Teknik Produksi Pakan Buatan.pdf (3)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pakan merupakan material yang setelah ditelan oleh ikan atau hewan
akuatik lainnya dapat dicerna, diserap, dan digunakan untuk kelangsungan
hidupnya(Purnama Sukardi,2010).
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu
berdasarkan pertimbangan kebutuhannya. Pembuatan pakan penting
dilakukan dengan baik dan benar agar pakan yang diberikan efektif untuk
dikonsumsi oleh ikan sehingga diperoleh pertumbuhan yang optimal dengan
FCR rendah. Pembuatan pakan buatan sebaiknya didasarkan pada
pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan nilai
ekonomis. Oleh karena itu, upaya perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan
efisiensi penggunaan pakan buatan perlu dilakukan untuk meningkatkan
produksi hasil budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta
meminimalisir produksi limbah pada media budidaya.
1.2Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui kandungan nutrisi pada bahan bahan baku pakan
1.2.2 Untuk mengetahui cara formulasi pakan
1.2.3 Untuk mengetahui cara pembuatan pakan buatan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kandungan Nutrisi
Bahan baku dalam pembuatan pakan harus terdapat nutrisi – nutrisi yaitu
Makronutrien (Karbohidrat, Protein, dan Lemak) dan Mikronutrien ( Vitamin,
Mineral, dan Air).
2.1.1 Protein
Protein adalah senyawa organik yang terbentuk dari rangkain asam
amino yang berkaitan senyawa organik kompleks tersusun atas asam amino
yang mengandung unsur C (carbon), H (hidrogen), O (oksigen) dan N
(nitrogen) yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Protein tidak tahan
terhadap panas dan dapat mengalami denaturasi karena pemanasan, konsentrasi
garam, pembekuan, dan penyimpanan. Denarurasi adalah rusaknya kondisi fisik
protein sehingga sifat alaminya berubah. Secara garis besar protein di dalam
tubuh ikan adalah sebaga berikut :
A .zat pembangun
(membentuk jaringan baru, mengganti jaringan yang rusak; proses
reproduksi)
B .zat pengatur
(pembentukan enzim, hormon –mengatur proses-proses metabolisme dalam
tubuh)
C .zat pembakar
(sumber energi disamping karbohidrat / lemak)
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pada pertumbuhan ikan/
udang sangatlah membutuhkan protein. Namun protein yang dibutuhkan pada
2
setiap fase sangatlah berbeda tergantung dari ukuran dan berat dari ikan atau
udang tersebut.
2.1.2 Lemak
Lemak adalah senyawa organik yang mengandung unsur karbon ( C ),
hydrogen ( H ), dan oksigen ( O2 ) sebagai unsur utama penyusunnya,ada juga
yang mengandung nitrogen ( N ) atau fosfor (F ), fungsi dari lemak adalah
sebagai sumber energi dan asam lemak serta sebagai pelarut beberapa vitamin.
Lemak berperan penting sebagai sumber energi terutama sebagai asam
lemak essensial dalam pakan ikan budidaya yang terutama ikan carnivora.
Penambahan lemak dengan asam lemak essensial sebagai sumber energi dalam
pakan sangat membantu dalam memanfaatkan protein.
Sebagai sumber energi utama, kemampuan lemak untuk menghasilkan
energi jauh lebih besar dibandingkan dengan karbohidrat atau protein. Namun,
karena ikan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam mengonsumsi
protein, peranan lemak sebagai sumber energi menempati kedudukan kedua
setelah protein. Peranan penting lemak sebagai sumber energi terutama terdapat
pada ikan karnivor. Pada ikan karnivor, ketersediaan karbohidrat sangat rendah.
Penambahan lemak sebagai sumber energi akan meningkatkan keefektifan
penggunaan protein (protein sparing effect).
2.1.3 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu makro nutrien dan menjadi sumber
energi utama pada manusia dan hewan darat. Pada ikan, tingkat pemanfaatan
karbohidrat dalam pakan umumnya rendah, terutama ikan karnivora. Hal ini
karena terkait oleh keberadaan enzim yang dapat membantu mencerna
karbohidrat dalam sistem pencernaannya. Oleh karena itu, ikan karnivora lebih
3
sedikit mengkonsumsi karbohidrat dibandingkan dengan omnivora dan
herbivora (Krogdahl, 2005).
SITH (2009) menyebutkan bahwa kebutuhan ikan akan karbohidrat
berkisar antara 10-30% bahkan untuk ikan karnivora seperti kerapu kurang dari
10%. Walaupun kebutuhan ikan akan karbohidrat relatif sedikit, tetapi peranan
karbohidrat dalam pakan ikan sangat penting bagi kehidupan dan pertumbuhan
ikan. NRC (1993) melaporkan bahwa karbohidrat berperan sebagai prekusor
untuk keperluan berbagai metabolisme internal yang produknya dibutuhkan
untuk pertumbuhan, misalnya asam amino non esensial dan asam nukleat.
2.1.4 Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang esensial bagi pertumbuhan.
Meskipun hanya dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil, vitamin berperan
sangat penting untuk menjaga agar proses-proses yang terjadi di dalam tubuh
ikan tetap berlangsung dengan balk.
Vitamin harus selalu didatangkan melalui pakan sebab tubuh ikan tidak
mampu membuatnya sendiri. !kan yang mengandalkan pakan alami hampir
tidak pernah kekurangan vitamin. Namun, apabila ikan dibudidayakan secara
intensif di kolam, saluran, dan karamba, di mana pakan alami yang tersedia
sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan ikan, penambahan vitamin sangat
diperl ukan.
Kandungan vitamin di dalam pakan buatan tergantung dari bahan baku
yang digunakan dan bahan yang ditambahkan. Jumlah vitamin dapat berkurang
atau rusak selama proses pembuatan dan penyimpanan pakan buatan. Oleh
karena itu, perlu selalu dilakukan penambahan vitamin.
Klasifikasi dan Fungsi Vitamin. Secara garis besar, vitamin dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin
4
yang larut dalam air. Golongan vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A,
D, E, dan K. Sementara, goloagan yang larut dalam air yaitu vitamin B dan C.
Vitamin B terdiri atas tiamin (B-1), riboflavin (B-2), piridoksin (B-6),
sianokobalamin (B-12), niasin, biotin, kolin, asam folat, inositol, dan asam
pantotenat.
Dalam proses osmoregulasi tubuh, vitamin mempunyai peranan yang
penting, di antaranya sebagai berikut:
Merupakan katalisator (pemacu) dalam proses metabolisme.
Vitamin merupakan bagian dari enzim atau koenzim yang berperan
dalam pengaturan berbagai proses metabolisme.
Vitamin mampu mempercepat proses perombakan pakan tanpa
mengalami perubahan.
Membantu protein dalam memperbaiki dan membentuk sel baru.
Mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh sebagaimana
mestinya.
Turut berperan dalam pembentukan senyawa-senyawa tertentu di
dalam tubuh.
2.1.5 Mineral
Mineral merupakan elemen anorganik yang dibutuhkan oleh ikan dalam
pembentukan jaringan dan berbagai fungsi metabolisme dan osmoregulasi. Ikan
juga menggunakan elemen anorganik tersebut untuk mempertahankan
keseimbangan osmosis antara cairan tubuh dan cairan di sekitarnya. Mineral
dibutuhkan dalam jumlah relatif kecil, namun berperan sangat penting dalam
menjaga kelangsungan hidup, mengingat beberapa proses yang berlangsung di
dalam tubuh ikan membutuhkan mineral.
5
Berdasarkan kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu mineral esensial dan mineral nonesensial. Mineral esensial harus selalu
tersedia di dalam tubuh ikan dan harus disuplai dari pakan karena tubuh ikan
tidak mampu memproduksi mineral ini. Sementara, mineral nonesensial yaitu
mineral yang sebaiknya tersedia di dalam tubuh ikan.
