TI 232008019 Full text

PENDAHULUAN
Akuntansi memiliki peranan yang amat vital dalam mendorong
perkembangan dunia usaha. Dalam perusahaan modern, penguasaan prinsipprinsip akuntansi merupakan kompetensi manajerial yang tidak dapat ditawar lagi.
Memahami akuntansi sama penting dengan memahami dampak teknologi
terhadap proses produksi. Perilaku akuntansi merupakan tindakan yang akan kita
lakukan, dalam melakukan prinsip-prinsip akuntansi sebagaimana dijelaskan
dalam standar yang ditetap oleh pemerintah.
Setiap perusahaan yang berdiri baik itu milik pemerintah maupun milik
swasta merupakan suatu organisasi yang mempunyai tujuan tertentu yang hendak
dicapai. Dalam usaha pencapaian tersebut perusahaan tidak akan terlepas dari
peranan unsur yang ada di dalamnya, yaitu aset. Di dalam perusahaan, aset
merupakan komponen yang terpenting dalam mendukung aktivitas perusahaan,
karena sifatnya yang selalu siap digunakan dan sangat dibutuhkan dalam kegiatan
produksi, serta adanya keharusan untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.
Aset dalam perusahaan dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok aset mulai
dari kas, persediaan, piutang, perlengkapan dan peralatan. Aset dalam perusahaan
dapat terbagi dalam aset tetap dan aset lancar, penelitian ini akan lebih mengarah
kepada aset tetap.
Salah satu dari beberapa perusahaan yang aset tetap bernilai besar dan
sangat berpengaruh dalam kegiatan usaha adalah Perusahaan Listrik Negara (PT.
PLN). Hal ini dapat dilihat dari posisinya pada laporan keuangan yang diletakkan

pada posisi teratas di atas kas (dapat dilihat pada lampiran 2). PT. PLN (Persero)
merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di
bidang jasa penyediaan tenaga listrik .
Dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk konsumen atau
pelanggan PT. PLN membutuhkan aset yang sangat besar yang berupa aset tetap
seperti instalasi dan mesin, gardu induk, saluran udara tegangan tinggi, gardu
distribusi, dll. Menurut buku pedoman dasar akuntansi aset tetap di PT. PLN
(2011:11) aset tetap sendiri mempunyai pengertian aset berwujud yang dimiliki

1

untuk digunakan dalam produksi, atau penyediaan barang atau jasa, ditransfer
pada pihak lain dan digunakan selama lebih dari satu periode.
Perlakuan akuntansi aset tetap pada PT. PLN dimulai saat aset tetap
diperoleh, kemudian digunakan, disusutkan, penilaian kembali, sampai aset tetap
tersebut dihentikan. Dalam pemagangan ini aktifitas yang akan dibahas adalah
aktivitas ketika penghentian aset tetap untuk dihapus dan penghentian aset tetap
untuk ditransfer antar unit pada perusahaan. Terkait dengan aktivitas penghentian
untuk dihapuskan, aset tetap pada perusahaan yang tidak bisa beroperasi lagi akan
diubah status menjadi Aset Tetap Tidak Beroperasi (ATTB), yang mana nantinya

akan dihapus setelah adanya keputusan dari Menteri BUMN. Dalam proses
menunggu keputusan Menteri BUMN untuk menghapus ATTB (±5th), bisa
dimungkinkan timbul resiko-resiko seperti, resiko penyalahgunaan aset, biaya
pemeliharaan ATTB yang terlalu besar, serta penuhnya gudang penyimpanan
ATTB. Sedangkan terkait dengan aktivitas penghentian untuk ditransfer, yang
mana aset tetap akan ditransfer atau di pindahkan dari atau ke unit satuan
administrasi PLN pada unit lain. Resiko yang dimungkinkan terjadi adalah salah
pemindahan aset tetap (salah transfer) karena kurangnya koordinasi antar unit
yang menyebabkan terjadinya inefisiensi.
Berdasarkan uraian di atas maka pemagangan ini bertujuan untuk
menggambarkan prosedur penghentian dan transfer aset tetap yang diterapkan
oleh PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta, sehingga
dari penggambaran tersebut dapat mengidentifikasi adanya kelemahan yang
terdapat dalam prosedur penghentian dan transfer aset tetap pada PT. PLN
(Persero). Hasil pemagangan yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan
informasi bagi PT. PLN (Persero) terkait prosedur penghentian dan transfer aset
tetap yang dilakukan, serta memberikan saran untuk proses perbaikan dari
kelemahan atau resiko-resiko yang ditemukan.

2


GAMBARAN PERUSAHAAN
Sejarah perusahaan
Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia
mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di
bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan
sendiri. Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaanperusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada
pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II. Proses peralihan kekuasaan
kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang
menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan
buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama
dengan Pimpinan KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk
menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik
Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik
dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas
pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi
BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di
bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada
saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)

sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN)
sebagai pengelola gas diresmikan. Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No.17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai
Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha
Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi
kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan
kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak
tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi
kepentingan umum hingga sekarang dalam Peraturan Pemerintah RI. No 23 tahun

3

1994. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, PT. PLN memiliki suatu tujuan
tertentu yaitu berusaha untuk menyediakan tenaga listrik untuk kepentingan
umum dalam jumlah yang

memadai, aman, handal serta pelayanan yang


memuaskan pelanggan dengan harga yang terjangkau serta sekaligus mencari
keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan dengan sekaligus
melakukan fungsinya sebagai “agent of development”.
Energi atau tenaga listrik yang menjadi bidang usaha pokok PT. PLN pada
dasarnya merupakan benda yang bersifat abstrak tapi dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan kehidupan masyarakat. Aliran listrik ini dapat mencapai ke
konsumen dengan menggunakan beberapa aset dari mulai hulu (sentral
pembangkit) yang memproduksi energi listrik melalui penyaluran atau transmisi
dan distribusi. Semua sarana penyedia tenaga listrik tersebut diusahakan
semaksimal mungkin dari memproduksi, penyaluran, dan distribusi sehingga pada
akhirnya sampai pada konsumen atau pelanggan, semuanya merupakan komitmen
pihak PT. PLN dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik.
Visi perusahaan diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh
kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. Misi
perusahaan menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham,
menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat, mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi, menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. Dengan
motto PT. PLN Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik.

PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta dalam
melaksanakan tugasnya memiliki sebelas Area Pelayanan Jaringan (APJ) dan satu
Area Pengatur Distribusi (APD) yaitu :
a. APJ Kudus

g. APJ Semarang

b. APJ Surakarta

h. APJ Salatiga

c. APJ Yogyakarta

i. APJ Klaten

d. APJ Magelang

j. APJ Pekalongan

e. APJ Purwokerto


k. APJ Cilacap

4

f. APJ Tegal

l. APD Semarang

APJ bertanggungjawab atas pengelolaan usaha secara efisien dan efektif
serta menjamin penerimaan hasil penjualan tenaga listrik, peningkatan kualitas
layanan, pelaksanaan pengelolaan jaringan, pengelolaan SDM dan administrasi,
membina hubungan kerja guna menjaga citra PLN.
APD salah satu unit PT. PLN

yang bertugas dan bertanggungjawab

terhadap pengoperasian, pengaturan dan pengendalian sistem distribusi tenaga
listrik.
Struktur organisasi perusahaan

Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan
D.I.Yogyakarta dapat dilihat pada lampiran 3.
Mengingat pemagangan ini dilaksanakan di bagian akuntansi. Maka,
Struktur organisasi pada bagian akuntansi PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa
Tengah dan D.I.Yogyakarta
Bagan 1. Struktur organisasi bagian akuntansi PT. PLN (Persero)
Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Y

Sumber: PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Y

Keterangan struktur organisasi:
AT

: Aset tetap

PDP

: Pekerjaan dalam pelaksanaan

JU


: Juru utama (Staf)

5

Adapun deskripsi jabatan bagian akuntansi pada PT. PLN (Persero)
Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta adalah sebagai berikut :
1. Deputi Manajer Akuntansi
Tugasnya adalah melaksanakan kegiatan administrasi keuangan sesuai dengan
kebijaksanaan pimpinan, mencakup bidang-bidang penyusunan anggaran yang
menggunakan metode serta data yang akurat, pembelanjaan dan pengendalian
keuangan, baik konstruksi maupun pengusahaan, tata usaha 30 langganan, dan
termasuk sistem pelaporan akuntansi juga membuat laporan dalam bidangnya.
2. Supervisor Akuntansi Umum
Tugasnya adalah :
a. Mengevaluasi dan verifikasi nota masuk dan nota keluar wilayah atau
distribusi lain.
b. Mengevaluasi dan verifikasi hasil rekonsiliasi utang pajak, piutang
pegawai, piutang rekening listrik, bank, dana pensiun, yayasan pendidikan
dan kesejahteraan (YPK).

c. Mengevaluasi dan verifikasi pembuatan laporan kantor distribusi bulanan,
triwulan, semester dan tahunan.
d. Melaksanakan inventarisasi fisik material, aset tetap dan pekerjaan dalam
pelaksanaan (PDP), rekening listrik, kas dan bank sampai pembuatan dan
penandatanganan berita acara.
3. Supervisor AT, PDP dan Material
Tugasnya adalah :
a. Menerima laporan cabang-cabang untuk selanjutnya didistribusikan ke staf
akuntansi AT dan PDP untuk diproses lebih lanjut.
b. Menerima hasil verifikasi dari staf akuntansi AT dan PDP mengenai daftar
penerimaan aset tetap (DPAT) dan pemakaian material aset tetap (PMAT).
c. Meneliti usulan relokasi atau penghapusan dari cabang yang ditunjukan
dalam berita acara dan lampiran penelitian penghentian aset tetap untuk
direlokasi atau dihapus (Formulir AE 1 + 1.1) diteruskan ke staf AT dan
PDP untuk dibuat dan diverifikasi usulan relokasinya dalam laporan

6

penetapan penghentian dari kegiatan operasi untuk relokasi atau dihapus
dan formulir usulan penghentian aset tetap untuk direlokasi atau dihapus

(formulir AE 2.1 dan AE 3.1)
d. Melaksanakan inventarisasi fisik material, aset tetap dan pekerjaan dalam
pelaksanaan, rekening listrik, kas dan bank sampai pembuatan dan
penandatanganan berita acara.
e. Membuat laporan hasil inventarisasi.
f. Melaksanakan tugas lainnya sesuai perintah dari atasan.
4. Juru Utama Akuntansi Umum

Tugasnya adalah :
a. Memonitor piutang rekening listrik : Mencocokan data akuntansi dengan
data bagian niaga, cabang dengan aplikasi AP2T untuk selanjutnya
digabung sebagai bahan menyusun laporan keuangan.
b. Memonitor biaya penyambungan (BP).
c. Memonitor uang jaminan langganan.
d. Verifikasi laporan pembukuan (LP) dan laporan keuangan (LK) cabang.
e. Melaksanakan inventarisasi fisik material, aset tetap dan pekerjaan dalam
pelaksanaan, rekening listrik, kas dan bank sampai pembuatan dan
penandatanganan berita acara.
f. Melaksanakan tugas lainnya sesuai perintah dari atasan.
5. Juru Utama Akuntansi AT dan PDP
Tugasnya adalah :
a. Membuat laporan aktiva tetap : Diinput dan di verifikasi lalu diproses ke
dalam aplikasi SAP.
b. Memonitor laporan Setelah dicocokan dengan laporan pembukuan
triwulanan, pemakaian material aset tetap dan daftar penambahan aset
tetap selanjutnya hasilnya untuk dilaporkan.
c. Verifikasi laporan pembukuan dan laporan keuangan cabang.
d. Melaksanakan inventarisasi fisik material, aset tetap dan pekerjaan dalam
pelaksanaan, rekening listrik, kas dan bank sampai pembuatan dan
penandatanganan berita acara.

7

Bagian-bagian di atas (1-5) yang terlibat dalam menangani berbagai
macam transaksi dimulai saat pengadaan, pemakaian, penyusutan aset tetap
termasuk dengan penghentian dan transfer aset tetap yang pemagang tempati.

