pengaruh privasi kemanan kepercayaan

(1)

PENGARUH PRIVASI, KEMANAN, KEPERCAYAAN, DAN PENGALAMAN TERHADAP NIAT

UNTUK BERTRANSAKSI SECARA ONLINE ABSTRACT

This research aims to understand the impact of privacy, security, trust, and internet experience, to intention online transaction. The approach use theory planned behavior in this research. Hypothesis that are proposed: (1) Trust will be positive influence on attitude consumer to intention online transaction. (2) Security will be positive influence to risk perception. (3) Trust will be negative influence to risk perception

(4)Privacy will be positively influence risk to perception (5) Risk perception will be negative influence to attitude consumer to online transaction (6) attitude will be positive influence to intention (7) Risk perception will be negative influence to intention to online transaction (8) Internet experience will be positively influence to intention online

transaction (9)subjective norm will be positively influence to online transaction (10) Behavioral control will be positively influence to online transaction.

The subjects of this research are 200 students of information system from various campuses in Yogyakarta city. This is research used survey method with instrument questioner and sample was taken using non probability sampling, and more specific, purposive sampling. Validity test used convergent and discriminant, and reliability test used composite reliability.

The result of this research show that: there is a positive not significant influence of trust on attitude; There is a positive and significant influence security on risk perception; there is a positive not significant influence trust on risk perception; there is a positive and significant influence privacy on risk perception; there is a positive and significant influence risk perception on attitude; there is a positive and significant influence attitude on intention; there is a positive and

significant influence risk perception on intention; there is a positive and significant internet experience on intention; there is a negative not significant influence subjective norm on intention; there is a positive and significant influence behavior control on intention.

Keywords: Privacy, Security, Trust, Internet experience, Intention, The Theory Planned Behavior, Online store, and Online transaction.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hampir tiap website meminta identitas pribadi seperti nama pelanggan, alamat e-mail, nomor telepon, atau alamat surat. Pengguna sadar bahwa penjual berusaha menjejaki data seperti produk yang dibeli, metode pembayaran yang digunakan, nomer kartu kredit, pilihan produk dan sejarah transaksi dikumpulkan, disimpan dan dianalisis oleh sistem e-bisnis dan yang kemudian digunakan mengevaluasi perilaku pembelian. E-vendor menggunakan informasi ini untuk menjual, mempromosikan produk baru secara langsung melalui e-mail pribadi pelanggan. Ketika pelanggan kembali pada website yang pernah digunakan untuk melakukan pembelian, angka-angka kartu keredit dan alamat pengiriman sudah ada tersedia. Pengumpulan data pribadi untuk mengevaluasi kebutuhan pelanggan dan meningkatkan layanan, tetapi dalam penggunaan internet ancaman pelanggaran sanggat tinggi. Perpindahan data pribadi antar internet menjadi perhatian konsumen (Liu et al., 2004).

Saat ini banyak orang yang menggunakan komputer dan internet untuk berbelanja. Aneka informasi yang diperoleh telah mengubah cara mereka bertransaksi berbagai macam barang atau jasa. Internet


(3)

merupakan media untuk berkomunikasi antara perusahaan dengan konsumen

Untuk mengembangkan suatu kerangka adopsi e-commerce

integratif, the theory planned behavior (TPB), seperti yang diusulkan oleh (Ajzen 1991) digunakan sebagai pendekatan dalam dalam penelitian ini. The theory planned behavior menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh niat. Niat dibentuk oleh sikap, norma subjektif dan kontrol prilaku. Sikap, terbentuk oleh kepercayaan. Variabel niat adalah kesediaan konsumen untuk bertransaksi secara online. Sasaran penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor yang berperan untuk kesediaan, atau tujuan konsumen untuk bertransaksi secara online.

Sasaran lain dari penelitian ini adalah menguji pengaruh antara privasi kepercayaan, keamanan, serta pengalaman. Mayer, dan Davis (1995) mengusulkan suatu model kepercayaan yang menguraikan secara singkat kondisi-kondisi manakala kepercayaan terjadi. Dalam penelitian ini, fokus pada awal kepercayaan atau tidak ada hubungan antara konsumen dan toko online. Kepercayaan dan resiko dalam the theory planned behavior, akan manjadi konsep dalam penelitian ini sebagai keyakinan yang berdampak pada niat untuk bertransaksi secara online. Kepercayaan berhubungan pada konsumen untuk percaya bahwa toko

online mampu untuk melaksanakan transaksi dan melindungi informasi pribadi konsumen. Persepsi resiko mengacu pada ketidak pastian yang


(4)

mungkin ditemui oleh konsumen dalam memberikan informasi pribadi pada toko online.

Faktor penting lainnya adalah pengalaman menggunakan Internet. Pengalaman menggunakan Internet merupakan pertimbangan penting dalam melakukan pembelian secara online (Hoffman et al., 1999). Hoffman menemukan bahwa perhatian konsumen terhadap pengendalian informasi pribadi ternyata meningkatkan pengalaman akan internet, sebaliknya perhatian pada hambatan fungsional untuk belanja secara online menurun. Pengguna internet yang belum berpengalaman, biasanya jarang bertransaksi secara online: 27% pengguna dengan pengalaman kurang dari 6 bulan pernah bertransaksi sesuatu melalui internet, dibanding dengan 60% mereka yang berpenga-laman 3 tahun lebih dalam menggunakan internet (Fox, 2000). Sebagai tambahan, pengguna baru lebih takut dengan masalah pencurian kartu kredit (70%) dari pada pengguna internet berpengalaman. (46%) (Fox, 2000).

Dari berbagai hal diatas dan mengingat pentingnya pemahaman mengenai kepercayaan, keamanan, privasi, dan pengalaman, maka peneliti memilih judul penelitian “Pengaruh Privasi, keamanan, kepercayaan dan pengalaman terhadap niat untuk bertransaksi secara secara online” Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Anil Gurung yang berjudul “Empirical Investigation of The Relationship of Privacy Security and Trust With Behavioral


(5)

Intention To Transac in E-Commerce tahun 2006” hanya saja dalam penelitian tersebut peneliti tidak menggunakan variabel pengalaman menggunakan internet untuk menentukan nait untuk bertransaksi secara

online. Hoffman (1999) menemukan bahwa pengalaman berpengaruh posiif terhadap niat untuk bertransaksi secara online. Oleh sebab itu peneliti menambahkan satu variabel yaitu variabel pengalaman menggunakan internet.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka privasi, kepercayaan, keamanan, dan pengalaman merupakan hal penting yang mempengaruhi niat individu untuk bertransaksi secara online, dengan

the theory planned behavior sebagai pendekatan. Dengan demikian, permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kepercayaan berpengaruh positif terhadap sikap konsumen untuk bertransaksi secara online?

2. Apakah keamanan berpengaruh secara positif terhadap persepsi resiko?

3. Apakah kepercayaan berpengaruh negatif terhadap persepsi resiko? 4. Apakah privasi berpengaruh positif terhadap persepsi resiko?

5. Apakah resiko berpengaruh negatif terhadap sikap konsumen untuk bertransaksi secara online?


(6)

6. Apakah sikap berpengaruh positif terhadap niat terhadap niat untuk bertransaksi secara online?

7. Apakah persepsi resiko berpengaruh negatif terhadap niat untuk bertransaksi secara online?

8. Apakah pengalaman seseorang menggunakan internet secara positif berpengaruh terhadap niat untuk bertransaksi secara online?

9. Apakah norma subjektif berpengaruh positif terhadap niat untuk bertransaksi secara online?

10. Apakah kontrol prilaku berpengaruh positif terhadap niat untuk bertransaksi secara online?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Menguji pengaruh kepercayaan terhadap sikap konsumen untuk bertransaksi secara online.

2. Menguji pengaruh persepsi resiko terhadap sikap konsumen untuk bertransaksi secara online.

3. Menguji pengaruh sikap konsumen terhadap niat untuk bertransaksi secara online.

4. Menguji pengaruh kepercayaan terhadap persepsi resiko.

5. Menguji pengaruh privasi terhadap persepsi resiko.

6. Menguji pengaruh persepsi resiko terhadap niat untuk bertransaksi secara online.


(7)

7. Menguji pengaruh kontrol prilaku terhadap niat untuk bertransaksi secara online.

8. Menguji pengaruh norma subjektif terhadap niat untuk bertransaksi secara online.

9. Menguji pengaruh keamanan terhadap persepsi resiko.

10.Menguji pengaruh pengalaman menggunakan internet terhadap niat beli secara online

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang baik harus mempunyai kontribusi atau manfaat kepada pengguna hasil penelitian. Pengguna hasil penelitiai ini antara lain adalah individu, akademisi, praktisi, perusahaan, sampai pemerintah. Kontribusi dapat didefinisikan sebagai manfaat yang diteliti berupa kontribusi teori, kontribusi praktek dan kontribusi kebijakan dari isu yang diteliti kepada pemakai hasil penelitian. Secara spesifik manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk pengembangan integratif kerangka kerja adopsi e-commere pada level individu.

2. Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengembangan teori kedalam praktek.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengembangan teori. Dengan mengintegrasikan perivasi, keamanan,


(8)

kepercayaan, dan pengalaman dalam pengembangan The Theory Planned Behavior dalam penelitian sistem informasi.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan sistem e-business.

1.5. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terbagi menjadi lima bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut ini.

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi riset dan sistematika pembahasan.

BAB II: KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Bab ini membahas tinjauan pustaka yang memuat teori–teori yang relevan dan mendukung analisis serta pemecahan masalah yang terdapat dalam penelitian ini. Bab ini juga berisi uraian hipotesis-hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, serta model penelitian yang akan diuji.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian metode penelitian yang terdiri dari: desain penelitian, definisi operasional dan pengukuran variable, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas dan metode analisis data


(9)

BAB IV: ANALISIS DATA

Bab ini membahas tentang karakteristik responden, hasil pengujian validitas dan reabilitas instrumen yang digunakan, hasil pengujian single reggression, hasil pengujian hipotesis, dan uraian analisis data yang berisi hasil pengolahan data serta interpretasi terhadap hasil tersebut.

BAB V: SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Bab ini merupakan simpulan hasil penelitian, diskusi, implikasi manajerial, keterbatasan penelitian dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.


