PENINGKATAN KUALITAS HADIS DA’IF KARENA JAHALAT AL-RUWAH MENURUT MUHAMMAD ‘AJJAJ AL-KHATIB DAN MAHMUD AL-TAHHAN : STUDI KOMPARATIF.

PENINGKATAN KUALITAS HADIS DA‘In (Studi
Komparatif)‛.
Dalam penelitian ini, dirumuskan permasalahan, yaitu: 1. Bagaimana
konsep peningkatan kualitas hadis da’i>f karena jaha>lat al-ruwa>h menurut
Muhammad ‘Ajja>j al-Kha>tib dan Mah}mu>d al-T{ah}h}an> ? 2. Bagaimana persamaan
dan perbedaan konsep peningkatan kualitas hadis da’i>f sebab jaha>lat al-ruwa>h
menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Kha>tib dan Mah}mu>d al-T{ah}h}an> ?.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah komparasi dengan
mencari persamaan dan perbedaan antara pandangan Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b
dan Mah}mu>d al-T{ah}h}an> tentang konsep hadis da’i>f, jaha>lat al-ruwa>h beserta
peningkatannya ketika didukung oleh jalur lain.
Hasil penelitian ini adalah Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b lebih berhati-hati
dalam menilai peningkatan kualitas hadis da’i>f khususnya apabila periwayatnya
terdeteksi adanya ketersembunyian periwayat (jaha>lat al-ruwa>h). Menurutnya,
ketersembunyian periwayat disejajarkan dengan periwayat yang tertuduh dusta
dan mayoritas ulama hadis berpendapat bahwa periwayat yang tertuduh dusta
atau pendusta merupakan cacat keadilan yang parah. Dengan demikian kualitas
hadisnya yang semula da’i>f tidak bisa terangkat menjadi h}asan li ghayrihi
meskipun didukung oleh jalur lain yang sama atau lebih kuat. Berbeda halnya
dengan Mah}}mu>d al-T{ah}h}an> , meskipun terdapat ketersembunyian periwayat
(jaha>lat al-ruwa>h) dalam sanad hadis masih berpeluang terangkat derajat

hadisnya menjadi h}asan li ghayrihi jika diperkuat oleh jalur lain yang sama atau
lebih kuat.
Konsep peningkatan kualitas hadis da’i>f karena jaha>lat al-ruwa>h menurut
kedua ulama tersebut merupakan salah satu upaya penjagaan hadis Nabi Saw.
dari pemalsu hadis. Penilaian dan kejelasan periwayat hadis mutlak dibutuhkan,
bukan karena ada rasa benci dan sebagainya, namun lebih kepada kehati-hatian
dalam menerima sebuah riwayat. Untuk itu, para ulama hadis berusaha
membentengi hadis Nabi Saw. dari pemalsu-pemalsu hadis dengan diciptakannya
seperangkat kaidah kesahihan hadis. Kewajiban menjaga hadis-hadis Nabi Saw.
bukan berlaku pada ulama terdahulu, namun ini merupakan kewajiban umat
Islam sampai akhir zaman.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM………………………………………………………........ i
PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………….. ......... ii

PERSETUJUAN………………………………………………………... ......... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI………………………………………. .......... iv
ABSTRAK...............................................................………………. ................ v
KATA PENGANTAR…………………………………………………. .......... vi
PERSEMBAHAN………………………………………………….................. viii
PEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………….... ........... ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………... .......... xii
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................ .1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... .1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ..................................................... .7
C. Rumusan Masalah .............................................................................. .8
D. Tujuan Penelitian…………….............................................................8
E. Kegunaan Penelitian……………………………………………........8
F. Kerangka Teoritik………………………………………………........9
G. Telaah Pustaka……………………………………………………….11
H. Metode Penelitian……………………………………………………12
I. Sistematika Pembahasan……………………………………………..16

xii


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II: KONSEP HADIS D{A‘I>F DAN JAHAb……………………….18
1. Biografi Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b…………………………...18
2. Pendidikan dan Keilmuan Muhammad Ajja>j al-Khati>b…………19
3. Karya Tulis Muhammad Ajja>j al-Khati>b………………………...23
B. Konsep Hadis D{a‘i>f dan Jaha>lat al-Ruwa>h……………………..…..27
1. Konsep Hadis D{a‘i>f……………………………………...……..27
2. Konsep Jaha>lat al-Ruwa>h………………………………..………49
BAB III: KONSEP HADIS D{A‘I>F DAN JAHAN……………………………………55
A. Sketsa Biografi Mah}mu>d al-T{ah}h}an> ………………………………...55
1. Biografi Mah}mu>d al-T{ah}h}an> …………………………………….55
2. Pendidikan dan Keilmuan Mah}mu>d al-T{ah}h}an> ……………….....56
3. Karya Tulis Mah}mu>d al-T{ah}h}an> ………………………………...59
B. Konsep Hadis D{a‘i>f dan Jaha>lat al-Ruwa>h………………………...60
1. Konsep Hadis D{a‘i>f…………………………………………….60
2. Konsep Jaha>lat al-Ruwa>h………………………………….....…102
BAB IV: STUDI KOMPARASI TENTANG PENINGKATAN KUALITAS
HADIS D{A‘Ih
Menurut


Muhammad

‘Ajja>j

al-Khati>b

dan

Mah}mu>d

al-T{ah}h}an>

………………………………………………………………………106
xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Komparasi Tentang Peningkatan Kualitas Hadis D{a‘i>f Karena Jaha>lat al-


Ruwa>h Menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan Mah}mu>d alT{ah}h}an> ……………………………………………………………….114
BAB V: PENUTUP………………………………………………………....119
A. Kesimpulan…………………………………………………………..119
B. Saran………………………………………………………………….120
DAFTAR PUSTAKA

xiv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadis merupakan sumber hukum Islam setelah al-Qur’a>n. Keduanya
memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam.1 Dalam
penerapannya, hadis menempati posisi kedua setelah al-Qur’an. Meski demikian,
keduanya dapat bersinergi dan saling melengkapi satu sama lain, khususnya
dalam menetapkan hukum. Sebagai sumber utama, al-Qur’an menjelaskan

kedudukan hadis, yakni mengenai perintah menaati Rasulullah,2 sebagaimana
firman Allah dalam surat al-Hashr ayat 7 dan al-Anfa>l ayat 20:





‚Apa yang diberikan rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah‛3

‚Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar
(perintah-perintah-Nya)‛4.

1

Ali> Hasaballah, Us}u>l al-Tashri>’ al-Islami , vol 3 (Mesir: Da>r al-Ma’a>rif, 1964), 11-14.
Abd al-Wahhab Khalaf, ‘Ilm Us}ul> al-Fiqh (Mesir: Da>r al-Qalam, 1978), 30.
3
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahan (Bandung: J-Art, 2005), 547.

