010 177 190 Inventarisasi Aceh Besar AcehPidie NAD
INVENTARISASI MINERAL NON LOGAM DI KABUPATEN ACEH BESAR DAN PIDIE PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Wastoni Chowaji Putra, Martua Raja P, Moch. Sodik Kaelani
Kelompok Program Penelitian Mineral
SARI
Hasil inventarisasi dan evaluasi, baik dari pengamatan lapangan serta analisa laboratorium, di Kabupaten Aceh Besar, geologi yang teramati sebanyak 17 formasi dari 48 formasi dan terdapat 28 lokasi bahan galian non logam berupa : andesit, batugamping, fosfat, lempung, marmer, magnesit, serpentinit, sirtu, dan tras. Di Kabupaten Pidie, geologi yang teramati sebanyak 8 formasi dari 28 formasi dan terdapat 23 lokasi bahan galian non logam berupa : andesit, batugamping, diorit, lempung, magnesit, batu mulia nephrit, serpentinit, dan sirtu.
(2)
PENDAHULUAN
Kabupaten Aceh Besar secara administratif terdiri dari 23 Kecamatan dengan 615 desa dan 5 Kelurahan. Luas wilayah 2.974,12 Km², Kecamatan terluas adalah Kecamatan Seulimeum dengan luas 487,26 km2 atau 16,38% dari luas kabupaten. Sedangkan luas kecamatan terkecil adalah Kecamatan Krueng Baruna Jaya dengan luas 9,06 km2 (0,3%) dari luas kabupaten.
Batas-batas wilayah Kabupaten Aceh Besar di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Aceh Jaya, di sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka dan Kabupaten Pidie, di sebelah utara dengan Selat Malaka dan Kota Banda Aceh, dan di sebelah selatan dengan Kabupaten Pidie dan Aceh Jaya.
Secara geografis terletak pada posisi koordinat 97o 15’ 31” – 98o 01’ 06” Bujur Timur dan 4o 09’ 13” – 5o 14’ 59” Lintang Utara.
Kabupaten Pidie dengan luas wilayah 3.562,14 km2 terbagi menjadi 22 kecamatan, yang terdiri dari 94 mukim, 714 desa defenitif, 4 desa non defenitif, dan 20 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Mane dengan luas 833 km2 atau 23,38% dari luas kabupaten. Sedangkan luas kecamatan
terkecil adalah Kecamatan Kota Sigli dengan luas 9,75 km2 (0,27%) dari luas kabupaten.
Secara administratif, batas-batas wilayah Kabupaten Pidie adalah sebagai berikut: di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Jaya, di sebelah timur dengan Kabupaten Pidie Jaya, Bireuen dan Aceh Tengah, di sebelah utara dengan Selat Malaka, dan di sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Barat. Secara geografis daerah ini terletak pada koordinat 95o 43’ 59” – 96o 28’ 06” Bujur Timur dan 5o 34’ 29” – 4o 45’ 50” Lintang Utara
GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN Morfologi Daerah Kabupaten Aceh Besar
a. Bagian Utara, Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang mempunyai topografi dengan kemiringan 10° – 30° dan ketinggian 100 – 500 m. Disusun oleh batuan gunungapi andesit hingga dasit, breksi, tufa, aglomerat dan aliran lahar dari Batuan Gunungapi Lam Teuba yang berumur Plistosen. b. Bagian Tengah, Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang.
Mempunyai topografi dengan
kemiringan 10° – 40° dan ketinggian 100 – 500 m. Disusun oleh berbagai macam satuan batuan sedimen, yang
(3)
sebagian besar berupa satuan batupasir, batugamping terumbu, serpentinit dan batuan gunungapi dari Formasi Indrapuri dan Formasi Seulimeum. Seluruh satuan morfologi ini berumur Tersier hingga Kuarter. c. Bagian Barat, Satuan Morfologi Perbukitan Terjal dan Satuan Morfologi Dataran. Untuk perbukitan terjal disusun oleh satuan batuan terobosan
(granodorit), satuan batuan
konglomerat metawake, dan satuan batugamping meta dari Formasi Geumpang. Ketinggian satuan morfologi ini di daerah penyelidikan berkisar dari 415 – 1800 m dpl dan kemiringan lereng yang membentuk morfologi ini berkisar dari 30° - 70°. Seluruh satuan batuan pembentuk satuan morfologi ini berumur Yura hingga Kapur. Untuk morfologi pedataran Mempunyai topografi dengan ketinggian 5 – 70 meter dan kemiringan 0° – 5°. Batuan penyusun satuan morfologi ini terdiri dari satuan batupasir, kerakal, kerikil dan lempung yang tak terbedakan dari Formasi Indrapuri dan satuan batuan alluvium berupa material pasir, pasirkuarsa, kerikil dan lempung dalam bentuk lepas-lepas (unconsolidated).
Morfologi Daerah Kabupaten Pidie a. Bagian Utara, merupakan Satuan Morfologi Pedataran. meliputi Kecamatan Muara Tiga, Batee, Mutiara
Timur, dan sepanjang kanan dan kiri Krueng Tiro, Krueng Keroncong dan Titeu Keumala. Mempunyai topografi relatif datar dengan ketinggian 5 – 100 meter dan kemiringan 0° – 10°. Batuan penyusun satuan morfologi ini terdiri dari, batuan gunungapi berupa bongkah kerakal, kerikil dari Formasi Lam Minet dan Formasi Geumpang yang berumur Perm hingga Kapur, Satuan Batugamping Terumbu dari Anggota Batugamping Lam Kabue yang berumur Plistosen serta satuan batuan alluvium berupa material pasir, kerikil dan lempung dalam bentuk lepas-lepas (unconsolidated), yang berumur Holosen.
b. Bagian Tengah, merupakan Satuan Morfologi Perbukitan Terjal , meliputi Kecamatan Tangse dan Mane.
Mempunyai topografi dengan
ketinggian 700 – 1.250 meter dan kemiringan 40° – 70°. Batuan penyusun satuan morfologi ini terdiri dari Satuan Batuan Serpentinit dari Serpentinit Tangse yang berumur Miosen Akhir.
c. Bagian Selatan, juga merupakan Satuan Perbukitan Terjal, meliputi Kecamatan Mane. Mempunyai topografi dengan ketinggian 700 – 1.250 meter dan kemiringan 40° – 70°. Batuan penyusun satuan morfologi ini terdiri dari Satuan Batuan Sekis dari
(4)
Formasi Geumpang yang berumur Jura hingga Kapur dan Batuan batupasir fosil kalkareus dari Formasi Kueh yang berumur Miosen.
