Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya. Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional.

Menyaksikan suatu peristiwa krisis pembangunan yang terjadi adalah salah satu akibat dari sistem kapitalisme. Kapitalisme di Asia Timur yang selama ini dijadikan teladan keberhasilan pembangunan dan keberhasilan kapitalisme tengah mengalami kebangkrutan. Krisis terhadap pembangunan yang terjadi pada saat ini pada dasarnya merupakan bagian dari krisis sejarah dominasi dan eksploitasi manusia atas manusia yang lain. Secara umum terdapat suatu gejala yang menunjukkan di satu pihak semakin dominasinya paradigma mainstream yang berakar pada paradigma teori klasik dan modernisasi. Selanjutnya, di pihak lain juga muncul gejala lain yakni semakin menguatnya peran organisasi non-pemerintah dan


(2)

gerakan sosial secara global, serta bangkitnya masyarakat sipil (civil society) (Fakih, 2001: 199).

Hampir setengah dari populasi dunia adalah petani, baik sebagai petani penggarap di lahan sendiri atau lahan sewa maupun sebagai buruh tani. Diera teknologi tinggi seperti saat ini pun, manusia tetap memakan pangan yang dihasilkan para petani. Bahkan keamanan dunia bergantung pada kehidupan petani dan keberlangsungan pertanian. Pangan bisa berubah menjadi senjata (food weapon), ketika petani mogok memproduksi pangan, ketika petani produsen pangan tidak mau mendistribusi pangannya atau ketika negara produsen pangan tidak mendistribusikan pangannya ke negara yang membutuhkan (www.spi.or.id/masalah/pertanian diakses pada tanggal 27 april 2014 pukul 22.09 wib )

Menteri pertanian yang menyatakan bahwa 70% masyarakat miskin di Indonesia adalah petani. Namun hingga Maret 2011 kondisi kehidupan para petani di Indonesia masih miskin. Dari sensus pertanian terakhir tahun 2003, penduduk yang rentan miskin sebanyak 27 juta jiwa, jumlah tersebut berasal dari petani gurem. Petani gurem ini mengolah tanah garapannya di bawah 0,5 hektar. Hasil proyeksi Serikat Petani Indonesia pada tahun 2008 juga mencatat jumlah petani gurem di Indonesia berjumlah 15,6 juta jiwa (55,1%). Kondisi petani ini semakin memprihatinkan karena pertanian di Indonesia secara umum masih subsiten, kepemilikan lahan yang sempit berdampak kepada pendapatan para petani yang masih rendah. Disatu sisi petani tidak memiliki sertifikat yang biasa digunakan sebagai agunan. Dengan kondisi ini menjadikan petani terjebak kepada tengkulak maupun rentenir yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Meski kondisi tercekik namun itulah solusinya para petani bisa mendapatkan modalnya. Dalam kondisi seperti ini pemerintah justru mengeluarkan kebijakan melalui berbagai Undan-undang yang menyimpang dari UUD 1945 pasal 33 dan UUPA 5 tahun 1960. Sebagai contoh UU No.7/2004 tentang Sumber Daya Air yang mengakibatkan privatisasi sumber air, UU No.18/2004 tentang perkebunan yang


(3)

mengakibatkan ratusan petani dikriminalkan, Perpres 36/2005 dan revisi Perpres 67/2006 tentang pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan UU No.27/2007 tentang penanaman modal yang membenarkan pemodal menguasai secara dominan disektor pertanian pangan dan perkebunan diakses pada tanggal 04 april 2014 pukul 09.14 wib).

Masalah yang paling mendasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal dan pengetahuan bertani yang sangat rendah . Sebagian besar petani mengalami kekurangan modal untuk pertanian dan memenuhi kebutuhan hidupnya serta gagalnya panen yang telah diolah petani yang menyebabkan

keterpurukan petani di pedesaan. Umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan masalah pertanian di Indonesia. Sudah sejak lama Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat petani. Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar mampu meningkatkan taraf hidupnya. Berbagai bentuk bantuan juga telah dilaksanakan mulai dari subsidi pupuk, Kredit Usaha Tani (KUT), penyuluhan pertanian dan bantuan-bantuan lainnya. Namun petani Indonesia masih berpendapatan rendah dan masih berfikir belum mampu bergerak sendiri dalam melaksanakan usaha taninya.