Berdasarkan jumlah kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu makromineral dan mikromineral. Makromineral yaitu mineral
yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relatif besar, seperti kalsium
(Ca), fosfor (P), belerang (S), natrium (Na), klorida (CI), magnesium (Mg), dan
kalium (K). Sebaliknya, mikromineral adalah mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh ikan dalam jumlah relatif kecil, yaitu kobalt (Co), selenium (Se), tembaga
(Cu), seng (Zn), mangan (Mn), krom (Cr), fluor (F), iodium (I), besi (Fe), dan
molibdenum (Mo). Mikromineral sering pula disebut sebagai trace mineral.
Kelengkapan mineral dalam pakan buatan belum memberikan jaminan
akan kualitas nutrien pakan yang baik. Kelengkapan mineral akan memberikan
dampak positif apabila diikuti dengan komposisi yang tepat dari nutrisi lainnya,
seperti protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin. Komposisi pakan tersebut
sangat berpengaruh terhadap penyerapan mineral oleh tubuh ikan. Sebagai
contoh, penyerapan mineral esensial oleh ikan berlangsung dalam bentuk garam
atau senyawa sukar larut (kecuali K dan Na). Bentuk-bentuk ini memerlukan
protein yang berfungsi sebagai pembawa dan bahan-bahan lain untuk
mempermudah penyerapan.
Fungsi utama mineral adalah berperan dalam proses pembentukan
rangka, pernapasan, dan metabolisme. Mineral pembentuk rangka berperan
dalam pembentukan struktur tubuh ikan, seperti tulang, gigi, dan sisik ikan.
Mineral yang termasuk kelompok ini adalah Ca, P, F, dan Mg. Mineral Fe, Cu,
dan Ca berperan besar dalam proses pernapasan. Sementara, mineral yang
6
membantu proses metabolisme meliputi semua mineral, baik yang esensial
maupun nonesensial. Mineral-mineral tersebut berperan dalam pembentukan
enzim dan pengaturan keseimbangan antara cairan tubuh dan cairan
lingkungannya.
Selain fungsi-fungsi utama tersebut, beberapa fungsi lain dari mineral
adalah sebagai berikut:
Mengatur keseimbangan asam basa dan proses osmosis antara
cairan tubuh dan lingkungannya (terutama Na, K, Ca, dan CI).
Berperan dalam proses pembekuan darah dan pembentukan
hemoglobin (terutama Fe, Cu, dan Co).
Berperan penting dalam proses metabolisms (terutama Cl, Mg, dan
P).
Mengatur fungsi sel (Cu dan Zn), membentuk fosfolipid dan bahan
inti sel (S dan P), mematangkan kelenjar kelamin (Br), dan
membentuk hormon tiroid (I).
2.1.6 Antinutrisi
Pada bahan baku pembuat pakan ikan ada beberapa macam yang
mengandung zat antinutrisi. Zat antinutrisi adalah suatu at yang dapat
merusak kandungan nutrisi yang terdapat pada bahan pakan yang akan
digunakan. Zat anti nutrisi dapat mengganggu kesehatan bahkan mematikan
ikan yang mengonsumsinya secara berlebihan.
Karena sifatnya yang sebagai racun di dalam tubuh ikan, ada beberapa
cara untuk mengurangi kandungan zat antinutrisi, yaitu dengan cara
dipanaskan, difermentasikan, dienzimkan, dan direndam air selama 24 jam.
7
Berikut adalah beberapa contoh zat antinutrisi :
1. Tannin
Tannin adalah senyawa phenolic yang larut di dalam air. Tannin
secara kimia ikatannya sangat komplek dan dapat di bagi dua, yaitu
hydrolizable tannin dan condensed tannin. Hydrolizable tannin
mudah dihidolisa secara kimia atau oleh enzim. Condensed tannin
atau tannin terkondensasi paling banyak menyebar.
Cara mengatasi pengaruh dari tannin sendiri adalah dengan cara
mensuplentasi DL-metionin dan suplentasi agen pengikat tannin,
yaitu gelatin, polyvinypyrrolidone (PVP), dan polyethyleneglycol
yang dapat merusak atau mengikat tannin.
2. Phytat
Phytat merupakan salah satu non polysaccharide dari dinding
tanaman seperti silakat dan oksalat. Asam phytat termasuk kedalam
chelat (senyawa pengikat mineral) yang kuat yang dapat mengikat
ion metal divalent membentuk phytat komplek sehingga mineral
tidak dapat diserap oleh tubuh. Mineral tersebut adalah Ca, Zn, Cu,
Mg, dan Fe.
Sebagian besar protein nabati relatif rendah kandungan phytase
kecuali dedak gandum, sedangkan biji yang mengandung minyak
kandungan phytatnya lebih tinggi. Cara mengurangi kandungan
phytat adalah dengan cara didenaturasi dengan suhu 65 oC dan
penambahan phytase dilakukan setelah proses pengolahan serta
penambahan sumber pospor.
3. Gossypol
Gossypol ditemukan dalam keadaan berbentuk bebas, racun,dan
ikatan yang tidak toksik. Gossypol biasanya terdapat pada biji-bijian,
seperti biji kapuk dan biji kapuk. Antiutrisi gossypol dapat
dihilangkan dengan cara di ekstraksi (isopropanol).
8
4. Saponin
Sebagian besar saponin dapat ditemukan di dalam biji-bijian
dan tanaman, seperti alfalfa, bunga matahari, kedelai, kacang tanah
dan lain-lain. Saponin umumnya memiliki rasa yang pahit, bersifat
hemolitik, bersifat saponin (penyabunan).
Dengan memiliki rasa yang pahit, saponin dapat menurunkan
konsumsi ransum, menurunkan pertambahan berat, meningkatkan
ekskresi kolesterol, dan mengurangi absorsi vitamin A dan D.
5. Alkanoid
Alkaloid merupakan karohidrat dengan sedikit unsur nitrogen.
Zat
ini
umumnya
terdapat
dalam
umbi-umbian.
Derajat
keracunannya tergantung dari macam alkaloidnya, konsentrasinya,
dan
ketahanan
masing-masing.
Keracunan
alkaloid
dapat
dihindarkan dengan cara memasak bahan pakan sebelum diberikan.
Masih banyak lagi zat-zat antinutrisi yang ada di dalam bahan baku
pakan. Zat antinutrisi umumnya dapat ditemukan di bahan baku yang berasal
dari bahan nabati.
2.2 Bahan Baku
Bahan baku dalam pembuatan pakan buatan harus terdapat kandungan
nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan. Bahan baku juga harus memenuhi syarat
yaitu ketersediaan yang melimpah, harga yang ekonomis, kendungan nutrisi
yang lengkap, dan tidak terlalu dibutuhkan oleh manusia. Berikut adalah bahan
bahan yang sering digunakan dalam pembuatan pakan :
2.2.1 Tepung Ikan
9
Gambar 1. Tepung Ikan
Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah yang berkadar lemak rendah
dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi bekasem untuk
meningkatkan bau khas yang dapat merangsang nafsu makan ikan.
Lama penyimpanan < 11-12 bulan, bila lebih dapat ditumbuhi cendawan
atau bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin yang merupakan asam
amino essensial yang paling essensial sampai 8%.
Kandungan gizi :
Tabel 1. Kandungan nutrisi pada tepung ikan
Kandungan Nutrisi
Kadar
Protein
22,65%
Lemak
15,38%
Abu
26,65%
Serat
1,80%;
Air
10,72%;
Nilai ubah 1,5 - 3
Cara pembuatan:
a) Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.
10
b) Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil minyaknya.
c) Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
2.2.2 Tepung Rebon dan Benawa
Rebon adalah sejenis udang kecil yang merupakan bahan baku
pembuatan terasi. Benawa adalah anak kepiting laut. Rebon dan Benawa
muncul pada awal musim hujan di sekitar muara sungai, mengerumuni benda
yang terapung.
