kolokium arwin

EFEKTIVITAS MEDIA TANAM LIMBAH SOLID KELAPA
SAWIT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT
(Elaeis Guineensis Jacq.) DI PRE NURSERY
MAKALAH KOLOKIUM PENDUKUNG
OLEH :
ARWIN SHOLEH
130301078
AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat dan rahmat- Nya, penulis dapat menyelesaikan paper kolokium ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun judul dari paper kolokium ini adalah “Efektivitas Media
Tanam Limbah Solid Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pre Nursery ” yang merupakan bahan

tinjauan untuk melakukan penelitian diFakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada
dosen pembimbing kolokium yaitu Ir. Lisa mawarni MP., yang membantu dalam
penyelesaian paper ini.
Penulis menyadari paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
paper ini di masa mendatang.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Medan, 13 juni 2016
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
PENDAHULUAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
Botani Tanaman.......................................................................................................4

Syarat Tumbuh...............................................................................................5
Iklim.........................................................................................................5
Tanah........................................................................................................5
Efektivitas Media Tanam Limbah Solid Kelapa Sawit Pada Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Pre Nursery
Limbah solid kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.)....................................7
Kandungan unsur hara limbah solid...............................................................8
Pengolahan limbah solid..........................................................................................9
Faktor Yang Mempengaruhi Tidak Digunakannya Top Soil.......................11
Keuntungan Limbah Solid Sebagai Media Tanam Kalapa Sawit..........................11
Madia tanam limbah solid.....................................................................................12
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN
Latar belakang
Kelapa sawit merupakan tumbuhan industri penting penghasil minyak
masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel) dan berbagai jenis
turunannya seperti


minyak alkohol, margarin, lilin, sabun, industri

kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit, dan industri farmasi. Sisa
pengolahannya dapat dimanfaatkan menjadi kompos dan campuran pakan
ternak (http://id.wikipedia.org/,2009).
Minyak sawit merupakan sumber karotenoid alami yang paling besar.
Kadar karotenoid dalam minyak sawityangbelumdimurnikan berkisarantara
500-700ppm dan lebih dari80%-nya adalah αdanβ karoten. Dilihat dari kadar
aktivitas provitamin A, kadar karotenoid minyak sawit mempunyai aktivitas10
kali lebih besar dibanding wortel dan300 kali lebih besar dibanding tomat
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1997).
Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup
tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi
Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan
kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara.
Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit
dunia selain Malaysia dan Nigeria (Syahfitri, 2007).
Pada tahun 2008, luas areal pertanaman kelapa sawit Indonesia yang
telah menghasilkan sekitar 6,6 juta Ha dengan total produksi sekitar 17,6juta
ton CPO. Terdiri dari Perkebunan Rakyat seluas 2,6jutaha dengan produksi

5.895.000ton CPO, Perkebunan Besar Nasional seluas 687 ribu Ha
dengan produksi 2.313.000 ton CPO, dan Perkebunan Besar Swasta seluas 3,4
jutaHa dengan produksi 9.254.000 ton CPO. Sedangkan untuk luas areal
pertanaman kelapa sawit Indonesia tahun 2008 yang belum menghasilkan
seluas 2,8juta Ha (http://ditjenbun.deptan.go.id/, 2009).
Kelapa Sawit merupakan salah satu tanaman budidaya penghasil minyak
nabati berupa Crude Plam Oil (CPO), dan ditanam dalam perkebunan di
Indonesia terutama di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Diketahui untuk 1 ton kelapa sawit akan mampu menghasilkan limbah berupa

tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebanyak 23% atau 230 kg, limbah
cangkang (Shell) sebanyak. 6,5% atau 65 kg, wet decanter solid (lumpur
sawit) 4 % atau 40 kg, serabut (Fiber) 13% atau 130 kg serta limbah cair
sebanyak 50% yang dihasilkan dari unit sterealisasi, klasifikasi dan unit
hidrosiklon. (Mandirim 2012).
Kebutuhan akan ketersediaan bibit kelapa sawit berkualitas dengan
kuantitas yang terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan
penduduk dunia akan minya ksawit. Perawatan bibit yang baik dipembibitan
awal dan pembibitan utama melalui dosis pemupukan yang tepat merupakan
salah satu upaya untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan

budidaya kelapa sawit (Santidan Goenadi, 2008).
Aplikasi pupuk dengan efisiensi tinggi dapat diperoleh melalui
peningkatan daya dukung tanah dan peningkatan ketersediaan unsur hara
pupuk dalam media tanam bibit. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan
tersebut yaitu melalui kombinasi penggunaan pupuk buatan(anorganik) dan
kompos sebagai agen pembenah tanah. Penggunaan kompos pada medium
pembibitan kelapa sawit sangat diperlukan untuk mengatasi terbatasnya
ketersediaan bahan organik (Lubis, 1992).
Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan,
misalnya limbah organik rumah tangga, kotoran/limbah peternakan, limbahlimbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah
pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll (Crawford, 2003).
Bibit merupakan produk dari suatu proses pengadaan bahan tanaman
yangdapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa
selanjutnya. Bahan tanaman yang berkualitas merupakan kebutuhan pokok suatu
industri perkebunan. Faktor bibit memegang peranan penting di dalam
menentukan keberhasilan penanaman kelapa sawit (Syahfitri, 2007).
Budidaya kelapa sawit sama seperti tanaman kebun lainnya, mulai dari
pengolahan tanah, pembibitan hingga panen. Pembibitan tanaman kelapa sawit
dibagi menjadi 2 tahap yaitu pre nursery dan main nursery. Pembibitan di pre
nursery dilakukan selama 1-3 bulan dengan banyak pelepah 3-4 helai pelepah.


Untuk pembibitan di main nursery dilakukan selama 4-12 bulan dengan pelepah
sebanyak 12-14 helai pelepah. (Rizkyarti dkk., 2011).
Tujuan
Adapun tujuan dari judul tersebut yaitu mengupayakan penghematan
penggunaan top soil pada media tanam serta mencegah penumpukan yang
berlebihan pada limbah industri kelapa sawit dengan pemanfaatan limbah industri
kelapa sawit khususnya limbah solid sebagai alternatif pengganti top soil pada
media tanam.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Sumarno (2008) taksonomi
kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisi :
Spermatophyta, Sub divisi : Angiospermae,
Kelas : Angiopspermae,

Subkelas :

Monocotyledoneae, Ordo


: Spadiciflorae,

Famili : Palmaceae,

Genus : Elaeis,

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Akar tanaman kelapa sawit adalah serabut . akar pertama yang muncul dari
biji yang telah tumbuh (berkecambah) adalah radikula yang panjangnya dapat
mencapai 15 cm. Akar primer mampu bertahan sampai 6 bulan yang bertugas
mengambil air dan makanan terkait dengan cadangan makanan pada endosperm
biji telah habis yang ditandai dengan lepasnya biji. Akar primer ini

akan

tumbuh akar sekunder dengan diameter 2-4 mm yang tumbuh horizontal
(Prihutami, 2011).
Batang kelapa sawit adalah bulat panjang, tidak bercabang : 25 –75 cm,
terus bertambah tinggi selama tanaman hidup, tetapi untuk perkebunan, umur