LANDASAN TEORI
Aset Tetap
Aset tetap merupakan salah satu elemen dari aset pada neraca yang
digunakan dalam perusahaan. Pada umumnya setiap perusahaan memiliki aset
tetap untuk menunjang kegiatan usahanya. Aset tetap diharapkan dapat
memberikan masukan sehingga menghasilkan pendapatan di masa yang akan
datang. Definisi aset tetap menurut Pernyataan Standar Akutansi Keuangan
Nomor 16 paragraf 06 (2011:16.2) adalah aset berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aset dapat disebut
dengan aset tetap apabila memiliki karakteristik berupa wujud fisik, bersifat
permanen, digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual
kembali dan memiliki nilai manfaat lebih dari satu tahun.
Menurut Mulyadi (2001: 592) jenis-jenis aset tetap dalam perusahaan
umumnya digolongkan seperti tanah dan perbaikan tanah (land and land
improvement),

gedung

dan

perbaikan

gedung

(building

and

building

improvement), mesin dan equipment pabrik, mebel dan kendaraan. Aktivitasaktivitas yang terkait dengan aset tetap dimulai dengan pengadaan aset tetap,
penyusutan aset tetap, penilaian kembali aset tetap dan kemudian aset tetap ditarik
atau dihentikan pemakaiannya. Penghentian aset tetap mempunyai dua tujuan
yang berbeda untuk dihapus dan untuk ditransfer ke unit atau ke region lain.

8

Pemagangan ini akan lebih menjelaskan prosedur penghentian aset tetap untuk di
hapus dan penghentian aset tetap untuk ditransfer ke unit atau region lain.

Prosedur penghapusan aset tetap
Menurut Soemarso (2005: 44) penghentian aset tetap adalah aset tetap
yang sah tidak dipakai lagi dapat ditarik dari pemakaiannya. Penarikan
(retirements) dapat dilakukan dengan dijual, ditukar dengan aset lain atau
dihapuskan. Penghentian atau pelepasan (penarikan) aset tetap dalam skema
akuntansi terletak pada akhir tahap. Berkaitan dengan penghentian dan pelepasan
aset tetap, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Paragraf 67
(2011:16.20) menyatakan bahwa aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat
dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya
Menurut Mulyadi (2001:602) dokumen-dokumen yang digunakan untuk
merekam transaksi penghentian aset tetap antara lain :
1. Surat Permintaan Penghentian Aset Tetap
Dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dan pemberian otorisasi
penghentian pemakaian aset tetap.
2. Surat Perintah Kerja
Dokumen ini mempunyai 2 fungsi : sebagai perintah dilaksanakannya
pekerjaan tertentu mengenai aset tetap dan sebagai catatan yang dipakai
untuk mengumpulkan biaya pembuatan aset tetap. Dokumen ini digunakan
sebagai perintah kerja pemasangan aset tetap yang dibeli, pembongkaran
aset tetap yang dihentikan pemakaiannya.
3. Bukti memorial
Dokumen ini digunakan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan
transaksi depresiasi aset tetap, harga pokok aset tetap yang telah selesai
dibangun, penghentian pemakaian aset tetap, dan pengeluaran modal.

Fungsi–fungsi yang terkait dengan dokumen-dokumen yang bersangkutan
dengan transaksi penghentian aset tetap menurut Mulyadi (2001:600) antara lain:

9

1. Direktur utama
Pejabat ini yang memberikan otorisasi terhadap semua mutasi aset tetap.
Otorisasi ini dicantumkan dalam formulir surat permintaan otorisasi
investasi dan surat permintaan otorisasi reparasi.
2. Fungsi aset tetap
Fungsi ini bertanggung jawab atas pengelolaan aset tetap perusahaan.
Fungsi ini memiliki wewenang dalam penempatan, pemindahan, dan
penghentian pemakaian aset tetap. Dalam struktur organisasi fungsi ini
berada ditangan bagian aset tetap dibawah Direktur Utama.
3. Fungsi akutansi
Fungsi ini bertanggung jawab dalam pembuatan dokumen sumber (bukti
kas keluar dan bukti memorial) untuk pencatatan mutasi aset tetap dan
penyelenggaraan buku pembantu aset tetap. Disamping itu, fungsi
akuntansi

bertanggung

jawab

atas

penyelenggaraan

jurnal

yang

bersangkutan dengan aset tetap (register bukti kas keluar dan jurnal
umum). Dalam struktur organisasi fungsi yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan buku pembantu aset tetap adalah bagian kartu aset tetap.

Catatan-catatan akuntansi yang digunakan dalam penghentian aset tetap
menurut Mulyadi (2001:608) :
a.

Kartu aset tetap
Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu aset tetap yang
digunakan untuk mencatat secara rinci segala data yang bersangkutan
dengan aset tetap tertentu.

b.

Jurnal umum
Jurnal umum ini digunakan untuk mencatat transaksi harga pokok aset
tetap yang telah selesai dibangun, biaya-biaya untuk pemasangan dan
pembongkaran aset tetap, penghentian pemakaina aset tetap, dan depresiasi
aset tetap.

10

Prosedur transfer aset tetap
Pengertian prosedur menurut Susanto (2008: 264), adalah rangkaian
aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang
sama. Menurut Mulyadi (2001: 612) sistem transfer aset tetap merupakan sistem
yang dirancang untuk

mencatat transfer aset tetap

dari suatu

pusat

pertanggungjawaban ke pusat pertanggungjawaban yang lain. Maka Prosedur
transfer aset tetap merupakan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan
perpindahan

aset

tetap

dari

pusat

pertanggungjawaban

ke

pusat

pertanggungjawaban yang lain.
Menurut Romney et al. (2005:132) dokumen-dokumen yang digunakan
untuk merekam transaksi transfer aset tetap antara lain :
1. Surat permintaan transfer aset tetap
Dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dan pemberian otorisasi
transfer aset tetap.
2. Dokumen pengiriman
Dokumen ini merupakan kontrak legal yang menyebutkan tanggung jawab
atas barang yang dikirim seperti menyebutkan kurir, sumber dan tujuan.
3. Laporan penerimaan
Dokumen ini mendokumentasikan tentang rincian mengenai setiap
kiriman, termasuk tanggal penerimaan, tanggal pengiriman dan keterangan
lainnya.

