t psn 1009630 chapter3

(1)

37

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris. Dalam penelitian awal, peneliti menghimpun data-data tentang fenomena serta masalah yang terdapat dilapangan. Hal itu mencakup tentang fenomena alienansi budaya (keterasingan budaya), yaitu terkait keberadaan sekolah, kesiapan guru dalam proses pembelajaran, prilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran Seni Budaya, serta kegiatan pembelajarannya.

Selain itu peneliti juga mendeskripsikan fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat (fenomena eksternal) seperti keasingan anak-anak usia sekolah terhadap seni budaya lokal yang ada di daerahnya. Hal ini mempengaruhi pola hidup dari para generasi penerus bangsa ini yang lebih suka meniru budaya luar yang sedang berkembang dengan mode dan trend -nya. Semakin menipisnya seni budaya tradisi yang melekat dalam kehidupan sosial masyarakat muda, mengakibatkan para gerenasi sebelum mereka merasa kehilangan akan pembelajaran kebermaknaan nilai-nilai positif yang terdapat dalam seni budaya lokal.

Untuk menindaklanjuti dari hasil observasi awal, peneliti menggunakan metode penelitian action research. Seperti yang dijelaskan oleh Masyhuri (2008: 42) bahwa penelitian action research merupakan penelitian untuk


(2)

38

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan suatu masalah. Action research dianggap sebagai cara yang tepat dan efektif untuk mengembangkan profesionalisme para guru sebagai tenaga pendidik serta memperbaiki proses belajar mengajar.

Dalam hal ini peneliti mencoba untuk memecahkan masalah yang terjadi. Berdasarkan pemaparan Sukmadinata (2010) penelitian tindakan secara alamiah memberikan perbaikan-perbaikan langsung sesuai dengan kondisi dan situasi nyata, maka diharapkan dengan penelitian tindakan ini adanya perubahan yang mengarah perbaikan dalam mengatasi aleinsi budaya baik secara internal maupun eksternal. Murtiyasa (2008), menjelaskan bahwa action research merupakan bentuk kolektif dari penyelidikan refleksi dan evaluasi bagi para dosen, mahasiswa, orangtua, dan anggota masyarakat lainnya pada situasi sosial tertentu dalam rangka memperbaiki rasionalitas serta menilai praktek sosial/praktek pendidikan.

Meskipun penelitian ini bukan merupakan penelitian pengembangan tetapi dalam penelitian ini menggunakan sebuah produk berupa bahan ajar untuk uji coba yang dilengkapi dengan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam meningkatkan apresiasi dan kreasi siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnopedagogik yang menekankan pada pendekatan kultural. Pendekatan ini berusaha untuk mengetahui dan menggali potensi yang ada dalam diri siswa untuk dapat mengapresiasi serta mengembangkan nilai-nilai budaya.


(3)

39

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. PROSEDUR/LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

Lewin (Murtiyasa, 2008) menggambar action research sebagai awal dari langkah yang berbentuk spiral dimana terdiri dari perencanaan, tindakan, dan evaluasi hasil suatu tindakan. Kemmis dalam Sukmadinata (2011: 145) mengembangkan bagan spiral penelitian tindakan dibuat oleh Lewin. Model Kemmis tersebut meliputi (1) pengamatan; (2) perencanaan; (3) tindakan pertama; (4) monitoring; (5) refleksi; (6) berfikir ulang; dan (7) evaluasi.

Dari kedua model penelitian tindakan yang utarakan, Arikunto (2010: 17 – 20) menyederhanakannya menjadi empat langkah yaitu (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi. Ke-empat langkah tersebut merupakan langkah-langkah penelitian yang sering dilakukan oleh peneliti lainnya dalam sebuah penelitian tindakan. Adapun gambaran siklus model penelitian action research menurut Arikunto, sebagai berikut.


(4)

40

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Gambar 3

Model Penelitian Tindakan Kelas (Model oleh Arikunto, 2010)

Unsur-unsur dalam siklus action research dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Plan (rencana/perencanaan)

Rencana adalah tindakan yang tersusun, dengan kata lain harus terdapat kemungkinan untuk ditindaklanjuti. Rencana merupakan tindakan untuk memperbaiki apa yang telah terjadi. Dalam hal ini rencana awal yang peneliti lakukan adalah membuat RPP dan mempersiapkan materi


(5)

41

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

serta media pembelajaran sekaligus pembagian alokasi waktu dalam setiap kegiatan pembelajaran.

2. Action (tindakan/pelaksanaan)

Berupa implementasi dari perencanaan yang telah dibuat. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan, yaitu: (a) apakah ada kesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan; (b) apakah proses tindakan yang dilakukan siswa cukup lancar; (c) bagaimanakah situasi proses tindakan; (d) apakah siswa-siswa melaksanakan dengan bersemangat; (e) bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan tersebut.

Pada tahap action, peneliti berusaha menjalankan semua yang telah direncanakan dalam proses tahapan sebelumnya, meskipun terkadang terdapat tindakan/action yang bersifat situasional. Hal ini dilakukan agar tetap menjaga adanya interaksi dan komunikasi antara siswa dengan peneliti sebagai guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan lingkungan sosial.

