Tinjauan hukum Islam dan Inpres nomor 5 tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak: studi kasus di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN INPRES NOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH TERHADAP
PENETAPAN HARGA OLEH TENGKULAK
(Studi kasus di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan)
SKRIPSI
Oleh:
Muh. Imam Bukhori
NIM. C02213045

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul ‚Tinjauan
Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan
Gabah terhadap Penetapan Harga oleh Tengkulak (Studi kasus di Desa Lebak
Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan)‛ skripsi ini ditulis untuk menjawab

pertanyaan: ‚Bagaimana penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak
Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan dan bagaimana tinjauan hukum
Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah
terhadap penetapan harga oleh tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio
Kabupaten Lamongan‛
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik
wawancara dan studi pustaka yang kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif
dalam menjabarkan data tentang implementasi penetapan harga gabah oleh
tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.
Selanjutnya data yang berhasil dihimpun dianalisis dari tinjauan hukum Islam
dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 dengan teknik kualitatif dalam pola pikir
deduktif.
Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa penetapan harga yang dilakukan
oleh tengkulak dilatarbelakangi oleh tiga faktor yakni, curah hujan, harga buatan
mitra kerja (pemasok) dan harga beras di pasar. Namun, yang paling dominan
adalah harga buatan dari pemasok yang rentan di bawah Harga Pembelian
Pemerintah (HPP).
Dari penelitian tersebut dapat di simpulkan, bahwa menurut hukum Islam,
penetapan harga oleh tengkulak di Desa Lebak Adi, dibolehkan jika tengkulak
dalam menetapkan harga gabah melihat kondisi permintaan dan penawaran beras

di pasar, kualitas gabah berdasarkan curah hujan dan kebijakan regulasi harga
pemerintah, sehingga akan menciptakan keseimbangan harga. Namun, penetapan
harga menjadi tidak dibolehkan Islam apabila melakukan permainan harga
dengan mitra kerjanya dan menetapkan harga di bawah (HPP), sehingga akan
merugikan petani dan tidak sesuai dengan konsep harga yang adil dalam Islam.
Sedangkan tinjauan penetapan harga gabah oleh tengkulak menurut INPRES
Nomor 5 Tahun 2015, yaitu penetapan harga yang di lakukan oleh tengkulak
tidak menyalahi isi dalam INPRES karena dalam pelaksana HPP di jelaskan
bahwa dilakukan oleh pihak Perum BULOG. Meskipun demikian, seharusnya
penetapan harga yang dilakukan oleh tengkulak sesuai dengan isi INPRES karena
tujuan dari kebijakan tersebut untuk melindungi pendapat petani dan membuat
harga gabah menjadi stabil.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, hendaknya Perum BULOG Lamongan
membentuk tim pengawas atau satgas pangan di setiap desa untuk meminimalisir
bentuk permainan harga oleh tengkulak. Sehingga, petani tidak di rugikan oleh
para tengkulak dengan harga pembeliannya yang rentan di bawah HPP.

vi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................

iii

PENGESAHAN .............................................................................................

iv

MOTTO .........................................................................................................


v

ABSTRAK .....................................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................

vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................

x

DAFTAR TABEL..........................................................................................

xiii

DAFTAR TRANSLITERASI .......................................................................


xiv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN ....................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah .....................................................

1

B. Identifikasi dan batasan Masalah .......................................

10

C. Rumusan Masalah ...............................................................


11

D. Kajian Pustaka ....................................................................

11

E. Tujuan Penelitian................................................................

14

F. Kegunaan Hasil Penelitian .................................................

15

G. Definisi Operasional ...........................................................

15

H. Metode Penelitian ...............................................................


16

I. Sistematika Pembahasan ....................................................

21

PENETAPAN HARGA DALAM ISLAM ...............................

23

A. Pengertian Harga ................................................................

23

B. Dasar Hukum ......................................................................

24

C. Konsep Penetapan Harga dalam Islam ...............................


26

1. Penetapan Harga Ibnu Khaldun ....................................

26

2. Penetapan Harga Abu Yusuf ........................................

26

3. Penetapan Harga Al-Ghazali ........................................

28

4. Penetapan Harga Ibnu Taimiyah ..................................

28

x


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga ..........................

30

1. Kenaikan Harga Sebenarnya ........................................

30

2. Kenaikan Harga Buatan................................................

30

3. Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok ..............................

31

4. Harga Monopoli ............................................................


31

E. Penyebab Rusaknya Harga .................................................

34

F. Peran Pemerintah dalam Penetapan Harga ........................

35

1. Regulasi Harga..............................................................

35

2. Intervensi Harga dalam Islam.......................................

37

G. Instruksi

BAB III

Presiden

tentang

Kebijakan

Pengadaan Gabah di Indonesia ...........................................

39

APLIKASI PENETAPAN HARGA GABAH .........................

44

A. Keadaan Umum Desa Lebak Adi .......................................

44

1. Letak Geografis ............................................................

44

2. Keadaan Penduduk dan Sosial Ekonomi ......................

45

3. Potensi Pertanian ..........................................................

47

B. Penetapan Harga Gabah oleh Tengkulak di
Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio.....................................

48

1. Faktor yang melatar belakangi Penetapan
Harga Gabah oleh Tengkulak .......................................

49

2. Praktek Penetapan Harga Gabah oleh
Tengkulak .....................................................................

52

3. Alasan Petani menjual Gabah ke Tengkulak................

56

4. Dampak Penetapan Harga Gabah oleh
Tengkulak .....................................................................

58

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN INPRES
NOMOR

5

TAHUN

KEBIJAKAN
TERHADAP

2015

TENTANG

PENGADAAN

GABAH

PENETAPAN HARGA OLEH

TENGKULAK ..........................................................................
A. Tinjauan

Penetapan

Harga

Gabah

61

oleh

Tengkulak ...........................................................................

61

B. Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor 5
Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan
Gabah

terhadap

Penetapan

Harga

oleh

Tengkulak ...........................................................................
1. Tinjauan

Hukum

Islam

64

terhadap

Penetapan Harga Gabah oleh Tengkulak .....................

64

2. Tinjauan INPRES Nomor 5 Tahun 2015
tentang

Kebijakan

Pengadaan

Gabah

terhadap Penetapan Harga oleh Tengkulak ..................

70

3. Tinjauan Persamaan dan Perbedaan .............................

75

PENUTUP ................................................................................

77

A. Kesimpulan .........................................................................

77

B. Saran ...................................................................................

78

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

79

BAB V

LAMPIRAN

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai sistem kehidupan, Islam memberikan warna dalam setiap
dimensi kehidupan manusia, tak terkecuali dunia ekonomi. Sistem Islam ini
berusaha mendialektikan nilai-nilai ekonomi dengan nilai akidah maupun
etika. Artinya, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia dibangun
dengan materialisme dan spiritualisme.
Kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak hanya berbasis nilai materil,
akan tetapi terdapat sandaran transedental di dalamnya, sehingga akan
bernilai ibadah. Selain itu, konsep dasar Islam dalam hal kegiatan mu‘amalah
(ekonomi) juga sangat konsen dengan nilai-nilai humanisme.1 Sehingga,
prinsip dari persoalan mu‘a| malah tersebut yaitu untuk mewujudkan
kemaslahatan bagi umat manusia dalam arti khusus kepuasan terhadap para
pihak yang bertransaksi, bila dikaitkan dengan jual beli.
Sebagai sarana untuk memenuhi hajat kebutuhannya, Allah
memerintahkan manusia untuk melakukan jual beli. Jual beli dalam istilah
Fiqh disebut dengan al-bay>‘u yang berarti menjual dan menukar sesuatu
dengan yang lain.2
Kegiatan ekonomi pun merupakan bagian penting dari sebuah negara,
salah satunya untuk melihat seberapa besar tingkat kemajuan dan
1

Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Cet. Ke-1 (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2008), xviii.
2
Abd. Hadi, Dasar-dasar Hukum Ekonomi Islam, (Surabaya: PMN & IAIN PRESS, 2002), 47.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

kesejahteraan dari suatu negara tersebut dan tidak bisa dipisahkan lagi.
Namun, dalam menjalankan roda perekonomian suatu negara tidak semudah
membalikan tangan, tentu ada beberapa hal yang menjadi suatu kendala
dalam menjaga kestabilan kegiatan ekonomi, terutama dalam kebebasan
pasar.
Dengan hal demikian, tidak dimungkinkan tejadinya suatu persaingan
yang tidak sehat diantara pelaku ekonomi sehingga akan berakibat di
rugikannya salah satu pihak termasuk berdampak ke perekonomian negara.
Karena, jika diantara pelaku ekonomi saling bersekutu, maka akan hilang
yang namanya keseimbangan harga. Oleh karena itu persaingan sempurna
sangat diperlukan dalam kegiatan ekonomi.
Konsep persaingan sempurna didasarkan atas persaingan murni
dengan tambahan dua syarat lagi, yaitu pertama, bahwa pengetahuan
pembeli dan penjual tentang keadaan pasar harus cukup sempurna; kedua,
mobilitas sumber-sumber ekonomi harus cukup sempurna pula. 3
Selain itu, peran daripada pemerintah sangat signifikan dan
diperlukan dalam menjaga kestabilan harga diantara para pelaku ekonomi,
harus ada kebijakan yang mengaturnya sehingga nantinya tidak ada lagi yang
namanya permainan maupun penetapan harga sepihak yang dilakukan oleh
pelaku ekonomi.
Dalam perekonomian di indonesia, terdapat beberapa sektor-sektor
yang menjadi andalan penduduknya untuk memenuhi kebutuhan, salah
3

Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro, Ed. Revisi, Cet. Ke-8,(Jakarta: LP3ES, 1995), 230.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

satunya yaitu sektor pertanian. Meskipun tidak dapat dikatakan sepenuhnya
bahwa sektor pertanian mampu menjadi andalan masa depan pembangunan,
karena pada dasarnya masih memiliki kelemahan-kelemahan.
Kondisi sosial budaya petani merupakan masalah utama dalam fungsi
sektor pertanian di dalam pembangunan nasional dan kemampuan sektor
tersebut untuk bersaing pada abad yang akan datang. Terutama masyarakat
pedesaan yang cuma menggantungkan hidup pada sektor pertanian, maka
petani harus berusaha memaksimalkan produktivitas dari pertanian tersebut,
namun semua itu tidak bisa dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain luas
lahan yang dimiliki, kebijakan pemerintah dalam hal pemberian intensif
kepada tani dan sebagainya.4 Terutama pada produksi gabah karena selama
ini yang menjadi kebutuhan pokok dari masyarakat Indonesia.
Terlepas dari faktor tersebut, adanya faktor lain, seperti maraknya
orang-orang yang berusaha mencari keuntungan atau biasa disebut tengkulak
di kalangan petani juga menjadi masalah yang serius bagi usaha pemerintah
untuk menjaga kestabilan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap
gabah. Meskipun dalam usaha pengendalian tersebut pemerintah sudah
membentuk suatu badan yang berfungsi menjaga kestabilan harga di
kalangan petani yaitu Badan Urusan Logistik (BULOG) di tingkat pusat,
sedangkan di tingkat provinsi ada Depot Logistik (DOLOG) serta terdapat
sub Depot Logistik (DOLOG) di tingkat kabupaten/kota.

4

Loekman Soetrisno, Pembangunan Pertanian sebuah tinjauan sosiologis, (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 2002), 3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Sebagaimana badan ini berfungsi menampung gabah dan beras di
kalangan petani dengan bekerja sama dengan KUD di daerah masing-masing.
Dengan demikian, para petani tidak akan kesulitan dalam menjual hasil
panen mereka dan dengan harga yang tidak berubah-ubah sesuai dengan
kebijakan pemerintah. Selain itu akan meminimalisir kerugian petani
terhadap perhitungan penjualan dengan biaya produksi gabah tersebut.
Sebagai komoditi penting, usaha pemerintah dalam menjaga
kestabilan harga di setiap daerah yang terkena dampak dari kenaikan harga
terhadap gabah, maka pemerintah biasanya mengadakan pasar rumah dengan
menggunakan cadangan beras pemerintah secara berkala. Hal itu sebagai
wujud dari operasi pasar yang dilakukan pemerintah. Selain itu sebagai
komoditi yang fluktuatif maka perubahan harga dari gabah ini sangat
berpengaruh terhadap keseimbangan sistem perekonomian. Terutama apabila
bahan pokok naik, maka semua akan mempengaruhi harga dari kebutuhan
lainnya. Sebagai penentu kebijakan, maka dalam hal ini pemerintah biasanya
menggunakan intervensinya untuk menanggulangi permasalah tersebut.
Terkait dengan hal tersebut, Islam memandang bahwa tanggung
jawab pemerintah bukan terbatas pada keamanan dalam negeri dan sistem
keamanan yang mempunyai kekuatan antisiatif serangan dari luar saja.
Tetapi pertanggung jawaban pemerintah ini harus merupakan bagian dari
program pencapaian masyarakat ideal yaitu adil dan makmur. Keadilan
dalam masyarakat tidak mungkin tercipta, tanpa keterlibatan pemerintah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

dalam membela yang lemah dan memberikan pertolongan kepada mereka,
juga dalam menyangkut masalah ekonomi. 5
Sedangkan upaya-upaya pemerintah tersebut masih belum bisa
menjaga kemaslahatan bagi para petani, karena dalam kondisi pada saat ini
para tengkulak cenderung menetapkan suatu harga yang sebelumnya telah
mereka perhitungkan dengan sebaik mungkin untuk mendapat keuntungan
dari para petani. Hal tersebut tentu sangat mengganggu dari kesejahteraan
masyarakat khususnya dari perekonomian petani. Himpitan ekonomi serta
biaya hidup yang semakin mahal dengan berujungnya beban yang diterima
oleh kalangan petani. Mau tidak mau petani akan tetap mengikuti dan
menjual

kepada

para

tengkulak

tersebut,

dikarenakan

kurangnya

pengetahuan dan informasi mengenai harga pasar gabah saat ini.
Daerah perdesaan yang jauh dari kota serta kurang meleknya para
petani terhadap teknologi menjadi poin penting bagi para tengkulak untuk
menjalankan mekanisme penetapan harga mereka dengan leluasa. Para petani
menyakini jikalau harga yang diberikan oleh tengkulak tersebut merupakan
harga pasar yang ada, tanpa mempetimbangkan terlebih dahulu untuk
menjualnya karena mereka lebih memilih mendapatkan uang secepatnya.
Begitupun yang terjadi di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio
Kabupaten Lamongan. Para tengkulak dalam memberikan suatu harga
terhadap hasil pertaniannya tidak sama, jadi diantara para tengkulak
mempunyai penetapan harga tersediri. Di Desa tersebut, rata-rata
5

M. Faruq an-Nababan, Sistem Ekonomi Islam, Muhadi Zainudin, (Yogyakarta: UII Press, 2002),
38.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

penduduknya bekerja sebagai petani, baik itu menggarap sawahnya sendiri
maupun menggarap sawah orang lain. Tentunya mereka tergolong dari
kalangan menengah ke bawah yang dimana untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya hanya menggantungkan dari sektor pertanian.
Mendesaknya kebutuhan lain yang harus segera dipenuhi, menjadi
faktor lain yang mendukung para petani memilih menjual dengan harga yang
ditetapkan oleh para tengkulak dengan tujuan akan segera menutupi
kebutuhan lain tersebut, antara perasaan terpaksa dan rela menjadi satu
kesatuan yang dirasakan para petani selama ini.
Penetapan harga yang dilakukan oleh tengkulak, menjadi harga yang
berlaku di desa, sehingga tinggi rendahnya suatu harga gabah tidak
sepenuhnya berdasarkan dari harga di pasar. Hal tersebut mengakibatkan
tidak stabilnya harga gabah, padahal untuk menjaga stabilitas harga gabah
pemerintah sudah mengeluarkan suatu kebijakan yang tercantum dalam
INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah/beras dan
penyaluran beras oleh pemerintah.
Harga buatan yang dibuat oleh tengkulak tidak terlepas dari harga
mitra kerjanya, itulah yang menyebabkan masing-masing tengkulak
mempunyai penetapan harga. Dalam prakteknya, harga buatan tengkulak
sering kali jauh di bawah HPP yang berlaku. Tengkulak mengesampingkan
harga minimum yang sesuai dalam HPP dan lebih mengutamakan ketetapan
harga buatan dari mitra kerjanya. Dengan demikian penetapan harga yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

dilakukan oleh tengkulak, mendorong para petani untuk menerima harga
secara khusus yaitu harga buatannya.
Maka, jika penetapan harga itu mengandung unsur-unsur kedzaliman
dan pemaksaan yang tidak benar, yaitu dengan menetapkan suatu harga yang
tidak dapat diterima atau melarang sesuatu yang oleh Allah benarkan, maka
jelas penetapan harga semacam itu hukumnya haram. 6
Islam memberikan kebebasan dalam penentuan harga, yaitu apa yang
disepakati dalam mekanisme pasar. Pasar adalah penentuan harga, artinya
pihak manapun tidak boleh mengintervensi harga

di pasar. Semua ini

tergantung pada kekuatan pemerintah dan kekuatan pasar.

7

selain itu,

kerelaan diantara kedua belah pihak sangat ditekankan dalam jual beli
menurut Islam, sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisa>‘ ayat 29:

‫ذ‬
ْ ُ ُ
ْ
ٓ‫ذ‬
ُ
ُ
ُ
ٓٓ‫ل ٓإِلٓ ٓأن ٓتك نٓ ٓت ِجٓرة‬
ِٓ ‫يٓأ ُي ا ٓٱَِي ٓ ٓءا ُ ٓا ٓلٓ ٓتأٓك ٓٓٓا ٓأ ٓوٓلك ٓبيٓ ك ٓٓب ِٱلٓبٓ ِط‬
ُ ْ ُ
‫ُ ذ ذ‬
ُ
ُ
ٓ٩ٓ‫اضٓ ّ ِ ك ٓٓولٓٓتقٓ ُت ٓٓٓآأ ٓفسك ٓٓإِنٓٓٱَّٓٓنٓٓبِك ٓٓرحِي مٓا‬
ٓ ‫ع ٓتر ل‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar.
Kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas suka sama suka
diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.8
Dari ayat tersebut, diterangkan bahwasanya dalam Islam, jual beli
harus ada prinsip suka sama suka pihak yang berakad, yang tentunya
kemaslahatan diantara kedua belah pihak sangat ditekankan, begitupula
Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, Tim Kuadran,(Bandung: Penerbit Jabal, 2007), 261.
Heri Sudarso, Konsep Ekonomi Islam;suatu pengantar, Ed. 1, Cet. Ke-3,(Yogyakarta: Ekonosia,
2004), 152.
8
Departemen Agama RI, AL-Hikmah; Alqur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010), 83.
6

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

dengan keseimbangan suatu harga dalam jual beli. Tentunya, harus ada
permintaan dan penawaran dalam suatu akad, sehingga bisa menciptakan
suatu keseimbangan harga dan tidak akan menimbulkan unsur paksaan
maupun hal-hal yang merugikan dintara para pihak. Sebagaimana juga
dengan sabda Rasulullah SAW, berikut:

َ‫الََرسَولََلََصَلَى‬
َ َ‫َفَق‬.‫اَرسَولََلََغَالََالسَعَرََفَسَعَرََلََا‬
َ َ‫َي‬:َ‫َقَالََالَاس‬:َ‫سىَبَنََمَلَكََقَال‬
َ َ‫عَ َنََأن‬
ََ‫قَ َوَإنَ ََنأََرجَوَأَنَََألَ َقىَلََ َوَليَسََأَحَد‬
َ ‫الرَاز‬
َ ََ‫اسط‬
َ ‫َإَنََلََ َ َوَالَ َمسَعَ َرَالَقَابَضََ َالَب‬:َ‫لََعََليَ ََ َوسَلَم‬
َ 9)َ‫َ(رَواََاَبَوَََ َاو‬.
َ َ‫مََ َكمَََيطَاَلَبَنََ َبظََلمَ َةَفََ َ َمََولََمَال‬
Artinya: Dari Anas, ia berkata: Orang-orang berkata, ‚Wahai
Rosulullah, harga telah naik, maka tetapkanlah harga untuk kami.‛
Lalu Rosulullah SAW bersabda, ‚ sesungguhnya Allah yang
menetapkan harga, yang mempersempit, dan yang memperluas, dan
aku berharap bertemu dengan Allah sedangkan salah seorang dari
kalian tidak menuntutku karena kezhaliman dalam darah atau harta‛.
(HR. Abu Dawud).10
Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwasanya, menetapkan suatu
harga itu dilarang. Islam memandang harga terjadi dari proses permintaan
dan penawaran dari pihak yang bertransaksi. Walaupun terdapat barang
komoditas (barang dan jasa) yang sedang naik-turun harganya, maka tetap
menjadi hak daripada pihak yang bertransaksi dengan tetap melihat keadaan
harga pasar saat itu.
Dari hadits tersebut juga bisa disimpulkan, pada saat itu terjadi
kenaikan harga, Rosulullah SAW meyakini adanya penyebab tertentu yang
sifatnya darurat. Oleh sebab itu, sesuatu yang bersifat darurat akan hilang
Ima>m Hafi>dz Abu> Dau>d Sulai>man, Suna>n Abu> Dau>d, Jilid 3, (Beirut-Lebanon: Dar al-KOTOB
al-ILMIYAH, 2009), 479.
10
Muhammad Yu>su>f Qardhawi>, Halam & Haram dalam Islam, Mu’ammal Hamidy (Surabaya:
PT. Bina Ilmu, 2003), 354.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

seiring dengan penyebab darurat itu. Rosulullah SAW juga meyakini harga
akan kembali normal dalam waktu yang tidak terlalu lama (sifat darurat).11
Akan tetapi, jika keadaan pasar itu tidak normal misalnya, ada
penimbunan oleh seoarang pedagang, dan adanya permainan harga oleh para
pedagang, maka waktu itu kepentingan umum harus didahulukan daripada
kepentingan perorangan. Dalam situasi demikian, kita boleh menetapkan
harga demi memenuhi kepentingan masyarakat dan demi menjaga dari
perbuatan kewenangan-kewenangan dan demi mengurangi keserakahan
mereka itu. Begitulah menurut ketetapan prinsip hukum.12 Oleh karena itu,
peran daripada kebijakan pemerintah disini sangat diperlukan guna menjaga
stabilitas harga dalam suatu perekonomian negara.
Dengan demikian, dalam ekonomi Islam, undang-undang mempunyai
peranan sebagai pemelihara dan penjamin pelaksana hak-hak masyarakat
yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka secara keseluruhan,
bukan sebagai alat kekuasaan untuk memperoleh kekayaan secara semenamena.13 Seperti halnya, dalam kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia melalui Instruksi Presiden (INPRES) Nomor 5 Tahun 2015
tentang kebijakan pengadaan gabah, yang mana menjelaskan kebijakan
pengadaan gabah dalam negeri dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Tujuan dari kebijakan tersebut yakni, ingin melindungi pendapatan
petani dan menstabilkan harga gabah di pasar, dalam hal ini untuk menjaga
11

Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Esklusif Ekonomi Islam, Cet. Ke-1 (Jakarta:
Kencana, 2006),161.
12
Muhammad Yusuf Qardhawi, Halam & Haram dalam Islam, Mu’ammal Hamidy.,,354.
13
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Depok: Gramata Publishing, 2010), 161.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

harga gabah dengan suatu ketetapan harga minimum. Namun, selama ini
kebijakan tersebut sering di salah gunakan dan tidak diterapkan oleh para
tengkulak padi yang ingin mencari keuntungan di tengah masyarakat,
khususnya para petani.
Berangkat dari uraian diatas, maka dari penetapan harga yang
dilakukan oleh para tengkulak apakah sudah sesuai dengan prinsip harga
dalam Islam dan kebijakan dari pemerintah khususnya Harga Pembelian
Pemerintah pada saat ini. Oleh karena itu, penulis terpanggil untuk
melakukan penelitian yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam dan INPRES
Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap
Penetapan Harga oleh Tengkulak (Studi Kasus di Desa Lebak Adi
Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan)‛.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka disini penulis akan
mengidentifikasi masalah dengan sebagai berikut:
1. Latar belakang terjadinya penetapan harga gabah oleh tengkulak
2. Penetapan harga gabah oleh tengkulak
3. Dampak penetapan harga oleh tengkulak terhadap harga gabah di pasaran,
petani dan Perum BULOG Lamongan.
4. Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak.
5. Tinjauan persamaan dan perbedaan hukum Islam dan INPRES

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Dari identifikasi masalah tersebut, maka penulis mengambil batasan
dan ruang lingkup dari penelitian ini yang akan di kaji, supaya lebih terfokus
dan terarah. Adapun pembahasan dalam skripsi ini diantaranya:
1. Penetapan harga gabah oleh tengkulak
2. Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak

C. Rumusan Masalah
Sejalan dengan batasan masalah diatas, maka dapat diambil beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi
Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015
tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh
tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini merupakan gambaran antara hubungan topik yang
akan diteliti dengan penelitian yang sejenis yang sudah pernah di kaji dan
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tidak terjadi pengulangan atau
duplikasi penelitian. Dari referensi yang penulis telusuri sebenarnya sudah
banyak yang membahas mengenai penetapan harga. Yaitu:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

1. Analisis Hukum Islam terhadap implementasi INPRES Nomor 5 Tahun
2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras (studi kasus di PERUM
BULOG Kabupaten Kendal). Skripsi yang ditulis oleh Bambang Nugroho
pada Tahun 2015, seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Wali
Songo Semarang, yang menjelaskan tentang penetapan harga gabah/beras
yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Intruksi Presiden. Dimana dalam
penentuan harga gabah/beras yang dilakukan oleh pemerintah masih
terlalu rendah dari harga pasar atau harga yang diinginkan petani. Dan
skripsi ini sendiri memfokuskan pembahasan dengan menganalisis Hukum
Islam terhadap Implementasi INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras. 14
2. Tinjauan Hukum Islam terhadap Penetapan Harga pada Pasar Oligopoli.
Skripsi yang di tulis oleh Indah Ayu Rahmawati pada Tahun 2009,
seorang mahasiswi Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Menjelaskan tentang penetapan harga yang dilakukan oleh para produsen
di pasar Oligopoli, dimana dalam penentuan harga tersebut kurang adanya
keseimbangan dan dalam penentuan harga tersebut ditetapkan oleh

Leader Market sehingga menyebabkan keadaan pasar yang tidak
sempurna, dikarenakan persaingan yang tidak sehat. Skripsi sendiri

14

Bambang Nugroho, Analisis Hukum Islam terhadap Implementasi INPRES Nomor 5 Tahun
2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras (studi kasus di PERUM BULOG Kabupaten
Kendal), (Skripsi−UIN Walisongo, Semarang, 2015).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

memfokuskan terhadap contoh kasus penetapan harga yang ditetapkan
oleh produsen dengan tinjauan hukum Islam.15
3. Penentuan Harga Gabah oleh Tengkulak Perspektif Inpres No.3 Tahun
2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah dan Hukum Islam (studi kasus
di Desa Sumbersari Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang). Skripsi
yang di tulis oleh Estu Devi Wulansari pada tahun 2014, seorang
mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Menjelaskan tentang
penentuan harga yang rendah dan jauh dari target pemerintah saat panen
raya yang dilakukan oleh tengkulak sehingga menimbulkan kerugian
dikalangan petani. Skripsi ini memfokuskan keluhan petani terhadap
penentuan

harga

gabah

yang

rendah

oleh

tengkulak

sehingga

menyebabkan ada indikasi tidak sahnya jual beli, karena ada salah satu
pihak yang dirugikan.16
Sedangkan dalam judul ‚Tinjauan Hukum Islam dan INPRES Nomor
5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap Penetapan
Harga oleh Tengkulak (Studi kasus di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio
Kabupaten Lamongan)‛, menjelaskan tentang praktek penetapan harga atau
permainan harga yang dilakukan oleh para tengkulak, sehingga dengan setiap
tengkulaknya mempunyai ketentuan harga tersendiri.

15

Indah Ayu Rahmawati, Tinjauan Hukum Islam terhadap Penetapa Harga pada Pasar Oligopoli,
(Skripsi─IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2009).
16
Estu Devi Wulansari, Penentuan Harga Gabah oleh Tengkulak Perspektif Inpres No.3 Tahun

2012 tentang Kebijakan Pengadaan gabah dan Hukum Islam (studi kasus di Desa sumbersari
Kecamatan Megaluh Kabupaten Lamongan), (Skripsi – UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang,

2014).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Penetapan harga gabah yang dilakukan oleh tengkulak di desa
tersebut mengesampingkan kualitas gabah dari setiap hasil panen para petani
dan mengutamakan harga yang ditetapkan oleh mitra kerjanya, padahal
sudah ada kebijakan dari pemerintah yang mengatur mengenai harga
gabah/beras melalui Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang tertera dalam
Pasal 1 Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 .
Penetapan

harga

yang

dilakukan

para

tengkulak

tersebut

menyebabkan ketidakstabilan harga gabah/beras dan kerugian di kalangan
para petani di Desa Lebak Adi, terjadi persaingan yang tidak sehat diantara
para tengkulak serta dampak yang diperoleh BULOG Kabupaten Lamongan.
Sehingga penulis akan memfokuskan terhadap praktek penetapan harga yang
dilakukan oleh tengkulak tersebut dengan Tinjaun Hukum Islam dan
INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tersebut.

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak
Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun
2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh
tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi penambah wawasan
bagi pembaca dalam bidang ilmu yang berkaitan dengan hukum Islam dan
INPRES Nomor 5 Tahun 2015 mengenai penetapan harga gabah.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi para
Tengkulak dalam menetapkan suatu harga sehingga bisa sesuai dengan
hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015.

G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menguraikan dan
memahami istilah terhadap judul penelitian ini, maka perlu adanya
pendefinisian

secara

operasional

sehingga

pembahasan

tidak

akan

menimbulkan perbedaan persepsi, yang diantaranya:
Hukum Islam

: yang di maksud disini yakni ketentuan-ketentuan hukum
Islam dalam menyikapi permasalahan harga, mengenai
konsep harga dalam Islam, peraturan dan ketentuan
hukum Islam yang bersumber dari al-qur’an, hadist, dan
pendapat ulama sebagai pedoman bagi kehidupan
masyarakat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

INPRES Nomor 5 Tahun 2015 : Peraturan yang dibuat untuk melaksanakan
kebijakan pengadaan gabah/beras melalui pembelian
gabah dalam negeri dengan harga pembelian pemerintah
sesuai kualitas masing-masing gabah
Gabah

: Butir-butir padi yang belum terkelupas kulitnya atau
tangkainya.

Penetapan Harga : Pembentukan suatu harga (price) umum untuk suatu
barang atau jasa oleh suatu kelompok pemasok yang
bertindak secara bersama-sama, sebagai kebalikan atas
pemasok yang menetapkan

harganya sendiri-sendiri

secara bebas.
Tengkulak

: Pedagang yang lazimnya melakukan pemborongan hasil
padi petani dan produsen kecil dengan harga murah di
Desa

Lebak

Adi

Kecamatan

Sugio

Kabupaten

Lamongan dan menjualnya dengan mahal di tempat lain.

H. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.17 Aspek-aspek yang
di gunakan dalam sub bab ‚Metode Penelitian‛ ini berkenaan dengan data
yang data yang dikumpulkan, sumber data, pengumpulan data, pengolahan
data dan analisis data sebagai berikut:.
17

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

1. Data yang dikumpulkan
Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian.
Berdasarkan rumusan yang telah diuaraikan diatas, maka data yang bisa
dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas:
a. Data gambaran umum lokasi penelitian yang terletak di Desa Lebak
Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan
b. Data mekanisme penetapan harga oleh tengkulak padi
c. Data penetapan harga pembelian pemerintah yang tercantum dalam
INPRES Nomor 5 Tahun 2015
d. Data akibat penetapan harga oleh tengkulak padi terhadap stabilitas
harga gabah di kalangan petani, tengkulak dan BULOG Lamongan
2. Sumber data penelitian
Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian.
Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data
yang diperoleh juga akan meleset dari yang diharapkan.18 Dan di dalam
sumber data penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, sumber data
primer dan sumber data sekunder:
a. Sumber data primer adalah sumber pertama dimana sebuah data
dihasilkan, dengan begitu maka dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data primer yaitu pihak yang bersangkutan dengan penetapan
harga gabah di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten
Lamongan, yaitu:
18

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013), 129.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

