ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK UMKM TANPA SERTIFIKAT HALAL MUI DI SURABAYA.

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN TERHADAP PRODUK UMKM TANPA
SERTIFIKAT HALAL MUI DI SURABAYA

SKRIPSI

Oleh
M. AFIF FATIHUDDIN ZAIN
NIM. C32212084

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah)
Surabaya
2016

ABSTRAK
Skripsi ini adalah merupakan penelitian lapangan yang berjudul “Analisis
Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen terhadap produk UMKM tanpa sertifikat halal MUI di Surabaya”.
Penelitian ini menjawab pertanyaan analisis hukum Islam terhadap produk
UMKM tanpa sertifikat halal MUI Jawa Timur di Surabaya dan Analisis
Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen terhadap
produk UMKM tanpa sertifikat halal MUI jawa timur di Surabaya.
Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi, kemudian dianalisis menggunakan pola pikir
deduktif untuk mendapatkan kesimpulan yang dianalisis menggunakan hukum
Islam dan undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Pertama, produk UMKM di
Surabaya yang tidak ada sertifikat halal atau menggunakan tanda halal yang
bukan berasal dari MUI, masih diragukan kehalalannya. Karena belum ada proses
penelitian yang dilakukan lembaga yang mempunyai otoritas penetapan
kehalalan produk yakni LPPOM MUI. Produk UMKM di Surabaya yang masih
diragukan kehalalannya dapat dikategorikan masuk dalam wilayah shubhat.
Sesuai ijtima’ komisi fatwa majlis ulama Indonesia, produk pangan, obat, dan
kosmetika yang belum jelas kehalalannya, wajib dihindari sampai ada kejelasan
kehalalan. Karena setiap makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika yang
dalam produksinya melalui proses teknologi hukum asalnya adalah shubhat.
Sedangkan yang kedua, di dalam undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen pasal 8 ayat (1) huruf h mengatur bahwa “pelaku usaha
dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang
tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan
halal yang dicantumkan dalam label”. Majlis ulama Indonesia melalui LPPOM
MUI telah menyediakan layanan via SMS untuk mengetahui produk yang telah
bersertifikat halal. Terhadap produk yang bertanda halal tetapi tidak bersertifikat
halal MUI maka dalam hal pengawasan akan ditegur dan dibina oleh Badan Pom.
Dari hasil penelitian tersebut, maka seharusnya pelaku usaha, baik
UMKM atau perusahaan berskala besar untuk melaksanakan sertifikasi halal dan
tidak berbuat curang terhadap sertifikat halal yang sudah diterimanya, dan bagi
konsumen juga harus berhati-hati dalam memilih produk makanan atau minuman
yang akan dikonsumsi agar terhindar dari produk-produk yang haram atau
berbahaya.

i

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM .........................................................................................


i

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................

iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ....................................................................

iv

ABSTRAK ....................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ....................................................................................


vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL............................................................................................

x

DAFTAR BAGAN ..........................................................................................

xi

DAFTAR TRANSLITERASI ........................................................................

xii

BAB I


BAB II

: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ......................................

8

C. Rumusan Masalah ...............................................................

9

D. Kajian Pustaka ....................................................................

9

E. Tujuan Penelitian ................................................................


12

F. Kegunaan Hasil Penelitian .................................................

12

G. Definisi Operasional ...........................................................

13

H.

Metodelogi Penelitian .......................................................

14

I.

Sistematika Pembahasan ....................................................


19

: MAKANAN
HALAL
DALAM
ISLAM
DAN
PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK
HALAL
A. Makanan Halal Dalam Islam ...............................................

21

1. Pengertian Halal ..............................................................

21

2. Dasar Hukum Makanan dan Minuman Halal ..................


22

3. Kriteria Makanan dan Minuman Halal ...........................

26

i

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4. Tinjauan Umum Sertifikasi Halal ...................................

29

B. LPPOM MUI dan Komisi Fatwa.........................................

32

C. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen ....................................................


35

1. Pengertian Perlindungan Konsumen ...............................

35

2. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen......................

38

3. Hak dan Kewajiban Konsumen Serta Pelaku Usaha.......

39

4. Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Halal ...........

43

BAB III : USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN

SERTIFIKASI HALAL
A. UMKM Makanan dan Minuman di Surabaya .....................

48

B. Syarat dan Proses Sertifikasi Halal .....................................

49

C. Proses Penetapan Fatwa Produk Halal ...............................

52

D. Sertifikasi Halal Produk UMKM Makanan dan Minuman
di Surabaya .........................................................................

56

BAB IV : ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM DAN UNDANGUNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK

UMKM TANPA SERTIFIKAT HALAL MUI DI
SURABAYA

BAB V

A. Analisis Hukum Islam Terhadap Produk UMKM Tanpa
Sertifikat Halal MUI Jawa Timur di Surabaya ...................

67

B. Analisis Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen terhadap produk UMKM tanpa
sertifikat halal MUI jawa timur di Surabaya ......................

72

: PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................

