STUDI KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGANGKATAN ANAK : STUDI KASUS DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN.

STUDI KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
TERHADAP PENGANGKATAN ANAK (STUDI KASUS DI DESA
BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN)

SKRIPSI
Oleh :
Prafangasta Mawaddah Deriani
C31212120

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga
SURABAYA
2016

STUDI KOMPARASI HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
TERHADAP PENGANGKATAN ANAK (STUDI KASUS DI DESA
BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN)

SKRIPSI
Diajukan Kepada

Universitas Negeri Sunan Ampel
Unruk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Syariah dan Hukum

Oleh
Prafangasta Mawaddah Deriani
NIM. C31212120

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga
SURABAYA
2016

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan untuk menjawab rumusan
masalah yaitu bagaimana praktek Pengangkatan Anak berdasarkan kasus yang
penulis angkat di desa Bluri kecamatan Solokuro kabupaten Lamongan, bagaimana
analisis kasus pengangakatan anak terhadap bapak kasun yang dilakukan di desa

Bluri jika ditinjau dari segi hukum Positif dan hukum Islam serta bagaimana
persamaan dan perbedaannya berdasarkan hukum positif dan hukum Islam.
Data penelitian dihimpun melalui wawancara yang dilakukan kepada
masyarakat desa Bluri sendiri, Orang tua kandung serta orang tua angkat serta
saudara kandung dalam pengangkatan anak serta para perangkat desa, yang
kemudian dianalisis menggunakan metode deduktif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelaksanaan Pengangkatan Anak
(Mupu Anak) di desa Bluri dilakukan dengan 3 proses, yang pertama yaitu
kesepakatan antara orang tua kandung dan calon orang tua angkat, proses
selanjutnya adalah kedua orang tua dalam hal ini yaitu calon orang tua dan orang tua
kandung datang untuk mengurus akta kelahiran yang selanjutnya pada akta tersebut
menjelaskan bahwa nasab anak beralih kepada orang tua angkat, dan proses yang
terakhir adalah serah terima anak angkat. Berdasarkan analisis hukum positif dan
hukum Islam pengangkatan anak di desa Bluri merupakan pengangkatan anak yang
diperbolehkan sebab memiliki tujuan untuk kesejahteraan anak serta saling tolong
menolong. Akan tetapi terdapat akibat hukum yang dilarang oleh Islam dan hukum
Positif dalam hal ini PP no 54 tahun 2007 yaitu nasab anak mengikuti nasab orang
tua angkatnya. Islam menjelaskan bahwa pengangkatan anak yang demikian tidak
diperbolehkan.
Sesuai dengan kesimpulan di atas, maka kepada masyarakat disarankan

untuk memperhatikan atau mempertimbangkan suatu tradisi yang keluar dari
ketentuan hukum Islam dan ketentuan perundang-undangan. Seharusnya pemerintah
berupaya agar hukum Islam, hukum positif dan adat yang berkembang dalam
masyarakat diberlakukan secara beriringan dan menjadi suatu sumber hukum yang
dapat dijadikan landasan masyarakat tanpa adanya pertentangan atau hukum yang
berlainan dalam suatu masyarakat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii
PENGESAHAN .......................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TRANSLITERASI .................................................................... xi
BAB I


PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ........................................ 10
C. Rumusan Masalah................................................................ 11
D. Kajian Pustaka ..................................................................... 12
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 14
F. Kegunaan Penelitian ............................................................ 15
G. Definisi Operasional ............................................................ 15
H. Metode Penelitian ................................................................ 17
I. Sistematika Pembahasan...................................................... 22

BAB II

PENGANGKATAN ANAK DALAM HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM ..................................................................... 24
A. Pengangkatan Anak Berdasarkan Hukum Positif ................ 24
1. Prosedur Pengangkatan Anak ........................................ 35
2. Administrasi Pengangkatan Anak ................................. 36


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Akibat Hukum Pengangkatan Anak .............................. 37
B. Pengangkatan Anak Berdasarkan Hukum Islam ................. 39
1. Pengertian Pengangkatan Anak .................................... 39
2. Syarat Pengangkatan Anak ........................................... 41
3. Akibat Hukum Pengangkatan Anak .............................. 42
BAB III

PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK
TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA
BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN
LAMONGAN ............................................................................. 51
A. Sekilas Tentang Pengangkatan Anak yang dilakukan terhadap
bapak kasun ......................................................................... 51
B. Prosedur Pengangkatan Anak ............................................. 52
C. Admistrasi Pengangkatan Anak........................................... 53
D. Akibat Hukum Pengangakatan Anak .................................. 54

BAB IV


ANALISIS HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
TERHADAP PENGANGKATAN ANAK YANG TERJADI
DI DESA BLURI ...................................................................... 64
A. Analisis Praktek Pengangkatan Anak Terhadap Bapak
Kasun yang dilakukan di Desa Bluri ................................... 64
B. Analisis Persamaan dan Perbedaan Pengangkatan Anak
Terhadap Bapak Kasun ....................................................... 71

BAB V

PENUTUP ................................................................................ 77
A. Kesimpulan .......................................................................... 77
B. Saran .................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia di dunia ini diciptakan oleh Allah SWT secara berpasangpasangan laki-laki dan perempuan. Keduanya pula dikaruniai rasa saling
mengasihi dan mencintai serta hasrat (syahwat) kepada satu sama lain,
sehingga ketika mereka telah dewasa mereka memiliki rasa ketertarikan
kepada lawan jenisnya. Dalam hal ini Islam mengatur sedemikian rupa untuk
memenuhi fitrah manusia yang mempunyai tujuan membina rumah tangga
serta meneruskan keturunan dengan cara perkawinan, karena dengan
perkawinan hubungan antara laki-laki dengan perempuan dapat terikat secara
agama.
Perkawinan berasal dari kata ‚kawin‛ yang menurut bahasa artinya
membentuk keluarga dengan lawan jenis.1 Sedangkan definisi perkawinan
dalam pasal 1 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 Perkawinan ialah ikatan lahir
batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.2Sedangkan pengertian perkawinan
dalam Kompilasi Hukum Islam ialah akad yang sangat kuat atau mithāqan


1

Abd. Rahman Ghazaly,Fiqih Munakahat, Cet.1 (Jakarta: Prenada Media, 2003), 7.
Undang-undang Pokok Perkawinan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), 1-2.