(10)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori

Potensi internet sebagai media pemasaran dan perdagangan telah banyak dibicarakan akhir-akhir ini, khususnya bagi para pemasar. Pembicaraan tersebut menghasilkan suatu pandangan mengenai e-commerce, khususnya perdagangan melalui internet, yang umumnya dikenal sebagai e-commerce, sebagai suatu bisnis dengan berbagai kemungkinan (Raghav Rao

et al., 1998). Menurut pandangan ini, e-commerce menawarkan sejumlah karakteristik nilai tambah baru, misalnya disebutkan bahwa suatu saat e-commerce akan menggantikan cara melakukan bisnis konvensional secara keseluruhan. Ramalan menunjukkan bahwa 20% dari seluruh pembelanjaan di supermarket selama dekade berikutnya akan dilakukan melalui saluran elektronik (Burke, 1997). Harga yang lebih murah juga dihasilkan melalui e-commerce, salah satu alasannya adalah misalnya peng-gunaan tempat yang lebih murah, yang dimungkinkan karena cara ini tidak memerlukan lokasi yang tersentralisasi. Selain itu penggunaan sejumlah perantara juga dapat dikurangi (Peterson, 1997). Awalnya belanja melalui internet kurang diminati. Banyak alasan yang melatar belakangi yang membuat orang tidak tertarik untuk melakukan pembelian secara online

diantaranya adalah faktor kepercayaan, dan keamanan.


(11)

The theory planned behavior (TPB) (Azjen, 1985, 1991) merupakan pengembangan dari the theory reasoned action (TRA) (Azjen and Fishbein, 1980). Inti dari the theory planned behavior dan the theory reasoned action, adalah niat individu untuk melakukan perilaku tertentu. Dalam the theory reasoned action dan the theory palnned behavior, sikap terhadap perilaku dan norma subyektif pada perilaku dinyatakan mempengaruhi niat, tapi the theory palnned behavior memasukkan unsur kontrol perilaku yang dirasakan dalam mempengaruhi perilaku sebagai faktor tambahan yang mempengaruhi niat konsumen untuk bertransaksi secara online.

Gambar 1

Model The Theory Plane Behavior, Azjen 1975

Menurut the theory planned behavior, tindakan individu pada perilaku tertentu ditentukan oleh niat individu tersebut untuk melakukan perilaku. Niat itu sendiri dipengaruhi sikap terhadap perilaku, norma subyektif yang mempengaruhi perilaku, dan kontrol keperilakuan yang dirasakan. Menurut Azjen (1985), sikap terhadap perilaku merupakan evaluasi positif atau negatif dalam melakukan perilaku. Sikap terhadap perilaku

Attitude toward behavio

r

Percieve d behavior Control B

Behavior Intentio

n Subjekt


(12)

menunjukkan tingkatan seseorang mempunyai evaluasi yang baik atau yang kurang baik tentang perilaku tertentu. Norma subyektif menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan, sedangkan kontrol keperilakuan yang dirasakan menunjukkan mudahnya atau sulitnya seseorang melakukan tindakan dan dianggap sebagai cerminan pengalaman masa lalu disamping halangan atau hambatan yang terantisipasi. The theory reasoned action

juga telah digunakan pada banyak penelitian tentang sistem informasi, kebanyakan digunakan sebagai dasar dalam penelitian mengenai penerimaan pengguna dan model penerimaan teknologi (TAM) (Davis, 1989).

2. Kepercayaan

Lau dan Lee (1999) mendefinisikan kepercayaan sebagai kesediaan individu untuk menggantungkan dirinya pada pihak lain dengan resiko tertentu. Kesediaan ini mencul karena adanya pemahaman individu tentang pihak lain yang didasarkan pada masa lalunya, adanya harapan piha lain akan memberikan sumbangan yang positif (walaupun ada juga kemungkinan pihak lain memberikan sumbangan yang negatif). Literatur kepercayaan di identifikasi dari berbagai dimensi. Dari dimensi ini rasa kejujuran (kredibilitas) mengindikasikan kepastian konsumen dalam bisnis, ketulusan, kenyataan, dan janji (Gundlach dan Murphy, 1993). Gefen (2002) mendefinisikan kepercayaan sebagai kesediaan untuk membuat dirinya peka kedalam tindakan yang diambil oleh pihak yang


(13)

dipercaya yang didasarkan pada keyakinan. Kepercayaan suatu multidimensi yang kompleks dan spesifik (McKnight dan Chervany, 2002). Sebagai tambahan manfaat untuk bisnis secara umum, kepercayaan telah ditunjukan untuk mempunyai arti penting. Sebagai contoh kepercayaan adalah stau faktor kritis dalam stimulant transaksi secara online.

Kepercayaan muncul hanya ketika mereka yang terlibat “dipastikan oleh pihak lainnya, mau dan bisa memberikan kewajibannya". Banyak konsumen tidak cukup mempercayai situs yang ada, untuk memberikan informasi pribadi mereka, dalam rangka melakukan transaksi (Hoffman et al., 1999). Kepercayaan telah digambarkan sebagai suatu tindakan kognitif (misalnya, bentuk pendapat atau prediksi bahwa sesuatu akan terjadi atau orang akan berperilaku dalam cara tertentu), afektif (misalnya masalah perasaan) atau konatif (misalnya masalah pilihan atau keinginan). Mereka yang setuju bahwa termasuk kognifit, tidak setuju jika kepercayaanadalah perhitungan rasional berbasis bukti yang tersedia, atau praktek/perilaku di luar alasan bersama-sama (Alpern, 1997). Banyak definisi yang ternyata tidak akurat. Kepercayaanjelas tidak hanya kepercayaan dimana suatu pihak memiliki keyakinan (walaupun setiap kepercayaan mungkin memiliki elemen kepercayaan seperti halnya kecenderungan orang untuk menempatkan tingkat keyakinan yang tinggi pada kepercayaannya).


(14)

Pengembangan hubungan yang tetap pada internet dipengaruhi dari berbagai sektor (Gunasekaran dan Love, 1999). Bagaimanapun pengaruh ini tidak menterjemakan ke dalam angka penjualan yang lebih tinggi melalui internet. Jelas bahwa dengan transaksi online konsumen tidak berinteraksi dengan pisik toko online, oleh karena itu konsumen tidak mampu untuk mengevaluasi secara efektif produk yang ditawarkan, atau untuk memerikasa identitas penjual. Pembayaran biasanya menggunakan kartu kredit sebelum menyerahkan barang atau jasa kemungkinan data keuangan dapat digunakan dengan curang atau produk tidak sesuai dengan yang dipesan. Untuk itu perlu ditambahkan dalam pembuatan keluhan/komplain perusaahaan yang tidak mempunyai pisik toko atau kantor pusat didalam negeri atau di luar negeri.

3. Privasi

Informasi privasi mengacu pada individu, kelompok, atau institusi untuk menentukan diri mereka sendiri dan bagaimana tentang luasnya informasi tentang apa yang dikomunikasikan pada orang lain (Malhotra.,

et al 2004).

Perhatian informasi privasi mengacu pada suatu pandangan hubungan individu dalam konteks informasi privasi. Privasi dipengaruhi oleh kondisi ekternal seperti industri, budaya, dan hukum. Bagaimana pun, suatu persepsi individu kondisi eksternal juga berbeda menurut karakteristik pribadi dan pengalaman masa lalu (Donaldson dan Dunfe, 1994). Oleh karena itu orang sering berbeda pendapat mengenai toko


(15)

Konsep privasi dengan sendirinya tidak baru, biasanya digambarkan sebagai suatu kemampuan individu untuk mengendalikan informasi pribadi yang diperoleh (Galanxhi dan Fui-Hon, 2004). Terkait dengan privasi mempengaruhi aspek seperti distribusi atau non-authorizet

pengguna informasi pribadi (Wang et al., 1998). Pertumbuhan teknologi baru untuk mengolah kompleksitas informasi. Sebagai konsekuensi kecurigaan konsumen terus meningkat mengenai data pribadi mereka. Privasi secara instrument bernilai sebab dipelukan pengembangan hubungan kepercayaan dan kedekatan pada waktu yang sama, (Anil Grung, 2006). Privasi diuji atas dasar kebenaran informasi. Privasi telah lama didefinisikan sebagai kebenaran seseorang untuk menjadi dirinya sendiri untuk mengendalikan aliran dan pemberitahuan informasi tentang orang lain atau dirinya sendiri (Warren dan Brandies, 1980).

4. Keamanan

Kejahatan dalam media internet berjumlah sangat besar serta memiliki bentuk yang beragam karena beberapa alasan. Pertama, identitas individu, atau organisasi dalam dunia internet mudah untuk dipalsukan, tetapi sulit dibuktikan secara hukum (Jarvenpaa dan Grazioly, 1999). Kedua tidak membutuhkan sumber daya ekonomi yang besar untuk melakukan kejahatan dalam internet. Ketiga internet menyediakan akses yang luas pada pengguna yang potensial menjadi korban. Keempat kejahatan dalam internet, identitas pelaku tidak dikenal dan secara yuridis sulit mengejar pelaku. Rasa aman mungkin menggambarkan subyektif


(16)

sebagai kemungkinan konsumen percaya bahwa informasi pribadi mereka (Private dan moneter) akan tidak dapat dilihat, dan berpindah tanpa persetujuan.

Kegiatan dalam e-commerce disamping memberikan keuntungan dalam bertransaksi secara online, disisi lain mengandung beberapa resiko diantaranya adalah, gangguan website yang diakibatkan oleh para hacker.

Hacker memungkinkan untuk masuk, mengacak-acak dan sekaligus menjarah apa yang dirasakan menguntungan mereka. Aktivitas para

hacker ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pencuri yang mengacak-acak dan mengambil barang milik kita. Dalam hal ini sangat penting diperlukan sistem keamanan yang mampu melindungi website dari gangguan para hacker. Masalah keamanan menjadi masalah yang cukup menentukan bagi para pengusaha e-commerce. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menciptakan sistem keamanan dari gangguan pelaku kejahatan yang ingin mengacaukan website adalah:

1. Membuat sistem cadangan yang selalu diaktifkan, jika sistem utama mengalami gangguan atau kerusakan yang diakibatkan oleh ulah

hacker

2. Melakukan backup data pribadi, atau data kartu keredit, karena terkait dengan kepercayaan pelanggan sebagai basis utama yang mengkonsumsi layanan elektronik.