4
Ibid., 180.
2

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Asumsi yang disandarkan pada al-Qur’an tersebut memberi keyakinan
dan konklusi untuk selalu taat pada apa yang telah disampaikan oleh Rasul.
Otentisitas al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam tidak perlu diragukan, karena
Tidak demikian halnya dengan h}adi>th, diketahui hadis memiliki tingkat
keyakinan di bawah al-Qur’an (z}anniy al-thubu>t). Kebanyakan diriwayatkan
secara ahad5 dan mempunyai sejarah panjang dalam keberadaannya. Dengan
demikian, perlu adanya penelitian lebih lanjut akan keabsahannya sebagai sumber
ajaran Islam.6 Secara umum ulama sepakat bahwa hadis dapat dijadikan hujjah.
Namun dalam beberapa hal yang berkenaan dengan hadis secara keseluruhan
masih terjadi diskusi panjang terhadap jenis-jenis hadis yang dapat dijadikan


hujjah.7
Di tengah-tengah masyarakat banyak beredar cerita atau hal-hal yang
disandarkan kepada Nabi dan diyakini sebagai hadis. Dengan status z}anniy al-

thubu>t tidak serta merta umat Islam menerima dan mengamalkan semua hadis.
Sebagian umat Islam mencurahkan tenaganya untuk menyaring hadis-hadis yang
beredar di tengah-tengah masyarakat. Hal ini dilakukan karena khawatir
tercampur dengan hadis yang tidak valid dan tidak dapat dijamin kebenarannya.
Jika hal itu sampai terjadi dan dibiarkan, maka kesesatan di tengah-tengah umat
Islam akan merajalela.

Manna al-Qat}t}a>n, Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-H{adi>th (Kairo: Maktabah Wahbah, 2007), 95.
Suryadi dan Muhammad al-Fatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis (Yogyakarta: Teras,
2009), 9.
7
Ibid. Para ulama hadis mengemukakan beberapa argumentasi dalam ke-hujjah-annya;
diantaranya, argumentasi rasional/teologis, argumentasi al-Qur’a>n, argumentasi sunnah dan
argumentasi ijma’. Lihat Idri, Studi Hadis (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 20-24.
5

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Dalam rangka menjaga dan melestarikan hadis Nabi, ulama melakukan
uji validitas. Hal itu dilakukan untuk memastikan kebenaran bahwa hadis itu
benar-benar dari Nabi. Karena itu, diciptakan seperangkat kaidah sebagai tolok
ukur untuk menyeleksi hadis-hadis Nabi. Komponen hadis berupa sanad dan
matan menjadi objek telaah dan kritik. Kajian dalam beberapa literatur ilmu
hadis telaah konseptual terhadap pengujian validitas dan akurasi hadis lebih
dititikberatkan pada sanad. Dari lima kriteria dalam mendeteksi hadis s}ah}i>h}8 dua
diantaranya berhubungan dengan sanad dan matan, tiga kriteria lainnya
berkenaan dengan sanad saja.
Dalam hal ini, pendekatan kuantitatif tidak dapat digunakan. Asumsi
dasar para ulama hadis yang lebih menitikberatkan sanad sebagai tolak ukur
untuk menunjukkan bahwa penelitian atau kritik eksternal (kritik sanad)
mendapat porsi yang lebih banyak daripada penelitian internal (kritik matan).9
Adapun pengujian terhadap kualitas hadis sebenarnya tidak hanya dari aspek

sanad, melainkan juga pengujian terhadap aspek matan.10
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, penelitian (kritik) hadis
berarti penelitian tentang kualitas hadis baik dari segi sanad ataupun matannya
yang berupa pengecekan ke dalam sumber-sumber hadis serta membedakan
antara hadis yang otentik dan yang tidak. Dengan demikian, penelitian terhadap
hadis tidak untuk menguji kebenaran hadis-hadis Nabi melainkan pengujian

8

Kriteria h}adi>th s}ahih adalah: a) sanadnya bersambung, b) periwayat yang ‘adil, c) periwayat
yang d}ab> it}, d) terlepas dari ‘illat e) terhindar dari shadh. Lihat Ibn S{alah, ‘Ulu>m al-Hadi>th
(Madinah: Maktabah al-Islamiyah, 1972), 10.
9
Idri, Studi Hadis, 278.
10
S{alah al-Di>n al-Adlabi>, Manhaj Naqd al-Matn (Beirut: Da>r al-Aflaq al-Jadidah, 1983), 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4


terhadap benar atau tidaknya hadis tersebut dari Nabi Saw. Selain itu, penelitian
atau kritik terhadap hadis dilakukan karena proses kodifikasi yang menyita
waktu cukup panjang, sehingga memerlukan mata rantai periwayatan yang
sambung kepada Nabi Saw. serta dapat mengetahui akurasi dan validitasnya.
Pada dasarnya benih-benih kaidah ke-s}ah}i>h-} an hadis telah muncul pada
zaman Nabi dan zaman sahabat. Namun, keberadaan Nabi Saw. di tengah-tengah
para sahabat mempermudah klarifikasi dan sekaligus antisipasi kesalahan
penukilan hadis. Secara alami, tidak diperlukan teori-teori khusus yang mengatur
periwayatan hadis sebagaimana pada masa-masa berikutnya.11
Imam al-Sha>fi’i>, Imam al-Bukha>ri>, Imam Muslim, dan lainnya telah
memperjelas benih-benih kaidah itu dan menerapkannya pada hadis-hadis yang
mereka teliti. Kemudian ulama pada zaman berikutnya mengembangkan dan
menyempurnakan benih-benih kaidah itu ke dalam rumusan kaidah yang
selanjutnya kaidah itu berlaku sampai sekarang.12
Para ulama hadis sepakat bahwa ada dua hal yang harus diteliti pada diri
pribadi periwayat hadis yakni ‘adalah13 (berhubungan dengan kualitas pribadi

