MANAJER LEMBAGA PENGASUHAN ANAK YANG MURAH
Sri Lestari Linawati
MANAJER LEMBAGA PENGASUHAN ANAK YANG MURAH
Sri Lestari Linawati akrab dipanggil Lina, mantan ketua bidang Irmawati PP IRM l99396, adalah aktivis gerakan pendidikan anak. Sekarang ia menjadi manager TPA (Taman
Pengasuhan Anak) plus “ BirruNA”. Yang berarti kebajikan Nasyiatul Aisyiyah.
TPA BirruNA adalah sebuah lembaga penitipan dan pengasuhan anak usia 5 bulan hingga
6 tahun, yang mengedepankan aspek pendidikan, kebersihan, kesehatan dan gizi
seimbang. Di BirruNA, anak-anak belajar tentang : Toilet training (pipis dan beol pada
tempatnya), kejujuran dan tanggungjawab, kemandirian, komunikasi, tadabbur alam dan
ibadah. TPA BirruNA ini menampung anak-anak pengasuhan yang sedang ditinggal
bekerja oleh ibu dan ayahnya mulai mengantar jam 07.00 WIB dan dijemput pada jam
l6.00 WIB. Biaya amat murah, karena diwujudkan sebagai bentuk kepedulian agar tidak
hanya orang tua “ kelas menengah “ ke atas saja yang bisa menikmati jasa pendidikan
dan pengasuhan anak.
TPA BirruNA merupakan program kerjasama Nasyiatul Aisyiyah Ranting Banyuraden
dengan Takmir Masjid Al-Falah Kanoman. Satu kepedulian bersama sebagai upaya
peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemerataan pendidikan melalui Pendidikan
Anak Usia Dini. Modelnya lain dengan TPA pada umumnya, karena TPA BirruNA ini
sangat prospektif dan strategis sebagai Taman Pengasuhan Anak Plus dalam rangka
Pembinaan Anak Dini Usia (PADU). BirruNA dapat dikatakan sebagai tempat penitipan
anak plus. Sangat berbeda dengan TPA (Tempat Penitipan Anak) yang hanya menjaga
anak balita selama ditinggal ibunya bekerja, atau karena sesuatu urusan. BirruNA
memberikan pendidikan dan pelajaran-pelajaran tertentu sesuai dengan usia mereka, ujar
Lina saat memberikan paparan kepada Wartawan SM.
TPA BirruNA yang sudah operasional selama dua tahun, sekarang masih mengontrak
rumah joglo antik milik mBah Cokro sesepuh desa setempat yang sudah almarhum. Joglo
itu terlatak di Dusun Kanoman Rt 01 Rw V No. 22, Banyuraden, Gamping, Sleman,
Yogyakarta. Di lokasi itu suasananya sangat nyaman, tenteram dan aman di dukung
dengan halaman yang luas, lingkungan alam yang asli dan asri, bebas polusi dan
penduduknya ramah., kata lina yang alumnus Fak Sastra jurusan Sastra Arab UGM tahun
l997. TPA BirruNA yang berdiri pada 2 April 2001 ini, sekaligus sebagai Pusat Studi
Anak Dini Usia. Jumlah anak pengasuhan yang di titipkan rata-rata setiap hari ada 20-30
anak, dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelas “Pari Mrekatak” dan kelas “Pari Tandur”
diasuh oleh 5 orang guru/pengasuh. Disamping itu di dampingi oleh beberapa tenaga
konsultan dari konsultas psikologi, kesehatan, gizi hingga konsultan khusus yang
jumlahnya ada 12 orang dan tiga diantaranya adalah Dokter aktif..
Ide mendirikan TPA BirruNA ini berawal dari sebuah mimpi tengah malam, ketika itu
awal tahun 2001, Lina dalam mimpinya itu menggembala kambing di tengah lapang dan
tiba-tiba kambingnya bertambah banyak kemudian di jual dan menghasilakan
keuntungan. Ternyata mimpi itu sekarang jadi kenyataan dan TPA itu sudah berkembang,
bahkan mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Sleman sebesar 25 juta rupiah.