ekonomis 25 –35 tahun, dengan tinggi 10 –11 m (Yahya dan Suwarto, 2011).
Daun pertama yang tumbuh pada stadium benih berbentuk lanset
(lanceolate), kemudian muncul bifurcate dan setelah dewasa berbentuk menyirip
(pinnate). Pada tanaman dewasa dapat menghasilkan 40-60 daun dengan laju dua
daun /bulan dan satu helai daun hidup fungsional dua tahun (Suwarno, 2008).
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoccious) artinya
bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman, akan tetapi tidak dalam satu
tandan yang sama. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga
betina. Kadang-kadang pada kelapa sawit terbentuk rangkaian bunga hermaprodit
terutama pada tanaman yang masih muda (Manalu, 2008).
Buah kelapa sawit memiliki bagian-bagian sebagai berikut : 1) Eksokarp /
kulit luar yang keras dan licin, 2) Mesokarp / sabut. Diantara jaringan-jaringan
ada sel pengisi seperti spons atau karet busa yang sangat banyak mengandung
minyak (CPO) jika buah sudah masak. 3) Endokarp / tempung. 4) Kernel atau biji

atau inti. Inti dapat disamakan dengan daging buah. Kernel mengandung minyak
(PKO) sebesar 3% dari berat tandan. Berwarna jernih dan bermutu sangat tinggi
(Sastrosayono, 2007).
Biji


kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot yang

setiap jenisnya. Umunya,

berbeda

untuk

biji kelapa sawit memiliki waktu dorman.

Perkecambahan bisa langsung dari enam bulan dengan tingkat keberhasilan
50% (Lubis dan Widanarko, 2011).
Syarat Tumbuh
Iklim
Curah hujan minimum 1000-1500 mm /tahun, terbagi merata sepanjang
tahun, suhu optimal 26°C, kelembaban rata-rata 75 %, dapat tumbuh pada pH
yaitu antara 5,5 - 7,0 (Rahmat, 2006).
Iklim sangat berpengaruh terhadap variasi pertumbuhan kelapa sawit.
Salah satu faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas kelapa
sawit adalah air. Ketersediaan air ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan, irigasi

yang diberikan ke perkebunan serta kapasitas tanah dalam menahan air. Defisit air
yang tinggi menyebabkan produksi turun drastis dan baru normal pada tahun
ketiga dan keempat karena merusak perkembangan bunga sebelum anthesis dan
pada bunga

yang

telah anthesis menyebabkan kegagalan matang pandan

(Manalu, 2008).
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7
jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1500-4000 mm,
temperature optimal 24-28ºC. ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1500 mdpl (diatas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk
tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu
proses penyerbukan (Kiswanto dkk., 2008)
Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik dibanyak jenis tanah
seperti podsolik, latosol, hidromofik kelabu, regosol, andosol, organosol dan
alluvial. Hal yang penting bagi tanaman kelapa sawit adalah tidak kekurangan air
pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase baik).

Di lahan-lahan yang permukaan air tanahnya tinggi atau tergenang, akar akan

busuk. Selain itu pertumbuhan batang dan daunnya tidak mengindikasikan
produksi buah baik. Kesuburan tanah bukan merupakan syarat mutlak bagi
perkebunan kelapa sawit (Sumarno, 2008).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai
dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,05,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase
(beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan
padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15º
(Kiswanto. 2008).
Tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit harus banyak mengandung
lempung, beraerasi baik dan subur. Tanah harus berdrainase baik, permukaan air
tanah cukup dalam, solum cukup dalam dan tidak berbatu. Berbagai unsur hara,
baik itu makro berupa nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, kalsium serta sulfur
maupun mikro yaitu boron, natrium, mangan, khlor dll. Sangat diperlukan bagi
tanaman. Tanaman kelapa sawit memerlukan media tanah yang bersifat permeabel
(mudah meloloskan dan menyerap air dan udara tanah), dan lapisan tanah yang
tebal, serta kandungan air pada tanah, yang sesuai kebutuhan tanaman (Riwandi,
2004).

