Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAJULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh: HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Mei Mei Wilianti Nim : 100902088

Judul : Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

Medan, Juli 2014 PEMBIMBING

NIP. 19630319 199303 1 001 (Drs. Matias Siagian, M.Si., Ph.D)

KETUA DAPARTEMEN

NIP. 19710927 199801 2 001 (Hairani Siregar, S.Sos, M.SP)

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

NIP. 1968052511999203 1 002 (Prof. Dr. Badaruddin, M.SI)


(2)

SKRISPSI

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani

Indonesia Terhadap Sosial-Ekonomi Petani Di Desa Damak

Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

MEI MEI WILIANTI 100902088

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Mei Mei Wilianti NIM : 100902088

Penagruh Program Berkelanjutan Terhadap Sosial Ekonomi Petani di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Terhadap Sosial Ekonomi Petani di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini terdiri dari 6 bab dengan 113 halaman. Masalah yang dibahas disini adalah adakah pengaruh program pertanian berkelanjutan terhadap sosial ekonomi di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program pertanian berkelanjutan terhadappetaninya.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel penelitian dan juga bertujuan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 434 mitra petani binaan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 43 orang mitra binaan. Teknik penarikan sampek yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana.

Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan dengan analisis product moment diketahui koefisien korelasi (r_xy) = 0,39 dengan taraf siknifikan 5% (tarap kepercayaan 95%) yaitu 0,301, ternyata lebih besar dari harga t tabel yaitu (0,39>0,301), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan hipotesa (Ha) yang mengatakan “ada pengaruh program pertanian berkelanjutan terhadap sosial ekonomi petani” dapat diterima. Sedangkan hipotesa nol (Ho) yang mengatakan “tidak ada pengaruh program pertanian berkelanjutan terhadap sosial ekonomi petani ” tidak dapat diterima (ditolak).


(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WALFARE

Name: Mei Mei Wilianti NIM: 100902088

ABSTRACT

Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue Farming

this thesis centitled “Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue Farming this consists of 6 chapter and 113 pages. Issue discussed here is how the Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue Farming the purpose of this study was Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue farming

this type of research is explanatory research, which aims to look at the relationship between the variables and the research aimed to test the hypothesis that has been formulated previously. Meanwhile, data collection techniques using Product Moment Collrelation technique. Total population in this study was 434 prisoners. The number of samples in this study were 43 prisoners. The sampling technique used in this study were simple random sample.

From the results of the correlation analysis carried out by the analysis of known product moment correlation coefficient (r_xy) = 0.39 with a significance level of 5% (95% confidence tarap) is 0.301, was greater than the price of that table t (0.39> 0.301), thus it can be concluded that there is a hypothesis (Ha) that says "no impact on the socio-economic continue farming" acceptable. While the null hypothesis (Ho) that says "there is no impact on the socio-economic partnership program established continue farming Field" can not be accepted (rejected). While contributing to the socio-economic continue farming program Indonesia amounted to 9%.


(5)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 12

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 13

1.3.1 Tujuan Penelitian... 13

1.3.2 Manfaat Penelitian... 13

1.4 Sistematika Penulisan... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Pertanian Berkelanjutan ... 15

2.1.1 Pengertian Pertanian Berkelanjutan...15

2.1.2 Aspek-Aspek Pelaksanaan Pertanian Berkelanjutan...19

2.2 Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia ...23

2.2.1 Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia kepada Petani Binaan ... 24

2.2.2 Pengelolaan Marketing oleh Serikat Petani Indonesia kepada Petani Binaan ... 26

2.2.3 Peran Fasilitator Serikat Petani Indonesia ... 27

2.3 Sosial Ekonomi ... 27

2.3.1 Produktivitas ... 29

2.3.2 Pendapatan ... 29

2.3.3 Pangan ... 30


(6)

2.3.5 Kesehatan ... 31

2.3.6 Sarana Perumahan ... 31

2.3.7 Rekreasi ... 32

2.4 Kesejahteraan Sosial ... 33

2.5 Kerangka Pemikiran ... 34

2.6 Hipotesis ... 37

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional... 38

2.7.1 Defenisi Konsep ... 38

2.7.2 Defenisi Operasional ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 43

3.2 Lokasi Penelitian ... 43

3.3 Populasi dan Sampel ... 43

3.3.1 Populasi ... 43

3.3.2 Sampel ... 44

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.5 Teknis Analisis Data ... 45

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Latar Belakang Berdirinya Serikat Petani Indonesia SUMUT ... 47

4.2 VISI dan MISI Serikat Petani Indonesia ... 49

4.3 PROGRAM & KEGIATAN Serikat Petani Indonesia .... 52

4.4 Peran dan Posisi FSPI ... 54

4.4.1 Peran FSPI ... 54


(7)

4.5 Program Kerja SPI ... 56

4.6 Perubahan Setelah Adanya Unitaris ... 57

4.7 Letak dan Kedudukan Serikat Petani Indonesia... 58

4.8 Gambaran Desa Damak Maliho ... 60

4.8.1 Data Demografi ... 61

4.8.2 Sarana dan Prasarana Desa ... 61

a. Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 61

b. Sarana dan Prasarana Kesehatan ... 62

BAB V ANALISA DATA 5.1 Pengantar ... 63

5.2 Identitas responden ... 64

5.2.1 Umur ... 64

5.2.2 Jenis Kelamin ... 65

5.2.3 Agama ... 65

5.2.4 Suku Bangsa ... 66

5.2.5 Pendidikan Terakhir ... 67

5.2.6 Jumlah Anak ... 68

5.2.7 Jenis Tanaman yang Dikembangkan ... 68

5.3 Program Pertanian Berkelanjutan (Variabel X) ... 69

5.3.1 Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia kepada petani binaan ... 70

5.3.2 Pengelolaan Marketing oleh Serikat Petani Indonesia Kepada Petani Binaan ... 80

5.3.3 Peran Fasilitator Serikat Petani Indonesia... 82


(8)

5.4.1 Poduktivitas ... 85

5.4.2 Pendapatan ... 87

5.4.3 Kebutuhan Pemenuhan Pangan ... 92

5.4.4 Kondisi Pendidikan Anak ... 98

5.4.5 Kesehatan ... 103

5.4.6 Sarana Perumahan ... 106

5.4.7 Rekreasi ... 108

5.5 Uji Hipotesa ... 108

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 112


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 64

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 66

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 67

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 68

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Tanaman yang Dikembangkan ... 69

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Darimana Mengetahui Pertama Kali Informasi Mengenai Uji Coba Pertanian Organik 70 Tabel 5.8 Berapa Kali Responden Mengikuti Pelaksanaan Sosialisasi Uji Coba Pertanian Organik yang Diadakan Oleh Serikat Petani Indonesia ... 72

Tabel 5.9 Adakah Hambatan yang Dirasakan Responden Dalam Mengikuti Sosialisasi Uji Coba Pertanian Organik ... 73

Tabel 5.10 Apakah Uji Coba Pertanian Organik Telah Berhasil Dalam Hasil Panen ... 75

Tabel 5.11 Kapan Pertama Kali Mengikuti Pelatihan Budidaya Tani ... 76


(10)

Sosialisasi Pelatihan Budidaya Tani yang Diadakan

Oleh Pihak Serikat Petani Indonesia ... 77

Tabel 5.13 Jenis Transport yang Digunakan Untuk Pengangkutan

Hasil Panen ke Pasar ... 81

Tabel 5.14 Seberapa Jauh Keterlibatan Pendamping Pertanian Dalam

Membantu Pengembangan Pengelolaan Pertanian Responden 83

Tabel 5.15 Pertemuan Diskusi oleh Pihak Serikat Petani Indonesia yang

Diikuti Oleh Responden Dalam Membangun Jaringan

Dengan Lembaga Pertanian Lainnya ... 85

Tabel 5.16 Luas Lahan yang Digunakan Responden Dalam Bertani ... 86

Tabel 5.17 Berapa Kali Panen Tanaman Pertanian Responden

Dalam Setahun ... 87

Tabel 5.18 Penghasilan Responden Per Panen Sebelum

Mengikuti Program Pertanian Berkelanjutan ... 88

Tabel 5.19 Penghasilan Responden Setiap Kali Panen Setelah

Mengikuti Program Pertanian Berkelanjutan ... 89

Tabel 5.20 Apakah Ada Sisa Penghasilan Responden Setelah


(11)

Tabel 5.21 Jumlah Tabungan Responden Setiap Bulannya ... 91

Tabel 5.22 Dimanakah Responden Menyimpan Tabungan ... 92

Tabel 5.23 Berapakali Responden dan Keluarga Rata-rata Makan

Dalam Satu Hari ... 92

Tabel 5.24 Berapakali Rata-rata Dalam Satu Minggu

Responden dan Keluarga Mengkonsumsi Daging ... 93

Tabel 5.25 Berapakali Rata-rata Dalam Satu Minggu

Responden dan Keluarga Mengkonsumsi Ikan Segar ... 94

Tabel 5.26 Berapakali Rata-rata Dalam Satu Minggu Responden

dan Keluarga Mengkonsumsi Telur ... 95

Tabel 5.27 Berapakali Rata-rata Dalam Satu Hari Responden

dan Keluarga Mengkonsumsi Sayur Setiap Kali Makan ... 96

Tabel 5.28 Berapakali Rata-Rata Dalam Satu Minggu Responden

dan Keluarga Mengkonsumsi Susu ... 97

Tabel 5.29 Berapa Jumlah Anak Responden yang Sedang

Bersekolah di SD ... 98

Tabel 5.30 Jumlah Anak Responden yang Bersekolah di SLTP/SMP ... 99

Tabel 5.31 Berapa Jumlah Anak Responden yang


(12)