2

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

ghalīdzan untuk menaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya
merupakan ibadah.3
Perkawinan akan dianggap sah bila telah melakukan akad nikah
yaitu berupa ijāb dan qabūl. Para Ulama’ Madzhab sepakat berpendapat
bahwa perkawinan baru dianggap sah jika dilakukan dengan akad, yang
mencakup ijāb dan qabūl antara perempuan yang dilamar dengan laki-laki
yang melamarnya, atau antara pihak yang menggantikannya seperti wakil dan
wali, dan dianggap tidak sah hanya semata-mata berdasarkan suka sama suka

tanpa adanya akad.4 Perkawinan merupakan suatu cara yang dipilihkan oleh
Allah SWT sebagai jalan bagi manusia untuk berkembang biak meneruskan
keturunannya dan kelestarian kehidupannya, setelah masing-masing pasangan
siap melakukan peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan
perkawinan.
Perkawinan juga dianggap sah menurut peraturan perundangundangan yang berlaku menjadikan pasangan suami istri memperoleh
kepastian dan perlindungan hukum sebagai warga negara bila terjadi kasuskasus hukum di kemudian hari. Anak-anak memperoleh kejelasan status siapa
ayah dan ibu mereka dihadapan hukum.5
Allah SWT tidak mau menjadikan manusia seperti makhluk
lainnya yang bisa hidup bebas mengikuti keinginan serta nalurinya yang
3

Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Nuansa Aulia, 2002), 2.
Muhammad Jawad Almughniyah. Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-Khamsah.Diterjemahkan
Masykur A.B. dkk. Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali . Cet.1 (Jakarta:
Lentera, 1996) 309.
5
Fuaduddin TM. Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam,(Jakarta : Lembaga Kajian Agama dan
Jender, 1999) 5.
4


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

berhubungan dengan lawan jenisnya secara tidak baik yang tidak mempunyai
aturan.Demi menjaga martabat dan kemuliaan manusia Allah SWT
menciptakan hukum yang sesuai dengan martabatnya.Sehingga hubungan
antar laki-laki dan perempuan diatur sedemikian rupa agar kemuliaan
manusia tetap terjaga melalui hubungan perkawinan yang telah dianjurkan
oleh Allah SWT.
Unsur pokok yang terdapat di dalam perkawinan adalah calon
mempelai laki-laki dan calon mempelai perempuan, wali dari mempelai
perempuan yang akan mengakadkan perkawinan dan dua orang saksi, ijāb
yang dilakukan oleh wali, dan qabūl yang dilakukan oleh mempelai laki-laki
serta mahar.6
Perkawinan dalam Islam bukan semata-mata hubungan atau
kontrak keperdataan saja, akan tetapi mempunyai nilai ibadah, hukum serta
sosial.7 Perkawinan juga mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga yang


sakinah mawaddah wa rahmāh. Selain itu perkawinan dimaksudkan untuk
mendapatkan keturunan.
Sudah menjadi fitrah sepasang suami istri yang telah hidup
bersama berkeinginan untuk melahirkan dan memiliki keturunan (anak), akan
tetapi terkadang keinginan tersebut terbentur pada takdir sang pencipta
dimana keinginan mempunyai anak belum terpenuhi atau bahkan tidak dapat
terpenuhi. Untuk dapat memiliki keturuanan tentunya banyak pasangan yang

6
7

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), 61.
Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam, cet.3 (Jakarta: UI Press, 1998), 83.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

telah berikhtiyar baik melalui jalur medis maupun non-medis (tradisional)
yang tentunya memerlukan waktu, kesabaran dan biaya yang tidak sedikit.
Bagi pasangan suami istri yang berhasil mereka akan merasa
bahagia, namun bagi mereka yang belum berhasil tentunya banyak pula usaha
yang mereka tempuh untuk dapat memiliki keturunan, baik itu dengan cara
bercerai kemudian melakukan perkawinan lagi dengan orang lain, melakukan
poligami yaitu tidak menceraikan si istri namun melakukan perkawinan
dengan perempuan lain, melakukan bayi tabung, melakukan inseminasi atau
upaya medis lainnya, atau bahkan dengan upaya mengajukan permohonan
pengangkatan anak kepada pengadilan.
Pengangkatan anak sendiri bukanlah hal yang baru di Indonesia.
Sejak dulu pengangkatan anak telah dilakukan dengan berbagai tujuan yang
berbeda diantaranya untuk memiliki keturunan dan sebagai pancingan untuk
mendapatkan dan melahirkan keturunan. Di Indonesia sendiri pengangkatan
anak telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan menjadi bagian dari
sistem hukum kekeluargaan, sebab menyangkut kepentingan orang perorang
dalam keluarga.
Pengangkatan anak atau yang lebih dikenal dengan istilah adopsi
memiliki tujuan untuk melanjutkan keturunan, suatu fenomena baru dalam
kehidupan masyarakat modern khususnya bagi orang-orang yang tidak
memiliki keturunan atau bagi perempuan yang sedang mengejar karir
sehingga terlambat melangsungkan perkawinan. Orang yang mengangkat
anak tidak terbatas hanya orang-orang yang telah melakukan perkawinan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

