Drainase dan Air Limbah pdf

PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I
RP09-1303
Minggu ke - 8
JARINGAN DRAINASE DAN
SALURAN AIR KOTOR

Oleh:
Rulli Pratiwi Setiawan
Setiawan, ST
ST., M
M.Sc.
Sc

05/04/12

1

Materi
a
Kuliah
u a

POKOK BAHASAN
Pengelolaan dan penyediaan drainase dan saluran pembuangan
air kotor
SUB POKOK BAHASAN
ƒ Standar kebutuhan
ƒ Dasar-dasar teknis
ƒ Prinsip distribusi

05/04/12

2

05/04/12

3

Potret
o
Kondisi
o d Drainase

a a

05/04/12

4

Potret
o
Kondisi
o d Drainase
a a

05/04/12

5

Jaringan
a ga Drainase
a a
Drainase:

‰ Berasal dari kata drainage yang artinya mengalirkan,
menguras, membuang atau mengalihkan air.

‰ Suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik
yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air
irigasi dari suatu kawasan/lahan sehingga fungsi kawasan
tidak terganggu.
‰ Prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke
badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan,
yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di
perkotaan.
05/04/12

6

Jaringan
a ga Drainase
a a
Fungsi
g drainase ( Kodoatie,, 2003)) :

ƒ Membebaskan suatu wilayah (terutama yang
permukiman) dari genangan air, erosi dan banjir.

padat

ƒ Karena aliran lancar, maka drainase juga berfungsi
memperkecil resiko kesehatan lingkungan, bebas dari malaria
(nyamuk) dan penyakit lainnya.
lainnya

ƒ Kegunaan tanah permukiman padat akan menjadi lebih baik
karena terhindar dari kelembaban.

ƒ Dengan sistem yang baik, tata guna lahan dapat dioptimalkan
dan juga memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah
untuk jalan dan bangunan-bangunan lainnya.
05/04/12

7


Sistem Jaringan
a ga Drainase
a a
Sistem jaringan drainase:
‰ Sistem drainase mayor
‰ Sistem drainase mikro

ƒ Sistem saluran tertutup
ƒ Sistem saluran terbuka

05/04/12

8

Sistem Jaringan
a ga Drainase
a a
Sistem jaringan drainase:

‰ Sistem drainase mayor ( primer sampai sekunder)

ƒ sistem

/
saluran/badan

air

yyang
g

menampung
p g

dan

mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan
(catchment area).

ƒ biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala besar
dan luas seperti saluran drainase primer, kanal atau sungai.


ƒ merupakan penghubung antara drainase dan pengendalian
banjir.

05/04/12

9

Sistem Jaringan
a ga Drainase
a a
Sistem jaringan drainase:

‰ Sistem drainase mikro

g
pelengkap
p
g p drainase yyang
g

ƒ Sistem saluran dan bangunan
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan
hujan, dimana sebagian besar di dalam wilayah kota.

ƒ Yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah:

saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di
sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota,
dimana debit air yang ditampung tidak terlalu besar.

05/04/12

10

Sistem Drainase
a a Mikro
o
Sistem drainase mikro dari segi konstruksi:
‰ Sistem saluran tertutup


ƒ Aliran air masih bersifat gravitasi (aliran pada saluran
terbuka), hanya konstruksi di atasnya dibuat tertutup.

ƒ Saluran tertutup ini berupa pipa beton bertulang, besi
tuang, tanah liat, plastik (PVC) atau bahan lain yang tahan
karat.