5. Pengalaman Menggunankan Internet

Peranan pengalaman juga telah diteliti dalam literatur sistem informasi dalam bidang penerimaan pengguna, thet theory reasoned


(17)

action dan the theory planned behavior telah diterapkan dalam pengembangan model penerimaan teknologi (TAM) Davis (1989). Szanja (1996) menyarankan bahwa bidang penelitian penting di masa datang tentang TAM adalah "menentukan nilai dan status komponen pengalaman". Dalam model TAM, kemudahan penggunaan dan kegunaan dipercaya bahwa sikap yang pada akhirnya menjadi niat perilaku untuk menggunakan. Selanjutnya TAM telah menghilangkan elemen sikap, se-hingga keyakinan tentang kemudahaan penggunaan dan kegunaan langsung membentuk niat (Venkatesh dan Davis, 1996). Venkatesh dan Davis (1996), dalam pengembangan TAM yang memfokuskan pada variabel awal dari kemudahan penggunaan, secara teoritis menyatakan bahwa pengalaman langsung dengan perangkat lunak menjadi perantara dalam hubungan langsung antara tujuan penggunaan dan kemudahan penggunaan. Tujuan penggunaan dari suatu sistem adalah ukuran tentang bagaimana mudahnya sistem tersebut digunakan, diturunkan dengan membandingkan apa yang diperlukan agar seorang ahli menyelesaikan suatu tugas dengan menggunakan sistem dengan apa yang diperlukan oleh orang awam untuk menyelesaikan tugas yang sama dengan menggunakan sistem yang sama, Venkatesh dan Davis (1996) memperkirakan bahwa tujuan penggunaan akan menjadi peramal dari kemudahan penggunaan, hanya jika seorang individu telah memiliki pengalaman langsung dengan perangkat lunak. Mereka menemukan dukungan bagi ramalan mereka. Pengalaman langsung dioperasionalkan dalam percobaan mereka dalam


(18)

pelatihan untuk suatu paket perangkat lunak. Dalam penelitian terbaru,

antecedent dari kemudahan penggunaan dalam TAM. Venkatesh (2000) menemukan bahwa pengalaman tidak memerankan peranan sebanyak peranannya seperti yang diharapkan dalam menjelaskan varian dalam kemudahan penggunaan. Kepercayaan pada general sistem independent tentang komputer lebih menjadi peramal yang lebih kuat dari kemudahan penggunaan dari pada pengalaman, selama tiga periode.

Dengan menggunakan the theory planned behavior, Taylor dan Todd (1995) menyelidiki perbedaan antara mahasiswa yang berpengalaman dan tidak berpengalaman dari sebuah pusat komputer. Mereka menemukan hubungan yang lebih kuat antara perilaku niat dan perilaku aktual bagi pemakai yang berpengalaman, dibanding pemakai yang tidak berpengalaman. Mereka juga menemukan bahwa niat dari pemakai yang tidak berpengalaman lebih mudah diramalkan oleh variabel awal dari pada kasus untuk pemakai yang berpengalaman.

Pengguna internet yang berpengalaman, waktu yang mereka habiskan untuk online lebih banyak karena keahlian yang mereka peroleh melalui pengalaman, seharusnya yakin bahwa internet lebih bisa dipercaya dari pada mereka yang kurang berpengalaman. Pengguna berpengalaman seharusnya telah belajar bagaimana menghindari perilaku yang tidak dapat dipercaya dan bagaimana menggunakan situs dengan lebih aman, seperti halnya warga kota yang mengetahui bagian-bagian kota dan tempat yang tidak aman yang harus dihindari. Intinya adalah


(19)

bahwa kepercayaan muncul dengan tingkat pengetahuan tertentu, dimana pengetahuan diperoleh dari pengalaman.

6. Persepsi Resiko

Persepsi resiko dipandang sebagai ketidak pastian dihubungkan dengan hasil dari suatu keputusan (Sitkin dan Pablo 1992). Dalam literatur e-commerce, ada dua kategori resiko yaitu: resiko transaksi dan resiko produk (Chang et al., 2005. Resiko produk mengacu pada ketidak pastian pembelian akan memenuhi penerimaan pengukuran dalam hasil atau tujuan pembelian. Resiko Transaksi adalah ketidak pastian sesuatu yang tak terduga dan kurang baik sepanjang proses tarnsaksi.

Resiko transaksi termasuk pembuktian, privasi, keamanan. Resiko transaksi mengacu pada ketidak pastian identitas pembuktian penjual tidak diungkapkan. Resiko privasi mengacu pada kemungkinan pencurian informasi pribadi (Pavlou 2003). Orang dapat dipercaya setia berhubungan dengan keselamatan data yang dipancarkan Internet (Chang

Et al. 2005).

7. Niat Bertransaksi secara online

E-commerce di dalam penelitian ini digambarkan sebagai hubungan pertukaran secara online antar konsumen dan toko online, atau web vendor. Penelitian ini mempertimbangkan niat untuk bertransaksi secara

online, yaitu membeli barang atau jasa secara online, demikian memanfaatkan Business ke Consumer (B2C) model e-commerce.

Satu hal penting dalam penelitian sistem informasi bagaimana dan mengapa individu menerima dan mengadopsi teknologi informasi baru


(20)

(Agarwal dan Karahanna 2000). Pada tingkatan individu, pemakaian informasi teknologi dipelajari dengan meneliti peran niat sebagai peramal perilaku (Liu et al. 2004; Malhotra et al., 2004). Penelitian ini fokus pada faktor penentu niat seperti sikap, dan pengaruh sosial. Penelitian ini didasarkan pada model psikologi sosial seperti, the theory reasoned action (Ajzen dan Fishbein 1980) dan the theory planned behavior (Ajzen 1985; Ajzen 1991). Niat, sebagai faktor penentu perilaku telah ditetapkan di dalam acuan sistem informasi dan disiplin lain (Ajzen 1991; Taylor dan Todd 1995). Menurut the theory reasoned action, niat meramalkan perilaku. Niat dibentuk oleh sikap dan norma subjektif, yang pada gilirannya adalah membentuk kepercayaan. The theory reasoned action berdasarkan model untuk meramalkan aktivitas perilaku yang di bawah kendali volitional. Volitional mengendalikan alat-alat yang digunakan secara penuh mampu mengendalikan capaian dari suatu aktivitas. Dalam hal nonvolitional mengendalikan aktivitas, the theory reasoned action cocok karena mempunyai komponen tambahan dari kendali tingkah laku dirasa sebagai faktor penentu niat. Model penerimaan teknologi (TAM) suatu adaptasi theory reasoned action

menjadi populer di antara peneliti sistem inormasi untuk menentukan

antecedent pemakaian sistem melalui kepercayaan tentang dua faktor: penggunaan, dan kemudahan suatu sistem informasi (Davis 989b). Awal Penelitian adopsi E-Commerce secara luas menggunakan technology


(21)

acceptance model (Gefen et al. 2003; Liu et al. 2004; dan Malhotra et al. 2004).

2.2. Pengembangan Hipotesis

1. Hubungan Kepercayaan Terhadap Sikap

Peneliti bidang e-commerce telah mempelajari kepercayaan pada konteks e-commerce (Gefen et al., 2003). Mayer et al., (1995) mengusulkan suatu definisi kepercayaan integratif sebagai “kesediaan dari suatu pihak untuk peka kepada tindakan pihak lain yang didasarkan pada harapan yang pada pihak yang dipercayai akan melaksanakan tindakan tertentu”. Penting bagi trustor, tanpa tergantung dengan kemampuan untuk memonitor atau mengendalikan pihak yang dipercayai. Dalam e-commerce, konsumen adalah trustor sedang toko online adalah pihak yang dipercayai. Konsumen harus peka kepada tindakan dari toko

online karena menyediakan informasi sensitip seperti informasi kartu kredit, alamat dan e-mail manakala mereka berniat untuk bertransaksi elektronik. Konsumen hanya membatasi kemampuan untuk memonitor tindakan toko online mengenai penggunaan yang tidak sah dari informasi pribadi, karenanya, ada suatu keengganan yang tidak bisa dipisahkan oleh pihak konsumen untuk membagi bersama informasi pribadi mereka. Karena itu, kepercayaan diperlukan untuk membebaskan perhatian konsumen ( Luo, 2002).

Dalam literatur, kepercayaan menjadi konsep sebagai kepercayaan, sikap, perilaku dan niat (Mayer et al., 1995). Kepercayaan menjadi status


(22)

psikologis, dengan jelas nyata dari perilaku, melainkan adalah suatu

antecedent perilaku (Bhattacherjee, 2002). Dimensi kepercayaan yang diuraikan oleh Bhattacherjee (2002) adalah kemampuan, kebajikan dan integritas. Kemampuan mengacu pada persepsi konsumen, kemampuan dan pengetahuan perilaku yang diharapkan dari toko online. Persepsi ini mungkin diakibatkan oleh pengalaman masa lalu atau pengesahan kelembagaan dari pihak ketiga. Dalam format kepercayaan integritas mengacu pada persepsi konsumen pada toko online akan bertahan pada satu prinsip atau peraturan tentang pertukaran yang bisa diterima konsumen selama mengikuti pertukaran. Kebajikan adalah tingkat suatu toko online bertindak atas nama kesejahteraan konsumen.

Dalam sistem e-commerce, kepercayan pengguna tentang suatu toko

online mungkin ditangkap oleh kepercayaan dan persepsi resiko. Sikap salah satu yang baik atau kurang baik. Suatu yang sikap baik akan membentuk niat untuk betransaksi secara online, kemudian diikuti oleh niat perilaku nyata dalam membeli dari toko online. Kepercayaan dibentuk oleh konsumen yang didasarkan pada informasi yang tersedia tentang toko online. Kepercayaan pada suatu toko online dapat menghasilkan suatu sikap yang baik oleh konsumen dan mungkin juga meningkatkan sikap secara tidak langsung dengan menurunkan persepsi resiko (Jarvenpaa et al., 1999).

H1: Kepercayaan berpengaruh positif terhadap sikap konsumen untuk bertransaksi secara online


(23)

Suatu penelitian yang telah menguji hubungan keamanan, persepsi resiko dan niat bertransaksi secara online. Dalam Banyak kasus, keamanan telah dimasukkan sebagai bagian dari privasi. Dalam penelitian ini informasi privasi menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Smith et al., (1996). Empat dimensi dalam informasi pribadi adalah penggumpulan, kesalahan, penggunaan tidak sah dan akses yang tidak pantas. Empat dimensi, akses tidak pantas nampak sama yang dikenal sebagai kontrol lingkungan, yang berhubungan erat pada keamanan Hoffman et al ., ( 1999).

Studi empiris sangat terbatas pada keamanan, Miyazaki dan Fernandez (2001) menemukan keamanan sistem dihubungkan dengan tingkat tarip dari produk online yang dibeli oleh konsumen. Bagaimanapun, tidak ada hubungan negatif antara kehadiran statemen keamanan dan privasi dan resiko yang ditemukan (Miyazaki dan Fernandez 2001). Dalam studi yang sama, keamanan dan privasi secara positif dihubungkan dengan kemungkinan pembelian secara online. Pengujian peran persepsi resiko dalam hubungan antara keamanan dan privasi berhubungan dengan dan niat bertransaksi secara online, Miyazaki dan Fernandez (2001).