Fungsi–fungsi yang terkait dengan dokumen-dokumen yang bersangkutan
dengan transaksi transfer aset tetap menurut Romney et al. (2005: 135) antara
lain:
1. Bagian gudang
Fungsi ini bertugas dalam pelaksanaan pengecekan aset digudang dan
bagian pengepakan aset yang akan dikirim. Pengecekan dari kualitas dan
kuantitas barang.
2. Bagian pengiriman

11

Fungsi ini bertugas mengirimkan barang ketempat tujuan dan memastikan
barang yang diterima dari gudang tidak dalam keadaan cacat.
3. Bagian penerimaan dan penyimpanan
Bagian ini berfungsi sebagai menerima kiriman dan menyimpan barang
yang diterima, memverifikasi jumlah, kualitas barang yang diterima dan
bertanggungjawab kepada manajer gudang.

Catatan-catatan akuntansi yang digunakan dalam transfer aset tetap
menurut Mulyadi (2001:608) :
1. Kartu aset tetap
Catatan akuntansi ini merupakan buku pembantu aset tetap yang
digunakan untuk mencatat secara rinci segala data yang bersangkutan
dengan aset tetap tertentu.
2. Jurnal umum
Jurnal umum ini digunakan untuk mencatat transaksi harga pokok aset
tetap yang telah selesai dibangun, biaya-biaya untuk pemasangan dan
pembongkaran aset tetap, penghentian pemakaian aset tetap, dan depresiasi
aset tetap.
3. Kartu pengambilan barang
Dokumen ini digunakan untuk mengidentifikasi barang mana dan jumlah
setiap produk untuk mengeluarkannya dari gudang penyimpanan.

METODE MAGANG
Objek Magang
Objek magang disini adalah bagian akuntansi di PT. PLN (Persero)
Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta yang beralamat di Jl. Teuku Umar
No.47 Semarang. Objek perusahaan yang digunakan sebagai tempat magang

12

diperoleh melalui Bapak Rudy Safaat Deputi Manager bagian akuntansi di PT.
PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta.
Jenis dan Sumber Data
Dalam pemagangan ini, data primer diperoleh dari wawancara dengan staf
juru utama pada bagian aset tetap PT. PLN (Persero) yang menangani penghentian
dan transfer aset tetap serta pengamatan terhadap aktivitas yang terkait dengan
aset tetap yang dilakukan selama periode magang, serta melakukan observasi
dimana pemagang melakukan pengamatan terhadap profil perusahaan dan dasar
akutansi perusahaan sebagai pedoman yang membantu bagi pemagang dalam
melaksanakan pemagangan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, yaitu
diolah dan disajikan oleh pihak lain (Supramono dan Intiyas Utami, 2003). Data
sekunder yang digunakan adalah dokumen-dokumen penghentian aset tetap yang
ada diperusahaan dan prosedur-prosedur yang sudah ditentukan oleh perusahaan,
berupa arsip perusahaan yang berhubungan dengan penelitian seperti data aset
tetap, daftar aset tetap yang dihentikan dan aset tetap yang ditransfer selama
waktu pelaksanaan magang.
Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan magang dilaksanakan pada PT. PLN (Persero) Distribusi
Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta yang dimulai pada tanggal 1 Mei 2012 hingga
31 Juli 2012. Perusahaan menempatkan pemagang di bagian akuntansi Aset tetap
dan PDP perusahaan. Rincian aktivitas magang yang dilakukan tertera pada
lampiran 1.

HASIL KEGIATAN MAGANG
Aset tetap pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jateng & D.I.Y
Menurut buku pedoman dasar akuntansi aset tetap di PT. PLN (2011:37)
Aset tetap dilihat dari 2 sisi yaitu aset tetap dilihat dari sisi fungsi dan aset tetap
dilihat dari sisi jenis. Aset tetap dari fungsi yang mana aset tetap ini terdiri dari
fungsi pembangkit, fungsi transmisi, fungsi distribusi, fungsi tatausaha langganan
dan fungsi pendukung. Fungsi pembangkit terdiri dari PLTA (Pembangkit Listrik

13

Tenaga Air), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTD (Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas), PLPT (Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi), PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas & Uap).
Fungsi transmisi terdiri dari Transmisi, Tele Informasi Data. Fungsi Distribusi
terdiri dari Distribusi dan Unit pengatur distribusi. Fungsi pendukung terdiri dari
tata usaha, gudang & persediaan, bengkel, laboratorium, jasa tehnik, wisma &
rumah dinas, sistem telekomunikasi, rupa-rupa jasa umum, pendidikan & latihan.
Aset tetap per jenis berupa tanah, bangunan dan kelengkapan halaman,
bangunan saluran air, jalan dan sepur samping, instalasi dan mesin, perlengkapan
penyaluran tenaga listrik, gardu induk, saluran udara tegangan tinggi, kabel bawah
tanah, jaringan distribusi, gardu distribusi, perlengkapan lain-lain distribusi,
perlengkapan pengolahan data, perlengkapan transmisi data, perlengkapan
telekomunikasi, perlengkapan umum, kendaraan bermotor dan material cadang.
Aktivitas aset tetap pada bagian akuntansi sangat beragam, dimulai saat
pengadaan aset tetap, pemakaian aset tetap, penyusutan aset tetap, hingga aset
tetap tersebut dihentikan pemakainnya. Aktivitas aset tetap pada perusahaan sudah
melalui pergantian beberapa program yang pada akhirnya progam yang dipakai
saat ini adalah System Application Product (SAP), melalui program ini seluruh
aktivitas perusahaan dapat diakses. Pemagang lebih memfokuskan pada
penghentian aset tetap untuk dihapus dan penghentian aset tetap untuk ditransfer,
tetapi tidak melalui program dikarenakan tidak diperbolehkannya mengakses
program SAP, pengambilan data dan dokumen diperoleh praktek kerja secara
langsung dan manual.