M.Shuhudi Isma>I, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992) 63-64
Ibid.
13
Term ‘adalah (adil) secara etimologi berarti pertengahan, lurus, condong kepada kebenaran.
Dalam terminologi ilmu hadis terdapat beberapa rumusan definisi yang dikemukakan para ulama.
Diantaranya al-Hākim al-Naysabūri> yang menyatakan bahwa ‘adalah merupakan seorang muslim,
tidak berbuat bid’ah dan maksiat yang dapat meruntuhkan moralitasnya. Sedangkan Ibn al-Salah
menetapkan lima kriteria seorang periwayat disebut adil yaitu; beragama Islam, baligh, berakal,
memelihara muru’ah, dan tidak berbuat fasiq. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh alNawawi. kesemuanya itu disimpulkan dalam empat poin, yakni: muslim, mukallaf, melaksanakan
ketentuan agama, dan senantiasa memelihara citra diri ( muru’ah). Muslim adalah unsur utama
yang terkandung dalam cakupan makna adil, diharuskan bagi seseorang yang menyampaikan
riwayat hadis. Sedangkan bagi kegiatan menerima hadis tidak disyaratkan. Oleh karena itu, orang
kafir pun diperbolehkan menerima suatu hadis. Lihat Ibn Manzur, Lisān al-‘Arab (Mesir: Dār alMiṣriyah, t.th), juz XIII, 456-463. Muhammad Luqma>n al-Salafi>, Ihtima>m al-Muhaddithi>n bi
11
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

periwayat) dan d}ab> it}14 (berkaitan dengan kap}asitas intelektual periwayat).
Apabila kedua hal itu dimiliki oleh periwayat hadis maka periwayat tersebut
dinyatakan sebagai thiqah. Istilah thiqah merupakan gabungan antara sifat ‘adil
dan d}ab> it}.15 Upaya ini dilakukan untuk mempelajari serta mengetahui kehidupan
perawi baik yang nampak ataupun tersembunyi. Dalam hal ini, para ulama
berusaha memeriksa seteliti mungkin kejujuran para perawi hadis. Dengan
demikian, akan lebih memudahkan dalam mengklasifikasi, antara hadis yang kuat
dan yang lemah, antara hadis yang otentik dan yang palsu.
Dalam

perkembangan

khazanah

keilmuan

hadis,

para

ulama

kontemporer juga ikut andil dalam pemikiran keilmuan hadis. Tentunya
perjuangan itu hanya bertujuan untuk menjaga keorisinalitas hadis-hadis Nabi
Saw. dari para pemalsu-pemalsu hadis. Di antara ulama kontemporer tersebut
adalah Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan Mahmu>d al-Tah}ha} n> . Mereka mempunyai
sudut pandang yang berbeda terkait permasalahan dalam menguji kualitas pribadi
periwayat.
Salah satu permasalahan yang disoroti oleh kedua ulama tersebut terkait
dengan pengujian terhadap ‘adalah atau kualitas pribadi periwayat. Khususnya
berkaitan dengan peningkatan kualitas hadis d}ai>f sebab ketersembunyian
periwayat (jaha>lat al-ruwa>h). Menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b, setiap hadis
yang ke-d}ai>f-annya disebabkan oleh ketersembunyian periwayat atau tidak
Naqd al-Hadis Sandan wa Matnan cet 2 (Riyadh: Da>r al-Da’i li al-Nashr wa al-Tawzi>’, 1420 H),
172. Idri, Studi Hadis, 162.
14
Pengertian d}a>bit} menurut Subhi al-S{al> ih bahwa seseorang dinyatakan da>bit} apabila orang
tersebut mampu memahami dengan pemahaman yang sempurna dari ia mendengar sampai
menyampaikannya. Lihat Subhi al-S{a>lih, ‘Ulu>m al-Hadi>th wa mustalahuh (Beirut: Da>r al-‘Ilm li
al-Malayn, 1988), 128.
15
Nur al-Di>n Itr, Manhaj al-Naqd Fi> Ulu>m al-Hadi>th (Damaskus: Da>r al-Fikr, 1979), 80-81.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

diketahuinya kualitas pribadi periwayat, maka hadis yang diriwayatkannya tidak
bisa mengangkatnya dari derajat d}ai>f meskipun ditunjang oleh banyaknya sanad.
Hal ini dikarenakan sangat buruknya sebab ke-d}ai>f-annya tersebut.16 Sedangkan
menurut Mahmu>d al-Tah}ha} n> , hadis d}ai>f

bisa terangkat dari derajat d}aif ke

derajat hasan lighayrihi, meskipun sebab ke-d}ai>f-annya terdapat ketersembunyian
periwayat (jaha>lat al-ruwa>h ).17
Pernyataan kedua ulama tersebut mengindikasikan ada perbedaan
pemahaman tentang konsep hadis d}ai>f dan jaha>lat al-ruwa>h. Adapun konsekuensi
logis dari adanya ketersembunyian periwayat atau jaha>lat al-ruwa>h tersebut
menimbulkan ketidakjelasan dan keraguan atas penyandaran sebuah hadis dari
periwayatnya.
Dalam hal ini, pengujian terhadap kualitas pribadi periwayat mutlak
dibutuhkan, karena fungsi periwayat selain sebagai penyandaran sebuah hadis,
juga menjadi penentu kualitas hadis. Apabila terdapat periwayat yang
bermasalah, seperti ketersembunyian periwayat (jaha>lat al-ruwa>h), maka akan
berpengaruh terhadap kualitas sebuah hadis dan pada akhirnya akan berimplikasi
terhadap istinbat} hukum. Dengan demikian, perbedaan sudut pandang antara
Muhammad ‘Ajja>j al-Khat}i>b dan Mahmu>d al-Tah}ha} >n tentang peningkatan
kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h, perlu dan layak untuk diteliti.

Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b, Us}u>l al-Hadi>th ‘Ulumuh wa Mus}t}alahuh (Beirut: Da>r al-Fikr,
2006), 231.
17
Mahmu>d al-Tah}ha} n> , Taysi>r Mus}t}alah al-Hadi>th (Surabaya: al-Hidayah, t.th), 52.

16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah pokok dalam
penelitian ini adalah pernyataan Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan Mahmu>d alTah}h}a>n tentang peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h. Dari
pernyataan tersebut muncul beberapa permasalahan yang teridentifikasi,
diantaranya:
1. Terdapat perbedaan konsep tentang peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena

jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan Mahmu>d alTah}h}a>n.
2. Terdapat persamaan konsep tentang peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena

jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan Mahmu>d alT{ah}h}a>n.
3. Perbedaan sudut pandang tentang konsep jaha>lat al-ruwa>h.
4. Perbedaan konsep hadis d}ai>f yang bisa naik kualitasnya menurut
Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan Mahmu>d al-Tah}h}a>n.
5. Konsep yang telah ditawarkan kedua ulama tersebut akan berdampak pada
kualitas sebuah hadis.
Mengingat begitu kompleksnya permasalahan yang teridentifikasi, maka
dalam penelitian ini perlu pembatasan masalah. Pembatasan masalah yang
dimaksud, akan terkonsentrasi pada pernyataan Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan
Mahmu>d al-Tah}h}a>n tentang peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-

ruwa>h.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-

ruwa>h menurut Muhammad ‘Ajja>j al-khati>b dan Mahmu>d al-Tah}ha} >n ?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan konsep peningkatan kualitas hadis