Efektivitas Media Tanam Limbah Solid Kelapa Sawit Pada Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Pre Nursery
Limbah Solid
Kelapa Sawit merupakan salah satu
tanaman budidaya penghasil minyak nabati
berupa Crude Plam Oil (CPO), sangat
banyak

ditanam

dalam

diIndonesia terutama dipulau

perkebunan
Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Selain
menghasilkan Crude Palm Oil (CPO), dalam
proses pengolahan kelapa sawit

selain

menghasilkan CPO juga menghasilkan limbah sangat banyak Diketahui untuk
1ton kelapa sawit akan mampu menghasilkan limbah berupa tandan kosong
kelapa

sawit (TKKS) sebanyak 23% atau 230kg, limbah cangkang (Shell)

sebanyak. 6,5% atau 65kg, wetdecanter solid (lumpursawit) 4% atau 40kg,
serabut (Fiber) 13% atau 130kg serta limbah cair sebanyak 50% yang dihasilkan
dari unit sterealisasi, klasifikasi dan unit hidrosiklon. (Mandirim 2012).
Solid merupakan salah satu limbah padat dari hasil pengolahan minyak
sawit kasar. Di Sumatera, limbah ini dikenal sebagai lumpur sawit, namun
solid biasanya sudah dipisahkan dengancairannya sehingga merupakan
limbah padat. Ada dua macam limbah yang dihasilkan pada produksi CPO,
yaitu limbah padat dan limbah cair.
Saat sekarang ini produksi limbah solid di dua pabrik pengolahan CPO di
Kabupaten Kota waringin Barat sekitar 36-42t/hari (rata-rata 20t/pabrik/hari).
Jumlah limbah solid yang dihasilkan bergantung pada TBS yang diolah.
Produksi TBS akan makin bertambah pada masa mendatang seiring dengan
makin luasnya area perkebunan kelapa sawit yang berproduksi. Diharapkan
dalam setiap 10.000 ha berdiri satu pabrik pengolahan CPO.
Solid adalah limbah padat dari hasil samping proses pengolahan tandan
buah segar (TBS) di pabrik kelapa sawit menjadi minyak mentah kelapa sawit
atau Crude Palm Oil (CPO).Solid mentah memiliki bentuk dan konsistensi seperti

ampas tahu, berwarna kecokelatan, berbau asam-asam manis, dan masih
mengandung minyak CPO sekitar 1,5% (Ruswendi, 2008).
Solid dapat tahan lama apabila disimpan dalam tempat tertutup,
misalnya dalam kantong plastik hitam dengan meminimumkan jumlah oksigen
yang masuk. Teknologi sederhana ini terinspirasi oleh teknologi “silo”. Kantong
plastik hitam akan menggantikan fungsi bangunan silo. Jumlah oksigen dalam
kantong plastik diminimumkan dengan cara mengisap udara memakai pompa
sepeda. Kantong plastik dibuat rangkap tiga. Kantong plastik pertama diisi dengan
solid kemudian udaranya diisap dan ujungnya diikat. Selanjutnya bungkusan
plastik dimasukkan ke dalam kantong plastik kedua dan sebelum diikat, udara
yang ada di dalamnya diisap terlebih dahulu. Setelah diikat, bungkusan
dimasukkan ke dalam kantong plastik ketiga, dikeluarkan udaranya kemudian
diikat. Daya simpan solid sangat ber- gantung pada tempat penyimpanan
(kualitas kantong plastik).Dengan cara ini solid tahan disimpan lebih dari 1 bulan
dengan warna relatif tidak berubah, yaitu cokelat muda. Solid yang disimpan di
tempat terbuka menjaditengik(busuk)dan warnanya menja dikehitaman. Walaupun
permukaan solid sudah berubah warna (busuk), bagian dalamnya memiliki
konsistensi dan warna yang tidak berubah.(Utomo et al. 2002).
Kandungan Unsur Hara Limbah Solid
Efisiensi pemupukan dapat dicapai dengan takaran pupuk yang tepat
yang dipengaruhi oleh hubungan antara sifat-sifat tanah dan tanaman. Tanaman
kelapa sawit memerlukan media tanah yang bersifat permeabel (mudah
meloloskan dan menyerap air dan udara tanah), dan lapisan tanah yang tebal,
serta kandungan air pada tanah, yang sesuai kebutuhan tanaman (Riwandi,
2004).
Produksi minyak kelapa sawit secara nasional sudah mencapai 2juta ton
pertahun pada tahun1990,dan diperkirakan akan terus meningkat secara tajam
(Naibaho, 1990). Di samping itu, produksi sawit yang terus meningkat, akan
diikuti dengan peningkatan jumlah limbahnya. Salah satu limbah yang dihasilkan
dalam jumlah besar pada pengolahan kelapa sawit adalah limbah padat. Limbah
ini terdiri atas cangkang, janjang, tandan kosong, dan kulit buah.