Stratigrafi Kabupaten Aceh Besar
Geologi daerah Kabupaten Aceh Besar berdasarkan lithostratigrafi dan pengamatan di lapangan terdiri dari beberapa satuan batuan. Urut-urutan satuan batuan tersebut dari yang berumur tua ke muda dapat diperikan sebagai berikut :
a. Bagian Utara, disusun oleh dua satuan batuan yaitu Satuan Batuan Gunungapi dari Batuan Gunungapi Lam Teuba (QTvt) dan Satuan Batuan Aluvium dari Endapan aluvium (Qh). Satuan Batuan Gunungapi berupa andesit dan tufa. Andesit berwarna abu-abu, kehitaman, terdapat sebagai bongkah-bongkah tersebar hampir merata. Tufa berwarna putih kecoklatan, berbutir halus – kasar setempat terdapat batuapung yang merupakan bahan galian tras membentuk perbukitan. Satuan Batuan Aluvium berupa endapan pasir warna hitam yang menempati endapan pantai, kerikil dan lempung dalam bentuk
losses (lepas-lepas).
b. Bagian Tengah, disusun oleh Satuan batuan serpentinit dari Komplek Indrapuri, Satuan Batulempung dari Formasi Seulimeum, dan Satuan
Batupasir dari Formasi Indrapuri. Satuan batuan serpentinit berwarna kehijauan, sebagian sudah lapuk dan membentuk perbukitan. Pada batuan serpentinit ini terdapat urat-urat magnesit. Satuan batulempung berselingan dengan batupasir, berwarna kecoklatan, batupasir berbutir halus - sedang, batuan ini didominasi batulempung. Satuan Batupasir berupa pasir, kerikil berwarna kecoklatan, berbutir sedang – kasar, bersifat lepas, yang merupakan endapan undak tua dan membentuk perbukitan.
c. Bagian Barat, meliputi daerah Lhoknga hingga sepanjang pantai sampai Lhoong, disusun oleh :
Satuan batuan basal dari Formasi Bentaro (Muvb), berupa batuan basal warna abu-abu kehitaman, kompak, bagian permukaan sebagian sudah lapuk. Sebaran satuan batuan ini membentuk perbukitan terjal. Satuan batugamping dari Formasi Lamno (Mull), berupa batugamping berwarna gelap, kehitaman, tidak berlapis, berbutir halus – sedang, pejal, terdapat urat-urat silika, batuan ini sudah mengalami metamorfosa menjadi marmer, rekahan pada batuan ini cukup rapat. Sebaran batuan ini membentuk perbukitan terjal. Setempat terdapat fosfat goa. Satuan Batugamping dari Anggota Terumbu (Murlr) Formasi Lamno, berupa batugamping berwarna
(5)
abu-abu, kecoklatan, tidak berlapis, pejal, berbutir halus – sedang, terdapat urat-urat silika, sebagian sudah menjadi marmer. Sebaran batuan ini membentuk perbukitan dan setempatan terdapat fosfat goa dan kalsit. Satuan
Batugamping dari Formasi
Batugamping Raba (Murl), berupa batugamping berwarna putih kusam-kelabu, kecoklatan, berbutir sedang – kasar, berlapis, berongga. Sebaran batuan ini membentuk areal perbukitan terjal. Satuan Batugamping dari Formasi Lhoknga (Mul), berupa batugamping berwarna coklat, keras dan pejal membentuk perbukitan bergelombang. Satuan Batuan Aluvium dari Endapan Aluvium (Qh), terdiri dari endapan pasirkuarsa, kerikil dan lempung dalam bentuk losses (lepas-lepas). Sebaran satuan ini menempati daerah aliran sungai dan daerah pantai.
Stratigrafi Kabupaten Pidie
Geologi daerah Kabupaten Pidie Secara lithostratigrafi urut-urutan satuan batuan dari yang berumur tua ke muda dapat diperikan sebagai berikut :
a. Bagian Utara, disusun oleh empat satuan batuan yaitu : Satuan Batupasir dari Kelompok Tiro yaitu Anggota Pintu Satu Formasi Kutabakti (Tukt), berupa batupasir dan batupasir konglomerat. Dan Endapan Aluvium (Qh), berupa sirtu di aliran sungai aktif.
Satuan Batulempung dari Formasi
Seulimeum (QTps), berupa
batulempung berselingan dengan batupasir warna kecoklatan, berbutir halus – sedang, membentuk bukit-bukit kecil. Satuan Batugamping Terumbu dari Anggota Batugamping Lam Kabue (QTpsl), berupa Batugamping Terumbu, berwarna putih kusam-kelabu, abu-abu kehitaman, berbutir sedang, tidak berlapis, pejal dan keras, berongga. Sebaran batuan ini membentuk daerah pedataran. Setempat terdapat fosfat goa. Satuan batuan gunungapi dari Batuan Gunungapi Lam Teuba (QTvt) yang terdiri dari andesit dan tufa. Andesit berwarna abu-abu, kehitaman, terdapat sebagai bongkah-bongkah tersebar hampir merata. Tufa berwarna putih kecoklatan, berbutir halus – kasar. Setempat terdapat endapan lahar. Sebaran batuan ini membentuk perbukitan.
b. Bagian Tengah, disusun oleh Satuan Batuan Serpentinit dari Sertpentinit Tangse (Tuset) dan Serpentinit Lainnya (Tuse), berupa
Batuan Serpentinit, berwarna
kehijauan, pejal, keras, sebagian batuan ini sudah mengalami pelapukan. Pada batuan serpentinit ini terdapat urat-urat magnesit. Sebaran batuan ini membentuk perbukitan memanjang hampir barat laut –tenggara.
c. Bagian Selatan, disusun oleh Satuan lempung dari Formasi Kueh
(6)
(Tmk) dan Satuan Granodiorit dari Intrusi Beureung (Tmib), berupa endapan lempung warna coklat membentuk perbukitan landai, endapan yang diperkirakan berupa lempung warna coklat, setempat terdapat pirit, dan endapan diorit warna abu-abu berbintik putih, faneritik, bentuk kristal sedang, pejal dan keras.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang berkembang di daerah Kabupaten Aceh Besar cukup komplek. Hal ini didasarkan dari
banyaknya kelurusan-kelurusan
(lineament) yang berkembang pada
berbagai formasi batuan. Kelurusan-kelurusan tersebut sebagian besar berarah baratlaut-tenggara. Selain kelurusan dijumpai juga struktur lipatan, yang terdiri dari struktur sinklin dan antiklin. Struktur antiklin sudah berkembang pada satuan batupasir dan satuan batulempung termasuk Formasi Seulimeum. Struktur patahan yang terjadi di daerah Kabupaten Aceh Besar, sebagian besar berada di daerah bagian barat dan tengah, diduga termasuk sesar naik yang dapat diamati didaerah Lhoknga, Lhoong dan Indrapuri. Sesar tersebut terjadi pada beberapa satuan batuan, yaitu Satuan Batugamping dan Satuan Batuan Serpentinit.
Struktur Geologi untuk Kabupaten Pidie berupa struktur lipatan dan patahan.
Struktur lipatan sebagian besar berupa struktur antiklin dan sinklin. Struktur antiklin dan sinklin tersebut terjadi pada Satuan Batupasir dari Anggota Pintusatu, Satuan Batupasir dari Formasi Agam. Sedangkan struktur patahan, yang diperkirakan jenis sesar naik, terjadi pada Satuan Batuan
Serpentinit termasuk kedalam
Serpentinit Tangse dan batuan sekis hijau dari Formasi Geumpang. Indikasi adanya sesar tersebut dapat diamati dari kontrol morfologi dan adanya kelurusan sungai yang dilewati sesar tersebut, seperti yang terdapat di sebelah timur daerah Tangse. Selain struktur sinklin dan patahan tersebut, di daerah penyelidikan juga terdapat adanya indikasi kelurusan-kelurusan
(lineament) yang umumnya berarah
barat-timur dan utara-selatan.
PROSPEK PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN Potensi Bahan Galian di daerah Kabupaten Aceh Besar
Terdapat 28 lokasi bahan galian non logam berupa: andesit, batugamping, marmer, lempung, fosfat, tras, serpentinit, magnesit, dan sirtu.
(7)
Andesit terdapat di Desa Durung, Kecamatan Mesjid Raya, pada Satuan Batuan Gunungapi dari Batuan Gunungapi Lam Teuba dan di Desa Paro, Kecamatan Lhoong pada Formasi Bentaro. Sumberdaya hipotetik yang terhitung mencapai 19.600.000 ton. Andesit di desa Durung telah ditambang oleh penduduk digunakan sebagai bahan kontruksi dan bangunan.
