Slide AKT 204 Perpajakan 1
9/21/17
Pengertian PPh FINAL ??
PPh Final atau yang bersifat final adalah
PPh yang dikenakan atas penghasilan tertentu baik melalui pemotongan/pemungutan ataupun disetor sendiri,
yang penghitungan PPhnya sudah selesai atau tidak lagi dihitung ulang besarnya
PPh atas penghasilan tersebut.
(2)
Kalau Sudah Kena
Pajak Final ??
•
Tidak Dapat Dikreditkan Terhadap
Total PPh Terutang
•
Pengeluaran
dalam
memperoleh
penghasilan (obyek PPh Final) yang
bersangkutan tidak boleh dibiayakan
secara fiskal
•
Penghasilan (obyek PPh final) tidak
(3)
9/21/17
Kenapa Harus
Pajak Final ??
perlu adanya dorongan dalam rangka
perkembangan investasi dan tabungan
masyarakat;
kesederhanaan dalam pemungutan pajak;
berkurangnya beban administrasi baik
bagi Wajib Pajak maupun Direktorat
Jenderal Pajak;
pemerataan dalam pengenaan pajaknya;
dan
memperhatikan perkembangan ekonomi
(4)
PPh Psl 4 (2)
DIKENAKAN PPh FINAL :
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
2. Penghasilan berupa hadiah undian;
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yg diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada
perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
4. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
(5)
PP 131 Th. 2000
Bunga Deposito, Bunga Tabungan, dan
Diskonto Sertifikat BI
TERMASUK BUNGA DARI DEPOSITO/TABUNGAN YANG DITEMPATKAN DI LUAR NEGERI MELALUI BANK YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA
ATAU CABANG BANK LUAR NEGERI DI INDONESIA. MENGATUR PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN BERUPA BUNGA DEPOSITO DAN BUNGA TABUNGAN
SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA
DIKENAKAN PPH FINAL 20% DARI JUMLAH BRUTO/
(6)
Pengecualian
a. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto, sepanjang jumlah deposito/tabungan/SBI tidak
melebihi Rp. 7.500.000,- dan bukan jumlah yang dipecah-pecah
b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri diIndonesia
c. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh
Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menkeu sepanjang dananya
diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam UU Dana Pensiun SKB
d. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk
(7)
9/21/17
• Ketentuan PPh Final ini tidak berlaku terhadap orang
pribadi Subjek Pajak dalam negeri yang seluruh
penghasilannya dalam 1 (satu) tahun Pajak termasuk bunga dan diskonto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak.
• Orang pribadi tersebut dapat mengajukan
permohonan restitusi atas pajak yang telah dipotong
Pengecualian untuk Orang Pribadi
(8)
Pihak Yang
Dipotong :
a. WPDN
b. BUT
c. WPLN
Pemotong Pajak
d. Bank dan Bank Indonesia
e. Dana Pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menkeu, atas penjualan SBI
kepada pihak lain yang bukan Dana
Pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menkeu dan bukan bank
(9)
9/21/17
Tn. Ahmad memiliki simpanan di
bank berupa deposito sebesar Rp 7
juta dengan bunga 12% per tahun.
Berapa Bunga yang diterima Tn Ahmad setiap bulannya ??
Tn. Saddam memiliki simpanan di bank
berupa deposito sebesar Rp 14 juta
dengan bunga 12% per tahun.
Berapa Bunga yang diterima Tn Saddam setiap bulannya ??
(10)
Atas simpanan di bank tersebut
Tn. Ahmad mendapat bunga
setiap bulannya, sebesar :
= Rp 7.000.000,- x 12% x 30/365
= Rp
69.041,-Karena jumlah simpanan
deposito Tn Ahmad kurang dari
Rp 7.500.000,- maka atas bunga
dari Deposito Tn Ahmad tersebut
tidak dipotong pajak.
(11)
9/21/17
Atas simpanan di bank tersebut Tn. Saddam
mendapat bunga setiap bulannya, sebesar :
= Rp 14.000.000,- x 12% x 30/365
= Rp 138.082,-
Karena jumlah simpanan deposito Tn Saddam
melebihi Rp 7.500.000,- maka atas bunga dari
Deposito Tn Saddam tersebut dipotong pajak
sebesar 20%.
= 20% x Rp 138.000,- (dibulatkan)
= Rp
27.600,-Sehingga total bunga deposito yang diterima
Tn Saddam setiap bulannya adalah sebesar :
= Rp 138.000,00 – Rp 27.600,00
(12)
110.400,-• PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 • Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat
pengakuan utang baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya, yang terdiri atas Surat Perbendaharaan Negara dan Obligasi Negara
• Surat Perbendaharaan Negara (SPN) adalah Surat Utang Negara yang
berjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto.