Kandungan gizi :
Tabel 2. Kandungan nutrisi pada tepung rebon dan benawa
Kandungan Nutrisi
Kadar
Rebon
Benawa
Protein
59,4%
23,38%
Lemak
3,6%
25,33%
Karbohidrat
3,2%
0,06%
Abu
11,41%
Serat
11,82%
Air
21,6%
5,43%
Nilai ubah 4 - 6
Cara pembuatan:
a) Bahan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas;
b) Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
2.2.3 Tepung Kepala Udang
Bahan dalam pembuatan tepung kepala udang adalah kepala udang,
limbah pada proses pengolahan udang untuk ekspor.
11
Kandungan gizi :
Tabel 3. Kandungan nutrisi pada tepung kepala udang
Kandungan Nutrisi
Kadar
Protein
53,74%
Lemak
6,65%
Karbohidrat
0%
Abu
7,72%
Serat kasar
14,61%
Air
17,28%
Cara pembuatan
a) Bahan direbus, dijemur sampai kering dan digiling;
b) Tepung diayak untuk membuang bagian-bagian yang kasar dan banyak
mengandung kitin.
2.2.4 Dedak
Gambar 2. Dedak
Dedak merupakan hasil samping dari penggilingan padi menjadi beras.
Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak yang
paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras.
Kandungan gizi :
12
Tabel 4. Kandungan nutrisi pada dedak
Kandungan Nutrisi
Kadar
Protein
11,35%
Lemak
12,15%
Karbohidrat
28,62%
Abu
10,5%
Serat kasar
24,46%
Air
10,15%
Nilai ubah 8
2.2.5 Tepung Kedelai
Gambar 3. Tepung Kedelai
Bahan baku pembuatan tepung kedelai adalah biji kedelai yang kemudian
digiling sehingga menjadi tepung. Tepung kedelai mengandung lisin yaitu
protein essensial yang paling essensial dan tepung kedelai membuat aroma
makanan menjadi lebih sedap.
Kandungan gizi :
13
Tabel 5. Kandungan nutrisi pada tepung kedelai
Kandungan Nutrisi
Kadar
Protein
39,6%
Lemak
14,3%
Karbohidrat
29,5%
Abu
5,4%
Serat kasar
2,8%
Air
8,4%
Nilai ubah 3
2.2.6 Tepung MBM ( Meat Bone Meal )
Gambar 4. Tepung MBM
Tepung MBM adalah tepung yang terbuat dari daging atau tulang. Pada
tepung MBM ini mengandung kalsium yang tinggi yaitu 2,2 kali kandungan
posfor. Selain itu kandungan protein pada tepung ini juga terbilang tinggi.
Kandungan gizi yang terdapat pada tepung MBM adalah 50% protein,
35% abu, 8-12% lemak dengan kelembaban 4-7% serta kalsium sebesar 2,2 kali
lipat dari posfor.
2.2.7 Tepung Jagung
14
Gambar 5. Tepung Jagung
Tepung jagung berasal dari jagung yang digiling sehingga menjadi
tepung. Terdapat 2 jenis, yaitu:
a) Jagung kuning, mengandung protein dan energi tinggi, daya lekatnya
rendah;
b) Jagung putih, mengandung protein dan energi rendah, daya lekatnya
tinggi. Sukar dicerna ikan, sehingga jarang digunakan.
2.2.8 Pollard
Pollard adalah limbah hasil dari penggilingan gandum menjadi terigu.
Gambar 6. Pollard
Kandungan gizi :
Tabel 6. Kandungan nutrisi pada pollard
15
Kandungan Nutrisi
Kadar
Protein
11,99%
Lemak
1,48%
Karbohidrat
64,75%
Abu
0,64%
Serat kasar
3,75%
Air
17,35%
Nilai ubah 2 – 3
2.2.9 Tepung Tapioka
Gambar 7. Tepung Tapioka
Tepung tapioka adalah tepung yang dihasilkan dari sisa pembuatan
tepung kanji. Tepung tapioka ini digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan
pakan atau biasa disebut binder.
Kandungan gizi :
Tabel 7. Kandungan nutrisi pada tepung tapioka
16
Kandungan Nutrisi
Kadar
Protein
0,8%
Lemak
0,2%
Bahan ekstrak tanpa N
78%
Abu
2,5%
Serat kasar
2,2%
Air
18,3%
2.2.10 Premix
Gambar 8. Premix
Premix merupakan bahan pelengkap berupa vitamin, mineral dan asam
amino yang pemberiannya dicampurkan dalam pakan atau air minum.
Tujuan penambahan premix dalam pakan untuk meningkatkan asupan
nutrisi agar ternak mencapai kondisi yang optimal. Fungsi premix dalam pakan
adalah sebgai katalisator enzim, meningkatkan kecernaan, antibodi, dan
mengoptimalkan produktivitas.
Penggunaan premix vitamin dan mineral dalam ramuan pakan ikan cukup
1 – 2% saja, tetapi untuk pakan udang, jumlahnya dapat sekitar 10 – 15%, hal
itu disebabkan udang sering moulting yang membutuhkan banyak mineral.
2.2.11 Minyak Kelapa Sawit ( CPO )
17
Minyak kelapa sawit (cpo) adalah minyak yang dihasilkan dari kelapa
sawit sebagai bahan baku pembuatannya. Minyak kelapa sawit (cpo) digunakan
untuk mengencerkan bahan pakan dan memberi aroma pada pakan. Minyak
kelapa sawit mengandung 100% lemak. Minyak kelapa sawit (cpo) yang
digunakan adalah minyak yang masih mentah atau hasil perasan awal kelapa
sawit.
Gambar 9. Minyak Kelapa Sawit
2.3 Formulasi
Dalam formulasi pakan terdapat berbagai metode perhitungan formulasi.
Namun dalam laporan pembuatan pakan buatan ini saya hanya menggunakan
metode perhitungan person square.
Sebelum menghitung formulasi pakan diharuskan untuk mengetahui
kandungan nutrisi dari hasil uji analisa proximat. Berikut data tabel proximat
yang digunakan dalam laporan praktik pembuatan pakan ini :
Tabel 8. Tabel proximat
Bahan Baku
K. Air K. Abu
Protein
Lemak
Tepung ikan
14,67
Tepung MBM
Tepung jagung
Serat Kasar BETN
20,27
49,74
8,7
1,24
3,38
7,23
30,62
45,71
9,45
1,59
5,40
11,56
14,41
9,38
4,00
2,34
58,31
18
Tepung
10,42
6,47
39,85
2,18
3,23
37,85
Dedak
0
0
12
0
0
0
Pollard
0
0
13,66
0
0
0
Tapioka
10,46
0,02
3,49
0
0,61
85,42
Minyak kelapa
0
0
0
100
0
0
kedelai
sawit (cpo)
Menghitung formulasi pakan hanya menghitung kandungan nutrisi
protein saja, zat nutrisi yang lain hanya menyesuaikan dikarenakan kandungan
protein yang sangat dibutuhkan dalam pakan dan untuk menghitung biaya dari
sumber protein mengingar harga bahan baku yang mengandung protein mahal
serta dalam memberika harus sesuai kadar yang dibutuhkan oleh ikan.
19
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1 Alat
Mesin pencetak pakan
Mangkuk kecil
Baskom sedang
Sendok plastik
Sarung tangan
Nampan
Timbangan digital
3.2 Bahan
Pada praktik ini penulis memproduksi sebanyak 500 gram yang dilakukan
dengan dua tahap. Didalamnya terdapat komposisi bahan baku pembuatan
pakan yang sudah ditentukan beratnya sesuai dengan penghitungan formulasi
pakan( dijelaskan pada BAB selanjutnya).