ƒ Cukup baik digunakan di daerah perkotaan (padat).
(padat)
ƒ Berdasarkan

fungsinya:

mengalirkan

air

hujan

saja,


mengalirkan air limbah saja, serta mengalirkan air hujan
dan limbah.
05/04/12

11

Sistem Drainase
a a Mikro
o
‰ Sistem saluran tertutup
1. Lingkaran

ƒ Berfungsi menyalurkan limpasan air hujan maupun air
limbah atau keduanya.
limbah,
keduanya

ƒ Konstruksi saluran ini cocok dipakai untuk di daerah
pertokoan yang sangat padat dan lahan yang tersedia

telah terbatas.
05/04/12

12

Sistem Drainase
a a Mikro
o
‰ Sistem saluran tertutup
2. Bulat telur ( oval)

ƒ Berfungsi menyalurkan air hujan dan air limbah dimana
debitnya besar.

ƒ Bentuk yang panjang mengecil ini berfungsi untuk
mendapatkan kedalaman air yang cukup untuk dapat
menghanyutkan endapan padat dan tinja, walaupun
debitnya kecil.
05/04/12

13

Sistem Drainase
a a Mikro
o
‰ Sistem saluran tertutup
3. Persegi panjang

ƒ Berfungsi menyalurkan air hujan dalam jumlah besar
dimana bagian atasnya terdapat bangunan.
bangunan

ƒ Walaupun daya alirannya tidak sebaik yang berbentuk
bulat telur, namun pelaksanaannya relatif lebih mudah.
05/04/12

14

Sistem Drainase
a a Mikro
o
Sistem drainase mikro dari segi konstruksi:
‰ Sistem saluran terbuka

ƒ Saluran buatan yang dibentuk dan diatur menurut fungsi
dan lokasinya.

ƒ Keuntungan saluran terbuka:
- Biaya pembuatan lebih rendah
- Tidak memerlukan teknologi yang rumit
- Pemeliharaan relatif mudah dilakukan

ƒ Kerugian saluran terbuka:

- Membutuhkan lahan yang lebih luas
- Banyak digunakan sebagai tempat membuang sampah
05/04/12

15

Sistem Drainase
a a Mikro
o
‰ Sistem saluran terbuka
1. Trapesium

2. Kombinasi Trapesium
dengan Segi Empat

05/04/12

ƒ Berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan dengan
d bit yang besar.
debit
b
Sif t alirannya
Sifat
li
t
terusmenerus dengan fluktuasi kecil.
ƒ Bentuk saluran ini dapat digunakan pada
d
daerah
h yang masih
ih cukup
k tersedia
t
di lahan.
l h

ƒ Berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan dengan
debit yang besar dan kecil.
ƒ Sifat alirannya berfluktuasi besar dan
terus-menerus, tapi debit minimum
masih cukup besar.

16

Sistem Drainase
a a Mikro
o
‰ Sistem saluran terbuka

ƒ Fungsinya sama dengan bentuk (2), sifat
3. Kombinasi Trapesium
dengan Setengah Lingkaran
alirannya terus-menerus dan berfluktuasi
besar dengan
b
d
d bit minimum
debit
i i
k il
kecil.
ƒ Fungsi bentuk setengah lingkaran adalah
untuk menampung dan mengalirkan
d bit minimum
debit
i i
t
tersebut.
b t

4. Segi Empat

05/04/12

ƒ Berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan dengan
debit yang besar.
ƒ Sifat alirannya terus-menerus dengan
fluktuasi kecil.

17

Sistem Drainase
a a Mikro
o
‰ Sistem saluran terbuka

ƒ Bentuk saluran segi empat ini digunakan
5. Kombinasi Segi Empat
dengan Setengah Lingkaran
pada lokasi jalur saluran yang tidak
mempunyaii lahan
l h yang cukup
k (terbatas).
(t b t )
ƒ Fungsinya sama dengan bentuk (2) dan
(3).

6. Setengah Lingkaran

05/04/12

ƒ Berfungsi untuk menyalurkan air hujan
untuk debit yang kecil.
ƒ Bentuk saluran ini umum digunakan
untuk saluran-saluran rumah penduduk
dan pada sisi jalan perumahan padat.

18

Bangunan
a gu a Sistem Drainase
a a
Bangunan-bangunan
Bangunan
bangunan sistem saluran drainase
‰ Bangunan struktur
ƒ Bangunan

pasangan

disertai

dengan

perhitungan-

perhitungan kekuatan tertentu.

