Hukum Perdata Hukum Benda macam macam be

Hukum Perdata: Hukum Benda, macam-macam benda,
asas-asas kebendaan
13 Feb
1. Pengertian Benda
Berdasarkan Pasal 504 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), benda dibedakan
menjadi 2 (dua) yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak. Mengenai benda tidak
bergerak, diatur dalam Pasal 506 – Pasal 508 KUHPer. Sedangkan untuk benda bergerak,
diatur dalam Pasal 509 – Pasal 518 KUHPer.
Prof. Subekti, S.H. dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Hukum Perdata (hal. 61-62),
suatu benda dapat tergolong dalam golongan benda yang tidak bergerak (onroerend) pertama
karena sifatnya, kedua karena tujuan pemakaiannya, dan ketiga karena memang demikian
ditentukan oleh undang-undang.
Lebih lanjut, Subekti menjelaskan bahwa adapun benda yang tidak bergerak karena sifatnya
ialah tanah, termasuk segala sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung, karena
perbuatan alam atau perbuatan manusia, digabungkan secara erat menjadi satu dengan tanah
itu. Jadi, misalnya sebidang pekarangan, beserta dengan apa yang terdapat di dalam tanah itu
dan segala apa yang dibangun di situ secara tetap (rumah) dan yang ditanam di situ (pohon),
terhitung buah-buahan di pohon yang belum diambil.
Tidak bergerak karena tujuan pemakaiannya, ialah segala apa yang meskipun tidak secara
sungguh-sungguh digabungkan dengan tanah atau bangunan, dimaksudkan untuk mengikuti
tanah atau bangunan itu untuk waktu yang agak lama, yaitu misalnya mesin-mesin dalam

suatu pabrik. Selanjutnya, ialah tidak bergerak karena memang demikian ditentukan oleh
undang-undang, segala hak atau penagihan yang mengenai suatu benda yang tidak bergerak.
Pada sisi lain masih menurut Subekti, suatu benda dihitung termasuk golongan benda yang
bergerak karena sifatnya atau karena ditentukan oleh undang-undang. Suatu benda yang
bergerak karena sifatnya ialah benda yang tidak tergabung dengan tanah atau dimaksudkan
untuk mengikuti tanah atau bangunan, jadi misalnya barang perabot rumah tangga. Tergolong
benda yang bergerak karena penetapan undang-undang ialah misalnya vruchtgebruik dari
suatu benda yang bergerak, lijfrenten, surat-surat sero dari suatu perseroan perdagangan,
surat-surat obligasi negara, dan sebagainya.
Selanjutnya menurut Frieda Husni Hasbullah (Ibid, hal. 44-45) untuk kebendaan bergerak
dapat dibagi dalam dua golongan:
a. Benda bergerak karena sifatnya, yaitu benda-benda yang dapat berpindah atau dapat
dipindahkan misalnya ayam, kambing, buku, pensil, meja, kursi, dan lain-lain (Pasal 509
KUHPer). Termasuk juga sebagai benda bergerak ialah kapal-kapal, perahu-perahu, gilingangilingan dan tempat-tempat pemandian yang dipasang di perahu dan sebagainya (Pasal 510
KUHPer).
b. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang (Pasal 511 KUHPer) misalnya:
1.Hak pakai hasil dan hak pakai atas benda-benda bergerak;

2.Hak atas bunga-bunga yang diperjanjikan;
3.Penagihan-penagihan atau piutang-piutang;

4.Saham-saham atau andil-andil dalam persekutuan dagang, dan lain-lain.
2. Pengertian Hukum Benda
Dalam kamus hukum disebutkan pengertian hukum benda, yaitu:
Hukum benda adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubunganhubungan hukum antara subyek hukum dengan benda dan hak kebendaan.
Menurut Titik Triwulan Tutik, hukum benda adalah suatu ketentuan yang mengatur tentang
hak-hak kebendaan dan barang-barang tak terwujud (immaterial). Hukum harta kekayaan
mutlak disebut juga dengan hukum kebendaan: yaitu hukum yang mengatur tentang
hubungan hukum antara seseorang dengan benda. Hubungan hukum ini, melahirkan hak
kebendaan (zakelijk recht) yakni yang memberikan kekuasaan langsung kepada seseorang
yang berhak menguasai ssesuatu benda didalam tangan siapapun benda itu. Menurut titik tri
wulan tutik mengemukakan pengertian hukum kekayaan relatif yang merupakan bagian dari
hukum harta kekayaan, yaitu : ketentuan yang mengatur utang piutang atau yang timbul
karena adanya perjanjian. Hukum harta kekayaan relatif disebut juga dengan hukum
perikatan. Yaitu : hukum yang mengatur hubungan hukum antara seseorang dengan seseorang
lain. Hubungan hukum ini menimbulkan hak terhadap seseorang atau perseorangan
(personalijk recht), yakni hak yang memberikan kekuasaan kepada seseorang untuk menuntut
seseorang yang lain untuk berbuay sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.
Menurut P.N.H.Simanjuntak, hukum benda yaitu Hukum benda adalah peraturan-peraturan
hukum yang mengatur mengenai hak-hak kebendaan yang sifatnya mutlak.
Menurut Prof. Soediman Kartihadiprojo, bahwa hukum kebendaan ialah semua kaidah

hukum yang mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak-hak atas benda.
Menurut Prof. L.J Van Apel Doorn, yaitu hukum kebendaan adalah peraturan mengenai hakhak kebendaan.
Menurut Prof Sri Soedewi Masjchoen Sofwan juga mengemukakan ruang lingkup yang
diatur dalam hukum benda itu, sebagai berikut: Apa yang diatur dalam dalam hukum benda
itu? Pertama-tama hukum benda itu mengatur pengertian dari benda, kemudian pembedaan
macam-macam benda dan selanjutnya bagran yang terbesar mengatur mengeras macammacam hak kebendaan.
3. Macam-macam Benda dan Hak Kebendaan
Pembedaan berbagai macam kebendaan dalam hukum perdata berdasarkan perspektif kitab
undang-undang hukum perdata. KUH perdata membeda-bedakan benda dalam berbagai
macam:
a. Kebendaan dibedakan atas benda tidak bergerak (anroe rende zaken) dan benda bergerak
(roerendes zaken) (pasal 504 KUH perdata).
b. Kebendaan dapat dibendakan pula atas benda yang berwujud atau bertubuh (luchamelijke
zaken) dan benda yang tidak berwujud atau berubah (onlichme Lijke Zaken) (pasal 503 KUH
perdata).