Prosedur penghentian aset tetap pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jateng &
D.I.Y
Penghentian aset tetap merupakan perubahan status aset operasi menjadi
aset tetap tidak beroperasi (ATTB). Aset tetap yang dihentikan memiliki kriteria
tidak bisa dioperasikan atau dipakai lagi, aset tetap ketinggalan teknologi atau
sudah kadaluarsa, dan biaya pengembangan yang sudah tidak ekonomis untuk
dilanjutkan. Semua penghentian aset tetap harus melalui pos aset tetap tidak

14

beroperasi terlebih dahulu, nilai buku aset tetap pada saat penghentian diakui
sebagai rugi atau laba akibat percepatan penyusutan aset tetap pada pos biaya
diluar usaha lain-lain.
Berikut ini dokumen, fungsi dan catatan yang terkait dengan penghentian
aset tetap pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Y :
1) Dokumen atau formulir yang digunakan dalam penghentian aset tetap:
-

Nota dinas penarikan aset tetap

-

Surat permintaan penghentian aset tetap

-

Formulir A.E1 (berita acara penelitian penarikan aset tetap untuk
direlokasi atau dihapus) dokumen ini berisi mengenai usulan penarikan
aset tetap yang diajukan tim peneliti untuk aset dilingkungan PT. PLN
kantor wilayah/Distribusi/P3B/Proyek induk.

-

Formulir A.E.1.1 (Lampiran berita acara hasil penelitian penghentian aset
tetap) dokumen ini berisi mengenai spesifikasi aset tetap yang akan ditarik
setelah adanya penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti.

-

Formulir A.E.2 (Penetapan penghentian aset tetap dari kegiatan operasi
untuk direlokasi atau dihapus) dokumen ini berisi mengenai evaluasi dan
persetujuan atas usulan tim peneliti yang diberikan atau dikeluarkan oleh
pimpinan PT. PLN Wilayah/Distribusi/P3B/Kantor induk untuk usulan
penarikan dari PT. PLN setingkat cabang dan atau lingkungan PT. PLN
kantor Wilayah/Distribusi/P3B/Proyek Induk.

-

Formulir A.E.2.1 (Laporan penetapan penghentian dari kegiatan operasi
untuk direlokasi

atau

dihapus)

dokumen

ini

berisi

mengenai

spesifikasi/daftar aset tetap yang dapat ditarik atas persetujuan pemimpin
PT. PLN Wilayah/Distribusi/P3B/Proyek Induk.
-

Formulir A.E.3 (usulan penghentian aset tetap untuk direlokasi atau
dihapus) dokumen ini berisi mengenai penghentian aset tetap dari kegiatan
operasional yang ditujukan pada PT. PLN kantor pusat UP divisi anggaran
sesuai dengan ketentuan Direksi tentang petunjuk penghapusan barang di
lingkungan PT. PLN (Persero)

-

Formulir A.E.3.1 (Lampiran relokasi atau penghapusan aset tetap)

15

Formulir-formulir tersebut di atas dapat dilihat pada lampiran 4.
Berikut ini merupakan petunjuk pengisian formulir AE.1.1, AE.2.1,
AE.3.1
Kolom 1

: Diisi dengan nomer urut aset tetap yang diusulkan untuk
direlokasi atau dihapus

Kolom 2

: Diisi dengan nama aset tetap yang diusulkan untuk
direlokasi atau dihapus

Kolom 3

: Diisi dengan kode akun aset tetap yang diusulkan untuk
direlokasi dan atau dihapus.

Kolom 4

: Diisi dengan jumlah per satu satuan kode akun aset tetap
yang diusulkan untuk direlokasi dan atau dihapus.

Kolom 5

: Diisi dengan nama satuan (buah, kilometer, kilogram,
kilo watt hour dsb).

Kolom 6

: Diisi dengan harga perolehan yang diusulkan untuk
direlokasi dan atau dihapus.

Kolom 7

: Diisi akun penyusutan aset yang diusulkan, sampai
dengan tanggal penandatanganan penetapan penarikan dari
kegiatan operasi.

Kolom 8

: Diisi tahun perolehan aset tetap yang diusulkan untuk
direlokasi dan atau dihapus

Kolom 9

: Diisi merk maupun tipe aset tetap yang diusulkan untuk
direlokasi dan atau dihapus

Kolom 10

: Diisi kapasitas aset tetap per aktivum, misal: MW, CC

Kolom 11

: Diisi alamat jelas yang dapat digunakan untuk
menemukan tempat aset tersebut.

Kolom 12

: Diisi kondisi fisik aset tetap yang bersangkutan dengan
menggunakan presentase :
0-25%

= rusak sekali

26%-50%

= rusak

51%-75%

= bagus

76%-100%

= bagus sekali

16

Kolom 13

: Diisi alasan penghentian sesuai dengan syarat-syarat
penghentian.

Kolom 14

: Diisi dengan maksud penghentian aset tetap untuk
direlokasi dan atau dihapus

Kolom 15

: Diisi dengan hal-hal yang diperlukan untuk menjelaskan
aset tersebut.

2) Fungsi yang terkait dengan penghentian aset tetap
Fungsi atau bagian yang terkait dalam penghapusan aset tetap pada PT.
PLN (Persero) Distribusi Jateng & D.I.Y adalah :
1. Manajer Keuangan
Bertanggungjawab atas otorisasi terhadap semua mutasi aset tetap.
Otorisasi ini dicantumkan dalam formulir atau dokumen yang terkait.
2. Unit pemakai
Adalah unit atau region yang menggunakan aset tetap, bertugas
membuat nota dinas yang berkaitan dengan pemakaian dan
penghentian aset tetap, misalnya APJ.
3. Tim penghapusan (tim peneliti)
tim penghapusan terdiri dari :
• bagian gudang

:

bertanggung

jawab

mengusulkan

penghentian aset tetap ke bagian akuntansi.
• bagian teknik

: bertugas untuk mengecek secara fisik

apakah aset tersebut sudah sesuai dengan syarat penghentian aset
tetap.
• bagian akuntansi

: bertugas untuk mengecek aset tetap sesuai

dengan kartu aset tetap.
4. Deputi Manajer Akuntansi : Bertanggungjawab memberikan otorisasi
terhadap semua mutasi aset tetap.
5. Bagian akuntansi : Bertanggungjawab dalam pencatatan dan
penyelenggaraan jurnal yang berkaitan dengan aset tetap.