Tabel 5.32 Berapa Jumlah Anak Responden

yang Bersekolah di Perguruan Tinggi ... 101

Tabel 5.33 Sampai Mana Anak Responden yang Putus Sekolah ... 103

Tabel 5.34 Apabila Responden dan Keluarga Sakit

Apakah yang Dilakukan Responden ... 104

Tabel 5.35 Apabila Ketika Responden dan Keluarga

Sakit Parah dan Harus Rawat Inap

Apakah yang Dilakukan Responden ... 105

Tabel 5.36 Bagaimana Status Kepemilikan Rumah yang Responden Huni .. 106

Tabel 5.37 Bagaimana tipe rumah yang keluarga responden huni ... 107

DAFTAR BAGAN


(13)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatallahhi Wabarokatuh Bismillahirahmaanirrahim

Puji syukur penulis hantarkan kepada-Mu ya Allah atas selesaikannya penulisan skripsi ini. Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempurnaan nikmat dan rahmat-Nya berupa kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan masa kuliah di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan merampungkan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani

Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang”. Sholawat beriring salam penulis hantarkan kepada Nabi

Besar Muhammad SAW beserta keluarga semoga kita semua diberikan kesehatan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dukungan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

3. Bapak Drs. Matias Siagian, Msi, Ph.D selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.


(14)

4. Teristimewa kepada Bapak dan Mamak tersayang Zuki dan Nuraidah Siregar yang tak pernah ada habis-habisnya menyemangati saya dalam mengerjakan skripsi ini. Disaat saya mulai jenus dan hampir berputus saya dalam proses mengerjakan skripsi ini, beliau selalu menyemangati saya, dan kata-kata beliau yang kerap kali bilang “yang namanya proses pembelajaran ya begitulah nak, gak ada yang mudah semua butuh perjuangan, yang perlu mei mei ingat doa mamak sama bapak gak ada habis-habisnya buat mei mei, SEMANGAT !!!”.

5. Seluruh Staff dan Pegawai di Lembaga Serikat Petani Indonesia. Terimakasih karena banyak membantu saya menyediakan bahan-bahan untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan pegawai administrasi

FISP USU.

7. Teristimewa kepada abang ku tersayang Sefti Sandi Irwanda, kakak ku tersayang Maria Weni serta kedua adikku tersayang Meri Pratiwi dan Sri Dewi yang selalu menyemangati saya untuk menyelesaikan skripsi saya.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan saya di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial. Semangat teman-teman kita semua harus bisa menggapai cita-cita kita, jangan menyerah walaupun banyak kerikil di depan yang harus kita lewati !!!

9. Spesialnya kepada seseorang yang selama ini juga memberikan saya semangat ketika saya mulai jenuh dalam mengerjakan skripsi ini. Kamu adalah alasan kedua ku setelah orangtua ku buat tetap berusaha bangkit walau berat dan sulit dalam mengerjakan skripsi ini. Want be prouded mom and dad and last just for you my amri.

Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan hidayah dan limpahkan rahmat dan karunianya serta membalas segala kebaikan dengan yang lebih baik lagi.

Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk itu sangat diharapkam masukannya.


(15)

Walaikuumsalam warohmatuallhi wabarokatuh

Medan, Maret 2014 Penulis,


(16)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WALFARE

Name: Mei Mei Wilianti NIM: 100902088

ABSTRACT

Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue Farming

this thesis centitled “Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue Farming this consists of 6 chapter and 113 pages. Issue discussed here is how the Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue Farming the purpose of this study was Impact On The Socio Ekonomic Partnership Program Continue farming

this type of research is explanatory research, which aims to look at the relationship between the variables and the research aimed to test the hypothesis that has been formulated previously. Meanwhile, data collection techniques using Product Moment Collrelation technique. Total population in this study was 434 prisoners. The number of samples in this study were 43 prisoners. The sampling technique used in this study were simple random sample.

From the results of the correlation analysis carried out by the analysis of known product moment correlation coefficient (r_xy) = 0.39 with a significance level of 5% (95% confidence tarap) is 0.301, was greater than the price of that table t (0.39> 0.301), thus it can be concluded that there is a hypothesis (Ha) that says "no impact on the socio-economic continue farming" acceptable. While the null hypothesis (Ho) that says "there is no impact on the socio-economic partnership program established continue farming Field" can not be accepted (rejected). While contributing to the socio-economic continue farming program Indonesia amounted to 9%.


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya. Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional.

Menyaksikan suatu peristiwa krisis pembangunan yang terjadi adalah salah satu akibat dari sistem kapitalisme. Kapitalisme di Asia Timur yang selama ini dijadikan teladan keberhasilan pembangunan dan keberhasilan kapitalisme tengah mengalami kebangkrutan. Krisis terhadap pembangunan yang terjadi pada saat ini pada dasarnya merupakan bagian dari krisis sejarah dominasi dan eksploitasi manusia atas manusia yang lain. Secara umum terdapat suatu gejala yang menunjukkan di satu pihak semakin dominasinya paradigma

mainstream yang berakar pada paradigma teori klasik dan modernisasi. Selanjutnya, di pihak


(18)

gerakan sosial secara global, serta bangkitnya masyarakat sipil (civil society) (Fakih, 2001: 199).

Hampir setengah dari populasi dunia adalah petani, baik sebagai petani penggarap di lahan sendiri atau lahan sewa maupun sebagai buruh tani. Diera teknologi tinggi seperti saat ini pun, manusia tetap memakan pangan yang dihasilkan para petani. Bahkan keamanan dunia bergantung pada kehidupan petani dan keberlangsungan pertanian. Pangan bisa berubah menjadi senjata (food weapon), ketika petani mogok memproduksi pangan, ketika petani produsen pangan tidak mau mendistribusi pangannya atau ketika negara produsen pangan tidak mendistribusikan pangannya ke negara yang membutuhkan (www.spi.or.id/masalah/pertanian diakses pada tanggal 27 april 2014 pukul 22.09 wib )

Menteri pertanian yang menyatakan bahwa 70% masyarakat miskin di Indonesia adalah petani. Namun hingga Maret 2011 kondisi kehidupan para petani di Indonesia masih miskin. Dari sensus pertanian terakhir tahun 2003, penduduk yang rentan miskin sebanyak 27 juta jiwa, jumlah tersebut berasal dari petani gurem. Petani gurem ini mengolah tanah garapannya di bawah 0,5 hektar. Hasil proyeksi Serikat Petani Indonesia pada tahun 2008 juga mencatat jumlah petani gurem di Indonesia berjumlah 15,6 juta jiwa (55,1%). Kondisi petani ini semakin memprihatinkan karena pertanian di Indonesia secara umum masih subsiten, kepemilikan lahan yang sempit berdampak kepada pendapatan para petani yang masih rendah. Disatu sisi petani tidak memiliki sertifikat yang biasa digunakan sebagai agunan. Dengan kondisi ini menjadikan petani terjebak kepada tengkulak maupun rentenir yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Meski kondisi tercekik namun itulah solusinya para petani bisa mendapatkan modalnya. Dalam kondisi seperti ini pemerintah justru mengeluarkan kebijakan melalui berbagai Undan-undang yang menyimpang dari UUD 1945 pasal 33 dan UUPA 5 tahun 1960. Sebagai contoh UU No.7/2004 tentang Sumber Daya Air yang mengakibatkan privatisasi sumber air, UU No.18/2004 tentang perkebunan yang


(19)

mengakibatkan ratusan petani dikriminalkan, Perpres 36/2005 dan revisi Perpres 67/2006 tentang pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan UU No.27/2007 tentang penanaman modal yang membenarkan pemodal menguasai secara dominan disektor pertanian pangan dan perkebunan diakses pada tanggal 04 april 2014 pukul 09.14 wib).

Masalah yang paling mendasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal dan pengetahuan bertani yang sangat rendah . Sebagian besar petani mengalami kekurangan modal untuk pertanian dan memenuhi kebutuhan hidupnya serta gagalnya panen yang telah diolah petani yang menyebabkan

keterpurukan petani di pedesaan. Umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan masalah pertanian di Indonesia. Sudah sejak lama Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat petani. Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar mampu meningkatkan taraf hidupnya. Berbagai bentuk bantuan juga telah dilaksanakan mulai dari subsidi pupuk, Kredit Usaha Tani (KUT), penyuluhan pertanian dan bantuan-bantuan lainnya. Namun petani Indonesia masih berpendapatan rendah dan masih berfikir belum mampu bergerak sendiri dalam melaksanakan usaha taninya.

Permasalahan pertanian di Indonesia juga dikarenakan masih banyaknya para petani yang menggunakan bahan-bahan kimia seperti jenis pestisida sebagai bahan dasar untuk bertani mereka. Mengingat bahwa pestisida dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, namun dapat pula membahayakan kesehatan manusia, kelestarian sumber daya alam hayati lingkungan hidup.

Para petani Indonesia beranggapan bahwa bahan kimia, pestisida, bibit,

herbisida, fungisida, penyemprot hama (rondap) dan sebagainya yang mereka gunakan sudah efektif serta efesien tanpa memikirkan dampak panjang kedepannya. Bibit


(20)

kimia, pupuk kimia serta penyemprot kimia yang berlebihan dapat menghasilkan produktivitas panen yang banyak dalam kurun waktu singkat akan tetapi bahan-bahan kimia yang mereka gunakan tersebut dapat merusak kualitas tanah dalam jangka waktu yang panjang. Berkurangnya kesuburan tanah adalah salah satu masalah baru yang dapat merugikan para petani serta masyarakat Indonesia. Kurangnya kesuburan tanah menyebabkan hasil panen yang kurang produktif sehingga tingginya tingkat kebutuhan masyarakat tidak sebanding dengan jumlah hasil panen yang menyebabkan tingginya barang-barang impor ke Indonesia.

Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintesis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan ‘back to nature’ telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintesis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat yang bergizi tinggi dapat diproduksi metode baru yang dikenal dengan pertanian organik atau pertanian berkelanjutan (Simatupang: http: //petani-indonesia/2002.com diakses pada tanggal 12 maret 2014 pukul 11.06 wib).

Organisasi penggerak pertanian organik telah menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Organisasi penggerak pertanian organik juga berusaha untuk menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumber daya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian. Dengan demikian pertanian organik merupakan suatu


(21)

Pertanian masih merupakan sektor strategis bagi Indonesia untuk waktu lima dan sepuluh tahun ke depan. Hal tersebut dikarena sebagian besar penduduk Indonesia hidup di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian utama bagi petani.

Keberadaannya merupakan suatu kekuatan tersendiri bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu pengaruhnya masih sangat besar terhadap pembangunan bangsa. Keselamatan umat manusia sangat ditentukan oleh usaha pertanian yang menghasilkan bahan pangan. Melindungi dan memenuhi hak-hak petani merupakan suatu keharusan untuk kelangsungan kehidupan itu sendiri. Namun kenyataannya pelanggaran

terhadap hak asasi manusia bagi petani terus berlangsung sejak dahulu hingga saat ini

(www.spi.or.id/pembangunan/pertanian diakses pada tanggal 27 januari 2014 pukul

20.34 wib).

Kebijakan pemerintah dalam menanggapi masalah-masalah sosial ekonomi negara Indonesia ialah dengan meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakatnya yang dilakukan melalui pembangunan pertanian. Adapun salah satu kebijakan mendasar yang diperlukan untuk mengatasi masalah dalam pertanian ialah pemerintah mampu meyediakan lahan kosong untuk digarap oleh para petani dengan tujuan untuk menambah pendapatan petani, akan tetapi seringkali kebijakan yang dikeluarkan pemerintah belakangan ini disamping tidak konsisten, juga tidak mencerminkan sence of humanity. Hal ini dapat dilihat dari dampak yang telah terjadi maupun yang bakal muncul terhadap kesejahteraan petani Indonesia dan ketahanan pangan nasional. Jatuhnya harga gabah ditingkat petani memperlihatkan betapa lemahnya antisipasi pemerintah terhadap permasalah yang menyangkut kehidupan para petani. Disamping itu, penerapan pencabutan subsidi pupuk yang dilakukan pemerintah sangat

memberatkan petani jika harga dasar gabah tidak dapat dipertahankan (Saragih, 2004: 25-26).


(22)

Masalah pertanian di Indonesia dari tahun ke tahun tidak banyak berubahnya, masalah yang sama selalu membuat petani Indonesia semakin miskin. Adapun masalah yang dihadapi pertanian Indonesia dari tahun ke tahun ini ialah :

1. Masalah ketersediaan saprodi ( pupuk, benih unggul). 2. Masalah tidak adanya modal usaha.

3. Sempitnya luas lahan milik petani sehingga biaya cost/ musim tanam sangat tinggi.

4. Harga jual produk pertanian sangatlah rendah.

5. Teknologi pasca panen dikalangan petani sangatlah minim sehingga pada saat panen langsung dijual, padahal jika diolah menjadi bahan

olahan harga akan mahal (http://agriculturalproject.html diakses pada tanggal 28 febuari 2014 pukul 11.40 wib).

Mewujudkan kemandirian pangan dalam tatanan perdagangan dunia yang bebas dan adil. Kecukupan pangan merupakan masalah hidup dan matinya suatu bangsa, sehingga kemandirian pangan merupakan prioritas tujuan pembangunan pertanian. Tantangan ke depan yang dihadapi dalam rangka mewujudkan

kemandirian pangan adalah meningkatnya derajat globalisasi perdagangan dunia yang tidak adil. Sebagai anggota WTO, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling patuh menjalankan komitmen untuk mewujudkan perdagangan bebas. Indonesia sejak krisis ekonomi tahun 1998 telah mengurangi seluruh tarif bea masuk komoditi

pertanian dan menghapus semua subsidi kepada petani, kecuali kebijakan harga dasar pembelian pemerintah untuk gabah atau beras. Namun banyak negara, khususnya negara maju, ternyata belum atau tidak melaksanakan komitmen tersebut dengan baik,


(23)

sehingga petani indonesia dihadapkan pada persaingan tidak adil dengan petani dari negara-negara lain yang dengan mudah mendapat perlindungan tarif dan non tarif serta subsidi langsung dan tidak langsung dari pemerintahnya

pukul 21.15 wib)

Serbuan impor beberapa komoditas pangan utama meningkat, seperti beras, gula, kedelai, jagung dan daging sapi. Akibatnya komoditas pangan indonesia kalah bersaing dengan komoditas pangan negara lain. Hal ini kalau ini dibiarkan terus, maka keberlanjutan pertanian pangan akan tidak terjamin yang berarti jutaan petani

pangan akan kehilangan mata pencaharian. Indonesia juga menghadapi permasalahan dalam negeri yang berkaitan dengan produksi pangan (http://agribisinis

teknologi.blogspot.com/2012/01/pembangunan-pertanian-berkelanjutan.html diakses pada tanggal 10 maret 2014 pukul 21.45 wib).

Pembangunan dalam pertanian berkelanjutan haruslah dilaksanakan secara integratif dan berkelanjutan, tidak terpisah melainkan holistik. Kemajuan dan

pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian dan teknologi yang senantiasa berubah itu sebagai syarat mutlak adanya pembangunan pertanian namun apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian pun terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahkan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit yang semakin merajalela. Teknologi sering diartikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan keterampilan di bidang industri. Selain teknologi dan modal, kemampuan kelompok petani sangat menentukan


(24)

part time farmer karena kontribusi pendapatannya terhadap pendapatan total rumah tangga relatif kecil menjadikan kelompok tani sangat penting. Peran tersebut terutama dalam memanfaatkan skala ekonomi dan harmonisasi kegiatan serta dalam

menyukseskan program pemerintah mengenai peningkatan produksi padi. Saat ini, intensitas dan kualitas pembinaan terhadap kelompok tani berkurang karena belum jelasnya beberapa status lembaga yang berkaitan dengan pembinaan kelompok tani seperti lembaga penyuluhan. Diduga pelandaian produksi petanian berkaitan dengan melemahnya kekuatan kelompok tani dalam membangkitkan partisipasi masyarakat dalam penerapan teknologi pertanian (Saragih, 2004: 68).

Berbagai bentuk program telah diterapkan untuk membantu petani agar mampu meningkatkan taraf hidupnya yang telah dilaksanakan oleh Serikat Petani Indonesia di berbagai pedesaan. Salah satu program yang dilakukan oleh Serikat Petani Indonesia secara terintegrasi adalah program Pertanian Berkelanjutan.

Program Pertanian Berkelanjutan adalah program yang merupakan bentuk fasilitasi pendamping untuk petani. Program ini dilaksanakan pada tahun 2010 oleh Serikat Petani Indonesia. Dalam pelaksanaan program Pertanian Berkelanjutan oleh Serikat Petani Indonesia di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai pendamping sebelum masa tanam, perawatan tanaman yang dikembangkan oleh petani hingga penjualan hasil panen yang sampai ke pasar. Ketua pengarah adalah ketua basis yang dibentuk oleh pihak Serikat Petani Indonesia yang terdiri dari wakil ketua basis, sekretaris basis dan bendahara basis dari kelompok tani di desa Damak Maliho ini. Penyuluh Pendamping adalah anggota Serikat Petani Indonesia cabang Medan (Sumatera Utara) yang ditunjuk untuk mendampingi petani dalam pelaksanaan pengembangan uji coba pertanian organik serta pelatihan budi daya tani yang termasuk indikator rutinitas dalam program Pertanian Berkelanjutan.


(25)

Di Indonesia dikenal ada 4 (empat) sistem pertanian yang berbeda baik tingkat

efisiensi teknologi maupun tanaman yang diusahakan. Keempat sistem itu adalah :

1. Sistem ladang merupakan yang paling belum berkembang, suatu peralihan dari tahap pengumpul ke tahap penanam. Pengolahan tanah minimum sekali, produktivitas berdasarkan pada lapisan humus yang terbentuk dari sistem hutan. Sistem ini hanya akan bertahan di daerah yang berpenduduk jarang, dan sumber tanah tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, baik padi, jagung maupun umbi-umbian.

2. Sistem tegal pekarangan berkembang di tanah-tanah kering, yang jauh dari sumber-sumber air, yang sinambung. Sistem ini diusahakan setelah menetap lama, tetapi tingkatan pengusahaan juga rendah; untuk tegal umumnya tenaga kurang intensif dan pada keduanya tenaga hewan jarang digunakan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman –tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan.

3. Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan.Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang lambat. Sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija; di beberapa daerah tanaman tebu dan tembakau sangat bergantung padanya.

4. Sistem perkebunan baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan Negara berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasi utama. Dalam taraf tertentu, pengelolaannya merupakan yang terbaik. Akan tetapi dibandingkan dengan kemajuan di dunia berkembang, masih jauh ketinggalan


(26)

pukul 13.09 wib)

Pandangan bahwa ketertinggalan disegi ekonomi dan teknologi telah menyebabkan kemiskinan terutama di daerah pedesaan yang relatif lebih tertinggal dari daerah perkotaan yang lebih mendapatkan manfaat pembangunan. Lembaga Serikat Petani Indonesia bergerak mendampingi komunitas pedesaan dengan memilih teknologi tepat sebagai pintu masuk dengan misi menegakkan keadilan dan kemakmuran masyarakat pedesaan. Teknologi tepat menjadi salah satu pilihan lembaga Serikat Petani Indonesia selain bentuk-bentuk kegiatan ekonomi yang lazim dikenal dengan sebutan program peningkatan pendapatan yang merupakan bagian dari Pertanian Berkelanjutan.

