SOSIALISASI NILAI-NILAI KEAGAMAAN BAGI REMAJA DI TENGAH MARAKNYA PERILAKU MENYIMPANG DI KAMPUNG DONOREJO KELURAHAN KAPASAN KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA.

SOSIALISASI NILAI NILAI KEAGAMAAN BAGI REMAJA DI
TENGAH MARAKNYA PERILAKU MENYIMPANG DI
KAMPUNG DONOREJO KELURAHAN KAPASAN
KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial
(S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:
FIRDA YUNI LESTARI
NIM. B75213044

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
JANUARI 2017


ABSTRAK
Firda Yuni Lestari, 2017, Sosialisasi Nilai-nilai Keagamaan Bagi
Remaja di tengah Maraknya Perilaku Menyimpang di Kampung Donorejo
Kelurahan Kapasan Kecamatan Simokerto Surabaya, Skripsi Program
Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel
Surabaya.

Kata Kunci:Sosialisasi, Nilai-nilai Keagamaan, Perilaku Menyimpang.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1)
Bagaimana sosialisasi nilai-nilai keagamaan pada remaja ditengah
maraknya perilaku menyimpang di kampung Donorejo Kelurahan
Kapasan Kecamatan Simokerto Surabaya. (2) Apa saja hambatan yang
dihadapi masyarakat dalam melakukan sosialisasi nilai-nilai keagamaan
pada remaja ditengah maraknya perilaku menyimpang di kampung
Donorejo Kelurahan Kapasan Kecamatan Simokerto Surabaya.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini
mengunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini dipilih agar
diperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh
mengenai proses sosialisasi nilai-nilai keagamaan bagi remaja ditengah

maraknya perilaku menyimpang di kampung Donorejo. Subyek penelitian
dalam penelitian ini adalah para agen sosialisasi di kampung
Donorejoseperti para orang tua, tokoh agama, dan remaja kampung. Data
yang diperoleh kemudian disajikan secara deskriptif dan dianalisis dengan
teori Interaksionisme Simbolik Herbert Blumer.Berdasarkan hasil
penelitian, ditemukan bahwa sosialisasi nilai-nilai keagamaan pada remaja
sudah dilakukan dengan baik oleh orang tua dan tokoh agama di kampung.
Remaja di kampung mengikuti setiap kegiatan yang diadakan dikampung,
tapi karena fator pegaulan dan lingkungan bermain yang tidak mendukung,
remaja kampung Donorejo terkadang masih melakukan perilaku
menyimpang.
Hal ini mengandung maksud bahwa interaksiantar manusia
dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, penafsiran dan kepastian
makna dari tindakan-tindakan orang lain.Hakikat (diri) remaja berperilaku
menyimpang karena terbentuk dari pengalaman yang telah mereka
dapatkan dalam lingkungan dan kehidupan sosialnya.

vii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ........................................................................ iii
MOTTO ............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................. v
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN
SKRIPSI ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah…………………….....……………........ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 16
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 16
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 17
E. Definisi Konseptual ....................................................................... 18

H. Sistematika Pembahasan ............................................................... 21
BAB II :SOSIALISASI NILAI-NILAI KEAGAMAAN BAGI
REMAJAINTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT
BLUMER ........................................................................................... 24
A. Penelitian Terdahulu.................................................................. 24
B. Sosialisasi Nilai-nilai Keagamaan Bagi Remaja ....................... 29
C. Teori Interaksionisme SimbolikGagasan Herbert Blumer .......... 52
BAB III : METODE PENELITIAN ................................................................ 59

x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

A. Jenis Penelitian ....................................................................... 59
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 61
C. Pemilihan Subyek Penelitian .................................................. 61
D. Tahap-TahapPenelitian .......................................................... 63
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 65
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 68
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................... 69
BAB IV : SOSIALISASI NILAI-NILAI KEAGAMAAN BAGI

REMAJA DITENGAH MARAKNYA PERILAKU
MENYIMPANG DI KAMPUNG DONOREJO
KELURAHAN KAPASAN KECAMATAN
SIMOKERTO SURABAYA ..................................................... 71
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ......................................... 71
B. Perilaku Menyimpang di Kampung Donorejo Surabaya ......... 84
C.Sosialisasi Nilai-nilai Keagamaan ............................................ 87
D. Hambatan Yang Dihadapi ....................................................... 108
E. Sosialisasi Nilai-nilai Keagamaan Bagi Remaja ditengah
MaraknnyaPerilaku Menyoimpang Di Kampung Donorejo
Kelurahan kapasan Kecamatan Simokerto Surabaya:
Tinjauan Teori Interaksionisme Simbolik Herbert Blumer ..... 116
BAB V : PENUTUP .......................................................................................... 122
A. Kesimpulan ............................................................................. 122
B. Saran ....................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pedoma Wawancara
Dokumentasi
Jadwal Penelitian

Surat Keterangan (bukti melakukan penelitian)
Biodata Penelitan

xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persoalan remaja selamanya hangat dan menarik, baik di negara
yang telah maju maupun di negara terbelakang, terutama negara yang
sedang berkembang. Karena remaja adalah masa peralihan, seseorang
telah meninggalkan usia anak-anak yang penuh kelemahan dan
ketergantungan tanpa memikul sesuatu tanggung jawab, menuju kepada
usia dewasa yang sibuk dengan tanggung jawab penuh. Usia remaja adalah
usia persiapan untuk menjadi dewasa yang matang dan sehat.
Kegoncangan emosi, kebimbangan dalam mencari pegangan hidup,

kesibukan mencari pegangan hidup,

kesibukan mencari bekal

pengetahuan dan kepandaian untuk menjadi senjata dalam usia dewasa
merupakan bagian yang dialami oleh setiap remaja.
Remaja pada hakikatnya sedang berjuang untuk menemukan
dirinya sendiri, jika dihadapkan pada keadaan luar atau lingkungan yang
kurang serasi penuh kontradiksi dan labil, maka akan mudahlah mereka
jatuh kepada kesengsaraan batin, hidup penuh kecemasan, ketidakpastian
dan kebimbangan. Hal seperti ini telah menyebabkan remaja-remaja