3. Observation (observasi/pengamatan)

Pengamatan merupakan proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati merupakan hal-hal yang telah disebutkan dalam proses pelaksanaan/tindakan. Pengamatan yang peneliti lakukan memiliki fungsi dalam mendokumentasikan proses tindakan, efek baik dari


(6)

42

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tindakan yang dituju maupun yang di luar tujuan. Peneliti selalu melakukan tahapan observasi ini pada setiap pertemuan.

Dalam hal ini, ada dua yang melakukan pengamatan, antara lain: (a) Pengamatan yang dilakukan oleh orang lain, yaitu oleh guru mata pelajaran sebagai pendamping peneliti dan siswa; serta (b) Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru dalam pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai participant observer, dimana dalam proses observasi/pengamatan, peneliti bertindak sebagai guru mata pelajaran dalam mengaplikasikan konsep pembelajaran serta terlibat langsung dalam kegiatan objek yang diamati.

4. Reflection (melakukan refleksi)

Refleksi dilakukan atas efek sebagai dasar dari perencanaan selanjutnya. Refleksi berhubungan dengan masa lalu karena refleksi mengingat kembali tindakan yang tercatat dalam pengamatan. Dalam hal ini kegiatan refleksi yang peneliti lakukan merupakan sebuah rekomendasi untuk menuju tahapan siklus selanjutnya.

Berdasarkan data-data hasil observasi awal terhadap masalah dan fenomena yang ditemukan, maka peneliti memilih langkah-langkah ini untuk dijadikan dasar dalam proses pelaksanaan penelitian tindakan yang peneliti lakukan. Langkah-langkah tersebut terdiri dari satu siklus dengan empat kali pertemuan, yang mana setiap pertemuan di dalamnya terdapat tahapan-tahapan


(7)

43

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tersebut. Jika divisualkan dalam bentuk grafik, maka siklus tersebut akan tergambar sebagai berikut.


(8)

[Type text]

Gambar 4

Siklus tindakan penelitian dalam peningkatan apresiasi pada pembalajaran Tari Nimang Padi

(konsep oleh Imma, 2012)

Observasi Awal

(penelitian awal)

Pertemuan I

(kegiatan Eksplorasi)

- Perencanaan - Pelaksanaan - Pengamatan - Refleksi

Pertemuan II dan III

(kegiatan apresiasi)

- Perencanaan - Pelaksanaan - Pengamatan - Refleksi

Pertemuan IV

(kegiatan kreasi)

- Perencanaan - Pelaksanaan - Pengamatan - Refleksi


(9)

[Type text]

Berikut ini merupakan bagan dari penggambaran proses penerapan bahan ajar Tari Nimang Padi.

Gambar 5

Bagan tahapan proses pembelajaran Tari Nimang Padi (Konsep Imma, 2012)

KEGIATAN EKSPLORASI

• Pemahaman unsur-unsur

tari

• Eksplorasi unsur tari berdasarkan pemahaman awal

KEGIATAN APRESIASI

• Apresiasi Audio Visual

• Pemahaman deskripsi

materi

• Apresiasi langsung melalui observasi lapangan

KEGIATAN KREASI

• Penggabungan pemahaman

kompetensi apresiasi dan kreasi

• Aplikasi pembelajaran dengan berkreasi dan berekspresi berdasarkan pemahaman konsep


(10)

46

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu C. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

1. Propinsi Kalimantan Barat

a. Keberadaan Multietnis di Kalimantan Barat

Gambar 6

Peta Propinsi Kalimantan Barat

(Dokumen di http://saripedia.wordpress.com/2010/11/19/peta-33-provinsi-indonesia-terbaru-22/)

Secara etnografi, penduduk Kalimantan Barat terdiri dari berbagai komunitas yang beragam yaitu etnis Dayak, Melayu Sambas, Keturunan Tionghoa (Cina), Melayu Pontianak, Jawa, Madura, Bugis, Sunda, dan lainnya. Penduduk Kalimantan Barat memiliki berbagai komunitas masyarakat ini biasa disebut dengan multietnis. Jika komunitas tersebut di klasifikasi menjadi kelompok etnis besar maka penduduk Kalimantan Barat terdiri atas tiga etnis besar yang mendiami propinsi tersebut, yaitu etnis Dayak, Melayu, dan Tionghoa


(11)

47

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(Cina). Masing-masing etnis tersebut memiliki ciri khas budaya yang berbeda dan unik serta memperkaya budaya tradisi di Kalimanatan Barat.

Begitu juga dengan seni-seni budaya yang menjadi tradisi dari masyarakatnya, seperti pada masyarakat dayak khususnya masyarakat Dayak Kanayatn memiliki upacara adat tahunan yaitu Upacara Naek Dango, sedangkan pada masyarakat melayu khususnya masyarakat Melayu Kabupaten Mempawah selalu melaksanakan pesta Robo-Robo yang dilakukan setahun sekali pula. Begitu halnya dengan masyarakat etnis Cina yang selalu merayakan pesta tahun barunya yaitu Imlek dan Cap Gome yang mana di dalamnya terdapat seni tradisi yang kita kenal yaitu Barongsai dan pertunjukan para Tatung serta lampion naga.