• Pasar Perdana adalah kegiatan penawaran dan penjualan Surat Utang
Negara untuk pertama kali.
• Pasar Sekunder adalah kegiatan perdagangan Surat Utang Negara
(13)
9/21/17
PPh atas Diskonto SPN
Diskonto SPN adalah selisih lebih antara :
a.nilai nominal pada saat jatuh tempo dengan
harga perolehan di Pasar Perdana atau
diPasar Sekunder; atau
b.harga jual di Pasar Sekunder dengan harga
perolehan di Pasar Perdana atau di Pasar
Sekunder, tidak termasuk Pajak Penghasilan
yang dipotong.
(14)
PPh atas Diskonto SPN
Atas penghasilan tertentu dari Wajib Pajak berupaDiskonto SPN dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Besarnya Pajak Penghasilan adalah :
a. 20% (dua puluh persen), bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT); dan
b. 20% (dua puluh persen) atau tarif sesuai ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
yang berlaku bagi Wajib Pajak penduduk/ber kedudukan di luar negeri.
(15)
9/21/17
PPh atas Diskonto SPN
Pemotongan Pajak Penghasilan dilakukan oleh:
a. Penerbit SPN (emiten) atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayar, atas Diskonto yang diterima pemegang SPN saat jatuh tempo;
b. Perusahaan efek (broker) atau bank selaku pedagang perantara (dealer), atas Diskonto yang diterima atau diperoleh penjual SPN pada saat transaksi di Pasar Sekunder;
c. Perusahaan efek (broker), bank, dana pensiun, dan
reksadana selaku pembeli SPN tanpa melalui pedagang perantara, atas Diskonto yang diterima atau diperoleh penjual SPN pada saat transaksi di Pasar Sekunder.
Pemotongan Pajak Penghasilan dilakukan pada tanggal transaksi saat penjualan SPN di Pasar Sekunder atau pada tanggal
(16)
PPh atas Diskonto SPN
Pemotongan Pajak tidak dilakukan atas Diskonto SPN yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak :
a. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
b. Dana Pensiun yang pendirian/ pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
c. Reksadana yang terdaftar pada Badan pengawas Pasar Modal dan Lembaga, selama 5 (lima) tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha
(17)
9/21/17
• Pada tanggal 1 Mei 2008, Pemerintah A (emiten) menerbitkan Surat
Perbendaharaan Negara sebagai berikut : - Nilai nominal Rp 100.000.000,00.
- Jangka waktu SPN 12 bulan (jatuh tempo tanggal 1 Mei 2009).
- PT D (investor) pada saat penerbitan perdana membeli SPN dengan harga Rp. 94.000.000,00.
- PT D tetap memegang SPN tersebut hingga saat jatuh tempo.
• Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT D pada saat jatuh
tempo SPN adalah sebagai berikut:
- Diskonto = Rp 100.000.000,00 - Rp 94.000.000,00 = Rp 6.000.000,00 - PPh Final = 20% x Rp 6.000.000,00 = Rp 1.200.000,00
(18)
• Pada contoh no. 1, PT D tidak memegang SPN tersebut sampai saat
jatuh tempo melainkan menjual seluruh SPN tersebut kepada PT M pada tanggal 1 Juli 2008 (di pasar sekunder) melalui perusahaan efek PT X Sekuritas dengan harga jual Rp 95.000.000,00
• Perhitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT D pada saat
penjualan SPN tanggal 1 Juli 2008 adalah sebagai berikut : - Diskonto = Rp 95.000.000,00 - Rp 94.000.000,00 = Rp 1.000.000,00
- PPh Final = 20% x Rp 1.000.000,00 = Rp 200.000,00 dipotong oleh PT X Sekuritas selaku pedagang perantara
(19)
9/21/17
Obligasi adalah surat utang atau
surat utang negara yang berjangka
waktu lebih dari 12 (dua belas)
bulan
Bunga Obligasi adalah Imbalan yang
diterima dan/atau diperoleh
pemegang obligasi dalam bentuk
bunga dan/atau diskonto
PPh Atas Bunga Obligasi (PP
16/2009)
(20)
a. Bunga dari Obligasi dengan kupon
(interest bearing debt securities)sebesar:
1) 15% (lima belas persen), bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT);
2) 20% (dua puluh persen) atau tarif sesuai ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang berlaku, bagi Wajib Pajak Luar Negeri selain
BUT,
dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan Obligasi (holding Period)
b. Diskonto dari obligasi dengan kupon sebesar:
3) 15% (lima belas persen), bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT);
4) 20% (dua puluh persen) atau tarif sesuai ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang berlaku, bagi bagi Wajib Pajak Luar Negeri selain BUT,
dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi, tidak termasuk bunga berjalan (accrued interest)
Pajak Penghasilan atas Penghasilan berupa bunga Obligasi
(21)
9/21/17
c. Diskonto dari obligasi tanpa bunga
(non-interest bearing debt securities)sebesar:
1) 15% (lima belas persen), bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT); 2) 20% (dua puluh persen) atau tarif sesuai ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) yang berlaku, bagi Wajib Pajak Luar Negeri selain BUT,
dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi
d. Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang
diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sebesar :
3) 0% (nol persen) untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 4) 5% (Lima persen) untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013;
dan
5) 15% (lima belas persen) untuk tahun 2014 dan seterusnya.
9/21/17
Pajak Penghasilan atas Penghasilan berupa bunga Obligasi
(22)
Pemotongan Pajak oleh :
a. Penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen
pembayaran yang ditunjuk, atas bunga dan/atau diskonto yang diterima pemegang obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi, dan diskonto yang diterima pemegang obligasi tanpa bunga pada saat jatuh tempo obligasi; dan/atau b. Perusahaan Efek, dealer, atau bank selaku
pedagang perantara dan/atau pembeli, atas bunga dan diskonto yang diterima penjual obligasi pada saat transaksi.
Pajak Penghasilan atas Penghasilan berupa bunga Obligasi
(23)
9/21/17
Pajak Penghasilan atas Penghasilan berupa bunga Obligasi
PP 16 tahun 2009
TIDAK DILAKUKAN PEMOTONGAN
YANG DITERIMA OLEH :
1.Wajib Pajak Dana Pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat (3) huruf h UU PPh
2.Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia
(24)
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG
PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA SIMPANAN
YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI
(25)
9/21/17
PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI ( PP 15 Tahun 2009 )
Penghasilan berupa bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi yang didirikan di
Indonesia kepada anggota koperasi orang
pribadi dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final.
Koperasi yang melakukan pembayaran bunga
simpanan kepada anggota koperasi orang
pribadi, wajib memotong Pajak Penghasilan
yang bersifat final pada saat pembayaran
(26)
Besarnya Pajak Penghasilan adalah:
0% (nol persen) untuk penghasilan berupa
bunga
simpanan
sampai
dengan
Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu
rupiah) per bulan; atau
10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto
bunga untuk penghasilan berupa bunga
simpanan lebih dari Rp240.000,00 (dua
ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan.
PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI ( PP 15 Tahun 2009 )
(27)
9/21/17
Contoh perhitungan PPh atas bunga simpanan:
Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp240.000,00 untuk
masa Januari, maka PPh terutang : ???
Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp245.000,00 untuk
masa Januari, maka PPh terutang : ???
Bunga dibayarkan pada bulan April sebesar Rp500.000,00
dengan rincian:
• Bulan Januari Rp. 250.000,00 • Bulan Februari Rp. 150.000,00 • Bulan Maret Rp. l00.000,00
maka PPh terutang : ???
PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI ( PP 15 Tahun 2009 )
(28)
PPh ATAS PENGHASILAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM ATAU PENGALIHAN PENYERTAAN
MODAL PADA PERUSAHAAN PASANGAN USAHANYA PP No. 4 Tahun 1995
Tarif 0,1% dari jumlah bruto
Perusahaan pasangan usaha adalah
perusahaan yang memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. merupakan perusahaan kecil,
menengah, atau yang melakukan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
dan
b. sahamnya tidak diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia.
(29)
9/21/17
Pajak Penghasilan atas Hadiah
Undian
PP No. 132 tahun 2000 tanggal 15 Desember
2000
Objek pemotongan:
hadiah undian, dengan nama dan
dalam bentuk apapun
Tarif pemotongan
25% dari jumlah
bruto
(30)
HADIAH
Undian Lomba, Penghargaan, Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan
PPh Final
= 25% Bruto WP BADAN WPLN WPOP
PPh Psl 23 = 15% Bruto
PPh Psl 26 = 20 % Bruto
PPh Psl 21
(31)
9/21/17
Bulan April 2008 ini merupakan bulan
keberuntungan bagi Boni (Atlet Renang),
karena hari Jumat kemaren dia
mendapatkan sebuah kijang innova undian
dari Bank Miun, senilai Rp 200 juta,
disamping itu beberapa hari sebelumnya
dia memenangkan kejurda renang DKI
dengan hadiah uang tunai sebesar 35 juta.
Berapa Pajak yang terutang ??
(32)
Hadian Undian, kijang innova senilai Rp
200 juta :
= 25% x Rp 200 juta = Rp 50 juta
Hadian Lomba Renang senilai Rp 35 juta :
= 5% x Rp 25 juta = Rp 1.250.000,-= 10% x Rp 10 juta 1.250.000,-= Rp
1.000.000,-
Boni akan dipotong PPh Final 4(2) sebesar
Rp 50 juta o/ Bank Miun, dan PPh Pasal 21
sebesar Rp 2.250.000,- o/penyelenggara
(33)
PP 14 Th. 1997
KEPMENKEU NO. 558/KMK.04/2000
MENGATUR PENGENAAN PAJAK ATAS TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA
PENGH. DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA DIPUNGUT PPH
BERSIFAT FINAL BUKAN SAHAM PENDIRI :
PPH FINAL : 0.1% X NILAI TRANSAKSI PENJUALAN
SAHAM PENDIRI :
PPH FINAL : 0.1% DARI NILAI TRANSAKSI PENJUALAN DITAMBAH 0.5% X NILAI PASAR SAHAM PADA SAAT PENAWARAN UMUM PERDANA (IPO)
> PPH FINAL 0,5% DISETOR SENDIRI
(34)
PP 48 Th. 1994
Diubah Terakhir Dg. PP 71 Th. 2008
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
PPH FINAL DIKENAKAN ATAS PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN MELIPUTI:
• PENJUALAN, TUKAR-MENUKAR, PERJANJIAN PEMINDAHAN HAK, PELEPASAN HAK,
PENYERAHAN HAK, LELANG, HIBAH, ATAU CARA LAIN YANG DISEPAKATI DENGAN PIHAK LAIN SELAIN PEMERINTAH;
• PENJUALAN, TUKAR-MENUKAR, PELEPASAN HAK, PENYERAHAN HAK, ATAU CARA
LAIN YANG DISEPAKATI DENGAN PEMERINTAH GUNA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, TERMASUK PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG
TIDAK MEMERLUKAN PERSYARATAN KHUSUS;
YANG DILAKUKAN OLEH:
• WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI atau BADAN -> FINAL
BESARNYA TARIF PPH ADALAH :
• 5% DARI JUMLAH BRUTO ( NILAI YANG TERTINGGI ANTARA NILAI BERDASARKAN
AKTA PENGALIHAN HAK DENGAN NJOP )
NeW
(35)
TIDAK DIKENAKAN PPH FINAL ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DALAM HAL:
• WP ORANG PRIBADI YANG PENGHASILANNYA DIBAWAH PTKP DAN JUMLAH PENGHASILAN BRUTO DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAHNYA KURANG DARI RP. 60.000.000
• ORANG PRIBADI ATAU BADAN YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN KEPADA PEMERINTAH GUNA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG MEMERLUKAN PERSYARATAN KHUSUS.
• SEHUBUNGAN DENGAN HIBAH YANG DIBERIKAN KEPADA KELUARGA SEDARAH
DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SATU DERAJAT, DAN BADAN KEAGAMAAN, BADAN PENDIDIKAN, BADAN SOSIAL TERMASUK YAYASAN, KOPERASI ATAU OP USAHA MIKRO DAN KECIL YANG DITETAPKAN OLEH PERATURAN MENTERI KEUANGAN SEPANJANG TIDAK ADA HUBUNGAN DENGAN USAHA, PEKERJAAN, KEPEMILIKAN, ATAU PENGUASAAN PIHAK-PIHAK YANG BERSANGKUTAN.**
• SEHUBUNGAN DENGAN WARISAN
• PENGALIHAN OLEH OP/BADAN YANG BUKAN SUBJEK PAJAK
PP 48 Th. 1994
Diubah Terakhir Dg. PP 71 Th. 2008
NeW
(36)
**
PMK Nomor 245/PMK.03/2008
Harta hibah, bantuan, atau sumbangan yangditerima oleh :
a. keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat; b. badan keagamaan;
c. badan pendidikan;
d. badan sosial termasuk yayasan dan koperasi; atau
e. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
(37)
9/21/17
(a) Keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah orang tua dan anak kandung.
(b) Badan keagamaan adalah badan keagamaan yang kegiatannya semata-mata mengurus
tempat-tempat ibadah dan/atau menyelenggarakan
kegiatan di bidang keagamaan, yang tidak mencari keuntungan.
(c) Badan pendidikan adalah badan pendidikan yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan
pendidikan yang tidak mencari keuntungan.
(38)
(d) Badan sosial termasuk yayasan dan koperasi adalah badan sosial yang kegiatannya semata-mata
menyelenggarakan :
a. pemeliharaan kesehatan;
b. pemeliharaan orang lanjut usia (panti jompo);
c. pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar, dan anak atau orang cacat;
d. santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam, kecelakaan, dan sejenisnya;
e. pemberian beasiswa;
f. pelestarian lingkungan hidup; dan/atau g. kegiatan sosial lainnya.
yang tidak mencari keuntungan.
(39)
9/21/17
(e) Orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan usaha kecil adalah orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan usaha kecil yang memiliki dan menjalankan usaha produktif yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua miyar lima ratus
juta rupiah).
(40)
Contoh :
PT. Real Eastate mencatat penjualan sebagai
berikut :
•
Menjual rumah mewah seharga Rp. 2 milyar
•
Menjual rumah RSS seharga Rp. 30 juta
Aspek perpajakan atas transaksi ini ?
•
Bagaimana jika yang menjual adalah PT
(41)
BERLAKU SURUT PER 1 JANUARI 2008
DASAR HUKUM
PAJAK PENGHASILAN ATAS
PENGHASILAN ATAS USAHA JASA KONSTRUKSI
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 2008 Jo PP NOMOR 40 TAHUN 2009
(42)
PENGERTIAN-PENGERTIAN
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan konstruksi.
Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yg p[rofesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yg mampu menyelenggarakan kegiatannya utk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dlm model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model penggabungan Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yg profesional di bidang perencanaan jasa konstruksi yg mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain.
(43)
43
PENGERTIAN-PENGERTIAN
Nilai Kontrak Jasa Konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam suatu kontrak jasa konstruksi secara keseluruhan
Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yg profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi, yg mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
Pengguna Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap yang memerlukan layanan jasa konstruksi.
Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan termasuk bentuk usaha tetap, yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa kontruksi baik sebagai perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi maupun sub-subnya
(44)
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PPh USAHA JASA KONSTRUKSI
IMBALAN JASA KONSTRUKSI FINAL YG MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA MENENGAH ATAU KUALIFIKASI BESAR
JASA
PELAKSANAAN
2% 3% 4% 4% 6%
YG TIDAK MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA YG MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA KECIL JASA PERENCANAAN & PENGAWASAN
YG TIDAK MEMILIKI KUALIFIKASI
USAHA YG MEMILIKI
KUALIFIKASI USAHA
(45)
PELUNASAN PPh USAHA JASA KONSTRUKSI
PEMOTONGAN OLEH PEMBERI HASIL
PENYETORAN SENDIRI OLEH PEMBERI JASA
PEMBERI HASIL
PELUNASAN PPh MELALUI
• ORANG PRIBADI
• BUKAN SUBJEK PAJAK • BADAN PEMERINTAH,
• SUBJEK PAJAK BADAN DALAM
NEGERI,
• PENYELENGGARA KEGIATAN
• BUT
• KERJASAMA OPERASI
• PERWAKILAN PERUSAHAAN LUAR
NEGERI LAINNYA
• ORANG PRIBADI YANG DITETAPKAN
(46)
MEMOTONG PPh PADA SAAT PEMBAYARAN UANG MUKA DAN TERMIJN, DAN MEMBERIKAN BUKTI PEMOTONGAN PPh FINAL
MENYETORKAN PPh YG TELAH DIPOTONG DENGAN MENGGUNAKAN SSP PADA BANK PERSEPSI / KANTOR POS , SELAMBAT-LAMBATNYA TANGGAL 10 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PEMBAYARAN IMBALAN
TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh OLEH PEMBERI HASIL
PEMBERI HASIL WAJIB :
MELAPORKAN PEMOTONGAN/PENYETORAN KPD KPP SETEMPAT, SELAMBAT-LAMBATNYA
TGL 20 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PEMBAYARAN IMBALAN
LAPORAN PEMOTONGAN/PENYETORAN PPh ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN DILAMPIRI :
(47)
MENYETOR SENDIRI PPh TERUTANG KE BANK PERSEPSI/KANTOR POS DENGAN SSP SELAMBAT-LAMBATNYA TANGGAL
15 BULAN BERIKUTNYA
MELAPORKAN PENYETORAN PPh KE KPP SELAMBAT-LAMBATNYA TGL 20 BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN DITERIMANYA
IMBALAN
LAPORAN BULANAN PPh BAGI WP YANG BERGERAK DI BIDANG
USAHA JASA KONSTRUKSI DILAMPIRI LEMBAR KE 3 SSP TATA CARA PENYETORAN DAN
PELAPORAN PPh OLEH PEMBERI JASA KEWAJIBAN PEMBERI JASA :
(48)
PT. Makmur sedang melakukan pekerjaan
renovasi pabrik di kawasan industri bekasi,
nilai pengadaan sebesar 800 juta, proyek
tersebut dikerjakan oleh PT. Bangun Saja
(perusahaan yang memenuhi kualifikasi
usaha kecil), sementara perencanaan dan
pengawasan dikerjakan oleh perusahaan
lain.
Berapa PPh terutang yang harus dipotong
oleh PT. Makmur atas pembayaran kepada
PT. Bangun Saja ?
(49)
PPh Sewa
Tanah/Bangunan
Tarif 10 % Final
Dasar Hukum
• PP 29/1996 jo PP 5/2002 • 120/KMK.03/2002
• KEP-227/PJ/2002
Objek
DPP Jumlah Bruto:semua jumlah yang dibayar atau terutang dengan nama
dan dalam bentuk apapun
Dlm perjanjian terpisah atau disatukan
Sewa tanah dan atau bangunan:
tanah, rumah, rusun, apartemen, kondominium, Gd perkantoran, pertokoan,
pertemuan dan bagiannya, rumah kantor,
toko, rumah toko, gudang dan bangunan industri
PP 29 Th. 1996 jo PP 05 Th. 2002
(50)
Pajak Penghasilan atas penghasilan dari
persewaan tanah dan/atau bangunan
PP No. 5 Tahun 2002 juncto Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-227/PJ./2002
Pemotong pajak:
Penyewa, dalam hal penyewa adalah Badan
Pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerjasama operasi, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan orang pribadi yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.
(51)
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan, adalah :
a. Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) kecuali PPATtersebut adalah Camat, pengacara, dan konsultan,
yang melakukan pekerjaan bebas;
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan.
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 wajib memotong Pajak Penghasilan atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan
Kepala Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Keputusan
Penunjukan sebagai Pemotong Pajak Penghasilan atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan kepada Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dengan menggunakan formulir sebagaimana terlampir pada
Keputusan ini.
Pasal 1
Pasal 3 Pasal 2
(52)
SEWA HARTA
TANAH-BANGUNANKENDARAANANGK DARAT HARTA LAINNYA
PPh Final 10% x Bruto
PPh Psl 23 2% x Bruto
PPh Psl 23 2% x Bruto
(53)
9/21/17
PT. Rental mempunyai beberapa rumah,
ruko, dan gudang untuk disewakan, dibulan
April ini dibuat kontrak baru perjanjian
sewa menyewa antara PT. Rental dengan
dua penyewa, yaitu PT. Adil Sejahtera yang
menyewa gudang dengan nilai sewa Rp 95
juta dan Tn. Gendut yang menyewa salah
satu rumah dengan nilai sewa sebesar Rp
30 juta.
Bagaimana Aspek perpajakan atas
transaksi diatas ?
(54)
Atas transaksi sewa menyewa tersebut PT. Adil Sejahtera harus memotong PPh Final pasal 4(2) atas pembayaran sewa kepada PT. Rental sebesar 10% (Rp 9,5juta) dan membuat bukti potong atas nama PT. Rental dan menyetorkan pemotongan tersebut serta melaporkan dalam SPT Masa.
Sementara itu, karena Tn Gendut bukan WP OP yang ditunjuk sebagai pemotong pajak, maka PPh Pasal 4(2) yang terutang atas sewa rumah tersebut harus disetor sendiri oleh PT. Rental, sebesar 10% (Rp 3 juta).
Tapi kalau, Tn Gendut telah ditunjuk sebagai Pemotong Pajak, ia wajib memotong PPh Final pasal 4(2) sebesar Rp 3 jt, membuat bukti potong, menyetorkan pemotongan tersebut dan
(55)
9/21/17
PPh Final Pasal 17 2C
Tarif yang dikenakan atas
penghasilan berupa dividen yang
dibagikan kepada Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri adalah
paling tinggi sebesar 10% (sepuluh
(56)
PP No. 19 Tahun 2009 Tentang PPh atas Dividen Yang Diterima atau Diperoleh WP OP Dalam Negeri
Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final.
Pengenaan Pajak Penghasilan dilakukan melalui pemotongan oleh pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar
dividen.
(57)
9/21/17
Contoh soal :
•
Tn. Temon adalah pemilik 10.000 lembar
saham di PT. ABC. Pada bulan Mei, PT. ABC
membagikan deviden sebesar Rp 5.000,-
per lembar saham. Berapa nilai bersih
deviden yang diterima oleh Tn. Temon ??
•
Bagaimana jika Tn. Temon tidak memiliki
NPWP ?
(58)
Sebagian data – data transaksi PT. BANK MIUN selama bulan April adalah sebagai berikut :
Membayar bunga deposito sebesar Rp 1.600.000 kepada Tn.
Abdul yang memiliki deposito senilai Rp
8.500.000,- Membayar bunga deposito sebesar Rp 850.000,- kepada Tn. Joni
yang memiliki deposito senilai Rp
6.000.000,- Memberikan hadian undian kepada Tn. Joko berupa mobil
Daihatsu Xenia senilai Rp
110.000.000,- Membayar sewa ruko yang baru disewa di kebayoran untuk
persiapan cabang baru kepada CV. Rukan senilai Rp 75.000.000,-
Membayar biaya pelaksanaan konstruksi untuk renovasi ruko
tersebut kepada CV. Bangun (Bersertifikat Pengusaha Kecil) senilai Rp
400.000.000,- Meminta PT. Planner untuk mengawasi pelaksanaan konstruksi
tersebut dengan nilai kontrak sebesar Rp
50.000.000,- Menjual bangunan bekas kantor cabang yang sudah tutup
kepada PT. Baru senilai Rp
500.000.000,-Anda diminta untuk membantu staff pajak PT. Bank Miun dalam
(59)
9/21/17
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 15
(60)
Merupakan PPh yang dihitung dengan norma penghitungan khusus untuk wajib pajak tertentu, dimana pajaknya dihitung dengan
tarif efektif tertentu dari penghasilan bruto
Tujuan :
Untuk menghindari kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi golongan Wajib Pajak tertentu tersebut
(61)
9/21/17
(62)
PEMOTONGAN PAJAK ATAS PEMBAYARAN KPD PERUSAHAAN PELAYARAN DAN PENERBANGAN
PELAYARAN DLM NEGERI
Atas Pengangkutan Orang/ Barang dengan cara Charter PPh Final = 1,2% dari Ph Bruto
PENERBANGAN DLM NEGERI
Atas Pengangkutan Orang/ Barang dengan cara Charter
PPh Tdk Final = 1,8% dari Ph Bruto
Atas Pengangkutan Orang/
Pemotongan PPh Pasal
15
(63)
9/21/17
Tarif Pelayaran Dalam Negeri
Norma Penghasilan Neto
= 4%
Tarif PPh (maksimal)
= 30%
Jumlah PPh Pasal 15 :
(4% X 30% )
=
1,2%
(64)
Tarif Penerbangan Dalam Negeri
Norma Penghasilan Neto
= 6%
Tarif PPh (maksimal)
= 30%
Jumlah PPh Pasal 15 :
(6% X 30% )
=
1,8%
(65)
9/21/17
Tarif Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri
Norma Penghasilan Neto = 6%
Tarif PPh (maksimal) = 30%
Jumlah PPh Pasal 15 :
(6% X 30% ) = 1,8%
Laba setelah PPh Pasal 15 :
(6% - 1,8%) = 4,2%
Tarif PPh Pasal 26(4) maksimal = 20% Jumlah PPh pasal 26(4):
( 4,2% X 20% ) = 0,84%
Tarif efektif :
( 1,8% + 0,84%) = 2,64%
(66)
Penghasilan Bruto
Perusahaan Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri :
Semua nilai penggantian dari pengangkutan orang dan atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia atau dari
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri :
Seluruh penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri berdasarkan perjanjian charter.
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri :
Seluruh penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari :
- pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia - pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia - pelabuhan dari luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia
(67)
9/21/17
Perusahaan Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri :
Semua nilai penggantian dari pengangkutan orang dan atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
LN
DN
Pelabuhan Pelabuhan
Pelabuhan Pelabuhan
√
√
(68)
Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri :
Seluruh penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri berdasarkan perjanjian charter.
LN
DN
Pelabuhan Pelabuhan
Pelabuhan Pelabuhan
√
√
(69)
9/21/17
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri :
Seluruh penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari :
- pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia - pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia - pelabuhan dari luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia - pelabuhan dari luar Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia.
LN
DN
Pelabuhan Pelabuhan
Pelabuhan Pelabuhan
√
√
√
√
(70)
Pelayaran/Penerbangan LN
PT. Bekasi Raya mencarter
pesawat US Airlines
(maskapai internasional)
untuk mengangkut barang –
barang hasil produksinya ke
Amerika, ongkos yang harus
dibayar PT. Bekasi Raya
sebesar Rp 150 juta
(71)
9/21/17
Penerbangan DN
PT. Bekasi Raya juga mencarter pesawat
dari Emprit Airlines (maskapai dalam
negeri) untuk mengangkut barang–barang
ke daerah – daerah lain di Indonesia,
dengan ongkos carter Rp 100 juta
(72)
Pelayaran DN
Untuk menghemat biaya tinggi PT.
Bekasi Raya mencarter kapal dari
Gabus Lines (maskapai pelayaran
nasional), dengan ongkos carter yang
harus dibayar sebesar
(73)
9/21/17
• Pelunasan Pajak Penghasilan adalah
sebesar 0,44% (empat puluh empat per
seribu) dari nilai ekspor bruto dan bersifat final.
• nilai ekspor bruto adalah semua nilai
pengganti atau imbalan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang
mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang berada atau bertempat kedudukan di Indonesia.
PEMOTONGAN PAJAK bagi WP LUAR NEGERI YANG MEMPUNYAI KANTOR PERWAKILAN DAGANG DI
(74)
BUT “Sharaps” adalah kantor perwakilan
dagang WPLN di Indonesia. Pada bulan
Maret 2008, nilai ekspor brutonya adalah
sebesar Rp. 5 milyar.
Berapa PPh pasal 15
terutang dan bagai
mana mekanisme
administrasinya?
PEMOTONGAN PAJAK bagi WP LUAR NEGERI YANG MEMPUNYAI KANTOR PERWAKILAN DAGANG DI
INDONESIA
(75)
9/21/17
BUILT OPERATE AND
TRANSFER(BOT)
• Bangunan yang diserahkan oleh investor
kepada pemegang hak atas tanah setelah masa perjanjian bangun guna serah berakhir adalah merupakan
penghasilan bagi pemegang hak atas tanah
• Pajak Terutang sebesar 5% (lima persen)
dari jumlah bruto nilai yang tertinggi antara nilai pasar dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) bangunan yang bersangkutan
• Sifat Pembayaran Pajak Penghasilan :
- bagi orang pribadi bersifat final - bagi Wajib Pajak badan adalah merupakan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25.
(1)
Pelayaran/Penerbangan LN
PT. Bekasi Raya mencarter
pesawat US Airlines
(maskapai internasional)
untuk mengangkut barang –
barang hasil produksinya ke
Amerika, ongkos yang harus
dibayar PT. Bekasi Raya
sebesar Rp 150 juta
(2)
Penerbangan DN
PT. Bekasi Raya juga mencarter pesawat
dari Emprit Airlines (maskapai dalam
negeri) untuk mengangkut barang–barang
ke daerah – daerah lain di Indonesia,
dengan ongkos carter Rp 100 juta
(3)
Pelayaran DN
Untuk menghemat biaya tinggi PT.
Bekasi Raya mencarter kapal dari
Gabus Lines (maskapai pelayaran
nasional), dengan ongkos carter yang
harus dibayar sebesar
Rp 50 juta
(4)
•
Pelunasan Pajak Penghasilan adalah
sebesar 0,44% (empat puluh empat per
seribu) dari nilai ekspor bruto dan bersifat
final.
•
nilai ekspor bruto adalah semua nilai
pengganti atau imbalan yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang
mempunyai kantor perwakilan dagang di
Indonesia dari penyerahan barang kepada
orang pribadi atau badan yang berada atau
bertempat kedudukan di Indonesia.
PEMOTONGAN PAJAK bagi WP LUAR NEGERI YANG
MEMPUNYAI KANTOR PERWAKILAN DAGANG DI
(5)
BUT “Sharaps” adalah kantor perwakilan
dagang WPLN di Indonesia. Pada bulan
Maret 2008, nilai ekspor brutonya adalah
sebesar Rp. 5 milyar.
Berapa PPh pasal 15
terutang dan bagai
mana mekanisme
administrasinya?
PEMOTONGAN PAJAK bagi WP LUAR NEGERI YANG
MEMPUNYAI KANTOR PERWAKILAN DAGANG DI
INDONESIA
(6)
BUILT OPERATE AND
TRANSFER(BOT)
• Bangunan yang diserahkan oleh investor
kepada pemegang hak atas tanah setelah masa perjanjian bangun guna serah berakhir adalah merupakan
penghasilan bagi pemegang hak atas tanah
• Pajak Terutang sebesar 5% (lima persen)
dari jumlah bruto nilai yang tertinggi antara nilai pasar dengan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) bangunan yang bersangkutan
• Sifat Pembayaran Pajak Penghasilan :
- bagi orang pribadi bersifat final - bagi Wajib Pajak badan adalah merupakan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25.