c. Kebendaan dapat dibedakan atas benda yang dapat dihabiskan (verbruikbare zaken) atau
tak dapat dihabiskan (pasal 505 KUH perdata).
pembedaan kebendaan demikian ini diatur dalam pasal-pasal 503,504 dan 505 KUH perdata
yang berbunyi sebagai berikut: (pasal 503, tiap-tiap kebendaan adalah bertubuh/ tidak

bertubuh), (pasal 504, tiap-tiap kebendaan adalah bergerak atau tidak bergerak, satu sama lain
menurut ketentuan-ketentuan dalam kedua bagian berikut), (pasal 505, tiap-tiap kebendaan
bergerak adalah dapat dihabiskan/tak dapat dihabiskan kebendaan terlepas dn benda-benda
sejenis itu, adalah kebendaan bergerak). Selain itu, baik didalam buku I dan buku II KUH
Perdata, kebendaan dibedakan atas benda yang sudah ada (tegenwoordige zaken) dan benda
yang baru akan ada (taekomstige zaken) (pasal 1134 KUH Perdata) dibedakan lagi atas
kebendaan dalam perdagangan (zaken in de handel) dan benda diluar perdagangan (zaken
buiten de handel) (pasal 1332 KUH Perdata), kemudian kebendaan dibedakan lagi benda
yang dapat dibagi (deelbare zaken) dan benda yang tidak dapat dibagi (ondeelbare zaken)
(pasal 1163 KUH Perdata), serta akhirnya kebendaan dibedakan atas benda yang dapat
diganti (vervangbare zaken) dan benda yang tidak dapat dibagi (onvervange zaken) (pasal
1694 KUH Perdata). Pembedaan benda yang sangat penting yaitu pembedaan atas benda
bergerak dan tidak bergerak serta benda terdaftar dan benda tidak terdaftar. Pembedaan
macam kebendaan berdasarkan totalitas bendanya :
Didasarkan kepada ketentuan dalam pasal 500 dan pasal 501 KUHPerdata yang menyatakan
sebagai berikut :
Pasal 500 KUHPerdata
“Segala apa yang karena hukum perlekatan termasuk dalam sesuatu kebendaan sepertipun
segala hasil dari kebendaan itu, baik hasil karena alam maupun hasil karena pekerjaan orang
lain, selama yang akhir-akhir ini melekat paada kebendaan itu laksana dan akar terpaut pada

tanahnya, kesemuanya itu adalah bagian dari pada kebendaan tadi”
Pasal 501
“Dengan tak mengurai ketentuan-ketentuan istimewa menurut undang-undang atau karena
perjanjian tiap-tiap hasil perdata adalah bagian dari pada sesuatu kebendaan, jika dan selama
hasil itu belum dapat ditagih”.
Dari pasal-pasal diatas benda dapat dibagi menjadi benda pokok (utama) dan benda
perlekatan. Benda pokok adalah benda yang semula telah dimiliki oleh seseorang tertentu,
sedangkan benda perlekatan adalah setiap yang:
(1) karena perbuatan alam;
(2) karena perbuatan manusia;
(3) karena hasil perdata yang belum dapat ditagih.
Benda tak bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya, tujuannya atau penetapan
undang-undang dinyatakan sebagai benda tak bergerak. Ada tiga golongan benda tak
bergerak, yaitu:
1. Benda menurut sifatnya tak bergerak dapat dibagi menjadi 3 macam :
a. Tanah
b. Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena tumbuh dan berakar serta bercabang
(seperti tumbuh-tumbuhan, buah-buahan yang belum dipetik, dan sebagainya)

c. Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena didirikan diatas tanah, yaitu karena

tertanam dan terpaku seperti tanaman.
2. Benda yang menurut tujuan pemakaiannya supaya bersatu dengan benda tak bergerak,
yaitu:
a. Pada pabrik ; segala macam mesin-mesin katel-katel dan alat-alat lain yang dimaksudkan
supaya terus-menerus berada disitu untuk digunakan dalam menjalankan pabrik.
b. Pada suatu perkebunan ; segala sesuatu yang dapat digunakan rabuk bagi tanah, ikan dalam
kolam dan lain-lain.
c. Pada rumah kediaman ; segala kacak, tulisan-tulisan, dan lain-lain serta alat-alat untuk
menggantungkan barang-barang itu sebagai bagian dari dinding, sarang burung yang dapat
dimakan (walet).
d. Barang reruntuhan dari suatu bangunan, apabila dimaksudkan untuk dipakai guna untuk
mendirikan lagi bangunan itu.
3. Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda tak bergerak, yaitu:
a. Hak-hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tak bergerak (seperti : hak opstal, hak
hipotek, hak tanggungan dan sebagainya).
b. Kapal-kapal yang berukuran 20 meter kubik keatas (WvK).
Benda bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya, tujuannya atau penetapan dalam
undang-undang dinyatakan sebagai benda bergerak.
Ada 2 golongan benda bergerak, yaitu:
a. Benda yang menurut sifatnya bergerak dalam arti benda itu dapat dipindah atau

dipindahkan dari suatu tempat ketempat lain. Misalnya : kendaraan (seperti : sepeda, sepeda
motor, mobil); alat-alat perkakas (seperti : kursi, meja, alat-alat tulis).
b. Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda bergerak adalah segala hak
atas benda-benda bergerak. Misalnya : hak memetik hasil, hak memakai, hak atas bunga yang
harus dibayar selama hidup seseorang, hak menuntut dimuka pengadilan agar uang tunai atau
benda-benda beregerak diserahkan kepada seseorang (penggugat), dan lain-lain.
Perbedaan mengenai benda bergerak dan benda tak bergerak tersebut penting artinya, karena
adanya ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku bagi masing-masing golongan benda
tersebut, misalnya : pengaturan mengenai hal-hal sebagai berikut :
• Mengenai hak bezit; Untuk benda bergerak yang menentukan, barang siapa yang menguasai
bendaa bergerak dianggap ia sebagai pemiliknya.
• Mengenai pembebanan (bezwaring); Terhadap benda bergerak harus digunakan lembaga
jaminan gadai (pand). Sedangkan benda tak bergerak harus digunakan lembaga jaminan
hyphoteek. (pasal 1150 dan pasal 1162 BW).
• Mengenai penyerahan (levering); Pasal 612 BW menetapkan bahwa penyerahan benda
bergerak dapat dilakukan dengan penyerahan nyata. Sedangkan benda tak bergerak, menurut
pasal 616 BW harus dilakukan dengan balik nama pada daftar umum.
• Mengenai kedaluarsa (verjarinng); Terhadap benda bergerak tidak dikenal daluarsa, sebab
bezti sama dengan eigendom. Sedangkan benda tak bergerak mengenai kadaluarsa. Seseorang
dapat mempunyai hak milik karena lampaunya 20 tahun (dalam hal ada alas yang sah) atau

30 tahun (dalam hal tidak ada alas hak), yang disebut dengan “acquisitive verjaring”.
• Mengenai penyitaan (beslag); Revindicatior beslag adalah penyitaan untuk menuntut

kembali suatu benda bergerak miliknya pemohon sendiri yang ada dalam kekuasaan orang
lain.
Benda yang musnah
Sebagaimana diketahui, bahwa objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subyek
hukum dan yang dapat menjadi pokok (obyek) suatu hubungan hukum. Maka benda-benda
yang dalam pemakaiannya akan musnah, kegunaan benda-benda itu terletak pada
kemusnahannya. Misalnya : makanan dan minuman, kalau dimakan dan diminum (artinya
musnah) baru memberi manfaat bagi kesehatan.
Benda yang tetap ada
Benda yang tetap ada ialah benda-benda yang dalam pemakaiannya tidak mengakibatkan
benda itu musnah, tetapi memberi manfaat bagi pemakaiannya. Seperti : cangkir, sendok,
piring, mobil, motor, dan sebagainya.
Benda yang dapat diganti dan benda yang tak dapat diganti
Menurut pasal 1694, BW pengambilan barang oleh penerima titipan harus in natura, artinya
tidak boleah diganti oleh benda lain. Oleh karena itu, maka perjanjian pada penitipan barang
umumnya hanya dilakukan mengenai benda yang tidak musnah.
Bilamana benda yang dititipkan berupa uang, maka menurut pasal 1714 BW, jumlah uang

