ini berjudul “Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap
Kaum Perempuan dan Anak-Anak”.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari beberapa buku dan
beberapa website yang membahas tentang materi yang berkaitan. Kami selaku penyusun makalah
ini sangat berterimakasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk
mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun dengan kami yang
masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak kekurangan
yang ditemukan, oleh karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami
mengharapkan ada kritik dan saran dari pembaca dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya.
Bandung,
Februari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
1.1.
Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2.
Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3.
Ruang Lingkup Materi .................................................................................................................. 2
1.4.
Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II ISI .................................................................................................................................................... 3
2.1.
Pengertian dasar ............................................................................................................................ 3
2.2.
Faktor Terjadinya Pelanggaran HAM terhadap perempuan dan anak .......................................... 4
2.3.
Pelanggaran HAM ........................................................................................................................ 5
2.4.
Upaya Penanggulangan Pelanggaran HAM .................................................................................. 7
2.5.
Tindak Pidana HAM terhadap perempuan dan anak .................................................................. 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 12
3.1.
Kesimpulan ................................................................................................................................. 12
3.2.
Saran ........................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 13
Telkom University
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hak merupakan unsur yang melekat pada diri manusia sejak manusia tersebut
masih dalam kandungan sampai akhirnya ia meninggal. Di dalam masyarakat, sering
dilakukan upaya untuk memenuhi Hak Asasi Manusia oleh setiap orangnya, dan karena
pemenuhan hak tersebut, mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak terhadap individu
yang lain.
Berbicar amengenai Hak Asasi Manusia (HAM), saat ini banyak terjadi kasus
pelanggaran HAM terhadap perempuan dan anak-anak. Kasus yang sering terjadi adalah
kekerasan pada perempuan dan anak-anak. Kekerasan terhadap perempuan dewasa ini
bukan hanya sebagai masalah individu, tetapi juga masalah nasional bahkan internasional.
Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi dimana saja dan oleh siapa saja. Hal itu
tentunya memprihatinkan.
Selain masalah pelanggaran HAM terhadap kaum perempuan, terjadi pula
pelanggaran HAM terhadap anak-anak. Masa depan bangsa berada pada kesejahteraan
anak-anak. Saat ini banyak terjadi pelanggaran terhadap hak anak. Banyak anak yang
ditelantarkan sehingga menjadi anak jalanan, buruh upah bahkan menjadi pengemis.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul
“Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap Perempuan dan Anak”.
1.2.
Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan dalam makalah ini adalah:
1. Apa faktor yang mendorong terjadinya pelanggaran HAM terhadap kaum perempuan
dan anak-anak?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pelanggaran HAM terhadap perempuan dan anak?
3. Bagaimana upaya penanggulangan pelangaran HAM tersebut?
4. Bagaimana tindak pidana mengenai pelanggaran HAM?
Telkom University
1
1.3.
Ruang Lingkup Materi
Makalah ini mencakup pelanggaran HAM pada kaum perempuan dan anak-anak,
factor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM, cara yang dapat digunakan untuk
menanggulangi pelanggaran HAM, serta bentuk-bentuk pelanggaran HAM terhadap kaum
perempuan dan anak-anak.
1.4.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Menambah pengetahuan tentang pelanggaran HAM.
3. Mengetahui cara menanggulangi pelanggaran HAM.
Telkom University
2
BAB II ISI
2.1.
Pengertian dasar
Menurut Pasal 1 UU No. 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Menurut pendapat Jan Materson (dari Komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM
adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat
hidup sebagai manusia.
Hak asasi perempuan merupakan bagian dari hak asasi manusia. Penegakan hak
perempuan merupakan bagian dari penegakan hak asasi manusia. Seseuai dengan
komitmen internasional dalam Deklarasi PBB 1993, maka perlindungan, pemenuhan dan
penghormatan hak asasi perempuan adalah tanggung jawab semua pihak baik lembagalembaga negara (eksekutif, legislatif, yudikatif) maupun partai politik dan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM). Bahkan warga negara secara perorangan punya tanggung
jawab untuk melindungi dan memenuhi hak asasi perempuan.
Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 tahun dan belum menikah,
termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi
kepentingannya. Hak anak dilindungi di dalam pasal 28 (B)(2) UUD 1945 yang berbunyi
setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Menurut Pasal 1 No. 39 Tahun 1999, pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun
tidak sengaja, atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku.
Telkom University
3
2.2.
Faktor Terjadinya Pelanggaran HAM terhadap perempuan dan anak
Ada banyak faktor yang sangat berpengaruh untuk mengarahkan seseorang kepada
penyiksaan anak. Faktor yang paling umum adalah sebagai berikut:
1. Lingkaran kekerasan. Seseorang yang mengalami kekerasan semasa kecilnya
mempunyai kecenderungan untuk melakukan hal yang pernah dilakukan terhadap
dirinya kepada orang lain.
2. Stress dan kurangnya dukungan sosial. Menjadi orang tua maupun pengasuh dapat
menjadi sebuah pekerjaan yang menyita waktu dan sulit. Orang tua yang mengasuh
anak tanpa dukungan keluarga, teman atau masyarakat dapat mengalami stress berat.
3. Pecandu alcohol atau narkoba. Para pecandu alcohol dan narkoba seringkali tidak dapat
mengontrol emos dengan baik, sehingga kecenderungan melakukan penyiksaan lebih
besar.
4. Menjadi saksi kekerasan dalam rumah tangga, merupakan sebuah bentuk penyiksaan
anak secara emosional dan mengakibatkan penyiksaan anak secara fisik.
5. Kemiskinan dan akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan social.
6. Peningkatan krisis dan jumlah kekerasan di lingkungan sekitar mereka.
Sedangkan faktor yang menjadi penyebab pelanggaran HAM terhadap perempuan adalah:
1. Aspek budaya
Budaya yang memisahkan peran dan sifat gender laki-laki dan perempuan secara tajam
dan tidak setara. Padahal sekarang sudah digembor-gemborkan kesetaraan gender.
a. Laki-laki superior daripada perempuan.
b. Laki-laki dan perempuan mempunyai peran dan tempatya sendiri-sendiri.
c. Keluarga adalah wilayah pribadi dan ada di bawah kendali laki-laki.
2. Aspek ekonomi
Ketergantungan wanita secara ekonomi pada pria.
3. Aspek hukum
Status perempuan yang lebih lemah dalam peraturan perundang-undangan maupun
dalam praktek penegakan hukum. Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki
perempuan tentang hukum.
Telkom University
4
2.3.
Pelanggaran HAM
Berikut ini beberapa bentuk pelanggaran HAM pada anak:
1. Perdagangan anak
Perdagangan anak didefinisikan sebagai perekrutan, pemindahan, pengiriman,
penempatan atau menerima anak-anak di bawah umur untuk tujuan eksploitasi dan itu
menggunakan ancaman, kekerasan, ataupun pemaksaan lainnya seperti penculikan,
penipuan, kecurangan, penyalahgunaan wewenang maupun posisi penting. Juga
memberi atau menerima uang atau bantuan untuk mendapatkan persetujuan dari orang
yang menguasai penuh atas anak itu. Tujuan perdagangan anak untuk pekerjaan
(perbudakan dan tebusan), seksual (prostitusi dan pornografi anak), pekerjaan illegal
(mengemis dan perdagangan narkoba), adopsi, perjodohan.
Contoh kasusnya adalah bayi berusia satu bulan yang dijual secara online seharga
Rp25 juta oleh seorang penunggah iklan berinisial ZAH (Setyawan 2015). Penjualan
bayi yang berprofesi bidan, MS yang menjual tiga orang bayi (Panggabean 2015).
2. Banyak anak jalanan yang terlantar
Anak jalanan adalah seseorang yang berumur di bawah 18 tahun yang
menggunakan atau menghabiskan seluruh waktunya dengan melakukan kegiatan di
jalan untuk mendapatkan uang atau mempertahankan hidupnya. Penelantaran anak
jalanan dapat berupa kekerasan, eksploitasi seksual, seks bebas, penggunaan drugs, dan
tindakan criminal.
3. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual pada anak adalah kondisi dimana anak terlibat dalam aktivitas
seksual, anak sama sekali tidak menyadari dan mampu mengkomunikasikannya, atau
bahkan tidak tahu arti tindakan yang diterimanya. Jenis-jenis penyiksaan seksual:
a. Pelecehan seksual tanpa sentuhan. Anak melihat pornografi, atau exhibisionisme,
dsb.
b. Pelecehan seksual dengan sentuhan. Semua tindakan pelecehan orang dewasa
terhadap organ seksual anak tanpa mempunyai tujuan medis.
c. Eksploitasi seksual. Semua tindakan yang menyebabkan anak masuk dalam tujuan
prostitusi, atau menggunakan anak sebagai model foto atau film porno.
Telkom University
5
4. Pengabaian
Pengabaian termasuk penyiksaan secara pasif, yaitu segala ketiadaan perhatian
yang memadai baik fisik, emosi maupun social. Jenis-jenisnya adalah:
a. Pengabaian fisik. Misalnya terlambat mencari bantuan medis, pengawasan yang
kurang memadai, tidak tersedia kebutuhan akan rasa aman dalam keluarga.
b. Pengabaian pendidikan. Misalnya orang tua tidak memberikan fasilitas pendidikan
yang sesuai dengan bakat dan kemampuan anak.
c. Pengabaian emosi. Misalnya, orang tua tidak menyadari kehadiran anak ketika
bertengkar, pembedaan perlakuan dan kasih sayang orang tua terhadap anakanaknya.
d. Pengabaian fasilitas medis. Misalnya orang tua tidak menyediakan layanan medis
untuk anak meskipun secara finansial memadai.
5. Mempekerjakan anak di bawah umur
Menurut Pasal 68 UU No. 13 Tahun 2003, pengusaha dilarang mempekerjakan
anak. Namun dalam undang-undang yang sama pasal 69, 70, dan 71 menjelaskan
pengecualian bagi anak usia 13-15 tahun diizinkan melakukan pekerjaan ringan
sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental dan social.
Dan anak dengan usia minimum 14 tahun dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja
yang merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau pelatihan dan anak dapat
melakukan pekerjaan untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
6. Pernikahan dini
Pernikahan dini banyak terjadi di pedesaan, 46,5% perempuan menikah sebelum
mencapai 18 tahun dan 21,5% menikah sebelum mencapai 16 tahun. Contoh kasus
yang paling nyata adalah pernikahan yang dilakukan oleh Kyai Pujiono Cahyo
Widianto atau dikenal sebagai Syekh Puji dengan Lutfiana Ulfa (12 tahun). Kasus ini
membuat Seto Mulyadi, Ketua Komnas PA terjun langsung.
7. Gizi buruk
Berdasarkan UNICEF, badan PBB untuk perlindungan anak, jumlah anak gizi buruk di
Indonesia mencapai 10 juta jiwa. Dalam data Komnas PA, salah satu wilayah yang
paling banyak terjadi kasus gizi buruk adalah Sumatera Barat. 23 ribu anak dari 300
ribu usia balita mengalami gizi buruk dan kekurangan gizi.
Telkom University
6
Berikut ini adalah bentuk dan contoh dari kasus pelanggaran HAM terhadap perempuan:
1. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual adalah setiap bentuk perilaku yang memiliki muatan seksual yang
dilakukan seseorang atau sejumlah orang namun tidak disukai dan diharapkan oleh
orang yang menjadi sasaran sehingga menimbulkan akibat negative pada diri korban.
Banyak contohnya seperti siulan nakal pria terhadap wanita yang dikenal atau tidak
dikenalnya, lelucon cabul yang diucapkan di hadapan sasaran lelucon, perilaku merabaraba tubuh korban dengan tujuan seksual, pemaksaan dengan ancaman kekerasan atau
ancaman lainnya agar korban bersedia melakukan hubungan seksual dan sebagainya.
Pemerkosaan adalah bentuk pelecehan yang paling ekstrem.
