Slide AKT 204 Perpajakan 1 4
OLEH:
ARY PRASTONO
WIDJAJA
(2)
Pengertian Pajak
Rochmat SoemitroPajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
P.J.A Adriani
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
(3)
Pengertian Pajak (cont’d)
Pasal 1 Undang-Undang No. 16 Tahun 2009
(UU KUP)
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(4)
Fungsi Pajak
1.
Fungsi
Budgeter
:
mengisi
Kas
Negara/Anggaran
Negara
yang
diperlukan untuk menutup pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan (contoh:
gaji pegawai)
2.
Fungsi Reguler
: sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan
negara dalam lapangan ekonomi dan sosial
(contoh: mengatur persaingan perdagangan
dengan menetapkan bea masuk)
(5)
Pengertian Hukum Pajak
R Santoso Brotodiharjo “
Hukum Pajak yangdisebut juga Hukum Fiskal, adalah keseluruhan dan peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah, untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui Kas Negara, sehingga ia merupakan bagian dari Hukum Publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum antar negara dan orang-orang atau badan-badan (Hukum) yang berkewajiban membayar pajak (selanjutnya disebut Wajib Pajak)
Prof DR. Rochmat Soemitro : Hukum Pajak adalah
sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah ( pemungut pajak ) dan rakyat ( sebagai pembayar pajak )
(6)
Kedudukan Hukum Pajak Dalam
Hukum Indonesia
Hukum di Indonesia
1.
Hukum Perdata ( arti luas )
a. Hukum Perdata
b. Hukum Dagang
2.
Hukum Publik
a. Hukum Tata Negara
b. Hukum Tata Usaha Negara
c. Hukum Pidana
d. Hukum Pajak
(7)
Pembagian Hukum Pajak
Hukum Pajak Material
Memuat norma norma yang menerangkan
keadaan , perbuatan dan peritiwa hukum yang
harus dikenakan pajak, siapa yang harus
dikenakan pajak dan berapa besar pajaknya.
( Contoh : UU PPh, PPN, Bea Materai, PBB )
•
Hukum Pajak Formil
Merupakan peraturan peraturan mengenai
berbagai cara untuk mewujudkan hukum
materiil menjadi suatu kenyataan. ( Contoh :
UU KUP dan UU Penagihan Pajak )
(8)
Teori Pemungutan Pajak
Teori Asuransi
Teori Kepentingan
Teori Gaya Pikul
Teori Bakti ( Kewajiban Mutlak )
Teori Asas Gaya Beli
Teori teori tersebut adalah untuk
mendukung pernyataan bahwa pajak itu harus
bersifat adil
(9)
Tarif Pajak
Tarif Tetap : Berapapun dasar pengenaan
pajaknya, besarnya pajak tetap . ( contoh : bea
materai )
Tarif proposional / sebanding : berupa prosentase
yang tetap terhadap berapapun besarnya dasar
pengenaan pajak ( contoh : PPN , PBB , Pajak
Restoran )
Tarif Progresif / Meningkat : prosentase yang
makin besar apabila DPP nya juga makin besar
( contoh : PPh )
Tarif Degresif / Menurun : merupakan kebalikan
dari progresif, yaitu makin besar DPP nya makin
kecil prosentase tarifnya
(10)
Sistem Pemungutan Pajak
Official Assesment : Aparatur pajak diberi
kewenangan menentukan jumlah pajak yang
terutang pada setiap wajib pajak. Inisiatif
menghitung dan memungut ada pada aparatur
( sebelum tahun 1984 )
Self Assesment : memberi wewenang wajib pajak
dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang
terutang dan dibayar setiap tahun berdasarkan
Undang Undang perpajakan yang berlaku.
With holding system : Adanya pihak ketiga yang
berdasarkan Undang Undang perpajakan diberi
wewenang untuk memungut / memotong pajak
lawan transaksinya ( prinsip pay as you earn )
(11)
Azas Pemungutan Pajak
Asas Domisili : Negara berhak mengenakan
pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak
yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik
penghasilan dari dalam negeri maupun luar
negeri.
Asas Sumber : Negara berhak mengenakan
pajak atas penghasilan yang bersumber dari
wilayahnya terhadap wajib pajak di manapun
dia berada ( tanpa memperhatikan tempat
tinggal )
Asas
Kebangsaan
:
Pengenaan
pajak
dihubungkan dengan status kebangsaan
suatu negara
.
(12)
Cara Pemungutan Pajak
1 . Stelsel Nyata ( Riil ) : Pengenaan pajak didasarkan pada objek yang sesungguhnya terjadi . Pemungutan Pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, setelah semua penghasilannya diketahui.
Kelebihan stelsel riil :
Penghitungan pajak berdasarkan penghasilan yang
sebenarnya dan berdasarkan data yang sudah valid, sehingga hasilnya lebih akurat dan realistis
Kelemahan :
Wajib Pajak pada akhir tahun terbebani pajak yang tinggi Karena semua WP membayar pada akhir tahun, maka
(13)
Cara Pemungutan Pajak
2.
Stelsel Anggapan ( Fiktif ) :
pengenaan pajak
didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh UU.
Misalnya di awal tahun 2011 ditetapkan pajak sama
dengan pajak tahun 2010. Sehingga tiap bulan wajib
pajak melakukan angsuran untuk melunasi pajak
tersebut.
Kelebihan :
Pembayaran dapat diangsur per bulan , tidak harus di
akhir tahun ( tidak memberatkan wajib pajak )
Kelemahan
- Pajak yang dibayar berdasar perkiraan, bukan hasil
penghitungan sesungguhnya, sehingga hasilnya tidak
akurat
(14)
Cara Pemungutan Pajak
Stelsel Campuran :
penghitungan pajak
merupakan kombinasi dari stelsel riil dan stelsel
fiktif. Pada awal tahun ditetapkan besarnya
pajak yang harus dibayar tiap bulan. Kemudian
pada akhir tahun dihitung jumlah pajak
terhutang / yg sebenarnya.
Jika :
Jumlah Pajak Anggapan > Pajak Sesungguhnya =
WP mendapat restitusi
Jumlah Pajak Anggapan < Pajak Sesungguhnya =
WP membayar kurangnya
(15)
Jenis Pajak
1.
Menurut Golongan ( Penanggung
Pajaknya )
A. Pajak Langsung : pajak yang harus
dipikul / ditanggung sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dilimpahkan ke
orang lain
( contoh : pajak penghasilan , PBB )
B. Pajak Tidak Langsung : beban pajak
pada akhirnya dapat dibebankan orang
lain .
(16)
Jenis Pajak ( cont’d )
2.
Menurut Sifatnya
A.
Pajak Subjektf : Pajak yang dikenakan
berdasar keadaan subjeknya (c0ntoh :
PPh )
B.
Pajak Objektif : Pajak yang dikenakan
berdasarkan objeknya baik berupa benda,
keadaan, perbuatan atau peristiwa tanpa
memperhatikan keadaan subjeknya.
( contoh : PPN, PBB , Pajak Kendaraan
)
(17)
Jenis Pajak ( cont’d )
3. Menurut Pemungutnya
A.
Pajak Negara ( Pemerintah Pusat ) :
dipungut oleh Pemerintah pusat melalui
Direktorat Jenderal Pajak ( contoh : PPh,
PPN, Bea Materai , )
B.
Pajak Daerah : dipungut oleh pemerintah
daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah
( contoh : Pajak Kendaraan, Pajak Tontonan,
Pajak restoran dan hotel, Pajak Reklame ,
PBB)
(18)
Timbulnya Hutang Pajak
Menurut pasal 1233 BW, perikatan timbul karena
undang-undang dan karena perjanjian. Sedangkan
perikatan Pajak timbul karena UU
Dalam Hukum Pajak dikenal ada dua ajaran tentang
timbulnya utang pajak, yaitu :
1. Ajaran Material : Suatu Hutang pajak timbul karena
diberlakukannya UU Perpajakan
Penerapan Self Assesment
2. Ajaran Formil : Suatu hutang pajak timbul karena
dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh Fiskus
(19)
Berakhirnya Hutang Pajak
Hutang Pajak akan terhapus bila terjadi hal – hal sebagai
berikut :
1. Pembayaran / Pelunasan : dapat dilakukan dengan
membayar sendiri atau dipotong oleh pihak lain
2. Kompensasi : dapat berupa kompensasi kerugian maupun
kompensasi kelebihan pembayaran pajak
3. Daluwarsa : sudah lewat batas waktu. Jadi apabila sudah
melewati batas waktu tertentu suatu utang pajak tidak ditagih oleh pemungut pajak, maka secara otomatis
dianggap telah lunas dan tidak dapat ditagih lagi ( di UU 28 tahun 2007 pasal 13 , daluwarsa 5 tahun )
4. Pembebasan / Penghapusan : Setelah dilakukan pemeriksaan
ataupun penyidikan diketahu bahwa memang WP tidak mampu lagi membayar, maka bisa dilakukan penghapusan
(20)
Aspek – aspek yang harus dipenuhi dalam penerapan
pajak :
Aspek Yuridis : Hukum Pajak harus memberikan
jaminan hukum yang tegas untuk keadilan. Dasar
pemungutan pajak adalah UUD 1945 pasal 23
Aspek Ekonomis : Diusahakan pajak tidak
menghambat lancarnya produksi dan
perdagangan. Pajak juga tidak boleh merugikan
kepentingan umum sehingga menghalangi rakyat
mencapai kemakmuran
Aspek Finansial : sesuai fungsi budgeter maka
pajak juga harus memperhitungkan biaya
pemungutannya. Bahwa biaya pemungutan harus
lebih kecil daripada pajak yang dipungut
(1)
Jenis Pajak
1. Menurut Golongan ( Penanggung Pajaknya )
A. Pajak Langsung : pajak yang harus dipikul / ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan ke orang lain
( contoh : pajak penghasilan , PBB )
B. Pajak Tidak Langsung : beban pajak pada akhirnya dapat dibebankan orang lain .
(2)
Jenis Pajak ( cont’d )
2. Menurut Sifatnya
A. Pajak Subjektf : Pajak yang dikenakan berdasar keadaan subjeknya (c0ntoh : PPh )
B. Pajak Objektif : Pajak yang dikenakan berdasarkan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa tanpa memperhatikan keadaan subjeknya.
( contoh : PPN, PBB , Pajak Kendaraan )
(3)
Jenis Pajak ( cont’d )
3. Menurut Pemungutnya
A. Pajak Negara ( Pemerintah Pusat ) : dipungut oleh Pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak ( contoh : PPh, PPN, Bea Materai , )
B. Pajak Daerah : dipungut oleh pemerintah daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah ( contoh : Pajak Kendaraan, Pajak Tontonan, Pajak restoran dan hotel, Pajak Reklame , PBB)
(4)
Timbulnya Hutang Pajak
Menurut pasal 1233 BW, perikatan timbul karena
undang-undang dan karena perjanjian. Sedangkan perikatan Pajak timbul karena UU
Dalam Hukum Pajak dikenal ada dua ajaran tentang
timbulnya utang pajak, yaitu :
1. Ajaran Material : Suatu Hutang pajak timbul karena diberlakukannya UU Perpajakan
Penerapan Self Assesment
2. Ajaran Formil : Suatu hutang pajak timbul karena dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh Fiskus
(5)
Berakhirnya Hutang Pajak
Hutang Pajak akan terhapus bila terjadi hal – hal sebagai berikut :
1. Pembayaran / Pelunasan : dapat dilakukan dengan
membayar sendiri atau dipotong oleh pihak lain
2. Kompensasi : dapat berupa kompensasi kerugian maupun
kompensasi kelebihan pembayaran pajak
3. Daluwarsa : sudah lewat batas waktu. Jadi apabila sudah
melewati batas waktu tertentu suatu utang pajak tidak ditagih oleh pemungut pajak, maka secara otomatis
dianggap telah lunas dan tidak dapat ditagih lagi ( di UU 28 tahun 2007 pasal 13 , daluwarsa 5 tahun )
4. Pembebasan / Penghapusan : Setelah dilakukan pemeriksaan
ataupun penyidikan diketahu bahwa memang WP tidak mampu lagi membayar, maka bisa dilakukan penghapusan
(6)
Aspek – aspek yang harus dipenuhi dalam penerapan pajak :
Aspek Yuridis : Hukum Pajak harus memberikan
jaminan hukum yang tegas untuk keadilan. Dasar pemungutan pajak adalah UUD 1945 pasal 23
Aspek Ekonomis : Diusahakan pajak tidak
menghambat lancarnya produksi dan
perdagangan. Pajak juga tidak boleh merugikan kepentingan umum sehingga menghalangi rakyat mencapai kemakmuran
Aspek Finansial : sesuai fungsi budgeter maka
pajak juga harus memperhitungkan biaya
pemungutannya. Bahwa biaya pemungutan harus lebih kecil daripada pajak yang dipungut