yang harus dlkembalikan harus dalam mata uang yang sama pada waktu dititipkan, baik mata
uang itu telah naik atau turun nilainya. Lain halnya jika uang tersebut tidak dititipkan tetapi
dipinjam menggantikan, maka yang menerima pinjaman hanya diwjibkan mengembalikan
sejumlah uang yang sama banyaknya saja, sekalipun dengan mata uang yang berbeda dari
waktu perjanjian (pinjam mengganti) diadakan.
Benda yang diperdagangkan
Benda yang diperdagangkan adalah benda-benda yang dapat dijadikan objek (pokok) suatu
perjanjian. Jadi semua benda yang dapat dijadikan pokok perjanjian dilapangan harta
kekayaan termasuk benda yang dipertahankan.
Benda yang tak diperdagangkan
Benda yang tak diperdagangkan adalah benda-benda yang tidak dapat dijadikan objek
(pokok) suatu perjanjin dilapangan harta kekayaan.
4. Asas-asas Kebendaan
a. Asas individualitas. Yaitu objek kebendaan selalu benda tertentu, atau dapat ditentukan
secara individual, yang merupakan kesatuan. Hak kebendaan selalu benda yang dapat
ditentukan secara individu. Artinya berwujud dan merupakan satu kesatuan yang ditentukan
menurut jenis jumlahnya. Contoh: rumah, hewan.
b. Asas totalitas. Yaitu hak kebendaan terletak diatas seluruh objeknya sebagai satu kesatuan.
Contoh: seorang memiliki sebuah rumah, maka otomatis dia adalah pemilik jendela, pintu,
kunci, dan benda-benda lainnya yang menjadi pelengkap dari benda pokoknya (tanah).

c. Asas tidak dapat dipisahkan.Yaitu orang yang berhak tidak boleh memindah tangankan
sebagian dari kekuasaan yang termasuk hak kebendaan yang ada padanya. Contoh: seseorang
tidak dapat memindah tangankan sebagian dari wewenang yang ada padanya atas suatu hak

kebendaan, seperti memindahkan sebagian penguasaan atas sebuah rumah kepada orang lain.
Penguasaan atas rumah harus utuh, karena itu pemindahannya harus juga utuh.
d. Asas publisitas. Yaitu hak kebendaan atas benda tidak bergerak diumumkan dan di
daftarkan dalam register umum. Contoh: pengumunam status kepemilikan suatu benda tidak
bergerak (tanah) kepada masyarakat melalui pendaftaran dalam buku tanah/
register.sedangkan pengumuman benda bergerak terjadi melalui penguasaan nyata benda itu.
e. Asas spesialitas. Dalam lembaga hak kepemilikan hak atas tanah secara individual harus
ditunjukan dengan jelas ujud, batas, letak, luas tanah. Contoh Asas ini terdapat pada hak
milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atas benda tetap.
f. Asas zaaksvelog atau droit de suit (hak yang mengikuti), artinya benda it uterus menerus
mengikuti bendanya dimanapun juga (dalam tangan siapapun juga) barang itu berada.
g. Asas accessie/asas pelekatan. Suatu benda biasanya terdiri atas bagian-bagian yang
melekat menjadi satu dengan benda pokok. Contohnya: hubungan antara bangunan dengan
genteng, kosen, pintu dan jendela. Menurut asas ini pemilik benda pokok dengan sendirinya
merupakan pemilik dari benda pelengkap. Dengan perkataan lain status hukum benda
pelengkap mengikuti status hukum benda pokok.

h. Asas zakelijke actie. Adalah hak untuk menggugat apabila terjadi gangguan atas hak
tersebut. Misalnya: penuntutan kembali, gugatan untuk menghilangkan gangguan-gangguan
atas haknya, gugatan untuk memulihkan secara semula, gugatan untuk menuntut ganti rugi,
dll.
i. Asas hukum pemaksa (dewingen recht). Bahwa orang tidak boleh mengadakan hak
kebendaan yang sudah diatur dalam UU. Aturan yang sudah berlaku menurut UU wajib
dipatuhi atau tidak boleh disimpangi oleh para pihak.
j. Asas dapat dipindah tangankan. Yaitu semua hak kebendaan dapat dipindah tangankan.
Menurut perdata barat, tidak semua dapat dipindah tangankan ( seperti hak pakai dan hak
mendiami) tetapi setelah berlakunya undang-undang hak atas tanah UUHT, semua hak
kebendaan dapat dipindah tangankan.
5. Timbul dan Terhapusnya Hak Kebendaan
Timbulnya hak kebendaan:
a. Pendakuan (toeeigening), Yaitu memperoleh hak milik atas benda-benda yang tidak ada
pemiliknya (res nullius). Res nullius hanya atas benda bergerak. Contohnya: memburu rusa di
hutan, memancing ikan dilaut, mengambil harta karun, dll.
b. Perlekatan (natrekking), yaitu suatu cara memperoleh hak milik, dimana benda itu
bertambah besar atau berlipat ganda karena alam. Contoh: tanah bertambah besar sebagai
akibat gempa bumi, seseorang membeli seekor sapi yang sedang bunting maka anak sapi
yang dilahirkan dari induknya itu menjadi milinya juga, pohon berbuah, dll.
c. Daluarsa (verjaring), yaitu suatu cara untuk memperoleh hak milik atau membebaskan dari
suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan

dalam Undang-Undang (pasal 1946 KUH Perdata). Barang siapa menguasai benda bergerak
yang dia tidak ketahui pemilik benda itu sebelumnya (misalnya karena menemukannya), hak
milik atas benda itu diperoleh setelah lewat waktu 3 tahun sejak orang tersebut menguasai
benda yang bersangkutan.
d. Melalui penemuan. Benda yang semula milik orang lain, akan tetapi lepas dari
penguasanya, karena misalnya jatuh di perjalanan, maka barang siapa yang menemukan
barang tersebut dan ia tidak mengetahui siapa pemiliknya, menjadi pemilik barang yang
ditemukannya.
e. Melalui penyerahan. Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui
penyerahan. Contoh: jual beli, sewa menyewa. Dengan adanya penyerahan maka title
berpindah kepada siapa benda itu diserahkan.
f. Pewarisan, yaitu suatu proses beralihnya hak milik atau harta warisan dari pewaris kepada
ahli warisnya. Pewarisan dapat dibedakan menjadi dua macam: karena UU dan wasiat
g. Dengan penciptaan. Seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda yang sudah
ada maupun baru, dapat memperoleh hak milik atas benda ciptaannya tersebut. Contoh: orang
yang menciptakan patung dari sebatang kayu, menjadi pemilik patung itu. Demikian pula hak
kebendaan tidak berwujud seperti hak paten, dan hak cipta.
Hapusnya hak kebendaan
a. Bendanya lenyap/ musnah
Karena musnahnya suatu benda, maka hak atas benda tersebut ikut lenyap.
Contohnya: hak sewa atas rumah yang habis/musnah tertimbun longsor. Hak gadai atas
sebuah sepeda motor ikut habis apabila barang tersebut musnah karena kebakaran.
b. Karena dipindah tangankan
Hak milik, hak memungut hasil atau hak pakai menjadi hapus bila benda yang bersangkutan
dipindah tangankan kepada orang lain.
c. Karena pelepasan hak (pemilik melepaskan benda tersebut)
Pada umumnya pelepasan yang bersangkutan dilakukan secara sengaja oleh yang memiliki
hak tersebut.
Contohnya: radio yang rusak dibuang ke tempat sampah. Dalam hal ini, maka hak
kepemilikan menjadi hapus dan bisa menjadi hak milik orang lain yang menemukan radio
tersebut.
d. Karena pencabutan hak
Penguasa public dapat mencabut hak kepemilikan seseorang atas benda tertentu, dengan
syarat: harus didasarkan undang-undang, dilakukan untuk kepentingan umum (dengan ganti
rugi yang layak).
Daftar Referensi:
Website:

1. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4712/mengenai-benda-bergerak-dan-bendatidak-bergerak.
2. http://mustain-billah.blogspot.com/2012/05/makalah-hukum-perdata-tentang-hukum.html
3. http://blajarhukumperdata.blogspot.com/2013/01/benda-menurut-hukum-perdata.html
4. http://www.slideshare.net/mondoside/hukum-benda.
5. https://guzthie.wordpress.com/2011/12/29/hukum-benda-za/
Buku:
1. Hasbullah, Frieda Husni. 2005. Hukum Kebendaan Perdata: Hak-Hak Yang Memberi
Kenikmatan. Ind-Hil-Co.
2. Subekti. 2003. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa.
3. Salim HS. 2001. Pengantar Hukum Perdata Tertulis. Jakarta: Sinar Grafika.
4. Subekti dan Tjitrosudibio. 2013. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk
Wetboek) dan UU No. 1 Tahun 1974. Jakarta: Pradnya Paramita.
Ahli:
1. Prof. Subekti, S.H.
2. Frieda Husni Hasbullah
3. Titik Triwulan Tutik
4. P.N.H.Simanjuntak
5. Prof. Soediman Kartihadiprojo
6. Prof Sri Soedewi Masjchoen Sofwan
7. Prof. L.J Van Apel Doorn

Home » HUKUM PERDATA » Hukum Perdata - Hukum Kebendaan (Pengertian,
Asas dan Macam-macam Hukum Benda)

Hukum Perdata - Hukum Kebendaan (Pengertian, Asas
dan Macam-macam Hukum Benda)
Add Comment HUKUM PERDATA
Hukum Perdata - Hukum Kebendaan, Hukum Kebendaan merupakan bagian
dari hukum perdata. Hukum Benda adalah semua kaidah hukum yang mengatur
hak-hak apakah yang didapatkan pada orang dalam hubungannya dengan orang
lain. Kemudian kita penasaran apa sajakah hak-hak yang didapatkan dalam
hubungannya dengan orang lain? Maka dalam kesempatan kali ini saya akan
mencoba memaparkan mengenai Hukum Benda yang merupakan lanjutan dari
materi hukum perdata.

Hukum Benda (Pengertian, Asas dan
Macamnya)

HUKUM BENDA PADA UMUMNYA
Pengaturan Hukum Benda dalam KUHPer

Hukum benda merupakan bagian dari hukum harta kekayaan. Menurut Prof.
Soediman Kartohadiprodjo, hukum harta kekayaan ialah semua kaidah hukum
yang mengatur hak-hak apakah yang didapatkan pada orang dalam
hubungannya dengan orang lain, tertentu dan tidak tertentu yang mempunyai
nilai uang. Sedangkan menurut Prof. L.J. van Apeldoorn, hukum harta kekayaan
ialah semua peraturan hubungan-hubungan hukum yang bernilai uang.

Sistem Hukum Benda

Sistem pengaturan hukum benda bersifat tertutup. Artinya orang tidak bisa
atau tidak dapat mengadakan hak-hak kebendaan baru selain yang sudah
ditetapkan dalam Undang-Undang. Jadi, hanya dapat mengadakan hak
kebendaan terbatas yang sudah ditetapkan dalam undang-undang saja.

Pengertian Benda

Menurut Pasal 499 KUHPer, benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak
yang dapat dikuasai oleh hak milik. Sedangkan yang dimaksud benda dalam arti
ilmu hukum adalah segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hukum dan
barang-barang yang dapat menjadi milik serta hak setiap orang yang dilindungi
oleh hukum.

Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, yang dimaksudkan dengan benda
ialah semua barang yang berwujud dan hak (kecuali hak milik)(Kartohadiprodjo,
1984: hlm 92). Menurut Prof. Sri Soedewei Masjchoen Sofwan, pengertian benda
pertama-tama ialah barang yang berwujud yang dapat ditangkap dengan panca
indra, tapi barang yang tak berwujud termasuk benda juga (Soedewi Masjchoen,
1981: hlm 13). Sedangkan menurut Prof. Subekti, perkataan benda (zaak) dalam
arti luas ialah segala sesuatu yang dapat dihaki orang, dan perkataan benda
dalam arti sempit ialah barang yang dapat terlihat saja(Subekti, 2003: hlm 60).

Jadi dalam sistem Hukum Perdata, kata zaak mempunyai 2 arti, yaitu :
1. Barang yang berwujud
2. Bagian daripada harta kekayaan
3. Benda sebagai obyek hukum (Pasal 500 KUHPer)
4. Benda sebagai kepentingan hukum (Pasal 1354 KUHPer)

5. Benda sebagai kenyataan hukum (Pasal 1263 KUHPer)]
6. Benda sebagai perbuatan hukum (Pasal 1792 KUHPer)

Pengertian Hukum Benda

Hukum benda merupakan terjemahan dari bahasa Belanda “Zakenrecht”.
Menurut Prof. Soediman Kartohadiprodjo, hukum kebendaan ialah semua kaidah
hukum yang mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak-hak
atas benda. Sedangkan menurut Prof. L.J van Apeldoorn, hukum kebendaan ialah
peraturan mengenai hak-hak kebendaan. Menurut Prof. Sri Soedewi Masjchoen
Sofwan, yang diatur dalam hukum benda adalah pertama-tam mengatur
pengertian dari benda, kemudian perbedaan macam-macam benda, dan
selanjutnya bagian yang terbesar mengatur mengenai macam-macam hak
kebendaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Hukum
Benda ialah peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai hak-hak
kebendaan yang sifatnya mutlak.

Macam-macam Benda

Menurut Prof. Subekti, benda dapat dibagi atas beberapa macam, yaitu:
1. Benda yang dapat diganti (contoh: uang) dan benda yang tidak dapat
diganti (contoh: seekor kuda).
2. Benda yang dapat diperdagangkan dan benda yang tidak
diperdagangkan (contoh: jalan-jalanan dan lapangan umum).

dapat

3. Benda yang dapat dibagi (contoh: beras) dan benda yang tidak dapat
dibagi (contoh: seekor kuda).
4. Benda yang bergerak (contoh: perabot rumah) dan yang tidak dapat
bergerak (contoh: tanah) (Subekti, 2003: hlm.61)
Menurut Prof. Soedewi Masjchoen Sofwan, benda dapat dibedakan atas :

1. Barang yang berwujud dan barang yang tidak berwujud.
2. Barang-barang yang bergerak dan tidak bergerak.

3. Barang yang dapat dipakai habis dan barang yang tidak dapat dipakai
habis.
4. Barang-barang yang sudah ada dan barang-barang yang masih akan ada
(Soedewi Masjchoen, 1984: hlm 19)
Barang yang akan ada dibedakan :
1. Barang-barang yang suatu saat sama sekali belum ada, misal: panen yang
akan datang.
2. Barang-barang yang akan ada relatif, yaitu barang-barang yang pada saat
itu sudah ada, tetapi bagi orang-orang yang tertentu belum ada, misalnya
barang-barang yang sudah dibeli, tapi belum diserahkan.
3. Barang-barang yang dalam perdagangan dan barang-barang di luar
perdagangan.
4. Barang-barang yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi.

Asas-asas Hukum Benda

Menurut Prof. Sri Soedewi Majchoen Sofwan, ada 10 asas umum dari hukum
benda :
1. Merupakan hukum pemaksa. Menurut asas ini, atas sesuatu benda itu
hanya dapat diadakan hak kebendaan sebagaimana yang telah disebutkan
dalam undang-undang. Dengan kata lain kehendak pihak lain tidak dapat
mempengaruhi isi hak kebendaan.
2. Dapat dipindahkan. Menurut asas ini, semua hak kebendaan dapat
dipindah-tangankan, kecuali hak pakai dan hak mendiami. Jadi orang yang
berhak tidak dapat menentukan bahwa tidak dapat dipindah-tangankan.
3. Asas individualiteit. Menurut asas ini, obyek dari hak kebendaan selalu
adalah suatu barang yang dapat ditentukan. Artinya, orang hanya dapat
sebagai pemilik dari barang-barang yang berwujud merupakan kesatuan.
Jadi orang tidak mempunyai hak kebendaan di atas barang-barang yang
ditentukan menurut jenis dan jumlahnya.
4. Asas totaliteit. Menurut asas ini, hak kebendaan selalu melekat atas
keseluruhan daripada obyeknya. Dengan kata lain, bahwa siapa yang
mempunyai hak kebendaan atas suatu barang, ia mempunyai hak
kebendaan itu atas keseluruhan barang itu dan juga atas bagianbagiannya yang tidak tersendiri.
5. Asas tidak dapat dipisahkan. Menurut asas ini, pemilik tidak dapat
memindah-tangankan sebagian daripada wewenang yang termasuk suatu

hak kebendaan yang ada padanya. Jadi, pemisahan daripada hak
kebendaan itu tidak diperkenankan.
6. Asas priotiteit. Menurut asas ini, semua hak kebendaan memberikan
wewenang yang sejenis dengan wewenang-wewenang dari eigendom,
sekalipun luasnya berbeda-beda.
7. Asas pencampuran. Menurut asas ini, hak kebendaan terbatas
wewenangnya. Jadi, hanya mungkin atas benda orang lain, dan tidak
mungkin atas hak miliknya sendiri.
8. Asas perlakuan yang berlainan terhadap benda bergerak dan tidak
bergerak. Asas ini berhubungan dengan penyerahan, pembebanan, bezit
dan verjaring mengenai benda-benda bergerak dan tak bergerak
berlainan.
9. Asas publiciteit. Menurut asas ini, benda-benda yang tidak bergerak
mengenai penyerahan dan pembebanannya berlaku kewajiban untuk
didaftarkan dalam daftar (register) umum. Sedangkan untuk mengenai
benda yang tidak bergerak, cukup dengan penyerahan nyata, tanpa
pendaftaran dalam register umum.
10.Sifat perjanjian. Orang mengadakan hak kebendaan misalnya
mengadakan hak memungut hasil, gadai, hipotik dan lain-lain, itu
sebetulnya mengadakan perjanjian. Sifat perjanjiannya di sini merupakan
perjanjian yang zakelijk, yaitu perjanjian untuk mengadakan hak
kebendaan.(Soedewi Masjchoen, 1984:hlm 36-40).

HAK KEBENDAAN
Pengertian Hak Kebendaan

Hak Kebendaan ialah suatu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas
suatu hak yang dapat dipertahankan setiap orang (Subekti, 2003: hlm 62).
Kemudian dapat disimpulkan bahwa hak kebendaan ialah hak mutlak yang
memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan
setiap orang dan mempunyai sifat melekat (Simanjuntak, 2009: hlm. 210).

Ciri-ciri Hak Kebendaan
1. Merupakan hak mutlak. Dapat dipertahankan terhadap siapapun juga.
2. Mempunyai hak yang mengikuti. Artinya hak itu terus mengikuti bendanya
di manapun juga barang itu berada.
3. Mempunyai sistem. Sistem yang terdapat dalam hak kebendaan ialah
mana yag lebih dulu terjadinya, tingkatnya lebih tinggi daripada yang
terjadi kemudian.

4. Mempunyai hak yang lebih didahulukan daripada hak lainnya.
5. Mempunyai macam-macam
gangguan atas haknya.

actie

(penuntutan

kembali

jika

terjadi

6. Mempunyai cara pemindahan yang berlainan
Kemungkinan untuk memindahkan hak kebendaan itu dapat secara sepenuhnya
dilakukan.(Simanjuntak, 2009:hlm 210-211)
MACAM-MACAM HAK KEBENDAAN
Hak Bezit
Pengertian Bezit
1. Menurut KUHPer. Bezit diterjemahkan dengan kedudukan berkuasa, yaitu
kedudukan seseorang yang menguasai suatu kebendaan, baik dengan diri
sendiri
maupun
dengan
perantaraan
orang
lain,
dan
yang
mempertahankan atau menikmatinya selaku orang yang memiliki
kebendaan itu (Pasal 529 KUHPer).
2. Menurut Subekti. Bezit ialah suatu keadaan lahir, di mana seorang
seorang menguasai suatu benda seolah-olah kepunyaannya sendiri, yang
oleh hukum diperlindungi, dengan tidak mempersoalkan hak milik atas
benda itu sebenarnya apa pada siapa (Subekt, 2003: hlm 60).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan bezit
adalah hak seseorang yang menguasai auatu benda, baik langsung maupun
dengan perantaraan orang lain untuk bertindak seolah-olah benda itu
kepunyaannya sendiri (Simanjuntak, 2009: hlm 213).
Syarat-syarat adanya bezit
Untuk adanya suatu bezit, haruslah dipenuhi syarat-syarat, yaitu :
1. Adanya Corpus, yaitu harus ada
bersangkutan dengan bendanya.

hubungan

antara

orang

yang

2. Adanya Animus, yaitu hubungan antara orang dengan benda itu harus
dikehendaki oleh orang tersebut.
Dengan demikian, untuk adanya bezit harus ada 2 unsur, yaitu kekuasaan
datas suatu benda dan kemauan untuk memilikinya benda tersebut.
Fungsi bezit

Pada dasarnya, bezit mempunyai dua fungsi, yaitu :

1. Fungsi polisionil. Bezit itu mendapat perlindungan hukum tanpa
mempersoalkan hak milik atas benda tersebut sebenarnya ada pada
siapa. Jadi siapa yang membezit sesuatu benda, maka ia mendapat
perlindungan dari hukum sampai terbukti bahwa ia sebenarnya tidak
berhak. Dengan demikian, bagi yang merasa haknya dilanggar, maka ia
harus meminta penyelesaian melalui polisi atau pengadilan.
2. Fungsi zakenrechtelijk. Bezitter yang telah membezit suatu benda dan
telah berjalan untuk beberapa waktu tertentu tanpa adanya protes dari
pemilik sebelumnya, maka bezit itu berubah menjadi hak milik melalui
lembaga verjaring (lewat waktu).
Cara memperoleh bezit
Menurut Pasal 540 KUHPer, cara mendapatkan bezit ada dua macam, yaitu :
1. Dengan jalan Occupatio. Memperoleh bezit dengan jalan ini artinya
memperoleh bezut tanpa bantuan dari orang yang membezit lebih dahulu.
2. Dengan jalan traditio. Memperoleh bezit dengan jalan ini artinya
memperoleh bezit dengan bantuan dari orang yang membezit lebih
dahulu.
Hapusnya bezit
1. Kekuasaan atas benda itu berpindah pada orang lain
2. Benda yang dikuasai nyata telah ditinggalkan.