17

6. Bagian gudang : Bertanggungjawab menyimpan dan menjaga aset
tetap yang telah dihentikan operasinya.

3) Catatan–catatan akuntansi yang digunakan dalam penghentian aset tetap
Berdasarkan penetapan dan laporan penghentian aset tetap dari kegiatan
operasi (Formulir AE 2 dan AE.2.1) dilingkungan PT. PLN (Persero)
Distribusi Jateng & D.I.Y catatan akuntansi yang digunakan adalah :
1. Jurnal umum : untuk mencatat relokasi atau penghapusan aset tetap.
Nilai buku akan dihapus karena aset sudah tersebut sudah dihilangkan.
2. Jurnal pengakuan kerugian : untuk mencatat kerugian pada saat
dihapus atau direlokasikan.
3. Kartu Aset Tetap : Merupakan buku pembantu aset tetap yang
digunakan untuk mencatatat secara rinci segala aktivitas yang
bersangkutan dengan aset tetap tertentu.
Pencatatan jurnal ketika memindahkan akun aset tetap (AT) Beroperasi dan
akun terkait yang menjadi Aset tetap tidak beroperasi (ATTB) dengan jurnal
sebagai berikut :
a. Perlakuan akuntansi atas aset tetap yang dihentikan dan diusulkan untuk
dihapus:
• Pemindah bukuan aset tetap ke aset tetap tidak beropersi :
ATTB hapus

Xxxx
Xxxx

Aktiva tetap

• Pemindah bukuan akumulasi penyusutan aset tetap ke akumulasi
penyusutan aset tetap yang akan di hapus
Akumulasi penyusutan AT
Akumulasi

penyusutan

xxxx
ATTB

Xxxx

hapus

18

• Pengakuan kerugian pada saat penetapan penghapusan aset tetap disetujui
pemimpin PLN(Persero) Pusat
Akumulasi ATTB hapus

Xxxx

Rugi percepatan penghapusan

xxxx

ATTB hapus

Xxxx

Berdasarkan dokumen, fungsi dan catatan yang terkait dalam prosedur
penghentian aset tetap maka dapat digambarkan flowcart sebagai berikut :

19

Flowcart 1. Aktivitas Penghentian Aset Tetap

20

Flowcart 1. Aktivitas Penghentian Aset Tetap (Lanjutan)

21

Berikut gambaran aktifitas penghentian aset tetap berdasarkan flowcart di atas :
1. Setelah menerima surat permintaan penarikan aset tetap dari unit yang
mengusulkan (APJ), manajer keuangan PT. PLN kantor distribusi membentuk
Tim penghapusan (Tim peneliti) terdiri dari bagian gudang, bagian teknik dan
bagian akuntansi.
2. Tim penghapusan melakukan pengecekan fisik ke unit yang mengusulkan
penghentian aset tetap setelah menerima nota dinas dari manajer keuangan.
3. Atas dasar hasil pengecekan fisik, tim membuat formulir AE1 ( berita acara
penelitian penarikan aset untuk dihapus atau direlokasi) dan dilampiri formulir
AE1.1 (berita acara hasil penelitian penarikan aset tetap) untuk aset tetap
dilingkungan kantor Wilayah/Distribusi/P3B/Proyek Induk yang diserahkan ke
manajer keuangan untuk mendapatkan otorisasi.
4. Manajer keuangan PLN kantor distribusi segera melakukan evaluasi dan
menyetujui usulan tim penghapusan yang dituangkan dalam formulir AE2
(Formulir kegiatan operasi untuk direlokasi atau dihapus) dan AE2.1 (lampiran
penetapan penarikan aset tetap dari kegiatan operasi) atas usulan PLN setingkat
cabang dan atau lingkungan PLN kantor Wilayah/Distribusi/P3B/Proyek Induk
dan diberikan kembali kepada tim penghapusan untuk segera dilakukannya
penghentian.
5. Setelah menerima formulir AE 1, AE 1.1, AE 2, AE 2.1 tim penghapusan
melakukan penghentian. Bagian gudang menyimpan barang dan menjaga
barang yang sudah dihentikan pemakaian operasinya, kemudian tim
penghapusan aset tetap mengirimkan formulir AE2 (Formulir kegiatan operasi
untuk direlokasi atau dihapus) dan AE2.1 (lampiran penetapan penarikan aset
tetap dari kegiatan operasi) ke bagian akuntansi kantor Distribusi untuk
digunakan sebagai dasar jurnal penghentian aset tetap.
6. Bagian Akuntansi membuat formulir AE3 (usulan relokasi atau penhapusan
aset tetap) dan AE 3.1 (lampiran relokasi atau penghapusan aset tetap) ke
kantor PT. PLN Pusat Unit pelayanan divisi anggaran sesuai dengan ketentuan

22

dalam keputusan Direksi tentang petunjuk pelaksanaan penghapusan aset tetap
di lingkungan PT. PLN (Persero)
7. Bagian gudang pada unit yang terkait akan bertanggungjawab menyimpan dan
menjaga aset tetap yang sudah dihentikan tersebut digudang sampai aset tetap
tersebut disetujui untuk dihapus oleh Menteri BUMN.
8. Setelah menerima surat keputusan penghapusan dari PLN Pusat maka aset
tetap akan dihapus dengan cara menjurnal penghapusan aset tetap.

Prosedur transfer aset tetap pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jateng &
D.I.Y
Transfer aset tetap merupakan salah satu unsur penghentian aset tetap pada
perusahaan. Transfer aset tetap terjadi antar distribusi ke unit, unit ke unit, dan
antar bagian pada perusahaan sendiri (masih dalam unit satuan administrasi PT.
PLN). Aset tetap yang ditransfer harus dalam keadaan yang masih bisa digunakan,
dalam kondisi yang baik dan umur ekonomis yang masih panjang (±4th). Biayabiaya yang berhubungan dengan aset tetap yang ditransfer akan menjadi tanggung
jawab penerima aset tetap yang baru (biaya depresiasi, biaya pemeliharaan, dan
biaya reparasi). Transfer aset tetap dilakukan setelah aset tetap tersebut terlebih
dahulu masuk dalam akun ATTB untuk direlokasi kemudian ketika transfer
berhasil, maka ATTB untuk direlokasi tersebut akan dihapus.
Berikut ini dokumen, fungsi dan catatan yang terkait dengan transfer aset
tetap pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Y :
1) Dokumen atau formulir yang digunakan dalam transfer aset tetap:
1. Form Mutasi Aset Tetap
Formulir ini berisi nama, kode, tahun perolehan, nilai perolehan aset yang
akan ditranfer dan asal serta tujuan aset tetap tersebut. Formulir ini harus
diotorisasi terlebih dahulu oleh Deputi Manajer Akuntansi dan Manager
Keuangan dari masing-masing pihak.

23

2. Nota Debet
Nota debet ini berisi rincian penotaan aset tetap PT. PLN yang akan
ditransfer. Berfungsi untuk mendebit rekening pada akun penutup PT.
PLN.
3. Nota kredit
Berisi penotaan akumulasi aset tetap yang ditransfer, dan mengkredit akun
penutup pada PT. PLN.
4. Surat permintaan transfer aset tetap
Surat ini berfungsi sebagai permintaan dan pemberian otorisasi transfer
aset tetap. Didalam perusahaan surat ini merupakan surat permintaan
penotabukuan serah terima aset tetap.

2) Fungsi yang terkait dengan transfer aset tetap
Fungsi atau bagian yang terkait dalam transfer aset tetap pada PT. PLN
(Persero) Distribusi Jateng & D.I.Y adalah :
1. Unit pemakai
Adalah unit atau region yang membutuhkan aset tetap, bertugas membuat
daftar kebutuhan aset yang akan diminta pada region lain dan
mencantumkannya dalam surat permintaan trasnfer aset tetap, serta
menerima aset tetap yang dikirim dari unit atau region lain.
2. Manajer Keuangan
Bertanggungjawab atas otorisasi terhadap semua mutasi aset tetap.
Otorisasi ini dicantumkan dalam formulir atau dokumen yang terkait.
3. Deputi Manajer akuntansi
Bertanggung jawab atas otorisasi transfer yang dilakukan oleh unit atau
bagian dibawah wewenangnya.
4. Bagian Akuntansi
Bertanggungjawab dalam pencatatan dan penyelenggaraan jurnal yang
berkaitan dengan transfer aset tetap. Bagian ini akan dibantu oleh bagian
yang berkaitan dengan aset yang akan ditansfer, misal : transfer gedung

24

dan tanah maka bagian ini akan dibantu oleh seketaris umum yang
memegang sertifikat tanah dan bangunan.
5. Bagian gudang
Bertanggungjawab dalam memastikan aset yang akan di transfer dalam
keadaan baik dan mengantar aset tetap yang ditransfer sampai ke tujuan.

3) Catatan–catatan akuntansi yang digunakan dalam transfer aset tetap
Berdasarkan formulir mutasi aset tetap dan surat permintaan transfer yang
diterima dilingkungan PT. PLN (Persero) Distribusi Jateng & D.I.Y catatan
akuntansi yang digunakan adalah :
1. Jurnal umum : untuk mencatat relokasi aset tetap. Nilai buku akan dihapus
karena aset sudah tersebut sudah dipindahkan.
2. Jurnal penutup : untuk menutup aset yang sudah ditransfer dan menutup
akumulasi penyusutannya.
3. Kartu Aset Tetap : Merupakan buku pembantu aset tetap yang digunakan
untuk mencatatat secara rinci segala aktivitas yang bersangkutan dengan
aset tetap tertentu.

Pencatatan jurnal atas aset tetap yang di hentikan dan diusulkan untuk
ditransfer antar satuan administrasi setingkat Distribusi setelah mendapat
persetujuan pemimpin kantor Distribusi:
• Pemindah bukuan aset tetap ke ATTB yang akan ditransfer
ATTB transfer

xxxx

Aktiva tetap

xxxx

• Pemindah bukuan akumulasi penyusutan aset tetap ke akumulasi
penyusutan aset tetap yang akan direlokasi
Akumulasi penyusutan AT

xxxx

Akumulasi penyusutan ATTB transfer

Xxxx

• Pemindah bukuan aset tetap ketika aktivitas transfer sudah dilakukan
Akumulasi Penyusutan ATTB transfer

xxxxx

25

Akun Penutup (nama aset unit peminta transfer) xxxxx
ATTB transfer

xxxxx

Berdasarkan dokumen, fungsi dan catatan yang terkait dalam prosedur transfer
aset tetap maka dapat digambarkan flowcart sebagai berikut :

26

Flowcart 2. Aktivitas Transfer Aset Tetap

27

Flowcart 2. Aktivitas Transfer Aset Tetap (Lanjutan)

28

Berikut alur aktifitas transfer aset tetap berdasarkan flowcart di atas :
1. Unit atau region yang membutuhkan aset tetap akan menganalisis aset
tetap yang dibutuhkan dan kemudian akan melampirkannya pada surat
permintaan transfer aset tetap yang akan dikirim kepada distribusi.
2. Setelah

menerima

surat

permintaan

transfer

(surat

permintaan

penotabukuan), manajer keuangan distribusi membuat dan memberikan
memo kepada bagian akuntansi untuk melaksanakan transfer aset tetap
tersebut.
3. Setelah menerima memo dari manajer keuangan, bagian akuntansi
menghubungi bagian-bagian yang terkait dalam membuat form mutasi dan
lampiran mutasi aset tetap nota debit kredit rangkap dua berdasarkan surat
permintaan transfer yang sudah diotorisasi oleh manajer keuangan yang
bersangkutan.
4. Form mutasi disetujui dulu oleh DM akuntansi dan manajer keuangan
yang kemudian diserahkan ke bagian gudang untuk mengirimkan AT yang
akan ditransfer dan meminta tanda penerimaan aset tetap oleh pihak yang
menerima aset.
5. Bagian akuntansi pada distribusi akan meminta konfirmasi kepada bagian
akuntansi unit pemakai bahwa aset tetap yang telah dikirim benar atau
sama dengan yang diminta unit pemakai.
6. Apabila konfirmasi yang diperoleh sesuai maka dokumen-dokumen
pendukung aset tetap akan diberikan kepada bagian akuntansi unit
peminta, sedangkan apabila aset tetap yang diminta tidak sesuai maka
form mutasi akan kembali ke bagian gudang, untuk dapat menganti aset
tetap yang sesuai dengan permintaan unit pemakai.
7. Form mutasi dikembalikan kembali pada bagian akuntansi untuk di jurnal
bersama lampiran-lampiran yang ada dan disimpan secara permanen.
Sebagai contoh dokumen PT. PLN yang akan pemagang lampirkan adalah serah
terima tanah dan bangunan kepada jasa sertifikasi (unit PT. PLN), yang mana staf
akuntansi akan berhubungan dengan bidang komunikasi, hukum dan administrasi
(sertifikat tanah dan struk pajak bumi dan bangunan).