d}ai>f sebab jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan
Mahmu>d al-Tah}ha} >n ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun penulisan karya ilmiah ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat

al-ruwa>h menurut Muhammad ‘Ajja>j al-kha>tib dan Mahmu>d al-Tah}ha} >n.
2. Untuk menjelaskan persamaaan dan perbedaan konsep peningkatan
kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad ‘Ajja>j alKhati>b dan Mahmu>d al-Tah}ha} >n.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk hal-hal
sebagaimana berikut:
1. Secara teoritis, kegunaan penelitian ini adalah sebagai bentuk kegiatan
pengembangan ilmu pengetahuan keislaman khususnya di bidang disiplin
ilmu hadis.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan
umat Islam dalam mengkaji ilmu hadis.
3. Menjadi pelengkap dalam memperkaya khazanah keilmuan hadis dari
pemikiran kedua tokoh di atas, khususnya dalam permasalahan jaha>lat al-

ruwa>h dalam hadis d}aif beserta konsep peningkatannya.
F. Kerangka Teoritik
Hadis d}ai>f menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b adalah hadis yang tidak
memenuhi syarat-syarat yang bisa diterima (maqbu>l).18 Sedangkan menurut
Mahmu>d al-Tah}h}a>n, hadis d}ai>f secara bahasa berarti lemah. Secara istilah hadis

d}ai>f bermakna hadis yang di dalamnya tidak terkumpul sifat-sifat hadis hasan.19
Nur al-Di>n Itr, al-Nawawi dan al-Qasimi mendefinisikan hadis d}ai>f dengan hadis
yang telah hilang salah satu syarat-syarat hadis maqbu>l.20 Mayoritas ulama hadis
mendefinisikan hadis d}ai>f dengan hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat hadis

s}ahi>h dan hasan.21 Dengan demikian kriteria hadis d}ai>f adalah sanadnya terputus,
periwayatnya tidak adil, periwayatnya tidak d}ab> it}, mengandung shadh dan
mengandung illat.22
Adapun kata majhu>l, merupakan isim maf’u>l dari kata jahal>at kebalikan
dari kata al-‘ilm (mengetahui). Secara istilah, menurut Khatib al-Baghdadi,

majhu>l adalah setiap orang yang tidak terkenal dalam periwayatan hadis dan
tidak dikenal oleh para ulama. Menurut al-Iraqi, majhu>l adalah seorang rawi yang

al-Khati>b, Us}u>l al-H{adi>th ‘Ulumuh wa Mus}t}alahuh, 222.
al-Tahha>n, Taysi>r Mus}t}alah al-Hadi>th, 63.
20
Idri, Studi Hadis, 177-178.
21
al-Khati>b, Us}u>l al-H{adi>th ‘Ulumuh wa Mus}t}alahuh, 222.
22
Idri, Studi Hadis, 179.
18

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

hanya diriwayatkan oleh satu orang saja. Sedangkan menurut Ibn al-Qattan,

majhu>l adalah seseorang yang hadisnya hanya diriwayatkan oleh satu orang saja
dan ia juga tidak di ketahui keadaannya. Menurut Ibn Hajar, majhu>l adalah
seseorang yang hadisnya hanya diriwayatkan oleh seorang saja dan ia tidak
menilai rawi tersebut sebagai rawi thiqat.23
Menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b, jaha>lat al-ruwa>h terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu perawi yang tidak dikenal (majhu>l), perawi yang tidak
diketahui hal-ihwal-nya (mastur), perawi yang tidak disebut namanya
(mubham).24 Setiap pembagian tersebut memilki definsi tersendiri. Sedangkan
Mahmu>d al-Tah}h}a>n mendefinisikan jaha>lat al-ruwa>h sebagai seorang yang tidak
diketahui identitas atau kualitas (hal)nya.25
Dalam konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h,
kedua ulama tersebut mempunyai pendapat tersendiri. Menurut Muhammad
‘Ajja>j al-Khati>b bahwa setiap hadis d}ai>f yang ke-d}ai>f-annya disebabkan oleh

jaha>lat

al-ruwa>h

atau

ketersembunyian

periwayat,

maka

hadis

yang

diriwayatkannya tidak bisa mengangkatnya dari derajat d}ai>f meskipun ditunjang
oleh banyaknya sanad. Berbeda halnya dengan Mahmu>d al-Tah}h}a>n, hadis d}ai>f
bisa terangkat dari derajat d}aif ke derajat hasan lighairihi, meskipun sebab ke-

d}ai>f-annya terdapat ketersembunyian periwayat (jaha>lat al-ruwa>h).

Murtado Zain Ahmad, Mana>hij al-Muhaddithi>n fi Taqwiyah al-Hadis al-Hasanah wa al-D{ai>fah
(Riyad: Maktabah Rushd, 1994), 313-315.
24
al-Khati>b, Us}u>l al-Hadis ‘Ulumuh wa Mus}t}alahuh, 175-176.
25
Ibid., 98-100.

23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

G. Telaah Pustaka
Telaah pustaka dalam sebuah penelitian dirasa sangat perlu. Hal ini
dilakukan untuk menggambarkan hasil sebuah kajian atau penelitian terdahulu.
Tujuannya agar tidak mengganggu nilai orisinilitas penelitian yang akan
dilakukan. Sepengetahuan penulis, hasil telaah pustaka yang telah dilakukan,
menemukan beberapa karya tulis yang membahas masalah serupa dengan
penelitian ini, diantaranya:
1. Tesis UIN Sunan Ampel Surabaya, ditulis oleh Muhammad Sar’an dengan
judul Studi Komparatif antara Pendapat al-Shafi’i> dan Ahmad bin Hanbal

Mengenai Hadis D}ai>f, tahun 1999. Tesis ini membandingkan dua ulama
dengan objek kajian tentang klasifikasi hadis d}ai>f dan ke-hujjah-annya
menurut imam Sha>fi’i> dan imam Ah}mad bin Hanbal.
2. Tesis UIN Sunan Ampel Surabaya, ditulis oleh Arif Jamaluddin Malik
dengan judul Urgensi Kode Etik Periwayatan Hadis, tahun 2000. Tesis ini
menguraikan tentang tatacara menyampaikan dan menerima hadis serta
kedudukan periwayatan hadis atau kritik perawi.
3. Skripsi UIN Kalijaga Yogyakarta, ditulis oleh Rastana dengan judul