Permasalahan pertanian di Indonesia juga dikarenakan masih banyaknya para petani yang menggunakan bahan-bahan kimia seperti jenis pestisida sebagai bahan dasar untuk bertani mereka. Mengingat bahwa pestisida dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, namun dapat pula membahayakan kesehatan manusia, kelestarian sumber daya alam hayati lingkungan hidup.

Para petani Indonesia beranggapan bahwa bahan kimia, pestisida, bibit,

herbisida, fungisida, penyemprot hama (rondap) dan sebagainya yang mereka gunakan sudah efektif serta efesien tanpa memikirkan dampak panjang kedepannya. Bibit


(4)

kimia, pupuk kimia serta penyemprot kimia yang berlebihan dapat menghasilkan produktivitas panen yang banyak dalam kurun waktu singkat akan tetapi bahan-bahan kimia yang mereka gunakan tersebut dapat merusak kualitas tanah dalam jangka waktu yang panjang. Berkurangnya kesuburan tanah adalah salah satu masalah baru yang dapat merugikan para petani serta masyarakat Indonesia. Kurangnya kesuburan tanah menyebabkan hasil panen yang kurang produktif sehingga tingginya tingkat kebutuhan masyarakat tidak sebanding dengan jumlah hasil panen yang menyebabkan tingginya barang-barang impor ke Indonesia.

Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintesis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan ‘back to nature’ telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintesis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat yang bergizi tinggi dapat diproduksi metode baru yang dikenal dengan pertanian organik atau pertanian berkelanjutan (Simatupang: http: //petani-indonesia/2002.com diakses pada tanggal 12 maret 2014 pukul 11.06 wib).

Organisasi penggerak pertanian organik telah menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Organisasi penggerak pertanian organik juga berusaha untuk menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumber daya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian. Dengan demikian pertanian organik merupakan suatu gerakan “back to green” ( Sutanto, 2002: 20).


(5)

Pertanian masih merupakan sektor strategis bagi Indonesia untuk waktu lima dan sepuluh tahun ke depan. Hal tersebut dikarena sebagian besar penduduk Indonesia hidup di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian utama bagi petani.

Keberadaannya merupakan suatu kekuatan tersendiri bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu pengaruhnya masih sangat besar terhadap pembangunan bangsa. Keselamatan umat manusia sangat ditentukan oleh usaha pertanian yang menghasilkan bahan pangan. Melindungi dan memenuhi hak-hak petani merupakan suatu keharusan untuk kelangsungan kehidupan itu sendiri. Namun kenyataannya pelanggaran

terhadap hak asasi manusia bagi petani terus berlangsung sejak dahulu hingga saat ini

(www.spi.or.id/pembangunan/pertanian diakses pada tanggal 27 januari 2014 pukul

20.34 wib).

Kebijakan pemerintah dalam menanggapi masalah-masalah sosial ekonomi negara Indonesia ialah dengan meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakatnya yang dilakukan melalui pembangunan pertanian. Adapun salah satu kebijakan mendasar yang diperlukan untuk mengatasi masalah dalam pertanian ialah pemerintah mampu meyediakan lahan kosong untuk digarap oleh para petani dengan tujuan untuk menambah pendapatan petani, akan tetapi seringkali kebijakan yang dikeluarkan pemerintah belakangan ini disamping tidak konsisten, juga tidak mencerminkan sence of humanity. Hal ini dapat dilihat dari dampak yang telah terjadi maupun yang bakal muncul terhadap kesejahteraan petani Indonesia dan ketahanan pangan nasional. Jatuhnya harga gabah ditingkat petani memperlihatkan betapa lemahnya antisipasi pemerintah terhadap permasalah yang menyangkut kehidupan para petani. Disamping itu, penerapan pencabutan subsidi pupuk yang dilakukan pemerintah sangat

memberatkan petani jika harga dasar gabah tidak dapat dipertahankan (Saragih, 2004: 25-26).