Batugamping
Batugamping di penyelidikan berupa
batugamping disusun oleh
mikrokristalin karbonat (mikrit),
menunjukkan tekstur klastik,
terbreksikan,kemas terbuka, tepilah sedang, berbutir halus hingga berukuran 1,5 mm, bentuk butir menyudut tanggung-membulat, disusun oleh fragmen – fragmen fosil dan
mudstone didalam masa dasar
mikrokristalin karbonat. Pada beberapa bagian tampak urat-urat halus karbonat yang memotong masa batuan.
Batugamping terdapat di bagian sebelah barat memanjang dari Peukan Bada sampai Lhoong. Batugamping ini ada lima jenis yang berbeda, masing-masing masuk ke dalam satuan
batugamping Lhoong, satuan
batugamping Lamno, satuan
batugamping Formasi Raba, Satuan Batugamping Formasi Lhoknga, Satuan
Batugamping Formasi Peunasu. Total sumberdaya hipotetik dari 12 lokasi mencapai 6.251.000.000 ton.
Dari hasil analisa kimia mengandung SiO2 = 0,35 – 8,4%, Al2O3 = 0,24 – 2,11%, Fe2O3 = 0,07 – 5,26%, CaO = 49,65 – 55,2%, MgO = 0,1 – 2,87%. batugamping di wilayah ini cukup baik memenuhi syarat untuk bahan baku semen, kapur tohor, industri soda, industri karbid dan pertanian. Sedangkan di Desa Birek Kecamatan Lhoong dengan kandungan SiO2 = 31.62%; Al2O3 = 11.18%; Fe2O3 = 7.79%; CaO = 23.61%; MgO = 2.31%,
batugamping ini merupakan
batugamping dolomitan. Batugamping di daerah Aceh Besar sementara digunakan sebagai bahan baku semen PT. ANDALAS dan ditambang oleh penduduk setempat sebagai bahan bangunan.
Fosfat
Fosfat di daerah ini merupakan fosfat goano yang terdapat di goa. Fosfat guano merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar yang terlarut kemudian bereaksi dengan batugamping karena pengaruh air hujan dan air tanah. Ada puluhan goa tetapi yang ditemukan baru 4 lokasi. Dan yang terhitung sumberdaya hipotetik hanya satu lokasi yaitu di daerah Desa Paro mencapai
(8)
100.000 ton. Dari hasil analisa kimia, fosfat di Desa Paro mengandung SiO2 = 18.29%; Al2O3 =12.85%; Fe2O3 = 16.16%; CaO = 2.99%; MgO = 0.21%; P2O5 = 25%, di Desa Tanah Aro mengandung SiO2 = 2.06%; Al2O3 = 2.29%; Fe2O3 = 11.29%; CaO = 51.04%; MgO = 0.27%; P2O5 = 31.80%, di Desa Mon Ikeun mengandung SiO2 = 19.22%; Al2O3 = 7.87%; Fe2O3 = 2.62%; CaO = 8.90%; MgO = 0.27%; K2O = 2,7%; P2O5 = 14.53%; SO3 = 4.17%. Fosfat di wilayah ini oleh masyarakat setempat diusahakan dengan penggalian secara manual, kemudian dikumpulkan dari beberapa tempat penambangan dan diangkut ke Medan dengan harga Rp. 1.500/kg sampai tempat. Kapasitas pengiriman mencapai 20 ton/minggu bila musim kemarau, bila musim penghujan kapasitas mencapai 20 ton/bulan.
Lempung
Lempung di daerah ini terbentuk akibat proses pelapukan dari rempah volkanik yang dijumpai pada Formasi Seulimeum.
Lempung terdapat di Desa Lhieb dan Desa Rabo Total sumberdaya hipotetik dari 2 lokasi mencapai 27.500.000 ton. Hasi analisa kimia di daerah ini mengandung SiO2 = 54.02 – 55,39%; Al2O3 = 13,59 – 18.28%; Fe2O3 = 6,25 – 9.39%; CaO = 1.48 – 9,11%; MgO =
1.32 – 1,76%. Sampai saat ini di Desa Lhieb lempung digunakan sebagai bahan baku pembuatan bata.
Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batugamping yang telah mengalami proses malihan. Marmer terdapat di daerah desa Sengko Mulat, Kecamatan Lhoong. Masuk ke dalam Satuan Batugamping dari Formasi Lamno,
dengan sumberdaya hipotetik
mencapai 98.000.000 ton. Berdasarkan hasil poles menunjukkan kilap yang bagus. Untuk penggunaan ubin lantai dan dinding masih perlu penyelidikan lebih rinci, Karena banyaknya batuan yang telah mengalami rekahan.
Magnesit
Magnesit umumnya berasosiasi dengan intrusi batuan ultrabasa dijumpai sebagai urat-urat yang mengisi rekahan pada batuan tersebut, keterdapatannya masuk dalam Komplek Indrapuri. Dari hasil analisa kimia di daerah ini mengandung SiO2 = 6.47 – 17,24%; Al2O3 = 1,28 – 3.78%; Fe2O3 = 2,16 – 3.3%; CaO = 5,25 – 25,35%; MgO = 21.85 – 26,25%. Dari hasil analisa bakar dengan jenis uji kesetaraan pancang batuan ini tahan sampai temperature 1.665° C, batuan ini dapat digunakan sebagai bahan refraktori. Sedangkan magnesit di daerah ini
(9)
sudah ditambang untuk bahan baku pembuatan pupuk.
Serpentinit
Mineral serpentinit terbentuk dari batuan beku yang sangat basa. Batuan Serpentinit di daerah ini ttermasuk dalam Komplek Indrapuri. Serpentinit terdapat di daerah Indrapuri. Total sumber daya hipotetik dari 3 lokasi mencapai 54.000.000 ton. Dari hasil analisa kimia di daerah ini mengandung (AB 26) SiO2 = 23,52%; Al2O3 = 0,99%; Fe2O3 = 4.99%; CaO = 13,92%; MgO = 27,57%. Di daerah ini batuan
serpentinit sudah ditambang
bersamaan dengan magnesit untuk pembuatan pupuk.
Sirtu
Sirtu menempati aliran sungai aktif pada Endapan Aluvial, endapan pantai dan perbukitan pada endapan undak. Total sumberdaya hipotetik dari 6 lokasi mencapai 14.219.000 ton. Sampai saat ini penggunaan sirtu terbatas sebagai bahan bangunan terutama untuk campuran beton
Tras
Tras adalah bahan hasil pelapukan batuan gunungapi berupa tufa batuapung berbutir halus sampai derajat tertentu. Tras di daerah ini berupa tufa dari Batuan Gunungapi Lam Teuba Tras terdapat di daerah
Mesjid Raya. Total sumberdaya hipotetik dari 3 lokasi yang terhitung mencapai 166.500.000 ton. Dari hasil analisa kimia di Kecamatan Mesjid Raya mengandung SiO2 = 49.38 – 61,19%; Al2O3 = 10,77 – 16.53%; Fe2O3 = 4,23 – 4.63%; CaO = 3.36 – 12,11%; MgO = 1.54 – 2,86%; Na2O = 0,83 – 2,73%; K2O = 1,25.
Potensi Bahan Galian di Kabupaten Pidie
Terdapat 23 lokasi bahan galian non logam berupa: andesit, batugamping, batu mulia nephrit, diorit, lempung, magnesit, serpentinit, dan sirtu.