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Indonesia jatuh pada kelainan-kelainan kelakuan yang membawa bahaya
terhadap dirinya sendiri baik sekarang, maupun di kemudian hari.1
Pada era globalisasi saat ini, masalah remaja dengan segala

tindakan penyimpangannya mendapatkan perhatian khusus dari berbagai
pihak, terutama orang tua serta masyarakat selaku pengamat. Remaja
merupakan generasi penerus perjuangan bangsa, apabila generasi mudanya
rusak maka rusaklah masa depan suatu negara dan juga agama. Banyak
remaja yang sudah merokok, memakai sabu-sabu, tawuran, bahkan free
seks. Ironis sekali memang, namun seperti itulah potret remaja yang ada di
kota Surabaya saat ini. Kebanyakan malah sudah dianggap bukan hal tabu.
Semua bentuk penyimpangan itu nantinya akan merugikan dirinya sendiri.
Sebagai orang tua, mereka wajib untuk membenarkan akhlaq dan tingkah
pola putra putrinya, mereka harus peduli. Para ahli pendidikan sependapat
bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut
seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum
cukup matang untuk dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.
Karena itulah yang sering banyak godaan untuk menuju kedewasaan.
Konsep sosialisasi religious merupakan gagasan yang a priori
bahwa religi, religiolitas, atau tingkah laku religious, itu dipelajari
bukannya diwariskan atau sudah ada begitu saja sejak lahir. Juga cukup
luas untuk meliputi beberapa aspek formal dari proses itu, seperti

1


Zakiah Daradjat, Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), Cet

2,356.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

pendidikan religious di sekolah-sekolah, serta pengaruh-pengaruh yang
lebih langsung, seperti, pengaruh keluarga dekat, kelompok sebaya dan
media massa.
Sebagaimana telah banyak diketahui dari berbagai macam media
masa; baik televisi, radio dan koran, tindak kriminalitas remaja semakin
merajalela mulai dari perkelahian masal (tawuran), pemerkosaan,
perusakan sarana pemerintah sampai kepada suatu tingkat yang lebih
tragis

yaitu


pembunuhan,

diantaranya

faktor-faktor

utama

yang

menyebabkan penyimpangan (anomali) remaja serta mendorongnya untuk
terjerumus kepada perbuatan dosa adalahkarena seringnya menyaksikan
film-film (adegan) kriminal di televisi dan bioskop atau melalui media
masa yang lainnya seperti majalah dan novel.2Semua ini mampu
memberikan stimulisasi

(rangsangan)

kepada para


remaja

untuk

melakukan penyimpangan dan kejahatan, hal itu juga berdampak pada
kerusakan akhlakul karimah.
Salah satu metode untuk melihat beberapa problem yang
dikandung adalah dengan mendekati mereka menurut perkembangan
mereka. Maka faktor-faktor yang kurang formal nampaknya tidak begitu
dipentingkan pada tahun-tahun pertama dari kehidupan seorang anak.
Kendali

orang

tua

tampaknya

merupakan

sumber

pokok

yang

mengakibatkan sosialisasi religious, khususnya ketika dihubungkan

2

Safari Soma, Menanggulangi Remaja Kriminal, Islam Sebagai Alternatif,
(Bogor:Bintang Tsurayya, 1995), Cet . 1, 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

dengan dukungan afektif. Studi mutakhir yang dilakukan misalnya,
mendapatkan bahwa dimana sosialisasi pribadi-pribadi terjadi dibawah
kondisi-kondisi kendali orang tua serta dukungan afektif yang kuat,
tampaknya

lebih

menjadikan

mereka

suka

untuk

menerima

Kepercayaandan pola tingkah laku orang tua yang berada di dalam lingkup
religious. Didalam kondisi kendali orang tua yang lemah dan dukungan
afektif yangkuat, kesukaan kepada konformitas religious juga cenderung
tinggi. Akibat-akibat ini terjadi khususnya di tahun-tahun pra sekolah
pertama darikehidupan seorang anak.
Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembinaan dan
pengembangan anak, terutama berkenaan dengan penanaman nilai-nilai
keagamaan semenjak dini. Mendidikanak merupakan tanggung jawab
(Responsibility) yang sangat berat, Nabi Muhammad SAW telah
memberikan gambaran dengan tepat tentang tanggung jawab ini, yakni
sebagai seorang penggembala, sebagai penggembala haruslah berhati-hati
terhadap gembalanya, orang tua harus secara terus menerus mengawasi
serta memperhatikan yakni bahwa anak-anak mereka tidak tersesat serta
terjerumus kedalam perbuatan-perbuatan yang tercela, sehingga orang tua
sangatlah menghadapi tantangan yang berat dalam menjaga anak-anak
mereka agar tumbuh sesuai ajaran Al-Qur’an maupun Hadits. Masaremaja
adalah masaperalihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak
menuju kepada dewasa, pada usia ini terdapat suatu kecenderungan yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

dialaminya yaitu pencarian jati diri (identitas diri) baik pencarian identitas
ketuhanan maupun identitas pribadinya.
Pengaruh-pengaruh kelompok yang sebaya menjadi lebih penting
pada periode ini hingga periode remaja, dan pengaruh organisasi formal
seperti sekolah-sekolah dan gereja-gereja memainkan suatu peran yang
lebih bermakna. Namun, pengaruh ini cenderung mendukung beberapa
pola yang terbentuk pada tingkat-tingkat yang lebih awal. Hal ini benar
apabila pokok kelas dipergunakan untuk menyusun bukti. Kita tidak perlu
beranjak lebih jauh dari karya Bernstein megenai kode-kode linguistic
guna melihat betapa pentingnya sosialisasi awal didalam menjelaskan
pengetahuan religious dan pemahaman religious seorang anak remaja.
Bernstein (1965)mempunyai akses terhadap “elaborasi” kode pembicaraan
yang memungkinkan mereka menangani gagasan-gagasan yang konseptual
seperti keunikan, atau individualitas, dan yang memberi mereka
kemampuan untuk berhubungan sosial dengan konsep-konsep yang
abstrak. 3
Lingkungan secara langsung maupun tidak langsung memberikan
pengaruh yang sangat penting bagi manusia dalam melaksanakan aktifitas
kehidupan dan pola pikir yang dapat mewarnai cara berfikir, corak
intelektual dan menciptakan kedinamisan peradaban zaman. Ini terbukti

Peter E. Glasne,” Sosiologi Sekularisasi Suatu Kritik Konsep” (Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana, 1922), 122.
3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

dari banyaknya penyimpangan yang terjadi di kampung Donorejo
Surabaya, itu dipengaruhi oleh lingkungan sosial di tempat tinggal.
Di dalam kehidupan masyarakat pasti ada nilai-nilai dan normanorma sosial sebagai pedoman perilaku anggota-anggota masyarakat agar
kehidupan sosial menjadi tertib. Akan tetapi, untuk mencapai kehidupan
yang tertib atas dasar nilai-nilai dan norma sosial ini tidaklah semudah
membalik telapak tangan. Ada sebagian anggota masyarakat yang
berperilaku tidak sejalan dengan nilai-nilai dan norma sosial. Maka dalam
kehidupan bermasyarakat perlu adanya pengenalan nilai-nilai dan norma
sosial tersebut agar anggota masyarakat mengenal dan memahami tatanan
nilai dan norma sosialtersebut. Proses pengenalan tatanan nilai dan norma
sosial berlangsung selama masyarakat masih ada. Hal itu semata-mata
didorong oleh keinginan masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat
bertahan,sebab tanpa ketertiban sosial, maka kehidupan sosial tidak akan
bertahan lama.
Proses pembentukan nilai-nilaidan norma sosial secara garis besar
dibagi menjadi dua macam, yaitu: (1) nilai-nilai dan norma sosial
terbentuk secara alamiah akibat dari interaksi sosial, dan (2) nilai-nilai dan
norma sosial terbentuk melalui unsur kesengajaan, dalam arti terbentuknya
nilai-nilai dan norma sosial memang merupakan kebutuhan pada saat
tertentu akibat dari berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian
anggota masyarakat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Melalui proses sosialisasi para anggota masyarakat belajar
mengetahui

dan

memahami

perilaku

mana

yang

diharuskan,

diperbolehkan, dianjurkan, dan tidak boleh dilakukan. Artinya, nilai-nilai
dan norma sosial yang berisi pedoman tata kelakuan yang memuat
peraturan antara perintah dan larangan ketika manusia berhadapan dengan
orang lain. Sosialisasi yang sempurna (dalam arti sosialisasi yang
mengharuskan anggota masyarakat secara mutlak yang berupa keharusan
peenyelarasan perilakunya dengan tata aturan sosial) secara nyata (real)
memang tidak pernah terwujud di dalam kehidupan sosial secara utuh.
Sosialisasi tidak terjadi dengan sendirinya tetapi dicapai melalui proses
pengenalan akan nilai dan norma sosial sebagai tata kelakuan bagi anggota
masyarakat. Bentuk pengenalan ini selalu dilakukan dari lingkungan
keluarga sebagai kesatuan unit sosial terkecil di dalam struktur sosial.
Lebih lanjut menurut Ihromi, Sosialisasi yang dialami oleh setiap
individu sebagai makhluk sosial sepanjang hidupnya sejak ia dilahirkan
sampai ia meninggal dunia. Karena interaksi merupakan kunci
berlangsungnya proses sosialisasi. Maka,

diperlukanagen sosialisasi

yakni, orang-orang disekitar individu tersebut yang mentransmisikan nilainilai atau norma-norma tertentu baik secara langsung maupuntidak
langsung. Agen sosialisasi ini merupakan signifikan other (orang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

yangpaling dekat dengan individu, seperti orang tua, kakak, adik, saudara,
dan sebagainya).4
Sementara itu, dalam setiap kehidupan, para anggotanya selalu
menginginkan agar antara anggota satu danlainnya berperan dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku
didalamnya. Dengan demikian, pendatang baru seperti bayi yang baru
dilahirkan dari luar daerah yang masuk diarahkan untuk memiliki perilaku
yang sama dengan masyarakat tersebut. Yang berperilaku sama dengan
kelompoknya disebut perilaku normal, sedangkan yang tidak sama disebut
perilaku menyimpang. Untuk mencapai kesamaan tata kelakuan tersebut
masyarakat melakukan langkah tertentu untuk menyamakan tingkah
pekerti para pendatang tersebut, sedangkan para penduduk tersebut juga
memiliki naluri untuk bisa menyatu dengan lingkungan alam dan
lingkungan sosialnya untuk melalui proses adaptasi. Dan dalam proses
inilah sosialisasi berlangsung.5
Semakin merosotnya akhlah warga negara telah menjadi salah satu
keprihatinan. Terutama para pemerhati pendidikan islam. Globalisasi
kebudayaan sering dianggap salah satu penyebab kemerosotan akhlak.
Kemerosotan akhlak di kalangan para remaja dikenal sebagai kenakalan
remaja. Kenakalan remaja kadang menimbulkan keresahan pula dalam
masyarakat. Ketentraman dan kebahagiaan masyarakat terusik. Tidak
4

Ihrom, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004),

32.
5

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana, 2011), 153.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

jarang, kenakalan remaja meningkat menjadi kejahatan remaja, seperti
adanya perampokan atau pemerkosaan yang dilakukan oleh remaja.
Minuman keras dan berbagai obat terlarang telah memacu semakin
cepatnya peningkatan kenakalan remaja. Karena kenakalan itu, kerap kali
kesehatan fisik remaja terganggu. Merekasering sakit-sakitan, kehidupan
mereka terlihat kurang bergairah, kurang nafsu bekerja dan belajar, bahkan
kurang nafsu makan.
Seperti kasus sabu-sabu yang merupakan kasus yang paling sering
diperbincangkan belakangan ini. Dengan perkembangan zaman yang
diiringi oleh kecanggihan teknologi, kasus ini seolah tidak bias
dikendalikan. Terhitung sejak 2015, 10 pemuda di kampung Donorejo
banyak yang dijebloskan ke penjara karena kasus sabu-sabu, sekitar usia
17-22 tahun yang sering dijadikan incaran polisi setempat. Sering terjadi
penggerebekan saat malam hari, dan tidak hanya sabu-sabu yang menjadi
trending topiknya, ada miras yang sudah sejak dulu memang sering di
perbincangkan oleh warga sekitar, karena tiap malam minggu remaja putra
sering mengadakan mabuk bersama (mendem bareng). Warga cukup resah
oleh tingkah pola mereka, dan sering kali para orang tua meminta maaf
atas perbuatan anak-anak mereka. Ada juga sabung ayam yang sekarang
ini sedang baru-baru ini di gandrungi oleh remaja kampung Donorejo,
mereka menaruh taruhan uang untuk setiap pertandingan, hal-hal
menyimpang sudah kerap kali dilakukan, tapi mereka juga tak kunjung
jera atas grebekan polisi dan protes warga kampung.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Sementara itu, globalisasi kebudayaan benar-benar tidakdapat
ditiadakan atau dihindari. Meniadakan atau menghindari globalisasi
kebudayaan sama halnya dengan meniadakan udara. Kehidupan kita
memerlukan udara. Jika tidak ada udara, kita tidak akan dapat bernafas.
Jadi, satu-satunya jalan yang dapat dilalui ialah kita bersama-sama anakanak kita harus hidup dalam budaya global tersebut. Pemerintah
memahami betul permasalah ini, bahkan telah mengambil langkah
strategis. Di antara langkah strategis itu ialah menetapkan tujuan
pendidikan nasional seperti yang tersebut dalamPasal 4 Undang-Undang
Nomor 2 1989. Dalam pasal itu ditetapkan bahwa tujuan pendidikan ialah
mencerdaskan

kehidupan

bangsa

yang

mengembangkan

manusia

Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Langkah yang diambil
pemerintah memang sangat baik. Alasannya, iman dan taqwa yang kuat
itulah yang akan mampu mengendalikan diri seseorang sehingga sanggup
melakukan yang baikdan meninggalkan yang buruk. Iman dan taqwa
itulah yang secara pasti dapat menjadi landasan aklhak.
Jadi, kemerosotan akhlak remaja sebenarnya dapat ditiadkana atau
dikurangi dengan cara memberikan pendidikan keagamaan pada generasi
muda bangsa ini. Penanaman keimanan di rumah tangga saat ini memiliki
dua kendala. Pertama, banyak orang tua yang belum menyadari hal ini.
Kedua, banyak orang tua yang belum mengetahui caranya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Sosialisasi nilai-nilai keagamaan ditengah maraknya perilaku
menyimpang, masih sangat jarang dilakukan apalagi di kota besar seperti
Surabaya. Di Kampung Donorejo tepatnya, kampung yang terletak di
Surabaya Utara, memiliki banyak masalah terhadap kaum-kaum muda,
pergaulan bebas yang membuatnya semakin menjadi-jadi membuat
kampung Donorejo menjadi salah satu tempat dengan banyaknya pemudapemuda yang memiliki latar belakang penyimpangan.
Jika diamati dalam lingkungannya juga, kampung Donorejo masih
belum bisa disebut kampung yang baik dan layak untuk remaja. Banyak
perilaku menyimpang yang masih kerap terjadi disana, dan sama sekali
tidak cocok untuk dilihat seorang anak. Tempat yang rusuh, sadis, dan tak
layak. Tetapi saat ini malah menjadi wilayah bermain anak-anak,banyak
dari mereka yang sudah merokok dan berjudi. Perhatian orang tua disini
sangat

memiliki

peranan

penting

agar

anaknya

tidak

ikut

terjerumusdengan lingkungan yang seperti itu. Sosialisasi orang tua juga
orang-orang terdekat maupun masyarakat sangat berperan penting kepada
tumbuh kembang anak, karena anak tersebut, tumbuh dilingkungan yang
memiliki berbagai macam tindakan penyimpangan.
Dalam hal yang berkaitan soal remaja, orang tua tentunya harus
memiliki perhatian yang besar, karena masa remaja adalah masa dimana
anak tumbuh untuk mulai mencari jati diri, salah sedikit saja remaja akan
masuk kedalam dunia yang penuh dengan tindakan menyimpang, orang
tua harusekstra dalam hal pengawasan dalam hal-hal yang menyangkut

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

dengan remaja, mulai dari kegiatannya, aktivitasnya,hingga pergaulannya,
tidak lupa dalam hal penenemana nilai-nilai keagamaan, dengan adanya
pemahan nilai-nilai keagamaan remaja memiliki benteng yang akan
menjaganya dari perilaku menyimpang, tapi jika pemahaman nilai-nilai
keagamaan remaja kurang, atau bahkan tidak ada,maka dia akan dengan
mudah terbawa kearus yang buruk, seperti melakukan perilaku
menyimpang, apalagi jika didukung oleh pergaulan dan lingkungan yang
juga remajanya atau teman-temannya melakukan perilaku menyimpang,
maka semakinmudah ia akan terbawa ke arus penyimpangan.
Disini orang tua akan lebih kualahan jika anak sudah masuk dalam
zona penyimpangan, anak akan lebih susah diatur, lebih susah di nasehati,
dan akan jarang ada dirumah, bagi para remaja yang sudah melakukan
perilaku menyimpang, ia akan malas untuk berasa dirumah, ia akan lebih
sering berkumpul dengan teman-teman sesamanya, karena merasa lebih
asyik dan lebih leluasa untuk melakukan apapun.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan obyek penelitian di
kampung Donorejo gang 4. Keadaan kampung Donorejo terbilang sebagai
kampung yang remajanya banyak melakukan penyimpangan, dalam hal ini
penyimpangan yang terjadi seperti mabuk-mabukan, judi, tawuran,
pencurian, balapan liar, dan free sex. Kampung Donorejo terlihat cukup
ramai saat malam hari, biasanya banyak para remaja yang nongkrong di
depan kos-kosan salah satu warga. Disamping kos-kosan juga terdapat
warung rumahan yang menyediakan fasilitas wifi. Tidak banyak yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

dilakukan remaja-remaja kampung saat nongkrong (cangkruk) diwarung,
mereka focus dengan handphone masing-masing, dan mengobrol soal halhal yang mereka lakukan kemarin, seperti sabung ayam, balapan liar, dan
rencana-rencana untuk hari sabtu. Kebanyakan dari mereka sudah tidak
bersekolah lagi, banyak faktor yang mempengaruhi, mulai dari ekonomi
yang tidak mendukung, kurangnya perhatian orang tua, dan pengaruh
pergaulan. Untuk hari-hari biasa mereka berlaku sewajarnya saja, seperti
hanya nongkrong dan mengobrol santai, saat sabtu, mereka selalu
berkumpul untuk merencanakan apa yang akan dilakukan, jika ada kencan
dengan pasangan mereka, sepulangnya biasanya mereka kembali cangkruk
di kalimer, kalimer menjadi salah satu tempat favorit mereka untuk
kumpul, biasanya disanalah mereka melakukan aktivitas mabuk-mabukan
dan judi. Ada salah satu warga, yang bisa disebut menjadi provokator atau
pengajak remaja-remaja kampung mabuk-mabukan, tidak kenal siang atau
malam, dia seringkali minum miras, dan mengajak remaja-remaja
kampung untuk ikut bersamanya.
Orang tua dan warga kampung sering kali resah dan merasa tidak
nyaman dengan hal ini, karena anak mereka diajak untuk melakukan halhal yang melanggar hukum juga melakukan penyimpangan, tapi karena
faktor pergaulan,orang tuatidak bisa berbuat banyak, apalagi untuk umur
remaja, dimana mereka mulai mencari jati diri, dan akan memberontak
jika terlalau dikekang. Sering kali orang tua mereka memberi nasehat pada
mereka, tapi seperti angin lewat, merekahanya mendengarkan tanpa

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

melaksanakan. Tapi ada beberapa dari mereka yang menurut dan
mengurangi perbuatan-perbuatan menyimpang yang mereka lakukan.
Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja-remaja kampung
Donorejo, terbilang cukup umum, apalagi dikota Surabaya, sudah bukan
lagi hal yang perlu ditutupi lagi, karena sudah terlalu umum dan biasa,
banyaknya jenis penyimpangan yang dilakukan oleh remaja menjadi
masalah tersendiri yang disebabkan oleh globalisasi, kemajuan zaman
yang tak terkendali menjadi salah satu faktornya, akses internet yang
sangat mudah, sosial media yang menjadi salah satu ajang mendapatkan
kenalan baru, berita-berita hoax yang mudah diakses dan dipercaya, situssitus porno yang juga mudah diakses oleh remaja bahkan anak-anak SD,
membuat mereka mengenal suatu hal yang belum waktunya, membuat
merekamengetahui hal-hal yang tidak seharusnya mereka ketahui di usia
ini. Melakukan penjualan miras dan sabu-sabu lewat online, penculikan
dan pemerkosaan yang dilakukan oleh remaja melalui hubungan
perkenalan lewat sosial media, judi lewat game online, dan masih banyak
lagi penyimpangan yang terjadi melalui akses internet.
Dalam hal ini, sosialisasi nilai-nilai keagamaan sangat diperlukan,
untuk memberi pencerahan dan nasehat kepada remaja-remaja yang
melakukan perilaku menyimpang, memberi bimbingan kepada remaja agar
tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak baik, dan mencoba meluruskan
perbuatan yang sudah mereka lakukan agar setidaknyamereka mengurangi
dan berhenti melakukan perilaku menyimpang lagi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Di kampung Donorejo sering di adakan kegiatan-kegiatan yang
berunsur keagamaan, seperti tahlilan, istighosah, khataman Al-Quran,
pengajian rutin malam jumat, ceramah tentang keagamaan, dan Maulid
Nabi. Para remaja kampung baik laki-laki maupun perempuan juga diajak
untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang di adakan
dalam kampung dan mereka mau untuk mengikutinya.
Banyak dari remaja yang ikut andil dalam kegiatan keagamaan,
seperti adzhan, saat dhuhur dan ashar biasanya tidak ada bapak-bapak
yang

bertugas

untuk

adzhan,

dan

para

remaja

laki-laki

yang

menggantikannya kemudian dilanjutkan dengan pujian sholawat nabi. Juga
saat ada acara besar yang akan diadakan dikampung, seperti Maulid Nabi,
mereka para remaja putra membantu dalam pemasangan terop, sound,
menyiapkan kursi dan penggung, sedangkan remaja putri membantu dalam
konsumsinya. Menyiapkan konsumsi bukan hal yang mudah, mulai dari
nasi, camilan/snack, minuman, rokok untuk penceramah dan lain-lain.
Mereka jika diarahkan dengan benar, remaja kampung Donorejo juga akan
menurut dan berperilaku dengan baik. Karena pada dasarnya remaja hanya
perlu dibujuk dan diajak secara halus untuk mengarahkannya ke arah yang
baik dan benar.
Dari kasus-kasus tersebut, nyatanya begitu besar peran orang tua
sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi putra-putrinya. Karena
penyimpangan-penyimpangan itu sungguh merupakan lukisan kepribadian
pendidik. Adapun anak yang terlahir dari rasa cinta antara keduanya dalam

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

keadaan yang suci, laksana kertas putih yang tak memiliki noda, dan orang
tua yang menggoreskan tintanya.Keadaan ini memang sangat memilukan
dan juga memalukan, terutama bagi orang yang mendambakan
terwujudnya nilai-nilai (norma) islam dalam kehidupan.Orang tua adalah
orang yang menjadi panutan anaknya. Setiap anak, mula-mula mengagumi
kedua orang tuanya. Semua tingkah orang tua ditiru oleh anak. Karena
itupeneladanan sangat perlu. 6
Oleh karena itu penulis tertarik (interest)untuk menelitinya dalam
sebuah bentuk karya ilmiah yang berupa skripsi dengan judul “ Sosialisasi
Nilai-nilai Keagamaan pada Remaja di Tengah Maraknya Perilaku
Menyimpang di Kampung Donorejo Kelurahan Kapasan Kecamatan
Simokerto Surabaya)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sosialisasi nilai-nilai keagamaan pada remaja ditengah
maraknya perilaku menyimpang di kampung Donorejo Kelurahan
Kapasan Kecamatan Simokerto Surabaya?
2. Apa saja hambatan yang dihadapi masyarakat dalam melakukan
sosialisasi nilai-nilai keagamaan pada remaja ditengah maraknya
perilaku menyimpang di kampung Donorejo Kelurahan Kapasan
Kecamatan Simokerto Surabaya?
C. Tujuan Penelitian

6

Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Dalam Keluarga, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1969), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

1. Untuk mengetahuicara masyarakat melakukan sosialisasi nilai-nilai
keagamaan pada anak-anak ditengah maraknya perilaku menyimpang
di Kampung Donorejo Kelurahan Kapasan Kecamatan Simokerto
Surabaya.
2. Untuk mengetahui hambatan yang didapat masyarakat ketika
melakukan sosialisasi nilai-nilai keagamaan pada anak-anak ditengah
maraknya perilaku menyimpang di Kampung Donorejo Kelurahan
Kapasan Kecamatan Simokerto Surabaya.
3. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya sosioalisasi
nilai-nilai keagamaan bagi remaja.

D. Manfaat Penelitian
1. Segi Teoritis
a. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui sosialisasi nilainilai keagamaan pada anak ditengah maraknya perilaku
menyimpang

sehingga

dapat

dijadikan

wahana

untuk

memperkaya wawasan dan pengetahuan dalam mendidik dan
cara bersosialisasi pada remaja.
b. Untuk memperkuat bahwa peranan masyarakat di dalam teori
inteksionisme simbolik berkaitan dengan penenaman nilai-nilai
keagamaan remaja.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

2. Segi Praksis
a. Bagi masyarakat, khususnya orang tua sadar dan paham akan
pentingnya penanaman nilai-nilai keagamaan anak untuk
bekalnya di masa kini dan masa depan.
b. Penelitian ini juga merupakan kesempatan bagi penulis untuk
belajar mengaplikasikan teori-teori yang telah penulis dapatkan
selama ini dibangku perkuliahan, khususnya prodi sosiologi.
c. Penelitian ini diharapkan berguna sebagai motivasi atau
dorongan bagi remaja untuk menjauhkan diri dari perilaku
menyimpang sehingga remaja menjadi warga negara yang
berkarakter religius
E. Definisi Konseptual
Penjelasan konsep yang mendasari pengambilan judul di atas
sebagai bahan penguat sekaligus spesifikasi penelitian yang akan
dilakukan.
1. Sosialisasi
Menurut Robert Lawang sosialisasi terbagi menjadi dua macam;
pertama, sosialisasi primer, yaitu proses sosialisasi yang terjadi pada
saat usia seseorang masih usia balita. Pada fase ini seorang anak
dibekali pengetahuan tentang orang orang yang berada dilingkungan
sosial anggota keluarga lainnya. Ia dibekali kempuan untuk mengenali
dirinya, terutama menyangkut setiap nama panggilannya, identitas
dirinya, yaitu membedakan antara dirinya dan orang lain. Dimasa itu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

peran orang-orang disekelilingnya sangat diperlukan, terutama untuk
membentuk karakter anak di usia selanjutnya khususnya berkaitan
dengan bimbingan tata kelakuan kepada anak, agar nantinya anak
tersebut memiliki kepribadian dan peran yang benar sehingga mampu
menempatknan dirinya di lingkungan sosial. Kedua, sosialisasi
sekunder, yaitu sosialisasi yang berlangsung setelah sosialisasi primer,
yaitu semenjak usia 4 tahun hingga selama hidupnya. Jika proses
sosialisasi primer dominasi peran keluarga sangat kuat, akan tetapi
dalam sosialisasi sekunder proses pengenalan akan tata kelakuan
adalah lingkungan sosialnya, seperti teman sepermainan, teman
sejawat, sekolah, orang lain yang lebih dewasa hingga pada proses
pengenalan adat istiadat yang berlaku di lingkungan sosialnya. Dalam
proses ini, seorang individu yang memperoleh berbagai pengalaman
dari lingkungan sosial bisa saja terdapat perbedaan bentuk atau polapola kelakuan yang ada di antara lingkungan sosial dan keluarganya.
Pada fase ini sang anak mulai melakukan identifikasi terutama tentang
pola-pola di lingkungan sosial di luar lingkungan keluarganya.7
2. Nilai-nilai keagamaan
Menurut McGuire nilai adalah daya pendorong dalam hidup, yang
memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang. Dalam diri
manusia memiliki bentuk system nilai tertentu. System nilai ini
merupakan suatu yang dianggap bermakna bagi dirinya. System ini

7

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, 167.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

dibentuk melalui proses belajar dalam sosialisasi.8 Sedangkan agama
menurut Radcliffe-Brown mendefinisikan bahwa agama dimanapun
merupakan ekspresi suatu bentuk ketergantungan pada kekuatan diluar
diri kita sendiri yakni kekuatan yag dapat kita katakan sebagai
kekuatan spiritual atau kekuatan moral.9 Agama yang dianut di
kampung Donorejo gang 4 adalah islam, Jadi dapat dikatakatan bahwa
nilai-nilai keagamaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
seeorang

dengan

mengaitkan

agama

sebagai

cara

untuk

mensosialisasikan sauatu hal yang baik dan benar kepada seseorang
agar orang tersebut tidak berlama-lama terjebak dalam hal yang tidak
pantas, dan cara sosialisasinya tergantung pada bagaimana cara
masyarakat nantinya, entah itu dengan mengadakan sebuah kegiatan,
atau cara apapun untuk mensosialisasikan nilai-nilai keagamaan pada
remaja di kampung.
3. Remaja
Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999) secara psikologis masa
remajamerupakanusia

dimana

individu

berintegrasi

dengan

masyarakat. Lazimnya masa remaja dimulai pada saat anak matang
secara seksual dan berakhir sampaiia matang secara hukum. Penelitian
tentang perubahan perilaku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa
remaja menunjukkan bahwaperilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal
masa remaja berbeda dengan pada akhir masa remaja (Hurlock, 1999),
8

Ishomudin,Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), 36.
Hamzah Tualeka, Sosiologi Agama, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2011), 45.

9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

oleh sebab itu masa remaja masih dibedakan dalam fase-fase tertentu.
Hurlock (1999), membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu
masa remaja awal dan masa remaja akhir. Awal masa remaja
berlangsung kira-kira dari usia 13–16 tahun, dan akhir masa remaja
bermula dari usia 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia yang dianggap
matang secara hukum.10
4. Perilaku menyimpang
Perilaku atau perbuatan yang tidak sejalan dengan pola-pola tingkah
laku masyarakat dimana ia berada. Biasnya perilaku menyimpang
sering merugikan masyarakat juga membikin resah kehidupan
sosial.11Dalam pokok pembahasan ini perilaku yang menyimpang
disini terjadi di sebuah kampung kecil Surabaya utara, yakni kampung
Donorejo,

diman

para

remajanya

banyak

yang

melakukan

perilakumenyimpang dalam kehidupannya, seperti miras, judi, drag
motor, narkotika, free sex, dan pencurian.
F. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan dilaporkan dalam sistematika pembahasan
sebagaiberikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan deskripsi yang menjelaskan tentang objek yang
diteliti, menjawab pertanyaan what, kegunaan penelitian serta

10

Santrock, John W, Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2002) Ed. 5, 66.
11
Defini dikutip dari M. Sitorus, Berkenalan dengan Sosiologi 1 untuk SMA kelas II,
(Jakrta: Erlangga, 2003), 80.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

alasan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, maka bab ini terdiri
dari Setting Penelitian, Focus Penelitian, Penelitian Terdahulu,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konseptual,
Kerangka Teoretik, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan,
serta Jadwal Penelitian.
BAB II : KAJIAN TEORI
Dalam bab kajian teori ini, peneliti memberikan gambaran tentang
definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, definisi
konsep ini harus digambarkan dengan jelas. Disamping itu juga
harus memperhatikan relevansi teori yang akan digunakan dalam
menganalisis masalah yang akan di pergunakan guna adanya
implementasi judul penelitian “Sosialisasi nilai-nilai keagamaan
pada remaja ditengah maraknya perilaku menyimpang “(Studi
Kasus di Kampung DonorejoKelurahan Kapasan Kecamatan
Simokerto Surabaya)”
BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang
data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder.
Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan
gambar, tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam bab ini
peneliti juga memberikan gambaran tentang data-data yang
dikemas dalam bentuk analisis deskripsi. Setelah itu akandilakukan
penganalisaan data dengan menggunakan teori yang relevan, yakni

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

terkait Sosialisasi nilai-nilai keagamaan pada remaja ditengah
maraknya perilaku menyimpang “(Studi Kasus di Kampung
Donorejo gang 4 Kelurahan Kapasan Kecamatan Simokerto,
Surabaya)”
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab penutup ini, kesimpulan dari hasil penelitian menjadi
elemen penting bab penutup. Disamping itu, adanya saran dan
rekomendasi dari hasil penelitian ada pada bab penutup ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
SOSIALISASI NILAI-NILAI KEAGAMAAN BAGI REMAJA INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER

A. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Beberapa studi yang membahas tentang sosialisasi nilai-nilai keagamaan
anak. Ada beberapa rujukan diantaranya:
1. Sosialisasi Nilai-nilai Moral Pada Anak di Kawasan Prostitusi Dolly Kelurahan
Putat Jaya Kecamatan Sawahan Surabaya.
Penelitian ini dilakukan oleh Arfian Rahmi Abdillah mahasiswa
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negri Sunan
Ampel tahun 2014. Penelitian ini dilakukan karena ketertarikan peneliti pada
anak-anak yang tinggal di kawasan Dolly, karena Dolly merupakan sebuah
tempat prostitusi, maka sangat penting bagi anak-anak yang tinggal di sekitar
kawasannya untuk mempelajari atau membentengi diri dengan ilmu
keagamaan. Hasil penelitian ini bahwa anak-anak yang tinggal dikawasan
Dolly, sangat kurang dalam hal keagamaan, dalam hal ini peran orang tua
sangat di butuhkan oleh anak-anak, agar anak tidak terjerumus terlalu jauh.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

24

25

Dari beberapa ulasan yang telah dikutip untuk memberikan gambaran
singkat mengenai penelitian di atas, yang dimana letak perbedaan dengan
penelitian yang akan peneliti kerjakan adalah mengenai fokus pembahasan
penelitian, yang mana penelitian yang dilakukan oleh Arfian memfokuskan
pada kawas dolly, yaitu tempat
prostitusi terbesar di Surabaya. Sedangkan untuk penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti sendiri lebih memfokuskan kepada sebuah kampung
kecil di kawasa Surabaya Utara dimana kampung tersebut merupakan salah
satu dari sekian banyak kampng di Surabaya yang remajanya banyak
melakukan penyimpangan. 1
2. Efektifitas Pendidikan Agama

Islam

Terhadap Pengentasan Problem

Penyimpangan Remaja (Studi Kasus SMAN 3 Sidoarjo).
Penelitian ini dilakukan oleh M. Bahruddin Yusuf mahasiswa
Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negri Surabaya tahun 2012.
Penelitian ini dilakukan karena ketertarikan peneliti terhadap penyimpanganpenyimpangan yang mulai dilakukan oleh remaja SMA di kawasan Sidoarjo,
karena masa SMA merupakan masa yang menentukan akan jadi apa ia kelak.
Dalam penelitian M. Bahruddin di fokuskan kepada pendidikan agama islam
dan problematika penyimpangan seksual, karena penyimpangan sosial bersifat
kompleks dan komprehensif yang mana tinjauannya dibatasi pada konsekuensi

1

Arfian Rahmi Abdillah, Skripsi Berjudul Sosialisasi Nilai-nilai Moral Pada Anak di
Kawasan Prostitusi, (Dolly Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan Surabaya), Universitas
Islam Negri Sunan Ampel tahun 2014.

26

dan tempat yaitu SMAN 3 Sidoarjo. Penelitian menggunakan metode
kuantitatif.
Dari beberapa ulasan yang telah dikutip untuk memberikan gambaran
singkat mengenai penelitian di atas, yang dimana letak perbedaan dengan
penelitian yang akan peneliti kerjakan adalah mengenai fokus pembahasan
penelitian, yang manapenelitian yang dilakukan oleh Bahruddin memfokuskan
kepada pendidikan agama islam pada remaja di SMAN 3 Sidoarjo. Sedangkan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lebih memfokuskan kepada
sebuah kampung kecil di kawasan Surabaya Utara dimana kampung tersebut
merupakan salah satu dari sekian banyak kampung di Surabaya yang
remajanya banyak melakukan penyimpangan. Penelitian yang akan dilakukan
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Persamaan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti Bahruddin dengan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti adalah sasaran penelitian yaitu remaja. 2
3. Model Penanaman Nilai-Nilai Moral Religius di Panti Sosial Bina Remaja
(PSBR) Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan oleh Diah Pawestri mahasiswa Pendidikan
Kewarganegaraan dan Hukum Universitas Negri Yogyakarta tahun 2012.
Penelitian ini dilakukan karena ketertarikan peneliti

terhadap model

penanaman nilai-nilai moral keagamaan pada remaja di PSBR cenderung

2

M. Bahruddin Yusuf, Skripsi Berjudul Efektifitas Pendidikan Agama Islam Terhadap
Pengentasan Problem Penyimpangan Remaja, (Studi Kasus SMAN 3 Sidoarjo), Universitas Islam
Negri Surabaya tahun 2012.

27

kurang efektif. Hal ini terlihat dari model dan metode yang disampaikan oleh
pembimbing yang masih monoton, sehingga terlihat remaja Nampak jenuh
dalam mengikuti bimbingan keagamaan dengan model dan metode penanaman
nilai-nilai moral keagamaan yang demikian.
Dalam penelitian Diah Pawestri bertujuan untuk (1) mendeskripsikan
model penanaman nilai-nilai moral religius di Panti Sosial Bina Remaja
Kabupaten Sleman DIY; dan, (2) mengetahui kontribusi penanaman nilai-nilai
moral religius di PSBR untuk membentuk remaja sebagai warga negara yang
berkarakter religius. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: pertama, model penanaman
nilai- nilai moral religius di PSBR mencakup: (a) berbagai model dan metode
yang bervariasi dalam setiap bimbingan keagamaan, seperti model pengajaran
nilai- nilai dalam bentuk collective worship, decision-making, model deduktif
dan induktif. Metode yang disampaikan juga bervariasi seperti metode
ceramah, individu, diskusi, dan keteladanan dari pembimbing, (b) mengajarkan
kepada remaja tentang pentingnya nilai-nilai moral keagamaan bagi kehidupan.
Kedua, PSBR ikut berperan penting dalam pembentukan remaja sebagai warga
negara yang mempunyai karakter religius dalam kehidupan sebagai insan yang
bertaqwa kepada Tuhan YME. Menurut informasi dari PSBR Kabupaten
Sleman DIY, pola pendidikan tersebut merupakan kegiatan atau program
pelayanan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku individu atau
kelompok dalam usaha mendewasakan remaja melalui upaya pengajaran,

28

bimbingan dan pelatihan yang dilakukan diluar sekolah formal. Dalam hal ini
PSBR memberikan kontribusi untuk: (a) mewujudkan remaja sebagai warga
negara yang berkarakter religius dengan disediakannya fasilitas tempat ibadah
untuk beribadah, mendatangkan pembimbing keagamaan dari luar PSBR, (b)
memberikan arahan yang baik kepada remaja agar mempunyai sifat religius,
berdisiplin tinggi dan mempunyai nilai-nilai karakter religius, agar remaja
menjadi warga negara yang berkarakter religius.
Dari beberapa ulasan yang telah dikutip untuk memberikan gambaran
singkat mengenai penelitian di atas, yang mana letak perbedaan

dengan

penelitian yang akan peneliti kerjakan adalah mengenai fokus pembahasan
penelitian, yang mana penelitian yang dilakukan Diah Pawestri memfokuskan
kepada model penanaman nilai-nilai religius di Yogyakarta. Sedangkan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti lebih memfokuskan kepada
sebuah kampung kecil di kawasan Surabaya Utara. Penelitian yang akan
dilakukan menggunakandeskriptif kualitatif. Persamaandari penelitian Dyah
Pawestri dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sasaran penelitian yaitu
remaja.3

3

Diah Pawestri, Skripsi Berjudul Model Penanaman Nilai-Nilai Moral Religius di Panti
Sosial Bina Remaja PSBR,(Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta), Universitas Negri
Yogyakarta tahun 2012.

29

B. Kajian Pustaka
1. Sosialisasi
a. Pengertian Sosialisasi
Menurut Robert Lawang sosialisasi terbagi menjadi dua macam;
pertama, sosialisasi primer, yaitu proses sosialisasi yang terjadi pada saat
usia seseorang masih usia balita. Pada fase ini seorang anak dibekali
pengetahuan tentang orang orang yang berada dilingkungan sosial anggota
keluarga lainnya. Ia dibekali kempuan untuk mengenali dirinya, terutama
menyangkut setiap nama panggilannya, identitas dirinya, yaitu membedakan
antara dirinya dan orang lain. Dimasa itu peran orang-orang disekelilingnya
sangat diperlukan, terutama untuk membentuk karakter anak di usia
selanjutnya khususnya berkaitan dengan bimbingan tata kelakuan kepada
anak, agar nantinya anak tersebut memiliki kepribadian dan peran yang
benar sehingga mampu menempatknan dirinya di lingkungan sosial. Kedua,
sosialisasi sekunder, yaitu sosialisasi yang berlangsung setelah sosialisasi
primer, yaitu semenjak usia 4 tahun hingga selama hidupnya. Jika proses
sosialisasi primer dominasi peran keluarga sangat kuat, akan tetapi dalam
sosialisasi sekunder proses pengenalan akan tata kelakuan adalah
lingkungan sosialnya, seperti teman sepermainan, teman sejawat, sekolah,
orang lai yang lebih dewasa hingga pada proses pengenalan adat istiadat
yang berlaku di lingkungan sosialnya.

30

Dalam proses ini, seorang individu yang memperoleh berbagai
pengalaman dari lingkungan sosial bisa saja terdapat perbedaan bentuk atau
pola-pola kelakuan yang ada di antara lingkungan sosial dan keluarganya.
Pada fase ini sang anak mulai melakukan identifikasi terutama tentang polapola di lingkungan sosial di luar lingkungan keluarganya. 4
Sosialisasi adalah suatu proses yang