Pada dasarnya seni tradisi dari etnis-etnis tersebut merupakan seni ritual. Langer dalam Taum (2009: 4) memperlihatkan bahwa ritual merupakan ungkapan yang lebih bersifat logis daripada hanya bersifat psikologis. Ritual memperlihatkan tatanan atas simbol-simbol yang diobjekkan. Faktor utama dalam tari upacara bukan semata keindahan, melainkan mencari kekuatan yang dapat mempengaruhi atau mengatur alam sekitarnya sesuai dengan yang dikehendaki. Salah satu etnis yang masih mempertahankan keaslian ritualnya sampai saat ini yaitu masyarakat dayak khususnya masyarakat Dayak Kanayatn dengan Pesta Adat tahunannya yaitu Upacara Naek Dango. Mulai dari


(12)

48

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

syarat-syarat persiapan, pelaksanaan, dan penutupan upacara tersebut masih terkait dengan hukum adat ritual kepercayaan, yang harus mereka taati.

Gambar 7

Tari Tiga Etnis pada Pembukaan Pekan Gawai Dayak 2012 Kabupaten Sambas

(dokumen di http://sambas-borneo.blogspot.com/2012/05/jc-oevaang-oeray-dari-kapuas-hulu.html)

Dari ketiga etnis yang terdapat di Kalimantan Barat tersebut, etnis dayak memiliki populasi yang terbesar dibanding yang lain, karena mereka hidup secara menyebar di pedalaman wilayah Kalimantan Barat. Etnis Melayu lebih banyak berada di pesisir Kalimantan Barat, sedangkan etnis Tionghoa dan yang lainnya berada di kota Pontianak dan sekitarnya termasuk kota Singkawang yang menjadi pusat komunitas masyarakat Tionghoa (Cina). Komunitas


(13)

49

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dayak merupakan suku asli kalimantan yang sebagian besar bermata pencaharian bertani dan berladang, khususnya pada masyarakat pedalaman. Dahulu masyarakat Dayak ini merupakan masyarakat yang nomaden. Mereka selalu berpindah tempat untuk terus memenuhi kebutuhan hidup mereka, sampai akhirnya mereka menetap di suatu tempat. Hal inilah yang menyebabkan kehidupan komunitas mereka menyebar termasuk di Propinsi Kalimantan Barat.

Walaupun pada masa sekarang masyarakat Dayak tidak lagi hidup secara nomaden khususnya bagi masyarakat Dayak Kanayatn, sebagian besar mereka masih bermata pencaharian sebagai petani dan berladang. Mereka percaya akan kekuatan alam sebagai pendamping hidup mereka yang diberikan oleh Jubata untuk memenuhi kehidupan mereka. Sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil alam yang mereka peroleh, secara tradisi setiap tahunnya selalu diadakan upacara adat besar yang disebut dengan Upacara Adat Naek Dango.

b. Upacara Adat Naek Dango

Berdasarkan hasil penelitian Fretisari (2009), dijelaskan bahwa upacara tradisional merupakan kearifan lokal melalui kegiatan sosial yang padat dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan masyarakat pendukungnya. Hal itu dikarenakan upacara tradisonal berkaitan dengan sistem kepercayaan atau religi yang pada umumnya dilakukan untuk menghormati, mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Kuasa


(14)

50

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

serta berusaha menjaga keseimbangan semesta dan isinya termasuk makhluk halus dan leluhurnya.

Salah satu seni budaya Nusantara yang memiliki fungsi ritual yaitu Upacara Naek Dango oleh masyarakat Dayak Kanayatn di Propinsi Kalimantan Barat. Upacara Naek Dango adalah kegiatan upacara yang dilakukan untuk mensyukuri hasil panen yang diperoleh. Upacara ini merupakan upacara puncak perladangan tradisional yang hingga kini masih dilakukan oleh masyarakat Dayak Kanayatn secara turun temurun.

Pada hakekatnya kegiatan ini bersifat ritual, karena dalam pelaksanaannya secara keseluruhan mengungkapkan keyakinan akan adanya kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa (Jubata), yang dapat menurunkan berkat serta rahmat, dan dapat pula diyakini menurunkan kutukan serta bencana yang secara harfiah berkaitan dengan kelangsungan hidup mereka sebagai peladang. Selain itu, upacara ini juga untuk menghormati arwah para nenek moyang yang telah meninggal sebagai ungkapan balas budi dari anak cucu terhadap leluhur yang telah berjasa memberikan tempat tinggal dan mata pencaharian bagi mereka.


(15)

51

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Gambar 8

Penyajian Tari Nmang Padi pada Upacara Adat Naek Dango ke-27 (foto Imma, 2012)

Berdasarkan hasil kesepakatan yang dilakukan oleh Masyarakat Adat Dayak Kanayatn yang diwakili oleh para dewan, Nomor: XV/Kep/Musdat.DK.Kab.Ptk/85 serta disesuaikan dengan kalender wisata Propinsi Kalimantan Barat maka diputuskanlah tentang pelaksanaan Upacara Naek Dango yang dirayakan setiap tahunnya tepat pada tanggal 27 April (Ajisman, 1999: 43). Menurut masyarakatnya penetapan tanggal ini sudah sesuai, hal ini dikarenakan bertepatan dengan selesainya panen padi pada masyarakat Dayak Kanayatn itu sendiri. Ketentuan tanggal dan bulan tersebut ditetapkan oleh Dewan Adat. Pada saat ini, Naek Dango diikuti oleh peserta dari kecamatan-kecamatan (pangonyokng) yang terdapat di tiga kabupaten


(16)

52

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yaitu kabupaten Pontianak, Kabupaten Kuburaya, dan Kabupaten Landak.