Serikat petani Indonesia merupakan organisasi gerakan petani kecil, buruh tani, masyarakat adat petani, serta pemuda-pemudi yang berkeinginan kuat menjadi petani. Serikat petani SUMUT saat ini tersebar di 11 kabupaten, yaitu : Medan, Deli Serdang, Langkat, Karo, Asahan, Simalungun, Padang Lawas, Samosir, Batu Bara, Tapanuli Tengah dan Labuhan Batu.

Program Pertanian Berkelanjutan ini dilakukan di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang yang sebahagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Adapun program ini ialah berisi kegiatan yang sifatnya sebagai fasilitasi yang lebih ditekankan dalam bentuk peningkatan keterampilan teknis, manajemen dan informasi. Tujuan program ini ialah memberikan bantuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dampingan, sebagai entry point untuk menggalang massa atau media dialog dalam rangka menemukan tema-tema generatif dan politis dan juga sebagai pencarian dan penemu pola-pola pertanian atau penanganan pasca panen yang benar-benar dapat menjadi alternatif bagi petani.


(27)

Petani di desa Damak Maliho ini sering kali mengalami kegagalan panen yang dikarenakan berbagai faktor, diantaranya yaitu faktor cuaca, kurangnya modal, dan pengetahuan yang sangat sedikit mengenai budidaya tani. Oleh karena itu hadirnya lembaga Serikat Petani Indonesia melalui programnya yaitu Pertanian Berkelanjutan di desa Damak Maliho ini sebagai wadah menambah ilmu mengenai pertanian bagi para petaninya mulai dari memilih bibit yang baik sampai pada pasca panen, dan semua indikator yang digunakan oleh petani di desa ini dalam bercocok tanam ialah menggunakan bahan-bahan organik, dimana program Pertanian Berkelanjutan ini yang bertujuan untuk peningkatan sosial ekonomi petani ini dibagi atas dua bidang yaitu :

a. Bidang Marketing yaitu upaya untuk membantu memasarkan hasil panen petani. b. Bidang Pertanian yaitu upaya untuk meningkatkan sosial ekonomi petani dengan

berfokus pada masalah yang berhubungan dengan pertanian. Contoh kebijakan revolusi hijau.

Lembaga Serikat Petani Indonesia dengan program Pertanian Berkelanjutannya dilaksanakan di desa Damak Maliho dengan tujuan utama yaitu sebagai pendukung dan membantu masyarakat petani dalam mengelolah lahan pertanian dengan baik dan mengalami perubahan kearah yang lebih baik lagi serta dapat meningkatkan hasil produksi pertanian dengan peningkatan yang maksimal sehingga para petani merasakan dampak yang positif atas program pertanian berkelanjutan tersebut. Perubahan yang diharapkan atas program pertanian berkelanjutan ini ialah peningkatan pada kehidupan sosial ekonomi petaninya yaitu perubahan pada pendapatan, pendidikan, perumahan, kesehatan serta kondisi sosialnya yang berujung pada kesejahteraan masyarakat petaninya.

Selama ini telah banyak program-program pembangunan dari pemerintah maupun non pemerintah yang bertujuan utuk mensejahterakan masyarakat petani dengan cara memberikan bantuan-bantuan langsung kepada para petani berupa pupuk dan sebagainya. Namun pada


(28)

kenyataanya dari beberapa program pemerintah maupun non pemerintah yang telah dilaksanakan tidak dapat memecahkan masalah para petani atau dengan kata lain program tersebut tidak tepat sasaran, karena program yang ada hanya diberikan dalam bentuk dana atau dalam bentuk material seperti bibit dan pupuk. Akan tetapi program tersebut tidak memberikan bimbingan atau arah mengenai cara bertani yang baik.

Permasalahan ini yang menjadi latar belakang penulis sangat tertarik untuk membuat penelitian mengenai “Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan oleh Serikat Petani

Indonesia terhadap Sosial Ekonomi Petani di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis pada latar belakang, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Apakah ada pengaruh program pertanian berkelanjutan terhadap sosial ekonomi masyarakat petani di desa Damak Maliho kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang ?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh program Pertanian Berkelanjutan terhadap sosial ekonomi masyarakat petani di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.


(29)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Sebagai bahan informasi dan pertimbangan terhadap para pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang berkepentingan yang berkaitan dengan masalah kelompok tani dalam rangka pembinaan dan pengembangan kelompok tani di pedesaan.

1. Sebagai bahan pengembangan konsep-konsep serta teori-teori yang berkenaan dengan kelompok tani.

2. Semoga dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan, dan sebagai bahan referensi, khususnya bagi kelompok Serikat Petani Indonesia di desa Damak Maliho kecamatan Bangun Purba kabupaten Deli Serdang guna meningkatkan program Pertanian Berkelanjutan.

3. Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan mahasiswa atau pembaca lainnya dalam rangka memperkaya bahan penelitian dan sebagai sumber bacaan.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional


(30)

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi

dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat Lembaga Serikat Petani Indonesia. Selanjutnya berisikan gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang bermanfaat.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Pertanian Berkelanjutan

2.1.1 Pengertian Pertanian Berkelanjutan

Pertanian ialah proses menghasilkan bahan pangan, ternak, serta produk-produk agro industri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Usaha pertanian memilki dua ciri penting, yaitu :

1. selalu melibatkan barang dalam volume besar. 2. proses produksi memilki risiko yang relatif tinggi.

Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapannya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini akan tetapi sebahagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian ( Susanto, 2002: 1).

Pembangunan berkelanjutan bukan hanya sebagai transformasi progresif terhadap struktur sosial dan politik. Pembangunan pertanian berkelanjutan juga untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memenuhi kepentingan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kepentingan masyarakat pada masa saat ini (Supardi, 2003: 204).

Pertanian berkelanjutan ialah sebagai sebuah sistem yang terintegrasi antara praktek produksi tanaman dan hewan dalam sebuah lokasi dalam jangka waktu yang panjang. Menurut Brundtland, pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan yang dimaksud disini adalah kebutuhan untuk kelangsungan hidup hayati dan kebutuhan untuk kehidupan yang manusiawi.


(32)

Kebutuhan untuk kelangsungan hidup hayati adalah kebutuhan paling esensial yang meliputi udara, air dan pangan yang harus tersedia dalam jumlah dan kualitas memadai untuk dapat hidup sehat. Sedangkan kebutuhan untuk kehidupan manusiawi mempunyai arti untuk menaikkan martabat dan status sosial manusia (Supardi, 2003: 205).

Menurut SAREP (1998), pertanian berkelanjutan adalah suatu pendekatan sistem yang memahami keberlanjutan secara mutlak. Sistem ini memahaminya dari sudut pandang yang luas, dari sudut pertanian individual, kepada ekosistem lokal, dan masyarakat yang dipengaruhi oleh sistem pertanian, baik lokal maupun global. Mary V. Gold.1999 menyatakan bahwa pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) memadukan tiga tujuan yang meliputi: pengamanan lingkungan, pertanian yang menguntungkan dan kesejahteraan masyarakat petani. Tujuan-tujuan tersebut telah didefinisikan secara beragam oleh berbagai disiplin, tetapi kata kuncinya adalah: manfaat atau keuntungannya bagi petani dan konsumen. Francis dan Youngberg (1990) memberikan batasan bahwa pertanian berkelanjutan adalah suatu filosofi yang berbasis pada tujuan-tujuan manusia dan atas pemahaman terhadap dampak jangka panjang dari aktivitas-aktivitas kita atas lingkungan dan spesies-spesies lainnya. Sistem ini menekan degradasi lingkungan, memelihara produktivitas pertanian, meningkatkan kelayakan ekonomi, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang, serta memelihara kemantaban komunitas dan mutu hidup (Mardikanto, 2009: 21-22).

Sistem pertanian berkelanjutan harus dievaluasi berdasarkan pertimbangan beberapa kriteria, antara lain:

1. Aman menurut wawasan lingkungan, berarti kualitas sumberdaya alam dan vitalitas keseluruhan agro ekosistem dipertahankan atau mulai dari kehidupan manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai apabila tanah terkelola dengan baik, kesehatan tanah dan tanaman ditingkatkan, demikian juga kehidupan manusia maupun hewan ditingkatkan melalui proses


(33)

biologi. Sumberdaya lokal dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat menekan kemungkinan terjadinya kehilangan hara, biomassa dan energi, dan menghindarkan terjadinya polusi. Serta berfokus pada pemanfaatan sumberdaya.

2. Menguntungkan secara ekonomi, berarti petani dapat menghasilkan sesuatu yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri/pendapatan, dan cukup memperoleh pendapatan untuk membayar buruh dan biaya produksi lainnya. Keuntungan menurut ukuran ekonomi tidak hanya diukur langsung berdasarkan hasil usaha taninya, tetapi juga berdasarkan fungsi kelestarian sumberdaya dan menekan kemungkinan resiko yang terjadi terhadap lingkungan.

3. Adil menurut pertimbangan sosial, berarti sumberdaya dan tenaga tersebar sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi, demikian juga setiap petani mempunyai kesempatan yang sama dalam memanfaatkan lahan, memperoleh modal cukup, bantuan teknik dan memasarkan hasil. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama berpartisipasi dalam menentukan kebijakan, baik di lapangan maupun dalam lingkungan masyarakat itu sendiri.