1) Tengkulak
2) Petani
b. Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperoleh
dari bahan kepustakaan yang memiliki informasi atau data tersebut.19
Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder yaitu dokumen dan
data-data yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya:
1) Pegawai Perum BULOG Lamongan
2) Literatur atau buku yang relevan dengan penelitian yang dilakukan
sebagai bahan acuan penelitian:
a) Abu> Dau>d Sulai>man, Suna>n Abu> Dau>d
b) Dimyaudin Djuwaini, Pengantar Fiqh Mu’a>malah
c) Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram
d) Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro
e) Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
f) Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual
g) Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer
h) INPRES Nomor 5 Tahun 2015
3. Teknik pengumpulan data
Pada setiap pembicaraan mengenai metodologi penelitian persoalan
metode pengumpulan data menjadi amat penting. Metode pengumpulan
data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan
berhasil atau tidak suatu penelitian. Kesalahan metode pengumpulan data
19

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya, 2006), 129.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

atau metode pengumpulan data tidak digunakan semestinya, berakibat
fatal terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu,
penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data:
a. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian, data tersebut dapat diamati oleh
peneliti. Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap praktek penetapan harga
gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten
Lamongan.
b. Wawancara
Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Dalam
hal ini, penulis mewawancarai tengkulak, petani, pedagang gabah/beras
di pasar sugio dan pegawai Perum BULOG Lamongan.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan melihat atau
mencatat

suatu

laporan

yang

sudah

tersedia.

Yakni

proses

penyampaian data yang dilakukan melalui data tertulis yang memuat
garis besar data yang akan dicari dan berkaitan dengan judul

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

penelitian.20 Pada metode ini, penulis akan mengumpulkan data-data
yang didukung dari data sekunder yang berkaitan dengan penetapan
harga gabah di Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten
Lamongan.
4. Teknik pengolahan data
a. Organizing, menyusun dan mensistematika data-data mengenai
penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi Kecamatan
Sugio Kabupaten Lamongan.
b. Editing, memeriksa kembali data yang sudah dihimpun peneliti dari
lapangan. Meliputi, kelengkapan sumber informasi, kesesuaian dan
keselarasan antara data satu dengan yang lainnya, relevansi serta
keseragaman data mengenai penetapan harga gabah oleh tengkulak di
Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.
c. Analizing, tahapan analisis terhadap data dari penetapan harga gabah
oleh tengkulak, sehingga mendapatkan suatu perumusan atau
kesimpulan tertentu.
5. Teknik analisis data
Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan analisis deskriptif, yaitu
penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menemukan informasi
sebanyak-banyaknya dari suatu fenomena.21 Metode deskriptif yang
digunakan ialah dengan teknik induktif, yaitu dengan mengambil sumber

20

Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Terasa, 2011), 94.
Hari Wijaya, M. Jaelani, Teknik Penulisan Skripsi dan Tesis, (Yogyakarta: Hangar Creator,
2008), 29.
21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

data tentang penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi
dan selanjutnya akan memaparkan mengenai tinjauan hukumnya, yang
dalam hal ini buku kepustakaan kaitannya dengan pembahasan agar bisa
diambil kesimpulannya.

I.

Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini ada sistematika pembahasan yang sesuai
dengan teknis penulisan skripsi, yang sistematikanya terbagi dalam lima bab
untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian supaya menjadi sistematis
dan kronologis sesuai dengan alur berpikir ilmiah. Adapun sistematika dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab pertama, berisi Pendahuluan. Dalam bab ini menguraikan
tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan .
Bab kedua, berisikan tentang landasan teoritik yang berkaitan dengan
konsep harga dalam Islam diantaranya, pengertian harga, dasar hukum,
konsep penetapan harga dalam Islam, faktor yang mempengaruhi harga,
penyebab rusaknya harga, peranan pemerintah dalam penetapan harga dan
peraturan pemerintah tentang kebijakan pengadaan gabah di indonesia sesuai
dengan INPRES Nomor 5 Tahun 2015.
Bab ketiga, penetapan harga gabah oleh tengkulak di Desa Lebak Adi
Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan. Pada bab ini, penulis memaparkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

materi pokok yang menjadi sorotan dalam pembahasan skripsi ini, yaitu
keadaan umum Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan,
penetapan harga gabah yang dilakukan oleh para tengkulak, meliputi latar
belakang para tengkulak menetapkan harga dan petani menjual ke tengkulak
serta dampak dari penetapan harga oleh tengkulak dalam perekonomian para
petani dan terhadap BULOG Kabupaten Lamongan.
Bab keempat, berisikan tentang uraian penetapan harga gabah oleh
tengkulak, tinjauan hukum Islam dan INPRES Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Kebijakan Pengadaan Gabah terhadap penetapan harga oleh tengkulak di
Desa Lebak Adi Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan serta tinjauan
Persamaan dan Perbedaan. Bab ini merupakan inti dari pembahasan skripsi
ini.
Bab kelima, memuat penutup yang berisikan kesimpulan penulisan
yang berfungsi sebagai penegasan jawaban terhadap pokok permasalahan
yang telah dikemukakan. Selain itu, berisi mengenai saran-saran, baik
bersifat teoritik, ilmiah maupun praktis.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
PENETAPAN HARGA DALAM ISLAM

A. Pengertian Harga
Harga menurut Ridwan Iskandar Sudayat adalah tingkat pertukaran
barang dengan barang lain. Harga menurut Murti dan John menyatakan
bahwa harga merupakan satu-satunya komponen yang menghasilkan
pendapatan, sedangkan unsur lainnya adalah marketing mix menunjukkan
biayanya. Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk
mendapatkan produk tersebut.22
Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap
perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan satusatunya unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah
dengan cepat. Berbeda halnya dengan karakteristik produk atau komitmen
terhadap saluran distribusi. Kedua hal terakhir tidak dapat diubah
/disesuaikan dengan mudah dan cepat, karena biasanya menyangkut
keputusan jangka panjang.23
Harga dalam fiqh Islam dikenal dua istilah berbeda mengenai harga
suatu barang, yaitu as-saman dan as-si‘r. As-saman adalah patokan harga
suatu barang, sedangkan as-si‘r adalah harga yang berlaku secara aktual di
dalam pasar. Ulama fiqh membagi as-si‘r menjadi dua macam. Pertama,

22

Siti Nur Fatoni, Pengantar Ilmu Ekonomi (Dilengkapi dasar-dasar ekonomi Islam),Cet. Ke-1,
(Bandung: Pustaka Setia, 2014), 62.
23
Fandi Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 1997), 151.