Pelaksanaan Upacara Adat Naek Dango dilaksanakan langsung oleh kecamatan yang terpilih menjadi tuan rumah, dan diawasi langsung oleh kabupaten di bawah perlindungan Propinsi Kalimantan Barat. Pesertanya pun tidak sebatas hanya pihak keluarga dan tetangganya saja, melainkan diikuti oleh beberapa kecamatan di tiga kabupaten tersebut. Dimana dari masing-masing perwakilan kecamatan wajib membawa plantar dari hasil-hasil panen pertanian dan perkebunan mereka. Selain itu setiap kecamatan juga wajib mengikuti seluruh kegiatan Upacara Naek Dango ini, mulai dari pembukaan, acara inti, acara hiburan, sampai pada penutupan. Untuk mengadakan upacara tersebut diperlukan biaya yang tidak sedikit. Jadi, bisa dibilang Upacara Naek Dango ini termasuk salah satu upacara ritual yang mahal.

Naek Dango merupakan salah satu bentuk aktualisasi budaya adat Suku Dayak Kalimantan Barat. Budaya dan nilai-nilai spritual yang diyakini memiliki misi membangun kebersamaan di tengah masyarakat serta sebagai perwujudan rasa terima kasih atas perlindungan dan berkah dari Yang Maha Kuasa. Kegiatan ini sangat penting dan strategis dalam konteks pembangunan dan pengembangan nilai-nilai budaya bangsa. Hal ini sejalan dengan kebijakan dalam Program Pembangunan Nasional yang menggariskan arah kebijakan


(17)

53

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembangunan kebudayaan, kesenian dan pariwisata meliputi pengembangan dan pembinaan kebudayaan nasional, perumusan nilai-nilai budaya Indonesia yang antara lain berupa pelestarian serta apresiasi nilai kesenian dan kebudayaan tradisional sebagai wahana pengembangan pariwisata dan ekonomi rakyat berdasarkan pemberdayaan masyarakat.

Dalam proses pelaksanaan Upacara Naek Dango tersebut, tari memiliki peran penting. Mulai dari pembukaan dan kegiatan inti upacara selalu disertai dengan gerak-gerak tari, bahkan sampai pada acara hiburan pun tari-tarian selalu menjadi bagian dalam kegiatan tersebut. Maka sudah pasti dalam prosesi upacara adat tersebut selalu disertai dengan berbagai iringan musik khas Dayak yang disertai dengan gerakan-gerakan tari yang masing-masing memiliki arti makna, simbol serta fungsi tertentu.

Salah satu tarian yang wajib dilaksanakan dalam proses Upacara Naek Dango adalah Tari Nimang Padi. Tarian ini termasuk bagian yang penting dalam upacara tersebut, karena inti dari pelaksanaan Upacara Naek Dango teletak pada Tari Nimang Padi itu sendiri, yaitu pengungkapan rasa syukur kepada Jubata dengan disimbolkan persembahan padi yang tergambar dalam tarian tersebut. Kesan ritus yang ada di dalamnya pun sangat kental. Hukum adat yang mengatur hal ini pun sangat kuat, ini terlihat dari seberapa pentingnya pelaksanaan Tari Nimang Padi pada Upacara Naek Dango.


(18)

54

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tari ini terdapat di dalam Upacara Naek Dango sekaligus merupakan inti ritual dari upacara tersebut. Secara tradisi, upacara ini dipercaya sebagai pengungkapan keyakinan atas kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa yang disebut Jubata oleh masyarakat Dayak Kanayatn. Jubata dipercaya dapat menurunkan berkat serta rahmat, dan dapat pula diyakini menurunkan kutukan serta bencana yang secara harfiah berkaitan dengan kelangsungan hidup mereka sebagai peladang.

Sesuai dengan motto sebagai filosofi masyarakat Dayak Kanayatn sendiri yaitu “Adil Ka Talino, Ba Curamin Ka Saruga, Ba Semgat Ka Jubata”, yang artinya yaitu “Adil Sesama (manusia), Bercermin ke Surga, Nafas Kita Milik Tuhan. Filosofi tersebut mengandung makna nilai yang begitu dalam. Nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi tersebut diwujudkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakatnya antara lain sikap toleransi dan menghargai, saling kerjasama, selalu berbuat baik, serta beribadah. Manusia sebagai masyarakatnya dituntut untuk selalu berbuat baik dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan, yaitu dengan cara berbuat adil sesama baik itu sesama manusia sebagai masyarakat serta alam sekitar untuk penunjang kelangsungan hidup mereka agar nantinya tujuan akhir hidup mereka adalah kekal abadi di surga.


(19)

55

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Disamping itu mereka juga selalu diingatkan bahwa ada kuasa Jubata yang selalu mengawasi mereka dalam setiap tindakan serta dapat memberikan imbalan dari apa yang mereka lakukan. Jika masyarakat berbuat baik, maka imbalan yang mereka terima akan baik pula, begitu sebaliknya jika mereka berbuat buruk atau merusak, maka imbalan yang mereka terima juga akan sama buruknya. Untuk itu sebagai rasa syukur dan penghormatan terhadap Jubata yang mereka percaya sebagai penguasa alam semesta termasuk isinya, maka masyarakat selalu mengadakan upacara-upacara ritual setiap tahunnya termasuk upacara Naek Dango.