atau yang telah berkeluarga saja akan tetapi orang yang belum kawin pun ada
pula yang melakukan pengangkatan anak.
Apabila ada suatu keluarga, suku ataupun kerabat yang khawatir
menghadapi kenyataan tidak mempunyai anak, maka berbagai usaha
dilakukan untuk menghindari hal tersebut salah satu usaha yang mereka
lakukan adalah dengan mengangkat anak8. Pengangkatan anak (adopsi)
merupakan suatu hal yang dapat dibenarkan dan merupakan suatu jalan
keluar yang positif dan manusiawi terhadap keinginan untuk mendapatkan
kehadiran seorang anak dalam suatu keluarga yang selama bertahun-tahun
tidak memiliki buah hati.
Seringkali pelaksaan pengangkatan anak pada masyarakat lebih
mengutamakan dengan mengangkat anak saudara dekat ataupun keponakan,
akan tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi anak-anak yang bukan berasal
dari kerabat. Adapun pelaksanaan pengangkatan anak biasanya dilakukan
upacara yang dihadiri penghulu, tokoh adat setempat serta disahkan oleh
anggota keluarga yang mengangkatnya dengan tujuan agar status dan
kedudukan anak yang diangkat menjadi terang dan jelas. Biasanya di
lingkungan kerabat yang mengangkatnya, banyak dijumpai di daerah-daerah
antara lain: Jawa Timur, Bali, Minahasa, Palembang dan Batak.9

8

Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan dari Tiga Sistem Hukum,(Jakarta : Sinar Grafika, 1995)
1.
9
Rosmi Hamdan, Tinjauan Yuridis Tentang Status Anak Angkat, Kamus Jurnal Ilmu Hukum, Edisi
Agustus No 26 Thn X, (Darussalam – Banda Aceh: Fakultas Hukum Unsyiah Press, 2000) 891892.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Pada dasarnya Islam melarang bentuk pengangkatan anak (al-

tabanni) yang telah dikenal sejak zaman jahiliyah, yaitu mengangkat anak
orang lain seperti anak sendiri, sehingga ia dinisbatkan kepada ayah
angkatnya, diakui sebagai anak kandung dan mendapatkan hak serta warisan
seperti layaknya anak sendiri. Sebaliknya Islam membolehkan dalam
mengangkat anak asuh (Ihtidhan / foster children) yang berasal dari kerabat
atau kalangan kurang mampu untuk dididik dan diasuh secara baik, tanpa
menasabkan anak kepada orang tua asuhnya, serta tidak dianggap sama
statusnya dengan anak kandung dalam segi perwalian, perwarisan dan
hubungan mahram.10 Seperti yang terdapat dalam surat al-Ahzab 4-5.

ِ
ِ ْ َ‫اج َعل ه لِر ُج ٍل ِّم ْن قَ ْلب‬
‫اج َع َل أ َْزَو َج ُك ُم الّئِ ْي تُظ ِه ُرْو َن ِمْن ُه َن اَُمهتِ ُك ْم‬
َ ‫ْ ِِ َجوفه َوَم‬
َ ُ َ َ ‫َم‬
۴ ‫اَْ َق َوُ َويَ ْه ِدى ال َسبِْي َل‬
ْ ‫اج َع َل أ َْد ِعياءَ ُك ْم أَبْنَاءَ ُك ْم ذلِ ُكم قَ ْولُ ُكم َِفوِ ُكم َوهُ يَ ُق ْو ُل‬
َ ‫َوَم‬
ِ ِ ِ ِ
ِ
َ ِ ِ ِ ُ ‫اُْدعُوُ م ِل َبِِ ِهم ُ واَقس‬
‫يس‬
َ َ
َ َ‫ُ عْن َده فَا ْن ّْ تَ ْعلَ ُُواا َبءَ ُ ْم فَا ْخ َوانُ ُك ْم ِ ال ّديْن َوَم َوالْي ُكم َول‬
ِ ‫علَي ُكم جن‬
ِ
۵ ‫ت قُلُ ْوبُ ُكم َوكاَ َن هُ َغ ُف ْوًرا َرِحْي َُا‬
ْ ‫اح فْي َُااَ ْخطَأْ ُُ بِه َولك ْن َما تَ َع َُ َد‬
ٌ َُ ْ َ
‚Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam
rongganya; dan tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai
ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak
kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu
saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan
(yang benar).Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai)
nama bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudarasaudaramu seagama dan maula-maulamu dan tidak ada dosa atasmu terhadap
apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja
oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.‛. 11
10

http://hikmah-alkisah-islam.blospot.com/2014/10/aurat-wanita-terhadap-saudaraangkat.html?m=1 , diakses pada, 4-11-2015.
11
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Depok: Management Cahaya Qur’an) 33

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Dalam kompilasi hukum Islam (KHI) pasal 171 huruf h, anak
angkat adalah anak yang dalam pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari,
biaya pendidikan dan sebagianya beralih tanggung jawabnya dari orang tua
asal

kepada

orang

Pengadilan.12Sedangkan

tua

angkatnya

pengangkatan

anak

berdasarkan

putusan

berdasarkan

peraturan

pemerintahan no 57 tahun 2007 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa
pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang
anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain
yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak
tersebut kedalam lingkungan keluarga orang tua angkat.
Majelis ulama Indonesia (MUI) memfatwakan pengangkatan anak
(adopsi) pada rapat kerja nasional MUI yang berlangsung pada bulan maret
tahun 1984. Pada salah satu butir pertimbangannya, MUI memandang bahwa
Islam mengakui keturunan (nasab) yang sah, yaitu anak yang lahir dari
perkawinan. MUI mengingatkan bahwa ketika mengangkat anak jangan
sampai si anak terputus hubungan keturunan (nasab) kepada ayah
kandungnya, sebab jika sampai terputus hubungan keturunan (nasab)
tentunya hal tersebut bertentangan dengan Islam.13