ƒ Contoh:

bangunan rumah pompa, bangunan tembok penahan
tanah, bangunan terjunan yang cukup tinggi, jembatan.

05/04/12

19

Bangunan
a gu a Sistem Drainase
a a
Bangunan-bangunan
Bangunan
bangunan sistem saluran drainase
‰ Bangunan non struktur

ƒ Bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak disertai
dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu.

ƒ Contoh:

- Pasangan: saluran kecil tertutup, tembok talud saluran,

manhole/bak kontrol ukuran kecil, street inlet.
- Tanpa pasangan: saluran tanah dan saluran tanah
berlapis rumput.

05/04/12

20

Bangunan
a gu a Sistem Drainase
a a
Bangunan pelengkap saluran drainase

ƒ Bangunan pelengkap diperlukan untuk melengkapi suatu
g
g tertentu.
sistem saluran untuk fungsi-fungsi

ƒ Bangunan pelengkap drainase harus kuat, fungsional, tidak
y
menyebabkan

ketidaknyamanan
y

berkendaraan

dan

tidak

merusak keindahan kota.

ƒ Bagian-bagiannya:

Catch Basin/watershed, Inlet, Manhole, Headwall, Goronggorong, Bangunan terjun, Siphon, Bangunan got miring

05/04/12

21

Bangunan
a gu a Sistem Drainase
a a
Bangunan pelengkap sistem drainase:
‰ Catch Basin/ w atershed

ƒ Bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran
tertutup.

ƒ Untuk mempermudah air masuk, lokasi catch basin
ditetapkan pada tempat yang rendah.

ƒ Catch basin dbuat pada tiap persimpangan jalan, tempattempat yang rendah dan tempat parkir.
parkir

05/04/12

22

Bangunan
a gu a Sistem Drainase
a a
Bangunan pelengkap sistem drainase:
‰ I nlet

ƒ Dibuat

bila

terdapat

saluran

terbuka

dimana

pembuangannya akan dimasukkan ke dalam saluran
tertutup yang lebih besar.

ƒ Inlet harus diberi saringan agar sampah tidak masuk ke
dalam saluran tertutup.

05/04/12

23

Bangunan
a gu a Sistem Drainase
a a
Bangunan pelengkap sistem drainase:
‰ Manhole

ƒ Untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase
tertutup

ƒ Dibuat di setiap pertemuan, perubahan dimensi, perubahan
bentuk selokan, dan setiap jarak 10-25 meter

ƒ Lubang manhole dibuat sekecil mungkin supaya ekonomis

ƒ Diameter lubang biasanya 60 cm dengan tutup dari besi
tulang.

05/04/12

24

Bangunan
a gu a Sistem Drainase
a a
Bangunan pelengkap sistem drainase:
‰ Headw all

ƒ Konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung
gorong-gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari
longsor dan erosi.

‰ Gorong-gorong

ƒ Didesain untuk mengalirkan air untuk menembus jalan
raya jalan kereta api,
raya,
api dan halangan lain.
lain

ƒ Bentuk penampangnya dapat berupa lingkaran, segi
empat, dll, tergantung dari debit, ruang bebas dari
atasnya, perhitungan ekonomi dan peraturan setempat.
05/04/12

25

Bangunan
a gu a Sistem Drainase
a a

05/04/12

26

Bangunan
a gu a Sistem Drainase
a a

05/04/12

27

Bangunan
a gu a Sistem Drainase
a a
Bangunan pelengkap sistem drainase:
‰ Bangunan terjun

ƒ Digunakan untuk menerjunkan aliran.

ƒ Dilengkapi dengan ruang olahan untuk meredam energi.
terjunan
dasar saluran semula
dasar lebih landai

05/04/12

28

Bangunan
a gu a Sistem Drainase
a a
Bangunan pelengkap sistem drainase:
‰ Siphon

ƒ Dibuat bila ada persilangan dengan sungai
ƒ Dalam

merencanakan

drainase,

sebaiknya

dihindari

perencanaan dengan menggunakan siphon.