Andesit
Andesit yang terdapat di daerah penyelidikan berupa andesit piroksen menunjukkan tekstur porfiritik, intersertal dan pilotaxitik, berbutir halus hingga berukuran 2 mm, bentuk butir anhedral – subhedral, disusun oleh fenokris piroksen dan plagioklas didalam masa dasar mikrolit plagioklas, opak dan karbonat. Tampak plagioklas dan piroksen terubah kuat ke Karbonat-klorit-aktinolit.. Termasuk dalam batuan gunungapi dari Batuan Gunungapi Lam Teuba berumur Kuarter. Di lokasi Desa Tuha Biheue penyebarannya hanya
bersifat bongkahan-bongkahan,
sumberdaya nya sedikit. Di daerah Desa Turue Cut, Kecamatan Mane mempunyai sumberdaya hipotetik
(10)
sebesar 112.000 ton, dan diusahakan oleh masyarakat setempat sebagai bahan bangunan.
Batugamping
Batugamping di daerah ini dijumpai berupa batugamping terumbu,
berwarna abu-abu sebagian
kecoklatan, termasuk dalam satuan batugamping Lam Kabue. Terdapat di daerah Goa Tujoh termasuk dalam batugamping pospatan, masuk dalam satuan batugamping Lam Kabue. Total sumberdaya hipotetik dari 2 lokasi mencapai 53.000.000 ton. Hasil analisa SiO2 = 0,66 - 29,82%; Al2O3 = 0,26 -13.28%; Fe2O3 = 0,11 - 6.6%; CaO = 51,74 - 53,47%; MgO = 0,32 - 0,9%; P2O5 = 2,88 - 3,55%.; CaCO3 = 92 – 95%. Hasil analisa kimia batugamping di wilayah ini cukup baik memenuhi syarat untuk bahan baku semen, kapur tohor, industri soda, industri karbid dan pertanian.
Diorit
Diorit di daerah ini berupa mikrodiorit porfir hasil, berwarna abu-abu dari batuan beku dalam yang terjadi akibat pembekuan magma di dekat permukaan bumi. Batuan ini menunjukkan tekstur porfiritik, berbutir halus hingga berukuran 4,5 mm, bentuk butir anhedral – subhedral, disusun oleh fenokris plagioklas dan piroksen, di dalam masa dasar plagioklas,
butir-butir halus mineral opak dan piroksen. Diorit di daerah ini, termasuk dalam intrusi Beareung berumur Kapur Akhir hingga Paleosen. Diorit terdapat di daerah Mane. Mempunyai sumberdaya hipotetik mencapai 112.000 ton.
Lempung
Lempung di daerah ini merupakan lempung sedimen dari Anggota Batugamping Lam Kabue dan Formasi Kueh. Lempung terdapat di perbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat. Total sumberdaya hipotetik dari 5 lokasi mencapai 520.650.000 ton. Lempung di Desa Turue Cut hasil analisanya mengandung SiO2 = 53,34 – 60,8%; Al2O3 = 22,08 – 29,22%; Fe2O3 = 0.98 – 3,26%; CaO = 0.07 – 0,15%; MgO = 0,09 – 5,67%. Untuk conto PD 11 analisa kimia mengandung SiO2 = 59,30%; Al2O3 = 15,16%; Fe2O3 = 9,94%; CaO = 0,21%; MgO = 0,62% dan hasil analisa bakar (PD 11) menunjukkan pori-pori banyak, massa gelas sedikit, tidak terdapat gelembung, belum terbentuk peleburan pada titik suhu 1410° C, homogenitas warna tidak merata, warna setelah dibakar coklat tua. Sampai saat ini lempung di daerah ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan bata.
Magnesit
Magnesit umumnya berasosiasi dengan intrusi batuan ultrabasa dijumpai
(11)
sebagai urat-urat yang mengisi rekahan pada batuan tersebut. Di daerah ini magnesitnya lebih pejal dan terlihat jelas dibanding magnesit di Kabupaten Aceh Besar. Magnesit terdapat pada rekahan batuan serpentinit dengan ketebalan 1 - 30 cm. Total sumber daya hipotetik dari 1 lokasi mencapai 780 ton. Batuan magnesit di Desa Mane mengandung (PD 14B dan PD 14C) SiO2 = 8,96 – 40,16%; Al2O3 = 0,36 – 13,18%; Fe2O3 = 1,65 – 12,70%; CaO = 10,66 – 42,71%; MgO = 9,45 – 13,28%. Dari hasil analisa bakar (AB 14B) dengan jenis uji kesetaraan pancang batuan ini tahan sampai temperatur 1.665° C, sehingga batuan ini dapat digunakan sebagai bahan refraktori.
Serpentinit
Mineral serpentinit terbentuk dari batuan beku yang sangat basa. Batuan Serpentinit di daerah ini Merupakan satuan batuan dalam Serpentinit Tangse, berupa serpentinit pejal, berumur Miosen Akhir hingga Pliosen Awal. terdapat di daerah Mane dan Tangse. Total sumberdaya hipotetik dari 6 lokasi diperkirakan mencapai 951.750.000 ton. Dari Hasil analisa petrografi di lokasi PD 04 menunjukkan Komposisi (% volume) : Serpentin (60), Tremolit-aktinolit (30), Opak (10). Tremolit-aktinolit merupakan penyusun batu mulia nephrit. Hasil analisa kimia untuk daerah Kecamatan Tangse (PD
04, PD 05, PD 06) SiO2 = 38,62 – 42,91%; Al2O3 = 4,85 – 11,77%; Fe2O3 = 3.63 – 17,01%; CaO = 0.11 – 22,92%; Mg O = 8,68 – 34,76%. Untuk daerah Kecamatan Mane (PD 13, PD 14A) mengandung SiO2 = 42,03 – 44,27%; Al2O3 = 1,87 – 2,16%; Fe2O3 = 6,59 – 7,79%; CaO = 0.27 – 0,16%; MgO = 34,15 – 34,52%. Daerah ini belum diusahakan, berdasarkan hasil analisa kimia yang menunjukkan MgO tinggi mencapai 34,76% maka penggunaannya kemungkinan dapat dipakai untuk perangkap gas CO2.
Sirtu
Sirtu di wilayah ini ada dua jenis dilihat dari keterdapatannya yaitu sirtu berupa endapan aluvial dan sirtu berupa pasir gunungapi. Sirtu dari endapan aluvial terjadi karena akumulasi pasir dan batuan yang terendapkan di sungai aktif dan daerah-daerah relatif rendah atau lembah. Sedangkan sirtu dari pasir gunungapi merupakan bahan-bahan lepas berukuran pasir dari letusan gunungapi. Pasir ini termasuk dalam Formasi Seulimeum yang terdiri dari batupasir gampingan, tufaan dan konglomerat, berumur Kuarter. Sirtu terdapat di aliran sungai aktif pada endapan alluvial di derah Tangse, Batee, dan Titeu Keumala. Total sumberdaya dari 6 lokasi mencapai 12.780.000 ton, sedangkan sirtu pada
(12)
pasir gunungapi sumberdaya hipotetik mencapai 24.000.000 ton
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil inventarisasi dan evaluasi di lapangan serta analisa laboratorium, di Kabupaten Aceh Besar terdapat 28 lokasi dan 9 macam bahan galian non logam berupa: andesit, batugamping, marmer, lempung, fosfat, tras, serpentinit, magnesit, dan sirtu. Sedangkan untuk Kabupaten Pidie terdapat 23 lokasi dan 8 bahan galian non logam berupa: andesit, batugamping, batu mulia nephrit, diorit, lempung, magnesit, serpentinit, dan sirtu.
Melihat potensi yang ada, bahan galian non logam yang perlu dikembangkan lebih lanjut untuk di Kabupaten Aceh Besar berupa batugamping, phospat, tras, serpentinit dan magnesit. Sedangkan untuk Kabupaten Pidie berupa batugamping, batu mulia nephrit, magnesit, dan serpentinit.