Gambar 9

Ritual penyambutan Gubernur Kalimantan Barat oleh Masyarakat Dayak Kanayatn pada Upacara Naek Dango ke-27


(20)

56

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nilai-nilai dalam filosofi tersebut juga tergambar dalam kegiatan Upacara Adat Naek Dango khususnya pada Tari Nimang Padi. Setiap gerak tari yang mereka lakukan menggambarkan adanya keselarasan hidup dalam masyarakat yang disesuaikan dengan fungsi dan peran masing-masing, selain itu juga sebagai ungkapan balas budi dari anak cucu terhadap leluhur yang telah berjasa memberikan tempat tinggal dan mata pencaharian bagi mereka serta penghormatan terhadap arwah para nenek moyang yang telah meninggal.

Dari berbagai nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Tari Nimang Padi ini, terdapat beberapa nilai yang dapat dijadikan dasar dalam pembentukan identitas dan karakter siswa melalui pendidikan seni, yaitu sebagai berikut.

1) “Adil Katalino” yaitu adil sesama manusia, maksudnya sebagai sesama umat manusia harus selalu berlaku adil dan bijaksana. Sikap saling menghormati dan menghargai sangat dibutuhkan bagi seseorang dalam bersikap. Tidak hanya kepada sesama manusia saja, kepada alam sekitar pun sebagai manusia ciptaan Tuhan harus bisa menghargai dengan cara memelihara dan tidak berbuat pengrusakan ekosistem didalamnya.

2) “Ba Curamin Ka Saruga” yaitu bercermin ke surga, maksudnya sebagai umat manusia ciptaan Tuhan haruslah selalu berbuat baik antar sesama. Jangan pernah melakukan


(21)

57

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perbuatan yang tidak baik karena itu dianggap sebagai

kesalahan. Kalimat “Ba Curamin Ka Saruga” sebagai pengingat bagi manusia untuk menjaga dan berhati-hati dalam bersikap. Mereka percaya bahwa apa yang mereka lakukan di dunia akan diberikan imbalan yang setimpal dengan apa yang telah mereka lakukan.

3) “Ba Semgat Ka Jubata” yang artinya nafas kita milik Tuhan, ini dimaksudkan bahwa kita sebagai umat manusia ini harus selalu ingat akan adanya sang pencipta yang mengatur semuanya dengan sempurna.

Nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi tersebut mengandung makna yang sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia, serta dapat juga sebagai dasar dalam pembentukan karakter diri manusia itu sendiri khususnya siswa sebagai objek penerapan materi ini. Selain nilai-nilai budayanya, dari upacara tersebut juga terdapat rangkaian kegiatan yang dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk internalisasi (pembiasaan, meningkatkan afeksi) nilai.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti memilih Tari Nimang Padi untuk dijadikan materi dalam penerapan nilai-nilai seni budaya tradisi. Hal ini dikarenakan peneliti merasa bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dirasakan sudah cukup untuk mewakili seni tradisi setempat yang lainnya. Untuk itu Tari Nimang Padi dalam


(22)

58

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Upacara Adat Naek Dango berpotensi untuk dijadikan bahan ajar di sekolah khususnya pada materi tari daerah setempat.

Disamping itu, seni tersebut sangat mendukung dalam proses tahapan aplikasi penerapan nilai-nilai seni budaya tradisi. Hal ini dikarenakan pada semester ini bertepatan dengan pelaksanaan perayaan tahunan masyarakat Dayak Kanayatn yaitu Upacara Adat Naek Dango yang mana Tari Nimang Padi ini merupakan salah satu bagian terpenting dalam upacara tersebut. Siswa tidak hanya dapat mengapresiasi tari tersebut melalui media audio visual saja, melainkan siswa dapat berpartisipasi langsung dan merasakan bagaimana kegiatan seni tersebut berlangsung. Kegiatan ini disebut dengan apresiasi aktif. Tentu saja proses penyerapan nilai-nilai budaya tradisi secara pengamatan langsung akan lebih bermakna dibandingkan hanya sekedar melihatnya melalui media audio visual.

Pengalaman yang dirasakan oleh siswa saat mengapresiasi seni budaya tradisi secara live (langsung) menjadi suatu pembelajaran yang akan terus melekat dalam ingatan siswa tersebut. Dalam hal ini strategi dalam mengarahkan serta membimbing siswa dalam proses analisis hasil pengamatan serta penyerapannya disusun dengan arah yang jelas agar tidak salah alur. Salah satu dampaknya akan terlihat dari perubahan sikap dan karakter siswa yang akan terekspresi dalam bentuk hasil kreasi.


(23)

59

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pontianak

a. Lokasi SMP Negeri 2 Pontianak Lingkungan Budaya

Penerapan nilai-nilai seni budaya tradisi melalui bahan ajar Tari Nimang Padi diaplikasikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pontianak. Sekolah tersebut beralamat di Jalan Selayar Kelurahan Akcaya Kecamatan Pontianak Selatan Kota Baru Pontianak Propinsi Kalimantan Barat. Menurut kepala sekolah yang menjabat saat ini yaitu Bapak Dede Rukadi, S.Pd., SMP Negeri 2 Pontianak didirikan pada tahun 1958 (wawancara tanggal 5 April 2012). Bapak Dede mengatakan, semenjak awal berdirinya hingga sekarang, sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini khususunya untuk bidang seni baru berupa alat-alat musik seperti alat band lengkap, keyboard, 10 pianika, dan 3 tar. Hal ini secara tidak langsung menuntut guru bidang studi Seni Budaya khususnya untuk seni tari serta pengajar ekstrakurikuler seni untuk bisa lebih kreatif dalam memberikan materi ajar.