Pemikiran Muhammad Nas}r al-Di>n al-Albaniy Tentang Kritik Hadis, tahun
2003. Skripsi ini menguraikan tentang kriteria hadis s}ahi>h menurut Nas}r alDi>n al-Albaniy. Di dalamnya, dibahas pula tentang peningkatan kualitas

hadis d}ai>f dari segi shawa>hid dan mutabi’ nya.
4. Skripsi UIN Kalijaga Yogyakarta, ditulis oleh Qawimatul Wijdan dengan
judul Konsep Syahadah Dan Syahid Menurut Muhammad Syahrur Dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Relevansinya Terhadap Kes}ahi>han Hadis, tahun 2013. Skripsi ini
memberikan pemahaman tentang pentingnya penelitian terhadap sanad
termasuk juga persaksian dari periwayat hadis.
Dari beberapa telaah pustaka yang telah dilakukan secara seksama,
penelitian ini memilki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian di atas dan
tidak mengurangi orisinilitas penelitian yang hendak diangkat di sini. Adapun
kesamaan dengan penelitian yang telah disebutkan di atas adalah sama tema
pokoknya, yakni mengangkat tema hadis da’i>f dan kritik periwayat. Sementara,
yang membedakan penelitian ini dengan karya tulis tersebut adalah fokus
pemikiran Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan Mahmu>d al-Tah}h}a>n tentang
peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-ruwa>h.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif. Disebut kualitatif
karena sumber data yang akan dieksplorasi berupa pernyataan verbal yang
tertuang dalam bentuk tulisan.26 Selanjutnya, melakukan upaya untuk
mendapatkan data yang komprehensif tentang peningkatan kualitas hadis da}i>f
sebab jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan Mahmu>d alTah}ha} >n.
Penelitian

ini

juga

termasuk

dalam

penelitian

normatif

yang

menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan). Oleh karena itu,
Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), 19.

26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari bahanbahan tertulis, baik berupa literatur berbahasa Arab, Inggris maupun Indonesia
yang mempunyai keterkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.
2. Data dan Sumber Data
a. Data
Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi;
1. Konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-Ruwa>h
menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b.
2. Konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-Ruwa>h
menurut Mahmu>d al-Tah}h}a>n.
3. Persamaan konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-

Ruwa>h menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan Mahmu>d al-Tah}h}a>n.
4. Perbedaan konsep peningkatan kualitas hadis d}ai>f karena jaha>lat al-

Ruwa>h menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan Mahmu>d al-Tah}h}a>n.
b. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari dokumen
perpustakaan yang terdiri dari dua jenis sumber, yakni primer dan sekunder.
Sumber primer adalah rujukan utama yang akan dipakai, yaitu:
1. Us}ul> al-H{adi>th ‘Ulumuh wa Must}alahuh karya Muhammad ‘Ajja>j alKhati>b.
2. Tay>si>r Mus}t}ala>h al-H{adi>th karya Mahmu>d al-Tah}ha} >n.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Sedangkan sumber sekunder yang dijadikan sebagai pelengkap dalam
penelitian ini antara lain:
a.

Muqaddimah Ibn S}ala>h Fi> ‘Ulu>m al-H{adi>th, karya Ibn S}ala>h

b. Fath al-Mughi>th Sharh al-Fiyah al-H{adi>th, Abd al-Rahma>n bin Husa>n
al-‘Iraqi.
c. Mana>hij al-Muhaddithi>n karya Al-Murtad}}a> al-Zai>n Ahmad.
d. Qawa>id al-tahdi>th min funu>ni must}alah al-h}adi>th karya Jama>l al-Di>n alQa>si>mi>.
e. Tahdhi>b al-Kama>l karya al-Mizi>
f. Tahdhi>b al-Tahdhi>b karya Ibn H{ajar al-‘Asqala>ni>
g. Al-Wa>sit} Fi> ‘Ulu>m wa Mus}t}alah al-H{adi>th karya Muhammad Abu>
Shuhbah.
h. Al-Kifayah Fi> ‘ilm al-Riwayah karya al-Khati>b al-Baghdadi.
i. Ihtima>m al-Muhaddithi>n bi naqd al-H{adi>th sanadan wa matnan karya
Muhammad Luqma>n al-Salafi.
3. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Dalam teknik pengumpulan data, digunakan metode dokumentasi yaitu
dengan mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, buku, kitab, jurnal ilmiah
ataupun dokumentasi lainnya. Melalui metode dokumentasi ini, diperoleh datadata yang berkaitan dengan penelitian ini berdasarkan konsep kerangka penulisan
yang telah disiapkan sebelumnya.
Untuk menelaah dan mengkaji isi kandungan data utama dan yang lain
digunakan teknik content analysis (kajian isi). Hal ini didasarkan pada pendapat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Lexy J. Moloeng. Ia mengatakan ‚untuk memanfaatkan dokumen yang padat
isinya, biasanya digunakan metode tertentu. Metode yang paling umum adalah

content analysis atau dinamakan kajian isi‛.27 Dalam hal ini, yang menjadi objek
utama adalah pemikiran Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan Mahmu>d al-T{ah} h}a>n
tentang peningkatan kualitas hadis d}ai>f sebab jaha>lat al-ruwa>h. Dan menjadikan
kaidah-kaidah ‘ulu>m al-h}adi>th sebagai bahan acuan.
Setelah data dapat terhimpun, kemudian dipilah, diklasifikasi, dan
diinventarisasi ke dalam pemikiran yang searah atau yang dinilai sama dengan
norma atau kaidah yang telah ditetapkan untuk disimpulkan dengan konklusi
induktif dan deduktif.28 Dengan demikian, pokok pikiran yang terkandung dalam
data utama akan mudah diidentifikasi dan dikategorisasi secara sistematik ke
dalam satu kesimpulan yang jelas, terarah, dan mudah untuk dianalisis serta
diinterpretasi lebih lanjut.
4. Metode Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
komparasi (comparative approach) atau membandingkan antara kedua kelompok
atau tokoh dengan mengangkat pemikiran peningkatan kualitas hadis d}a>if sebab

jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b dan Mahmu>d al-Tahha>n
sebagai objek materialnya. Sehingga dari pokok-pokok pemikiran kedua tokoh
tersebut dapat menangkap maksud, baik dari segi persamaaan atau perbedaannya.

27

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), 163.
Kesimpulan induktif adalah usaha atau proses pengambilan kesimpulan berdasarkan fakta-fakta
individual. Jika pengambilan kesimpulan dengan jalan sebaliknya maka disebut dengan deduktif.