76

B. Saran ...................................................................................

77

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta
keberhasilan pembangunan akhir-akhir ini telah merambah seluruh aspek
bidang kehidupan umat manusia, tidak saja membawa berbagai kemudahan,
melainkan juga menimbulkan sejumlah persoalan. Aktivitas yang beberapa
waktu lalu tidak pernah dikenal, atau bahkan tidak pernah terbayangkan, kini
hal itu menjadi kenyataan. Di sisi lain, kesadaran keberagamaan umat Islam di
berbagai negeri, termasuk di Indonesia, pada dasawarsa terakhir ini semakin
tumbuh subur dan meningkat. Sebagai konsekuensi logis, setiap timbul
persoalan,

penemuan

umat

senantiasa

bertanya-tanya,

bagaimanakah

kedudukan hal tersebut dalam pandangan ajaran dan hukum Islam.
Sejalan dengan terus berkembangnya teknologi proses pengolahan pangan
dan non-pangan, status kehalalan dari produk-produk yang berada di pasaran
menjadi sangat rawan. Hal ini disebabkan proses pengolahan menjadi sangat
kompleks dan melibatkan banyak pihak serta pelaku usaha lain. Proses
produksi di industri akan melibatkan berbagai bahan baku dan bahan tambahan
yang sering didatangkan dari supplier lain. Tidak sedikit bahan tambahan
tersebut berasal dari bahan impor dari negara lain yang mayoritas penduduknya

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

non-Muslim, sehingga kemungkinan bahan tersebut berstatus haram atau

shubhat. Dalam produksi pengolahan pangan, misalnya banyak digunakan
gelatin, emulsifier, enzim, lemak hewani, bahan baku berbasis daging, flavor
dan sebagainya.1 Bahan bahan tersebut sangat rawan dari segi kehalalannya,
karena bisa dibuat atau mengandung bahan yang diharamkan, seperti babi atau
turunannya, alkohol, atau berasal dari hewan halal yang tidak disembelih sesuai
syariat Islam.
Kehalalan produk pangan merupakan hal yang sangat penting bagi umat
Islam. Untuk itu, umat Islam harus selalu waspada terhadap perkembangan
teknologi pangan yang bisa menghasilkan bermacam-macam produk makanan
melalui proses tertentu, agar terhindar dari produk makanan yang haram.
Dalam hal ini agama Islam menganjurkan bahwa untuk memakan makanan
yang halal lagi baik2. Seperti dalam firman Allah Swt:
              
  
Artinya:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu”(al-Baqarah: 168).3

1
Jamaludin Mahran, Al-Quran Bertutur tentang Makanan dan Obat-obatan (Yogyakarta: Mitara
Pustaka, 2005), 451.
2
Yusuf Qardawi, Halal-Haram dalam Islam, Wahid Ahmadi et al (Surakarta: Era Intermedia, 2003),
72.
3
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Pustaka Agung Harapan, 2006), 32.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Serta pada surat al-Maidah: 88;
             
Artinya:
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya”(al-Maidah: 88).4
Ayat- ayat diatas bukan saja menyatakan bahwa mengkonsumsi yang
halal hukumnya wajib karena perintah agama, tetapi juga menunjukan bahwa
hal tersebut merupakan salah satu bentuk perwujudan dari rasa syukur dan
keimanan kepada

Allah Swt. Sebaliknya, mengkonsumsi yang tidak halal

dipandang mengikuti ajaran setan.5
Semakin marak produk makanan dan minuman olahan yang beredar di
masyarakat dengan berbagai merek dan jenisnya. Diantara produk tersebut
sering kali ditemukan produk yang menggunakan bahan haram dan berbahaya
dalam produksinya. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa ternyata
konsumen sering dihadapkan pada penjualan atau peredaran produk makanan
olahan yang mengandung bahan haram atau dapat menggangu kesehatan.6
Dalam kegiatan produksi dan perdagangan produk pangan dan non-

Ibid., 162.
Ibid., 11.
6
Thobieb AL-Ashyar, Bahaya Makanan Haram, (Jakarta: Mawardi Prima, 2003), 179.

4

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

pangan di era globalisasi, masyarakat yang mengkonsumsi, khususnya umat
Islam, perlu diberikan pengetahuan, informasi dan akses yang memadai agar
memperoleh informasi yang benar dan tidak menyesatkan tentang status
kehalalan produk yang dibelinya. Dalam upaya memenuhi harapan masyarakat
muslim khususnya terhadap kepastian kehalalan produk makanan, maka LP
POM MUI mengeluarkan instrumen sertifikat halal bagi setiap produsen yang
mencantumkan label halal pada kemasan produknya. Sertifikasi halal adalah
fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan
syari’at Islam. Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin
pencantuman label halal pada kemasan produk dari instansi pemerintah yang
berwewenang.7
Secara yuridis, Indonesia sebenarnya cukup produktif dalam membuat
perangkat undang-undang atau peraturan yang memberi perlindungan terhadap
masyarakat. Indonesia sudah memiliki undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang

Perlindungan

Konsumen,

yang

mengatur

dan

memberikan

perlindungan bagi konsumen. undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen pasal 8 ayat (1) huruf h mengatur bahwa “pelaku
usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa
yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana

7

Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jendral Bimbingan Masyrakat Islam dan Penyelenggara
Haji, Pedoman Labelisasi Halal, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2003), 10.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

pernyataan halal yang dicantumkan dalam label”.8 Pasal ini menunjukkan,
bahwa setiap konsumen muslim yang merupakan mayoritas konsumen di
Indonesia, berhak untuk mendapatkan barang yang nyaman dikonsumsi
olehnya. Salah satu pengertian nyaman bagi konsumen muslim bahwa barang
tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam, yaitu halal.
Selanjutnya, pada pasal yang sama point c disebutkan bahwa: “konsumen
juga berhak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/jasa”. Hal ini memberikan pengertian bahwa keterangan
halal yang diberikan oleh pelaku usaha haruslah benar, atau telah teruji terlebih
dahulu. Dengan demikian pelaku usaha tidak dapat dengan serta merta
mengklaim bahwa produknya halal, sebelum melalui pengujian kehalalan dari
lembaga yang berwewenang. Sehingga tidak ada kerugian bagi umat Islam
untuk mengkonsumsi produk yang berlabel halal. Namun dalam praktiknya
pelaku usaha bisa jadi menggunakan tanda halal pada produknya tanpa ada
pemeriksaan dan pengujian. Sehingga memungkinkan bila isi produk tersebut
tidak sesuai pada label yang dicantumkan. Dalam hal ini lembaga yang
berwewenang mengeluarkan sertifikat halal adalah majlis ulama Indonesia
(MUI).9

8

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Keputusan Menteri Agama RI No. 519 Tahun 2001 Tentang Lembaga Pelaksana Pemeriksaan
Pangan Halal Menteri Agama Republik Indonesia.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Hal di atas didukung dengan disahkannya undang-undang jaminan produk
halal. Sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang nomor 33 tahun
2014 tentang Jaminan Produk Halal, pasal 4 disebutkan bahwa “produk yang
masuk, beredar, dan diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat
halal”.10 Hal Ini munjukkan bahwa Indonesia telah memberikan perlindungan
terhadap konsumen. Dibentuknya undang-undang tersebut sebagai hukum
positif yang berlaku di Indonesia sekaligus menegaskan sikap Indonesia untuk
mengakui dan melindungi hak-hak konsumen. Namun yang terjadi kemudian,
masih banyak pelanggaran dan kasus-kasus makanan dan minuman haram yang
merugikan masyarakat.
Hasil survei Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebutkan bahwa dari 30
ribu produk makanan dan minuman yang beredar di pasaran, hanya 30 persen
yang mencantumkan label halal. Ini berarti 70 persen lainnya dikategorikan
tidak jelas atau disebut dengan shubhat dan tidak ada jaminan bahwa makanan
tersebut adalah halal. Meskipun secara prosentase dari tahun ke tahun produk
yang bersertifikat halal mengalami peningkatan, secara total angkanya ternyata
masih cukup kecil. Rendahnya animo sertifikasi halal, terbanyak ada di segmen
UMKM dan pedagang kecil.11 Bakso, misalnya, yang beberapa pekan lalu
sempat membuat heboh masyarakat, dengan ditemukannya campuran daging

10

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.
http://www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/detil_page/8/1254/8/1.ht2/270 di akses 26 april
2016

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

babi sebagai bahan bakso. Oleh karena itu, status kehalalan dari produk-produk
olahan yang sering dikonsumsi umat Islam perlu diperiksa untuk memastikan
bahwa dalam proses produksinya tidak terdapat bahan yang haram, tercemar
bahan haram atau yang diragukan kehalalannya.12
Dari haril observasi penulis di lapangan, dapat diketahui produk yang
dihasil oleh UMKM yang ada di car free day Surabaya belum bersertifikat
halal, di antaranya sinom, kebab, dan keripik usus. Produk-produk tersebut
berkemasan dan sudah beredar dipasaran. Bahkan pemasarannya sudah ada
yang sampai luar kota Surabaya. Meskipun begitu produk produk tersebut
belum bersertifikat halal. Bahkan banyak juga pelaku usaha yang hanya asalasalan menggunakan tanda halal tanpa adanya pemeriksaan dari lembaga yang
otoritas penetapan produk halal.
Rendahnya minat pelaku usaha melakukan sertifikasi disebabkan
beberapa alasan. Seperti pemahaman dan kepedulian pedagang tentang halal
masih sangat sederhana. Serta pengurusan izin untuk mendapatkan sertifikat
halal yang rumit dan memerlukan biaya yang cukup besar.13 Dalam persepsi
mereka, sepanjang tidak secara langsung menjual makanan bercampur daging
babi/celeng, maka produk yang mereka jual otomatis halal. Padahal, seiring
dengan perkembangan teknologi, babi/celeng dan turunannya bisa merasuk ke

12
13

Lukman hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam (Surakarta : Erlangga, 2012), 75.
Hadi, (produsen) Wawancara, Surabaya 27 April 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

hampir semua bahan pangan, misalnya kecap, bumbu masak, minyak goreng,
dan sebagainya.
Berdasarkan permasalahan banyaknya produk UMKM yang belum
bersertifikat halal, dan penggunaan tanda halal tanpa adanya pemeriksaan dari
lembaga yang berwewenang, sehingga belum menjaminan bagi konsumen
muslim, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “ Analisis
Hukum Islam dan Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen terhadap produk UMKM tanpa sertifikat halal MUI di Surabaya”

B.

Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka masalah yang dapat di identifikasi pada
penelitian ini adalah:
1. Pencatuman label halal yang bukan berasal dari MUI.
2. Produk UMKM yang tidak ber label halal MUI.
3. Penerapan hukum Islam terhadap produk UMKM tanpa sertifikat halal
MUI di Surabaya.
4. Perlindungan konsumen terhadap produk UMKM tanpa sertifikat halal
MUI Jawa Timur di Surabaya.
Berdasarkan identifikasi masalah dan kemampuan penulis dalam
mengidentifikasi masalah, maka dalam penelitian ini akan dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

1. Analisis hukum Islam terhadap produk UMKM tanpa sertifikat halal MUI
Jawa Timur di Surabaya.
2. Perlindungan konsumen terhadap produk UMKM tanpa sertifikat halal
MUI Jawa Timur di Surabaya.

C.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap produk UMKM tanpa sertifikat
halal MUI Jawa Timur di Surabaya ?
2. Bagaimana analisis Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen terhadap produk UMKM tanpa sertifikat halal
MUI Jawa Timur di Surabaya ?

D.

Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah dilakukan di seputar masalah yang diteliti, sehingga terlihat jelas
bahwa kajian yang sedang dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau
duplikasi dari kajian atau penelitian yang ada.14 Setelah penulis menelusuri
kajian sebelumnya, penulis menemukan skripsi yang membahas kajian yang
berkaitan dengan jual beli tanpa label halal MUI:

14

Surat Keputusan Dekan Fak. Syari’ah Dan Hukum UIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan

Fakultas Syari’ah, (Surabaya: Fak. Syari’ah Dan Hukum) 2014, 9.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Mohammad kholiq15, dengan
judul “Studi Analisis Terhadap Produk Makanan dan Minuman Yang Belum
Bersertifikat Halal (studi kasus pada IKM dikota Semarang)”. Penelitian ini
untuk menjawab pertanyaan Apa hukum produk makanan dan minuman olahan
yang belum bersertifikat halal. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah
bahwa produk makanan dan minuman olahan yang belum bersertifikat halal
merupakan produk yang hukumnya tidak jelas halal atau haramnya. Hal ini
didasarkan pada beberapa alasan. Pertama, produk makanan atau minuman
olahan tidak diketahui secara jelas bahan dan asal bahan yang digunakan dalam
pengolahannya, apakah halal atau tidak. Kedua, secara teknis produk tersebut
tidak diketahui secara jelas bagaimana proses produksi atau pengolahannya.
Bisa saja tercampur bahan haram atau najis atau diolah dengan cara yang tidak
sesuai dengan ketentuan halal dalam syari’at Islam. maka produk makanan dan
minuman olahan yang tidak jelas halal haramnya sebaiknya dihindari untuk
mencegah timbulnya bahaya/kerugian dari produk tersebut.
Kedua, penelitian yang dilakuakan Mazia Ulfa16, “Analisis Fatwa Majlis
Ulama Indonesia Jawa Tengah tentang Sertifikasi Halal pada Produk Makanan
Roti Basah Swiss Bakery”. Penelitian ini untuk menjawab pertanyaan metode
istimbath Hukum Majelis Ulama Indonesia Jawa Tengah tentang sertifikasi
15
Mohammad kholiq, “Studi Analisis Terhadap Produk Makanan dan Minuman Yang Belum
Bersertifikat Halal (studi kasus pada IKM di kota Semarang)’’ (Skripsi--IAIN Walosongo Semarang,
2010).
16
Mazia Ulfa, “Analisis Fatwa Majlis Ulama Indonesia Jawa Tengah tentang Sertifikasi Halal pada
Produk Makanan Roti Basah Swiss Bakery” (Skripsi--IAIN Walosongo Semarang, 2009).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

halal pada produk makanan roti basah Swiss Bakery. Hasil dari penelitian ini
adalah menyatakan kehalalan pada produk roti Swiss Bakery setelah mendapat
laporan secara jelas dan terperinci serta didukung oleh data-data otentik
berkaitan dengan bahan yang digunakan Perusahaan Swiss Bakery dalam
membuat roti basah. Kejelasan dilakukan melalui audit dilokasi tempat
produksi dan melihat langsung dan mencocokan dan meneliti semua bahanbahan yang digunakan oleh perusahaan.
Ketiga, penelitian yang dilakukan Mohammad Ababilil17, “Sertifikasi
Halal terhadap Produk Impor dalam Prespektif Majelis Ulama Indonesia dan
Badan Pengawas Obat dan Makanan”. Penelitian ini untuk menjawab,
bagaimana tinjauan umum tentang sertifikasi halal terhadap produk impor
menurut MUI. Hasil penelitian ini adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI)
melalui LPPOM MUI dan Komisi Fatwa telah berhasil membantu Pemerintah
untuk mencegah dan menanggulangi adanya kecurangan produsen atau
importer berbuat melawan hukum. Adapun kegiatan Labelisasi Halal dikelola
oleh Badan POM sudah sangat tepat dan memberikan jaminan perlindungan
dan kepastian hukum produk pangan halal karena sudah melalui proses yang
panjang antara lain adanya system jaminan halal (SJH) oleh perusahaan, audit
oleh LPPOM dan Komisi fatwa.