Pada tahun 2005, berdasarkan SKEPMEN DIKNAS No. 818.a/C3/Kep/2007 SMP ini telah terakreditasi A serta berpredikat sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) yang mulai berlaku pada Juli 2007. SMP Negeri 2 Pontianak ini termasuk sekolah favorit ketiga setara dengan SMP Negeri 10 Pontianak, walaupun lokasinya berdekatan dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi. Dua sekolah di atasnya dianggap lebih unggul dari segi sistem manajemen dan prestasi serta nilai akreditasi, seperti SMP Negeri 3 Pontianak


(24)

60

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang saat ini sudah terakreditasi A serta berpredikat sebagai Sekolah Standar Internasional (SSI). Sekolah lainnya yaitu SMP Negeri 1 Pontianak yang saat ini sedang dalam pantauan dan binaan Walikota Pontianak.

Prestasi yang pernah diraih SMP Negeri 2 Pontianak ini juga tak kalah saingnya dengan SMP yang lainnya. Sayangnya potensi yang mereka miliki belum semuanya tergali dan terolah dengan baik. Dalam hal ini faktor kesempatan/peluang yang menjadi dominan keterbatasan bergerak bagi SMP Negeri 2 ini.

Beberapa guru bidang studi Seni Budaya yang mengajar di SMP Negeri 2 ini memiliki latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya. Seperti halnya kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini dipegang oleh guru yang berlatar belakang pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan bukan dari pendidikan seni. Hal ini dikarenakan di sekolah tersebut tidak memiliki guru yang berlatar belakang pendidikan seni. Guru seni yang bertugas mengajar seni budaya tersebut dipilih berdasarkan skill (keterampilan) serta minatnya dalam bidang seni, selain itu ia juga sebagai pembina dalam kegiatan ekstrakurikuler tari. Kebijakan kepala sekolah yang memberikan kebebasan guru untuk kreatif dalam mengelola mata pelajaran tersebut menjadi satu keuntungan oleh guru dalam mengembangkan materi di kelas.


(25)

61

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Melihat fenomena tersebut, tentu saja dalam proses pembelajaran seperti metode dan strategi serta pengolahan bahan ajar dan kelas dalam menyampaikan materi belajar akan sangat berbeda dengan guru yang memiliki latar belakang sesuai dengan bidangnya. Keterbatasan guru tersebut mengakibatkan tingkat penyerapan materi oleh siswa untuk memahaminya juga terbatas, sehingga aplikasi pembelajaran tersebut hanya sebatas siswa dapat mengetahui dari materi yang dipelajari. Bahkan tidak jarang para siswa hanya dapat sampai pada tingkat pemahaman terhadap konten materi yang diajarkan.

Untuk itu selayaknya seorang guru bidang studi harus mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Khususnya pada mata pelajaran seni budaya dianjurkan untuk dipegang oleh guru seni pula. Bukan hanya sekedar skill (keterampilan serta minat saja yang diperlukan tetapi knowledge (pengetahuan) terhadap bidangnya tersebut yang menjadi modal dasar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

b. Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah di SMP Negeri 2 Pontianak memiliki struktur organisasi yang sama dengan sekolah menengah pertama lainnya. Adanya Kepala Sekolah oleh Dede Rukadi ,S.Pd., para wakil kepala sekolah, guru-guru kelas dan bidang studi, staf administrasi,


(26)

62

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

serta yang terpenting adanya komunikasi yang sangat erat dengan komite sekolah. Komite sekolah yang terdiri dari lingkungan luar sekolah dalam hal ini adalah masyarakat sekitar, dan orang tua siswa serta para stakeholder lainnya.

Pada dasarnya Bapak Dede Rukadi selaku Kepala Sekolah di SMP Negeri 2 Pontianak ini sangat mendukung bahkan merespon secara aktif dalam setiap aktivitas seni di lingkungan sekolah. Dukungan yang diberikan sekolah tersebut seperti media pembelajaran berupa tape, VCD, CD, serta ruang multi media yang multifungsi. Ruang multi media inilah yang biasanya digunakan dalam segala aktivitas seni khususnya seni tari sebagai tempat apresiasi dan berlatih termasuk eksplorasi. Bukan hanya itu saja, lapangan sekolah yang luas juga merupakan salah satu tempat untuk siswa berlatih. Pada kegiatan belajar mengajar mata pelajaran seni budaya yang tidak memerlukan tempat yang luas, biasanya guru cukup dengan hanya menggunakan ruang kelas siswa saja.

c. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran seni budaya adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya guru seni budaya mengacu pada kurikulum tersebut. Hanya saja materi ajar yang diberikan masih terpaku pada buku panduan atau buku pegangan guru dan belum disesuaikan dengan seni


(27)

63

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tradisi yang terdapat di daerahnya. Secara keseluruhan materi yang diajarkan di kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX khususnya seni tari hanya sebatas pengetahuan tentang tari-tarian yang sesuai dengan tingkatan kelasnya. Tentu saja materi tersebut sesuai dengan isi dari buku panduan atau buku pegangan guru.