28

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Semua data yang terkumpul, baik primer maupun sekunder diklasifikasi
dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan
telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian dengan
menggunakan analisis isi, yaitu suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi
pesan dan mengolahnya dengan tujuan menangkap pesan yang tersirat dari satu
atau beberapa pernyataan.29
I. Sistematika Pembahasan
Konsep sistematika pembahasan dalam tesis ini disusun sebagai berikut:
Bab pertama, sebagai pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, kerangka teoritik, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan. Pada bab pertama ini merupakan acuan metodologis dalam
penulisan karya ilmiah yang telah dilakukan.
Bab kedua berisi tentang konsep hadis d}a‘i>f dan jaha>lat al-ruwa>h menurut
Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b. Di dalamnya terdapat pula pembahasan seputar
biografi Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b. Adanya bab kedua ini akan mempermudah
pembaca dalam mengetahui biografi dan konsep pemikiran tokoh yang dimaksud.
Bab ketiga akan membahas tentang konsep hadis d}a‘i>f dan jaha>lat al-

ruwa>h menurut Mahmu>d al-T{ah}h}an> . Di dalamnya juga terdapat pembahasan
seputar biografi Mahmu>d al-T{ah}h}an> . Sebagaimana dalam bab kedua, pada bab
ketiga juga berisi biografi dan konsep pemikiran tokoh yang dimaksud dalam
penulisa karya ilmiah ini.
29

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin,1993), 76-77.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Bab keempat merupakan pemaparan studi komparasi tentang peningkatan

kualitas hadis d}a‘i>f karena jaha>lat al-ruwa>h menurut Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b
dan Mahmu>d al-T{ah}ha} >n. Data-data yang telah terhimpun, kemudian dapat
dianalisa pada bab keempat. Di dalamnya mencakup persamaan dan perbedaan
mengenai konsep peningkatan kualitas hadis d}a‘i>f karena jaha>lat al-ruwa>h
menurut kedua ulama tersebut.
Bab kelima berisi kesimpulan dari uraian-uraian yang telah dibahas dalam
penelitian ini. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban terhadap masalahmasalah yang diajukan sesuai dengan rumusan masalah. Sehingga pembaca akan
mudah mengetahui maksud dari penelitan yang telah dilakukan. Selain
kesimpulan, terdapat pula saran-saran ilmiah bagi penulis dan pembaca.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

BAB II
KONSEP HADIS D{A‘I DAN JAHAb
Nama lengkapnya adalah Muhammad ‘Ajja>j bin Muhammad Tami>m bin
S{a>lih bin Abdullah al-Hasani al-Ha>shimi. Nasab-nya sampai kepada Rasulullah
Saw. melalui jalur H{asan bin ‘Ali> bin Abi> T{al> ib bin ‘Abd al-Mut{allib al-Ha>shimi>
yang merupakan cucu Rasulullah. Ia dilahirkan di kota Damaskus tepatnya pada
tahun 1932 M/1350 H.1 Nama al-Khati>b sendiri merupakan nama sebuah
keluarga yang hijrah dari Hijaz ke Negeri Syam (syiria) kemudian menetap di
Damaskus dan sekitarnya. Dinamai dengan al-Khati>b, karena para ulama yang
berasal dari keluarga ini gemar berkhutbah di hadapan umat Islam sehingga
mereka terkenal dengan gelar al-Khati>b.2
Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b adalah seorang sarjana dan pemikir Islam
ternama di zamannya dalam berbagai keilmuan termasuk di bidang ilmu hadis. Ia
menjadi anak yatim ketika berusia 7 tahun.3 Sejak kecil, ‘Ajja>j al-Khatib sudah
rutin menghadiri majelis ilmu atau loka karya di masjid Umayyah dan halaqah
ilmu yang diadakan sendiri oleh keluarganya, sehingga kecintaan akan ilmu

1

Al-si>rah al-Dha>tiyyah al-‘Adh al-Duktu>r Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b, dalam:

www. Naseemalsham.com (25 Juni 2015), 1.
Ibid.
3
Ibid.
2

18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

sudah melekat erat di benaknya. Pendidikan formalnya dimulai dengan belajar di

Da>r al-Mu’allimi>n al-Ibtida’iyyah dan selesai pada tahun 1952 M.
Pada saat lulus dan menjadi siswa terbaik, Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b
langsung diangkat menjadi pengajar di sekolah tersebut untuk membimbing adik
kelasnya. Selain itu, ia juga mengajar di sekolah tingkat menengah di Damaskus
selama tujuh tahun (1952 M-1959 M).4 Semangatnya dalam mencari dan
mengembangkan keilmuannya tidak pernah padam hingga sekarang.
2. Pendidikan dan keilmuan Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b
Sebagaimana penjelasan di atas, bahwa sejak kecil Muhammad ‘Ajja>j alKhati>b tidak pernah lelah dalam mencari ilmu. Keseriusannya dalam pendidikan
terbukti dengan prestasi dan penghargaan yang telah diterimanya, seperti
menjadi lulusan terbaik dan diangkat menjadi pengajar pada saat itu. Pendidikan
formalnya di awali dari belajar di Da>r al-Mu’allimi>n al-Ibtida’iyyah dan selesai
pada tahun 1952 M.5
Pada tahun 1958 M, Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b melanjutkan studinya
pada Fakultas Syari’ah Universitas Damaskus dan menyelesaikan kuliahnya
tahun 1959 M. Setahun kemudian (1960 M), kementerian pendidikan Syiria
memberikan beasiswa kepadanya untuk melanjutkan studi ke jenjang magister
pada fakultas Da>r al-‘Ulu>m Universitas Kairo dan selesai pada tahun 1962 M
dengan menulis tesis yang berjudul ‚al-Sunnah Qabl al-Tadwi>n‛.

4
5

Ibid. 2.
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Pada Universitas yang sama, Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b meraih gelar
doktor bidang ilmu keislaman dengan spesifik ilmu hadis pada tahun 1965 M dan
menulis disertasi dengan judul ‚Nash’ah ‘Ulu>m al-Hadi>>th wa Mus}t}alahuhu, ma’a

al-Tahqi>q kitab al-Muh}addith al-Fa>s}il bayna al-Ra>wi wa al-Wa>’i karya alRa>mahurmuzi‛ dengan predikat ‚summa cumlaude‛.6
Setelah menyelesaikan studinya di Kairo, pada awal tahun 1966 M,
Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b langsung kembali ke negaranya. Di kota
kelahirannya, ia kemudian diangkat sebagai dosen pada Fakultas Syari’ah jurusan
Ilmu al-Qur’an dan al-Sunnah Universitas Damaskus sampai tahun 1969 M. Pada
tahun 1970 M, ia ditunjuk sebagai dosen tamu pada Fakultas Syari’ah
Universitas Riyadh sampai tahun 1973 M. Pada tahun 1978 M, ia juga menjadi
dosen tamu pada Universitas Ummu al-Qura> Makkah al-Mukarramah.7
Karir ‘Ajja>j al-Khati>b semakin bersinar di dunia Arab ketika ia diundang
oleh Shaikh Abdul Aziz bin Ba>z untuk menjadi anggota dewan penasehat ibadah
haji pada tahun 1979 M. Kemudian pada tahun 1980 M, ia dipercaya menjadi
dosen di Universitas Uni Emirat Arab dan juga guru besar al-hadi>th wa ‘ulu>muhu
(ilmu-ilmu hadis) dan mengajar di program pascasarjananya hingga 31 Agustus
1997 M.8
Setelah dari Uni Emirat Arab, Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b berpindah
tugas ke Universitas al-Sha>riqah dan memegang jabatan sebagai dekan Fakultas
Syariah dan ilmu keislaman dari tahun 1997 M sampai 2002, Muhammad ‘Ajja>j
6

Ibid.
Ibid. lihat juga Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b, dalam: http://shamela.ws/index.php/author/1590.
(10 Agustus 2015), 1.
8
Ibid.