17

Mohammad Ababilil,” Sertifikasi Halal terhadap Produk Impor dalam Prespektif Majelis Ulama
Indonesia dan Badan Pengawas Obat dan makanan”(Skripsi--IAIN Tulungagung, 2015).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Setelah mengkaji penelitian-penelitian sebelumnya, bahwa terdapat
perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis kali ini, Dari Penelitian terdahulu membahas tentang fatwa sertifikat
halal oleh Majlis Ulama Indonesia, sedangkan penelitian ini membahas
analisis hukum Islam dan Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen terhadap produk UMKM tanpa sertifikat halal MUI di
Surabaya” Jadi tidak hanya hukum Islam tetapi juga analisis dari UndangUndang perlindungan konsumen.

E.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap produk UMKM tanpa
sertifikat halal MUI Jawa Timur di Surabaya.
2. Untuk mengetahui Perlindungan konsumen terhadap produk UMKM tanpa
sertifikat halal MUI Jawa Timur di Surabaya.

F.

Kegunaan Hasil Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa kegunaan yang dapat
diambil secara teoritis maupun praktis, yakni sebagai berikut :
1. Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu pedoman kehalalan
produk yang bisa dikonsumsi oleh konsumen muslim.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

b.

Menjadi Bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan label halal.

2.

Praktis
a.

Penelitian ini juga diharapkan berguna bagi UIN Sunan Ampel
Surabaya pada umumnya sebagai pengembangan keilmuan, khususnya
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah
(Muamalah).

b.

Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan wawasan pengetahuan
bagi penulis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta
dapat dijadikan sebagai acuan bagi para pelaku bisnis dalam penerapan
hukum Islam khususnya menyangkut hukum makanan dan minuman.

G.

Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul “ Analisis hukum Islam dan Undang-Undang
nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen terhadap produk UMKM
tanpa sertifikat halal MUI di Surabaya” Beberapa istilah yang perlu
mendapatkan penjelasan dari judul tersebut adalah :
1. Hukum Islam: Peraturan dan ketentuan yang berdasarkan atas al-Qur’an
dan hadits serta pendapat para fuqoha’ yang mengikat bagi seluruh umat
Islam.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

2. Perlindungan konsumen: Segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk member perlindungan kepada konsumen. Dalam hal, ini yang
dimaksud perlindungan terhadap konsumen pada produk UMKM tanpa
sertifikat halal MUI di Surabaya.
3. Produk UMKM: Makanan dan minuman

olahan yang dihasilkan oleh

pelaku usaha yang berskala mikro, kecil dan menengah. Dalam skripsi ini di
khususkan pada produk Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di
Surabaya.
4. Sertifikat halal: Fatwa tertulis dari majelis ulama Indonesia (MUI) yang
menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari'at Islam.

H.

Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian tentang “Analisis Hukum Islam dan Undang-Undang
nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen terhadap produk
UMKM tanpa sertifikat halal MUI di Surabaya” merupakan penelitian
yang field research (penelitian lapangan) yakni penelitian yang dilakukan
dalam kehidupan sebenarnya. Objek penelitian ini adalah pelaku usaha
mikro kecil menegah yang belum mempunyai serifikat halal, sedangkan
subjek penelitian adalah pihak majlis ulama Indonesia sebagai lembaga
yang berwewenang mengeluarkan sertifikat halal.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

2.

Sumber Data
Untuk menggali kelengkapan data tersebut, maka diperlukan sumbersumber data berikut :
a. Sumber primer : Data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan. Data ini diperoleh penulis secara langsung dari wawancara
kepada para pihak yang terlibat antara lain:
1. Pelaku usaha mikro kecil menengah.
2. Konsumen.
3. LP POM MUI Jawa Timur.
b. Sumber sekunder : Data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang telah melakukan penelitian dari sumber- sumber yang telah ada
baik dari perpustakaan atau dari laporan- laporan penelitian
terdahulu.18 Adapun literatur yang berhubungan dengan pembahasan
seputar masalah ini :
1. Al-Qur’an.
2. Himpunan fatwa MUI.
3. Pedoman labelisasi halal, departemen agama RI.
4. Panduan sertifikasi halal, departemen agama RI.
5. Sistem prosedur penetapan fatwa produk halal, departemen agama
RI.

18

Ibid., 94.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

6. Hukum perlindungan konsumen, Zulham.
7. Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen.
3. Teknik Pengumpulan Data
Secara lebih detail teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
sebagai berikut :
a. Observasi
Pengambilan data dengan cara mengamati secara langsung
terhadap objek yang diteliti.19 Dalam penelitian ini, observasi
dilakukan dengan cara terjun langsung ke tempat pelaku usaha mikro
kecil menengah.
b. Wawancara
Wawancara atau interview yaitu pengumpulan data dengan cara
berbicara atau berdialog langsung kepada sumber objek penelitian.
Dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara wawancara langsung
kepada pelaku usaha, konsumen, dan pihak majlis ulama Indonesia.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak
langsung

19

ditujukan

pada

subyek

penelitian,

namun

melalui

BurhanAshshofa, MetodePenelitianHukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 26.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

dokumen.20 Penggalian data ini dengan cara menelaah dokumendokumen atau arsip-arsip serta data yang berhubungan dengan
prosedur untuk mendapatkan sertifikat halal MUI.

4. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data, baik itu dari segi penelitian lapangan maupun
hasil pustaka terkumpul, maka dilakukan analisa data secara kualitatif
dengan tahapan- tahapan sebagai berikut :
1.