Tepung ikan
MBM
Tepung jagung
Tepung kedelai
Dedak
Pollard
Minyak kelapa sawit ( CPO )
Premix
Tepung tapioka
Air
: 45,3025 gram
: 45,3025 gram
: 32,3475 gram
: 32,3475 gram
: 32,3475 gram
: 32,3475 gram
: 10 ml
: 10 gram
: 10 gram
: 25 ml
20
3.3 Prosedur Kerja
1. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Timbang masing – masing bahan sesuai dengan formulasi pakan yang
telah dihitung.
3. Letakkan bahan pakan yang telah ditimbang ke mangkok yang telah
diberi label.
4. Campurkan semua bahan dimulai dari bahan yang memiliki berat paling
sedikit sampai bahan yang memiliki berat terbanyak. Dimulai dari
Premix, Tepung Tapioka, Minyak Kelapa Sawit, Tepung Jagung, Dedak,
Pollard, Tepung kedelai, Tepung Ikan, dan Air secukupnya.( MBM
memliki kandungan protein yang sama dengan Tepung Ikan sehingga
penggunaannya diganti dengan Tepung Ikan).
5. Aduk bahan hingga merata (homogen)
6. Masukkan adonan dengan sedikit demi sedikit ke dalam mesin pencetak
pakan. Tambahkan air jika adonan terlalu keras dan juga tambahkan
bahan kering yang sudah dicampur jika adonan terlalu encer.
7. Letakkan dan ratakan adonan yang sudah dicetak berupa pelet ke
nampan.
8. Jemur pelet yang masih basah dibawah sinar matahari langsung selam
kurang lebih 2 -3 hari.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktik produksi pakan buatan berupa
pelet pada gambar dibawah ini
4.1.1. Daya Apung
Pakan hasil produksi memiliki daya apung 45 detik setelah iti pakan
tenggelam ke dasar air.
4.1.2 Penyusutan Pakan
Berat bahan baku pada awal pembuatan pakan adalah 500 gram setelah
mengalami proses pengeringan berat pellet yang di hasilkan adalah 340 gram,
sehingga penyusutan pakan sebanyak 160 gram (kandungan air yang berada
dalam pakan akan menguap sehingga pakan yang di hasilkan akan berkurang
beratnya)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Formulasi
Sebelum memproduksi pakan perdu adanya memformulasi pakan agar
kebutuhan nutrisi ikan terpenuhi. Berikut adalah penghitungan formulasi pakan
pada praktik produksi pakan buatan :
22
Target protein
: 27 %
Binder
: 4 %
Premix
: 4 %
Minyak
: 4 %
Air
: 10 %
Berat pakan
: 250 grm
Binder = 4 % x 3,49
27% – 0,1396 % = 26,8604 %
= 0,1396 %
Sisa bahan baku = 26,8604 %
HEWANI 98,45
48,0296 %
26,8604 %
NABATI 74,89
68,5896 %
116,6192 %
x 88 %
= 36,24 %
x 88 %
= 51,757 %
Ti
= 36,242 % : 2
= 18,121 %
MBM = 36,242 % : 2
=18,121 %
T.J
= 51,757 % : 4
= 12,939 %
T.K = 51,757 % : 4
= 12,939 %
Dedak = 51,757 % : 4
= 12,939 %
Pollard = 51,757 % : 4
= 12,939 %
87,998 %
binder
4%
+
91,998 %
23
Premix
4%
Minyak
4%
99,998 %
Sehingga didapat berat bahan baku seperti berikut:
a. T ikan
b. MBM
c. T jagung
d. T kedelai
e. Dedak
f.
Pollard
g. Binder
h. Premix
i.
Minyak
= 18,121%x 250 gram
= 45, 3025 gr
= 18,121 % x 250 gram
= 45, 3025 gr
= 12,939 % x 250 gram
= 32,3475 gr
= 12,939 %x 250 gram
= 32,3475 gr
= 12,939 %x 250 gram
= 32,3475 gr
= 12,939 %x 250 gram
= 32,3475 gr
= 4 %x 250 gram
= 10 gr
= 4%x 250 gram
= 10 gr
= 4%x 250 ml
= 10 ml
4.2.2 Kriteria Pakan Yang Baik
Pakan buatan yang berkualitas baik harus memenuhi kriteria-kriteria
seperti:
1. Kandungan gizi pakan terutama protein harus sesuai dengan kebutuhan
ikan
2. Diameter pakan harus lebih kecil dari ukuran bukaan mulut ikan
3. Pakan mudah dicerna
4. Kandungan nutrisi pakan mudah diserap tubuh
5. Memiliki rasa yang disukai ikan
6. Kandungan abunya rendah
7. Tingkat efektivitasnya tinggi
24
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan tersebut dapat diketahui bahwa pakan yang baik harus
mengandung nutrisi yang baik dan lengkap sesuai dengan nutrisi yang
dibutuhkan oleh ikan. Ukuran pakan juga harus disesuaikan dengan umur dan
ukuran mulut ikan yang akan diberi pakan. Kandungan nutrisi yang terdapat
dalam pakan disesuaikan dengan umur, ukuran mulut ikan, serta jenis ikan yang
akan diberikan pakan tersebut. Dari data diatas juga dapat disimpulkan pakan
yang baik adalah pakan yang memiliki daya apung yang lama. Karena semakin
lama pakan mengapung semakin baik kualitas pakan tersebut.
25
DAFTAR PUSTAKA
Mujiman, Ahmad. 2001. Makanan Ikan. Bekasi : Penebar Swadaya.
Rendra.2014.cara mudah membuat pakan ikan.
Html.(oline)(http://www.alamtani.com)
Murtidjo.A.B.2001. Pedoman meramu pakan ikan kanisius.Yogyakarta
sahwan.M. firdaus.1999. pakan ikan dan udang : formulasi, pembuatan Jakarta
penebar swadaya
Afriaanto, E. dan Liviawati. E. 2008. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Anonim. 1987. Petunjuk Teknis Pengoperasian Unit Usaha Pembenihan Udang
windu. Direktorat Jenderal Perikanan. Badan Penelitian Pengembangan
Pertanian Jakarta.
Ardan, Andy, Candy, Nirwana.2010.Laporan PKL Teknik Pembenihan Udang
Windu. BBAP Takalar
Deshimaru. dkk. 1997. Peranan pakan dalam budidaya ikan dan udang
Isnan Setyo dan Kurniastuti.1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan
Zooplankton Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut’. Kanisius
Martosudarmo dan Ranoemiharjo.1983. Biologi Udang Panaeid Dalam
Pedoman Pembenihan Udang Windu. Dirjen Perikanan Departemen
Pertanian, Jakarta.
Nurdjana,dkk. 1986. Produksi Induk Masak Telur Dalam Pembenihan Udang
Windu
NRC, ( 1981 ): Nutrient requirement of coldwater fishes, National Academy
Press, Washinton D. C./ USA
NRC, ( 1983 ): Nutrient requirements of warmwaters fished and shellfishes (
revised ed )
Stefens, W. ( 1985 ): Grundlagen der Fischernahrung. VEB Gustav Fischer
Verlag. Jena/Germany.
26
Suastika, IBM. Perkembangan Pembenihan Udang Windu, Fenomena Teknis di
Balik Bisnis. BBAP Jepara.
27
LAMPIRAN
ALAT
Baskom
Timbangan Digital
Sendok Plastik
Mangkuk Plastik
Nampan
Sarung Tangan Plastik
Alat Penggiling Pakan
28
29 | Laporan Praktik Produksi Pakan Buatan
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pakan merupakan material yang setelah ditelan oleh ikan atau hewan
akuatik lainnya dapat dicerna, diserap, dan digunakan untuk kelangsungan
hidupnya(Purnama Sukardi,2010).