Materi tari daerah setempat yang diberikan di kelas VII, secara garis besar dirasakan belum memenuhi semua rambu-rambu yang tercantum dalam SK dan KD dari KTSP. Pemberian materi hanya sebatas pengetahuan yang bersumber dari buku, sedangkan untuk materi prakteknya tidak semua siswa mendapatkannya. Materi tersebut hanya didapat oleh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Materi tersebut hanya pemberian tarian tradisi yang sudah ada dan tarian hasil kreasi guru. Dalam hal ini pengolahan terhadap pergerakan siswa untuk berkreasi seperti terbatasi. Akibatnya siswa hanya mengetahui apa yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran, sedangkan tingkat pemahaman kemungkinan tidak semua siswa dapat memahaminya, apalagi sampai pada tingkat kreativitas. Berarti permasalahan di sekolah ini tidak hanya pada materi namun juga penerapan materi untuk mencapai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) secara maksimal.


(28)

64

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu d. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pontianak. Pemilihan siswa kelas VII disesuaikan dengan pengembangan kurikulum yang digunakan oleh guru bidang studi yang disertai dengan kebijakan Kepala Sekolah, bahwa pembelajaran dalam kelas VII terdapat materi Tari Daerah Setempat. Hal ini yang menjadi acuan peneliti untuk melakukan penelitian pada siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pontianak.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah intsrumen yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan respon balik sebagai data masukan. Pertanyaan tersebut diarahkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, apresiasi siswa terhadap materi, serta ekspresi siswa dalam berkreasi terhadap materi. Instrumen-instrumen tersebut berupa kuesioner, pedoman wawancara untuk siswa, guru dan kepala sekolah, serta dilengkapi dengan pedoman observasi.


(29)

65

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data, antara lain:

1. Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan satu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2010: 220). Observasi dilakukan bukan hanya pada tahap awal penelitian, tetapi kegiatan observasi pada penelitian ini dilakukan selama proses penelitian ini berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan langsung pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pontianak serta proses pembelajarannya, baik itu dari aktivitas, antusias dan minat (ketertarikan mereka) serta tingkat pemahaman mereka. Selain itu observasi juga dilakukan saat siswa berapresiasi, baik dalam kelas maupun pembelajaran di luar kelas, serta pada proses berkreasi.

Proses observasi atau pengamatan ini merupakan hal yang penting dalam penelitian ini, karena proses obervasi juga digunakan dalam tahapan evaluasi. Data-data hasil observasi ini juga dijadikan sumber data penting untuk melihat dan mengukur perkembangan tingkat pemahaman dalam pembelajaran dan capaian penerapan nilai-nilai seni budaya tradisi.


(30)

66

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam langsung dari respondennya yang terkait dengan penelitian. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada pihak-pihak terkait seperti kepada sekolah untuk mendapatkan data mengenai sarana dan prasarana yang dapat menghambat dan mendukung dalam proses pembelajaran serta kebijakan dari kepala sekolah terhadap proses pembelajaran yang sedang dan akan berlangsung. Kepada guru mata pelajaran untuk mendapatkan data tentang proses pembelajaran yang selama ini diadakan dan untuk mengetahui kebermanfaatan dari model pembelajaran yang ditawarkan, baik dari isi kelebihan maupun kekurangan dilihat dari sudut pandang guru. Selain itu peneliti juga dapat memperoleh data dari hasil wawancara dengan beberapa siswa sebagai sampel untuk mengetahui ketertarikan dan pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran Tari Nimang Padi. Kegiatan wawancara dapat dilakukan secara tatap muka (direkam), email, sms, chating/facebook, maupun telepon.

3. Studi Dokumentasi

Peneliti menggunakan dokumentasi foto-foto yang dideskripsikan serta video yang dianalisis dalam proses pengumpulan data, disamping data-data dari beberapa dokumen seperti buku dan perangkat rancangan pembelajaran sebagai penunjang kelengkapan informasi tentang hal-hal yang terkait dalam penelitian ini.


(31)

67

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang sangat populer dalam penelitian deskriptif, yang mana teknik-teknik deskriptif lazimnya dipakai untuk mengukur eksistensi dan distribusi berbagai tingkah laku atau karakteristik, yang terjadi secara alami, dan yang terakhir adalah untuk mengukur hubungan serta besarnya hubungan-hubungan yang mungkin ada antara karakteristik, tingkah laku, kejadian, atau fenomena yang menjadi perhatian peneliti (Alwasilah, 2009: 151). Kuesioner diberikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman, kreasi dan apresiasi, serta keefektifan pembelajaran.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dari kuesioner akan dianalisis dengan teknik prosentase, sedangkan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara akan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Setelah memperoleh data dari berbagai sumber, maka peneliti akan menganalisis data tersebut dengan mengacu pada pertanyaan penelitian. Selain itu melakukan triangulasi data dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang nantinya data tersebut akan diberikan pengkodean dan diklasifikasikan sesuai dengan kategorinya. Kemudian diinterpretasi untuk mendapatkan data kualitatif. Seperti yang dijelaskan oleh Patton (Sugiyono, 2011: 330), bahwa

melalui triangulasi “can build on the strengths of each type of data collection while minimizing the weakness in any single approach”. Dijelaskan bahwa


(32)

68

Imma Fretisari, 2012

Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.


(1)

tradisi yang terdapat di daerahnya. Secara keseluruhan materi yang diajarkan di kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX khususnya seni tari hanya sebatas pengetahuan tentang tari-tarian yang sesuai dengan tingkatan kelasnya. Tentu saja materi tersebut sesuai dengan isi dari buku panduan atau buku pegangan guru.