29

Analisis tambahan
Berdasarkan pengamatan dan praktek kerja yang dilakukan pemagang,
ditemukan beberapa temuan dalam prosedur penghentian dan transfer aset tetap
pada PT. PLN sebagai berikut :
1. Terkait dengan prosedur penghentian aset tetap, manajemen gudang
penyimpanan aset tetap perusahaan menyimpan persediaan aset tetap
operasional sekaligus menyimpan aset tetap tidak beroperasi (ATTB)
dalam satu gudang penyimpanan. Jumlah ATTB yang lebih besar dari
pada persediaan aset tetap operasional serta rentang waktu yang cukup
lama dalam menunggu keputusan penghapusan aset tetap dari Menteri
BUMN, hal ini dapat menyebabkan inefisiensi. Yang mana biaya
pemeliharaan dan penyimpanan ATTB akan meningkat dan ATTB
tersebut rentan terhadap penyelewengan (pencurian) mengingat jumlah
ATTB yang banyak dan sekecil apapun, ATTB tersebut bernilai jual tinggi
karena terbuat dari besi.
2. Dalam prosedur transfer aset tetap, ditemukan kesalahan aset tetap yang
dikirim tidak sesuai dengan kebutuhan unit pemakai atau jenis aset tetap
tersebut berbeda. Hal ini disebabkan karena kurangnya koordinasi antar
bagian akuntansi dengan bagian gudang.
Secara langsung temuan-temuan di atas akan berdampak dalam laporan keuangan
perusahaan. Biaya pemeliharaan yang tinggi akan menambah biaya operasional
dalam perusahaan sehingga berdampak langsung pada berkurangnya laba
perusahaan. Selain itu kesalahan aset tetap yang ditransfer berakibat
bertambahnya biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan transfer aset tetap
misalnya, biaya pengiriman terjadi secara dua kali yang akan menambah biaya
dan mengurangi laba perusahaan.

PENUTUP
Kesimpulan
Setelah pemagang menjalankan aktivitas magang selama 3 (tiga) bulan di
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Y, pemagang dapat

30

menyimpulkan bahwa Prosedur dalam penghentian dan transfer aset tetap pada
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Y sudah terdapat fungsi,
dokumen dan catatan yang digunakan, namun masih terdapat beberapa temuan
sebagai berikut :
1. Manajemen gudang penyimpanan pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa
Tengah dan D.I.Y masih belum efisien, karena bercampurnya persediaan
aset tetap dengan aset tetap tidak beroperasi dalam satu gudang
penyimpanan.
2. Terkait dengan kesalahan transfer aset tetap terjadi karena kurangnya
koordinasi antara bagian akuntansi dengan bagian gudang saat aktivitas
transfer aset tetap pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan
D.I.Y.

Saran untuk PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I.Y
Dari hasil praktek kerja dan analisis prosedur penghentian dan transfer aset
tetap pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta pemagang memberikan saran untuk perbaikan ke depan dalam
prosedur penghentian aset tetap sebagai berikut:
1. PT. PLN sebaiknya membedakan gudang penyimpanan persediaan aset
tetap operasional dengan aset tetap tidak beroperasi (ATTB), agar ketika
ATTB bertambah bagian gudang dapat menempatkannya dengan baik dan
dapat mengawasi atau menjaga ATTB dengan sebaik mungkin sehingga
resiko penyelewengan aset tetap (pencurian) tidak dapat terjadi dan
pemeliharaan ATTB dapat dilakukan dengan semaksimal mungkin sampai
adanya keputusan hapus dari Menteri BUMN.
2. Terkait dengan biaya penyimpanan yang mahal, PT. PLN sebaiknya
menentukan jenjang otorisasi penghapusan yang tidak selalu melibatkan
keputusan penghapusan oleh pusat, misalnya dengan penghapusan
berdasarkan presentase ATTB dalam setiap periode.
3. PT. PLN sebaiknya melakukan koordinasi dengan rutin ketika melakukan
permintaan aset tetap untuk ditransfer, kejelasan tentang aset tetap yang

31

diminta dan spesifik dalam permintaan tersebut tertera dalam permohonan
penotabukuan atas serah terima aset tetap (permintaan transfer aset tetap)
agar ketika aktivitas transfer berjalan tidak ada lagi kesalahan aset tetap
yang diminta, sehingga dapat meminimalis biaya pengiriman perusahaan.

Keterbatasan penelitian
Di dalam pembuatan laporan magang ini, pemagang menggambarkan
prosedur penghentian dan transfer aset tetap dengan pengamatan dan terlibat
secara langsung, serta dokumen-dokumen diperoleh dari output program yang
digunakan PT. PLN. Pemagang tidak diberikan ijin dalam mengakses catatan
secara program System Application Product (SAP). Hal ini membuat pemagang
tidak bisa menjabarkan secara detail pencatatan dan proses yang terdapat dalam
program System Application Product (SAP) tersebut.

32

DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia,

2011, Pernyataan Standar Akutansi Keuangan,

Salemba Empat, Jakarta.
Kieso, D.E, J.J,Weygandt dan T.D, Warfield, 2008, Akuntansi Intermediate, edisi
keduabelas, Erlangga, Jakarta.
Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta
Romney. M.B. dan P.J. Steinbart, 2005, Sistem Informasi Akuntansi, edisi
sembilan, Salemba Empat, Jakarta.
Supramono dan Intiyas Utami, 2003, Desain Proposal Penelitian, Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Susanto, Azhar., 2008, Sistem Informasi Akuntansi. Bandung : Lingga Jaya
Soemarso S.R, 2005, Akuntansi Suatu Pengantar, edisi kelima, Salemba Empat,
Jakarta