Organizing, yaitu menyusun sistematika data dari proses awal hingga
akhir tentang produk UMKM tanpa sertifikat halal MUI di Surabaya.

2.

Editing, yaitu merupakan salah satu upaya untuk memeriksa
kelengkapan data yang dikumpulkan. Teknik ini digunakan untuk
meneliti kembali data-data yang diperoleh.21 Hal tersebut dilakukan
untuk memeriksa kembali data-data tentang analisis hukum Islam dan
undang-undang perlindungan konsumen terhadap praktek jual beli
produk UMKM tanpa sertifikat halal MUI di Surabaya.

5.

Teknik Analisis Data
Menurut Patton sebagaimana dikutip oleh Lexi J. Moleong dalam
Masruhan mengartikan analisis data sebagai proses mengatur urutan data,

M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), 87.
Soeratno, Metode Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta: UUP AMP YKPM, 1995),
127.
20

21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar.22
Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu data yang berupa informasi
nyata dilapangan dan data yang dipahami sebagia data yang tidak bisa di
ukur atau dinilai dengan angka secara langsung23, dengan menggunakan
analisis deskriptif, kegiatan pengumpulan data dengan menuliskan sebagai
mana adanya. Tidak diiringi dengan ulasan atau pandangan analisis dari
penulis. Yang bertujuan untuk menggabarkan atau mendeskripsikan
tentang produk UMKM tanpa sertifikat halal MUI ditinjau dari hukum
Islam dan Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen.
Dalam mendeskripsikan tersebut digunakan alur berfikir dedukrif
yaitu dari analisis hukum Islam dan Undang-Undang nomor 8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen terhadap produk UMKM tanpa sertifikat
halal MUI di Surabaya, dijelaskan secara sepesifik kemudian ditarik
kesimpulan.

Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 289.
Andi Pratowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Diva
Press, 2010), 13
22

23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

I.

Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi nantinya akan dibagi dalam beberapa bab yang
terdiri dari lima bab yaitu :
Bab pertama pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan hasil penelitian, kajian pustaka, definisi operasional, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua mengemukakan tentang makanan halal dalam Islam dan
perlindungan konsumen terhadap produk halal meliputi; Pengertian halal,
Dasar hukum makanan dan minuman halal, Kriteria Halal Pada Makanan dan
minuman, LPPOM MUI dan komisi Fatwa dan, Pengertian perlindungan

konsumen, Asas dan tujuan perlindungan konsumen, Hak dan kewajiban bagi
produsen/konsumen serta perlindungan konsumen terhadap produk halal.
Bab ketiga berisi tentang sertifikasi halal produk UMKM di Surabaya
dan Sertifikasi halal yang meliputi; tentang Gambaran umum produk
UMKM, Syarat dan prosedur sertifikasi halal, Prosedur penetapan fatwa
produk halal, sertifikasi halal pada produk UMKM makanan dan minuman di
Surabaya
Bab keempat, membahas dan menganalisa hasil-hasil yang didapat
dari data penelitian. Bab ini berisi tentang perlindungan konsumen terhadap
produk UMKM tanpa sertifikat halal dan analisis hukum Islam dan Undang-

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen terhadap
produk UMKM tanpa sertifikat halal MUI di Surabaya”
Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran yang dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
MAKANAN HALAL DALAM ISLAM DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
TERHADAP PRODUK HALAL

A. Makanan Halal Dalam Islam
1. Pengertian Halal
Kata halal berasal dari bahasa Arab yang berarti melepaskan, tidak
terikat, dibolehkan. Secara etimologi halal berarti hal-hal yang boleh dan
dapat dilakukan kerena bebas atau tidak terikat dengan ketentuanketentuan yang melarangnya.1Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam
yaitu segala sesuatu yang menyebabkan seseorang tidak dihukum jika
menggunakannya, atau sesuatu yang boleh dikerjakan menurut syara’.2
Dalam undang-undang nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan, yang di maksud pangan halal adalah pangan yang tidak
mengandung unsur atau bahan yang haram atau dilarang untuk
dikonsumsi umat Islam, baik yang menyangkut bahan baku, bahan
tambahan pangan, bahan bantu dan bahan penolong lainnya termasuk
bahan pangan yang diolah melalui proses rekayasa genetika dan iridasi
pangan dan pengelolaanya dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum
agama Islam.3
Sedangkan dalam buku petunjuk teknis pedoman sistem produksi

Aisjah Girindra, Pengukir Sejarah Sertifikasi Halal, (Jakarta: LP POM MUI, 2005), 20.
Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve,1996),505.
3
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan.
1

2

21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

halal yang diterbitkan oleh Departemen Agama disebutkan makanan
adalah barang yang dimaksudkan untuk dimakan atau diminum oleh
manusia, serta bahan yang digunakan dalam produksi makanan dan
minuman. Sedangkan halal adalah sesuatu yang dibolehkan menurut
ajaran Islam.4 Jadi dapat disimpulkan makanan dan minuman halal adalah
makanan dan minuman yang baik, yang dibolehkan memakan atau
meminumnya

menurut

ajaran

Islam

yaitu

sesuai

dengan

yang

diperintahkan dalam al-Quran dan hadits.