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu
berdasarkan pertimbangan kebutuhannya. Pembuatan pakan penting
dilakukan dengan baik dan benar agar pakan yang diberikan efektif untuk
dikonsumsi oleh ikan sehingga diperoleh pertumbuhan yang optimal dengan
FCR rendah. Pembuatan pakan buatan sebaiknya didasarkan pada
pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan nilai
ekonomis. Oleh karena itu, upaya perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan
efisiensi penggunaan pakan buatan perlu dilakukan untuk meningkatkan
produksi hasil budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta
meminimalisir produksi limbah pada media budidaya.
1.2Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui kandungan nutrisi pada bahan bahan baku pakan
1.2.2 Untuk mengetahui cara formulasi pakan
1.2.3 Untuk mengetahui cara pembuatan pakan buatan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kandungan Nutrisi
Bahan baku dalam pembuatan pakan harus terdapat nutrisi – nutrisi yaitu
Makronutrien (Karbohidrat, Protein, dan Lemak) dan Mikronutrien ( Vitamin,
Mineral, dan Air).
2.1.1 Protein
Protein adalah senyawa organik yang terbentuk dari rangkain asam
amino yang berkaitan senyawa organik kompleks tersusun atas asam amino
yang mengandung unsur C (carbon), H (hidrogen), O (oksigen) dan N
(nitrogen) yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Protein tidak tahan
terhadap panas dan dapat mengalami denaturasi karena pemanasan, konsentrasi
garam, pembekuan, dan penyimpanan. Denarurasi adalah rusaknya kondisi fisik
protein sehingga sifat alaminya berubah. Secara garis besar protein di dalam
tubuh ikan adalah sebaga berikut :
A .zat pembangun
(membentuk jaringan baru, mengganti jaringan yang rusak; proses
reproduksi)
B .zat pengatur
(pembentukan enzim, hormon –mengatur proses-proses metabolisme dalam
tubuh)
C .zat pembakar
(sumber energi disamping karbohidrat / lemak)
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pada pertumbuhan ikan/
udang sangatlah membutuhkan protein. Namun protein yang dibutuhkan pada
2
setiap fase sangatlah berbeda tergantung dari ukuran dan berat dari ikan atau
udang tersebut.
2.1.2 Lemak
Lemak adalah senyawa organik yang mengandung unsur karbon ( C ),
hydrogen ( H ), dan oksigen ( O2 ) sebagai unsur utama penyusunnya,ada juga
yang mengandung nitrogen ( N ) atau fosfor (F ), fungsi dari lemak adalah
sebagai sumber energi dan asam lemak serta sebagai pelarut beberapa vitamin.
Lemak berperan penting sebagai sumber energi terutama sebagai asam
lemak essensial dalam pakan ikan budidaya yang terutama ikan carnivora.
Penambahan lemak dengan asam lemak essensial sebagai sumber energi dalam
pakan sangat membantu dalam memanfaatkan protein.
Sebagai sumber energi utama, kemampuan lemak untuk menghasilkan
energi jauh lebih besar dibandingkan dengan karbohidrat atau protein. Namun,
karena ikan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam mengonsumsi
protein, peranan lemak sebagai sumber energi menempati kedudukan kedua
setelah protein. Peranan penting lemak sebagai sumber energi terutama terdapat
pada ikan karnivor. Pada ikan karnivor, ketersediaan karbohidrat sangat rendah.
Penambahan lemak sebagai sumber energi akan meningkatkan keefektifan
penggunaan protein (protein sparing effect).
2.1.3 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu makro nutrien dan menjadi sumber
energi utama pada manusia dan hewan darat. Pada ikan, tingkat pemanfaatan
karbohidrat dalam pakan umumnya rendah, terutama ikan karnivora. Hal ini
karena terkait oleh keberadaan enzim yang dapat membantu mencerna
karbohidrat dalam sistem pencernaannya. Oleh karena itu, ikan karnivora lebih
3
sedikit mengkonsumsi karbohidrat dibandingkan dengan omnivora dan
herbivora (Krogdahl, 2005).
SITH (2009) menyebutkan bahwa kebutuhan ikan akan karbohidrat
berkisar antara 10-30% bahkan untuk ikan karnivora seperti kerapu kurang dari
10%. Walaupun kebutuhan ikan akan karbohidrat relatif sedikit, tetapi peranan
karbohidrat dalam pakan ikan sangat penting bagi kehidupan dan pertumbuhan
ikan. NRC (1993) melaporkan bahwa karbohidrat berperan sebagai prekusor
untuk keperluan berbagai metabolisme internal yang produknya dibutuhkan
untuk pertumbuhan, misalnya asam amino non esensial dan asam nukleat.
2.1.4 Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang esensial bagi pertumbuhan.
Meskipun hanya dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil, vitamin berperan
sangat penting untuk menjaga agar proses-proses yang terjadi di dalam tubuh
ikan tetap berlangsung dengan balk.
Vitamin harus selalu didatangkan melalui pakan sebab tubuh ikan tidak
mampu membuatnya sendiri. !kan yang mengandalkan pakan alami hampir
tidak pernah kekurangan vitamin. Namun, apabila ikan dibudidayakan secara
intensif di kolam, saluran, dan karamba, di mana pakan alami yang tersedia
sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan ikan, penambahan vitamin sangat
diperl ukan.
Kandungan vitamin di dalam pakan buatan tergantung dari bahan baku
yang digunakan dan bahan yang ditambahkan. Jumlah vitamin dapat berkurang
atau rusak selama proses pembuatan dan penyimpanan pakan buatan. Oleh
karena itu, perlu selalu dilakukan penambahan vitamin.
Klasifikasi dan Fungsi Vitamin. Secara garis besar, vitamin dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin
4
yang larut dalam air. Golongan vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A,
D, E, dan K. Sementara, goloagan yang larut dalam air yaitu vitamin B dan C.
Vitamin B terdiri atas tiamin (B-1), riboflavin (B-2), piridoksin (B-6),
sianokobalamin (B-12), niasin, biotin, kolin, asam folat, inositol, dan asam
pantotenat.
Dalam proses osmoregulasi tubuh, vitamin mempunyai peranan yang
penting, di antaranya sebagai berikut:
Merupakan katalisator (pemacu) dalam proses metabolisme.
Vitamin merupakan bagian dari enzim atau koenzim yang berperan
dalam pengaturan berbagai proses metabolisme.
Vitamin mampu mempercepat proses perombakan pakan tanpa
mengalami perubahan.
Membantu protein dalam memperbaiki dan membentuk sel baru.
Mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh sebagaimana
mestinya.
Turut berperan dalam pembentukan senyawa-senyawa tertentu di
dalam tubuh.
2.1.5 Mineral
Mineral merupakan elemen anorganik yang dibutuhkan oleh ikan dalam
pembentukan jaringan dan berbagai fungsi metabolisme dan osmoregulasi. Ikan
juga menggunakan elemen anorganik tersebut untuk mempertahankan
keseimbangan osmosis antara cairan tubuh dan cairan di sekitarnya. Mineral
dibutuhkan dalam jumlah relatif kecil, namun berperan sangat penting dalam
menjaga kelangsungan hidup, mengingat beberapa proses yang berlangsung di
dalam tubuh ikan membutuhkan mineral.
5
Berdasarkan kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu mineral esensial dan mineral nonesensial. Mineral esensial harus selalu
tersedia di dalam tubuh ikan dan harus disuplai dari pakan karena tubuh ikan
tidak mampu memproduksi mineral ini. Sementara, mineral nonesensial yaitu
mineral yang sebaiknya tersedia di dalam tubuh ikan.
