Kolokium 2008

ANOMALI PROSPEK PANAS BUMI DAERAH MASSEPE
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG, SULAWESI SELATAN
BERDASARKAN SURVEI GEOLISTRIK DAN HEAD ON
Oleh :
Sri Widodo, Ahmad Zarkasy
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi

SARI

Daerah survei panas bumi Massepe berada di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Provinsi Sulawesi Selatan.
Area lokasi survei ini mencapai luas 13 x 15 km2, yang berada pada posisi geografis antara 119o 44’ 15,5” - 119o 51’
17,25” BT dan 3o 56’ 41” – 4o 4’ 30,6 ” LS. Morfologi daerah Massepe terdiri dari satuan perbukitan bergelombang
lemah-sedang, perbukitan terjal, kubah, dan satuan pedataran.
Manifestasi panas bumi yang ada di daerah ini berupa mata air panas yang tersebar di beberapa tempat diantaranya
mata air panas Pajalele, Allakuang, Tolere dan Warede dengan temperatur 29-68°C, bualan gas, dan batuan ubahan.
Pemunculan mata air panas ini diduga berhubungan dengan bidang-bidang sesar yang membentuk daerah depresi
Tampoe dan Walanae. Tipe air panas di daerah Massepe termasuk ke dalam tipe air bikarbonat-sulfat (mata air
panas Pajalele), tipe air klorida (mata air panas Alakuang) dan tipe air bikarbonat (mata air panas Tolere dan
Warede).
Sumber panas (heat-source) yang merupakan pemasok panas dalam sistem panas bumi Massepe diperkirakan
berupa tubuh-tubuh intrusi yang diantaranya berasosiasi dengan satuan kubah lava dan sebagian lagi tidak muncul di

permukaan (dicirikan dengan adanya kantong-kantong nilai tahanan jenis tinggi di bawah kedalaman 800 m).
Zona tahanan jenis di daerah panas bumi Massepe secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian kelompok yaitu
zona tahanan jenis rendah berada di bagian timur di sepanjang pinggiran danau Sidenreng (20 Ohm meter yang membujur ke utara selatan).
Wilayah prospek panas bumi daerah Massepe berdasarkan analisis data geolistrik mencapai luas sekitar 10 km2.
yang menyebar dari sekitar mata air panas Pajalele sampai daerah Alakuang. Kedalaman puncak reservoir (yang
digambarkan dengan zona tahanan jenis tinggi) berkitar antara 800 – 1100 m dari permukaan tanah.

Kata kunci : panas bumi, prospek, geolistrik, head on, tahanan jenis.

PENDAHULUAN
Secara administratif daerah panas bumi Massepe
termasuk dalam wilayah Kecamatan Tellu
Limpoe, Kabupaten Sidenreng Rappang
(Sidrap), Provinsi Sulawesi Selatan. Luas daerah
untuk survei geologi adalah (13 x 15) km2,
berada pada posisi geografis antara 119o 44’
15.5” - 119o 51’ 17.25” BT dan 3o 56’ 41” – 4o 4’
30.6” LS (Gambar 1). Lokasi daerah panas bumi
ini berjarak sekitar 194 km dari Kota Makassar,
dan dapat dicapai dengan menggunakan

kendaraan roda empat.
Berdasarkan survei terdahulu diketahui bahwa
daerah ini memiliki potensi panas bumi sumber

daya spekulatif sebesar 25 MWe. Daerah panas
bumi Massepe merupakan salah satu lokasi
berpotensi panas bumi yang berada di Kabupaten
Sidenreng Rappang (Sidrap) dan berdasarkan tipe
manifestasinya cukup menarik untuk diteliti.
TINJAUAN GEOLOGI
Berdasarkan Dikdik Risdianto, dkk. dalam
laporan Survei terpadu geologi, geokimia dan
geofisika daerah panas bumi Massepe, Kabupaten
Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan (2008),
pemunculan sistem panas bumi di daerah
Massepe diakibatkan oleh adanya aktivitas
vulkanik yang terjadi sejak jaman kala Miosen
(Tersier). Aktivitas vulkanik ini membentuk

jajaran pegunungan yang berada di sebelah barat

daerah penyelidikan dan kubah-kubah lava di
dalam depresi danau Sidenreng, yang
didominasi oleh batuan beku berkomposisi
basaltis-andesitik.
Proses di atas diawali oleh adanya aktivitas
tektonik yang terjadi pada kelurusan/dan
membentuk suatu zona depresi (graben) di
sekitar danau Sidenreng dan Tempe sebagai
akibat pergerakan dari Sesar Normal Walanae
yang berarah baratlaut-tenggara. Pada awal
pembentukannya depresi ini terisi oleh sedimen
laut Formasi Walanae yang terdiri dari
perselingan batupasir, batulempung dan sisipan
batu gamping. Proses geologi selanjutnya adalah
proses
orogenesa
yang
menyebabkan
pengangkatan (uplift) depresi menjadi daratan.
Selama proses orogenesa ini, aktivitas vulkanik

masih terus berlangsung dan membentuk kubahkubah lava dan batuan intrusi yang tidak muncul
di permukaan. Dari hasil pentarikhan (dating)
menggunakan metode jejak belah (fission track)
pada batuan kerucut kubah lava menghasilkan
umur 1,8 ± 0,2 juta tahun atau Kala PlioPleistosen.
Tubuh-tubuh kerucut kubah lava inilah yang
diduga merupakan produk akhir dari aktivitas
vulkanik di daerah penyelidikan dan diduga
sebagai pemasok panas (heat source) yang
memiliki sisa panas dari dapur magma.
Selanjutnya melalui kontrol struktur yang terjadi
selama kurun waktu tersebut terbentuklah sistem
panas bumi yang dimanifestasikan dengan
adanya beberapa mata air panas.
MANIFESTASI PANAS BUMI
Penyebaran manifestasi panas bumi di daerah
penyelidikan dikontrol oleh sesar-sesar normal
yang berarah baratlaut – tenggara dan utara –
selatan. Berdasarkan Laporan Tim Survei
terpadu geologi, geokimia dan geofisika daerah

panas bumi Massepe, Kabupaten Sidenreng
Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan (2008),
manifestasi aktif di daerah panas bumi Massepe
ini berupa kelompok pemunculan mata air panas
di sekitar Kelurahan Pajalele (40.1 – 68.0 oC),
Desa Allakuang (45.3oC), Desa Tolere (29.0 0C)
dan di Warede (31.6 0C) serta bualan gas yang
kontinyu di lokasi mata air panas Pajalele.
Selain mata air panas dijumpai juga batuan
alterasi di sekitar Desa Tolere serta di bagian
barat daerah survei yang semuanya merupakan

alterasi masa lampau (fosil alterasi). Di lokasi ini
kelompok mata air panas berasosiasi dengan
tubuh-tubuh lava kubah yang berumur 1,8 ± 0,2
juta tahun (Plio-Plistosen). Di sekitar mata air
panas ini umumnya dijumpai endapan sinter
karbonat (travertine) dangan kuantitas yang tidak
terlalu signifikan.
PEMETAAN TAHAHAN JENIS

Secara umum sebaran tahanan jenis semu di
daerah panas bumi Massepe, Kabupaten Sidrap
dapat dibagi dalam tiga kelompok sebaran seperti
berikut ini (Gambar 2 dan 3).
a. Kelompok tahanan jenis rendah yang bernilai
lebih kecil dari 10 Ohm meter
b. Kelompok tahanan jenis sedang yang bernilai
antara 10 – 20 Ohm-m meter
c. Kelompok yang bernilai tinggi yang bernilai
lebih besar dari 20 Ohm meter.
Dari
beberapa
lintasan
tahanan
jenis
menunjukkan bahwa nilai tahanan jenis di zona
barat (pebukitan) relatif lebih tinggi (lebih besar
dari 20 Ohm meter) daripada bagian timur
(endapan danau). Gambaran ini sama seperti
ditunjukkan dalam peta tahanan jenis yang

semakin ke barat nilai tahanan jenisnya semakin
tinggi.
Anomali dari peta tahanan jenis semu ditunjukkan
dengan adanya kantong-kantong kecil yang
dijumpai di sekitar titik ukur A-7500 dan D-5250.
Berdasarkan perbandingan kedua peta tahanan
jenis (bentangan AB/2=500 dan 1000m) nampak
pada melebarnya kantong-kantong tahanan jenis
semu tersebut pada bentangan yang semakin
tinggi (AB/2=1000m). Lihat Gambar 2 dan 3.
Anomali yang muncul di daerah ini dijumpai pada
zona nilai tahanan jenis semu rendah (
600
m.
Kemungkinan, batuan ini berupa batuan
sedimen yang berukuran butir halus - sedang.
4) Zona yang paling bawah dalam survei
tahanan jenis ini adalah kelompok tahanan
jenis >150 Ohm-m, seperti yang terjadi di
bawah titik ukur A-7500 s/d A-8000 dengan

kedalaman antara 800 sampai dengan 1100 m.
ANALISIS STRUKTUR
Kemungkinan struktur geologi yang dapat
digambarkan dari survei Head On adalah adanya
kelurusan/struktur tegak yang memotong titik
ukur X-1000 hingga X-1100 di bagian utara
(wilayah desa Alakuang). Tetapi bisa jadi
struktur ini merupakan batas antara batuan beku
(lava dan piroklastik di wilayah barat daerah
survei) dengan endapan danau yang menutupi
wilayah timur. Struktur ini juga mengontrol
pemunculan air panas di desa Alakuang.
Di bagian selatan terdapat kelurusan/struktur
yang dicurigai berupa terobosan batuan, terbukti
bahwa garis struktur ini membentuk semacam
kubah di sekitar Y-800 hingga Y-1200 di
wilayah desa Pajalele (Gambar 6).
DISKUSI
Wilayah bagian barat daerah survei yang
merupakan zona tahanan jenis tinggi (>20 Ohmm) diduga berkait erat dengan jenis batuan


penyusunnya, yang terdiri dari batuan kompak
yang merupakan produk vulkanik (diantaranya
kubah-kubah lava). Wilayah bagian timur
merupakan produk sedimentasi yang terjadi di
sekitar danau Sidenreng dan danau Tempe,
dicirikan dengan nilai tahanan jenis rendah (< 10
Ohm-m) yang diduga diakibatkan oleh pengaruh
panas yang berasal dari sumber panas (heat
source) di bawahnya.
Secara menyeluruh sistem panas bumi ini terdapat
di dalam depresi (graben) sekitar danau Sidenreng
dan Tempe yang terbentuk pada Kala Miosen
sebagai akibat dari pergerakan dari Sesar Normal
Walanae yang berarah baratlaut-tenggara. Graben
Sidenreng ini pada awal mulanya diisi oleh
sedimen laut Formasi Walanae dan selanjutnya
diterobos oleh lava yang membentuk jajaran
perbukitan (satuan batuan Kalampee dan lava tua
kerucut-kerucut vulkanik di bagian barat) serta

kubah-kubah lava di wilayah tersebut, tetapi
diantaranya juga diduga terbentuk beberapa
intrusi batuan yang tidak muncul ke permukaan.
Keberadaan intrusi-intrusi ini ditandai dengan
adanya zona nilai tahanan jenis tinggi >150 Ohmm di bawah titik ukur A-7500 (desa Allakuang)
dan D-5250 hingga D-5500 (desa Pajalele).
Peristiwa terobosan lava ini terjadi sehingga Kala
Plio-plistosen.
Sisa panas dari kubah-kubah lava dan intrusiintrusi ini kemudian memanaskan air meteorik
pada zona-zona lemah (akibat aktivitas struktur
geologi sekunder) dan membentuk zona reservoir
panas bumi di daerah ini. Kelompok nilai tahanan
jenis > 150 Ohm-m yang dijumpai pada
kedalaman 800 – 1000 m diduga merupakan
puncak dari reservoir panas bumi di daerah ini.
Aktivitas struktur sesar utama Walanae,
mengakibatkan terbentuknya struktur sekunder
seperti sesar Massepe dan Allakuang. Struktur
sekunder dalam areal graben Sidenreng dapat
digambarkan dalam penampang Head On dengan

dip (kemiringan) hampir tegak di sekitar titik ukur
X-1000 hingga X-1100 (di wilayah Allakuang)
yang diduga sebagai sesar Allakuang dan di
sekitar Y-800 hingga Y-1200 (di wilayah
Pajalele) pembentuk sesar Massepe dengan ciriciri faktur/rekahan. Lihat Gambar 6. Pemunculan
air panas di daerah penyelidikan difasilitasi oleh
struktur sekunder Massepe dan Allakuang yang
membujur di sekitar desa Pajalele dan Allakuang
ini.

Keberadaan kedua struktur ini juga ditunjukkan
dalam penampang tahanan jenis (Gambar 2 dan
3) dengan adanya penunjaman lapisan tahanan
jenis ke arah timur di antara titik ukur A-5000
sampai A-6500 (di sekitar Allakuang) dan D3500 sampai D-5250 (sekitar Pajalele). Hal ini
juga menunjukkan pemisahan antara batuan
vulkanik satuan Kalampee dengan batuan
sedimen yang mengisi graben Sidenreng.
Struktur-struktur ini diduga mempunyai peran
besar dalam pembentukan sistem panas bumi di
daerah panas bumi Massepe.
Zona sebaran prospek panas bumi di daerah
Massepe ditunjukkan dengan zona nilai tahanan
jenis semu rendah (