Hak Eigendom
Pengertian
1. Menurut KUHPer. Hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan
dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan
kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bertentangan dengan UU dan tidak
mengganggu hak-hak orang lain.
2. Menurut Prof. Subekti. Eigendom adalah hak paling sempurna atas suatu
benda. Seseorang yang mempunyai hak eigendom bebas berbuat apa saja
dengan benda itu asal tidak melanggar UU dan hak-hak orang lain
(Subekti, 2003:hlm. 69)
Dari perumusan di atas dapat disimpulkan, bahwa hak eigendom adalah hak
yang paling utama jika dibandingkan dengan hak-hak kebendaan yang lain
(Simanjuntak, 2009: hlm. 217).
Cara memperoleh hak milik

Menurut Pasal 584 KUHPer, hak eigendom dapat diperoleh dengan:
1. Pendahuluan
2. Ikutan
3. Lewat waktu
4. Pewarisan
5. Penyerahan
Hapusnya hak milik
Seseorang dapat kehilangan hak miliknya apabila :
1. Seseorang memperoleh hak milik itu melaui salah satu cara untuk
memperoleh hak milik.
2. Binasanya benda itu.
3. Pemilik hak milik melepaskan benda itu.

Hak Servituut
Pengertian hak servituut
1. Menurut KUHPer. Hak servituut disebut juga dengan pengabdian, yaitu
suatu beban yang diberikan kepada pekarangan milik orang yang satu,
utnuk digunakan bagi dan demi kemanfaatan pekarangan milik orang lain
2. Menurut Prof. Subekti, S.H. Yang dimaksud dengan servituut adalah suatu
beban yang diletakkan di atas suatu pekarangan untuk keperluan suatu
pekarangan lain yang berbatasan
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa hak servituut atau hak
pekarangan adalah suatu beban yang diletakkan di atas suatu pekarangan untuk
keperluan suatu pekarangan lain.
Macam-macam hak pekarangan

Menurut Pasal 677-678 KUHPer, hak pekarangan dapat dibedakan antara
1. Hak pekarangan abadi, yaitu hak tersebut dapat dilangsungkan secara
terus-menerus, tanpa bantuan orang lain atau manusia, misalnya: hak
mengalirkan air, hak atas pemandangan ke luar, dan sebagainya.

2. Hak pekarangan tak abadi, yaitu hak tersebut dalam penggunaannya
memerlukan suatu perbuatan manusia, misalnya: hak melintas
pekarangan, hak mengambil air, dan sebagainya.
3. Hak pekarangan yang nampak, yaitu hak terhadap suatu benda yang
nampak, misalnya: pintu, jendela, pipa air, dan sebagainya.
4. Hak pekarangan yang tak nampak, yaitu hak terhadap suatu benda yang
tak nampak, misalnya: larangan untuk mendirikan bangunan dan
sebagainya.

Syarat-syarat hak pekarangan
1. Harus ada dua halaman, yang letaknya saling berdekatan, dibangun atau
tidak dibangun dan yang dimiliki oleh berbagai pihak.
2. Kemanfaatan dari hak pekarangan itu harus dapat dinikmati atau dapat
berguna bagi berbagai pihak yang memiliki halaman tadi.
3. Hak pekarangan harus bertujuan utnuk meninggalkan kemanfaatan dari
halaman penguasa.
4. Beban yang diberatkan itu harus senantiasa bersifat menanggung
sesuatu.
5. Kewajiban-kewajiban yang timbul dalam hak pekarangan itu hanya dapat
ada dalam hal membolehkan sesuatu, atau tidak membolehkan sesuatu.
Hapusnya hak pekarangan karena:
1. Kedua pekarangan itu jatuh ke tangan seseorang (Pasal 706 KUHPer).
2. Selama 30 tahun berturut-turut tidak dipergunakan (Pasal 707 KUHPer).

Hak Opstal
Ialah suatu hak untuk memilki bangunan-banguna di atas tanaman-tanaman
di atas tanahnya orang lain. Dapat diperoleh melalui titel ataupun juga karena
lewat waktu. Hak opstal dapat hapus karena:
1. Hak opstal jatuh ke dalam satu tangan
2. Musnahnya pekarangan
3. Selama 30 tahun tidak digunakan
4. Waktu yang telah dijanjikan telah lampau

Hak Erfpacht
Ialah suatu hak kebendaan untuk menikmati sepenuhnya untuk waktu yang
lama dari sebidang tanah milik orang lain dengan kewajiban membayar sejumlah
uang tiap tahun.(PNH, Simanjuntak, Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia,
2009, hlm 224). Hak erfpacht dapat berakhir karena:
1. Musnahnya pekarangan
2. 30 tahun tidak dipergunakan
3. Waktu yang dijanjikan telah lampau
4. Diakhiri oleh pemilik tanah.

Hak Hipotik
Dengan mengacu pada Pasal 1162 KUHper, hipotik adalah suatu hak
kebendaan atas benda tidak bergerak, untuk mengambil penggantian
daripadanya bagi pelunasan suatu perutangan. Hak hipotik menurut pasal 1209
KUHPer, dapat hapus karena:
1. Hapusnya perikatan pokoknya.
2. Si berpiutang melepaskan hipotiknya.
3. Penetapan tingkat oleh hakim.

Daftar Pustaka
SOFWAN, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Perdata: Hukum Benda, Yogyakarta:
Liberty,
Cet.
IV,
1981
MERTOKUSUMO, Sudikno, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta:
Liberty,
Cet.
III,
2007.
SIMANJUNTAK, P.N.H., Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta:
Djambatan, 2009

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar belakang
Hukum benda secara singkat dapat di katakan,merupakan serangkaian
ketentuan ,norma kaidah dalam hokum yang mengatur mengenai makna benda
dalam kehidupan perdata maanusia yang memiliki nilai dalam lapangan harta

kekeyaan (ingat bahwa hokum kebendaan merupakan bagian dari hokum harta
kekayaan),bagaimana hubungan kebendaan tersebut di ciptakan dan bagaimana
hubungan hokum tersebut dapat di pertahankan.

2.

Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang di bahas dalam makalah ini adalah:

1.

pengertian hokum benda

2.

Dasar hokum benda

3.

Macam-macam benda

4.