H2: Keamanan secara positif berpengaruh terhadap persepsi resiko. 3. Hubungan Kepercayaan Terhadap Persepsi Resiko

Dalam literatur pemasaran kerangka teoritis resiko sebagai perilaku konsumen. Menurut kerangka kerja resiko, konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk di bawah derajat tingkat ketidak pastian tentang


(24)

toko online. Untuk mengurangi persepsi resiko konsumen bertindak untuk mengasumsikan resiko yang dirasa, dengan mempercayakan atas seseorang atau gagasan dari pihak ketiga. Sebagai Contoh, suatu konsumen mungkin bersandar pada gambaran merek dari suatu produk atau pada pendapat dari orang yang ahli. Persepsi resiko digunakan sebagai suatu pengganti resiko karena sukar untuk menangkap resiko sebagai suatu sasaran yang pasti. Persepsi resiko digambarkan sebagai kemungkinan hubungan suatu kerugian dalam pengejaran suatu hasil yang diinginkan.

Malhotra et al., ( 2004), menetapkan literatur resiko kepercayaa menjadi ciri pribadi mempengaruhi kepercayaan dan persepsi resiko (Mayer et al., 1995). Jika konsumen terlalu memperhatikan privasi akan mempengaruhi bagaimana dia akan mempercayai suatu online vendor, atau resiko yang dirasa dalam pembelian dari online vendor.

H3: Kepercayaan berpengaruh negatif terhadap persepsi resiko.

4. Hubungan Privasi Terhadap Persepsi Resiko

Secara umum privasi mengacu pada perlindungan informasi pribadi. Chau., et al (1999) mendefinisikan adalah hak individu untuk menjadikan dirinya sendiri dengan mempertimbangkan beberapa dimensi privasi seperti, prilaku, komunikasi, dan data pribadi. Dalam internet, privasi mempengaruhi aspek seperti distribusi, atau penggunaan non-autorised

informasi pribadi (Wang et al., 1998). Kapasitas pertumubuhan teknologi baru untuk mengolah informasi, plus kompleksitas menjadikan privasi isu penting. Fakta ini semakin meningkatkan kecurigaan konsumen seperti bagaimana data pribadi dikumpulkan diproses dalam transaksi online


(25)

(Flavio dan Gunalu, 2006). Untuk mengurangi kecurigaan konsumen mengenai penanganan data pribadi keamanan sistem sangat penting yang dapat menjamin kemanan data pribadi. Oleh sebab itu hipotesis berikut. H4: Privasi berpengaruh positif terhadap persepsi resiko

5. Hubungan Persepsi resiko Terhadap Sikap

Persepsi Resiko dipandang sebagai ketidak pastian dihubungkan dengan hasil dari suatu keputusan. Dalam literatur e-commerce, ada dua kategori resiko yaitu: resiko transaksi dan resiko produk (Chang et al., 2005. Resiko produk mengacu pada ketidak-pastian pembelian akan memenuhi penerimaan pengukuran dalam hasil atau tujuan pembelian.

Sitkin dan Pablo (1992) mengusulkan resiko yang dirasa mungkin memediasi dampak kepercayaan pada perilaku dan niat. Beberapa peneliti menginvestigasi dampak kepercayaan pada resiko yang dirasa. Suatu dampak negatif penting antara kepercayaan dan resiko yang dirasakan terhadap sikap (Jarvenpaa et al., 2000).

H5: Persepsi resiko berpengaruh negatif terhadap sikap konsumen untuk bertransaksi secara online.

6. Hubungan Sikap terhadap Niat

Sikap terhadap perilaku merupakan evaluasi positif atau negatif dalam melakukan perilaku.. Dalam sistem e-commerce, kepercayan pengguna tentang suatu toko online mungkin ditangkap oleh kepercayaan dan persepsi resiko. Sikap salah satu yang baik atau kurang baik. Suatu yang sikap baik akan membentuk niat untuk betransaksi secara online, kemudian diikuti oleh niat perilaku nyata dalam membeli dari toko

online. Kepercayaan dibentuk oleh konsumen yang didasarkan pada informasi yang tersedia tentang toko online. Kepercayaan pada suatu toko


(26)

online dapat menghasilkan suatu sikap yang baik oleh konsumen dan mungkin juga meningkatkan sikap secara tidak langsung dengan menurunkan persepsi resiko (Jarvenpaa et al., 1999).

H6: Sikap berpengaruh positif terhadap niat konsumen untuk bertransaksi secara online.

7. Hubungan Persepsi Resiko Terhadap Niat

Peresepsi Resiko didefinisikan sebagai persepsi konsumen atas ketidakpastian dan konsekuensi yang akan dihadapi setelah melakukan aktifitas tertentu (Dowling and Steling dalam Hsu dan Chiu, 2002). Bila diadaptasikan dengan konteks penelitian persepsi resiko adalah persepsi pengguna internet sebagai individu terhadap ketidakpastian dan konsekuensi yang dihadapi saat menggunakan transaksi online, karena penggunaan transaksi online tidak terlepas dari resiko. Resiko yang dapat dihadapi oleh pengguna transaksi online adalah resiko keamanan bertransaksi dan kepastian terhadap barang yang dipesannya. Persepsi terhadap resiko diprediksi akan berpengaruh negatif terhadap niat individu untuk bertransaksi secara online. Menurut Pavlou dan Geven (2004), bila persepsi resiko semakin besar, maka niat untuk bertransaksi

online akan berkurang. Oleh karena itu hipotesis yang terbentuk

Hipotesis 7: Persepsi resiko berpengaruh negatif terhadap niat individu untuk melakukan bertransaksi secara online

8. Hubungan Pengalaman Menggunakan Internet Terhadap Niat

Venkatesh dan Davis (1996), dalam pengembangan TAM yang memfokuskan pada variabel awal dari kemudahan penggunaan, secara


(27)

teoritis menyatakan bahwa pengalaman langsung dengan perangkat lunak menjadi perantara dalam hubungan langsung antara tujuan penggunaan dan kemudahan penggunaan.

Dalam penelitian terbaru, antecedent dari kemudahan penggunaan dalam TAM, Venkatesh (2000) menemukan bahwa pengalaman tidak memerankan peranan sebanyak peranannya seperti yang diharapkan dalam menjelaskan varian dalam kemudahan penggunaan disadari.

Kepercayaan pada general sistem independent tentang komputer lebih menjadi peramal yang lebih kuat dari kemudahan penggunaan disadari dari pada pengalaman, selama tiga periode. Dengan menggunakan the theory planned behavior, Taylor dan Todd (1995) menyelidiki perbedaan antara mahasiswa yang berpengalaman dan tidak berpengalaman dari sebuah pusat studi komputer. Mereka menemukan hubungan yang lebih kuat antara perilaku niat dan perilaku aktual bagi pemakai yang berpe-ngalaman, dibanding pemakai yang tidak berpengalaman. Mereka juga menemukan bahwa niat dari pemakai yang tidak berpengalaman lebih mudah diramalkan oleh variabel awal dari pada kasus untuk pemakai yang berpengalaman.

H8: Pengalaman seseorang menggunakan internet secara positif berpengaruh terhadap niat untuk bertransaksi secara online

9. Hubungan Norma Subjektif Terhadap Niat

Dalam the thoeri planned behavior, norma subjektif adalah suatu perilaku yang digambarkan sebagai suatu penilaian ya atau tidak bagi


(28)

orang yang merasakan perilaku harus dilakukan (Ajzen 1991). Penilaian ini dilakukan sejumlah referents yang relevan seperti, teman, keluarga dan co-workers. Kepercayaan berdasarkan pengukuran norma subjektif yang terdiri dari motivasi dan kepercayaan berdasarkan norma subjektif. Kepercayaan berdasarkan norma subjektif mengacu pada penilaian bagaimana mungkin atau mau tidak mau kelompok referent mendukung perilaku. Motivasi untuk mematuhi mengacu pada penilaian pribadi bagaimana yang termotivasi untuk memenuhi ketentuan kelompok referent. The theory planned behavior menyarankan suatu hubungan positif antara hubungan norma subjektif dan niat prilaku.

H9: Norma subjektif berpengaruh positif terhadap niat untuk bertransaksi secara online.

10. Hubungan Kontrol Prilaku Terhadap Niat

Kontrol yang prilaku mempunyai suatu hubungan positif antara niat dan perilaku yang nyata. Menurut Ajzen (1991), kontrol prilaku berhubungan dengan bagaimana sulit atau gampang untuk menyelesaikan suatu perilaku tertentu. Kontrol prilaku menandakan suatu derajat hubungan kontrol atas capaian dari suatu perilaku dibanding kemungkinan suatu perilaku akan mengakibatkan suatu hasil tertentu (Ajzen 2002). Penelitian ini, merasa kontrol prilaku digambarkan sebagai suatu kesukaran atau kesenangan konsumen yang dirasa di dalam pembelian dari toko onlline. H10: Kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap niat untuk bertransaksi secara online


(29)

Dari 10 hipotesis yang telah dirumuskan, maka dapat dibangun sebuah model penelitian, seperti yang disajikan pada gambar 2

Gambar 2 Model Penelitian

Sumber: Modifikasi Penelitian Anil Gurung 2006

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

PRIVA SI SIKAP NIAT PERSEP SI RESIKO KEAM ANAN KONTROl PERILAKU KEPE RCAY AAN PENGA LAMAN NORMA SUBJEK TIF + + -+ + + + - + -1 2 3 4 5 6 7 8 9 100


(30)

Desain penelitian adalah rencana dan struktur yang dibuat untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Sekaran (2000) menyatakan bahwa desain penelitian didalamnya melibatkan sebuah urutan pilihan pengambilan keputusan rasional.

Penelitian ini menggunakan metode survey yang merupakan cara untuk menggunpulkan informasi secara luas dari sekumpulan subjek yang berkepentingan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu pengguna internet. Penelitian ini diarahkan untuk menguji hipotesisi yang menjelaskan pengaruh privasi, keamanan, kepercayaan, terhadap niat untuk bertransaksi secara online.

3.2. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa sistem informasi pengguna internet. Dari populasi tersebut diambil sejumlah sampel untuk penelitian. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability dengan tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling

yaitu setiap elemen dalam polulasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Metode purposivesampling digunakan karena elemen-element yang dipilih menjadi unit sampel dianggap dapat memberikan informasi yang dibutukan oleh peneliti. Purposive sampling

secara spesifik disebut judgement sampling yaitu metode yang sengaja digunakan karena informasi yang diambil berasal dari sumber yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu, yaitu individu yang menggunakan internet dan


(31)

mengerti situs-situs yang menawarkan fasilitis penjualan secara online, serta belum pernah melakukan transaksi secara online karena penelitian ini bertujuan untuk menguji niat untuk bertransaksi secara online.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kusioner pada responden yang menggunakan internet secara langsung. Hal ini dilakukan karena mempermudah responden untuk menjawab setiap pertanyaan yang tersedia, jika ada pertanyaan yang belum dipahami dapat langsung dijelaskan.