4. Manusiawi terhadap semua bentuk kehidupan, berarti tanggap terhadap semua bentuk kehidupan (tanaman, hewan dan manusia) prinsip dasar semua bentuk kehidupan adalah saling mengenal dan hubungan kerja sama antar makhluk hidup adalah kebenaran, kejujuran, percaya diri, kerja sama dan saling membantu. Integritas budaya dan agama dari suatu masyarakat perlu dipertahankan dan dilestarikan.

5. Dapat dengan mudah diadaptasi, berarti masyarakat pedesaan atau petani yang mampu dalam menyesuaikan dengan perubahan kondisi usahatani: pertambahan penduduk, kebijakan dan permintaan pasar. Hal ini tidak hanya berhubungan dengan masalah perkembangan teknologi yang sepadan, tetapi termasuk juga inovasi sosial


(34)

Pertanian berkelanjutan adalah gerakan pertanian menggunakan prinsip ekologi, studi hubungan antara organisme dan lingkungannya. Pertanian berkelanjutan telah didefinisikan sebagai sebuah sistem terintegrasi antara praktek produksi tanaman dan hewan dalam sebuah lokasi dan dalam jangka panjang memiliki fungsi sebagai berikut: Memenuhi kebutuhan pangan dan serat manusia, meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam berdasarkan kebutuhan ekonomi pertanian. Menggunakan sumber daya alam tidak terbarukan secara efisien, menggunakan sumber daya yang tersedia di lahan pertanian secara terintegrasi, dan memanfaatkan pengendalian dan siklus biologis jika memungkinkan, meningkatkan kualitas hidup petani dan masyarakat secara keseluruhan. Namun tahap menuju pertanian berkelanjutan seringkali dipandang sebagai sebuah tahapan dan bukan sebagai akhir. Beberapa menganggap bahwa pertanian berkelanjutan yang sebenarnya adalah yang berkelanjutan secara ekonomi yang dicapai dengan penggunaan energi yang lebih sedikit, jejak ekologi yang minimal, barang berkemasan yang lebih sedikit, pembelian lokal yang meluas dengan rantai pasokan pangan singkat, bahan pangan terproses yang lebih sedikit pukul 21.16 wib).

2.1.2 Aspek-Aspek Pelaksanaan Pertanian Berkelanjutan

Konsep pembangunan berkelanjutan berorientasi pada tiga dimensi keberlanjutan, yaitu: keberlanjutan usaha ekonomi (profit), keberlanjutan kehidupan sosial manusia (people), keberlanjutan ekologi alam (planet). Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi sehingga ketiganya harus diperhatikan secara berimbang. Ketiganya yaitu :

1. Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut. Indikator utama dimensi ekonomi ini ialah


(35)

tingkat efisiensi, dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah (termasuk laba), dan stabilitas ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan kebutuhan ekonomi (material) manusia baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang.

2. Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis (termasuk tercegahnya konflik sosial), preservasi keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu, pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial-budaya merupakan indikator-indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.

3. Dimensi lingkungan alam menekankan kebutuhan akan stabilitas ekosistem alam yang mencakup sistem kehidupan biologis dan materi alam. Termasuk dalam hal ini ialah terpeliharanya keragaman hayati dan daya lentur biologis (sumber daya genetik), sumberdaya tanah, air dan agro klimat, serta kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Penekanan dilakukan pada preservasi daya lentur (resilience) dan dinamika ekosistem untuk beradaptasi terhadap perubahan, bukan pada konservasi suatu kondisi ideal statis yang mustahil dapat diwujudkan (AhmadSuryana:http://Pembangunan/Pertanian Berkelanjutan/Andalan/Pembangunan/Nasional.com diakses pada tanggal 10 maret 2014 pukul 21.15 wib).

Sistem pertanian berkelanjutan juga berisi suatu ajakan moral untuk berbuat kebajikan pada lingkungan sumber daya alam dengan memepertimbangkan tiga aspek, sebagai berikut:

1. Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak boleh menyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbangan adalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismenya dikendalikan oleh hukum alam.


(36)

2. Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka pendek dan jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi.

3. Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan dijunjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya sebagai contoh seorang petani akan mengusahakan peternakan ayam di pekarangan milik sendiri. Mungkin secara ekonomis dan ekologis menjanjikan keuntungan yang layak, namun ditinjau dari aspek sosial dapat memberikan aspek yang kurang baik misalnya, pencemaran udara karena bau kotoran ayam. Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem pertanian berkelanjutan di Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha pertanian dalam arti luas (Salikin, 2003: 6-7).

Lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian berkelanjutan yaitu : 1. Kelayakan ekonomis (economic viability).

2. Bernuansa dan bersahabat dengan ekologi (accologically sound and friendly). 3. Diterima secara sosial (Social just).

4. Kepantasan secara budaya (Culturally approiate).

5. Pendekatan sistem holistik (system and hollisticc approach) (Salikin, 2003: 8).

Cara dan tujuan di dalam peningkatan produksi tanaman pertanian ada tiga macam yaitu sebagai berikut :

1. Perluasan areal (ekstensifikasi). 2. Peningkatan Teknologi (intensifikasi).


(37)

3. Penganekaragaman komoditi (diversifikasi) (Soetriono, Suwandari, Rijanto, 2006: 65).

Disamping ketiga faktor tersebut, ada suatu cara penunjang untuk peningkatan produksi pertanian, yakni panca usaha tani yang berarti lima usaha tani. Panca usaha tani tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Penggunaan bibit varietas unggul. Ciri-ciri suatu bibit varietas unggul antara lain: berproduksi tinggi, tahan hama dan penyakit, berkualitas baik, beradaptasi tinggi terhadap lingkungan.

2. Mengusahakan kultur teknik merupakan cara bercocok tanam yang baik, sebab varietas akan menyesuaikan diri terhadap tanah serta iklim. Cara bercocok tanam tersebut misalnya umur bibit yang akan dipindahkan ke tempat lapang, jarak tanam, pemangkasan, dan lain-lain.

3. Proteksi tanaman merupakan suatu cara pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit. Untuk itu diperlukan adanya perawatan secara seksama dan teliti agar tidak mengakibatkan kegagalan. Sebagai upaya pencegahan, pada umumnya, digunakan obat-obatan pestisida.

4. Penggunaan pupuk merupakan makanan bagi tanaman. Dengan pemberian pupuk yang cocok, tanaman akan tumbuh baik dan subur. Apabila kekurangan pupuk, tanaman bisa tumbuh terlambat dan kurus. Akan tetapi, ada pula pemberian pupuk yang berlebihan menjadikan hasil panen menjadi menurun. Hal tersebut merupakan pemborosan di samping juga merangsang adanya perubahan fisiologis tanaman. 5. Pengairan kebutuhan air sangat mutlak bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

pertanian. Seperti pemberian pupuk, pemberian air yang berlebihan bisa mematikan tanman. Air yang menggenang menyebabkan sirkulasi udara tidak berjalan lancar dan tanaman mudah terserang penyakit akar. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut,


(38)

penulis mengambil beberapa faktor yang akan penulis jadikan indikator dalam pelaksanaan pembangunan pertanian yang berkelanjutan di Kabupaten Sukoharjo yaitu: lahan pertanian; sarana produksi (saprodi) seperti pupuk, bibit, danpestisida; sarana prasarana pertanian seperti alat mesin pertanian (alsintan)dan irigasi; program penyuluhan pertanian; dan kelembagaan pertanian (Soetriono, Suwandari, Rijanto, 2006: 65-69).

2.2 Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia

Program Pertanian Berkelanjutan pertama kali dilaksanakan pada warga petani binaan Serikat Petani Indonesia di Kelurahan Pangkalan Mansyur, Kecamatan Medan Johor tepatnya berada di Jalan Eka Rosa sejak tahun 2007, dan ternyata program yang baru bergerak selama satu tahun ini sudah dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar kelurahan. Dengan adanya program Pertanian Berkelanjutan ini perekonomian keluarga warga binaan mengalami peningkatan, karena manfaat yang dirasakan tersebut maka program ini mengalami perkembangan hingga pada warga petani binaan di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang dan program Pertanian Berkelanjutan ini masih diterapkan hingga saat ini 10.18 wib).

Pelaksanaan pertanian berkelanjutan oleh Serikat Petani Indonesia bersumber dari tradisi pertanian keluarga yang menghargai, menjamin dan melindungi keberlanjutan alam untuk mewujudkan kembali budaya pertanian sebagai kehidupan. Oleh karena itu, Serikat Petani Indonesia mengistilahkan Pertanian Berkelanjutan berbasis keluarga petani, untuk membedakannya dengan konsep pertanian organik berbasis agribisnis. Pertanian berkelanjutan merupakan tulang punggung bagi terwujudnya kedaulatan pangan. Peran Serikat Petani Indonesia sebagai pendamping petani dalam pelaksanaan program pertanian


(39)

berkelanjutan ini ialah sebagai pelatih, marketing maupun sebagai fasilitator yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat petani Indonesia yang diukur dari sosial ekonomi masyarakat petaniny

Dalam penerapan Program Pertanian Berkelanjutan, Serikat Petani Indonesia telah memiliki program rutin yang dikelola oleh basis di desa Damak Maliho ini. Adapun kegiatan rutin Serikat Petani Indonesia di desa Damak Maliho untuk setiap basis petani ialah :

1. Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia kepada petani binaan

2. Pengelolaan marketing oleh Serikat Petani Indonesia kepada petani binaan

3. Peran Fasilitator Serikat Petani Indonesia

januari 2014 pukul 15.10 wib).

2.2.1 Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia kepada Petani Binaan

Pelatihan merupakan salah satu kegiatan penyuluhan dalam rangka memberdayakan masyarakat khususnya untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap petani sebagai sasaran penyuluhan pertanian. Keberadaan petani yang memiliki sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang memadai dalam bidang pertanian, diharapkan dapat mendukung dan berperan serta dalam pembangunan pertanian. Oleh karena itu pelatihan petani perlu dilaksanakan dan dikembangkan dengan memperhatikan faktor efisiensi, efektivitas dan relevansi mei 2014 pukul 08.11 wib).

Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia merupakan keterlibatan Lembaga Serikat Petani Indonesia untuk melakukan pelatihan agar terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan dari hasil panen sebelum mendapatkan pelatihan. Adapun bentuk pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia ialah :


(40)

Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia, mengatakan pengembangan pupuk organik merupakan salah satu bagian upaya Serikat Petani Indonesia untuk membangun pola pertanian berkelanjutan dan pertanian organik. “Serikat Petani Indonesia akan terus mengembangkan pupuk organik sebagai salah satu upaya untuk melepaskan ketergantungan petani dari pupuk kimia dan memperkuat pola pertanian berkelanjutan,” katanya. Adapun pengembangan pupuk Bokhasi yang diarahkan untuk tanaman padi, menurutnya, dapat membantu petani mengurangi beban produksi, terlebih harga pupuk kimia yang semakin melambung saat ini. Padi dipilih karena komoditas tersebut saat ini menjadi salah satu komoditas pertanian yang paling krusial di Indonesia menyusul keputusan pemerintah untuk melakukan impor beras dari Thailand dan Vietnam. Pupuk Bokhasi dapat membantu para petani untuk menggenjot hasil produksinya dengan kualitas yang lebih baik,” ujar Henry. Selain pengembangan pupuk organik, tambahnya, Serikat Petani Indonesia juga masih terus mengembangkan ‘pusat perbenihan’ di areal Pusdiklat Bogor yang saat ini sudah memiliki hampir seluruh bibit jenis tanaman pertanian di Indonesia, khususnya 50 jenis tanaman unggulan, termasuk padi. Pusat perbenihan itu sendiri berfungsi untuk melakukan konservasi bibit dan memproduksi bibit-bibit unggulan yang dapat dipasok oleh para petani, khususnya ratusan ribu petani anggota Serikat Petani Indonesia di seluruh tanah air.

b. Pelatihan budidaya tani.

Metode ini intinya adalah teknik budidaya tanaman yang mampu meningkatkan produktivitas tanpa menghancurkan kualitas tanah. Setidaknya ada empat rekayasa teknis yang dibutuhkan di sini, yaitu persiapan benih berkualitas, pengolahan tanah


(41)

teratur, pemupukan yang tepat menggunakan kompos dan pupuk hijau, serta pemeliharaan yang telaten dan teratur. ”Kotoran sapi dan daun busuk punya unsur hara tinggi. Selama ini ada anggapan salah di kalangan petani. Petani Indonesia menganggap kalau mau panen banyak, harus mengutamakan kesuburan tanamannya. Padahal, yang terpenting adalah tanah. Kalau tanah subur, ditanami apa saja pasti tumbuh dengan baik (www.spi.or.id diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 14.14 wib).

2.2.2 Pengelolaan Marketing oleh Serikat Petani Indonesia kepada Petani Binaan

Tujuan Serikat Petani Indonesia menggunakan metode marketing sebagai salah satu bentuk dari program pertanian berkelanjutan ialah sebagai cara untuk memasarkan hasil panen petani secara langsung ke pasar guna menghindari keberadaan tengkulak yang dapat merugikan pendapatan petani. Adapun bentuk marketing dalam program pertanian berkelanjutan ini ialah pemasaran hasil tani yaitu memasarkan secara langsung hasil panen petani ke pasar dengan harga yang efesien (tidak merugikan petani), serta melibatkankan petani dalam proses pemasaran 14.06 wib)

2.2.3 Peran Fasilitator Serikat Petani Indonesia

Peran fasilitator anggota Serikat Petani Indonesia di setiap basis ialah memfasilitasi segala bentuk yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi petani terhadap pihak yang terkait baik itu pihak pemerintah maupun non pemerintah. Adapun metode fasilitator dalam program pertanian berkelanjutan ini ialah :


(42)

a. Membangun jaringan dengan lembaga-lembaga pertanian lainnya. b. Menyediakan informasi tentang benih dan teknologi budidaya tani

c. Fasilitas diskusi tentang pertanian

pukul 14.16 wib).

2.3 Sosial Ekonomi

Kata sosial menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Kegiatan sosial tidak terlepas dari tindakan-tindakan sosial dan interaksi sosial, tindakan sosial adalah hal-hal yang dilakukan individu atau kelompok. Interaksi adalah proses dimana individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang satu dengan yang lain (http://id.wikipedia.org/wiki/Sosial_Ekonomi diakses pada tanggal 18 febuari 2014 pukul 21.16 wib).

Melly G.Tan dalam Gunawan, Muktar mengatakan untuk melihat kedudukan sosial ekonomi adalah dengan melihat pekerjaan, penghasilan dan pendididkan seseorang. Berdasarkan hal ini masyarakat dapat digolongkan ke dalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi yaitu dengan :

1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain.

2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang, yaitu pendapatan harga cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.

3. Golongan masyarakat yang berpenghasilan tinggi, yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok juga dari pendapatan itu dapat ditabungkan untuk kebutuhan lain (Migley dalam Gunawan, 2010: 7).


(43)

Penggunaan tolok ukur ekonomi pada awalnya didasari dari pandangan para ekonom yang melihat realitas perbedaan tingkat pendapatan masyarakat yang mencolok di negara-negara maju (develop) dengan negara-negara-negara-negara miskin/tertinggal (lessdeveloped). Pertumbuhan ekonomi telah dijadikan prioritas utama, sehingga pembangunan sering kali dikonotasikan dengan ekonomi. Selanjutnya kalau orang menggunakan kata pembangunan tanpa diikuti dengan kata lain di belakangnya, maka akan selalu diinterprestasikan sebagai pembangunan ekonomi (Soetomo dalam Gunawan, 2010: 9).

Interprestasi pengertian pembangunan tersebut dipandang Migley (dalam Gunawan, 2010: 9) sebagai konsep pembangunan telah terdistorsi. Artinya, keberhasilan pembangunan dapat dipahami sebagai kemajuan ekonomi. Berbagai kata yang mengikuti istilah pembangunan, tentunya akan berkaitan dengan tolok ukur yang digunakan untuk melihat kondisi.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tolok ukur peningkatan sosial ekonomi dapat dilihat dari kondisi pendapatan, pangan, pendidikan maupun kesehatan. Keberhasilan dalam pembangun ialah apabila masyarakatnya sudah mengalami peningkatan ekonomi setiap tahunnya sesuai dengan kebutuhannya. Adapun tolok ukur tersebut secara rincinya ialah :

1. Produktivitas 2. Pendapatan

3. Kebutuhan pemenuhan pangan 4. Kondisi pendidikan anak 5. Sarana perumahan

6. Rekreasi


(44)

2.3.1 Produktivitas

Produktivitas mengandung pengertian filosofis, definisi kerja dan teknis operasional, secara filosofis, Produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari hari ini. Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian akan mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas dan akan terus meningkatkan kemampuan kerjany

2.3.2 Pendapatan

Pengertian pendapatan dikemukakan oleh Dyckman (2002: 234) bahwa pendapatan adalah “arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas

yang sedang berlangsung”

diakses pada

tanggal 14 april 2014 pukul 15.22 wib). Pendapatan oleh program pertanian berkelanjutan ini diukur dengan :

a. Pendapatan petani setiap bulannya dari hasil panen. b. Kemampuan petani menabung setiap bulannya.

c. Dimana petani menyimpan tabungannya

2014 pukul 15.39 wib).


(45)

Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 ialah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Adapun yang termasuk ke dalam bentuk pangan ialah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman dikonsumsi petani dan keluarganya diukur dengan indikator :

a. Jenis makanan yang dikonsumsi petani dan keluarga setiap harinya.

b. Kualitas gizi makanan yang dikonsumsi petani dan keluarga setiap harinya.

2.3.4 Pendidikan

Pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik seacra aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat. Orangtua berkewajiban dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan prilaku seorang individu. Adapun yang menjadi indikator suatu pendidikan ialah :

a. Pendidikan formal

b. Pendidikan non formal (raflengerungan.wordpress.com diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 19.11 wib).


(46)

Menurut WHO kesehatan ialah suatu keadaan sejahtera dari badan jiwa, dan sosial yag memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya kesehatan juga merupakan suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit kelemahan. Pada dasarnya kesehatan itu meliputi tiga aspek, antara lain :

1. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit. 2. Tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. 3. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan. Adapun yang menjadi indikator dalam pemenuhan kesehatan yaitu :

a. Kemampuan untuk membeli obat-obatan. b. Kemampuan untuk berobat ke dokter.

c. Kemampuan pemenuhan kebutuhan spritual

diakses pada tanggal 14 april 2014 pukul 20.17 wib).

2.3.6 Sarana Perumahan

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan. Berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan. Pemukiman dapat diartikan juga sebagai perumahan atau kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam pemukiman. Pemukiman dapat terhindar dari kondisi kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, salah satunya dengan menerapkan persyaratan rumah sehat


(47)

wib).

2.3.7 Rekreasi

Rekreasi, dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah berarti membuat ulang, adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang. Hal ini adalah sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang di samping bekerja. Kegiatan yang umum dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, bermain, dan hobi. Kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan. Rekreasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang secara sengaja sebagai kesenangan atau untuk kepuasan, umumnya dalam waktu senggang. Rekreasi memiliki banyak bentuk aktivitas di mana pun tergantung pada pilihan individual. Beberapa rekreasi bersifat pasif seperti menonton televisi atau aktif seperti olahraga.