Materi tari daerah setempat yang diberikan di kelas VII, secara garis besar dirasakan belum memenuhi semua rambu-rambu yang tercantum dalam SK dan KD dari KTSP. Pemberian materi hanya sebatas pengetahuan yang bersumber dari buku, sedangkan untuk materi prakteknya tidak semua siswa mendapatkannya. Materi tersebut hanya didapat oleh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Materi tersebut hanya pemberian tarian tradisi yang sudah ada dan tarian hasil kreasi guru. Dalam hal ini pengolahan terhadap pergerakan siswa untuk berkreasi seperti terbatasi. Akibatnya siswa hanya mengetahui apa yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran, sedangkan tingkat pemahaman kemungkinan tidak semua siswa dapat memahaminya, apalagi sampai pada tingkat kreativitas. Berarti permasalahan di sekolah ini tidak hanya pada materi namun juga penerapan materi untuk mencapai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) secara maksimal.


(2)

d. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pontianak. Pemilihan siswa kelas VII disesuaikan dengan pengembangan kurikulum yang digunakan oleh guru bidang studi yang disertai dengan kebijakan Kepala Sekolah, bahwa pembelajaran dalam kelas VII terdapat materi Tari Daerah Setempat. Hal ini yang menjadi acuan peneliti untuk melakukan penelitian pada siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pontianak.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah intsrumen yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan respon balik sebagai data masukan. Pertanyaan tersebut diarahkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, apresiasi siswa terhadap materi, serta ekspresi siswa dalam berkreasi terhadap materi. Instrumen-instrumen tersebut berupa kuesioner, pedoman wawancara untuk siswa, guru dan kepala sekolah, serta dilengkapi dengan pedoman observasi.


(3)

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data, antara lain:

1. Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan satu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2010: 220). Observasi dilakukan bukan hanya pada tahap awal penelitian, tetapi kegiatan observasi pada penelitian ini dilakukan selama proses penelitian ini berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan langsung pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pontianak serta proses pembelajarannya, baik itu dari aktivitas, antusias dan minat (ketertarikan mereka) serta tingkat pemahaman mereka. Selain itu observasi juga dilakukan saat siswa berapresiasi, baik dalam kelas maupun pembelajaran di luar kelas, serta pada proses berkreasi.

Proses observasi atau pengamatan ini merupakan hal yang penting dalam penelitian ini, karena proses obervasi juga digunakan dalam tahapan evaluasi. Data-data hasil observasi ini juga dijadikan sumber data penting untuk melihat dan mengukur perkembangan tingkat pemahaman dalam pembelajaran dan capaian penerapan nilai-nilai seni budaya tradisi.


(4)

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam langsung dari respondennya yang terkait dengan penelitian. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada pihak-pihak terkait seperti kepada sekolah untuk mendapatkan data mengenai sarana dan prasarana yang dapat menghambat dan mendukung dalam proses pembelajaran serta kebijakan dari kepala sekolah terhadap proses pembelajaran yang sedang dan akan berlangsung. Kepada guru mata pelajaran untuk mendapatkan data tentang proses pembelajaran yang selama ini diadakan dan untuk mengetahui kebermanfaatan dari model pembelajaran yang ditawarkan, baik dari isi kelebihan maupun kekurangan dilihat dari sudut pandang guru. Selain itu peneliti juga dapat memperoleh data dari hasil wawancara dengan beberapa siswa sebagai sampel untuk mengetahui ketertarikan dan pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran Tari Nimang Padi. Kegiatan wawancara dapat dilakukan secara tatap muka (direkam), email, sms, chating/facebook, maupun telepon.

3. Studi Dokumentasi

Peneliti menggunakan dokumentasi foto-foto yang dideskripsikan serta video yang dianalisis dalam proses pengumpulan data, disamping data-data dari beberapa dokumen seperti buku dan perangkat rancangan pembelajaran sebagai penunjang kelengkapan informasi tentang hal-hal yang terkait dalam penelitian ini.


(5)

4. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang sangat populer dalam penelitian deskriptif, yang mana teknik-teknik deskriptif lazimnya dipakai untuk mengukur eksistensi dan distribusi berbagai tingkah laku atau karakteristik, yang terjadi secara alami, dan yang terakhir adalah untuk mengukur hubungan serta besarnya hubungan-hubungan yang mungkin ada antara karakteristik, tingkah laku, kejadian, atau fenomena yang menjadi perhatian peneliti (Alwasilah, 2009: 151). Kuesioner diberikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman, kreasi dan apresiasi, serta keefektifan pembelajaran.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dari kuesioner akan dianalisis dengan teknik prosentase, sedangkan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara akan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Setelah memperoleh data dari berbagai sumber, maka peneliti akan menganalisis data tersebut dengan mengacu pada pertanyaan penelitian. Selain itu melakukan triangulasi data dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang nantinya data tersebut akan diberikan pengkodean dan diklasifikasikan sesuai dengan kategorinya. Kemudian diinterpretasi untuk mendapatkan data kualitatif. Seperti yang dijelaskan oleh Patton (Sugiyono, 2011: 330), bahwa melalui triangulasi “can build on the strengths of each type of data collection while minimizing the weakness in any single approach”. Dijelaskan bahwa


(6)

dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.