Limbah padat hasil pengolahan kelapa sawit mempunyai potensiuntuk
dikembangkan

menjadi

produk

yang bermanfaat dan bernilai ekonomis

karena mengandung bahan organik dengan kadar yang cukup tinggi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Pratiwietal (1988), bahwa komposisi kimia tandan
kosong kelapa sawit terdiri atas selulosa (36,81%), hemiselulosa (27,01%),
lignin (15,70%), dan abu (6,04%). Disamping itu, Irawadi (1991) juga
melaporkan bahwa komposisi kimia tandan kosong

terdiri atas hemiselulosa

(34,78%), selulosa (28,28%), lignin (21,56%), lemak (6,95%), dan protein
(6,94%), sedangkan kandungan kimia cangkangnya terdiri atas hemiselulosa
(31,70%), selulosa (32,53%), lignin (20,09%), lemak (5,33%), dan protein
(4,45%).
Pada beberapa perkebunan, antisipasi terhadap limbah tersebut
ditempuh dengan pembuatan pipa-pipa instalasi untuk mengalirkan limbah ini
ke lahan perkebunan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa
padatan solid memiliki kandungan bahan kering 81,56% yang didalamnya
terdapat protein kasar 12,63%; serat kasar 9,98%; lemak kasar 7,12%; kalsium
0,03%; fosfor 0,003%; dan energi 154kal/100 gram. (Utomodan Widjaja,
2005).
Pengolahan Limbah Solid Kelapa Sawit

Proses produksi CPO memiliki beberapa tahap, proses dimulai dari tahap
penerimaan tandan sawit segar (TBS) yang dilakukan di loading ramp. Tahap
berikutnya adalah sterilisasi, yaitu perebusan buah dengan steam.Steam yang

digunakan bertekanan 3 kg/cm2dansuhu 140oC selama 75-90 menit. Setelah
sterilisasi, buah dipisahkan dari tandan. Tahap ini dikenal sebagai pemipilan atau
treshing. Buah yang telah dipisahkan dari tandan dilumatkan menggunakan steam
pada suhu 90oC dengan menggunakan digester. Pada tahap berikutnya, minyak
diekstrak dari serat. Proses terakhir adalah pemurnian. Selain menghasilkan CPO,
PKS juga menghasilkan minyak inti kelapa sawit (PKO).
Untuk menghasilkan CPO, PKS juga menghasilkan limbah. Limbah yang
keluar dari PKS berbentuk padatan, gas, dan cair. Limbah yang keluar dari PKS
sebenarnya belum bisa dikatakan 100% sebagai limbah, lebih tepat dikatakan
produk samping atau side product.
Limbah padat yang keluar dari PKS meliputi tandan kosong (tankos)
dengan persentase sekitar 23% terhadap TBS, abu boiler (sekitar 0.5% terhadap
TBS), serat (sekitar 13.5% terhadap TBS) dan cangkang (sekitar 5.5% terhadap
TBS). Limbah padat yang keluar dari PKS umumnya tidak memerlukan
penanganan yang rumit. Limbah padat dapat digunakan lagi sebagai bahan bakar,
pupuk, pakan ternak, dan juga bisa dijual untuk menghasilkan pendapatan
tambahan.
Serat, cangkang dan tankos bisa digunakan sebagai bahan bakar. Abu
boiler dapat diaplikasikan langsung sebagai sumber pupuk kalium, tankos sebagai
pupuk dengan cara menjadikan mulsa dan pengomposan. Ampas inti digunakan
sebagai pakan ternak.
Terdapat dua sumber pencemaran gas yang keluar dari PKS yaitu boiler
yang menggunakan serat dan cangkang sebagai bahan bakar dan juga incinerator
yang membakar tankos untuk mendapatkan abu kalium. Pada saat ini incinerator
sudah mulai ditinggalkan.
Limbah yang menjadi perhatian di PKS adalah limbah cair atau yang lebih
dikenal dengan POME (palm oil mill effluent). POME ialah air buangan yang
dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit utamanya berasal kondensat rebusan, air
hidrosiklon, dan sludge separator. Setiap ton TBS yang diolah akan terbentuk
sekitar 0,6 hingga 1 m3 POME. POME kaya akan karbon organik dengan nilai
COD lebih 40 g/L dan kandungan nitrogen sekitar 0,2 dan 0,5 g/L sebagai
nitrogen ammonia dan total nitrogen. Sumber POME berasal dari unit pengolahan