DAFTAR PUSTAKA
1. A. Sanusi Halim dan Akhmad Kusnardi, Inventarisasi Bahan Galian Industri di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Aceh, 1985, kerja sama antara Pupuk Iskandar Muda dengan Direktorat Sumber Daya Mineral
2. Bappeda Kabupaten Pidie 2007, Perencanaan Bidang Sumber Daya Alam dan Sumber daya Lingkungan Tahun 2007;
3. Dahlin, D.C., O’Connor, W.K., Nilsen, D.N., Rush, G.E., Walters, R.P., And Turner, P.C., (2000), “A Method for Permanent CO2 Sequestration:
Supercritical CO2 Mineral
Carbonation.” Proceedings of the 17Annual International Pittsburgh Coal Conference, Pittsburgh, PA, September 11-15, 14 pp.
4. Lefond, 1975, Industrial Mineral and Rock, 4th edition, USA.;
5. Bayu Sayekti, dkk, 2008, “Prospeksi Endapan Fosfat Di Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat”;
6. Muchtar Aziz, 2008,
“Pemanfaatan Mineral Industri di Sektor Pertanian dan Energi”, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.
7. Supriatna Suhala dkk., 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral;
(13)
% [ # Y & $ T $ T ( X ( X ( X # % U& ( X % U % U % U ( X ( X % U ( X%U
% U & x z x z x z %
U&%U
% U AB01 AB02 AB03 AB04 AB05 AB06 AB08 AB09AB10 AB11 AB12 AB13 AB15 AB16 AB17 AB18 AB19 AB20 AB21 AB22 AB23 AB24 AB25 AB26 AB27 AB28 AB14 250 Kab. PIDIE
Kab. ACEH JAYA Kota BANDA
ACEH
56
Kr. Inong
Kr. Montala
Kr. Ra ya
Kr.Jreu
Kr . A gam Kr.L
ebue e
Kr. Jreu
K r. Kla Kr. G
eupu
A. Bieun g Kr.Ang
an
A. Dua A. Bith
ak
A. Ei
Kr. Kala
Kr. Te ngku
Kr. L
am
p an a h K r. I m a s in
Kr. M euta
la
Kr. Sik uleh Kr.Lebok
A. Blang ola
A
. Lam
ba
ro
A.Cu
t A. T
uba
A. K euliling
Kr.Khea
Kr. Lho ong
Kr. Raj
ui
A. Lho
k II
A. Ma heng
Kr. Li ngka
Kr. Pa nca
Kr. Pundeng
Kr. Aneu A. Raya II
Kr.Heu
neung
A. Bubur
A. Bl ah K r. L eung ah A. R aya K r. T an jo ng
A. Sala
Kr.Uten j o
Kr. L
inteu n
g
Kr. Lamkarueng
A. B atee
K r.Bla ngu lam
A. Ayuen A. U
teuentu e
A. B ineng
le
A. R ayeu n
K
a
n al
B an ji r A . J em du na
A. Seu mirah
Kr. K ale
A. Batrieng
A. Babanm
ieu Geun
drang
A. Jawi A. Pincung
A. Kual alabu
ng
A . M
u
nte
u
Kr. Inem
A. Bal op
A. M ateg ajah K
r. Pa geue ng
Kr.P eneung A. C
hoeng
Kr. Rak u m
A. Nang ut
A. Babuloh
Kr. Dor oy
A. Ba ttelie nteng
A. Blangg arut
A. G
alau
ybru
A . Lem
jot
A. Blue et
A . Pin
eun g
A. Jen
Kr. Ta teuk
A. T eung ah
A. Lam kabeu
A . B a de uk A. Teungkoee
A. Jeu mpu ng Kr.K leupa ng Kr.E mper
k aer
u K
r. K eumu
reu
K
r.B
ru
ek
A. Blang K awee
Kr. Aceh
Kr. Geunteut
A. Bineh
A. Pat ah
A. Bleeng
Kr. Paipoh Kr. P
aro Kr. R
aba
A. M euta
la
A. Ieti joh
Kr. B uy K r.T eung kulam out
Kr. Lhobaagoe
A
. U
teu
n gpin
eu
n g
A. Neu san A. T
anjun g
A. Lhang
A. Lho A. Site
ung
A. Payadua
A. Seun eura
A. C apu eng
Kr. Lamka reung
A. Kra ko
Kr. Ba
lee
A. M atec
aqe A. L
h ojaku K
r. A san
A. Meule usong
A . U t e unm anla lah Kr.Ram
bang cicie
n
Kr.Reudeung
Kr. Seudu
A. Lhoong
A. Pu
co
Kr. R itieng
A
. S
eu
bin
Kr. Blang Basa h
Kr. Bato kan
A . Ute un R
a
nub
Kr. Gant angpirak
A. Jeuratma sigada
Kr. P ageu
ng
K
r. L
u en gate
Kr. Lamili
K
r. S
eu
li
m
pa
A. Keumeure Kr. L
ampo hjok
Kr. Toea nmira
h A. Mengap
A . Lim ut
K r. Sa b ana
Kr. Mo
n Ieng
A. Paw on g iat
Kr. Guh a
A. Bu bur
A. Raya A.
Ch oe ng
Kr . Inon
g
Kr. Inong
Kr. Kal a
Kr. Inong A. Bitha k A. S eum
irah P. WEH P.TENON P. NASI P. RUSA Lambaro P.KELAPA P. BUNTA Melingge Leuenbale Lhokkruet Lampuyang PULAU BEUEH SA M UD ER A IND O NE S IA JANTHO
Kec. Ko ta Jan tho Kec. Seulimeum
Kec. Kuta Co t Glie
Kec. Lembah Seula wah Kec. Indrapuri
Kec. Leupung
Kec. Lhoong
Kec. M esjid Ra ya
Kec. Lhoknga
Kec. Montasik Kec. Ku ta Ba ro Kec. Pulo Aceh
Kec. Sukamak mur
Kec. Darussalam
Kec. Blang B intang Kec. Peuka n Bada
Kec. I ngin Jaya
Kec. Simpa ng Tiga Kec. Darul Ima rah
Kec. Darul Kamal
Kec. Kuta M alaka Kec. Ba itussa lam
Kec. Kruen g Ba rona Ja ya
Jalan m enuj
u Kab . Pidie
Ja lan m enuj
u Ka b. A ceh J
aya
Jala n m
enu j u G
oa Tuj o h 5� 15 ' 5� 15 ' 5� 30 ' 5� 30 ' 5� 45 ' 5� 45 ' 95�15' 95�15' 95�30' 95�30' 95�45' 95�45' % U Andesit #Basal $ T Lempung & Sirtu ( Batugamping % U Batugamping Phospat Kalsit x z Tra % U Serpentinit Magnesit
Garis batas Kecamatan Sungai
Jalan
Lokasi pengambilan conto
%
[ Ibukota Provinsi Sumatera
AB01 Kode conto
#
Y Kota Kabupaten
Garis batas kabupaten KETERANGAN % U Peta Indeks % [ # Y # Y # Y # Y # Y # Y SIGLI BIREUN CALANG SABANG JANTHO LAMPAHAN
SAMU D ER A I NDO N ESIA BANDA ACEH 5� 5� 6� 6� 95� 95� 96� 96�
0 30 60 90 Km
N
Gambar 1 : Peta Lokasi Bahan Galian Non Logam Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
(14)
# Y & V & V % U % U % U $
T$T
# S $ T $ T % U % U & V & V &
V $T&V
& V # S # S % U SIGLI SELA
T MALAKA
PD01 PD02 PD04 PD05 PD06 PD07 PD08 PD09 PD10 PD11 PD13 PD14 PD15PD16
PD17 PD18PD19
PD20 PD21PD22 PD23 Kec. Mane Kec. Tangse Kec. Geumpang Kec. Mua ra Tiga
Kec. Batee
Kec. Padang Tiji
Kec. Glumpang Tiga Kec. Sakti
Kec. Mila
Kec. Titeue / Kemala
Kec. Tiro / Tr useb Kec. Sigli
Kec. Delima
Kec. Pidie Kec. Simpang Tig a
Kec. Mutiara Tim ur Kec. Kembang Ta njung
Kec. Glumpang Ba ro Kec. Indrajaya
Kec. Mutiara Kec. Peukan Baro Kec. Grong-grong
Ds. PakuDs. Tunon g
0
Kr.Tiro
Kr. Ba ro Kr.U
tue Kr. Batee
Kr. Tangse K r. Kale K r. B ih eu
A. Ile
Kr. Term peue
Kr. Me ukie
A . G lang gang Kr. B engga Kr. Rakum Kr. Rajui
Kr. Kawa
A
. Peu
de
u k
A. Ban jah Kr. Hampa
A . T an gg eu n
A. C ut Lem