Berdasarkan jumlah kebutuhannya, mineral dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu makromineral dan mikromineral. Makromineral yaitu mineral
yang dibutuhkan oleh tubuh ikan dalam jumlah relatif besar, seperti kalsium
(Ca), fosfor (P), belerang (S), natrium (Na), klorida (CI), magnesium (Mg), dan
kalium (K). Sebaliknya, mikromineral adalah mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh ikan dalam jumlah relatif kecil, yaitu kobalt (Co), selenium (Se), tembaga
(Cu), seng (Zn), mangan (Mn), krom (Cr), fluor (F), iodium (I), besi (Fe), dan
molibdenum (Mo). Mikromineral sering pula disebut sebagai trace mineral.
Kelengkapan mineral dalam pakan buatan belum memberikan jaminan
akan kualitas nutrien pakan yang baik. Kelengkapan mineral akan memberikan
dampak positif apabila diikuti dengan komposisi yang tepat dari nutrisi lainnya,
seperti protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin. Komposisi pakan tersebut
sangat berpengaruh terhadap penyerapan mineral oleh tubuh ikan. Sebagai
contoh, penyerapan mineral esensial oleh ikan berlangsung dalam bentuk garam
atau senyawa sukar larut (kecuali K dan Na). Bentuk-bentuk ini memerlukan
protein yang berfungsi sebagai pembawa dan bahan-bahan lain untuk
mempermudah penyerapan.
Fungsi utama mineral adalah berperan dalam proses pembentukan
rangka, pernapasan, dan metabolisme. Mineral pembentuk rangka berperan
dalam pembentukan struktur tubuh ikan, seperti tulang, gigi, dan sisik ikan.
Mineral yang termasuk kelompok ini adalah Ca, P, F, dan Mg. Mineral Fe, Cu,
dan Ca berperan besar dalam proses pernapasan. Sementara, mineral yang
6
membantu proses metabolisme meliputi semua mineral, baik yang esensial
maupun nonesensial. Mineral-mineral tersebut berperan dalam pembentukan
enzim dan pengaturan keseimbangan antara cairan tubuh dan cairan
lingkungannya.
Selain fungsi-fungsi utama tersebut, beberapa fungsi lain dari mineral
adalah sebagai berikut:
Mengatur keseimbangan asam basa dan proses osmosis antara
cairan tubuh dan lingkungannya (terutama Na, K, Ca, dan CI).
Berperan dalam proses pembekuan darah dan pembentukan
hemoglobin (terutama Fe, Cu, dan Co).
Berperan penting dalam proses metabolisms (terutama Cl, Mg, dan
P).
Mengatur fungsi sel (Cu dan Zn), membentuk fosfolipid dan bahan
inti sel (S dan P), mematangkan kelenjar kelamin (Br), dan
membentuk hormon tiroid (I).
2.1.6 Antinutrisi
Pada bahan baku pembuat pakan ikan ada beberapa macam yang
mengandung zat antinutrisi. Zat antinutrisi adalah suatu at yang dapat
merusak kandungan nutrisi yang terdapat pada bahan pakan yang akan
digunakan. Zat anti nutrisi dapat mengganggu kesehatan bahkan mematikan
ikan yang mengonsumsinya secara berlebihan.
Karena sifatnya yang sebagai racun di dalam tubuh ikan, ada beberapa
cara untuk mengurangi kandungan zat antinutrisi, yaitu dengan cara
dipanaskan, difermentasikan, dienzimkan, dan direndam air selama 24 jam.
7
Berikut adalah beberapa contoh zat antinutrisi :
1. Tannin
Tannin adalah senyawa phenolic yang larut di dalam air. Tannin
secara kimia ikatannya sangat komplek dan dapat di bagi dua, yaitu
hydrolizable tannin dan condensed tannin. Hydrolizable tannin
mudah dihidolisa secara kimia atau oleh enzim. Condensed tannin
atau tannin terkondensasi paling banyak menyebar.
Cara mengatasi pengaruh dari tannin sendiri adalah dengan cara
mensuplentasi DL-metionin dan suplentasi agen pengikat tannin,
yaitu gelatin, polyvinypyrrolidone (PVP), dan polyethyleneglycol
yang dapat merusak atau mengikat tannin.
2. Phytat
Phytat merupakan salah satu non polysaccharide dari dinding
tanaman seperti silakat dan oksalat. Asam phytat termasuk kedalam
chelat (senyawa pengikat mineral) yang kuat yang dapat mengikat
ion metal divalent membentuk phytat komplek sehingga mineral
tidak dapat diserap oleh tubuh. Mineral tersebut adalah Ca, Zn, Cu,
Mg, dan Fe.
Sebagian besar protein nabati relatif rendah kandungan phytase
kecuali dedak gandum, sedangkan biji yang mengandung minyak
kandungan phytatnya lebih tinggi. Cara mengurangi kandungan
phytat adalah dengan cara didenaturasi dengan suhu 65 oC dan
penambahan phytase dilakukan setelah proses pengolahan serta
penambahan sumber pospor.
3. Gossypol
Gossypol ditemukan dalam keadaan berbentuk bebas, racun,dan
ikatan yang tidak toksik. Gossypol biasanya terdapat pada biji-bijian,
seperti biji kapuk dan biji kapuk. Antiutrisi gossypol dapat
dihilangkan dengan cara di ekstraksi (isopropanol).
8
4. Saponin
Sebagian besar saponin dapat ditemukan di dalam biji-bijian
dan tanaman, seperti alfalfa, bunga matahari, kedelai, kacang tanah
dan lain-lain. Saponin umumnya memiliki rasa yang pahit, bersifat
hemolitik, bersifat saponin (penyabunan).
Dengan memiliki rasa yang pahit, saponin dapat menurunkan
konsumsi ransum, menurunkan pertambahan berat, meningkatkan
ekskresi kolesterol, dan mengurangi absorsi vitamin A dan D.
5. Alkanoid
Alkaloid merupakan karohidrat dengan sedikit unsur nitrogen.
Zat
ini
umumnya
terdapat
dalam
umbi-umbian.
Derajat
keracunannya tergantung dari macam alkaloidnya, konsentrasinya,
dan
ketahanan
masing-masing.
Keracunan
alkaloid
dapat
dihindarkan dengan cara memasak bahan pakan sebelum diberikan.
Masih banyak lagi zat-zat antinutrisi yang ada di dalam bahan baku
pakan. Zat antinutrisi umumnya dapat ditemukan di bahan baku yang berasal
dari bahan nabati.
2.2 Bahan Baku
Bahan baku dalam pembuatan pakan buatan harus terdapat kandungan
nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan. Bahan baku juga harus memenuhi syarat
yaitu ketersediaan yang melimpah, harga yang ekonomis, kendungan nutrisi
yang lengkap, dan tidak terlalu dibutuhkan oleh manusia. Berikut adalah bahan
bahan yang sering digunakan dalam pembuatan pakan :
2.2.1 Tepung Ikan
9
Gambar 1. Tepung Ikan
Bahan baku tepung ikan adalah jenis ikan rucah yang berkadar lemak rendah
dan sisa-sisa hasil pengolahan. Ikan difermentasikan menjadi bekasem untuk
meningkatkan bau khas yang dapat merangsang nafsu makan ikan.
Lama penyimpanan < 11-12 bulan, bila lebih dapat ditumbuhi cendawan
atau bakteri, serta dapat menurunkan kandungan lisin yang merupakan asam
amino essensial yang paling essensial sampai 8%.
Kandungan gizi :
Tabel 1. Kandungan nutrisi pada tepung ikan
Kandungan Nutrisi
Kadar
Protein
22,65%
Lemak
15,38%
Abu
26,65%
Serat
1,80%;
Air
10,72%;
Nilai ubah 1,5 - 3
Cara pembuatan:
a) Ikan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas.