ƒ Selain harganya mahal, secara hidrologis juga kurang
menguntungkan,

karena

banyak

kehilangan

tinggi,

kecepatan rendah dan mudah tersumbat.
tersumbat

ƒ Saluran yang debitnya lebih tinggi sebaiknya tetap dibuat
untuk siphon, dan saluran drainasenya dibuat saluran
terbuka atau gorong-gorong.
05/04/12

29

Bangunan
a gu a Sistem Drainase
a a
Bangunan pelengkap sistem drainase:
‰ Bangunan got miring

ƒ Sama dengan bangunan terjun, tetapi air mengalir melalui
saluran yang kemiringannya agak landai.

Got miring
Dasar saluran
semula

05/04/12

30

Bangunan
a gu a Sistem Drainase
a a

05/04/12

31

Sistem Drainase
a a
Berdasarkan cara p
pengaliran
g
dan p
pembuangan
g
air,, dibedakan
menjadi:
1. Sistem Gravitasi: Untuk kemiringan yang cukup baik dan muka
air di pembuangan akhir lebih rendah daripada muka air di
saluran primer.
2. Sistem Pompa: Digunakan bila air tidak mengalir secara
gravitasi.
gravitasi
3. Polder: Digunakan di daerah yang lebih rendah daripada
sekitarnya.
4 Bozem
4.
B
( kolam
k l
penampung)) : Diterapkan
Dit
k bila
bil muka
k air
i di hilir
hili
lebih tinggi dari muka air di saluran.
5. Long Storage ( saluran penampung sementara) : Berfungsi
seperti bozem namun penampungan dilakukan di saluran yang
diperlebar di suatu bagian saluran.
05/04/12

32

Perencanaan
a aa Jaringan
a ga Drainase
a a
Hal-hal yyang
g p
perlu diperhatikan
p
dalam p
perencanaan jjaringan
g
drainase:
ƒ Kecukupan luas daerah resapan
ƒ Jalur sependek mungkin dengan aliran secepat mungkin untuk
mencapai tempat pembuangan.
ƒ Kecepatan aliran tanpa merusak/mengikis saluran dan tanpa
terjadi
j di endapan-endapan,
d
d
b ki
berkisar
antara 0,3
0 3 – 1,8
1 8 m/detik,
/d ik
sesuai keadaan tanah.
ƒ Kemiringan tebing saluran tergantung jenis tanah.
ƒ Bentuk penampang
ƒ Penyaluran aliran dari saluran-saluran drainase perkotaan tersebut
diarahkan untuk memanfaatkan badan
badan-badan
badan air alamiah seperti
sungai yang berlokasi paling dekat dengan saluran tersebut.
05/04/12

33

Perencanaan
a aa Jaringan
a ga Drainase
a a
Aspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan jaringan
drainase:

‰ Aspek teknis (topografi, hidrologi, hidrolika)
‰ Aspek lingkungan

‰ Aspek ekonomi/finansial

‰ Aspek partisipasi masyarakat

05/04/12

34

Perencanaan
a aa Jaringan
a ga Drainase
a a
‰ Aspek teknis ( topografi, hidrologi, hidrolika)

ƒ Topografi: wilayah dengan topografi datar cenderung lebih
membutuhkan

jaringan

drainase

dibandingkan

wilayah

dengan topografi terjal

ƒ Jenis Tanah: wilayah dengan jenis tanah yang tingkat
penyerapan airnya rendah lebih membutuhkan jaringan
drainase

ƒ Intensitas curah hujan

05/04/12

35

Perencanaan
a aa Jaringan
a ga Drainase
a a
‰ Aspek lingkungan
Penggunaan lahan: wilayah dengan kawasan terbangun (built
up area) yang lebih luas cenderung kehilangan kemampuan
drainase alaminya.