(6)

Masalah pertanian di Indonesia dari tahun ke tahun tidak banyak berubahnya, masalah yang sama selalu membuat petani Indonesia semakin miskin. Adapun masalah yang dihadapi pertanian Indonesia dari tahun ke tahun ini ialah :

1. Masalah ketersediaan saprodi ( pupuk, benih unggul).

2. Masalah tidak adanya modal usaha.

3. Sempitnya luas lahan milik petani sehingga biaya cost/ musim tanam sangat tinggi.

4. Harga jual produk pertanian sangatlah rendah.

5. Teknologi pasca panen dikalangan petani sangatlah minim sehingga pada saat panen langsung dijual, padahal jika diolah menjadi bahan

olahan harga akan mahal (http://agriculturalproject.html diakses pada tanggal 28 febuari 2014 pukul 11.40 wib).

Mewujudkan kemandirian pangan dalam tatanan perdagangan dunia yang bebas dan adil. Kecukupan pangan merupakan masalah hidup dan matinya suatu bangsa, sehingga kemandirian pangan merupakan prioritas tujuan pembangunan pertanian. Tantangan ke depan yang dihadapi dalam rangka mewujudkan

kemandirian pangan adalah meningkatnya derajat globalisasi perdagangan dunia yang tidak adil. Sebagai anggota WTO, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling patuh menjalankan komitmen untuk mewujudkan perdagangan bebas. Indonesia sejak krisis ekonomi tahun 1998 telah mengurangi seluruh tarif bea masuk komoditi

pertanian dan menghapus semua subsidi kepada petani, kecuali kebijakan harga dasar pembelian pemerintah untuk gabah atau beras. Namun banyak negara, khususnya negara maju, ternyata belum atau tidak melaksanakan komitmen tersebut dengan baik,


(7)

sehingga petani indonesia dihadapkan pada persaingan tidak adil dengan petani dari negara-negara lain yang dengan mudah mendapat perlindungan tarif dan non tarif serta subsidi langsung dan tidak langsung dari pemerintahnya

pukul 21.15 wib)

Serbuan impor beberapa komoditas pangan utama meningkat, seperti beras, gula, kedelai, jagung dan daging sapi. Akibatnya komoditas pangan indonesia kalah bersaing dengan komoditas pangan negara lain. Hal ini kalau ini dibiarkan terus, maka keberlanjutan pertanian pangan akan tidak terjamin yang berarti jutaan petani

pangan akan kehilangan mata pencaharian. Indonesia juga menghadapi permasalahan dalam negeri yang berkaitan dengan produksi pangan (http://agribisinis

teknologi.blogspot.com/2012/01/pembangunan-pertanian-berkelanjutan.html diakses pada tanggal 10 maret 2014 pukul 21.45 wib).

Pembangunan dalam pertanian berkelanjutan haruslah dilaksanakan secara integratif dan berkelanjutan, tidak terpisah melainkan holistik. Kemajuan dan

pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian dan teknologi yang senantiasa berubah itu sebagai syarat mutlak adanya pembangunan pertanian namun apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian pun terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahkan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit yang semakin merajalela. Teknologi sering diartikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan keterampilan di bidang industri. Selain teknologi dan modal, kemampuan kelompok petani sangat menentukan


(8)

part time farmer karena kontribusi pendapatannya terhadap pendapatan total rumah tangga relatif kecil menjadikan kelompok tani sangat penting. Peran tersebut terutama dalam memanfaatkan skala ekonomi dan harmonisasi kegiatan serta dalam

menyukseskan program pemerintah mengenai peningkatan produksi padi. Saat ini, intensitas dan kualitas pembinaan terhadap kelompok tani berkurang karena belum jelasnya beberapa status lembaga yang berkaitan dengan pembinaan kelompok tani seperti lembaga penyuluhan. Diduga pelandaian produksi petanian berkaitan dengan melemahnya kekuatan kelompok tani dalam membangkitkan partisipasi masyarakat dalam penerapan teknologi pertanian (Saragih, 2004: 68).

Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar mampu meningkatkan taraf hidupnya yang telah dilaksanakan oleh Serikat Petani Indonesia di berbagai pedesaan. Salah satu program yang dilakukan oleh Serikat Petani Indonesia secara terintegrasi adalah program Pertanian Berkelanjutan.

Program Pertanian Berkelanjutan adalah program yang merupakan bentuk fasilitasi pendamping untuk petani. Program ini dilaksanakan pada tahun 2010 oleh Serikat Petani Indonesia. Dalam pelaksanaan program Pertanian Berkelanjutan oleh Serikat Petani Indonesia di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai pendamping sebelum masa tanam, perawatan tanaman yang dikembangkan oleh petani hingga penjualan hasil panen yang sampai ke pasar. Ketua pengarah adalah ketua basis yang dibentuk oleh pihak Serikat Petani Indonesia yang terdiri dari wakil ketua basis, sekretaris basis dan bendahara basis dari kelompok tani di desa Damak Maliho ini. Penyuluh Pendamping adalah anggota Serikat Petani Indonesia cabang Medan (Sumatera Utara) yang ditunjuk untuk mendampingi petani dalam pelaksanaan pengembangan uji coba pertanian organik serta pelatihan budi daya tani yang termasuk indikator rutinitas dalam program Pertanian Berkelanjutan.


(9)

Di Indonesia dikenal ada 4 (empat) sistem pertanian yang berbeda baik tingkat

efisiensi teknologi maupun tanaman yang diusahakan. Keempat sistem itu adalah :

1. Sistem ladang merupakan yang paling belum berkembang, suatu peralihan dari tahap pengumpul ke tahap penanam. Pengolahan tanah minimum sekali, produktivitas berdasarkan pada lapisan humus yang terbentuk dari sistem hutan. Sistem ini hanya akan bertahan di daerah yang berpenduduk jarang, dan sumber tanah tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, baik padi, jagung maupun umbi-umbian.

2. Sistem tegal pekarangan berkembang di tanah-tanah kering, yang jauh dari sumber-sumber air, yang sinambung. Sistem ini diusahakan setelah menetap lama, tetapi tingkatan pengusahaan juga rendah; untuk tegal umumnya tenaga kurang intensif dan pada keduanya tenaga hewan jarang digunakan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman –tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan.

3. Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan.Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang lambat. Sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija; di beberapa daerah tanaman tebu dan tembakau sangat bergantung padanya.

4. Sistem perkebunan baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan Negara berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasi utama. Dalam taraf tertentu, pengelolaannya merupakan yang terbaik. Akan tetapi dibandingkan dengan kemajuan di dunia berkembang, masih jauh ketinggalan


(10)

pukul 13.09 wib)

Pandangan bahwa ketertinggalan disegi ekonomi dan teknologi telah menyebabkan kemiskinan terutama di daerah pedesaan yang relatif lebih tertinggal dari daerah perkotaan yang lebih mendapatkan manfaat pembangunan. Lembaga Serikat Petani Indonesia bergerak mendampingi komunitas pedesaan dengan memilih teknologi tepat sebagai pintu masuk dengan misi menegakkan keadilan dan kemakmuran masyarakat pedesaan. Teknologi tepat menjadi salah satu pilihan lembaga Serikat Petani Indonesia selain bentuk-bentuk kegiatan ekonomi yang lazim dikenal dengan sebutan program peningkatan pendapatan yang merupakan bagian dari Pertanian Berkelanjutan.

Serikat petani Indonesia merupakan organisasi gerakan petani kecil, buruh tani, masyarakat adat petani, serta pemuda-pemudi yang berkeinginan kuat menjadi petani. Serikat petani SUMUT saat ini tersebar di 11 kabupaten, yaitu : Medan, Deli Serdang, Langkat, Karo, Asahan, Simalungun, Padang Lawas, Samosir, Batu Bara, Tapanuli Tengah dan Labuhan Batu.