A. Bat
e
M erah
Kr. Rukon
Kr. Mate reung
Kr
. Pan teun Kr. Rukam
Kr. Lhok Keutapang A. Meu
rante
Kr. Be uton
g
Kr. Baro
0
0 Kr. Bar
o 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kab. ACEH BESAR
Kab. PIDIE
Kab. ACEH JAYA
Kab. ACEH TENGAH
Kab. ACEH BARAT
Kab. BIREUEN Kab. PIDIE JAYA
4� 45 ' 4� 45 ' 5� 00 ' 5� 00 ' 5� 15 ' 5� 15 ' 5� 30 ' 5� 30 ' 95�45' 95�45' 96�00' 96�00' 96�15' 96�15'
Garis batas kabupaten
KETERANGAN Kota Kabupaten # Y Kode conto PD01
Lokasi pengambilan conto Jalan
Sungai
Garis batas Kecamatan % U % U Andesit # S Batugamping # S Diorit $ T Lempung % U Serpentinit & V Sirtu
0 10 20 Km
N % [ # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y Kabupaten Pidie Banda Aceh
SELAT MAL AKA SIGLI
BIREUN
CALANG SA BAN G
JAN THO
MEULABOH
TAKENGO N LAMPAHAN
LHOKSEUMA WE
SU KA M AKMUR BLA NGKEJEREN
SA
MUD E
RA IN
DONE SIA 4� 4� 5� 5� 6� 6� 95� 95� 96� 96� 97� 97�
Gambar 2 : Peta Lokasi Bahan Galian Non Logam Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
(1)
sudah ditambang untuk bahan baku pembuatan pupuk.
Serpentinit
Mineral serpentinit terbentuk dari batuan beku yang sangat basa. Batuan Serpentinit di daerah ini ttermasuk dalam Komplek Indrapuri. Serpentinit terdapat di daerah Indrapuri. Total sumber daya hipotetik dari 3 lokasi mencapai 54.000.000 ton. Dari hasil analisa kimia di daerah ini mengandung (AB 26) SiO2 = 23,52%; Al2O3 = 0,99%;
Fe2O3 = 4.99%; CaO = 13,92%; MgO =
27,57%. Di daerah ini batuan
serpentinit sudah ditambang
bersamaan dengan magnesit untuk pembuatan pupuk.
Sirtu
Sirtu menempati aliran sungai aktif pada Endapan Aluvial, endapan pantai dan perbukitan pada endapan undak. Total sumberdaya hipotetik dari 6 lokasi mencapai 14.219.000 ton. Sampai saat ini penggunaan sirtu terbatas sebagai bahan bangunan terutama untuk campuran beton
Tras
Tras adalah bahan hasil pelapukan batuan gunungapi berupa tufa batuapung berbutir halus sampai derajat tertentu. Tras di daerah ini berupa tufa dari Batuan Gunungapi Lam Teuba Tras terdapat di daerah
Mesjid Raya. Total sumberdaya hipotetik dari 3 lokasi yang terhitung mencapai 166.500.000 ton. Dari hasil analisa kimia di Kecamatan Mesjid Raya mengandung SiO2 = 49.38 –
61,19%; Al2O3 = 10,77 – 16.53%; Fe2O3 = 4,23 – 4.63%; CaO = 3.36 – 12,11%; MgO = 1.54 – 2,86%; Na2O =
0,83 – 2,73%; K2O = 1,25.
Potensi Bahan Galian di Kabupaten Pidie
Terdapat 23 lokasi bahan galian non logam berupa: andesit, batugamping, batu mulia nephrit, diorit, lempung, magnesit, serpentinit, dan sirtu.
Andesit
Andesit yang terdapat di daerah penyelidikan berupa andesit piroksen menunjukkan tekstur porfiritik, intersertal dan pilotaxitik, berbutir halus hingga berukuran 2 mm, bentuk butir anhedral – subhedral, disusun oleh fenokris piroksen dan plagioklas didalam masa dasar mikrolit plagioklas, opak dan karbonat. Tampak plagioklas dan piroksen terubah kuat ke Karbonat-klorit-aktinolit.. Termasuk dalam batuan gunungapi dari Batuan Gunungapi Lam Teuba berumur Kuarter. Di lokasi Desa Tuha Biheue penyebarannya hanya
bersifat bongkahan-bongkahan,
sumberdaya nya sedikit. Di daerah Desa Turue Cut, Kecamatan Mane mempunyai sumberdaya hipotetik
(2)
sebesar 112.000 ton, dan diusahakan oleh masyarakat setempat sebagai bahan bangunan.
Batugamping
Batugamping di daerah ini dijumpai berupa batugamping terumbu,
berwarna abu-abu sebagian
kecoklatan, termasuk dalam satuan batugamping Lam Kabue. Terdapat di daerah Goa Tujoh termasuk dalam batugamping pospatan, masuk dalam satuan batugamping Lam Kabue. Total sumberdaya hipotetik dari 2 lokasi mencapai 53.000.000 ton. Hasil analisa SiO2 = 0,66 - 29,82%; Al2O3 = 0,26
-13.28%; Fe2O3 = 0,11 - 6.6%; CaO =
51,74 - 53,47%; MgO = 0,32 - 0,9%; P2O5 = 2,88 - 3,55%.; CaCO3 = 92 –
95%. Hasil analisa kimia batugamping di wilayah ini cukup baik memenuhi syarat untuk bahan baku semen, kapur tohor, industri soda, industri karbid dan pertanian.
Diorit
Diorit di daerah ini berupa mikrodiorit porfir hasil, berwarna abu-abu dari batuan beku dalam yang terjadi akibat pembekuan magma di dekat permukaan bumi. Batuan ini menunjukkan tekstur porfiritik, berbutir halus hingga berukuran 4,5 mm, bentuk butir anhedral – subhedral, disusun oleh fenokris plagioklas dan piroksen, di dalam masa dasar plagioklas,
butir-butir halus mineral opak dan piroksen. Diorit di daerah ini, termasuk dalam intrusi Beareung berumur Kapur Akhir hingga Paleosen. Diorit terdapat di daerah Mane. Mempunyai sumberdaya hipotetik mencapai 112.000 ton.
Lempung
Lempung di daerah ini merupakan lempung sedimen dari Anggota Batugamping Lam Kabue dan Formasi Kueh. Lempung terdapat di perbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat. Total sumberdaya hipotetik dari 5 lokasi mencapai 520.650.000 ton. Lempung di Desa Turue Cut hasil analisanya mengandung SiO2 = 53,34 – 60,8%;
Al2O3 = 22,08 – 29,22%; Fe2O3 = 0.98 –
3,26%; CaO = 0.07 – 0,15%; MgO = 0,09 – 5,67%. Untuk conto PD 11 analisa kimia mengandung SiO2 =
59,30%; Al2O3 = 15,16%; Fe2O3 =
9,94%; CaO = 0,21%; MgO = 0,62% dan hasil analisa bakar (PD 11) menunjukkan pori-pori banyak, massa gelas sedikit, tidak terdapat gelembung, belum terbentuk peleburan pada titik suhu 1410° C, homogenitas warna tidak merata, warna setelah dibakar coklat tua. Sampai saat ini lempung di daerah ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan bata.