2. Dasar Hukum Makanan dan Minuman Halal
Prinsip pertama yang ditetapkan Islam adalah bahwa pada asalnya
segala sesuatu yang diciptakan Allah itu halal dan mubah, tidak ada yang
haram, kecuali jika ada nash (dalil) yang shahih (tidak cacat
periwayatannya) dan sharih (jelas maknanya) yang mengharamkan.5 Para
ulama, dalam menetapkan segala sesuatu asalnya boleh, merujuk kepada
al-Quran surat al-Baqarah ayat 29:
             
      
Artinya:
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh

4

Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggara Haji, Petunjuk Teknis Sistem Produksi Halal (Jakarta: Departemen Agama RI,
2003), 3.
5
Yusuf Qardawi, Halal…, 36.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.6
Pada dasarnya semua makanan dan minuman yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-buahan dan hewan adalah halal,
kecuali yang beracun dan membahayakan nyawa manusia. Para ulama
sepakat bahwa semua makanan dan minuman yang ditetapkan al-Quran
keharamannya adalah haram hukum memakannya, baik banyak maupun
sedikit.7
Dasar hukum tentang makanan dan minuman halal antara lain :
a. Al-Quran:
             
   
Artinya:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu”. (Al-Baqarah: 168)8
           
  
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baikbaik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah,
jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”. (An-Nahl: 114)9
             
Depag RI, Al-Qur’an dan…, 6.
Yusuf Qardawi, Halal…, 37.
8
Depag RI, Al-Qur’an dan…, 32.
9
Ibid., 381.
6

7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Artinya:
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang
kamu beriman kepada-Nya. (Al-Maidah: 88)10
b. Hadist Rasulullah Saw:

‫ول هي‬
‫أَيُ َاا النهاس إي هن ه ي‬: َُ‫ا‬
َ‫ب ََ يَ ْقبَ ُل إيه‬
‫ََه ه‬
ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ق‬: ‫ال‬
َ َ‫َع ْن أيَِ ُ َريْ َرَة ق‬
َ َ‫ا‬
ٌ َ‫اََ ط‬
ُ
‫ي‬
‫ي‬
‫اَ أَمر الْم ْْيمني ي‬
‫ال يَا أَيُ َاا الُر ُس ُل ُكَُوا يمن‬
َ ‫ن فَ َق‬
َ َ‫ن َِا أ ََمَر بيه الْ ُم ْر َس‬
َ ُ َ َ َ‫طَيبًا َوإي هن ه‬
‫ات واعمَُوا َ ي‬
‫هي‬
‫ي‬
‫ين َآمنُوا ُكَُوا يمن‬
َ َ‫اًِا إييّ يَِا تَ ْع َمَُو َن َعَيي ٌ َوق‬
َ َ ْ َ َ‫الطهيب‬
َ ‫ال يَا أَيُ َاا الذ‬
‫هي ي‬
‫ي‬
‫ث أَ ْْبَ َر َُُد يَ َديْيه إي ََ ال هس َم ياء‬
َ ‫يل ال هس َفَر أَ ْش َع‬
ُ ‫الط بَات َما َرَزقْ نَا ُك ْ ُُه ذَ َكَر الهر ُج َل يُط‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ي‬
ََ
‫اََِريام فََ ه‬
ْ ‫ي بي‬
َ ‫يَا َرب يَا َرب َوَمطْ َع ُمهُ َحَر ٌام َوَم ْشَربُهُ َحَر ٌام َوَم َْبَ ُسهُ َحَر ٌام َوُْذ‬
‫يستج ي ي‬
‫ك‬
َ ‫اب ل َذل‬
ُ َ َْ ُ
Artinya:
“Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik.
Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan
sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang
mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul.
Firman-Nya: 'Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baikbaik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.' Dan Allah juga berfirman:
'Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baikbaik yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan
kepadamu.'" Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan
karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya
kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke
langit seraya berdo'a: "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku." Padahal,
makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang
haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan
makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan
memperkenankan do'anya?." (HR. Muslim)11

10
11

Ibid., 162.
Muslim, Kitab Muslim, Hadist No. 1686, (Lidwah Pustaka i-Software-Kitab Sembilan Imam).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Sebagian rahmat Allah kepada umat manusia adalah bahwa Allah
tidak membiarkan hambanya dalam kebimbangan tentang halal dan
haram. Sebaliknya Allah menjelaskan yang halal dan menguraikan yang
haram. Ada wilayah diantara yang jelas-jelas halal dan yang jelas-jelas
haram, yaitu wilayah shubhat.12 Bagi sebagian orang beberapa masalah
halal dan haram tidak begitu jelas. Karena ketidak jelasan dalil-dalil dan
kebimbangan dalam menerapkan nash dalam realita kehidupan. Islam
menekankan sikap wara‘, yakni bahwa seorang muslim hendaknya
menghindari hal-hal yang shubhat, supaya tidak terjerumus ke dalam hal
yang haram.13 Prinsip ini didasari oleh sabda Rasulullah Saw:

‫ول هي‬
‫ان ب ين ب يش ٍي قَ َ ي‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ََه ه ي ه‬
َ ‫ت َر ُس‬
ُ ‫ال ََ ْعتُهُ يَ ُقولُ َسم ْع‬
َ َ‫ا‬
َ ْ ‫َع ْن الن ُْع َم‬
َ َ‫اَُ َعَْيه َو َس‬
‫ن َوبَْي نَ ُا َما‬
ْ ‫ن َوإي هن‬
ْ ‫َبَ َعْي يه إي ََ أُذُنَْي يه إي هن‬
ُ ‫يَ ُق‬
ٌ ‫اََِر َام بَي‬
ٌ ‫اَِ ََ َل بَي‬
ْ ‫ول َوأَ ْ َوى الن ُْع َما ُن بييإ‬
‫ي‬
‫ات ََ يَ ْعَ ُم ُا هن َكثييٌ يم ْن الن ي‬
‫استَْب َرأَ لي يديني يه َو يع ْر يض يه‬
ٌ ‫ُم ْشتَبي َا‬
ْ ‫هاس فَ َم ْن اته َق ال ُشبُ َاات‬
‫ي‬
‫ي‬
‫اِيم ي ي‬
‫ات وقَع يف ْ ي‬
‫ك أَ ْن يَ ْرتَ َع‬
ُ ‫وش‬
ُ َ ْ ‫اََِرام َكالهراعي يَ ْر َع َح ْو َل‬
َ َ ‫َوَم ْن َوقَ َع يف الشُبُ َا‬
‫ي ي‬
‫ك يِ أَََ وإي هن يِ هي‬
‫يي‬
َ َ
ً ٍ َ‫فيه أَََ َوإي هن ل ُك يل َم‬
ُ‫اَ ََُا يرُمه‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin
Numair Al Hamdani telah menceritakan kepada kami Ayahku
telah menceritakan kepada kami Zakaria dari As Sya'bi dari An
Nu'man bin Basyir dia berkata, "Saya mendengar dia berkata,
"Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda -Nu'man sambil menujukkan dengan dua jarinya kearah
telinganya-: "Sesungguhnya yang halal telah nyata (jelas) dan
yang haram telah nyata. Dan di antara keduanya ada perkara yang
tidak jelas, yang tidak diketahui kebanyakan orang, maka
barangsiapa menjaga dirinya dari melakukan perkara yang
meragukan, maka selamatlah agama dan harga dirinya, tetapi
siapa yang terjatuh dalam perkara syubhat, maka dia terjatuh
kepada keharaman. Tak ubahnya seperti gembala yang
12
13

Yusuf Qardawi, Halal…, 61.
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

menggembala di tepi pekarangan, dikhawatirkan ternaknya akan
masuk ke dalamnya. Ketahuilah, setiap raja itu memiliki larangan,
dan larangan Allah adalah sesuatu yang diharamkannya.14

3.

Kriteria Makanan dan Minuman Halal
Dalam hal makanan, ada dua pengertian yang bisa dikategorikan
kehalalannya yaitu halal dalam mendapatkannya dan halal dzat atau
subtansi barangnya. Halal dalam mendapatkannya maksudnya adalah
benar dalam mencari dan memperolehnya. Tidak dengan cara yang haram
dan tidak pula dengan cara yang batil.15 Jadi, makanan yang pada
dasarnya dzatnya halal namun cara memperolehnya dengan jalan haram
seperti: hasil riba, mencuri, menipu, hasil judi, hasil korupsi dan
perbuatan haram lainnya, maka berubah status hukumnya menjadi
makanan haram.16
Dalam al-Qur’an makanan yang di haramkan pada dasarnya hanya
ada empat, sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 173:
              
            
Artinya:
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa
(memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)

Muslim, Kitab Muslim, Hadist No. 2996, (Lidwah Pustaka i-Software-Kitab Sembilan Imam).
Thobieb Al-Asyhar, Bahaya..., 97.
16
Ibid., 100.

14
15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(al-Baqarah:173)17
Ayat diatas menerangkan bahwa makanan yang diharamkan itu ada
empat macam, yaitu:
1. Bangkai, yang termasuk kategori bangkai adalah hewan yang mati
dengan tidak disembelih, termasuk didalamnya yang mati tercekik,
dipukul, jatuh, ditanduk atau diterkam oleh hewan buas.
2. Darah, maksudnya adalah darah yang mengalir dari hewan yang
disembelih.
3. Daging babi, apapun yang berasal dari babi hukumnya haram baik
darah,

daging, tulang dan seluruh bagian tubuh babi.

4. Binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah.18
Sedangkan minuman yang diharamkan adalah semua bentuk

khamr (minuman berakhohol), sebagaimana firman Allah Swt:
          
    
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.
(Al-Maidah: 90)19
Larangan mengenai minuman khamr juga terdapat dalam hadits
Rasulullah Saw yang berbunyi:
Depag RI, Al-Qur’an dan..., 32.
Proyek Pembinaan Pangan Halal Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggara Haji, Pedoman, 13.
19
Depag RI, Al-Qur’an dan…, 163.
17

18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.a

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Wanprestasi Dalam Kredit Tanpa Agunan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 9 74

Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pengguna Produk Kosmetik Import Tanpa Izin Edar Dari Badan POM ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI APARTEMEN DI KOTA SURABAYA DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 71

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI APARTEMEN DI KOTA SURABAYA DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 71

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

1 4 136

Analisis hukum Islam dan undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen terhadap pertanggungjawaban atas kesalahan produksi di wira konveksi Sidoarjo.

0 1 99

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA JASA LAUNDRY DI KAEY LAUNDRY.

1 12 97

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA MAKASSAR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 2 141