3.4. Definisi operasi dan Pengukuran variabel 1. Privasi

Privasi suatu individu dalam konteks e-commerce dipengaruhi oleh kondisi-kondisi eksternal (yaitu: sektor industri, kultur, hukum) seperti halnya kondisi eksternal persepsi individu. Privasi diukur skala likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel persepsi diukur dengan menggunakan 4 item pertanyaan yang diadaptasi dari Malhotra et al., (1994).

2. Keamanan

Keamanan mengacu pada tingkat orang percaya informasi pribadi yang dipancarkan internet dijamin dan tidak akan diakses oleh orang lain. Variabel keamanan diukur menggunakan skala likert mulai poin 1 yang


(32)

menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel keamanan diukur dengan menggunakan 4 item pertanyaan yang diadaptasi dari Salisbuty et al., (2001).

3. Kepercayaan

Dimensi kepercayaan adalah kemampuan, integritas dan kebajikan. Variabel kepercayaan diukur menggunakan skala likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel kepercayaan diukur dengan menggunakan 3 item pertanyaan yang diadaptasi dari Bhattacherjee ( 2002).

4. Persepsi Resiko

Persepsi Resiko mengacu pada ketidak pastian konsumen yang dirasakan untuk memutuskan untuk bertransaksi secara online. Variabel persepsi resiko diukur menggunakan skala likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel persepsi resiko diukur dengan menggunakan 3 item pertanyaan yang diadaptasi dari Jarvenpaa et al., (1999).

5. Sikap

Sikap adalah suatu tindakan yang ditunjukan oleh individu untuk menggambarkan suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Variabel sikap diukur menggunakan skala likert mulai poin 1 yang menyatakan


(33)

sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel sikap diukur dengan menggunakan 2 item pertanyaan yang diadaptasi dari Pavlou dan Fygenson ( 2005).

6. Norma subjektif

Norma subjektif mengacu pada persepsi konsumen apakah suatu perilaku tertentu diterima oleh suatu kelompok referensi Variabel norma subjektif diukur menggunakan skala likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel norma subjektif diukur dengan menggunakan 2 item pertanyaan yang diadaptasi dari Pavlou dan Fygenson (2005).

7. Kontrol Perilaku

Kontrol perilaku digambarkan sebagai persepsi dari suatu individu mengenai sulit atau tidaknya individu untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu. Variabel kendali perilaku diukur menggunakan skala likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel kendali prilaku diukur dengan menggunakan 2 item pertanyaan yang diadaptasi dari Pavlou dan Fygenson (2005).

8. Niat

Niat adalah kesediaan konsumen untuk membeli dari toko online. Variabel niat diukur menggunakan skala likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan


(34)

sangat setuju. Variabel niat diukur dengan menggunakan 2 item pertanyaan yang diadaptasi dari Malhotra et al., (2005).

9. Pengalaman

Peranan pengalamanjuga telah diteliti dalam literatur sistem informasi dalam bidang penerimaan pengguna, dimana The Theory reasoned action dan Theory planned behavior telah diterapkan dalam pengembangan. Variabel pengalaman diukur menggunakan skala likert mulai poin 1 yang menyatakan sangat tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakan sangat setuju. Variabel pengalaman diukur dengan menggunakan 2 item pertanyaan yang diadaptasi dari Thomson (2005).

3.5. Pengujian Validitas dan Reabilitas 1. Validitas

Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper dan Schindler, 2006). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Validitas konvergen

Validitas konvergen mengindikasikan tingkat konstruk-konstruk serupa secara teori berkorelasi secara kuat dengan konstruk-konstruk lainnya. Validitas konvergen dapat dinilai menggunakan 2 (dua) cara: pertama dengan mengevaluasi loading dari ukuran individual pada masing-masing konstruknya. Kedua, dengan menghitung kehandalan

composite. Untuk mengukur validitas ini digunakan software PLS Graph versi 1.00.


(35)

Validitas diskriminan mengindikasikan suatu tingkatan apakah satu konstruk berbeda dari semua konstruk yang lain dalam model penelitian. Ada dua prosedur yang digunakan untuk menilai validitas diskriminan (Chin, 1998 dan Straub, 2005).

1. Membandingkan korelasi indikator suatu konstruk dengan korelasi indikator tersebut dengan konstruk lainnya (Ghozali, 2006). Jika korelasi indikator konstruk memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi indikator tersebut terhadap konstruk lain, maka dikatakan konstruk memiliki validitas diskriminan yang tinggi.

2. Menguji average variance extracted (AVE) untuk memastikan bahwa setiap konstruk memberikan variance yang lebih besar dengan ukurannya dari pada dengan konstruk laten lainnya dalam model penelitian. Validitas dikatakan memiliki nilai yang baik berdasarkan rule of thumb jika nilai akar dari AVE untuk konstruk individual lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lain dalam model (Chin, 1998) dan harus lebih besar daripada nilai yang direkomendasikan yaitu 0,5 (Fornell dan Larcker, 1981). AVE loading lebih besar dari 0,5 menunjukkan bahwa nilai konstruk paling sedikit 50 persen dari ukuran variance. Untuk mengevaluasi validitas diskriminan digunakan software PLS Graph versi 1.0.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas (reliability) adalah suatu alat pengukur yang menunjukkan akurasi, konsistensi dan ketepatan dari pengukurnya


(36)

(Jogiyanto, 2004). Konsistensi menunjukkan seberapa baik item–item pernyataan yang mengukur sebuah konsep bersatu menjadi sebuah kumpulan (Sekaran, 2003). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu (Cooper dan Schindler, 2006). Reliabilitas konstruk dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan

composite reliability. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika nilai

composite relability di atas 0,60 (Nunnaly, 1996).

3.6. Metode Analisis Data

1. Pengujian Dengan Metode PLS

Untuk menjawab hipotesis yang diajukan diuji dengan menggunakan partial least-square (PLS). Penggunaan PLS cocok untuk prediksi dan membangun teori dan sampel yang dibutuhkan relatif kecil, minimal 10 kali item konstruk yang paling kompleks (Ghozali, 2006). Keuntungan lain menggunakan PLS adalah PLS dapat mengestimasi ukuran model pada validitas dan reliabilitas, serta menggunakan indikator konstruk laten. PLS, menghasilkan parameter dari model strukturtural yang menguji kekuatan dari hubungan yang dihipotesisikan. Pengujian dengan menggunakan metode PLS pada dasarnya terdiri atas 2 macam pengujian, yaitu model pengukuran (outer model) dan struktural model (inner model)


(37)

Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator yang dinilai berdasarkan korelasi antar item score dengan konstruk skor yang dihitung dengan menggunakan PLS. Ukuran refleksi individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0, 70 dengan konstruk yang ingin diukur. Akan tetapi untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0, 50 sampai 0, 60 dianggap cukup (Chin, 1998 dalam Ghozali 2006).

Discriminant Validity dari model pengukuran dengan reflkesi indikator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka menunjukan bahwa konstruk laten memprediksi dengan membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar dari pada nilai korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka dikatakan memiliki nilai discriminant validity baik (Fornell dan Lacker, 1981 dalam Ghozali 2006)

2. Model Strukturan (Inner Model)

Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square

untuk konstruk dependen, dan uji t serta signifikansi dari koefesien parameter jalur struktural. Dalam menilai model dengan PLS, dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel dependent


(38)

interprstasinya sama dengan interprestasi pada regresi. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel independent tertentu terhadap variabel dependen. Uji t dengan tingkat signifikan pada 0, 5 (t Hitung > t table) dari parameter jalur struktural.

2. Model Spesifikasi Dengan PLS

Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga hubungan

1. Inner model yang menggambarkan hubungan antar variabel berdasarkan pada subtantive theory. Model persamaannya dapat ditulis

   

 0  

Keterangan η menggambarkan verktor variabel dependent ζ adalah variabel residual

2. Outer model

Outer model didefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Blok dengan indikator reflektif dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut

X = ΛX X


(39)

Keterangan x dan y adalah indikator atau manifest variabel laten

eksogen (ζ) dan endogen (η), sedangkan Λx dan Λy merupakan matrik loading yang menggambarkan koefesien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan εx dan εy dapat diiterprestasikan sebagai kesalahan pengukuran

3. Weight Relation

Inner model dan outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dalam estimasi alogritma PLS, maka diperlukan definisi wight realtion. Nilai kasus untuk setiap variabel laten diestimasi dalam PLS sebagai berikut:

ζb =

kbWkbXkb

ηi =

kiWkiYki

Ketrangan wkb dan wki adalah k wight yang digunakan untuk memberikan estimasi variabel laten ζb dan ηi. Estimasi variabel laten adalah linier agregat dari indikator yang nilai weghtnya diperoleh dengan prosedur estimasi PLS seperti dispesifikasi oleh inner dan

outer model η adalah vektor variabel laten endogen (dependen) dan ξ adalah vektor variabel eksogen (independent), ζ adalah vektor variabel residual dan β serta adalah matrik koefesien jalut (path coefecinet)


(40)

PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk estimasi parameter, maka cara parametrik untuk menguji signifikansi parameter tidak diperlukan (Chin, 1998) yang dikutif (Ghozali, 2006). Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang mempunyai sifat non parametrik outer model (measurment model) dengan indikator refleksi dievaluasi dengan convergent validity dan

discriminant validity dari indikatornya dan composite reability untuk

block indikator. Inner model (struktural model) dievaluasi dengan melihat hubungan antar konstruk (variabel) laten dengan memperhatikan hail estimasi koefesien parameter jalur dan tingkat signifikannya. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji statistik yang diperoleh dengan prosedur bootstrapping.

BAB IV ANALISIS DATA 4.1. Deskirpsi Data

Sesuai dengan rencana, peneliti ingin memperoleh sampel sasaran minimal 10 kali jumlah variabel yakni 100 karena penelitian ini mempunyai 10 variabel. Kuesioner disebarkan sebanyak 200 eksemplar. Kuesioner ini disebar secara langsung agar memudahkan peneliti untuk menjelaskan


(41)

kepada responden jika ada daftar pertanyaan yang kurang dimengerti Dalam penelitian ini, responden yang dituju oleh peneliti adalah mahasiswa jurusan sistem informasi baik itu derajat D3, S1 ataupun S2 yang diperoleh dari berbagai kampus yang ada di lingkungan Yogyakarta. Total kusioner yang disebar secara langsung adalah sebanyak 200 kusioner. 50 kusioner disebar kapada mahasiswa S2 Magister Ilmu-ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 50 kusioner disebara pada mahasiswa jurusan sistem informasi Universitas Duta Wacana Yogyakarta, 50 kusioner disebar pada Mahasiswa sistem informasi Amikom Yogyakarta, 50 kusioner disebar welalui warnet. Dari 200 kusioner yang disebarkan, hanya 145 kusioner yang dapat digunakan, sisanya 55 kusioner tidak dapat digunakan karena kusioner tidak diisi secara lengkap dan diindikasikan tidak diisi secara serius. Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini hanya sebesar 100 sampel. Jumlah 200 sampel dianggap telah memenuhi kriteria jumlah sampel minimal.

Hasil survey yang dilakukan pada mahasiswa sistem informasi disajikan pada Table 1. Dalam Tabel tersebut dapat dilihat rata-rata umur responden, tempat akses internet dan penggalaman menggunakan internet.

Table 1

Identifikasi Responden

Katergori Rata-rata Jumlah

responden

Umur 18-23 th 60 orang


(42)

>30 th 15 orang

Penggalaman menggunakan

internet 2-5 th 120 orang

5-10 th 60 orang

>10 th 20 orang

Tabel 2

Tempat Akses Internet Tempat Akses Internet Jumlah

Responden

Kampus 75 orang

Tempat Kerja/caffe 18 orang

Warnet 37 orang

Di Rumah 7 orang

Dari Tabel diatas bahwa rata-rata umur responden 18-23 tahun sebanyak 60 orang dengan pengalaman menggunakan internet rata-rata 2-5 tahun dan tempat akses internet ditempat kuliah atau kampus. Umur responden 24-30 tahun sebanyak 45 orang dengan pengalaman menggunakan internet rata-rata 5-10 tahun, dan tempat akses internet melalui warnet atau kafe. Sedangkan responden yang berumur lebih dari 30 tahun berjumlah 15 orang dengan pengalaman menggunakan internet internet rata-rata lebih dari 10 tahun dengan tempat akses internet di tempat kerja atau berlangganan sendiri dirumah.

4.2. Validitas dan Reliabilitas

Sebelum melakukan uji hipotesis instrument terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas untuk memenuhi kelayakan. Konsep validitas mengacu apakah alat ukur yang digunakan telah sesuai


(43)

dengan apakah yang seharusnya diukur. Reliabilitas mengacu pada stabilitas konsistensi akurasi dan ketepatan pemgukuran yang dilakukan.

a. Validitas

Validitas konstruk dalam penelitian ini dinilai dengan konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen mengacu pada keberadaan korelasi antar instrument yang berbeda yang mengukur konstruk yang sama. Validitas diskriminan mengacu pada tidak adanya korelasi antar instrument dengan konstruk yang tidak diukurnya. Validitas konvergen dilihat dari nilai loading instrument, rata-rata variansi (AVE). Nilai loading merupakan nilai antara konstruk dan instrumen merupakan proporsi variansi dari sebuah item. Validitas dikatakan memiliki nilai yang baik berdasarkan rule of thumb jika nilai akar dari AVE untuk konstruk individual lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lain dalam model (Chin, 1998) dan harus lebih besar daripada nilai yang direkomendasikan yaitu 0,5 (Fornell dan Larcker, 1981). AVE loading lebih besar dari 0,5 menunjukkan bahwa nilai konstruk paling sedikit 50 persen dari ukuran variance. Untuk mengevaluasi validitas diskriminan digunakan software

PLS Graph versi 1.0.

Tabel 3

Validitas Konvergen RATA-RATA VARIANCE (AVE) CONTROL PRILAKU 0,721

NIAT 0,689

PENGALAMAN 0,849


(44)

PERSEPSI RESIKO 0,564

SIKAP 0,833

KEAMANAN 0,587

PRIVASI 0,820

KEPERCAYAAN 0,691

Dalam Tabel 1 nampak tidak satupun dari nilai AVE yang nilainya lebih kecil dari pada 0,5. Berdasarkan hasil nilai loading AVE dapat disimpulkan bahwa validitas konvergen terpenuhi.

Pemenuhan validitas diskriminan dapat dilihat dari nilai cross loading konstruk. Jika korelasi indikator konstruk memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi indikator tersebut terhadap konstruk lain, maka dikatakan konstruk memiliki validitas diskriminan yang tinggi (Ghozali, 2006). Cross loading konstruk disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Cross Loading

CONT.PRI

LAKU NIAT

NOR.SU

BJEKTIF PENG.MAN PRIVASI RISK

KE.AMA

NAN SIKAP TRUST

CONT1 0,804 0,618 0,140 0,104 -0,156 -0,175 -0,273 -0,156 0,131

CONT2 0,892 0,746 0,133 0,192 -0,155 -0,078 -0,018 0,074 0,077

NIAT1 0,391 0,773 0,097 0,534 -0,103 -0,058 -0,075 0,050 -0,044

NIAT2 0,634 0,884 0,246 1,077 -0,283 -0,143 -0,137 0,087 0,176

NORM1 0,081 0,053 0,543 -0,015 -0,267 -0,244 -0,188 -0,196 0,337

NORM2 0,155 0,278 0,990 0,353 -0,228 -0,147 -0,167 0,061 0,043

Peng 1 0,785 0,856 0,168 0,929 -0,217 -0,150 -0,197 -0,023 0,224

Peng 2 0,592 0,769 0,261 0,913 -0,221 -0,150 -0,216 -0,001 0,017

Privasi1 -0,273 -0,493 -0,344 -0,479 0,956 0,784 0,333 0,182 -0,135

Privasi2 -0,076 -0,206 -0,375 -0,217 0,895 0,670 0,218 0,160 -0,058

Privasi3 -0,177 -0,271 -0,193 -0,441 0,827 0,411 0,125 0,030 -0,096

Privasi4 -0,351 -0,486 -0,322 -0,523 0,939 0,803 0,364 0,213 -0,203

RISK 1 -0,273 -0,493 -0,344 -0,479 1,214 0,682 0,333 0,182 -0,135

RISK 2 -0,065 -0,096 -0,237 -0,262 0,326 0,576 0,351 0,263 0,012

RISK 3 -0,038 0,033 -0,007 -0,016 0,088 0,770 0,467 0,591 0,105

Sec 1 -0,038 0,033 -0,007 -0,016 0,088 0,436 0,755 0,591 0,105

Sec 2 -0,023 -0,177 -0,217 -0,267 0,148 0,312 0,814 0,245 0,148

Sec 3 -0,164 -0,218 -0,149 -0,336 0,135 0,215 0,759 0,118 0,107

Sec 4 -0,266 -0,307 -0,273 -0,532 0,257 0,356 0,735 0,223 0,009


(45)

SIKAP 2 0,034 0,219 0,102 -0,011 0,109 0,592 0,523 0,882 0,015

TRUST1 0,184 0,244 0,211 0,547 -0,188 -0,005 0,089 0,123 0,746

TRUST2 0,095 0,031 0,014 0,001 -0,061 0,107 0,244 0,124 0,869

TRUST3 0,159 0,148 0,160 0,304 -0,147 0,028 0,210 0,123 0,873

b. Reliabilitas

Reliabilitas (reability) adalah suatu alat pengukur yang menunjukkan akurasi, konsistensi dan ketepatan dari pengukurnya (Jogiyanto, 2004). Konsistensi menunjukkan seberapa baik item–item pernyataan yang mengukur sebuah konsep bersatu menjadi sebuah kumpulan (Sekaran, 2003). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu (Cooper dan Schindler, 2006). Reliabilitas konstruk dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan composite reliability. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,50 (Nunnaly, 1996).

Tabel 5

Composite Reliability

Composite Reliability

CONTROL PRILAKU 0,838

NIAT 0,815

PENGALAMAN 0,918

NORMA SUBJEKTIF 0,764

PERSEPSI RESIKO 0,719

SIKAP 0,909

KEAMANAN 0,850

PRIVASI 0,948

KEPERCAYAAN 0,870

Berdasarkan Tabel diatas Composite reability menunjukan nilai yang memuaskan yaitu nilai masing-masing variabel diatas nilai minimum yaitu 0,70. Berdasarkan nilai tersebut menunjukan konsistensi dan stabilitas


(46)

instrumen yang digunakan sangat tinggi. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa reliabilitas isntrumen terpenuhi.

4.3. Pengujian Model Struktural (Inner Model)

Pengujian Inner Model dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk dan nilai signifikansinya serta nilai R-square. Nilai R-square

digunakan untuk menilai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen apakah mempunyai pengaruh yang subtantif. Berikut akan disajikan Tabel nilai R-square.

Tabel 6 R-square

R-square

NIAT 0,748

PERSEPSI RESIKO 0,753

SIKAP 0,553

Model memberikan nilai R-square sebesar 0,748 pada veriabel niat yang berarti bahwa variabel niat dapat dijelaskan oleh variabel persepsi resiko, sikap, norma subjektif, kontrol prilaku dan pengalaman terhadap variabel niat sebesar 0.748. Sementara itu variabel perspesi resiko dapat dijelaskan oleh variabel dipenden yaitu privasi, keamanan, dan kepercayaan sebesar 0,753 Serta variabel sikap dapat dijelaskan oleh variabel dependen kepercayaan, persepsi resiko sebesar 0,553.

Selain menilai inner model juga melihat hubungan antara konstruk laten dengan memperhatikan hasil estimasi koefesien parameter path dan tingkat signifikansinya.


(47)

Dari Pengolahan data, pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkat signifikansinya dan parameter path antara variabel laten. Hipotesis yang diajukan untuk mengetahui hubungan masing-masing konstruk yang dihipotesiskan. Gambar 3 menunjukan hubungan yang bervariasi. Hubungan positif terjadi pada hampir terjadi pada semua hubungan antar konstruk dengan nilai korelasi yang bervariasi. Sedangkan hubungan negatif hanya terjadi pada hubungan persepsi resiko terhadap niat untuk bertransaksi secara online.

Gambar 3

Korelasi Antar konstruk

Pengambilan keputusan didasarkan pada arah hubungan dan signifikansi dari model pengujian dan korelasi antar konstruk yang ditunjukan pada Tabel 7

Tabel 7


(48)

Hipotesis Korelasi sub sampelRata-rata StandarDeviasi t-statistik Hipotesis 1: Kepercayaan berpengaruh positif terhadap

sikap konsumen untuk bertransaksi secara online 0,090 0,102 0,081 1,118 Hipotsis 2: Keamanan secara positif berpengaruh

terhadap persepsi resiko, 0,582 0,553 0,105 5,562

Hipotesis 3:Kepercayaan berpengaruh negatif terhadap

persepsi resiko, 0,010 0,020 0,079 0,133

Hipotsis 4:Privasi berpengaruh positif terhadap persepsi

persepsi resiko 0,520 0,536 0,113 4,615

Hipotesis 5:Persepsi resiko berpengaruh negatif terhadap sikap konsumen untuk bertransaksi secara

online, 0,732 0,708 0,088 8,288

Hipotesis 6:Sikap berpengaruh positif terhadap niat

konsumen untuk bertransaksi secara online, 0,295 0,270 0,138 2,147 Hipotesis 7: Persepsi resiko berpengaruh negatif

terhadap niat untuk bertansaksi secara online -0,237 -0,231 0,143 1,658 Hipotesis 8:Pengalaman menggunakan internet secara

positif berpengaruh terhadap niat untuk bertransaksi

secara online 0,434 0,427 0,145 3,001

Hipotesis 9:Norma subjektf berpengaruh positif

terhadap niat untuk bertransaksi secara online, 0,031 0,066 0,091 0,339 Hipotesis 10: Kontrol prilaku berpengaruh positif

terhadap niat untuk bertransaksi secara online 0,423 0,415 0,124 3,416

Hipotesis 1: Kepercayaan berpengaruh positif terhadap sikap konsumen untuk bertransaksi secara online

Dari Tabel diatas parameter hubungan antara variabel kepercayaan terhadap sikap adalah sebesar 0,090 dan nilai t satistik sebesar 1,118 (lebih kecil dari t-tabel yaitu sebesar 1,960) dengan alpha 5%. Sehingga dapat diartikan bahwa kepercayaan memberikan pengaruh yang positif tidak signifikan

terhadap sikap. Hal ini di karenakan kepercayaan konsumen berkaitan dengan keyakinan, atau kemauan untuk meyakini bahwa seseorang dapat mengandalkan kebaikan dan kemampuan orang lain sebagai penjual atau pembeli. Kepercayaan itu juga dapat diwujudkan dengan bantuan teknik tertentu seperti kriptografi. Sekalipun ada unsur subyektif, kepercayaan merupakan wujud dari harapan sebuah komunitas yang mengandalkan sikap dan perilaku yang lugas, jujur dan kooperatif, menurut norma umum. Dalam


(49)

pasar online, pembeli dan penjual dapat dihadapkan pada perilaku oportunisrik. Tanpa kepercayaan yang memadai di antara rekanan binis, aliran barang dan jasa yang dihadarpkan pasti terhambat. Hal ini terjadi dalam e-commerce, karena persetujuan antara pembeli dan penjual hanya kontak dalam basis data dan jaringan telekomunikasi, sehingga dapat menimbulkan sikap yang kurang baik bagi konsumen Bagaimana kita dapat meyakini bahwa barang dengan jumlah dan kualitas yang diinginkan akan dikirimkan waktu yang dijanjikan, dan apakah pembayarannya juga diterima sesuai dengan kesepakatan (tidak kurang dan tidak lebih)? Ketidakpastian ini muncul oleh kenyataan bahwa pembeli dihalangi oleh ketidakmampuan mereka untuk meramalkan masa depan, dan prilaku e-vendor. Permasalahan yang ada pada tingkat kepercayaan yang secara timbal balik terbentuk di antara dua pelaku bisnis. Reputasi, pengalaman sebelumnya, dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan tersebut. Kepercayaan itu memang dapat juga ditumbuhkan melalui legislasi dan kepastian hukum (contoh: proteksi konsumen). Pada sisi teknis, kepercayaan dapat juga ditingkatkan dengan dukungan teknologi kriptografi, tanda tangan digital, komunikasi yang aman, dan aturan dalam penyelenggaraan pembayaran (payment protocol). Dengan kata lain hipotesis 1 tidak terdukung.

Hipotsis 2: Keamanan secara positif berpengaruh terhadap persepsi resiko.

Dari Tabel diatas parameter hubungan antara variabel keamanan terhadap persepsi resiko adalah sebesar 0,852 dan nilai t satistik sebesar 5,562 (lebih


(50)

besar dari t-tabel yaitu sebesar 1,960) dengan alpha 5%. Sehingga dapat diartikan bahwa keamanan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap persepsi resiko. Kegiatan dalam e-commerce disamping memberikan keuntungan dalam bertransaksi secara online, disisi lain mengandung beberapa resiko diantaranya adalah, gangguan website yang diakibatkan oleh para hacker. Hacker memungkinkan untuk masuk, mengacak-acak dan sekaligus menjarah apa yang dirasakan menguntungan mereka. Dalam hal ini sangat penting diperlukan sistem keamanan yang mampu melindungi website dari gangguan para hacker. Masalah keamanan menjadi masalah yang cukup menentukan bagi para pengusaha e-commerce. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menciptakan sistem keamanan dari gangguan pelaku kejahatan yang ingin mengacaukan website

adalah:

3. Membuat sistem cadangan yang selalu diaktifkan, jika sistem utama mengalami gangguan atau kerusakan yang diakibatkan oleh ulah

hacker

4. Melakukan backup data pribadi, atau data kartu keredit, karena terkait dengan kepercayaan pelanggan sebagai basis utama yang mengkonsumsi layanan elektronik.

Dengan kata lain hipotesis 2 terdukung

Hipotesis 3:Kepercayaan berpengaruh negatif terhadap persepsi resiko.

Dari Tabel diatas parameter hubungan antara variabel kepercayaan dan persepsi resiko adalah sebesar 0,010 dan nilai t satistik sebesar 0,133 (lebih kecil dari t-tabel yaitu sebesar 1,960) dengan alpha 5%. Sehingga dapat diartikan bahwa kepercayaan memberikan pengaruh yang positif tidak


(51)

signifikan terhadap persepsi resiko untuk bertransaksi secara online. Hal ini disebabkan kepercayaan yang dibentuk oleh konsumen yang didasarkan pada informasi yang tersedia tentang toko online. Hal ini dikarenakan konsumen tidak dapat mengevaluasi prilaku toko online secara langsung. Konsumen enggan melakukan transaksi secara online dengan toko online tidak mereka kenal dengan baik (Baker, 1999). Kepercayaan merupakan dasar bagi semua hubungan, termasuk hubungan transaksi komersial. Tindakan persetujuan sebuah persetujuan bisnis mengisyaratkan adanya suatu tingkat kepercayaan tertentu antara konsumen terhadap toko online. Dalam lingkungan yang sifatnya elektronis, kepercayaan yang bersifat klasik, yaitu kepercayaan yang ada antara konsumen dan e-vendor diganti oleh kepercayaan elektronis, yang bertumpu pada penggunaan teknologi seperti internet. Teknologi baru itu tidak selalu tercakup dalam sistem hukum yang ada. Sebagi salah satu konsekuensi, sistem hukum harus menemukan cara-cara untuk dapat menangani pergeseran seperti ini. Dengan kata lain hipotesis 3 tidak terdukung.

Hipotsis 4: Privasi berpengaruh positif terhadap persepsi persepsi resiko

Dari Tabel diatas parameter hubungan antara variabel privasi terhadap persepsi resiko adalah sebesar 0,20 dan nilai T satistik sebesar 4,615 (lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar 1,960) dengan alpha sebesar 5%. Sehingga dapat diartikan bahwa privasi memberikan pengaruh yang Positif dan signifikan terhadap persepsi resiko. Hal ini disebabkan ketika akan


(52)

melakukan transaksi secara online, resiko yang dihadapi oleh pelanggan cendrung lebih besar dibandingkan dengan membeli secara langsung. Resiko yang dihadapi oleh pelanggan adalah pencurian data, ataupun penyalah gunaan data pribadi. Untuk mengurangi resiko penyalah gunaan data pribadi, pengguna media elektronik harus dilindungi secara hukum. Penggunaan informasi pribadi harus dengan persetujuan pemilik data. Atau toko online dapat menyediakan keamanan sistem yang dapat menjamin keamanan data pengguna. Jaminan untuk melaksanakan autentikasi dan jaminan atas integritas pesan yang dipertukarkan merupakan hal yang penting. E-commerce harus mampu menawarkan keamanan yang setara dengan keamanan dalam dunia nyata. Hal itu antara lain dapat direalisasikan dengan penggunaan teknik kriptografi atau sertifikat digital untuk memastikan autentikasi toko-toko dan konsumen virtual, tanda tangan digital dan cap digital untuk autentikasi dokumen, sistem deteksi adanya perubahan, serta enkripsi untuk menjamin kerahasiaan informasi pribadi. Dengan adanya jaminan dan sistem keamanan yang baik akan dapat menurunkan persepsi resiko. Privasi telah lama didefinisikan sebagai kebenaran seseorang untuk menjadi dirinya sendiri untuk mengendalikan aliran dan pemberitahuan informasi tentang orang lain atau dirinya sendiri (Warren dan Brandies, 1980). Dengan kata lain hipotesis 4 terdukung

Hipotesis 5:Persepsi resiko berpengaruh negatif terhadap sikap konsumen untuk bertransaksi secara online.


(53)

Dari Tabel diatas parameter hubungan antara variabel persepsi resiko terhadap sikap konsumen adalah sebesar 0,732 dan nilai t satistik sebesar 8,22 (lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar 1,960) dengan alpha sebesar 5%. Sehingga dapat diartikan bahwa persepsi resiko memberikan pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap sikap. Hal ini dikarenakan pelanggan tidak memiliki kesempatan untuk mempelajari perilaku toko online dan produk yang dibelinya secara online. Untuk memprediksi resiko yang dihadapi konsumen, sebelum melakukan transaksi konsumen berusaha untuk mengumpulkan informasi mengenai toko online. Berdasarkan informasi tersebut konsumen dapat memprediksi seberapa besar resiko yang dihadapinya. Resiko yang dirasakan dapat menimbulkan sikap yang baik ataupun sikap yang kurang baik. Semakin banyak informasi yang diperoleh mengenai toko online yang bersifat positif, semakin kecil resiko yang dirasakan sehingga semakin besar kemungkinan untuk melakukan transaksi secara online. Dengan kata lain hipotesis 5 tidak terdukung

Hipotesis 6:Sikap berpengaruh positif terhadap niat konsumen untuk bertransaksi secara online.

Dari Tabel diatas parameter hubungan antara variabel sikap terhadap niat adalah sebesar 0,295 dan nilai t satistik sebesar 2,147 (lebih besar dari t-tabel yaitu sebesar 1,960) dengan alpha sebesar 5%. Sehingga dapat diartikan bahwa sikap memberikan pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap niat untuk bertransaksi secara online. Sikap terhadap perilaku merupakan evaluasi positif atau negatif dalam melakukan perilaku. Sikap


(54)

terhadap perilaku menunjukkan tingkatan seseorang mempunyai evaluasi yang baik atau yang kurang baik tentang perilaku tertentu. Sebeluim melakukan transaksi online konsumen berusaha mencari informasi reputasi tentang toko online. Semakin banyak informasi yang diperoleh mengenai toko online yang bersifat positif akan menimbulkan sikap yang baik bagi konsumen, sehingga semakin besar kemungkinan untuk melakukan transaksi

online. Dengan kata lain hipotesis 6 terdukung

Hipotesis 7: Persepsi resiko berpengaruh negatif terhadap niat untuk bertansaksi secara online

Dari Tabel diatas parameter hubungan antara variabel persepsi resiko terhadap niat adalah sebesar 0,125 dan nilai t satistik sebesar 1,399 (lebih kecil dari t-tabel yaitu sebesar 1,960) dengan alpha sebesar 5%. Sehingga dapat diartikan bahwa persepsi resiko memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap niat. Persepsi resiko adalah tingkat ketidak pastian yang harus di tanggung oleh konsumen jika melakukan ternasaksi secara

online. Ketika akan melakukan transaksi secara online, resiko yang dihadapi oleh pelanggan cendrung lebih besar dibandingkan dengan membeli secara langsung. Ketika berada ketidak pastian konsumen enggan untuk melakukan transaksi online. Untuk mengurangi persepsi resiko toko online perlu menyediakan service pendukung sistem e-commerce yang dibutuhkan seperti:


(1)

No Pertanyaan

STS

TS

N

S

SS

1

Berdasarkan

pengalaman

saya

menggunakan internet, saya dapat

mengetahui bahwa toko

online

akan

menyediakan pelayanan yang baik

2

Berdasarkan

pengalaman

saya

menggunakan internet, saya dapat

mengetahui bahwa perilaku toko

online

dapat diketahui

9.

Niat untuk bertransaksi secara online

No Pertanyaan

STS

TS

N

S

SS

1

Saya berniat bertransaksi secara

online

dimasa yang akan datang

2

Dimasa yang akan datang memungkinkan

saya akan membeli suatu produk dari toko

online

Lampiran2: Pengujian Reliabilitas

Composite Reliability

[ CSV-Version ]

Composite Reliability

CONTROL PRILAKU 0.838

NIAT 0.815

PENGALAMAN 0.918

NORMA SUBJEKTIF 0.764


(2)

SIKAP 0.909

KEAMANAN 0.850

PRIVASI 0.948

KEPERCAYAAN 0.870

Lampiran 3: Pengujian Validitas konvergen

Average variance extracted (AVE)

[ CSV-Version ]

Average variance extracted (AVE)

CONTROL PRILAKU 0.721

NIAT 0.689

PENGALAMAN 0.849

NORMA SUBJEKTIF 0.637

PERSEPSI RESIKO 0.564

SIKAP 0.833

KEAMANAN 0.587

PRIVASI 0.820

KEPERCAYAAN 0.691

Table of contents

Lampiran 4: AVEGARE VARIANCE EXTRACTED (AVE)

Correlations of the latent variables

[ CSV-Version ]

CONTROL PRILAKU NIAT PENGALAMAN NORMA SUBJEKTIF

CONTROL PRILAKU

0.849

NIAT 0.775 0.830

PENGALAMAN 0.729 0.787 0.921

NORMA SUBJEKTIF 0.151 0.237 0.205 0.781

PERSEPSI RESIKO -0.161 -0.170 -0.177 -0.187

SIKAP -0.025 0.105 -0.013 0.028

KEAMANAN -0.154 -0.164 -0.223 -0.181

PRIVASI -0.192 -0.294 -0.233 -0.247


(3)

PERSEPSI RESIKO SIKAP KEAMANAN PRIVASI CONTROL PRILAKU

NIAT PENGALAMAN NORMA SUBJEKTIF

PERSEPSI RESIKO 0.750

SIKAP 0.738 0.912

KEAMANAN 0.707 0.681 0.766

PRIVASI 0.655 0.131 0.235 0.905

KEPERCAYAAN 0.071 0.142 0.225 -0.136

KEPERCAYAAN CONTROL PRILAKU

NIAT PENGALAMAN NORMA SUBJEKTIF

PERSEPSI RESIKO SIKAP KEAMANAN

PRIVASI

KEPERCAYAAN 0.831

Lampiran 5: Pengujian Validitas Diskriminan

Cross loadings

[ CSV-Version ]

CONTROL PRILAKU NIAT PENGALAMAN NORMA SUBJEKTIF

CONT1 0.821 0.618 0.104 0.140

CONT2 0.977 0.746 0.192 0.133

NIAT1 0.391 0.773 0.534 0.097

NIAT2 0.634 0.884 1.077 0.246

NORM1 0.081 0.053 -0.015 0.543

NORM2 0.155 0.278 0.353 0.990

Peng 1 0.785 0.856 0.929 0.168


(4)

Privasi1 -0.273 -0.493 -0.479 -0.344

Privasi2 -0.076 -0.206 -0.217 -0.375

Privasi3 -0.177 -0.271 -0.441 -0.193

Privasi4 -0.351 -0.486 -0.523 -0.322

RISK 1 -0.273 -0.493 -0.479 -0.344

RISK 2 -0.065 -0.096 -0.262 -0.237

RISK 3 -0.038 0.033 -0.016 -0.007

Sec 1 -0.038 0.033 -0.016 -0.007

Sec 2 -0.023 -0.177 -0.267 -0.217

Sec 3 -0.164 -0.218 -0.336 -0.149

Sec 4 -0.266 -0.307 -0.532 -0.273

SIKAP 1 -0.038 0.033 -0.016 -0.007

SIKAP 2 0.034 0.219 -0.011 0.102

TRUST1 0.184 0.244 0.547 0.211

TRUST2 0.095 0.031 0.001 0.014

TRUST3 0.159 0.148 0.304 0.160

PERSEPSI RESIKO SIKAP KEAMANAN PRIVASI

CONT1 -0.175 -0.156 -0.273 -0.156

CONT2 -0.078 0.074 -0.018 -0.155

NIAT1 -0.058 0.050 -0.075 -0.103

NIAT2 -0.143 0.087 -0.137 -0.283

NORM1 -0.244 -0.196 -0.188 -0.267

NORM2 -0.147 0.061 -0.167 -0.228

Peng 1 -0.150 -0.023 -0.197 -0.217

Peng 2 -0.150 -0.001 -0.216 -0.221

Privasi1 0.784 0.182 0.333 0.956

Privasi2 0.670 0.160 0.218 0.895

Privasi3 0.411 0.030 0.125 0.827

Privasi4 0.803 0.213 0.364 0.939

RISK 1 0.682 0.182 0.333 1.214

RISK 2 0.576 0.263 0.351 0.326

RISK 3 0.770 0.591 0.467 0.088

Sec 1 0.436 0.591 0.755 0.088


(5)

Sec 3 0.215 0.118 0.759 0.135

Sec 4 0.356 0.223 0.735 0.257

SIKAP 1 0.436 0.943 0.467 0.088

SIKAP 2 0.592 0.882 0.523 0.109

TRUST1 -0.005 0.123 0.089 -0.188

TRUST2 0.107 0.124 0.244 -0.061

TRUST3 0.028 0.123 0.210 -0.147

KEPERCAYAAN

CONT1 0.131

CONT2 0.077

NIAT1 -0.044

NIAT2 0.176

NORM1 0.337

NORM2 0.043

Peng 1 0.224

Peng 2 0.017

Privasi1 -0.135

Privasi2 -0.058

Privasi3 -0.096

Privasi4 -0.203

RISK 1 -0.135

RISK 2 0.012

RISK 3 0.105

Sec 1 0.105

Sec 2 0.148

Sec 3 0.107

Sec 4 0.009

SIKAP 1 0.105

SIKAP 2 0.015

TRUST1 0.746

TRUST2 0.869


(6)

Lampiran 6: Inner Model

R-square

[ CSV-Version ]

R-square CONTROL PRILAKU

NIAT 0.748

PENGALAMAN NORMA SUBJEKTIF

PERSEPSI RESIKO 0.753

SIKAP 0.553

KEAMANAN PRIVASI KEPERCAYAAN


Dokumen yang terkait

PENGARUH PRIVASI, KEMANAN, KEPRCAYAAN, PENGALAMAN, DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP NIAT UNTUK BERTRANSAKSI SECARA ONLINE (STUDY EMPIRIS INDIVIDU PENGGUNA INTERNET DI KAWASAN YOGYAKARTA)

0 3 84

PENGARUH REPUTASI, PRIVASI, DAN KEAMANAN TERHADAP KEPERCAYAAN (TRUST) PENGGUNA INTERNET DI SEMARANG DALAM SISTEM E-COMMERCE

0 2 8

PENGARUH PRIVASI, KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN, PERSEPSI MANFAAT DAN PERSEPSI RISIKO TERHADAP MINAT BERTRANSAKSI SECARA ONLINE Pengaruh Privasi, Kepercayaan, Kemudahan, Persepsi Manfaat dan Persepsi Risiko Terhadap Minat Bertransaksi Secara Online (Studi Kasus

2 6 13

PENGARUH PRIVASI, KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN, PERSEPSI MANFAAT DAN PERSEPSI RISIKO TERHADAP MINAT Pengaruh Privasi, Kepercayaan, Kemudahan, Persepsi Manfaat dan Persepsi Risiko Terhadap Minat Bertransaksi Secara Online (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Stu

0 2 18

PENNGARUH P Pengaruh Privasi, Keamanan, Kepercayaan, Dan Pengalaman Terhadap Niat Untuk Bertransaksi Secara Online.

8 33 19

PENG Pengaruh Privasi, Keamanan, Kepercayaan, Dan Pengalaman Terhadap Niat Untuk Bertransaksi Secara Online.

1 9 17

PENDAHULUAN Pengaruh Privasi, Keamanan, Kepercayaan, Dan Pengalaman Terhadap Niat Untuk Bertransaksi Secara Online.

1 5 7

PRIVASI, KEAMANAN, PENGALAMAN, DAN KEPERCAYAAN PENGGUNA INTERNET PADA SISTEM E-COMMERCE.

0 0 14

PENGARUH AKTIVITAS DAN PRIVASI PENGHUNI

0 0 9

PENGARUH PRIVASI, KEAMANAN PERSEPSIAN, DAN KEPERCAYAAN TERHADAP PENERIMAAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK BERTRANSAKSI E-COMMERCE

0 0 20