Rekreasi telah menjadi unsur penting dalam kehidupan modern. Pendapatan, kondisi pekerjaan dan perkembangan transportasi yang semakin baik telah memberi orang lebih banyak uang, waktu dan pergerakan yang lebih tinggi untuk melakukan rekreasi. Pada saat ini, rekreasi telah menjadi industri besar. Rekreasi umumnya berdampak pada rasa senang tingkat kesehatan fisik dan mental manusi pada tanggal 14 april 2014 pukul 22.09 wib).

2.4 Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang Undang No.11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial ialah terpenuhinya kebutuhan materil, spritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsinya. Menurut Arthur (dalam Nurdin 2002: 28), mengemukakan kesejahteraan sosial sebagai suatu bidang usaha manusia, dimana di dalamnya terdapat berbagai macam badan dan usaha sosial yang bertujuan untuk


(48)

meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial pada bidang-bidang kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan sosial.

Dalam buku PBB I berjudul Report on International and Measurement of Standar

and Level Living, badan dunia tersebut menetapkan 10 jenis komponen yang harus digunakan

sebagai dasar untuk memperkirakan manusia, meliputi : 1. Kesehatan

2. Makanan dan gizi 3. Kondisi pekerjaan 4. Situasi kesempatan kerja 5. Konsumsi

6. Pengangkutan 7. Perumahan 8. Sandang

9. Rekreasi dan hiburan 10.Jaminan sosial

Pada perkembangan selanjutnya, PBB kembali membahasnya melalui pendekatan konsumsi. Pada tahap ini PBB mendiskusikannya dengan berbagai badan khusus, seperti ILO, WHO, FAO, UNESCO. Hasilnya dirumuskan adanya beberapa jenis komponen yang harus digunakan sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan manusia, meliputi :

1. Konsumsi

2. Kesehatan bahan makanan dan gizi 3. Pendidikan

4. Kesempatan kerja dan kondisi pekerjaan 5. Perumahan


(49)

6. Sandang 7. Rekreasi

8. Jaminan sosial

pada tanggal 11 april 2014 pukul 22.29 wib).

Proses yang terjadi dalam pembangunan kesejahteraan sosial juga dapat dipahami dari suatu kondisi yang paling buruk sampai pada kondisi yang ideal. Menurut Soetomo (dalam Gunawan 2010: 10) perubahan dari realita yang disebut masalah sosial yang merupakan kondisi yang tidak diharapkan (illfare), menuju kondisi masyarakat yang disebut ideal yang biasa disebut wellfare. Dalam praktek kehidupan masyarakat, kondisi wellfare tidak pernah menjadi realitas sehingga lebih tepat disebut idealisme. Tolok ukur terhadap hasil yang dicapai dalam pembangunan juga dikemukakan oleh Migley (dalam Gunawan 2010: 10), bagi sebagian orang, pembangunan berkonotasi sebagai sebuah proses perubahan ekonomi yang dibawa oleh proses perubahan ekonomi yang dibawa oleh proses industrialisasi.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pertanian organik dapat diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman ternak, serta limbah lainnya yang mampu memperbaiki kesuburan dan struktur tanah. Melaksanakan pertanian organik diperlukan peningkatan pengetahuan melalui jalur pendidikan dan pelatihan tentang kesehatan tanah dan perlindungan tanaman secara organik, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai materi penyuluhan pertanian.

Dengan adanya program Pertanian Berkelanjutan ini para petani yang dibawah binaan Lembaga Serikat Petani Indonesia masih terus merintis kegiatan-kegiatan rutin yaitu berupa pendampingan pertanian kepada kelompok tani, mengadakan diskusi di tingkat Paguyuban, membangun jaringan dengan lembaga-lembaga ditingkat paguyuban dibidang pertanian,


(50)

memfasilitasi para petani untuk mendapatkan dukungan program dari pemerintah, mengadakan ujicoba pertanian organik, pelatihan budidaya tani serta menyediakan info tentang benih maupun teknologi budidaya. Adapun keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Serikat Petani Indonesia tersebut mempunyai tujuan untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.


(51)

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Pertanian Berkelanjutan :

1. Pelatihan

a. Uji coba pertanian organik b. Pelatihan budi daya tani 2. Marketing

a. Pemasaran hasil tani. b. Biaya pemasaran. 3. Fasilitator

a. Membangun jaringan dengan lembaga-lembaga pertanian lainya.

b. Menyediakan informasi tentang benih dan teknologi budidaya tani.

c. Fasilitas diskusi tentang pertanian

Sosial ekonomi petani Serikat Petani Indonesia (SPI)

Peningkatan pendapatan

1. Produktivitas 2. Pendapatan

3. Kebutuhan pemenuhan pangan 4. Kondisi pendidikan

5. Kesehatan


(52)

2.6 Hipotesis

Secara etimologi istilah hipotesis berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari dua kata, yaitu hipo yang berarti sementara dan these yang berarti pernyataan. Dengan demikian secara sederhana hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan sementara. Kerlinger 1997 (dalam Siagian, 2011: 147) mengemukakan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan sementara yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih variabel. Hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan.

Hipotesis yang baik harus menyatakan hubungan yang jelas dan tegas antara dua atau lebih variabel dan juga membenarkan, bahkan memerlukan pengujian atas kebenaran

pernyataan yang dirumuskan. Maka dapatlah kita simpulkan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan yang menegaskan hubungan antara dua atau lebih variabel dimana pernyataan tersebut merupakan jawaban yang bersifat sementara atas masalah penelitian. Selain itu hipotesis adalah arahan sementara untuk menjelaskan fenomena yang diteliti (Siagian, 2011: 149).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini ialah :

Ho: Tidak ada pengaruh antara program pertanian berkelanjutan oleh Serikat

Petani Indonesia terhadap sosial ekonomi petani di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.

Ha : Ada pengaruh antara program pertanian berkelanjutan oleh Serikat Petani

Indonesia terhadap sosial ekonomi petani di desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.


(53)

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya

menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan diteliti, untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang akan dijadikan objek penelitian. Dengan kata lain, penulis berupaya membawa para pembaca hasil penelitian ini untuk memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh penulis. Jadi, definisi konsep ialah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138).

Untuk lebih memahami pengertian konsep-konsep yang akan digunakan, maka penulis membatasi konsep-konsep tersebut sebagai berikut:

1. Pengaruh adalah suatu kekuatan atau daya dari Lembaga Serikat Petani Indonesia terhadap warga petani binaan di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kelurahan Deli Serdang guna meningkatkan sosial ekonomi masyarakatnya.

2. Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan. 3. Pertanian berkelanjutan adalah suatu cara bertani yang mengintegrasikan secara

komprehensif aspek lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian yang bertujuan untuk memutus ketergantungan petani terhadap input eksternal dan penguasa pasar yang mendominasi sumber daya agraria.

4. Sosial ekonomi adalah suatu kebutuhan yang saling berkaitan karena apabila kebutuhan ekonomi seseorang tidak terpenuhi maka akan terjadi dampak sosial yang terjadi di masyarakat.


(54)

5. Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan.

2.7.2 Defenisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional dituujukan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep peneliti dapat diobservasi (Siagian, 2011: 141). Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini yaitu :

A. Variabel bebas (independent variabel) dapat didefenisikan sebagain variabel atau sekelompok atribut yang mempengaruhi atau memberikan akibat terhadap variabel atau sekelompok atribut yang lain. Ada kalanya variabel bebas itu disebut dengan variabel pengaruh. Biasanya untuk variabel bebas diberikan simbol “x”, sehingga sering disebut variabel x (Siagian, 2011: 89). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini ialah Program Pertanian Berkelanjutan dengan indikator sebagai berikut :

1. Pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia kepada petani binaan a. Uji coba pertanian organik

i. Sumber informasi

ii. Ketertarikan responden terhadap uji coba pertanian organik iii. Pelaksanaan sosialisasi oleh Serikat Petani Indonesia iv. Pelaksanaan sosialisasi oleh responden


(55)

i. Pertama kali mengikuti pelatihan budidaya tani ii. Pelaksanaan pelatihan oleh Serikat Petani Indonesia iii. Pelaksanaan pelatihan oleh responden

iv. Pemberian bibit organik v. Pemberian pupuk organik vi. Hasil panen

2. Pengelolaan Marketing oleh Serikat Petani Indonesia kepada Petani Binaan

a. Jarak tempuh dari lokasi pengelolahan hasil panen ke pasar b. Alat transport yang digunakan

c. Potongan biaya pemasaran hasil panen 3. Peran Fasilitator Serikat Petani Indonesia

a. Permasalahan pertanian

b. Keterlibatan fasilitator dengan petani

c. Pelaksanaan pertemuan diskusi dengan lembaga pertanian lainnya oleh Serikat Petani Indonesia

d. Pelaksanaan pertemuan diskusi dengan lembaga pertanian lainnya oleh responden

B. Variabel terikat (dependent variabel) secara sederhana dapat diartikan sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Melihat kedudukannya, maka variabel terikat sering juga disebut variabel terpengaruh. Biasanya untuk variabel terikat ini diberi notasi “y”, sehingga disebut sebagai variabel y (Siagian, 2011: 90). Variabel tekait dalam penelitian ini ialah sosial ekonomi masyarakat dengan indikator sebagai berikut :


(56)

a. Luas lahan b. Hasil panen 2. Pendapatan

a. Hasil pendapatan sebelum mengikuti program b. Hasil pendapatan setelah mengikuti program c. Hasil simpanan setiap bulannya.

d. Dimana disimpan hasil tabungan 3. Kebutuhan pemenuhan pangan

a. Rata-rata makan dalam sehari

b. Berapa kali mengkonsumsi menu empat sehat lima sempurna setiap bulannya.