Program Pertanian Berkelanjutan ini dilakukan di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang yang sebahagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Adapun program ini ialah berisi kegiatan yang sifatnya sebagai fasilitasi yang lebih ditekankan dalam bentuk peningkatan keterampilan teknis, manajemen dan informasi. Tujuan program ini ialah memberikan bantuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dampingan, sebagai entry point untuk menggalang massa atau media dialog dalam rangka menemukan tema-tema generatif dan politis dan juga sebagai pencarian dan penemu pola-pola pertanian atau penanganan pasca panen yang benar-benar dapat menjadi alternatif bagi petani.


(11)

Petani di desa Damak Maliho ini sering kali mengalami kegagalan panen yang dikarenakan berbagai faktor, diantaranya yaitu faktor cuaca, kurangnya modal, dan pengetahuan yang sangat sedikit mengenai budidaya tani. Oleh karena itu hadirnya lembaga Serikat Petani Indonesia melalui programnya yaitu Pertanian Berkelanjutan di desa Damak Maliho ini sebagai wadah menambah ilmu mengenai pertanian bagi para petaninya mulai dari memilih bibit yang baik sampai pada pasca panen, dan semua indikator yang digunakan oleh petani di desa ini dalam bercocok tanam ialah menggunakan bahan-bahan organik, dimana program Pertanian Berkelanjutan ini yang bertujuan untuk peningkatan sosial ekonomi petani ini dibagi atas dua bidang yaitu :

a. Bidang Marketing yaitu upaya untuk membantu memasarkan hasil panen petani. b. Bidang Pertanian yaitu upaya untuk meningkatkan sosial ekonomi petani dengan

berfokus pada masalah yang berhubungan dengan pertanian. Contoh kebijakan revolusi hijau.

Lembaga Serikat Petani Indonesia dengan program Pertanian Berkelanjutannya dilaksanakan di desa Damak Maliho dengan tujuan utama yaitu sebagai pendukung dan membantu masyarakat petani dalam mengelolah lahan pertanian dengan baik dan mengalami perubahan kearah yang lebih baik lagi serta dapat meningkatkan hasil produksi pertanian dengan peningkatan yang maksimal sehingga para petani merasakan dampak yang positif atas program pertanian berkelanjutan tersebut. Perubahan yang diharapkan atas program pertanian berkelanjutan ini ialah peningkatan pada kehidupan sosial ekonomi petaninya yaitu perubahan pada pendapatan, pendidikan, perumahan, kesehatan serta kondisi sosialnya yang berujung pada kesejahteraan masyarakat petaninya.

Selama ini telah banyak program-program pembangunan dari pemerintah maupun non pemerintah yang bertujuan utuk mensejahterakan masyarakat petani dengan cara memberikan bantuan-bantuan langsung kepada para petani berupa pupuk dan sebagainya. Namun pada


(12)

kenyataanya dari beberapa program pemerintah maupun non pemerintah yang telah dilaksanakan tidak dapat memecahkan masalah para petani atau dengan kata lain program tersebut tidak tepat sasaran, karena program yang ada hanya diberikan dalam bentuk dana atau dalam bentuk material seperti bibit dan pupuk. Akan tetapi program tersebut tidak memberikan bimbingan atau arah mengenai cara bertani yang baik.

Permasalahan ini yang menjadi latar belakang penulis sangat tertarik untuk membuat penelitian mengenai “Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan oleh Serikat Petani

Indonesia terhadap Sosial Ekonomi Petani di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis pada latar belakang, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Apakah ada pengaruh program pertanian berkelanjutan terhadap sosial ekonomi masyarakat petani di desa Damak Maliho kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang ?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh program Pertanian Berkelanjutan terhadap sosial ekonomi masyarakat petani di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.


(13)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Sebagai bahan informasi dan pertimbangan terhadap para pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang berkepentingan yang berkaitan dengan masalah kelompok tani dalam rangka pembinaan dan pengembangan kelompok tani di pedesaan.

1. Sebagai bahan pengembangan konsep-konsep serta teori-teori yang berkenaan dengan kelompok tani.

2. Semoga dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan, dan sebagai bahan referensi, khususnya bagi kelompok Serikat Petani Indonesia di desa Damak Maliho kecamatan Bangun Purba kabupaten Deli Serdang guna meningkatkan program Pertanian Berkelanjutan.

3. Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan mahasiswa atau pembaca lainnya dalam rangka memperkaya bahan penelitian dan sebagai sumber bacaan.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional


(14)

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi

dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat Lembaga Serikat Petani Indonesia. Selanjutnya berisikan gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang bermanfaat.


(1)

Di Indonesia dikenal ada 4 (empat) sistem pertanian yang berbeda baik tingkat efisiensi teknologi maupun tanaman yang diusahakan. Keempat sistem itu adalah :

1. Sistem ladang merupakan yang paling belum berkembang, suatu peralihan dari tahap pengumpul ke tahap penanam. Pengolahan tanah minimum sekali, produktivitas berdasarkan pada lapisan humus yang terbentuk dari sistem hutan. Sistem ini hanya akan bertahan di daerah yang berpenduduk jarang, dan sumber tanah tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, baik padi, jagung maupun umbi-umbian.

2. Sistem tegal pekarangan berkembang di tanah-tanah kering, yang jauh dari sumber-sumber air, yang sinambung. Sistem ini diusahakan setelah menetap lama, tetapi tingkatan pengusahaan juga rendah; untuk tegal umumnya tenaga kurang intensif dan pada keduanya tenaga hewan jarang digunakan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman –tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan.

3. Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan.Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang lambat. Sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija; di beberapa daerah tanaman tebu dan tembakau sangat bergantung padanya.

4. Sistem perkebunan baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan Negara berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasi utama. Dalam taraf tertentu, pengelolaannya merupakan yang terbaik. Akan tetapi dibandingkan dengan kemajuan di dunia berkembang, masih jauh ketinggalan


(2)

pukul 13.09 wib)

Pandangan bahwa ketertinggalan disegi ekonomi dan teknologi telah menyebabkan kemiskinan terutama di daerah pedesaan yang relatif lebih tertinggal dari daerah perkotaan yang lebih mendapatkan manfaat pembangunan. Lembaga Serikat Petani Indonesia bergerak mendampingi komunitas pedesaan dengan memilih teknologi tepat sebagai pintu masuk dengan misi menegakkan keadilan dan kemakmuran masyarakat pedesaan. Teknologi tepat menjadi salah satu pilihan lembaga Serikat Petani Indonesia selain bentuk-bentuk kegiatan ekonomi yang lazim dikenal dengan sebutan program peningkatan pendapatan yang merupakan bagian dari Pertanian Berkelanjutan.

Serikat petani Indonesia merupakan organisasi gerakan petani kecil, buruh tani, masyarakat adat petani, serta pemuda-pemudi yang berkeinginan kuat menjadi petani. Serikat petani SUMUT saat ini tersebar di 11 kabupaten, yaitu : Medan, Deli Serdang, Langkat, Karo, Asahan, Simalungun, Padang Lawas, Samosir, Batu Bara, Tapanuli Tengah dan Labuhan Batu.

Program Pertanian Berkelanjutan ini dilakukan di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang yang sebahagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Adapun program ini ialah berisi kegiatan yang sifatnya sebagai fasilitasi yang lebih ditekankan dalam bentuk peningkatan keterampilan teknis, manajemen dan informasi. Tujuan program ini ialah memberikan bantuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dampingan, sebagai entry point untuk menggalang massa atau media dialog dalam rangka menemukan tema-tema generatif dan politis dan juga sebagai pencarian dan penemu pola-pola pertanian atau penanganan pasca panen yang benar-benar dapat menjadi alternatif bagi petani.


(3)

Petani di desa Damak Maliho ini sering kali mengalami kegagalan panen yang dikarenakan berbagai faktor, diantaranya yaitu faktor cuaca, kurangnya modal, dan pengetahuan yang sangat sedikit mengenai budidaya tani. Oleh karena itu hadirnya lembaga Serikat Petani Indonesia melalui programnya yaitu Pertanian Berkelanjutan di desa Damak Maliho ini sebagai wadah menambah ilmu mengenai pertanian bagi para petaninya mulai dari memilih bibit yang baik sampai pada pasca panen, dan semua indikator yang digunakan oleh petani di desa ini dalam bercocok tanam ialah menggunakan bahan-bahan organik, dimana program Pertanian Berkelanjutan ini yang bertujuan untuk peningkatan sosial ekonomi petani ini dibagi atas dua bidang yaitu :

a. Bidang Marketing yaitu upaya untuk membantu memasarkan hasil panen petani. b. Bidang Pertanian yaitu upaya untuk meningkatkan sosial ekonomi petani dengan

berfokus pada masalah yang berhubungan dengan pertanian. Contoh kebijakan revolusi hijau.