yang berbeda, terdiri dari 60% dari total POME berasal dari stasiun klarifikasi,
36% dari total POME berasal dari stasiun rebusan, 4 % dari total POME berasal
stasiun inti.
Singkatnya dapat disebutkan pertama diterimanya tandan buah sawit, lalu
pengumulan di pabrik kelapa sawit, proses hidrolisis berlanjut hingga
dikeluarkannya limbah industri dalam hal ini adalah limbah solid setelah itu
pengepakan atau pengumpulan dan pengeringan yang berkelanjutan.
Faktor Yang Mempengaruhi Tidak Digunakannya Top Soil
Dari penelusuran informasi penulis disebuah Perkebunan Besar, saat ini
mulai adanya kesulitan dalam mencari dan menyediakan tanah top soild alam
skala besar untuk media pembibitan. Dan dalam penyediaan tanah top soil ini,
ada beberapa hal yang menjadi masalah yaitu sebagai berikut :


jauhnya lokasi pengambilantanah topsoil darilokasi pembibitan.



biaya untukmembeli tanah topsoil cukupmahal.



biaya transportasi yang cukupmahal dalampengangkutannya.



lokasi pengambilan harus dipastikanbebas ganoderma.



merusak lokasi bekas pengambilan karena hilangnya lapisan tanah atasnya
Dariuraian diatas, limbahsolid dari pabrik pengolahan kelapa sawit

memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan yaitu solid yang telah
menjadi kompos dapat dibuat sebagai bahan campurandalam media tanam
pembibitan kelapa sawit, sehingga pemakaian tanah top soil pun dapat
dikurangi dan dapat menghemat biaya untuk media pembibitan. Kompos solid
sebagai agen pembenah tanah diharapkan dapat meningkatkan daya dukung
tanah akan ketersediaan bahan organik dan unsur hara terhadap pertumbuhan
bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di prenursery.
Keuntungan Limbah Solid Sebagai Media Tanam Kalapa Sawit
Adapun manfaat dari limbah solid sebagai sumber bahan media tanam
kelapa sawit antara lain:


Dapat mengurangi pemakaian tanah topsoil.



Dapat menghemat biaya untuk media pembibitan.



Kompos solid sebagai agen pembenah tanah.



Meningkatkan daya dukung tanah akan ketersediaan bahan organic dan
unsur hara terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit.



Memiliki kandungan hara yang cukup sebagai unsur hara.



Dapat menjaga keseimbangan tumbuh tanaman karena memiliki serat
kasar yang cukup baik.



Pemakaian Solid sebagai bahan pupuk di lapangan akan mengurangi
jumlah pemakaian pupuk buatan.