12

Kitab Undang-undang hukum perdata yang dilengkapi dengan kompilasi hukum Islam (gema
press) 462.
13
Anugerah Wulandari,‛Keputusan Fatwa MUI tentang Adopsi Anak‛, dalam
http://anugerah.hendra.or/id/pasca
-nikah/3-anak-anak/keputusan-fatwa-mui-tentang-adopsipengangkatan-anak/, diakses pada, 04-11-2015.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Pengangkatan anak dalam Islam memiliki tujuan agar anak
mendapatkan kesejahteraan. Dalam Islam konsep yang demikian dikenal
dengan istilah maslahah mursalah. Secara bahasa, kata maslahah berasal dari
Bahasa Arab yang berarti mendatangkan kebaikan atau yang membawa
kemanfaatan dan menolak kerusakan.14 Menurut bahasa aslinya kata

maslahah berasal dari kata salahu, yasluhu, salhan, ‫صلح‬, ‫صلح‬
‫ي‬, ‫ صلح‬artinya
sesuatu yang baik, patut, dan bermanfaat.15 Sedang kata mursalah artinya
terlepas bebas, tidak terikat dengan dalil agama (al-Qur’an dan al-Hadits)
yang membolehkan atau yang melarangnya.16 Dari pengertian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa maslahah mursalah yaitu suatu hukum yang
memiliki tujuan untuk mendapatkan kebaikan, kemanfaatan, dan menolak
kerusakan tanpa terikat dengan dalil al-Qur’an dan al-Hadits.
Hal tersebut selaras dengan maqasid al syariah, yakni untuk
memelihara lima rukun kehidupan manusia yakni agama, akal, keturunan,
harta, dan jiwa. Lima dasar tersebut yang menjadi patokan untuk mengatakan
sesuatu itu maslahah atau tidak. Dengan ditetapkanya lima dasar
kemaslahatan ini tidak semua yang di anggap maslahah oleh seorang itu
menjadi ketentuan dalam menetapakan hukum.17
Pengangkatan anak merupakan perbuatan sosial yang sangat mulia,
Islam mengajarkan untuk memelihara dan melindungi anak yatim, miskin dan
14

Munawar Kholil, Kembali Kepada al-Quran dan as-Sunnah, (Semarang: Bulan Bintang, 1955)
43.
15
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah dan
Penafsir al-Qur’an, 1973) 219.
16
Munawar Kholil, Kembali Kepada al-Quran…,45.
17
Abd. Rahman Ghazaly,Fiqih Munakahat…,9.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

terlantar. Dengan catatan bahwa si anak tidak putus hubungan dengan orang
tua kandungnya (nasab).
Bermula dari nasab yang sah secara negara dan agama penulis
tertarik untuk meneliti sebuah fenomena yang telah lama berkembang pada
masyarakat desa Bluri kecamatan Solokuro kabupaten Lamongan mengenai
anak angkat. Suatu adat pengangkatan anak dari keluarga yang tidak
memiliki keturunan (anak) mengkangkat anak dari kerabat dekatnya yang
memiliki anak sebanyak 7 orang. Maksud pengangkatan anak disini bahwa
keluarga yang mengangkat anak ingin memiliki keturunan dan agar si anak
mendapatkan

kesejahteraan

dan

kemaslahatan.

Namun

hal

yang

bertentangan adalah pada pengangkatan anaknya tidak disahkan melalui
Negara akan tetapi hanya dengan kesepakatan kedua belah keluarga yang
bersangkutan. jika hal tersebut ditinjau dari segi hukum Islam maka hal
tersebut di perbolehkan sebab dalam pengangkatan anak menurut hukum
Islam tidak terdapat tata cara hanya mengedepankan kemaslahatan, namun
apabila ditinjau dari peraturan pemerintah no 54 pasal 8 ayat 2 tahun 2007
disebutkan bahwa pengangkatan anak yang dilakukan berdasarkan peraturan
tidak tertulis (adat) dapat disahkan berdasarkan ketentuan perundangundangan yang berlaku, diantaranya dengan menyertakan surat dari pejabat
dinas sosial dimana orang tua angkat tinggal, hal ini tentunya bertujuan agar
si anak mendapat kesejahteraan. Selain itu berdasarkan akta anak angkat
tersebut tertera bahwa ayah dari anak tersebut bukanlah ayah bilogisnya
(ayah kandung) melainkan ayah yang mengadopsinya. Jika di tinjau dari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

hukum Islam tentunya hal ini diharamkan, sebab pengangkatan anak hanya
bertujuan untuk mensejahterakan anak tanpa mengubah nasab sang anak.
Sedangkan berdasarkan staadsblad no 129 pasal 12 tahun1917 hal tersebut
dibenarkan sebab ketika seorang anak diangkat oleh orang tua angkat maka
hubungan nasab si anak angkat beralih kepada orang tua angkat bukan lagi
kepada orang tua kandung, demikian pula dengan hubungan persaudaraan,
secara otomatis hubungan saudara pula terputus dengan si anak angkat.
Berangkat dari kasus tersebut penulis tertarik untuk membahas
lebih lanjut terhadap kasus diatas dalam judul Studi Komparasi Hukum
Positif dan Hukum Islam Terhadap Studi Kasus Pengangkatan Anak di desa
Bluri Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan penelitian ini bermaksud
agar penulis maupun pembaca dapat lebih memahami tentang pengangkatan
anak yang terjadi di desa Bluri berdasarkan sudut pandang hukum Positif dan
hukum Islam, beserta persamaan dan perbedaan yang menyamakan dan
membedakan sudut pandang pengangkatan anak di desa Bluri.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di
atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai beikut:
a. Proses atau prosedur dalam pengangkatan anak yang dilakukan bapak
Tarsal dalam mengangkat bapak Kasun sebagai anak angkat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