Hak kebendaan
BAB II
Hukum Benda
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan Benda dalam konteks hukum perdata adalah segala
sesuatu yang dapat diberikan/diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya yang
berupa hak milik. Dengan demikian, yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut
adalah Subyek Hukum, sedangkan sesuatu yang dibebani hak itu adalah Obyek
Hukum.[1]
Benda yang dalam hukum perdata diatur dalam Buku II BWI, tidak sama
dengan bidang disiplin ilmu fisika, di mana dikatakan bahwa bulan itu adalah benda
(angkasa), sedangkan dalam pengertian hukum perdata bulan itu bukan (belum)
dapat dikatakan sebagai benda, karena tidak / belum ada yang (dapat) memilikinya.
Pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II BWI ini mempergunakan
system tertutup, artinya orang tidak diperbolehkan mengadakan hak hak
kebendaan selain dari yang telah diatur dalam undang undang ini.Selain itu, hukum
benda bersifat memaksa (dwingend recht), artinya harus dipatuhi,tidak boleh
disimpangi, termasuk membuat peraturan baru yang menyimpang dari yang telah
ditetapkan .
Lebih lanjut dalam hukum perdata, yang namanya benda itu bukanlah segala
sesuatu yang berwujud atau dapat diraba oleh pancaindera saja, melainkan

termasuk juga pengertian benda yang tidak berwujud, seperti misalnya kekayaan
seseorang. Istilah benda yang dipakai untuk pengertian kekayaan, termasuk
didalamnya tagihan /piutang, atau hak hak lainnya, misalnya bunga atas deposito .
Meskipun pengertian zaak dalam BWI tidak hanya meliputi benda berwujud
saja,namun sebagian besar dari materi Buku II tentang Benda mengatur tentang
benda yangberwujud. Pengertian benda sebagai yang tak berwujud itu tidak dikenal
dalam Hukum Adat kita, karena cara berfikir orang Indonesia cenderung pada
kenyataan belaka,berbeda dengan cara berfikir orang Barat yang cenderung
mengkedepankan apa yangada di alam pikirannya.Selain itu, istilah zaak didalam
BWI tidak selalu berarti benda, tetapi bisa berarti yang lain, seperti : “perbuatan
hukum “ (Ps.1792 BW), atau “kepentingan” (Ps.1354 BW),dan juga berarti
“kenyataan hukum” (Ps.1263 BW).
2.Dasar Hukum
Pada masa kini, selain diatur di Buku II BWI, hukum benda juga diatur dalam:
a. Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak hak
kebendaan yang berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang terkandung
didalamnya.
b. Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang hak atas
penggunaan merek perusahaan dan merek perniagaan .
c. Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur tentang hak cipta
sebagai benda tak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik .
d. Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang mengatur tentang
hak atas tanah dan bangunan diatasnya sebagai pengganti hipotik dan crediet
verband .[2]
3. Macam macam Benda
Doktrin membedakan berbagai macam benda menjadi :
a.Benda berwujud dan benda tidak berwujud
arti penting pembedaan ini adalah pada saat pemindah tanganan benda
dimaksud, yaitu :
a). Kalau benda berwujud itu benda bergerak, pemindah tanganannya harus secara
nyata dari tangan ke tangan.

b). Kalau benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah tanganannya harus
dilakukan dengan balik nama. Contohnya, jual beli rokok dan jual beli rumah .
Penyerahan benda tidak berwujud dalam bentuk berbagai piutang dilakukan
dengan :
 Piutang atas nama (op naam) dengan cara Cessie
 Piutang atas tunjuk (an toonder) dengan cara penyerahan surat dokumen yang
bersangkutan dari tangan ke tangan
 Piutang atas pengganti (aan order) dengan cara endosemen serta penyerahan
dokumen yang bersangkutan dari tangan ke tangan ( Ps. 163 BWI).
b.Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak
Benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat dipindahkan
(Ps.509 BWI). Benda bergerak karena ketentuan undang undang adalah hak hak
yang melekat pada benda bergerak (Ps.511 BWI), misalnya hak memungut hasil
atas benda bergerak, hak memakai atas benda bergerak, saham saham
perusahaan.
Benda

tidak bergerak

adalah benda yang

menurut sifatnya tidak dapat

dipindahpindahkan, seperti tanah dan segala bangunan yang berdiri melekat
diatasnya. Benda tidak bergerak karena tujuannya adalah benda yang dilekatkan
pada benda tidak bergerak sebagai benda pokoknya, untuk tujuan tertentu, seperti
mesin mesin yang dipasang pada pabrik.Tujuannya adalah untuk dipakai secara
tetap dan tidak untuk dipindah-pindah (Ps.507 BWI). Benda tidak bergerak karena
undang undang adalah hak hak yang melekat pada benda tidak bergerak tersebut,
seperti hipotik, crediet verband, hak pakai atas benda tidak bergaerak,hak
memungut hasil atas benda tidak bergerak (Ps.508 BWI).
Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak bergerak terletak pada :
 penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak maka orang yang
menguasai benda tersebut dianggap sebagai pemiliknya (Ps.1977 BWI); azas ini
tidak berlaku bagi benda tidak bergerak.
 penyerahannya (levering), yaitu terhadap benda bergerak harus dilakukan secara
nyata, sedangkan pada benda tidak bergerak dilakukan dengan balik nama ;

 kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak dikenal daluwarsa,
sedangkan pada benda tidak bergerak terdapat kadaluwarsa :
1. dalam hal ada alas hak, daluwarsanya 20 tahun;
2. dalam hal tidak ada alas hak, daluwarsanya 30 tahun
 pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda bergerak dengan gadai,
sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan hipotik.
 dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslah (penyitaan untuk
menuntut kembali barangnya),hanya dapat dilakukan terhadap barang barang
bergerak.
Penyitaan untuk melaksanakan putusan pengadilan (executoir beslah) harus
dilakukan terlebih dahulu terhadap barang barang bergerak, dan apabila masih
belum mencukupi untuk pelunasan hutang tergugat, baru dilakukan executoir
terhadap barang tidak bergerak.

c. Benda dipakai habis dan benda tidak dipakai habis
Pembedaan ini penting artinya dalam hal pembatalan perjanjian. Pada
perjanjian yang obyeknya adalah benda yang dipakai habis, pembatalannya sulit
untuk mengembalikan seperti keadaan benda itu semula, oleh karena itu harus
diganti dengan benda lain yang sama / sejenis serta senilai, misalnya beras, kayu
bakar, minyak tanah dlsb.Pada perjanjian yang obyeknya adalah benda yang tidak
dipakai habis tidaklah terlalu sulit bila perjanjian dibatalkan, karena bendanya
masih tetap ada,dan dapat diserahkan kembali, seperti pembatalan jual beli
televisi, kendaraan bermotor, perhiasan dlsb .
d. Benda sudah ada dan benda akan ada
Arti penting pembedaan ini terletak pada pembebanan sebagai jaminan
hutang, atau pada pelaksanaan perjanjian. Benda sudah ada dapat dijadikan
jaminan hutang dan pelaksanaan perjanjiannya dengan cara menyerahkan benda
tersebut. Benda akan ada tidak dapat dijadikan jaminan hutang, bahkan perjanjian
yang obyeknya benda akan ada bisa terancam batal bila pemenuhannya itu tidak
mungkin dapat dilaksanakan (Ps.1320 btr 3 BWI) .

e. Benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan
Arti penting dari pembedaan ini terletak pada pemindah tanganan benda
tersebut karena jual beli atau karena warisan.
Benda dalam perdagangan dapat diperjual belikan dengan bebas, atau diwariskan
kepada ahli waris,sedangkan benda luar perdagangan tidak dapat diperjual belikan
atau diwariskan, umpamanya tanah wakaf, narkotika, benda benda yang melanggar
ketertiban dan kesusilaan .

f. Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi
Letak pembedaannya menjadi penting dalam hal pemenuhan prestasi suatu
perjanjian.di mana terhadap benda yang dapat dibagi, prestasi pemenuhan
perjanjian dapat dilakukan tidak sekaligus, dapat bertahap, misalnya perjanjian
memberikan satu ton gandum dapat dilakukan dalambeberapa kali pengiriman, yang
penting jumlah keseluruhannya harus satu ton. Lain halnya dengan benda yang
tidak dapat dibagi, maka pemenuhan prestasi tidak dapat dilakukan sebagian demi
sebagian, melainkan harus secara seutuhnya, misalnya perjanjian sewa menyewa
mobil, tidak bisa sekarang diserahkan rodanya, besok baru joknya dlsb.
g. Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar
Arti penting pembeaannya terletak pada pembuktian kepemilikannya. Benda
terdaftar

dibuktikan

dengan

bukti

pendaftarannya,

umumnya

berupa

sertifikat/dokumen atas nama si pemilik, seperti tanah, kendaraan bermotor,
perusahaan, hak cipta, telpon, televisi dlsb. Pemerintah lebih mudah melakukan
kontrol atas benda terdaftar, baik dari segi tertib administrasi kepemilikan maupun
dari pembayaran pajaknya. Benda tidak terdaftar sulit untuk mengetahui dengan
pasti siapa pemilik yang sah atas benda itu, karena berlaku azas ‘siapa yang
menguasai benda itu dianggap sebagai pemiliknya’. Contohnya, perhiasan, alat alat
rumah tangga, hewan piaraan, pakaian dlsb.
4.Hak Kebendaan
4.1. Sifat / Karakter Hak kebendaan.

Perbedaan antara hak kebendaan yang diatur dalam Buku II BWI dengan hak
perorangan yang diatur dalam Buku III BWI adalah sebagai berikut :
a. Hak kebendaan bersifat mutlak (absolut), karena berlaku terhadap siapa saja, dan
orang lain harus menghormati hak tersebut, sedangkan hak perorangan berlaku
secara nisbi (relatief), karena hanya melibatkan orang / pihak tertentu saja, yakni
yang ada dalam suatu perjanjian saja.
b. Hak kebendaan berlangsung lama, bisa jadi selama seseorang masih hidup, atau
bahkan bisa berlanjut setelah diwariskan kepada ahli warisnya, sedangkan hokum
perorangan berlangsung relatif lebih singkat, yakni sebatas pelaksanaan perjanjian
telah selesai dilakukan.[3]
c. Hak kebendaan terbatas pada apa yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundangan yang berlaku, tidak boleh mengarang / menciptakan sendiri hak yangl
lainnya, sedangkan dalam hak perorangan, lingkungannya amat luas, apa saja
dapat dijadikan obyek perjanjian, sepanjang tidakbertentangan dengan undangundang, kesusilaan dan ketertiban umum. Oleh karena itu sering dikatakan hokum
kebendaan itu bersifat tertutup, sedangkan hukum perorangan bersifat terbuka.
Ciri ciri Hak Kebendaan adalah :
 mutlak / absolut
 mengikuti benda dimana hak itu melekat, misalnya hak sewa tetap mengikuti
benda itu berada, siapapun yang memiliki hak diatasnya
 hak yang ada terlebih dahulu (yang lebih tua), kedudukannya lebih tinggi; misalnya
sebuah rumah dibebani hipotik 1 dan hipotik 2, maka penyelesaian hutang atas
hipotik 1 harus didahulukan dari hutang atas hipotik 2.
 memiliki sifat diutamakan, misalnya suatu rumah harus dijual untuk melunasi
hutang, maka hasil penjualannya lebih diutamakan untuk melunasi hipotik atas
rumah itu.
 dapat dilakukan gugatan terhadap siapapun yang mengganggu hak yang
bersangkutan.
 pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan kepada siapapun .
4.2. Penggolongan Hak Kebendaan
Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu :
a. Hak Kebendaaan yang memberi kenikmatan .

Selain yang mengenai tanah, karena sudah diatur dalam UUPA, maka hak
kebendaan yang termasuk dalam kategori ini adalah ;
- Bezit ; Hak Milik (eigendom) ; Hak Memungut Hasil ; Hak Pakai ;
- Hak Mendiami
Hak atas tanah yang dengan berlakunya UUPA dinyatakan tidak berlaku lagi :
- Hak bezit atas tanah ; Hak eigendom atas tanah
- Hak servitut ; Hak opstal ; Hak erfpacht ; Hak bunga atas tanah
- Hak pakai atas tanah

Dengan berlakunya UUPA, pengganti dari hak atas tanah yang dihapus adalah :
- Hak Milik ; Hak Guna Usaha ; Hak Guna Bangunan ; Hak Pakai
- Hak Sewa untuk bangunan ; Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan
- Hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan
- Hak guna ruang angkasa
- Hak hak tanah untuk kepentingan keagamaan dan social
b. Hak Kebendaan Yang bersifat Memberi Jaminan
 Hak Gadai (pandrechts)
 Hipotik
 Credietverband
 Privilege (piutang yang di istimewakan).
 Fiducia
4.3. Perolehan Hak Kebendaan
Ada beberapa cara untuk memperoleh hak kebendaan, seperti :
a. Melaui Pengakuan
Benda yang tidak diketahui siapa pemiliknya (res nullius) kemudian didapatkan dan
diakui oleh seseorang yang mendapatkannya, dianggap sebagai pemiliknya.
Contohnya, orang yang menangkap ikan, barang siapa yang mendapat ikan itu dan
kemudian mengaku sebagai pemiliknya, dialah pemilik ikan tersebut. Demikian pula
halnya dengan berburu dihutan, menggali harta karun dlsb.
b.Melalui Penemuan

Benda yang semula milik orang lain akan tetapi lepas dari penguasaannya, karena
misalnya jatuh di perjalanan, maka barang siapa yang menemukan barang tersebut
dan ia tidak mengetahui siapa pemiliknya, menjadi pemilik barang yang
diketemukannya .
Contoh ini adalah aplikasi hak bezit.
c.Melalui Penyerahan
Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui penyerahan berdasarkan
alas hak (rechts titel) tertentu, seperti jual beli, sewa menyewa, hibah warisan dlsb
Dengan adanya penyerahan maka titel berpindah kepada siapa benda itu
diserahkan.

d.Dengan Daluwarsa
Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak ketahui pemilik benda itu
sebelumnya (misalnya karena menemukannya), hak milik atas benda itu diperoleh
setelah lewat waktu 3 tahun sejak orang tersebut menguasai benda yang
bersangkutan.
Untuk benda tidak bergerak, daluwarsanya adalah :
 jika ada alas hak, 20 tahun
 jika tidak ada alas hak, 30 tahun
e Melalui Pewarisan
Hak kebendaan bisa diperoleh melalui warisan berdasarkan hukum waris yang
berlaku, bisa hukum adat, hukum Islam atau hukum barat.
f. Dengan Penciptaan
Seseorang yang menciptakan benda baru, ba