Magnesit
Magnesit umumnya berasosiasi dengan intrusi batuan ultrabasa dijumpai
(3)
sebagai urat-urat yang mengisi rekahan pada batuan tersebut. Di daerah ini magnesitnya lebih pejal dan terlihat jelas dibanding magnesit di Kabupaten Aceh Besar. Magnesit terdapat pada rekahan batuan serpentinit dengan ketebalan 1 - 30 cm. Total sumber daya hipotetik dari 1 lokasi mencapai 780 ton. Batuan magnesit di Desa Mane mengandung (PD 14B dan PD 14C) SiO2 = 8,96 – 40,16%; Al2O3 = 0,36 –
13,18%; Fe2O3 = 1,65 – 12,70%; CaO =
10,66 – 42,71%; MgO = 9,45 – 13,28%. Dari hasil analisa bakar (AB 14B) dengan jenis uji kesetaraan pancang batuan ini tahan sampai temperatur 1.665° C, sehingga batuan ini dapat digunakan sebagai bahan refraktori.
Serpentinit
Mineral serpentinit terbentuk dari batuan beku yang sangat basa. Batuan Serpentinit di daerah ini Merupakan satuan batuan dalam Serpentinit Tangse, berupa serpentinit pejal, berumur Miosen Akhir hingga Pliosen Awal. terdapat di daerah Mane dan Tangse. Total sumberdaya hipotetik dari 6 lokasi diperkirakan mencapai 951.750.000 ton. Dari Hasil analisa petrografi di lokasi PD 04 menunjukkan Komposisi (% volume) : Serpentin (60), Tremolit-aktinolit (30), Opak (10). Tremolit-aktinolit merupakan penyusun batu mulia nephrit. Hasil analisa kimia untuk daerah Kecamatan Tangse (PD
04, PD 05, PD 06) SiO2 = 38,62 –
42,91%; Al2O3 = 4,85 – 11,77%; Fe2O3
= 3.63 – 17,01%; CaO = 0.11 – 22,92%; Mg O = 8,68 – 34,76%. Untuk daerah Kecamatan Mane (PD 13, PD 14A) mengandung SiO2 = 42,03 –
44,27%; Al2O3 = 1,87 – 2,16%; Fe2O3 =
6,59 – 7,79%; CaO = 0.27 – 0,16%; MgO = 34,15 – 34,52%. Daerah ini belum diusahakan, berdasarkan hasil analisa kimia yang menunjukkan MgO tinggi mencapai 34,76% maka penggunaannya kemungkinan dapat dipakai untuk perangkap gas CO2.
Sirtu
Sirtu di wilayah ini ada dua jenis dilihat dari keterdapatannya yaitu sirtu berupa endapan aluvial dan sirtu berupa pasir gunungapi. Sirtu dari endapan aluvial terjadi karena akumulasi pasir dan batuan yang terendapkan di sungai aktif dan daerah-daerah relatif rendah atau lembah. Sedangkan sirtu dari pasir gunungapi merupakan bahan-bahan lepas berukuran pasir dari letusan gunungapi. Pasir ini termasuk dalam Formasi Seulimeum yang terdiri dari batupasir gampingan, tufaan dan konglomerat, berumur Kuarter. Sirtu terdapat di aliran sungai aktif pada endapan alluvial di derah Tangse, Batee, dan Titeu Keumala. Total sumberdaya dari 6 lokasi mencapai 12.780.000 ton, sedangkan sirtu pada
(4)
pasir gunungapi sumberdaya hipotetik mencapai 24.000.000 ton
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil inventarisasi dan evaluasi di lapangan serta analisa laboratorium, di Kabupaten Aceh Besar terdapat 28 lokasi dan 9 macam bahan galian non logam berupa: andesit, batugamping, marmer, lempung, fosfat, tras, serpentinit, magnesit, dan sirtu. Sedangkan untuk Kabupaten Pidie terdapat 23 lokasi dan 8 bahan galian non logam berupa: andesit, batugamping, batu mulia nephrit, diorit, lempung, magnesit, serpentinit, dan sirtu.
Melihat potensi yang ada, bahan galian non logam yang perlu dikembangkan lebih lanjut untuk di Kabupaten Aceh Besar berupa batugamping, phospat, tras, serpentinit dan magnesit. Sedangkan untuk Kabupaten Pidie berupa batugamping, batu mulia nephrit, magnesit, dan serpentinit.
DAFTAR PUSTAKA
1. A. Sanusi Halim dan Akhmad Kusnardi, Inventarisasi Bahan Galian Industri di Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Aceh, 1985, kerja sama antara Pupuk Iskandar Muda dengan Direktorat Sumber Daya Mineral
2. Bappeda Kabupaten Pidie 2007, Perencanaan Bidang Sumber Daya Alam dan Sumber daya Lingkungan Tahun 2007;
3. Dahlin, D.C., O’Connor, W.K., Nilsen, D.N., Rush, G.E., Walters, R.P., And Turner, P.C., (2000), “A Method for Permanent CO2 Sequestration:
Supercritical CO2 Mineral
Carbonation.” Proceedings of the 17Annual International Pittsburgh Coal Conference, Pittsburgh, PA, September 11-15, 14 pp.
4. Lefond, 1975, Industrial Mineral and Rock, 4th edition, USA.;
5. Bayu Sayekti, dkk, 2008, “Prospeksi Endapan Fosfat Di Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat”;
6. Muchtar Aziz, 2008,
“Pemanfaatan Mineral Industri di Sektor Pertanian dan Energi”, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.
7. Supriatna Suhala dkk., 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral;
(5)
% [ # Y & $ T $ T ( X ( X ( X # % U& ( X % U % U % U ( X ( X % U ( X%U
% U & x z x z x z % U&%U
% U AB01 AB02 AB03 AB04 AB05 AB06 AB08 AB09AB10 AB11 AB12 AB13 AB15 AB16 AB17 AB18 AB19 AB20 AB21 AB22 AB23 AB24 AB25 AB26 AB27 AB28 AB14 250 Kab. PIDIE
Kab. ACEH JAYA Kota BANDA
ACEH
56
Kr. Inong
Kr. Montala Kr. Ra
ya
Kr.Jreu
Kr . A gam Kr.L
ebue e
Kr. Jreu
K r. Kla Kr. G
eupu
A. Bieun g Kr.Ang
an
A. Dua A. Bith
ak
A. Ei Kr. Kala
Kr. Te ngku
Kr. L
am
p an a h K r. I m a s in
Kr. M euta
la
Kr. Sik uleh Kr.Lebok
A. Blang ola
A
. Lam
ba
ro
A.Cu t A. T
uba
A. K euliling
Kr.Khea
Kr. Lho
ong
Kr.