4. Kondisi pendidikan anak

a. Jumlah anak yang bersekolah b. Dimana anak bersekolah c. Tingkat sekolah anak

d. Apakah anak ada yang putus sekolah 5. Kesehatan

a. Kemanakah pergi berobat

b. Kemampuan untuk rawat inap di rumah sakit c. Sumber biaya berobat

6. Perumahan

a. Status kepemilikan rumah/tempat tinggal b. Cara pembayaran rumah

c. Tipe perumahan/tempattinggal 7. Rekreasi


(57)

a. Kemampuan berlibur


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk tipe eksplanatif, yang dimaksudkan untuk menguji hipotesis (Siagian, 2011: 201). Penelitian ini menggunakan tipe eksplanatif yaitu bertujuan untuk menguji hipotesis secara meyeluruh tentang sejauh mana pengaruh program Pertanian Berkelanjutan terhadap sosial ekonomi masyarakat di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu warga petani binaan Serikat Petani Indonesia yaitu di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Alasan penulis memilih penelitian di desa ini karena desa Damak Maliho merupakan merupakan salah satu desa binaan Lembaga Serikat Petani Indonesia yang melaksanakan program Pertanian Berkelanjutan sejak tahun 2010.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang semuanya memilki ciri dan harus didefenisikan secara spesifik dan tidak mendua (Silalahi, 2009: 253).

Berdasarkan pendapat Silalahi tersebut, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota tani dampingan Serikat Petani Indonesia mulai dari januari tahun


(59)

2010 sampai dengan maret 2014 Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang yaitu 434 kepala keluarga.

3.3.2 Sampel

Sampel ialah bagian yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung. Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekedar bagian dari populasi, melainkan bagian yang benar-benar mewakili populasi (Siagian, 2011: 156). Penelitian ini termasuk penelitian populasi karena dalam penelitian ini populasi adalah sampel (N=n) yaitu 434 KK.

Menurut silalahi jika jumlah sampel populasi lebih dari 100 maka yang diambil adalah 10%-20% dari jumlah populasi (Silalahi, 2009: 253). Selanjutnya jumlah populasi dalam penelitian ini ialah 434 KK, maka 434×10%=43,4 dan dibulatkan menjadi 43 KK.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik data yang digunakan adalah :

1. Studi kepustakaan (Library Research), yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, yang digunakan untuk memperoleh data sekunder.

2. Studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dengan langsung terjun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta kondisi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu :

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Wawancara, merupakan cara pengumpulan data dimana penelitian dan responden hadir dalam waktu dan tempat yang sama dalam rangka


(1)

Lampiran 2

TABEL SKOR JAWABAN PERTANYAAN RESPONDEN

Responden Jumlah

39 41 42 43 44 45 46 47 48 50 52 54 56 57 58 59 61 Jumlah

1 5 5 4 4 5 4 3 4 1 2 3 2 4 0 5 5 4 60

2 5 5 4 4 5 4 3 4 1 2 3 2 4 0 5 5 4 60

3 5 2 4 4 5 4 3 4 1 2 3 2 4 0 4 5 4 56

4 5 2 4 4 5 4 3 4 1 2 3 2 4 0 4 5 1 53

5 5 2 4 4 5 4 3 4 3 2 3 1 5 4 4 4 1 58

6 5 2 4 4 5 4 3 3 3 2 1 1 4 0 4 5 1 51

7 5 2 4 4 5 4 3 3 3 2 1 1 4 0 4 5 1 51

8 5 2 4 4 5 4 3 3 3 2 3 1 5 4 4 5 1 58

9 5 2 3 4 4 2 3 3 4 2 1 1 4 0 4 5 1 48

10 5 5 4 5 5 2 4 5 1 2 3 2 4 0 5 5 4 61

11 5 5 4 5 5 3 4 5 3 2 3 3 5 2 5 4 4 67

12 5 5 4 3 4 4 4 4 3 2 2 2 5 3 5 4 4 63

13 5 2 4 3 4 4 4 3 3 2 2 2 5 3 4 4 4 58

14 5 2 3 3 4 4 4 3 3 2 3 2 5 2 4 4 4 57

15 5 2 3 3 4 4 4 2 4 1 2 1 5 3 4 5 4 56

16 5 2 3 3 4 5 4 3 1 1 2 1 4 0 4 5 1 48

17 5 2 3 3 4 5 4 2 1 2 3 1 4 0 4 5 1 49

18 5 2 3 3 4 5 4 2 3 3 2 1 5 4 4 4 1 55

19 5 2 3 3 4 5 5 3 1 2 3 1 4 0 3 5 1 50

20 5 2 3 3 4 5 5 2 1 4 1 1 4 0 3 5 1 49

21 5 2 3 3 4 5 5 2 1 2 3 1 4 0 3 5 1 49

22 5 2 3 3 4 5 5 2 1 2 3 1 4 0 3 5 1 49

23 5 2 3 2 4 5 5 2 3 3 2 1 5 4 3 4 1 54

24 5 2 3 2 4 5 5 2 1 1 3 1 4 0 3 4 1 46

25 5 2 3 3 4 5 5 2 1 1 3 1 4 0 3 5 1 48

26 5 5 4 5 5 5 2 5 1 1 3 3 5 3 5 5 4 67

27 5 5 4 3 5 5 2 5 1 1 3 3 5 3 5 5 4 67

28 5 5 3 2 4 5 5 2 1 1 3 2 4 0 3 4 1 51

29 5 2 3 2 4 5 5 1 3 3 3 2 5 3 3 4 3 55

30 4 2 3 2 4 5 5 1 3 3 1 1 5 3 3 4 3 53

31 4 2 3 2 4 5 5 1 1 1 3 1 4 0 3 4 3 47

32 4 2 3 2 4 5 5 1 1 1 3 1 4 0 3 4 3 46

33 4 2 3 2 4 5 5 1 1 1 3 1 4 0 3 4 3 46

34 5 2 3 2 3 5 3 1 2 1 3 1 4 0 3 4 3 45

35 5 2 3 2 3 5 3 1 2 1 3 1 4 0 3 4 3 45

36 5 2 3 2 3 5 3 1 2 1 3 1 4 0 3 4 3 45


(2)

39 4 2 3 2 3 5 2 1 2 1 1 1 4 0 2 4 3 40

40 4 2 3 2 3 5 2 1 2 1 1 1 4 0 2 4 3 40

41 4 2 3 1 3 5 2 1 2 1 1 1 4 0 2 4 3 39

42 4 2 3 1 2 5 2 1 2 1 1 1 4 0 1 4 3 37


(3)

Lampiran 3

TABEL UNTUK MENGHITUNG KORELASI PRODUCT MOMENT

No X Y XY

1 29 60 841 3600 1740

2 29 60 841 3600 1740

3 29 56 841 3136 1624

4 30 53 900 2809 1590

5 30 58 900 3364 1740

6 31 51 961 2601 1581

7 31 51 961 2601 1581

8 31 58 961 3364 1798

9 30 48 900 2304 1440

10 32 61 1024 3721 1952

11 31 67 961 4489 2077

12 32 63 1024 3969 2016

13 28 58 784 3364 1624

14 28 57 784 3249 1596

15 30 56 900 3136 1680

16 30 48 900 2304 1440

17 30 49 900 2401 1470

18 30 55 900 3025 1650

19 30 50 900 2500 1500

20 30 49 900 2401 1470

21 30 49 900 2401 1470

22 30 49 900 2401 1470

23 30 54 900 2401 1620

24 28 46 784 2116 1288

25 29 48 841 2304 1392

26 32 67 1024 4489 2144

27 32 67 1024 4489 2144

28 31 51 961 2601 1581

29 31 55 961 3025 1705

30 31 53 961 2809 1643

31 31 47 961 2209 1457

32 31 46 961 2116 1426

33 31 46 961 2116 1426

34 30 45 900 2025 1350

35 30 45 900 2025 1350

36 30 45 900 2025 1350


(4)

39 29 40 841 1600 1160

40 29 40 841 1600 1160

41 29 39 841 1521 1131

42 29 37 841 1369 1073

43 28 37 784 1369 1036


(5)

Lampiran 4

Tabel Nilai r Product Moment

N Taraf Signif N Taraf Signif N Taraf Signif

5% 10% 5% 10% 5% 10%

3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345 4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330 5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317 6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0.235 0,306 7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296 8 0,707 0,834 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286 9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278 10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270 11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 95 0,202 0,263 12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 100 0,195 0,256 13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230 14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 150 0,159 0,210 15 0,514 0,641 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194 16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181 17 0,482 0,606 41 0,308 0,398 300 0,113 0,148 18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128 19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 500 0,088 0,115 20 0,444 0,561 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105 21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097 22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091 23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086 24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 0,062 0,081 25 0,396 0,505 49 0,281 0,364


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Terhadap Ekonomi Masyarakat Oleh Serikat Petani Indonesia Di Kelurahan Pangkalan Mansyur Medan Johor

3 52 92

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

0 0 4

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

0 0 21

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Terhadap Ekonomi Masyarakat Oleh Serikat Petani Indonesia Di Kelurahan Pangkalan Mansyur Medan Johor

0 0 12

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Terhadap Ekonomi Masyarakat Oleh Serikat Petani Indonesia Di Kelurahan Pangkalan Mansyur Medan Johor

0 0 2

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Terhadap Ekonomi Masyarakat Oleh Serikat Petani Indonesia Di Kelurahan Pangkalan Mansyur Medan Johor

0 0 9

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

0 0 15

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

0 0 1

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

0 0 14

Pengaruh Program Pertanian Berkelanjutan Oleh Serikat Petani Indonesia Terhadap Sosial Ekonomi Petani Di Desa Damak Maliho Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

0 0 27