2. Kekerasan terhadap perempuan
Menurut saur, kekerasan terhadap perempuan masih didominasi oleh kasus kekerasan
dalam rumah tangga dan oleh relasi personal sebanyak 68 persen, dan kekerasan yang
terjadi dalam komunitas sebanyak 30 persen. Sisanya adalah kekerasan yang dilakukan
negara terhadap perempuan, misalnya kasus tes keperawanan militer, larangan adopsi,
dan kasus pekerja migran.
2.4.
Upaya Penanggulangan dan Penanganan Pelanggaran HAM
Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menanggulangi
pelanggaran HAM adalah sebagai berikut:
1. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam upaya menegakkan HAM
di seluruh dunia atau di setiap negara dan Indonesia sangat merespons terhadap
pelanggaran HAM internasional. Hal ini dapat dibuktikan dengan kecaman Presiden
atas beberapa agresi militer di beberapa daerah akhir-akhir ini. Contoh: Irak,
Afghanistan, dan baru-baru ini Indonesia memaksa PBB untuk bertindak tegas kepada
Israel yang telah menginvasi Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil, wanita,
dan anak-anak.
2. Komitmen pemerintah dalam mewujudkan penegakan HAM, telah ditunjukkan dalam
prioritas pembangunan nasional tahun 2000-2014 (Propenas) dengan pembentukan
kelembagaan yang berkaitan dengan HAM. Dalam hal kelembagaan telah dibentuk
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), pembentukan Komisi Nasional
Telkom University
7
Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), adapula Komisi Nasional
Perlindungan Anak (Komnas PA).
3. Pengeluaran UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM), UU No. 26
tahun 2000 tentang pengadilan HAM, serta masih banyak UU yang lain yang belum
tersebutkan menyangkut penegakan hak asasi manusia.
Upaya penanganan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Pernyataan itu tentunya sudah sering
kalian dengar. Pernyataan tersebut sangat relevan dalam proses penegakan HAM.
Tindakan terbaik dalam penegakan HAM adalah dengan mencegah timbulnya semua
faktor penyebab dari pelanggaran HAM. Apabila factor penyebabnya tidak muncul,
maka pelanggaran HAM pun dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Berikut ini
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kasus
pelanggaran HAM:
a. Supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan. Pendekatan hukum dan
pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak
hukum harus memenuhi kewajiban dengan memberikan pelayanan yang baik dan
adil kepada masyarakat, memberikan perlindungan kepada setiap orang dari
perbuatan melawan hukum, dan menghindari tindakan kekerasan yang melawan
hukum dalam rangka menegakkan hukum.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai
bentuk pelanggaran HAM oleh pemerintah.
c.
Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik terhadap
setiap upaya penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah.
d. Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat melalui
lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun nonformal
(kegiatan-kegiatan keagamaan dan kursus-kursus).
e. Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.
Telkom University
8
f. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam
masyarakat agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan
pendapat masing-masing
2. Penanganan Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Pengadilan HAM
Kasus pelanggaran HAM akan senatiasa terjadi jika tidak secepatnya ditangani.
Negara yang tidak mau menangani kasus pelanggaran HAM yang terjadi di negaranya
akan disebut sebagai unwillingness state atau negara yang tidak mempunyai kemauan
menegakan HAM. Kasus pelanggaran HAM yang terjadi di negara tersebut akan
disidangkan oleh Mahkamah Internasional. Hal tersebut tentu saja menggambarkan
bahwa kedaulatan hukum negara tersebut lemah dan wibawa negara tersebut jatuh di
dalam pergaulan bangsa-bangsa yang beradab.
Sebagai negara hukum dan beradab, tentu saja Indonesia tidak mau disebut sebagai
unwillingness state. Indonesia selalu menangani sendiri kasus pelanggaran HAM yang
terjadi di negaranya tanpa bantuan dari Mahkamah Internasional. Contoh-contoh kasus
yang dikemukakan pada bagian sebelumnya merupakan bukti bahwa di negara kita ada
proses peradilan untuk menangani masalah HAM terutama yang sifatnya berat.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000
tentang pengadilan HAM, kasus pelanggaran HAM diperiksa dan diselesaikan di
pengadilan HAM Ad Hoc yang dibentuk berdasarkan keputusan presiden dan berada
di lingkungan peradilan umum.