Dana tersebut untuk melengkapi sarana dan prasarana bermain dan perpustakaan anak,
kata Lina yang pernah menjadi juara III turnamen Pencak Silat di Jatim tahun l989.
Tak cuma itu Lina yang lahir di Jember pada 25 Nopember l971 pasangan dari Bapak
Abdullah dan ibu Ramiyati ini pernah menyelenggarakan “ Pagelaran Yauman Fil
Qahirah” tahun l998 di Yogyakarta.
Yang menjadi unik dan lain dari TPA pada umumnya, TPA BirruNA ini memiliki basis
arah jelas, yakni sebagai sekolah alam dan memberikan layanan pembelajaran untuk anak
usia dibawah satu tahun, kata mantan anggota PP NA Bidang Pengembangan Organisasi
yang pernah mengikuti Diklat Penelitian Riset Aksi di BPKB (Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar) Propinsi DIY awal tahun 2003 lalu.
Walaupun TPA BirruNA ini telah berjalan merangkak, namun kendala tentu saja tetap
ada, diantaranya adalah target 35 - 40 anak belum tercapai, yang ada baru antara 20 - 30
anak tetapi sudah mencukupi, kendala yang kedua adalah publikasi, karena letaknya
yang agak jauh dari kota jaraknya sekitar kurang lebih 4 km dari Kantor PP Nasyiatul
Aisyiyah Jl. KHA Dahlan Yogyakarta. Lina sejak awal memang senang dengan dunia
anak-anak, hal ini sangat klop dengan kondisi di TPA, disamping mengsuh, mendidik
tetapi sekaligus menghibur, kata isteri sdr. Arif Budiman Ch, anggota Lembaga
Pengembangan Tenaga Profesional (LPTP) PP Muhammadiyah. Pasangan itu telah di
beri momongan tiga orang yakni Ainal Alami Adlin Nala, Bilgist Shaliha Adlina dan
Jaldy Hannani Adlin. Ton Martono.
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 1 2004
MANAJER LEMBAGA PENGASUHAN ANAK YANG MURAH
Sri Lestari Linawati akrab dipanggil Lina, mantan ketua bidang Irmawati PP IRM l99396, adalah aktivis gerakan pendidikan anak. Sekarang ia menjadi manager TPA (Taman
Pengasuhan Anak) plus “ BirruNA”. Yang berarti kebajikan Nasyiatul Aisyiyah.
TPA BirruNA adalah sebuah lembaga penitipan dan pengasuhan anak usia 5 bulan hingga
6 tahun, yang mengedepankan aspek pendidikan, kebersihan, kesehatan dan gizi
seimbang. Di BirruNA, anak-anak belajar tentang : Toilet training (pipis dan beol pada
tempatnya), kejujuran dan tanggungjawab, kemandirian, komunikasi, tadabbur alam dan
ibadah. TPA BirruNA ini menampung anak-anak pengasuhan yang sedang ditinggal
bekerja oleh ibu dan ayahnya mulai mengantar jam 07.00 WIB dan dijemput pada jam
l6.00 WIB. Biaya amat murah, karena diwujudkan sebagai bentuk kepedulian agar tidak
hanya orang tua “ kelas menengah “ ke atas saja yang bisa menikmati jasa pendidikan
dan pengasuhan anak.
TPA BirruNA merupakan program kerjasama Nasyiatul Aisyiyah Ranting Banyuraden
dengan Takmir Masjid Al-Falah Kanoman. Satu kepedulian bersama sebagai upaya
peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemerataan pendidikan melalui Pendidikan
Anak Usia Dini. Modelnya lain dengan TPA pada umumnya, karena TPA BirruNA ini
sangat prospektif dan strategis sebagai Taman Pengasuhan Anak Plus dalam rangka
Pembinaan Anak Dini Usia (PADU). BirruNA dapat dikatakan sebagai tempat penitipan
anak plus. Sangat berbeda dengan TPA (Tempat Penitipan Anak) yang hanya menjaga
anak balita selama ditinggal ibunya bekerja, atau karena sesuatu urusan. BirruNA
memberikan pendidikan dan pelajaran-pelajaran tertentu sesuai dengan usia mereka, ujar
Lina saat memberikan paparan kepada Wartawan SM.