Lembaga Serikat Petani Indonesia dengan program Pertanian Berkelanjutannya dilaksanakan di desa Damak Maliho dengan tujuan utama yaitu sebagai pendukung dan membantu masyarakat petani dalam mengelolah lahan pertanian dengan baik dan mengalami perubahan kearah yang lebih baik lagi serta dapat meningkatkan hasil produksi pertanian dengan peningkatan yang maksimal sehingga para petani merasakan dampak yang positif atas program pertanian berkelanjutan tersebut. Perubahan yang diharapkan atas program pertanian berkelanjutan ini ialah peningkatan pada kehidupan sosial ekonomi petaninya yaitu perubahan pada pendapatan, pendidikan, perumahan, kesehatan serta kondisi sosialnya yang berujung pada kesejahteraan masyarakat petaninya.

Selama ini telah banyak program-program pembangunan dari pemerintah maupun non pemerintah yang bertujuan utuk mensejahterakan masyarakat petani dengan cara memberikan bantuan-bantuan langsung kepada para petani berupa pupuk dan sebagainya. Namun pada


(4)

kenyataanya dari beberapa program pemerintah maupun non pemerintah yang telah dilaksanakan tidak dapat memecahkan masalah para petani atau dengan kata lain program tersebut tidak tepat sasaran, karena program yang ada hanya diberikan dalam bentuk dana atau dalam bentuk material seperti bibit dan pupuk. Akan tetapi program tersebut tidak memberikan bimbingan atau arah mengenai cara bertani yang baik.

Permasalahan ini yang menjadi latar belakang penulis sangat tertarik untuk membuat penelitian mengenai “Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan oleh Serikat Petani Indonesia terhadap Sosial Ekonomi Petani di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis pada latar belakang, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Apakah ada pengaruh program pertanian berkelanjutan terhadap sosial ekonomi masyarakat petani di desa Damak Maliho kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang ?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh program Pertanian Berkelanjutan terhadap sosial ekonomi masyarakat petani di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.


(5)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Sebagai bahan informasi dan pertimbangan terhadap para pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang berkepentingan yang berkaitan dengan masalah kelompok tani dalam rangka pembinaan dan pengembangan kelompok tani di pedesaan.

1. Sebagai bahan pengembangan konsep-konsep serta teori-teori yang berkenaan dengan kelompok tani.

2. Semoga dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan, dan sebagai bahan referensi, khususnya bagi kelompok Serikat Petani Indonesia di desa Damak Maliho kecamatan Bangun Purba kabupaten Deli Serdang guna meningkatkan program Pertanian Berkelanjutan.

3. Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan mahasiswa atau pembaca lainnya dalam rangka memperkaya bahan penelitian dan sebagai sumber bacaan.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional


(6)

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi

dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat Lembaga Serikat Petani Indonesia. Selanjutnya berisikan gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang bermanfaat.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

2 55 152

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Terhadap Ekonomi Masyarakat Oleh Serikat Petani Indonesia Di Kelurahan Pangkalan Mansyur Medan Johor

3 52 92

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

0 0 4

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

0 0 21

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Terhadap Ekonomi Masyarakat Oleh Serikat Petani Indonesia Di Kelurahan Pangkalan Mansyur Medan Johor

0 0 12

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Terhadap Ekonomi Masyarakat Oleh Serikat Petani Indonesia Di Kelurahan Pangkalan Mansyur Medan Johor

0 0 2

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Terhadap Ekonomi Masyarakat Oleh Serikat Petani Indonesia Di Kelurahan Pangkalan Mansyur Medan Johor

0 0 9

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

0 0 15

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

0 0 1

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

0 0 27