b. Analisis hukum positif terhadap pengangkatan anak dalam kasus yang
terjadi di Desa Bluri Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan
c. Analisis hukum Islam terhadap pengangkatan anak
d. Perbedaan dan persamaan antara hukum Positif dan hukum Islam
terhadap pengangkatan anak yang dilakukan bapak Tasral terhadap
bapak Kasun
2. Batasan Masalah
Berdasarkan pada uraian identifikasi masalah di atas peneliti
membatasi masalah pada komparasi hukum positif dan hukum Islam
tentang pelaksanaan pengangkatan anak di desa Bluri kecamatan
Solokuro kabupaten Lamongan, yaitu meliputi :
a. Praktek pengangkatan anak yang dilakukan dalam pengangkatan anak
terhadap bapak Kasun
b. Analisis pengangkatan anak terhadap bapak Kasun yang dilakukan di
desa Bluri berdasatkan hukum positif dan hukum Islam
c. Persamaan dan perbedaan pengangkatan anak terhadap bapak Kasun
yang dilakukan di desa Bluri berdasarkan hukum positif dan hukum
Islam.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasikan pokok permasalahan yang dijadikan sebagai rumusan
masalah adalah sebagai berikut:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

1. Bagaimana praktek pengangkatan anak yang terjadi di Desa Bluri
berdasarkan studi kasus terhadap bapak Kasun?
2. Bagaimana analisis persamaan dan perbedaan pengangkatan anak
terhadap Bapak Kasun yang terjadi di desa Bluri berdasarkan hukum
Positif dan hukum Islam?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti
sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.18
Setelah penulis melakukan pencarian yang berhubungan dengan
pengangkatan anak, penulis menemukan beberapa judul skripsi yang hampir
sama, yaitu : Analisis Hukum Islam Terhadap Keputusan Mahkamah Agung
dalam Menyelesaikan Perkara Pengangkatan Anak Angkat di PA Blitar
(Studi kasus putusan Reg. No. 419 K/Ag./2000)‛ oleh Mutia Farida
mahasiswi IAIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Syariah Jurusan Ahwalus
Syakhsiyah pada tahun 2011. Dalam skripsi tersebut membahas tentang
pertimbangan atau alasan hukum menurut Pengadilan Agama, Pengadilan
Tinggi Agama dan Mahkamah Agung terhadap alasan untuk mengabulkan
anak angkat berhak mendapatkan 1/3 bagian, selain itu dalam skripsi ini juga
18

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan
Skripsi, (Surabaya Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel, 2015), 9.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

dijelaskan bahwa analisis hukum Islam tentang adanya wasiat wajibah
terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat dari orang tua angkat
sehingga batasan 1/3 tersebut dianggap telah memenuhi rasa keadilan19
Kedua skripsi yang berjudul ‚Analisis Hukum Islam terhadap
Pengangkatan Anak Oleh Wanita yang Belum Menikah‛ oleh Agung Setyo
Puji Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Syariah Jurusan
Ahwal al-Syakhsiyah pada tahun 2012. Dalam skripsi tersebut membahas
tentang undang-undang yang berlaku bahwa orang yang mengangkat anak
haruslah sudah menikah dan belum dikarunia anak maka dalam putusan ini
hakim memperhatikan kesejahteraan calon anak angkat sehingga hakim
mengabulkan permohonan tersebut. Dalam hal ini hakim memiliki
kewenangan untuk memutuskan perkara meskipun tidak sesuai dengan
undang-undang yang berlaku sesuai dengan common law hakim dianggap
makhluk mulia dan memiliki hati nurani dan mempunyai rasa keadilan untuk
menggunakan hukum yang ada dalam masyarakat sebagai hukum yang riil.20
Ketiga skripsi yang berjudul ‚Analisis Yuridis terhadap Penolakan
Permohonan

Pengangkatan

Anak

(studi

putusan

nomor

0182/pdt.p/2012/pa.tbn) oleh Muhajir Rosadi pada tahun 2014. Dalam skripsi
tersebut dijelaskan dasar hukum hakim menolak putusan yang diajukan oleh
pemohon disebabkan usia pemohon telah mencapai 52 dan memiliki 3 orang
19

Mutia Farida, ‚Analisis Hukum Islam terhadap Keputusan Mahkamah Agung dalam
Menyelesaikan Perkara Kewarisan anak angkat di PA Blitar (Studi Kasus Putusan Reg. No.
419/K/Ag./2000)‛, (Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011) 7.
20
Setyo Puji, ‚Analisis Yuridis Terhadap Penetapan tentang Pengangkatan Anak Oleh Wanita
yang Belum Menikah‛ (Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2012) 8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

anak. Oleh sebab itu hakim tidak mengabulkan permohonan tersebut sebab
menurut peneliti jika hal ini dikabulkan maka kemaslahatan dan
kesejahteraan anak tidak dapat tercapai.21
Dengan demikian, walaupun sudah ada kajian yang mirip dengan
kajian yang akan dilakukan peneliti, namun kajian tentang Studi Komparasi
Hukum Positif dan Hukum Islam Terhadap Studi Kasus Pengangkatan Anak
di Desa Bluri Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan baru pertama kali
dibahas dan bukan merupakan duplikasi atau pengulangan dari karya ilmiah
terdahulu karena segi yang menjadi fokus kajiannya berbeda, pada karya tulis
ini lebih terfokuskan kepada tata cara dan akibat pengangkatan anak di desa
Bluri berdasarkan hukum positif dan hukum Islam, serta persamaan dan
perbedaan pengangkatan anak berdasarkan hukum positif dan hukum Islam.

E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui

praktek pengangkatan anak didesa Bluri kecamatan

Solokuro kabupaten Lamongan.
2. Mengetahui analisis hukum positif dan analisis hukum Islam terhadap
pengangkatan anak di desa Bluri kecamatan solokuro kabupaten
Lamongan

Muhajir Rosadi, A alisis Yuridis terhadap Penolakan Pengangkatan Anak (studi putusan no
8 /pdt.p/
/pa.tb , skripsi UIN “u a A pel “urabaya,
4 . 6.

21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

3. Mengetahui letak persamaan dan perbedaan pengangkatan anak ditinjau
dari segi hukum positif dan hukum Islam.

F. Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai studi analisis terhadap pengangkatan anak
mempunyai kegunaan yaitu:
1. Secara teoretis:
a. Diharapkan penelitian ini dapat membantu para pihak yang hendak
melakukan pengangkatan anak di desa Bluri agar dikemudian hari
para calon orang tua lebih berhati-hati dan memiliki pertimbangan
yang matang dalam mengangkat anak.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam
rangka mengembangkan wacana keilmuan, khususnya yang berkaitan
dengan pengangkatan anak di Indonesia.
2. Secara praktis:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi khazanah keilmuan
hukum dan realisasinya baik bagi masyarakat maupun lingkungan
pengadilan Agama dan pengadilan umum.

G. Definisi Operasional
Untuk menjelaskan arah dan tujuan dari judul penelitian ‚Studi
Komparasi Hukum Islam dan Yuridis terhadap Pengangkatan Anak (studi
kasus di desa Bluri- Kecamatan Solokuro- Kabupaten Lamongan)‛.Maka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

permasalahan ini perlu dijelaskan terlebih dahulu beberapa kata kunci yang
ada dalam judul penelitian diatas, yaitu :
: Berasal dari kata comparative yang berarti

Studi Komparasi

membandingkan, sifat membandingkan.22 Dalam hal ini
membandingkan tentang hukum Islam dan hukum positif
mengenai pengangkatan anak.
Hukum positif

: Ketentuan yang dibuat oleh pemerintah, dalam hal

ini yang dimaksud adalah Undang-undang No 23 tahun 2002,
Undang-Undang No 4 tahun 1979 , peraturan pemerintah No 54
tahun 2007, Keputusan Sosial RI (KEPRI) Surat Edaran
Mahkamah Agung (SEMA), Staatsblad 1917 No 129 dan
yurisprudensi

yang

keseluruhannya

mengatur

tentang

pengangkatan anak.
Hukum Islam

: Ketentuan yang telah ditentukan oleh Allah SWT
berupa aturan dan larangan. Aturan dan larangan tersebut hanya
diperuntukkan bagi umat Islam. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah al-Qur’an, Hadits, serta beberapa pandangan ulama yang
di dalamnya menjelaskan tentang Tabanni (pengangkatan anak)
berdasarkan pandangan hukum Islam

Pengangkatan Anak

:

Suatu perbuatan hukum yang mengalihkan

seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang
sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan,
22

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka 2003) 6.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

pendidikan, membesarkan dan menjadikan anak angkat sebagai
anggota keluarga orang tua angkat tanpa memutuskan
hubungan

orang

tua

kandung

dengan

anaknya.

Serta

mengalihkan nasab anak angkat dari orang tua kandung kepada
orang tua angkat.

H. Metode Penelitian
Metode adalah cara tepat untuk melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai tujuan, sedangkan
penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan suatu
yang diteliti sampai menyusun laporan.23
Dalam rangka memahami rumusan yang telah diuraikan diatas,
maka penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam menggali data
yang penulis butuhkan. Diantaranya :
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di desa Bluri kecamatan Solokuro
kabupaten Lamongan. Lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti ini
telah mengalami pertimbangan yang matang dari berbagai aspek, karena
lokasi penelitian yang merupakan desa asal penliti sendiri.Sehingga
diharapkan penelitian yang hendak peneliti lakukan mengalami
kemudahan.
2. Data yang dikumpulkan
23

Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Data adalah bentuk jamak dari datum.Data merupakan
keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang
diketahui atau yang dianggap atau anggapan atau suatu fakta yang
digambarkan lewat angka, simbol, kode dan lain-lain.24 Oleh sebab
penelitian ini bersifat kualitatif maka data yang memiliki hubungan
dalam penelitian ini adalah praktek pengangkatan anak yang meliputi
proses pengangkatan anak beserta akibat hukum yang ditimbulkan dari
pengangkatan anak di tempat yang menjadi letak peneliti mengkaji
masalah tersebut.
3. Sumber data
Berdasarkan sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua
macam yakni data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data yang bersifat utama dan penting yang memungkinkan
untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berkaitan dengan
penelitian.25
Adapun data yang penulis kumpulkan adalah data yang di
analisis berupa data kualitatif yang berkaitan dengan praktek
pengangkatan anak di desa Bluri yang meliputi proses pengangkatan
anak hingga akibat yang ditimbulkan.
b. Data Sekunder

24
25

Ibid, 19.
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum,(Jakarta : Raja Grafindo, 1997) 116.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Data

sekunder

adalah

data

yang

diperoleh

atau

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumbersumber yang telah ada.Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan
atau laporan-laporan penelitian terdahulu.26Adapun sumber data
sekunder dalam penelitian ini diantaranya:
1) Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan dari Tiga Sistem Hukum
2) M. Budiarto, Pengangkatan Anak di Tinjau dari Segi Hukum
3) Djaja S. Meliana, Pengangkatan Anak (Adopsi) di Indonesia
4) Fuaduddin TM, Pengasuhan anak dalam Keluarga Islam
5) Peraturan pemerintah no 54 tahun 2007 tentang pengangkatan
anak
6) Staadblaad 1917 Nomer 129
7) Surat Edaran Mahkamah Agung RI
8) Undang-undang No 23 tahun 2003 tentang perlindungan anak
9) Abd.Rahman Ghazaly, Fikiq Munakahat
10) Al-Qur’an dan Assunnah
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi untuk
mendapatkan informasi secara langsung dari informan, metode ini
digunakan untuk menilai keadaan seseorang yang merupakan patokan

26

Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

suatu penelitian survei, karena tanpa wawancara maka akan
kehilangan informasi yang valid dari orang yang menjadi sumber data
utama dalam penelitian. Dalam penelitian ini akan menggunakan
pedoman wawancara bebas atau wawancara tak berstruktur yaitu
wawancara yang tidak didasarkan atas suatu sistem dan daftar
pertanyaan yang telah disediakan sebelumnya. Hal ini dilakukan guna
mendapatkan hasil atau data yang lebih lengkap dan sistematis
tentang pengangkatan anak. Adapun informan tersebut yaitu orang
tua kandung dan orang tua angkat yang melaksanakan pengangkatan
anak.
b. Dokumentasi
Merupakan data sekunder yang disimpan dalam bentuk
dokumen, laporan, majalah, dan sebagainya. Metode pengumpulan
data dokumentasi digunakan dalam rangka memenuhi data atau
informasi yang diperlukan untuk kepentingan variabel penelitian yang
telah didesain sebelumnya.27
c. Telaah Pustaka
Teknik library research (kepustakaan), yakni pelengkap dari
kedua teknis di atas yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis
terhadap permasalahan yang dibahas.
5. Teknik Pengolahan Data

27

Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Indeks. 2009) 104.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data
ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau
rumus-rumus tertentu.28Teknik pengolahan data yaitu menjelaskan
langkah-langkah pengolahan data yang telah terkumpul atau penelitian
kembali dengan pengecekan validitas data, proses pengklasifikasian data
dengan mencocokan pada masalah yang ada, mencatat data secara
sistematis dan konsisten dan dituangkan dalam rancangan konsep sebagai
dasar utama analisis.
Adapun tahapan-tahapan dalam pengolahan data adalah :
a.

Editing, yaitu pemeriksaan kembali data-data yang diperoleh
terutama

dari

segi

kelengkapan,

kejelasan,

keserasian,

dan

keterkaitan antara data satu dengan yang lainnya.29
b.

Organizing, yakni penulisan data yang diatur dan disusun sehingga
menjadi sebuah kesatuan yang teratur.30 Untuk selanjutnya semua
data yang telah diperoleh akan disusun secara sistematis untuk
dijadikan sebagai bahan penelitian.

6. Teknik Analisis Data
Tahap analisi data merupakan tahap yang paling menetukan,
sebab pada tahap inilah seorang peneliti harus mampu menelaah semua
data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder.Analisa data
ini berdasarkan pada data yang diperoleh yang telah terkumpul dari hasil
28
29
30

Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: PT Bumi Askara. 2006) 24.
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta: Granit, 2004), 118.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (t.tp., t.p., t.t.) 803.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

penelitian yang diklarifikasikan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif,
dimana penulis membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan
secara obyektif.31
Apabila

data

secara

kesuluruhan

telah

terkumpul,

maka

selanjutnya akan dilakukan analisis data secara kualitatif yaitu dengan
cara mempelajari praktek pengangkatan anak yang terjadi di desa Bluri
baik berdasarkan pandangan hukum Positif maupun hukum Islam dengan
analisis pola pikir deduktif, yaitu dengan cara menguji kebenaran data
atau praktek yang benar-benar terjadi dilapangan dengan teori yang
digunakan telah di pastikan kebenarannya. Setelah itu data yang telah
teruji keabsahannya lebih dikerucutkan sehingga menjadi premis yang
terperinci dan mendalam.

I. Sistematika Pembahasan
Untuk menghindari pembahasan permasalahan yang tidak
terarah maka penyusun akan menata secara sistematis dalam lima bab
yang memiliki keterkaitan satu sama lain. penulis menggunakan
sistematika pembahasamn dengan tujuan untuk mempermudah dalam

31

Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993),
135.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

memahami maksud penulis. Adapun susunan bagian tersebut sebagai
berikut :
Bab pertama memuat pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua memuat tentang konsep pengangkatan anak
berdasarkan Hukum Positif dan Hukum Islam
Bab ketiga memuat tentang praktek pengangkatan anak yang
meliputi proses pengangkatan anak hingga akibat yang ditimbulkan dari
pengangkatan anak dalam kasus yang terjadi di desa Bluri kecamatan
Solokuro kabupaten Lamongan
Bab keempat memuat tentang studi komparasi (perbandingan)
mengenai pengangkatan anak di desa bluri, yang meliputi analisis
terhadap pengangakatan anak dalam hal ini yaitu pengangkatan anak
terhadap bapak Kasun yang terjadu di desa bluri berdasarkan hukum
positif dan hukum Islam serta persamaan dan perbedaan pengangkatan
anak di desa bluri berdasarkan hukum positif dan hukum Islam
Bab kelima memuat tentang penutup yang meliputi kesimpulan
dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN HUKUM POSITIF DAN HUKUM
ISLAM

A. Pengangkatan Anak Berdasarkan Hukum Positif
Dalam kitab undang-undang hukum perdata, kita tidak menemukan
ketentuan yang mengatur masalah adopsi atau pengangkatan anak, yang ada
hanya ketentuan tentang pengakuan anak diluar kawain. Seperti yang diatur
dalam buku I bab XII bagian ketiga UU hukum perdata pasal 280 sampai 289
tentang pengakuan terhadap anak-anak luar kawin, ketentuan tersebut sam sekali
tidak sama dengan pengangkatan anak atau adopsi.1
Dewasa ini pengangkatan anak bukan sekedar untuk memenuhi
kepentingan para calon orang tua angkat, tetapi lebih di fokuskan pada
kepentingan calon anak angkat. pengaturan pengangkatan anak bukan sekedar
diperlukan untuk member kepastian dan kejelasan mengenai pengangkatan anak,
tetapi dibutuhkan ntuk menjamin kepentingan calon anak angkat, jaminan atas
kepastian, keamanan, keselamatan, pemeliharaan dan pertumbuhan anak angkat,
sehingga pengangkatan anak memberikan peluang pada anak untuk hidup lebih
sejahtera. Pengaturan pengangkatan anak juga dibutuhkan untuk memastikan
pengawasan pemerintah dan masyarakat agar pengangkatan itu dilakukan dengan
1

Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan dari Tiga Sistem Hukum,(Jakarta : Sinar Grafika, 1995) 31.