Media Tanam Limbah Solid Kelapa Sawit

Perbandingan
3:1

Prosedur media tanam antara lain:


Penyediaan pasir dengan limbah solid.



Lalu dilakukan Pencampuran atau pengadukan dua bahan secara berulang
sambil penyiapan Penyiapan polibag.



Kemudian Pengisian media kedalam polibag.



Setelah terisi hampir penuh ditanamkan bibit unggul kelapa sawit.



Pada pembibitan sebaiknya diberi naunagan yang difungsikan agar bibit
tanaman tidak tekena hujan maupun sinar matahari secara langsung.

KESIMPULAN
1.

Kelapa sawit merupakan tanaman yang membutuhkan unsur hara dan
drainase yang baik.

2.

Solid adalah limbah padat dari hasil samping proses pengolahan tandan buah
segar (TBS) di pabrik kelapa sawit.

3.

Solid mentah memiliki bentuk dan konsistensi seperti ampas tahu, berwarna
kecokelatan, berbau asam-asam manis, dan masih mengandung minyak cpo
sekitar 1,5%

4.

Padatan solid memiliki kandungan bahan kering 81,56%; protein kasar
12,63%; serat kasar 9,98%; lemak kasar 7,12%; kalsium 0,03%;

fosfor

0,003%; dan energi 154kal/100 gram.
5.

Tandan buah sawit, penerimaan di pabrik, proses yang dihasilkan dari unit
sterealisasi, klasifikasi dan unit hidrosiklon adalah limbah solid.

6.

Pemakaian solid sebagai bahan pupuk di lapangan akan mengurangi
jumlah pemakaian pupuk buatan

7. Manfaat unsur hara pada solid yaitu dapat meningkatkan daya dukung
tanah

akanketersediaan

bahanorganikdan

pertumbuhan bibit kelapa sawit.

unsur

hara

terhadap

DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, D. 1986. Perkebunan kelapa sawit sebagai sumber pakan ternak di
Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan PertanianV(4):93-99.
Basri, H.B., Mannan, M.A., and Zain, M.F.M., 1999. Textural and Chemical
Properties of Adsrobent Prepared from Palm Shell by Phosphoriq Acid
Activation,Cement Concrete Res, 29, 61–62.
Bettidan Winiati, 1995. Penanganan Limbah Industri Pangan, IPB, Kansius,
Yogyakarta.
Cheng-Juri, J.,Y. Hong, and C. Zhi-Rong. 2005. Hydrogenation of Ortho
– Nitrochloro - Benzene on Activated Carbon Supported
Platinum Catalysts. Jounal of Zhejiang University Science 6B
(5) : 378-381.
Darnoko, dan A.S.Sutarta. 2006. Pabrik Kompos diPabrik Sawit. Artikel
Tabloid Sinar Tani, 9 Agustus 2006.
Dinas

Kehewanan

Kalimantan

Tengah.

2001.Kebijakan

dan

strategi

pembangunan pe-ternakan di Kalimantan Tengah tahun 20012005.Makalah disampaikan padaTemu Aplikasi Paket Teknologi dan
Temu Informasi Pertanian Subsektor Peternakan 13-14 November 2001
diBalai

Pengkajian

Teknologi

Pertanian

Kalimantan

Tengah,

Palangkaraya.
Djaenudin,D.,H.Subagio,

dan

S.Karama.1996.

Kesesuaian

lahan

untuk

pengembangan peternakan di beberapa propinsi di Indonesia. Prosiding
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Cisarua 7-8 November
1995. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pe-ternakan, Bogor.
hlm.165-174.
Figueroa-Torres,

M.Z.,A.Robau-Sanchez,

A.Aguilar- Elguezabal.

2007.

L.D.I.Torre-Saenz,

and

Hydrogen

Guo.J., and Luo.Y., 2003.Textural and Chemical Properties of Adsrobent
Prepared from Palm Shell by Phosphoriq Acid Activation, Mater, Chem.
Phys.,80. 114–119.