10
b) Air perasan ditampung untuk dibuat petis/diambil minyaknya.
c) Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
2.2.2 Tepung Rebon dan Benawa
Rebon adalah sejenis udang kecil yang merupakan bahan baku
pembuatan terasi. Benawa adalah anak kepiting laut. Rebon dan Benawa
muncul pada awal musim hujan di sekitar muara sungai, mengerumuni benda
yang terapung.
Kandungan gizi :
Tabel 2. Kandungan nutrisi pada tepung rebon dan benawa
Kandungan Nutrisi
Kadar
Rebon
Benawa
Protein
59,4%
23,38%
Lemak
3,6%
25,33%
Karbohidrat
3,2%
0,06%
Abu
11,41%
Serat
11,82%
Air
21,6%
5,43%
Nilai ubah 4 - 6
Cara pembuatan:
a) Bahan direbus sampai masak, diwadahi karung, lalu diperas;
b) Ampasnya dikeringkan dan digiling menjadi tepung.
2.2.3 Tepung Kepala Udang
Bahan dalam pembuatan tepung kepala udang adalah kepala udang,
limbah pada proses pengolahan udang untuk ekspor.
11
Kandungan gizi :
Tabel 3. Kandungan nutrisi pada tepung kepala udang
Kandungan Nutrisi
Kadar
Protein
53,74%
Lemak
6,65%
Karbohidrat
0%
Abu
7,72%
Serat kasar
14,61%
Air
17,28%
Cara pembuatan
a) Bahan direbus, dijemur sampai kering dan digiling;
b) Tepung diayak untuk membuang bagian-bagian yang kasar dan banyak
mengandung kitin.
2.2.4 Dedak
Gambar 2. Dedak
Dedak merupakan hasil samping dari penggilingan padi menjadi beras.
Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Dedak yang
paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras.
Kandungan gizi :
12
Tabel 4. Kandungan nutrisi pada dedak
Kandungan Nutrisi
Kadar
Protein
11,35%
Lemak
12,15%
Karbohidrat
28,62%
Abu
10,5%
Serat kasar
24,46%
Air
10,15%
Nilai ubah 8
2.2.5 Tepung Kedelai
Gambar 3. Tepung Kedelai
Bahan baku pembuatan tepung kedelai adalah biji kedelai yang kemudian
digiling sehingga menjadi tepung. Tepung kedelai mengandung lisin yaitu
protein essensial yang paling essensial dan tepung kedelai membuat aroma
makanan menjadi lebih sedap.
Kandungan gizi :
13
Tabel 5. Kandungan nutrisi pada tepung kedelai
Kandungan Nutrisi
Kadar
Protein
39,6%
Lemak
14,3%
Karbohidrat
29,5%
Abu
5,4%
Serat kasar
2,8%
Air
8,4%
Nilai ubah 3
2.2.6 Tepung MBM ( Meat Bone Meal )
Gambar 4. Tepung MBM
Tepung MBM adalah tepung yang terbuat dari daging atau tulang. Pada
tepung MBM ini mengandung kalsium yang tinggi yaitu 2,2 kali kandungan
posfor. Selain itu kandungan protein pada tepung ini juga terbilang tinggi.
Kandungan gizi yang terdapat pada tepung MBM adalah 50% protein,
35% abu, 8-12% lemak dengan kelembaban 4-7% serta kalsium sebesar 2,2 kali
lipat dari posfor.
2.2.7 Tepung Jagung
14
Gambar 5. Tepung Jagung
Tepung jagung berasal dari jagung yang digiling sehingga menjadi
tepung. Terdapat 2 jenis, yaitu:
a) Jagung kuning, mengandung protein dan energi tinggi, daya lekatnya
rendah;
b) Jagung putih, mengandung protein dan energi rendah, daya lekatnya
tinggi. Sukar dicerna ikan, sehingga jarang digunakan.
2.2.8 Pollard
Pollard adalah limbah hasil dari penggilingan gandum menjadi terigu.
Gambar 6. Pollard
Kandungan gizi :
Tabel 6. Kandungan nutrisi pada pollard
15
Kandungan Nutrisi
Kadar
Protein
11,99%
Lemak
1,48%
Karbohidrat
64,75%
Abu
0,64%
Serat kasar
3,75%
Air
17,35%
Nilai ubah 2 – 3
2.2.9 Tepung Tapioka
Gambar 7. Tepung Tapioka
Tepung tapioka adalah tepung yang dihasilkan dari sisa pembuatan
tepung kanji. Tepung tapioka ini digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan
pakan atau biasa disebut binder.
Kandungan gizi :
Tabel 7. Kandungan nutrisi pada tepung tapioka
16
Kandungan Nutrisi
Kadar
Protein
0,8%
Lemak
0,2%
Bahan ekstrak tanpa N
78%
Abu
2,5%
Serat kasar
2,2%
Air
18,3%
2.2.10 Premix
Gambar 8. Premix
Premix merupakan bahan pelengkap berupa vitamin, mineral dan asam
amino yang pemberiannya dicampurkan dalam pakan atau air minum.
Tujuan penambahan premix dalam pakan untuk meningkatkan asupan
nutrisi agar ternak mencapai kondisi yang optimal. Fungsi premix dalam pakan
adalah sebgai katalisator enzim, meningkatkan kecernaan, antibodi, dan
mengoptimalkan produktivitas.
Penggunaan premix vitamin dan mineral dalam ramuan pakan ikan cukup
1 – 2% saja, tetapi untuk pakan udang, jumlahnya dapat sekitar 10 – 15%, hal
itu disebabkan udang sering moulting yang membutuhkan banyak mineral.
2.2.11 Minyak Kelapa Sawit ( CPO )
17
Minyak kelapa sawit (cpo) adalah minyak yang dihasilkan dari kelapa
sawit sebagai bahan baku pembuatannya. Minyak kelapa sawit (cpo) digunakan
untuk mengencerkan bahan pakan dan memberi aroma pada pakan. Minyak
kelapa sawit mengandung 100% lemak. Minyak kelapa sawit (cpo) yang
digunakan adalah minyak yang masih mentah atau hasil perasan awal kelapa
sawit.
Gambar 9. Minyak Kelapa Sawit
2.3 Formulasi
Dalam formulasi pakan terdapat berbagai metode perhitungan formulasi.
Namun dalam laporan pembuatan pakan buatan ini saya hanya menggunakan
metode perhitungan person square.
Sebelum menghitung formulasi pakan diharuskan untuk mengetahui
kandungan nutrisi dari hasil uji analisa proximat. Berikut data tabel proximat
yang digunakan dalam laporan praktik pembuatan pakan ini :
Tabel 8. Tabel proximat
Bahan Baku
K. Air K. Abu
Protein
Lemak
Tepung ikan
14,67
Tepung MBM
Tepung jagung
Serat Kasar BETN
20,27
49,74
8,7
1,24
3,38
7,23
30,62
45,71
9,45
1,59
5,40
11,56
14,41
9,38
4,00
2,34
58,31
18
Tepung
10,42
6,47
39,85
2,18
3,23
37,85
Dedak
0
0
12
0
0
0
Pollard
0
0
13,66
0
0
0
Tapioka
10,46
0,02
3,49
0
0,61
85,42
Minyak kelapa
0
0
0
100
0
0
kedelai
sawit (cpo)
Menghitung formulasi pakan hanya menghitung kandungan nutrisi
protein saja, zat nutrisi yang lain hanya menyesuaikan dikarenakan kandungan
protein yang sangat dibutuhkan dalam pakan dan untuk menghitung biaya dari
sumber protein mengingar harga bahan baku yang mengandung protein mahal
serta dalam memberika harus sesuai kadar yang dibutuhkan oleh ikan.
19
BAB III
METODE PRAKTEK
3.1 Alat
Mesin pencetak pakan
Mangkuk kecil
Baskom sedang
Sendok plastik
Sarung tangan
Nampan
Timbangan digital
3.2 Bahan
Pada praktik ini penulis memproduksi sebanyak 500 gram yang dilakukan
dengan dua tahap. Didalamnya terdapat komposisi bahan baku pembuatan
pakan yang sudah ditentukan beratnya sesuai dengan penghitungan formulasi
pakan( dijelaskan pada BAB selanjutnya).