24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

motif yang jujur dan kepentingan anak terlindungi. Dalam kata lain bahwa
pemerintah berperan aktif dalam proses pengangkatan anak melalui pengawasan
dan perizinan.
Berbagai

peraturan

perundang-undangan

yang

bertujuan

untuk

melindungi dan mensejahterakan anak, dimana pengangkatan anak menjadi salah
satu pokok perhatian. Didahului oleh UU No 4 Tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak dalam pasal 2, pasal 3, pasal 4 ayat (1), pasal 5 ayat (1) ayat
(2) dan ayat (8) dan juga pasal 12 menyinggung tentang pengangkatan anak.
Dalam pasal itu ditentukan bahwa pengangkatan anak dilakukan menurut adat
dan kebiasaan dengan mengutamakan kepentingan anak untuk kepentingan
kesejahteraan anak dan pengangkatan anak yang dilakukan diluar adat dan
kebiasaan, dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kemudian
diundangkan UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yang telah di
amandemen dengan UU No,=. 35 tahun 2014. Pada bab VIII, khususnya pada
pasal 39 sampai dengan pasal 41 undang-undang tersebut memuat ketentuan
tentang pengangkatan anak. Untuk melaksanakan ketentuan mengenai
pengangkatan anak di dalam UU No.23 tahun 2002 itu maka pemerintah
menerbitkan peraturan pemerintah No. 54 tahun 2007 tentang pengangkatan
anak.
Perkembangan

pengaturan

pengangkatan

anak

dalam

peraturan

perundangan ini tentu sangat menggembirakan karena sedikit bnayak memberi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

kepastian. Perkembangan dalam pengaturan melalui peraturan perundangan ini
ditambah dengan beberapa petunjuk mahkamah agung RI melalui sejumlah
surat-surat edarannya sejak tahun 1979 telah memainkan peran yang penting
dalam meningkatkan kepastian dan keseragaman aturan pengangkatan anak di
Indonesia. Tetapi seperti yang nantiakan kita temui dalam kajian ini bahwa
peraturan perundang-undangan yanga ada hingga sekarang, ditambah dengan
surat edaran mahkamah agung RI tentang pengangkatan anak, belum
menyelesaikan semua segi hukum pengangkatan anak, sehingga untuk bagianbagian yang belum atau belum cukup diatur itu kita terpaksa harus kembali
merujuk dan menerapkan hukum perdata yang berdasarkan golongan penduduk
yang dibuat oleh pemerintah colonial belanda pada masa lalu. Meskipun
demikian, hal itu belum lagi dapat menyelesaikan masalah-masalah yang timbul
secara menyeluruh.
Pengangkatan anak atau disebut dengan istilah adopsi secara etimologi
berasal dari bahasa belanda‚adoptie‛ atau adopt (adoption) bahasa inggris, yang
berarti pengangkatan anak atau mengangkat anak.2 anak angkat menurut kamus
hukum adalah seorang bukan turunan dua orang suami istri yang diambil,
dipelihara dan diperlakukan sebagai anak turunnya sendiri.3 Dalam kamus bahasa
Indonesia, pengertian anak angkat adalah anak orang lain yang diambil dan

2
3

Djatje Rahajoekusumah, kamus Belanda-Inggris.(Jakarta: Rineka Cipta, 1980)30.
Sudarsono, kamus hukum. (Jakarta: Rineka Cipta, 1992) 32

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

diasuh sebagia anaknya sendiri.4 Pengertian dalam bahasa Belanda menurut
kamus hukum, berarti pengangkatan seorang anak untuk menjadi anak
kandungnya sendiri, jadi di sini penekanannya pada persamaan status anak
angkat dari hasil pengangkatan anak sebagai anak kandung,. Ini adalah
pengertian secara literlijk, yaitu adopsi di serap kedalam bahasa Indonesia berarti
anak angkat atau mengangkat anak.
Sedangkan

pengertian

pengangakatan

anak

menurut

terminologi

memiliki berbagai macam pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa
pakar, diantaranya sebagai berikut :Menurut Hilman Hadi Kusuma, anak angkat
adalah anak orang lain yang dianggap anak sendiri oleh orang tua angkat dengan
resmi menurut hukum adopsi setempat.dikarenakan untuk tujuan kelangsungan
keturunan atau pemeliharaan atas harta kekayaan rumah tangga.5
Sedangkan pengangkatan anak yang secara formal berlaku bagi seluruh
pengangkatan anak di Indonesia tanpa membedakan golongan penduduk, juga
tanpa membedakan domestic adoption atau intr-country adoption dituangkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang pelaksanaan
pengangkatan anak (PP pengangkatan anak). Menurut PP No 54 Tahun 2007
pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang
anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah atau orang lainyang
bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut
4
5

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka 2003). 38
Hilman Hadi Kusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung: Alumni, 1982) 149.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkat (pasal 1 butir 2). Pengangkatan
anak dengan demikian adalah suatu perbuatan hukum pengalihan seorang anak
dari suatu lingkungan (semula) ke lingkungan keluarga orang tua angkatnya.6
Peraturan Pemerintah tentang pengangkatan anak diadakan dalam rangka
melaksanakan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak,
tetapi

UU

Perlindungan

Anak

sendiri

tidak

merumuskan

pengertian

‚pengangkatan anak‛. UU perlindungan anak hanya merumuskan pengertian
anak angkat, dalam pasal 1 butir 9 menjelaskan anak angkat adalah anak yang
hanya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah,
at