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

al-Khati>b juga pernah menjadi dosen di Universitas ‘Ajman UEA sampai tahun
2003 M.9
Prestasi keilmuan Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b tidak lepas dari shaikh
atau guru yang pernah mengajarinya. Sejak kecil, Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b
senang menghabiskan waktunya dengan belajar dan berguru kepada ulama-ulama
besar di kota kelahirannya, Damaskus. Mereka itulah yang berjasa membangun
wawasan dan intelektualitas dalam diri Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b. Di antara
guru-guru dan shaikh-shaikh yang pernah membimbing ‘Ajja>j al-Khati>b selama
belajar di Damaskus dari kalangan keluarganya sendiri yaitu: Shaikh Hashi>m alKhati>b, Shaikh Abdurrahman al-Khati>b, Shaikh Abdul Wahab al-Ha>fiz}, Shaikh
Suhail Abdul Fatta>h al-Khati>b, Shaikh S{a>lih al-Khati>b, Shaikh Shari>f Abdul
Fattah al-Khati>b, dan lainnya.10
Sementara guru ‘Ajja>j al-Khati>b ketika menuntut ilmu pada jenjang
perguruan tinggi strata satu di Universitas Damaskus adalah sebagai berikut:
a. Prof. Dr. Must}afa al-Siba>’i
b. Prof. Dr. Must}afa al-Zurqa>
c. Prof. Dr. Ma’ruf al-Dawa>libi
d. Prof. Bahjat al-Bayta>r
e. Prof. Dr. Sya’ban Husein
f. Prof. Muhammad Abdul Qa>dir al-Muba>rak
g. Prof. Mustafa al-Kha>n

9

Ibid.
Ibid., 3

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

h. Al-Qa>d}i Shaikh Ali al-T{ant}awi
i. Prof. Dr. Muhammad Fauzi Faydullah.11
Kemudian, secara khusus ‘Ajja>j al-Khati>b juga pernah belajar dalam
beberapa bidang keilmuan Islam, di antaranya:
a. Belajar sastra Arab kepada Prof. Dr. S{al> ih al-Ashtar,
b. Mempelajari sejarah Islam kepada Prof. Dr. Yusuf al-‘Ish
c. Mendalami ilmu jiwa kepada Prof. Dr. ‘Adna>n al-Sabi>’i,
d. Mempelajari ilmu perundang-undangan kepada prof. Dr. Ahmad alSama>n.
Sedangkan selama menuntut ilmu di Mesir, ‘Ajja>j al-Khati>b pernah
belajar kepada beberapa pakar, di antaraya adalah, Prof. Dr. Ali Hasbullah yang
merupakan pembimbing tesis dan disertasinya. ‘Ajja>j juga sering bertalaqqi
langsung kepada dekan fakultas Da>r al-Ulu>m Prof. Dr. Mahmu>d Qa>sim.12
Dalam ilmu Us{ul> Fiqh, ‘Ajja>j al-Khati>b belajar langsung kepada Shaikh
Muhammad Abu Zahrah, Shaikh Ali al-Khafi>f, Shaikh Muhammad al-Zafza>f dan
Dr. Yusuf Musa. Di samping itu, ia juga rutin mendengarkan kajian keislaman
yang dibimbing oleh Dr. Abdurrahman al-Bazza>r.13
Selain yang disebutkan di atas, masih banyak lagi ulama dan pakar yang
telah membimbing ‘Ajja>j al-Khati>b selama belajar di Mesir. Tidak hanya kepada
ulama dan pakar yang mengajar di Universitas tempatnya menuntut ilmu (Cairo

11

Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b, dalam:
2015), 4.
12
Ibid.
13
Ibid.

http://shamela.ws/index.php/author/1590. (10 Agustus

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

University), ia juga banyak belajar langsung kepada ulama al-Azha>r dan ulama
lain di berbagai universitas lainnya di Mesir.
3. Karya Tulis Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b
Di tengah kesibukannya sebagai dosen sekaligus dekan, kemudian
sebagai pimpinan di beberapa lembaga keislaman dan sering diundang dalam
seminar dan mu’tamar baik dalam maupun luar negeri, ‘Ajja>j al-Khati>b tidak
lupa untuk menulis dan berkarya dalam bentuk buku, ia berharap agar ilmu dan
wawasannya tentang keislaman tidak hanya dapat dipetik oleh orang yang
semasanya saja, akan tetapi juga dapat dipelajari oleh generasi sesudahnya.
Di antara karya yang pernah ditulis ‘Ajja>j al-Khati>b selama hidupnya
ada yang berbentuk buku adapula yang berupa karya ilmiah dalam berbagai
bidang keilmuan, diantaranya:
a. Bidang ‘Ulu>m al-Qur’an
1) Shadhara>t fi al-Tafsi>r, Tafsi>r Su>rat al-Muja>dilah wa al-H}ujura>t wa al-

Mumtahanah. Buku ini diterbitkan oleh penerbit universitas Damaskus
tahun 1978 M.
2) Qabasa>t min Huda al-Qur’a>n wa al-Sunnah. Diterbitkan oleh Maktabah
al-Fala>h}, Kuwait tahun 1987 M.14
b. Bidang Hadis dan ‘Ulu>m Hadi>th
1) Zaid bin Thabit (1959 M).
2) Abu Hurayrah Riwayat al-Isla>m. (Cetakan pertama diterbitkan wiza>ra>t

al-thaqa>fah tahun 1963 M. (Cetakan kedua diterbitkan di Beirut tahun
14

Ibid., 11.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

1965 M. dan cetakan ketiga diterbitkan oleh Maktabah Wahbah Kairo
tahun 1982 M).15
3) Al-Sunnah Qabla al-Tadwi>n. (Cetakan pertama diterbitkan oleh