Setelah berlakunya undang-undang tersebut kasus pelanggaran HAM di Indonesia
ditangani dan diselesaikan melalui proses peradilan di Pengadilan HAM. Penyelesaian
kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia dilakukan berdasarkan ketentuan yang
terdapat dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM. Berdasarkan undang-undang tersebut, proses persidangannya
berlandaskan pada ketentuan Hukum Acara Pidana. Proses penyidikan dan
penangkapan dilakukan oleh Jaksa Agung dengan disertai surat perintah dan alasan
penangkapan, kecuali tertangkap tangan.
Telkom University
9
2.5.
Tindak Pidana HAM terhadap perempuan dan anak
Pada dasarnya pelanggaran terhadap hak perempuan dan anak sama seperti
melanggar HAM manusia pada umumnya, hanya saja pelanggaran ini dibedakan
berdasarkan jenis kelamin dan usia. Tindak pidana HAM telah diatur dalam UU No. 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Disebutkan pada pasal 7 dan penjabarannya
terdapat pada pasal 8 dan 9, yang digolongkan menjadi dua bagian yaitu kejahatan genosida
dan kejahatan kemanusiaan.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara:
1. Membunuh anggota kelompok
2. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok
3. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
secara fisik baik seluruh atau sebagiannya
4. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok
5. Memindahkan secara paksa dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
Kejaharan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
1. Pembunuhan
2. Pemusnahan
3. Perbudakan
4. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
5. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenangwenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional
6. Penyiksaan
7. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan, atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain
yang setara
Telkom University
10
8. Penganiayaan terhadap kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan
paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain
yang diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional
9. Penghilangan orang secara paksa
10. Kejahatan apartheid
Dalam UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, permasalahan mengenai
pertanggungjawaban pidana diatur dalam pasal 36 sampai dengan pasal 40, yaitu:
1. Pasal 36 berbunyi, setiap orang yang melakukan perbuatan sebagimana dimaksud
dalam pasal 8 huruf a, b, c, d, atau e dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling lama 25 tahun dan paling singkat 10 tahun.
2. Pasal 37 berbunyi, setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf a, b, d, e atau j dipidana dengan pidana mati atau pidana seumur
hidup atau pidana penjara paling lama 25 tahun dan paling singkat 10 tahun.
3. Pasal 38 berbunyi, setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf c, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan paling
singkat 5 tahun.
4. Pasal 39 berbunyi, setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf f, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan paling
singkat 5 tahun.
5. Pasal 40 berbunyi, setiap orang yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 huruf g, h, atau I dipidana dengan pidana penjara paling lama 20 tahun
dan paling singkat 10 tahun.
Telkom University
11
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, berusia berapapun, anakanak, dewasa maupun lansia sama-sama memiliki hak asasi masing-masing. Dalam
kehidupan bernegara, HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI. Dimana
setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu
instansi atau bahkan suatu negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM.
3.2.
Saran
Perempuan dan anak-anak seringkali tidak berdaya apabila hak asasi manusia mereka
dilanggar oleh orang lain. Sebagai makhluk social, kita harus bisa menghormati dan
menjaga Hak Asasi Manusia yang dimiliki oleh perempuan dan anak-anak. Kalau
memungkinkan, kita bisa membantu perempuan dan anak-anak tersebut memperjuangkan
hak asasi mereka.
Telkom University
12
DAFTAR PUSTAKA
luishalianysp. 2014. luishalianysp. August 23. Accessed February 27, 2016.
https://luishalianysp.wordpress.com.
Panggabean, Jimmy. 2015. Bidan MS Akui Jual 3 Bayi dan Organ Tubuh Manusia. October 2.
Accessed February 27, 2016. www.daerah.sindonews.com.
Putra, Angga. 2013. Kekerasan Pada Anak. January 29. Accessed February 28, 2016.
www.anggaputrar.blogspot.co.id.
Setyawan, Davit. 2015. KPAI Catat Ratusan Anak Diperjualbelikan, Tangkap Penjual Bayi
Rp25 Juta Lewat Online. June 16. Accessed February 27, 2016. www.kpai.go.id.
Telkom University
13