‰ Aspek ekonomi/ finansial
Kemampuan keuangan daerah (pemda) dalam pengadaaan dan
pemeliharaan sistem jjaringan
p
g drainase

‰ Aspek partisipasi masyarakat

Tingkat
g
kepedulian
p
masyarakat
y
terhadap
p sanitasi lingkungan,
g
g ,
serta upaya antisipasi banjir
05/04/12

36

Perencanaan
a aa Jaringan
a ga Drainase
a a
Beberapa
p
kendala/persoalan
/p
yyang
g dihadapi
p dalam p
perencanaan
drainase perkotaan:
ƒ Kurangnya lahan untuk pengembangan sistem drainase.
ƒ Kesulitan teknis sering timbul pada pemeliharaan saluran karena
bagian atas sudah ditutup oleh bangunan sehingga pada waktu
pengerukan tidak bisa dinormalisir seluruh sistem yang ada.
ƒ Sampah domestik banyak menumpuk di saluran, sehingga
mengakibatkan pengurangan kapasitas dan penyumbatan saluran.
ƒ Keterbatasan p
pembiayaan
y
dalam p
pengadaan
g
dan p
pemeliharaan
drainase.
ƒ Sistem drainase sering tidak berfungsi optimal akibat pembangunan
prasarana dan sarana lain seperti jalan,
jalan kabel Telkom,
Telkom pipa PDAM,
PDAM
yang tidak terpadu dan tidak melihat keberadaan sistem drainase.
05/04/12

37

Perencanaan
a aa Jaringan
a ga Drainase
a a
SPM Bidang
g Drainase dan Pengendalian
g
Banjir
j ((Kepmen.
p
Kimpraswil
p
No.534 Tahun 2001)
STANDAR PELAYANAN
I NDI KATOR

KUANTI TAS
CAKUPAN

LLuas genangan
banjir tertangani di
daerah perkotaan
dan kualitas
penanganan

05/04/12

Tidakk ada
Tid
d
genangan banjir di
daerah
kota/perkotaan >
10 Ha
H

TI NGKAT
PELAYANAN

‰ Di lokasi
l k i genangan
dengan:
ƒ Tinggi genangan
rata-rata > 30
cm
ƒ Lama genangan
> 2 jam
‰ Frekuensi kejadian
b ji > 2 kali
banjir
k li
setahun

KUALI TAS
‰ Tidak
Tid k terjadi
t j di lagi
l i
genangan banjir.
‰ Bila terjadi
genangan, tinggi
genangan rata-rata
t
t
< 30 cm, lama
genangan < 2 jam.
‰ Frekuensi kejadian
b ji < 2 kali
banjir
k li
setahun.

38

Perencanaan
a aa Jaringan
a ga Drainase
a a
‰ Indikator tingkat pelayanan jaringan drainase perkotaan:

ƒ Tidak ada genangan banjir di daerah kota/perkotaan > 10 Ha

ƒ Bila terjadi genangan banjir, tinggi genangan rata
rata-rata
rata 10 Ha Æ penanganan drainase makro

05/04/12

39

Perencanaan
a aa Sistem Drainase
a a
‰ Permintaan
e
taa (de
demand
a d) te
terhadap
adap ja
jaringan
ga d
drainase
a ase d
didekati
de at da
dari
perhitungan debit banjir (laju aliran permukaan puncak).

gg rendahnya
y debit banjir
j ((limpasan/
p
/runoff) berbanding
g
‰ Tinggi
lurus

dengan

koefisien

limpasan

yang

dipengaruhi

oleh

topografi, permeabilitas tanah, penutup lahan, dan tata guna
tanah.

‰ Dengan asumsi intensitas hujan merata di semua tempat, maka
debit banjir dapat ditentukan ketika informasi
f
mengenai luasan
lahan per jenis tata guna tanah diketahui.

05/04/12

40

Perencanaan
a aa Sistem Drainase
a a

Ilustrasi Koefisien Limpasan Berdasarkan Jenis Tata Guna Tanah
05/04/12

41

Perencanaan
a aa Sistem Drainase
a a
Perkiraan

laju

aliran

permukaan

puncak

dengan

Metode

Rasional:
Qp = 0,002778
,
x Cx I x A
Dimana:
Qp = laju
j aliran p
permukaan ((debit)) p
puncak,, m3/detik
C

= koefisien aliran permukaan, (0 ≤ C ≤ 1)

I

= intensitas hujan, mm/jam

A

= luas daerah tangkapan air (DAS), Ha

05/04/12

42

Perencanaan
a aa Sistem Drainase
a a
Jika daerah tangkapan air (DAS) terdiri dari berbagai macam
penggunaan lahan dengan koefisien aliran permukaan yang
berbeda, maka C yang dipakai adalah koefisien DAS yang
dihitung dengan persamaan berikut:

Dimana:
Ai = luas lahan dengan jenis penutup tanah i
Ci = koefisien aliran permukaan jenis penutup tanah i
n
05/04/12

= jumlah jenis penutup tanah

43

Perencanaan
a aa Sistem Drainase
a a
Contoh
Co
to Soa
Soal:
Suatu area seluas 450 Ha memiliki komposisi guna tanah seperti
tabel berikut. Perkirakan debit puncak yang terjadi jika intensitas
hujan dengan kala ulang 25-tahunan sebesar 90 mm/jam?
No.

Jenis Tata Guna
Tanah

1.

Lahan terbuka (taman)

140 Ha

0,20

28,00

2.

Hutan

128 Ha

0,15

19,20

3.

Perumahan

90 Ha

0,35

31,50

4.

Industri berat

42 Ha

0,90

37,80

5.

Jalan aspal
p

50 Ha

0,80
,

40,00
,

TOTAL
05/04/12

Luas ( Ai)

450 Ha

Koefisien
Limpasan ( Ci)

Ai x Ci

156,50

44

Perencanaan
a aa Sistem Drainase
a a
Jaw aban:
Ja
aba
Cara 1:
Q = 0,002778 x C x I x A
Q = 0,002778 x 90 x 156,5 = 36,13 m3/detik
Jadi, area ini memerlukan drainase yang memiliki debit ≥ 36,13
m3/detik.
/d k
Cara 2:
C DAS = 140x0,20
140x0 20 + 128x0,15
128x0 15 + 90x0,35
90x0 35 + 42x0,90
42x0 90 + 40x0,80
40x0 80
140 + 128 + 90 + 42 + 50
C DAS = 0,35
,
Q = 0,002778 x 0,35 x 90 x 450 = 36,13 m3/detik.
05/04/12

45

Air
Ai Limbah
Li b h

05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

46

Definisi
e s Air Limbah
ba
Air Limbah Domestik:
‰ Air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan
semula baik yang mengandung kotoran manusia (tinja) atau
semula,
dari

aktifitas

dapur, kamar mandi dan

cuci, dimana

y antara 50-70% dari rata-rata p
pemakaian air
kuantitasnya
bersih (Kodoatie, 2003).
‰ Air limbah
ba ada
adalah
a a
air bua
buangan
ga ya
yang
g be
berasal
asa da
dari rumah
u a
tangga termasuk tinja manusia dan lingkungan permukiman
(PP No.16/2005 tentang Pengembangan SPAM).

05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

47

Definisi
e s Air Limbah
ba
Kualitas Air Limbah Domestik:
‰ Kualitas/sifat fisik air buangan domestik pada umumnya
dinyatakan dalam temperatur,
temperatur warna,
warna bau dan kekeruhan.
kekeruhan
‰ Kualitas/sifat kimiawi dari air buangan domestik biasanya
dinyatakan dalam bentuk organik dan anorganik,
anorganik dan
biasanya dengan perbandingan 50% zat organik dan 50%
a a
anorganik.
o ga
zat

05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

48

Karakteristik
a a te st Fisik
s Air Limbah
ba
Parameter

Penjelasan
j

Temperatur

Suhu dan air buangan biasanya sedikit lebih tinggi
dari air minum. Temperatur ini dapat
mempengaruhi
p g
aktifitas microbial,, solubilitas dari
gas dan viskositas.

Warna

Air buangan segar biasanya berwarna agak abuabu. Dalam kondisi septic,
p , air buangan
g akan
berwarna hitam.

Bau

Air buangan segar biasanya mempunyai bau seperti
sabun atau bau lemak. Dalam kondisi septic, akan
berbau Sulfur dan kurang sedap.

Kekeruhan

Kekeruhan pada air buangan sangat tergantung
sekali pada kandungan zat padat tersuspensi. Pada
umumnya air buangan yang kuat mempunyai
kekeruhan yang tinggi.

05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

49

Karakteristik
a a te st Kimiawi
a Air Limbah
ba
Konsentrasi

Parameter
( mg/ L)

Kuat

Medium

Lemah

Total zat padat (TS)
ƒ Zat padat terlarut (DS)
ƒ Zat pada tersuspensi (SS)

1200
850
350

720
500
220

350
250
100

BOD5

400

220

110

TOC

290

160

80

COD

1000

500

250

N total

85

40

20

P total

15

8

4

Cl¯

100

50

30

Alkalinity (CaCO3)

200

100

50

Lemak

150

100

50

05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

50

Sistem
S
ste Pembuangan
e bua ga Air Limbah
ba
Sistem p
pembuangan
g
air limbah domestik:

‰ Sistem pembuangan setempat
ƒ Fasilitas pembuangan air limbah yang berada di dalam
d
daerah
h persill pelayanannya
l
(b
(batas
tanah
h yang dimiliki).
d lk)
ƒ Contoh: sistem cubluk atau tangki septik
‰ Sistem pembuangan terpusat
ƒ Sistem pembuangan yang berada di luar persil.
penyaluran
y
air limbah yyang
g dibuang
g ke
ƒ Contoh: sistem p
suatu tempat pembuangan (disposal site) yang aman dan
sehat dengan atau tanpa pengolahan sesuai kriteria baku
y limpasan.
p
mutu dan besarnya

05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

51

Sistem
S
ste Pembuangan
e bua ga Air Limbah
ba
Sistem p
pembuangan
g
setempat
p
‰ Keuntungan
ƒ Biaya pembuatan murah
ƒ Biasanya
Bi
dib
dibuat
oleh
l h pribadi/swasta
ib di/
ƒ Teknologi cukup sederhana
ƒ Sistem sangat privasi karena terletak pada persilnya
ƒ Operasi dan pemeliharaan dilakukan secara pribadi

‰ Kerugian
ƒ Tidak selalu cocok di semua daerah
ƒ Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaan
Bil pengendalian
d li
tid k sempurna, maka
tidak
k air
i limbah
li b h
ƒ Bila
dibuang ke saluran drainase.

05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

52

Sistem
S
ste Pembuangan
e bua ga Air Limbah
ba
Sistem p
pembuangan
g
terpusat
p
‰ Keuntungan
ƒ Pelayanan lebih nyaman
ƒ Menampung
M
semua air
i limbah
li b h domestik
d
ik
ƒ Pencemaran air tanah dan lingkungan dapat dihindari
ƒ Cocok untuk daerah dengan tingkat kepadatan tinggi
ƒ Masa/umur pemakaian relatif lebih lama

‰ Kerugian
ƒ Memerlukan biaya tinggi
ƒ Memerlukan tenaga terampil dan perencanaan untuk O&P
Nil i manfaat
f t akan
k
t lih t bila
terlihat
bil sistem
i t
t l h berjalan
telah
b j l
d
dan
ƒ Nilai
semua penduduk terlayani.

05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

53

Sistem
S
ste Pembuangan
e bua ga Air Limbah
ba
SPM Bidang
g Air Limbah ((Kepmen.
p
Kimpraswil
p
No.534 Tahun 2001))
STANDAR PELAYANAN
I NDI KATOR

KUANTI TAS
CAKUPAN

Tingkat penyediaan
sarana sanitasi terhadap
jumlah penduduk/
kota/perkotaan (mixed
sanitation system) dan
kualitas penanganan

05/04/12

80% dari jumlah
penduduk
kota/perkotaan

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

TI NGKAT PELAYANAN

‰ Sarana sanitasi
individual dan komunal:
ƒ Toilet
RT/Jamban/MCK
ƒ Septik Tank
‰ Penanganan lumpur
tinja untuk mendukung
onsite system:
ƒ Truk tinja
ƒ PLT

54

Sistem
S
ste Pembuangan
e bua ga Air Limbah
ba
SPM Bidang
g Air Limbah ((Kepmen.
p
Kimpraswil
p
No.534 Tahun 2001))
STANDAR PELAYANAN KUALI TAS
ƒ Separasi antara greywater (mandi,
(mandi cucian) terhadap black water (kakus).
(kakus)

ƒ Penyaluran black water yang baik ke septik tank, tanpa ada kebocoran dan
bau.

ƒ Tidak
Tid k ada
d rembesan
b
l
langsung/pencemaran
/
air
i tinja
ti j dari
d i septik
tik tank
t k ke
k air
i
tanah.

ƒ Efisien removal BOD dan SS >=85%.

ƒ Tidak ada komplain terhadap permintaan penyedotan dan pengangkutan
lumpur tinja.

g
lumpur
p tinja
j selanjutnya
j y di UPLT.
ƒ Pengolahan

05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

55

Sistem
S
ste Pembuangan
e bua ga Air Limbah
ba
SPM Bidang
g Air Limbah ((Kepmen.
p
Kimpraswil
p
No.534 Tahun
2001)

ƒ Sistem onsite lebih diarahkan untuk kota sedang dan kecil
dengan kepadatan rata-rata > = 200 jiwa/ha, dengan taraf
muka air tanah > 2 m, dan potensi cost recovery yang belum
mendukung untuk full sewerage system.

ƒ Sistem offsite lebih diarahkan untuk kota metro besar dengan
kepadatan rata
rata-rata
rata >
>= 200 jiwa/ha, dgn taraf muka air tanah
< 2m, dan potensi cost recovery belum mendukung untuk full
sewerage system (perlu Feasibility Study).

05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

56

Waste
aste Water
ate Treatment
eat e t Plant
a t

05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

57

Persoalan
e soa a Pengelolaan
e ge o aa Air Limbah
ba
Persoalan yyang
g muncul p
pada p
pengelolaan
g
air limbah terpusat:
p

ƒ Aspek Kelembagaan: bentuk kelembagaan yang cocok
dengan kewenangan dan SDM, jumlah dan kualifikasinya.
ƒ Aspek Teknis Operasional: keterbatasan sarana dan
prasarana truk tinja, IPLT, IPAL.

ƒ Asek Pembiayaan: ketidakseimbangan biaya Operation dan
Management dengan besarnya penerimaan retribusi.

ƒ A
Aspek
k Pengaturan:
P
t
tid k adanya
tidak
d
l
law
enforcement
f
t dalam
d l
pengelolaan limbah berwawasan lingkungan.
ƒ Aspek Peran Serta Masyarakat: rendahnya kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan air limbah.
05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

58

Referensi
eee s
1. Kodoatie,, R.J. ((2003).
)
Manajemen
j
dan
I nfrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rekayasa
y

2. Suripin (2003). Sistem Drainase Perkotaan
Berkelanjutan Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Berkelanjutan.
ANDI

yang

3. PP No.16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SPAM.
4 Kepmen
4.
Kepmen. Kimpraswil No.
No 534 Tahun 2001 tentang Standar
Pelayanan Minimal.

05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

59

Th k you
Thank

05/04/12

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota ‐ ITS

60