Maktabah Wahbah Kairo tahun 1963 M dan cetakan kedua sampai
kelima diterbitkan oleh Da>r al-Fikr Beirut tahun 1971 M.16
4) Us}ul> al-Hadi>th wa Ulu>muhu wa Mus}t}alahuhu. Cetakan pertama
diterbitkan oleh al-Maktabah al-Hadi>thah Damaskus dan cetakan kedua
sampai ketujuh dicetak oleh Da>r al-Fikr Beirut tahun 1971 M – 1997 M.
5) Qabasa>t min Huda al-Nubuwwah. Cetakan pertama diterbitkan oleh
penerbit al-Maktabah al-Hadi>thah Damaskus dan cetakan selanjutnya
diterbitkan oleh Da>r al-Fikr Beirut.17
6) Al-Muh}addith al-Fa>s}il bayna al-Ra>wi wa al-Wa>’i> li al-Qa>d}i al-

Ra>mahurmuzi>. Diterbitkan oleh penerbit Da>r al-Fikr Beirut tahun 1971
M.
7) Al-Mu>jiz fi> Aha>dith al-Ah}ka>m. Universitas Damaskus 1975 M.
8) Al-Waji>z fi> ‘Ulu>m al-Hadi>th wa Nus}u>s}ihi. Universitas Damaskus 1979
M.
9) Al-Mukhtas}ar

Al-Waji>z fi> ‘Ulu>m al-Hadi>th. Diterbitkan oleh

Mu’assasah al-Risa>lah, Beirut, cetakan ke 3-6 tahun 1985 M. – 2000 M.

15

Ibid., 9
Ibid., 10.
17
Ibid.
16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

10) Al-Sunnah Hujjiyatuha> wa Maka>natuha min al-Tashri>’ wa Al-Qur’a>n

al-Kari>m wa Daf’u Ba’d} al-Shubuha>t ‘anha. Diterbitkan oleh Da>r alFikr, Beirut tahun 2009 M.
11) Al-Mufi>d fi Takhri>j al-H{adi>th wa Dira>sah Asa>ni>d.
c. Bidang Metodologi penelitian (bah}th)
1) Lamah}a>t fi al-Maktabah wa al-Bah}th wa al-Mas}a>dir. Cetakan pertama
dan kedua diterbitkan di Riyadh tahun 1969 M. sedangkan terbitan
selanjutnya dicetak di Damaskus dan Beirut.
d. Bidang Dakwah dan Tarbiyyah
1) Al-Tarbiyyah

al-Isla>miyyah,

Ahda>fuha

Asa>suha>

wa

T}uruqu

Tadri>suha. Buku ini diterbitkan oleh penerbit universitas Damaskus
tahun 1974 M.18
2) Ad}wa>’ ‘ala al-I’la>m fi> S}adr al-Isla>m. Buku ini juga diterbitkan oleh

Mu’assasah al-Risa>lah Beirut, cetakan pertama tahun 1985 M. dan
cetakan kedua tahun 1987 M.
3) Niz}a>m al-Usrah fi> al-Isla>m. Diterbitkan oleh Maktabah al-Fala>h}
Kuwait tahun 1984 M.
e. Bidang Akidah dan Pemikiran Islam
1) Fi Rih}a>b Asma>’ Allah al-H{usna>. Diterbitkan oleh Mu’assasah alRisa>lah, Beirut tahun 1988 M.
2) Fi al-Fikr al-Isla>mi. diterbitkan Universitas Uni Emirat Arab tahun
1990 M.19
18

Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

f. Bidang Sejarah
1) Bibliografi Arab. Buku ini ditulis bersama dengan beberapa ulama
lain seperti Shaikh Ali Hasbullah, Ali al-Khafi>f, dan Muhammad alZafza>f. (1965 M).
2) Masa>lik al-Abs}a>r fi Mama>lik al-Ams}a>r. Diterbitkan oleh al-Majma’
al-Thaqa>fi tahun 2004 M.20
Begitu banyak karya-karya Muhammad ‘Ajja>j al-Khat}i>b dalam bentuk
buku maupun tulisan artikel, majalah, jurnal ilmiah, seminar dan lain-lain. Di
antara contonya adalah Ibn Shiha>b al-Zuhri> wa al-Mushtasriqu>n (Majalah Mana>r
al-Isla>m Departemen Waqaf tahun 1983 M), al-Tarbiyyah bi al-Qudwah wa

Dawruha> fi al-Tamki>n al-Usari> (Seminar Pengokohan keluarga yang diadakan
oleh Fakultas Syari’ah Universitas Damaskus pada 12-13 Juli 2008).
Sekian banyak karya-karya yang telah ditulis oleh Muhammad ‘Ajja>j alKhat}i>b, terlihat jelas bahwa ia lebih banyak membidangi ilmu hadis dari pada
bidang-bidang ilmu Keislaman lainnya. Muhammad ‘Ajja>j al-Khat}i>b banyak
menekuni bidang hadis juga banyak melahirkan karya-karya hadis. Oleh sebab
itu, ‘Ajja>j al-Khat}i>b sudah layak disebut sebagai ulama hadis yang banyak
berkiprah di bidang ilmu hadis, meskipun ada beberapa karyanya yang bukan
bidang ilmu hadis.

19
20

Ibid., 11.
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

B. Konsep Hadis D{a‘i>f dan Jaha>lat al-Ruwa>h
1. Konsep Hadis D{a‘i>f
a. Pengertian Hadis D{a‘i>f
Kata d}a’i>f
kata qowi>

menurut bahasa bermakna lemah, kebalikannya adalah

( artinya kuat.21 Sebagai lawan kata dari s}ahi>h22, kata d}a‘i>f juga

berarti saqim artinya sakit. Dengan demikian, hadis d}a’i>f berarti hadis yang
lemah, sakit dan hadis yang tidak kuat. Hadis d}ai>f ini bisa terjadi karena sanad
dan matannya tidak memenuhi kriteria hadis yang kuat dan diterima sebagai

hujjah.
Secara terminologis para ulama berbeda-beda dalam mendefinisikan
hadis d}ai>f, namun maksud dan kandungannya sama, diantaranya:
1). Al-Nawa>wi> dan al-Qa>simi mendefinisikan hadis d}a’i>f adalah:
23

‚Hadis yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadis s}ahi>h dan
syarat-syarat hadis hasan.‛
2). Muhammad ‘Ajjaj al-Khati>b, hadis d}a‘i>f adalah:
24

‚Segala hadis yang di dalamnya tidak terkumpul sifat-sifat maqbu>l.‛

21

Louis Ma’luf, al-Munjid fi> al-Lugha>t wa al-A’la>m (Beirut: Da>r al-Mashriq, 1989), 451.
Kata s}ahi>h juga telah menjadi kosakata bahasa Indonesia dengan arti sah, benar, pasti. W.J.S.
Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), 849.
23
Muhammad Jama>l al-Di>n al-Qa>simi, Q