Tepung ikan
MBM
Tepung jagung
Tepung kedelai
Dedak
Pollard
Minyak kelapa sawit ( CPO )
Premix
Tepung tapioka
Air
: 45,3025 gram
: 45,3025 gram
: 32,3475 gram
: 32,3475 gram
: 32,3475 gram
: 32,3475 gram
: 10 ml
: 10 gram
: 10 gram
: 25 ml
20
3.3 Prosedur Kerja
1. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Timbang masing – masing bahan sesuai dengan formulasi pakan yang
telah dihitung.
3. Letakkan bahan pakan yang telah ditimbang ke mangkok yang telah
diberi label.
4. Campurkan semua bahan dimulai dari bahan yang memiliki berat paling
sedikit sampai bahan yang memiliki berat terbanyak. Dimulai dari
Premix, Tepung Tapioka, Minyak Kelapa Sawit, Tepung Jagung, Dedak,
Pollard, Tepung kedelai, Tepung Ikan, dan Air secukupnya.( MBM
memliki kandungan protein yang sama dengan Tepung Ikan sehingga
penggunaannya diganti dengan Tepung Ikan).
5. Aduk bahan hingga merata (homogen)
6. Masukkan adonan dengan sedikit demi sedikit ke dalam mesin pencetak
pakan. Tambahkan air jika adonan terlalu keras dan juga tambahkan
bahan kering yang sudah dicampur jika adonan terlalu encer.
7. Letakkan dan ratakan adonan yang sudah dicetak berupa pelet ke
nampan.
8. Jemur pelet yang masih basah dibawah sinar matahari langsung selam
kurang lebih 2 -3 hari.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktik produksi pakan buatan berupa
pelet pada gambar dibawah ini
4.1.1. Daya Apung
Pakan hasil produksi memiliki daya apung 45 detik setelah iti pakan
tenggelam ke dasar air.
4.1.2 Penyusutan Pakan
Berat bahan baku pada awal pembuatan pakan adalah 500 gram setelah
mengalami proses pengeringan berat pellet yang di hasilkan adalah 340 gram,
sehingga penyusutan pakan sebanyak 160 gram (kandungan air yang berada
dalam pakan akan menguap sehingga pakan yang di hasilkan akan berkurang
beratnya)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Formulasi
Sebelum memproduksi pakan perdu adanya memformulasi pakan agar
kebutuhan nutrisi ikan terpenuhi. Berikut adalah penghitungan formulasi pakan
pada praktik produksi pakan buatan :
22
Target protein
: 27 %
Binder
: 4 %
Premix
: 4 %
Minyak
: 4 %
Air
: 10 %
Berat pakan
: 250 grm
Binder = 4 % x 3,49
27% – 0,1396 % = 26,8604 %
= 0,1396 %
Sisa bahan baku = 26,8604 %
HEWANI 98,45
48,0296 %
26,8604 %
NABATI 74,89
68,5896 %
116,6192 %
x 88 %
= 36,24 %
x 88 %
= 51,757 %
Ti
= 36,242 % : 2
= 18,121 %
MBM = 36,242 % : 2
=18,121 %
T.J
= 51,757 % : 4
= 12,939 %
T.K = 51,757 % : 4
= 12,939 %
Dedak = 51,757 % : 4
= 12,939 %
Pollard = 51,757 % : 4
= 12,939 %
87,998 %
binder
4%
+
91,998 %
23
Premix
4%
Minyak
4%
99,998 %
Sehingga didapat berat bahan baku seperti berikut:
a. T ikan
b. MBM
c. T jagung
d. T kedelai
e. Dedak
f.
Pollard
g. Binder
h. Premix
i.
Minyak
= 18,121%x 250 gram
= 45, 3025 gr
= 18,121 % x 250 gram
= 45, 3025 gr
= 12,939 % x 250 gram
= 32,3475 gr
= 12,939 %x 250 gram
= 32,3475 gr
= 12,939 %x 250 gram
= 32,3475 gr
= 12,939 %x 250 gram
= 32,3475 gr
= 4 %x 250 gram
= 10 gr
= 4%x 250 gram
= 10 gr
= 4%x 250 ml
= 10 ml
4.2.2 Kriteria Pakan Yang Baik
Pakan buatan yang berkualitas baik harus memenuhi kriteria-kriteria
seperti:
1. Kandungan gizi pakan terutama protein harus sesuai dengan kebutuhan
ikan
2. Diameter pakan harus lebih kecil dari ukuran bukaan mulut ikan
3. Pakan mudah dicerna
4. Kandungan nutrisi pakan mudah diserap tubuh
5. Memiliki rasa yang disukai ikan
6. Kandungan abunya rendah
7. Tingkat efektivitasnya tinggi
24
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan tersebut dapat diketahui bahwa pakan yang baik harus
mengandung nutrisi yang baik dan lengkap sesuai dengan nutrisi yang
dibutuhkan oleh ikan. Ukuran pakan juga harus disesuaikan dengan umur dan
ukuran mulut ikan yang akan diberi pakan. Kandungan nutrisi yang terdapat
dalam pakan disesuaikan dengan umur, ukuran mulut ikan, serta jenis ikan yang
akan diberikan pakan tersebut. Dari data diatas juga dapat disimpulkan pakan
yang baik adalah pakan yang memiliki daya apung yang lama. Karena semakin
lama pakan mengapung semakin baik kualitas pakan tersebut.
25
DAFTAR PUSTAKA
Mujiman, Ahmad. 2001. Makanan Ikan. Bekasi : Penebar Swadaya.
Rendra.2014.cara mudah membuat pakan ikan.
Html.(oline)(http://www.alamtani.com)
Murtidjo.A.B.2001. Pedoman meramu pakan ikan kanisius.Yogyakarta
sahwan.M. firdaus.1999. pakan ikan dan udang : formulasi, pembuatan Jakarta
penebar swadaya
Afriaanto, E. dan Liviawati. E. 2008. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Anonim. 1987. Petunjuk Teknis Pengoperasian Unit Usaha Pembenihan Udang
windu. Direktorat Jenderal Perikanan. Badan Penelitian Pengembangan
Pertanian Jakarta.
Ardan, Andy, Candy, Nirwana.2010.Laporan PKL Teknik Pembenihan Udang
Windu. BBAP Takalar
Deshimaru. dkk. 1997. Peranan pakan dalam budidaya ikan dan udang
Isnan Setyo dan Kurniastuti.1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan
Zooplankton Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut’. Kanisius
Martosudarmo dan Ranoemiharjo.1983. Biologi Udang Panaeid Dalam
Pedoman Pembenihan Udang Windu. Dirjen Perikanan Departemen
Pertanian, Jakarta.
Nurdjana,dkk. 1986. Produksi Induk Masak Telur Dalam Pembenihan Udang
Windu
NRC, ( 1981 ): Nutrient requirement of coldwater fishes, National Academy
Press, Washinton D. C./ USA
NRC, ( 1983 ): Nutrient requirements of warmwaters fished and shellfishes (
revised ed )
Stefens, W. ( 1985 ): Grundlagen der Fischernahrung. VEB Gustav Fischer
Verlag. Jena/Germany.
26
Suastika, IBM. Perkembangan Pembenihan Udang Windu, Fenomena Teknis di
Balik Bisnis. BBAP Jepara.
27
LAMPIRAN
ALAT
Baskom
Timbangan Digital
Sendok Plastik
Mangkuk Plastik
Nampan
Sarung Tangan Plastik
Alat Penggiling Pakan
28
29 | Laporan Praktik Produksi Pakan Buatan