Raj
ui
A. Lho k II
A. Ma heng
Kr. Li ngka
Kr. Pa nca
Kr. Pundeng
Kr. Aneu
A. Raya II
Kr.Heu neung
A. Bubur
A. Bl ah K r. L eung ah A. R aya K r. T an jo ng
A. Sala
Kr.Uten j o
Kr. L
inteu n
g
Kr. Lamkarueng
A. B
atee
K r.Bla ngu lam
A. Ayuen A. U
teuentu e
A. B ineng
le
A. R ayeu n
K
a
n al
B an ji r A . J em du na
A. Seu mirah
Kr. K ale
A. Batrieng
A. Babanm
ieu Geun
drang
A. Jawi A. Pincung
A. Kual alabu
ng
A . M
u
nte
u
Kr. Inem
A. Bal op
A. M ateg ajah K
r. Pa geue ng
Kr.P eneung A. C
hoeng
Kr. Rak u
m
A. Nang ut A. Babuloh
Kr. Dor oy
A. Ba ttelie nteng
A. Blangg arut
A. G
alau
ybru
A . Lem
jot
A. Blue et
A . Pin
eun g
A. Jen
Kr. Ta teuk
A. T eung ah
A. Lam kabeu
A . B a de uk A. Teungkoee
A. Jeu mpu ng Kr.K leupa ng Kr.E mper
k aer
u K
r. K eumu
reu
K
r.B
ru
ek
A. Blang K awee Kr. Aceh
Kr. Geunteut
A. Bineh
A. Pat ah
A. Bleeng
Kr. Paipoh Kr. P
aro Kr. R
aba
A. M
euta
la
A. Ieti joh
Kr. B uy K r.T eung kulam out
Kr. Lhobaagoe
A
. U
teu
n gpin
eu
n g
A. Neu
san
A. T anjun
g
A. Lhang
A. Lho
A. Site ung
A. Payadua
A. Seun eura
A. C apu eng
Kr. Lamka reung
A. Kra ko
Kr. Ba
lee
A. M atec
aqe A. L
h ojaku K
r. A san
A. Meule
usong
A . U t e unm anla lah
Kr.Ram bang
cicie n
Kr.Reudeung
Kr. Seudu
A. Lhoong A. Pu
co
Kr. R itieng
A
. S
eu
bin
Kr. Blang Basa h
Kr. Bato kan
A . Ute un R
a
nub
Kr. Gant angpirak
A. Jeuratma sigada
Kr. P
ageu
ng
K
r. L
u en gate
Kr. Lamili
K
r. S
eu
li
m
pa
A. Keumeure Kr. L
ampo
hjok
Kr. Toea nmira
h A. Mengap
A . Lim ut
K r. Sa b ana
Kr. Mo
n Ieng
A. Paw on g iat
Kr. Guh a
A. Bu bur
A. Raya A.
Ch oe ng
Kr . Inon
g
Kr. Inong
Kr. Kal a
Kr. Inong A. Bitha k A. S eum
irah P. WEH P.TENON P. NASI P. RUSA Lambaro P.KELAPA P. BUNTA Melingge Leuenbale Lhokkruet Lampuyang PULAU BEUEH SA M UD ER A IND O NE S IA JANTHO
Kec. Ko ta Jan tho Kec. Seulimeum
Kec. Kuta Co t Glie
Kec. Lembah Seula wah Kec. Indrapuri
Kec. Leupung
Kec. Lhoong
Kec. M esjid Ra ya
Kec. Lhoknga
Kec. Montasik Kec. Ku ta Ba ro Kec. Pulo Aceh
Kec. Sukamak mur
Kec. Darussalam
Kec. Blang B intang Kec. Peuka n Bada
Kec. I ngin Jaya
Kec. Simpa ng Tiga Kec. Darul Ima rah
Kec. Darul Kamal
Kec. Kuta M alaka Kec. Ba itussa lam
Kec. Kruen g Ba rona Ja ya
Jalan m enuj
u Kab . Pidie
Ja lan m enuj
u Ka b. A ceh J
aya
Jala n m
enu j u G
oa Tuj o h 5� 15 ' 5� 15 ' 5� 30 ' 5� 30 ' 5� 45 ' 5� 45 ' 95�15' 95�15' 95�30' 95�30' 95�45' 95�45' % U Andesit #Basal $ T Lempung & Sirtu ( Batugamping % U Batugamping Phospat Kalsit x z Tra % U Serpentinit Magnesit
Garis batas Kecamatan Sungai
Jalan
Lokasi pengambilan conto
%
[ Ibukota Provinsi Sumatera
AB01 Kode conto
#
Y Kota Kabupaten
Garis batas kabupaten KETERANGAN % U Peta Indeks % [ # Y # Y # Y # Y # Y # Y SIGLI BIREUN CALANG SABANG JANTHO LAMPAHAN
SAMU D ER A I NDO N ESIA BANDA ACEH 5� 5� 6� 6� 95� 95� 96� 96�
0 30 60 90 Km
N
Gambar 1 : Peta Lokasi Bahan Galian Non Logam Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
(6)
# Y
& V
& V % U % U
% U
$
T$T
# S $ T $ T %
U % U &
V & V &
V $T&V
& V
#
S
#
S %
U
SIGLI
SELA
T MALAKA
PD01
PD02 PD04
PD05 PD06
PD07 PD08
PD09
PD10 PD11 PD13
PD14
PD15PD16
PD17 PD18PD19
PD20
PD21PD22
PD23
Kec. Mane Kec. Tangse
Kec. Geumpang Kec. Mua ra Tiga
Kec. Batee
Kec. Padang Tiji
Kec. Glumpang Tiga Kec. Sakti
Kec. Mila
Kec. Titeue / Kemala
Kec. Tiro / Tr useb Kec. Sigli
Kec. Delima
Kec. Pidie Kec. Simpang Tig a
Kec. Mutiara Tim ur Kec. Kembang Ta njung
Kec. Glumpang Ba ro Kec. Indrajaya
Kec. Mutiara Kec. Peukan Baro Kec. Grong-grong
Ds. PakuDs. Tunon g
0
Kr.Tiro Kr. Ba
ro Kr.U
tue Kr. Batee
Kr. Tangse K
r.
Kale
K
r. B
ih
eu
A. Ile Kr. Term
peue
Kr. Me ukie A . G
lang gang
Kr. B engga Kr. Rakum
Kr. Rajui
Kr. Kawa
A
. Peu
de
u k
A. Ban jah
Kr. Hampa
A
. T
an
gg
eu
n
A. C ut Lem
A. Bat
e
M erah
Kr. Rukon
Kr. Mate reung
Kr
. Pan teun Kr. Rukam
Kr. Lhok Keutapang A. Meu
rante
Kr. Be uton
g
Kr. Baro
0
0 Kr. Bar
o
0
0
0 0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0
0
0 0
0 Kab. ACEH BESAR
Kab. PIDIE
Kab. ACEH JAYA
Kab. ACEH TENGAH
Kab. ACEH BARAT
Kab. BIREUEN Kab. PIDIE JAYA
4�
45
' 4�
45
'
5�
00
' 5�
00
'
5�
15
' 5�
15
'
5�
30
' 5�
30
'
95�45'
95�45'
96�00'
96�00'
96�15'
96�15'
Garis batas kabupaten
KETERANGAN
Kota Kabupaten #
Y
Kode conto
PD01
Lokasi pengambilan conto Jalan
Sungai
Garis batas Kecamatan %
U
%
U Andesit
#
S Batugamping
#
S Diorit
$
T Lempung
%
U Serpentinit
&
V Sirtu
0 10 20 Km
N
%
[
#
Y
#
Y
#
Y
#
Y
#
Y
#
Y
#
Y
#
Y
#
Y
#
Y
#
Y
#
Y
Kabupaten Pidie Banda Aceh
SELAT MAL
AKA SIGLI
BIREUN
CALANG SA BAN G
JAN THO
MEULABOH
TAKENGO N LAMPAHAN
LHOKSEUMA WE
SU KA M AKMUR BLA NGKEJEREN
SA MUD E
RA IN DONE
SIA
4� 4�
5� 5�
6� 6�
95� 95�
96� 96�
97� 97�
Gambar 2 : Peta Lokasi Bahan Galian Non Logam Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam