18510 22558 1 PB

MATHEdunesa

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No.5 Tahun 2016

ISSN : 2301-9085

PEMBERIAN SCAFFOLDING BERDASARKAN KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL
YANG BERKAITAN DENGAN PERSEGI DAN PERSEGIPANJANG DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MATEMATIKA
Azizah Qurrotul Ummah
PendidikanMatematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : azizahummah@mhs.unesa.ac.id
Rini Setianingsih
PendidikanMatematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : riniswidodo@gmail.com
Abstrak
Pelajaran matematika memegang peranan sangat penting dalam dunia pendidikan.
Salah satu materi matematika yang dipelajari siswa SMP adalah materi segiempat, di
antaranya persegi dan persegipanjang. Berdasarkan wawancara dengan guru mitra, siswa
kelas VII MTsN Kembangsawit masih melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal terkait
persegi dan persegipanjang. Oleh karena itu, guru dapat menelusuri jenis kesalahan siswa dan
memilih strategi yang tepat untuk mengatasi kesalahan tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Subjek

penelitian sebanyak dua
siswa yang mempunyai kemampuan matematika rendah.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes tulis dan wawancara. Data yang
dihasilkan berupa deskripsi jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan persegi dan persegipanjang sebelum diberikan scaffolding, bentuk scaffolding yang
diberikan berdasarkan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
persegi dan persegipanjang, serta kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang
berkaitan dengan persegi dan persegipanjang setelah diberikan scaffolding. Pemberian
scaffolding dalam penelitian ini mengacu pada scaffolding yang dikemukakan oleh Anghileri
(2006).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan
soal yang berkaitan dengan persegi dan persegipanjang, terdiri atas: (1) kesalahan konsep; (2)
kesalahan prinsip; (3) kesalahan operasi; dan (4) kesalahan lainnya. Bentuk scaffolding yang
diberikan berdasarkan kesalahan tersebut di antaranya: (1) meminta siswa untuk lebih teliti
membaca lagi soalnya (reviewing); (2) melakukan tanya jawab untuk mengarahkan siswa ke
situasi terkait (restructuring); (3) menjelaskan suatu konsep (explaining); dan (4)
mengubungkan materi yang telah dipelajari dengan soal yang diberikan (developing
conceptual thinking). Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
persegi dan persegipanjang setelah diberikan scaffolding yaitu siswa mampu menyelesaikan
soal dengan benar, walaupun dalam penulisan yang diketahui dan ditanyakan dalam soal

kurang lengkap.
Kata Kunci: scaffolding, kesalahan siswa, persegi dan persegipanjang
Abstract
Mathematics plays an important role in education. One of mathematics materials
learned by junior high school students is quadrilateral including square and rectangle. Based
on interviews with mathematics teachers, students of class VII MTsN Kembangsawit still make
mistakes in solving problems related to the square and rectangle. Therefore, teachers can trace
types of students’ mistakes, and then choose the right strategy to resolve the mistakes.
The approach used in this research is qualitative approach. As the subjects of the study
are two students with lower mathematics ability. Data generated in the form of a description of
the type of errors students in solving problems related to the square and rectangle before
given scaffolding, the form of scaffolding given based on students’ mistake in solving problems
related to square and rectangle, as well as students’ ability to solve problems related to

Volume 3 No. 5 Tahun

2016

square and rectangle after being given the scaffolding. The provision of scaffolding in this
research refers to the scaffolding proposed by Anghileri (2006).

The results of this study indicate that the types of students’ mistakes in solving
problems related to square and rectangle, consisting of: (1) the misconception; (2) principle
mistakes; (3) operation mistakes; and (4) other forms of mistakes. The forms of scaffolding
given based on these mistakes include: (1) ask the students to more thoroughly re-read the
question or the problem (reviewing); (2) conduct a question and answer to direct students to
the relevant circumstances (restructuring); (3) describes a concept (explaining); and (4)
connect the material that has been studied by a given problem (developing conceptual
thinking). Moreover, after given scaffolding, students are able to solve problems correctly,
although in writing the given and the asked in a problem is not complete..
Keywords: scaffolding, students' mistakes, square and rectangle.

PENDAHULUAN

44

Volume 3 No.5 Tahun

2016
Pendidikan memiliki peranan penting
dalam mencetak generasi penerus bangsa

yang berkualitas
Peran pendidikan sangat penting untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas
sebagai
penentu
arah
keberhasilan suatu negara. Pendidikan harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk
menciptakan sumber daya manusia yang
berkompetensi dalam pekembangan ilmu
pengetahuan. Di sekolah, ilmu pengetahuan
dipilah menjadi beberapa kelompok yang
disebut mata pelajaran.Salah satu mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah
matematika.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar
isi telah disebutkan bahwa “mata pelajaran
Matematika perlu diberikan pada semua

siswa mulai dari Sekolah Dasar untuk
membekali
siswa
dengan
kemampuan
Matematika”.Berdasarkan peraturan Menteri
Pendidikan
Nasional
tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa matematika memegang
peranan sangat penting dalam dunia
pendidikan. Salah satu materi pelajaran
matematika yang dipelajari
siswa, yaitu
geometri.. Salah satu materi geometri yang
diajarkan di SMP adalah materi segiempat,
yaitu persegi dan persegipanjang.
Kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa banyak siswa SMP yang melakukan

kesalahan dalam menyelesaikan soal yang
berkaitan
dengan
persegi
dan
persegipanjang. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh penelitian
yang dilakukan oleh Kurniati (2007) di SMPN 2
Puger menunjukkan bahwa siswa melakukan
kesalahan dalam memahami sifat-sifat dari
persegi dan persegipanjang yang ditinjau dari
sisi dan diagonalnya, kesalahan memahami
materi
keliling
dari
persegi
dan
persegipanjang, kesalahan memahami materi
luas dari persegi dan persegipanjang.
Berdasarkan

temuan
di
atas,
dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan
soal geometri, khususnya persegi dan
persegipanjang.
Guru dapat menelusuri jenis kesalahan
siswa dan memilih strategi yang tepat untuk
mengatasi
kesalahan
tersebut.
Banyak

strategi yang dapat digunakan salah satunya
menggunakan
scaffolding.
Strategi
scaffolding

hanya
membantu
siswa
menuntaskan tugas yang pada awalnya tidak
mampu siswa peroleh secara mandiri. Ketika
siswa
sudah
mampu
melakukan
tanggungjawab terhadap tugas-tugasnya,
maka bantuan akan dilepaskan agar siswa
mampu bekerja secara mandiri. Bantuan
tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan,
dorongan, menguraikan masalah ke dalam
langkah-langkah
pemecahan
masalah,
memberikan contoh, dan tindakan-tindakan
lain yang memungkinkan siswa mampu
menyelesaikan tugasnya secara mandiri.

Strategi ini digunakan untuk mengajarkan
materi yang dianggap sulit bagi siswa.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Anghileri (2006) yaitu praktik
scaffolding
untuk
meningkatkan
pembelajaran matematika. Dalam penelitian
yang dilakukan Anghileri bahwa scaffolding
digunakan dalam pembelajaran matematika
untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
memecahkan masalah. Anghileri (2006:39)
mengusulkan tiga hierarki dari penggunaan
scaffolding yang merupakan dukungan dalam
pembelajaran matematika di antaranya (1)
level 1 environmental provisions, (2) level 2
explaining, reviewing, and restructuring, dan
(3) level 3 developing conceptual thinking.
Pemberian scaffolding dalam penelitian
ini berdasarkan level-level scaffolding yang

dikemukakan oleh Anghileri yaitu explaining,
reviewing, restructuring, and developing
conceptual thinking. Hal itu dikarenakan
penelitian ini dilakukan di luar kelas sehingga
menggunakan level 2 dan level 3. Sedangkan
level 1 tidak digunakan dalam penelitian ini
dikarenakan
lebih
berorientasi
pada
pembelajaran di kelas. Peneliti membuat
pedoman scaffolding dengan acuan levellevel scaffolding yang dikemukakan oleh
Anghileri dan disesuaikan dengan indikator
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
terkait persegi dan persegipanjang. Hal
tersebut dilakukan supaya bantuan yang
diberikan sesuai untuk mengatasi kesalahan
tersebut.
Berdasarkan
uraian

yang
telah
dikemukakan di atas, peneliti melakukan
penelitian
yang
berjudul
“Pemberian
45

Volume 3 No.5 Tahun

2016
Scaffolding Berdasarkan Kesalahan Siswa
dalam Menyelesaikan Soal yang Berkaitan
dengan Persegi dan Persegipanjang Ditinjau
dari Kemampuan Matematika”.
Tujuan
penelitian
ini
yaitu
untuk
mendeskripsikan kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
persegi dan persegipanjang, pemberian
scaffolding berdasarkan kesalahan siswa
dalam menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan persegi dan persegipanjang dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
yang
berkaitan
dengan
persegi
dan
persegipanjang setelah diberikan scaffolding.

dikemukakan oleh Anghileri (2006) sehingga
mempermudah
memberikan
bentuk
scaffolding yang tepat pada masing-masing
subjek penelitian agar memperoleh hasil
yang diharapkan.
Untuk memperoleh data yang diperlukan
dalam penelitian ini, maka digunakan
beberapa teknik pengumpulan data sebagai
berikut. Tes tulis dan tes wawancara tak
terstruktur. Tes tulis yang meliputi tes
kemampuan matematika, tes diagnostik, dan
tes hasil belajar. Tes kemampuan matematika
digunakan untuk memilih subjek penelitian,
tes ini dikerjakan oleh masing-masing siswa
pada kelas penelitian dan siswa diminta
mengerjakan secara individu.Tes diagnostik
diberikan kepada dua subjek penelitian untuk
mengetahui
kesalahan
siswa
dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
persegi dan persegipanjang, tes diagnostik
diberikan kepada dua subjek penelitian untuk
mendeskripsikan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
persegi dan persegipanjang setelah diberikan
scaffolding, dan wawancara berlangsung
ketika peneliti memberikan scaffolding pada
masing-masing subjek penelitian dan setelah
subjek penelitian mengerjakan tes diagnostik
dan tes hasil belajar.
Untuk menganalisis data yang dimiliki,
digunakan beberapa teknik analisis data
sebagai berikut.
1. Data Hasil Tes Tulis
a. Tes Kemampuan Matematika
Data
hasil
tes
kemampuan
matematika
dianalisis
dengan
mencocokkan jawaban siswa dengan
kunci jawaban yang telah dibuat oleh
peneliti. Selanjutnya mengelompokkan
nilai-nilai yang diperoleh siswa ke
dalam
kriteria
kemampuan
matematika
tinggi,
sedang,
dan
rendah. Dari hasil pengelompokkan
tersebut dipilih subjek penelitian yaitu
dua
siswa
yang
mempunyai
kemampuan matematika rendah.
b. Tes Diagnostik
Data hasil tes diagnostik yang
dikerjakan
digunakan
untuk
mengetahui jenis kesalahan siswa
dalam
menyelesaikan
soal
yang
berkaitan
dengan
persegi
dan

METODE
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
pada penelitian ini, peneliti menggunakan
data
kualitatif
yang
bertujuan
untuk
mendeskripsikan kesalahan siswa yang
mempunyai kemampuan matematika rendah
dalam menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan persegi dan persegipanjang sebelum
diberikan
scaffolding,
mendeskripsikan
bentuk
scaffolding
yang
diberikan
berdasarkan
kesalahan
siswa
yang
mempunyai kemampuan matematika rendah
dalam menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan persegi dan persegipanjang, serta
mendeskripsikan kemampuan siswa yang
mempunyai kemampuan matematika rendah
dalam menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan persegi dan persegipanjang setelah
diberikan scaffolding.
Instrumen dalam penelitian ini yaitu tes
kemampuan matematika yang digunakan
untuk memilih subjek penelitian , tes
diagnostik berbentuk soal uraian untuk
mempermudah
peneliti
mendeskripsikan
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
yang
berkaitan
dengan
persegi
dan
persegipanjang sebelum dibeikan scaffolding,
tes hasil belajar juga berbentuk soal uraian
untuk mendeskripsikan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan persegi dan persegipanjang setelah
diberikan
scaffolding,
dan
pedoman
scaffolding yang disusun oleh peneliti yang
mengacu pada teori scaffolding yang
46

Volume 3 No.5 Tahun

2016
persegipanjang. Kemudian peneliti
memberikan scaffolding berasarkan
kesalahan
masing-masing
subjek
penelitian. Data ini dianalisis secara
kualitatif mengacu pada indikator jenis
kesalahan dan alternatif jawaban tes
diagnostik dengan scaffolding yang
telah dibuat oleh peneliti.
Peneliti menggunakan triangulasi
metode untuk keabsahan data tes
diagnostik. Dalam hal ini metode yang
digunakan peneliti adalah wawancara
dengan subjek penelitian.
c. Tes Hasil Belajar
Data hasil tes digunakan untuk
mendeskripsikan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal yang
berkaitan
dengan
persegi
dan
persegipanjang setelah diberikan
scaffolding. Data ini juga dianalisis
secara kualitatif mengacu pada
indikator
jenis
kesalahan
dan
alternatif jawaban tes hasil belajar
yang telah dibuat oleh peneliti.
2. Data Hasil Wawancara
Langkah-langkah
yang
digunakan
dalam menganalisis data hasil wawancara
sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi dapat diartikan sebagai
proses
menyeleksi,
menajamkan,
memfokuskan,
menyederhanakan,
mengelompokkan data yang diperoleh.
Data yang diperoleh baik dari hasil tes
maupun
wawancara
direduksi
sedemikian rupa sehingga didapatkan
suatu kesimpulan yang dapat diterima.
Hal
yang
dilakukan
adalah
mendengarkan
berulang
kali
dan
mentranskip hasil wawancara tersebut.
b. Penyajian Data
Kegiatan analisis berikutnya adalah
penyajian data yang diartikan sebagai
sekumpulan informasi yang tersusun
rapi dan terorganisir sehingga mudah
untuk menafsirkan dan memaknainya.
Hal yang dilakukan pada tahap ini,
peneliti
menggambarkan
deskripsi
singkat dari hasil wawancara yang telah
diolah dalam tahap reduksi data.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan
kesimpulan
dilakukan
berdasarkan analisis terhadap data

yang telah dikumpulkan. Penarikan
kesimpulan dalam penelitian ini berupa
deskripsi mengenai kesalahan siswa
dalam
menyelesaikan
soal
yang
berkaitan
dengan
persegi
dan
persesgipanjang sebelum diberikan
scaffolding, bentuk scaffolding yang
diberikan berdasarkan kesalahan siswa
dalam
menyelesaikan
soal
yang
berkaitan
dengan
persegi
dan
persegipanjang dan kemampuan siswa
dalam
menyelesaikan
soal
yang
berkaitan
dengan
persegi
dan
persegipanjang
setelah
diberikan
scaffolding.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tes ini dilaksanakan pada tanggal 29
Mei 2016.
Pemberian tes kemampuan
matematika pada siswa kelas VII A MTsN
Kembangsawit sebanyak 32 siswa. Tes ini
digunakan untuk memilih subjek penelitian
Hasil tes kemampuan matematika tercantum
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Hasil Tes Kemampuan
Matematika

47

No

NAMA

NILAI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

KA
TF
MA
DM
DNZ
ARA
INEF
NK
LR
FH
HRM
SF
NLI
AR
RET
FL
AR
NAK
AK
AYNM
INF
SF
ETY
IFP
PMA

100
100
82
80
80
75
75
73
70
68
68
68
75
62
60
58
57
56
55
52
52
52
45
42
40

KETERA
NGAN
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah

Volume 3 No.5 Tahun

2016
No

NAMA

NILAI

26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.

ARN
SIR
ARM
AS
DCM
ARD
NRH

38
38
37
35
33
32
22

ditanyakan dalam soal. Selain itu, S2 tidak
menuliskan hasil akhir jawaban sesuai
dengan permintaan soal. Dalam hal ini S2
melakukan kesalahan lainnya. Kemudian, S2
melakukan kesalahan konsep karena S2 tidak
memahami tentang konsep luas dan keliling
persegi. Selain itu, S2 melakukan kesalahan
prinsip karena S2 salah dalam menerapkan
materi prasyarat yaitu perbandingan.
Berdasarkan uraian di atas dan
indikator kesalahan yang telah dibuat,
peneliti menyimpulkan jenis kesalahan yang
dilakukan S2 adalah kesalahan konsep,
kesalahan operasi, dan kesalahan lainnya.

KETERA
NGAN
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah

Berdasarkan nilai tes kemampuan
matematika siswa yang tercantum pada Tabel
4.2 tersebut, maka diperoleh dua subjek yang
berkemampuan
matematika
rendah.
Pemilihan subjek didasarkan pada nilai
terendah yang diperoleh siswa dari hasil
pengerjaan tes kemampuan matematika.
Berikut rincian siswa yang dipilih sebagai
subjek penelitian.
Tabel 4.3 Subjek Penelitian
N
O
1

NAM
A
ARD

LABE
L
S1

NILA
I
32

2

NRH

S2

22

Deskripsi Kemampuan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal yang Berkaitan
dengan Persegi dan Persegipanjang
setelah Diberikan Scaffolding
Berdasarkan
jawaban
tes
hasil
belajarpada
nomor
satu,
S1
sudah
menuliskan yang diketahui dan ditanyakan
dalam soal. Namun, S1 melakukan kesalahan
lainnya karena S1 kurang lengkap menuliskan
yang diketahui dalam soal. Selain itu, S1
langsung menuliskan luas sawah × 0,005
tanpa menuliskan secara lengkap maksud ia
menuliskan
seperti
itu
ialah
mencari
banyaknya pupuk yang dibutuhkan petani.
Hal ini dapat terjadi karena S1 terburu-buru
dalam mengerjakan. S1 mengatakan sudah
waktu istirahat sekolah sehingga ia sudah
tidak fokus dalam mengerjakan tes hasil
belajar.
Berdasarkan jawaban tes hasil belajar
padanomor dua, S1 sudah menuliskan yang
diketahui dan ditanyakan dalam soal. Seperti
yang dilakukan S1 ketika mengerjakan tes
hasil belajar pada nomor satu, S1 melakukan
kesalahan lainnya yaitu masih kurang
lengkap dalam menuliskan yang diketahui
dalam soal. Namun, S1 sudah benar dalam
menghitung panjang sisi kebun tersebut dan
mencari kelilingnya. S1 juga sudah benar
dalam menentukan banyaknya pohon yang
ditanam dan menuliskan hasil akhir dengan
lengkap sesuai permintaan soal. Hal ini dapat
terjadi karena ketika mendapat scaffolding
sebelumnya oleh peneliti, S1 memperhatikan
secara seksama sehingga S1 tidak melakukan
kesalahan konsep, prinsip, dan operasi.

KETERANGA
N
Kemampuan
Matematika
Rendah
Kemampuan
Matematika
Rendah

Deskripsi
Kesalahan
Siswa
dalam
Menyelesaikan Soal yang Berkaitan
dengan Persegi dan Persegipanjang
Sebelum Diberikan Scaffoding
S1 tidak menuliskan yang diketahui
maupun yang ditanyakan. Kesalahan ini
termasuk pada jenis kesalahan lainnya.
Selain itu, S1 melakukan kesalahan konsep
karena S1 salah dalm menggunakan konsep
satuan lua an satuan panjang. Kemudian, S1
juga melakukan kesalahan prinsip karena S1
salah menggunakan rumus persegi dan
materi
prasyarat
yaitu
perbandingan.
Selanjutnya,
S1
melakukan
kesalahan
perhitungan yang melibatkan
operasi
perkalian.
Berdasarkan uraian di atas dan
indikator kesalahan yang yang telah dibuat,
peneliti menyimpulkan jenis kesalahan yang
dilakukan S1 pada soal nomor satu adalah
kesalahan
konsep,
kesalahan
prinsip,
kesalahan operasi, dan kesalahan lainnya.
Pada soal nomor satu, S2 hanya
melakukan kesalahan lainnya. S2 tidak
lengkap menuliskan yang diketahui dan
48

Volume 3 No.5 Tahun

2016
Berdasarkan
jawaban
tes
hasil
belajarpada nomor satu, S2 kurang lengkap
menuliskan yang diketahui dalam soal. S2
tidak menuliskan bahwa sawah tersebut
berbentuk persegi sehingga dalam hal ini S2
masih melakukan kesalahan lainnya. S2
beralasan ia terbiasa menuliskan yang
diketahui secara singkat. Selanjutnya, S2
melakukan kesalahan operasi yaitu S2 salah
dalam menggunakan operasi hitung perkalian
yang melibatkan bilangan pecahan. Hal ini
dapat terjadi karena S2 masih bingung
melakukan operasi hitung perkalian yang
melibatkan bilangan pecahan. Pekerjaan S2
belum dianggap benar karena hasil akhirnya
masih salah.
Berdasarkan
jawaban
tes
hasil
belajarpada
nomor
dua,
S2
mampu
menjawab
dengan
benar.
S2
sudah
menuliskan yang diketahui dan ditanyakan
dalam soal, menentukan panjang sisi kebun,
menentukan keliling kebun, menentukan
banyaknya pohon yang ditanam mengelilingi
kebun, dan menuliskan jawaban akhir yang
lengkap sesuai permintaan soal. Dalam hal ini
S2 tidak melakukan kesalahan lainnya,
konsep, prinsip, maupun operasi. Hal ini
dapat terjadi karena S2 memperhatikan
scaffolding yang diberikan oleh peneliti pada
tes diagnostik dan kemiripan soal yang
pernah S2 jumpai sebelumnya.

meliputi konsep keliling persegi, (2)
kesalahan prinsip yang meliputi rumus
keliling persegi dan perbandingan, dan (4)
kesalahan lainnya.
Bentuk
scaffolding
yang
diberikan
berdasarkan
jenis
kesalahan
yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan
soal yang berkaitan dengan persegi dan
persegipanjang
Berdasarkan jenis kesalahan yang
dilakukan S1 terkait dengan kesalahan
konsep keliling persegi, scaffolding yang
diberikan berupa meminta siswa untuk lebih
teliti lagi membaca soal terkait persegi dan
persegipanjang (reviewing), melakukan tanya
jawab untuk mengarahkan siswa pada
pembenaran konsep terkait satuan panjang
dan satuan luas serta keliling persegi dan
persegipanjang (restructuring), memberikan
penjelasan kepada siswa terkait konsep
satuan panjang dan satuan luasserta keliling
persegi dan persegipanjang (explaining).
Selanjutnya
jenis
kesalahan
yang
dilakukan S1 terkait dengan kesalahan prinsip
yang
meliputi
luas
persegi
dan
persegipanjang
serta
perbandingan
,scaffolding
yang
diberikanberupa meminta meminta siswa
mencermati kembali hasil pekerjaannya dan
meminta siswa untuk lebih teliti lagi
membaca kembali soal terkait persegi dan
persegipanjang.(reviewing), melakukan tanya
jawab untuk mengarahkan siswa pada
pembenaran jawaban terkait rumus luas
persegipanjang dan keliling persegi serta
melakukan tanya jawab untuk mengarahkan
siswa pada pembenaran jawaban terkait
materi
perbandingan
(restructuring),
memberikan penjelasan terkait penggunaan
rumus luas persegi dan persegipanjang
(explaining), mengarahkan siswa untuk
menghubungan materi perbandingan dengan
soal yang terkait luas persegipanjang
(developing conceptual thinking).
Sedangkan untuk jenis kesalahan yang
dilakukan S1 terkait kesalahan operasi yang
meliputi operasi perkalian, bentuk akar dan
kuadrat, scaffolding yang diberikan berupa
meminta siswa
untuk lebih teliti dalam
melakukan
operasi
hitung
terkait
perkalian(reviewing) dan menjelaskan kepada

SIMPULAN DAN SARAN
Jenis
kesalahan
siswa
dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan persegi dan persegipanjang
a. Jenis Kesalahan S1
Jenis kesalahan yang dilakukan S1
dalam menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan persegi dan persegipanjang, yang
dominan: (1) kesalahan konsep yang
meliputi konsep keliling persegi, (2)
kesalahan prinsip yang meliputi rumus
luas persegipanjang, luas persegi, dan
perbandingan, (3) kesalahan operasi yang
meliputi operasi perkalian, bentuk akar
dan kuadrat, dan (4) kesalahan lainnya.
b. Jenis Kesalahan S2
Jenis kesalahan yang dilakukan S2
dalam menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan persegi dan persegipanjang, yang
dominan: (1) kesalahan konsep yang
49

Volume 3 No.5 Tahun

2016
siswa mengenai operasi bentuk akar dan
kuadrat (explaining). Untuk jenis kesalahan
yang dilakukan S1 terkait kesalahan lainnya,
scaffolding yang diberikan berupa meminta
siswa untuk membaca kembali soal yang
diberikan dan mengungkapkan informasi apa
saja yang ia dapat (reviewing), dan
melakukan tanya jawab hingga siswa dapat
menemukan kembali semua fakta yang ada
pada soal (restructuring)
Berdasarkan jenis kesalahan yang
dilakukan S2 terkait dengan kesalahan
konsep keliling persegi, scaffolding yang
diberikan berupa meminta siswa untuk lebih
teliti lagi membaca soal terkait persegi dan
persegipanjang (reviewing), melakukan tanya
jawab untuk mengarahkan siswa pada
pembenaran konsep terkait luas dan keliling
persegi (restructuring), dan memberikan
penjelasan kepada siswa terkait konsep luas
dan keliling persegi (explaining). Selanjutnya
untuk jenis kesalahan prinsip yang meliputi
rumus keliling persegi dan perbandingan,
scaffolding yang diberikan berupa meminta
siswa untuk lebih teliti lagi membaca kembali
soal terkait persegi dan persegipanjang
(reviewing), melakukan tanya jawab untuk
mengarahkan
siswa
pada
pembenaran
konsep terkait keliling persegi (restructuring),
dan memberikan penjelasan kepada siswa
terkait konsep luas dan keliling persegi
(explaining).
Sedangkan untuk jenis kesalahan yang
dilakukan S1 terkait kesalahan lainnya,
scaffolding yang diberikan berupa meminta
siswa untuk membaca kembali soal yang
diberikan dan mengungkapkan informasi apa
saja yang ia dapat serta meminta siswa untuk
memperbaiki jawabannya (reviewing),dan
melakukan tanya jawab hingga siswa dapat
menemukan kembali semua fakta yang ada
pada soal (restructuring).

S1 masih melakukan kesalahan lainnya yaitu
tidak lengkap dalam menuliskan yang
diketahui dalam soal. S1 tidak melakukan
kesalahan konsep, prinsip, dan operasi.
Secara keseluruhan S1 mengerjakan tes
dengan hasil akhir yang sudah benar.
Berdasarkan tes hasil belajar, S2 masih
melakukan kesalahan lainnya dan kesalahan
operasi.
Namun,
S2
tidak
melakukan
kesalahan konsep dan kesalahan prinsip.
Hasil akhir yang diperoleh oleh S2 masih
salah karena dalam mengerjakan tes hasil
belajar S2 melakukan kesalahan operasi
dalam perhitungan hasil akhirnya. Namun,
untuk langkah-langkah dalam mengerjakan
tes hasil belajar sudah benar.
Saran
1. Guru sebaiknya memberikan latihan soal
lebih banyak lagi kepada siswa untuk
melatih
kemampuan
siswa
dalam
menyelesaikan soal yang diberikan.
2. Guru sebaiknya lebih memahami jenis
kesalahan dan kemampuan yang dimiliki
siswa sehingga guru dapat memberikan
scaffolding lebih tepat untuk mengatasi
kesalahan tersebut.
3. Kepada peneliti lain yang berminat
melakukan
penelitian
yang
serupa,
hendaknya memilih waktu yang tepat saat
melakukan tes sehingga memperoleh hasil
yang maksimal.
Daftar Pustaka
Anghileri, J. 2006. “Scaffolding Practices that
Enhance Mathematics Learning”. Journal
of Mathematics Teachers Education”. Vol
9: hal 33-52
Astar. 2014. Representasi Eksternal dalam
Pemecahan Masalah Geometri Siswa SMP
Ditinjau dari Kemampuan Matematika.
Tesis. Tidak dipublikasikan. Surabaya:
Pascasarjana UNESA.
Damai, I. Wayan. 2000.
Penelusuran
Kesalahan Jawaban Siswa Kelas 1 SMU
Kristen
Petra
V
Surabaya
dalam
Menyelesaikan Soal Kubus, Balok, dan
Prisma. Tesis. Tidak dipublikasikan.
Surabaya: Pascasarjana UNESA.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan Nasional.

Kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal yang berkaitan dengan persegi dan
persegipanjang
setelah
diberikan
scaffolding
Kemampuan
siswa
dalam
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
persegi dan persegipanjang setelah diberikan
scaffoldingoleh peneliti adalah berbeda-beda
setiap siswa. Berdasarkan tes hasil belajar,
50

Volume 3 No.5 Tahun

2016
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22
Tentang Standar Isi Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Kurniati, Dian. 2007. Analisis Kesalahan Siswa
Kelas VII SMP dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Pokok Bahasan Segitiga di
Kelas 7 SMP Dapena 1 Surabaya. Tesis.
Tidak
dipublikasikan.
Surabaya:
Pascasarjana UNESA

51