Guo. J., Lua. Y.A.C., Chi. R.A.,Chen. Y.L., Bao. X.T., and Xiang. S.X., 2007,
Adsorption of Hydrogen Sulphide (H2S) by Activated Carbons Derived
from Oil-Palm Shell, Carbon, 45,330– 360.
Hanafiah. K.A., 2005, Rancangan Percobaan Aplikatif, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Harahap, I. Y. 2006. Penataan Ruang Pertanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Pada
Konsep Optimalisasi Pemanfaatan Cahaya Matahari. Warta PPKS. Medan.
Hermantoro. 2009. Pemodelan Dan Simulasi Produktivitas Perkebunan Kelapa
Sawit Berdasarkan Kualitas Lahan Dan Iklim Menggunakan Jaringan
Syaraf Tiruan. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Stiper
Yogyakarta. Yogyakarta.
Horne, P.M., Ismail, and C.D. Thai. 1994. Agroforestry plantation system:
sustainable forage and animal production in rubber and oil palm
plantation. In

J.W.

Coplan,

A. Djajanegara, and Sabrani (Eds.).

Proceedings of an International Symposium held in Association with
7th AAAP Animal Science Congress, Bali, Indonesia,11-16 July 1994.
Kamaruddin, A. 1997. The effects of feeding palm oil by-products on the
growth per- formance and nutrients utilization by growing lambs.
Prosiding Seminar Nasional II Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak,15-16
Juli 1997. Kerja Sama Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
dengan Asosiasi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Indonesia (AINI),
Bogor .hlm.7172.
Ketaren, P.P. 1986. Bungkil inti sawit dan ampas minyak sawit sebagai pakan
ternak. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8(4-6):10-11.
Kiswanto.

2008. Tanaman

Budidaya

Kelapa

Sawit.

Balai

Besar

dan

Pengembangan. Teknik Pertanian. Jakarta.
Lubis, R. E dan A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Mahida, UN., 1986, Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Jakarta.

Manalu, A.F. 2008. Pengaruh Hujan Terhadap Produktivitas dan Pengelolaan Air
di Kebun kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Masa Estate. Kalimantan
Selatan. IPB. Bogor.
Marsono, 1997, Teknik Pengolahan Air Limbah Secara Biologi, Media Informasi
Teknik Lingkungan ITS, Surabaya.
Miswan, 2004, Penurunan Tingkat Pencemaran Limbah Cair Rumah Potong
Hewan dengan Menggunakan Sabut Kelapa, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Pahan.I, 2006, Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Penebar Swadaya, Jakarta.
Panjaitan, C. 2010. Pengaruh Pemanfaatan kompos Solid Dalam Media Tanam
dan Pemberian NPKMg (15:15:6:4) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery. Departemen Budidaya
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rahmat, H. 2006. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Dinas
Perkebunan Dati I. Propinsi Irian Jaya. Jayapura.
Sastrosayono, S. 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Sarwani. M. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Balai Besar Pengkajian
Dan

Pengembangan

Teknologi

Pertanian

Badan

Penelitian

Dan

Pengembangan Pertanian. Lampung.
Sumarno, M. 2008. Kelapa Sawit Indonesia. Repository IPB. IPB. Bogor.
Syahfitri. D. 2007. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.)
DI Pembibitan Utama Akibat Perbedaan Konsentrasi Dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Pelengkap Cair. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Syakir. M. 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Aska Media. Bogor.
Yahya dan Suwarno. 2011. Ekofisiologi Kelapa Sawit. IPB. Bogor.

Judul : Efektivitas Media Tanam Limbah Solid Kelapa Sawit terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di
Pre Nursery
Nama

: Arwin Sholeh

Nim

: 120301078

Program Studi : Agroekoteknologi

Diperiksa Oleh :
Dosen Pembimbing Kolokium

( Ir. Lisa Mawarni M.P )
NIP : 196405261989032003