TPA BirruNA yang sudah operasional selama dua tahun, sekarang masih mengontrak
rumah joglo antik milik mBah Cokro sesepuh desa setempat yang sudah almarhum. Joglo
itu terlatak di Dusun Kanoman Rt 01 Rw V No. 22, Banyuraden, Gamping, Sleman,
Yogyakarta. Di lokasi itu suasananya sangat nyaman, tenteram dan aman di dukung
dengan halaman yang luas, lingkungan alam yang asli dan asri, bebas polusi dan
penduduknya ramah., kata lina yang alumnus Fak Sastra jurusan Sastra Arab UGM tahun
l997. TPA BirruNA yang berdiri pada 2 April 2001 ini, sekaligus sebagai Pusat Studi
Anak Dini Usia. Jumlah anak pengasuhan yang di titipkan rata-rata setiap hari ada 20-30
anak, dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelas “Pari Mrekatak” dan kelas “Pari Tandur”
diasuh oleh 5 orang guru/pengasuh. Disamping itu di dampingi oleh beberapa tenaga
konsultan dari konsultas psikologi, kesehatan, gizi hingga konsultan khusus yang
jumlahnya ada 12 orang dan tiga diantaranya adalah Dokter aktif..
Ide mendirikan TPA BirruNA ini berawal dari sebuah mimpi tengah malam, ketika itu
awal tahun 2001, Lina dalam mimpinya itu menggembala kambing di tengah lapang dan
tiba-tiba kambingnya bertambah banyak kemudian di jual dan menghasilakan
keuntungan. Ternyata mimpi itu sekarang jadi kenyataan dan TPA itu sudah berkembang,
bahkan mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Sleman sebesar 25 juta rupiah.
Dana tersebut untuk melengkapi sarana dan prasarana bermain dan perpustakaan anak,
kata Lina yang pernah menjadi juara III turnamen Pencak Silat di Jatim tahun l989.
Tak cuma itu Lina yang lahir di Jember pada 25 Nopember l971 pasangan dari Bapak
Abdullah dan ibu Ramiyati ini pernah menyelenggarakan “ Pagelaran Yauman Fil
Qahirah” tahun l998 di Yogyakarta.
Yang menjadi unik dan lain dari TPA pada umumnya, TPA BirruNA ini memiliki basis
arah jelas, yakni sebagai sekolah alam dan memberikan layanan pembelajaran untuk anak
usia dibawah satu tahun, kata mantan anggota PP NA Bidang Pengembangan Organisasi
yang pernah mengikuti Diklat Penelitian Riset Aksi di BPKB (Balai Pengembangan
Kegiatan Belajar) Propinsi DIY awal tahun 2003 lalu.
Walaupun TPA BirruNA ini telah berjalan merangkak, namun kendala tentu saja tetap
ada, diantaranya adalah target 35 - 40 anak belum tercapai, yang ada baru antara 20 - 30
anak tetapi sudah mencukupi, kendala yang kedua adalah publikasi, karena letaknya
yang agak jauh dari kota jaraknya sekitar kurang lebih 4 km dari Kantor PP Nasyiatul
Aisyiyah Jl. KHA Dahlan Yogyakarta. Lina sejak awal memang senang dengan dunia
anak-anak, hal ini sangat klop dengan kondisi di TPA, disamping mengsuh, mendidik
tetapi sekaligus menghibur, kata isteri sdr. Arif Budiman Ch, anggota Lembaga
Pengembangan Tenaga Profesional (LPTP) PP Muhammadiyah. Pasangan itu telah di
beri momongan tiga orang yakni Ainal Alami Adlin Nala, Bilgist Shaliha Adlina dan
Jaldy Hannani Adlin. Ton Martono.
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 1 2004