23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan pemerintah. Dalam
hal ini, pedagang bebas menjual barang dengan harga yang wajar, dengan
mempertimbangkan keuntungannya.
Pemerintah, dalam harga yang berlaku secara alami, tidak boleh
campur tangan, karena campur tangan pemerintah dalam kasus ini dapat
membatasi kebebasan dan merugikan hak para pedagang ataupun produsen.
Kedua, harga suatu komoditas yang ditetapkan pemerintah setelah
mempertimbangkan modal dan keuntungan wajar bagi pedagang maupun
produsen serta melihat keadaan ekonomi yang riil dan daya beli masyarakat.
Penetapan harga pemerintah ini disebut dengan at-tas‘ir al-jabbari>.24

B. Dasar Hukum
Semua ibadah pada dasarnya akan menjadi haram jika tidak ada dalil
yang memerintahkannya, begitupun juga termasuk dalam bermuamalah atau
bertransaksi hukumnya halal kecuali ada dalil yang melarangnya, seperti
halnya dalil yang berkaitan dengan muamalah berikut sebagaimana firman
Allah swt dalam surat an-Nisa>‘ ayat 29:

‫ذ‬
ْ ُ ُ
ْ
ٓ‫ذ‬
ُ
ُ
ُ
ٓٓ‫ل ٓإِلٓ ٓأن ٓتك نٓ ٓت ِجٓرة‬
ِٓ ‫يٓأ ُي ا ٓٱَِي ٓ ٓءا ُ ٓا ٓلٓ ٓتأٓك ٓٓٓا ٓأ ٓوٓلك ٓبيٓ ك ٓٓب ِٱلٓبٓ ِط‬
ُ ْ ُ
‫ُ ذ ذ‬
ُ
ُ
ٓ٩ٓ‫َّٓنٓٓبِك ٓٓرحِي مٓا‬
ٓ ‫اضٓ ّ ِ ك ٓٓولٓٓتقٓ ُت ٓٓٓآأ فسك ٓٓإِنٓٓٱ‬
ٓ ‫ع ٓتر ل‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar.
Kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas suka sama suka
24

Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer), (Jakarta: Gema
Insani, 2003), 90.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.25

dirimu.

Ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa ketentuan penetapan harga
ini tidak dijumpai di dalam al-Qur‘a>n. Adapun dalam hadits Rasulullah saw,
dijumpai beberapa riwayat yang menurut logikanya dapat diinduksikan
bahwa penetapan harga itu dibolehkan dalam kondisi tertentu. Faktor
dominan yang menjadi landasan hukum at-tas‘ir al-jabbari, menurut
kesepakatan

para

ulama

fiqh

adalah

al-maslahah

al-mursalah

(kemaslahatan).26

َ‫َفَقَالَََرسَولََلََصَلَى‬.‫اَرسَولََلََغَالََالسَعَرََفَسَعَرََلََا‬
َ َ‫َي‬:َ‫َقَالََالَاس‬:َ‫عَ َنََأنَسَىَبَنََمَلَكََقَال‬
ََ‫قَ َوَإنَ ََنأََرجَوَأَنَََألَ َقىَلََ َوَليَسََأَحَد‬
َ ‫الرَاز‬
َ ََ‫اسط‬
َ ‫َإَنََلََ َ َوَالَمَسَعَ َرَالَقَابَضََ َالَب‬:َ‫لََعََليَ ََ َوسَلَم‬
27
)َ‫َ(رَواََاَبَوَََ َاو‬.
َ َ‫مََ َكمَََيطَاَلَبَنََ َبظََلمَ َةَفََََ َمََولََمَال‬
Artinya: Dari Anas bin Malik, ia berkata: Orang-orang berkata,
‚Wahai Rosulullah, harga telah naik, maka tetapkanlah harga untuk
kami.‛ Lalu Rosulullah SAW bersabda, ‚ sesungguhnya Allah yang
menetapkan harga, yang mempersempit, dan yang memperluas, dan
aku berharap bertemu dengan Allah sedangkan salah seorang dari
kalian tidak menuntutku karena kezhaliman dalam darah atau harta‛.
(HR. Abu Dawud).28
Ulama fiqih menyatakan bahwa kenaikan harga yang terjadi di zaman
Rasulullah saw tersebut bukanlah karena tindakan sewenang-wenang dari
para pedagang, tetapi karena memang komoditas yang ada terbatas. Sesuai
dengan hukum ekonomi apabila stok terbatas, maka wajar barang tersebut

25

Departemen Agama RI, AL-Hikmah; Alqur’an dan Terjemahnya..., 83.
Setiawan Budi Utomo, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer)..., 91.
27
Imam Hafidz Abu Daud Sulaiman, Sunan Abu Daud..., 479.
28
Muhammad Yusuf Qardhawi, Halam & Haram dalam Islam..., 354.
26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

naik. Oleh sebab itu, dalam keadaan demikian Rasulullah saw tidak mau
campur tangan membatasi harga komoditas tersebut.29

C. Konsep Penetapan Harga dalam Islam
1. Penetapan Harga Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun membagi jenis barang menjadi dua jenis, yaitu barang
kebutuhan pokok