Slide AKT 204 Perpajakan 1 5

(1)

(2)

1. PASAL 22 UU No 36 th 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

2. PMK 80/PMK.03/2010 TENTANG PENENTUAN TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK , PENENTUAN TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK, DAN TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK, SERTA TATA CARA PENGANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK

3. PMK 224/PMK.011/2012 TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN

4. PMK 253/PMK.03/2008 TENTANG WAJIB PAJAK BADAN TERTENTU SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DARI PEMBELI ATAS PENJUALAN BARANG YANG TERGOLONG SANGAT MEWAH


(3)

OBJEK PEMUNGUTAN

1. PPh Pasal 22 Impor

2. PPh Pasal 22 Bendahara / BUMN

3. PPh Pasal 22 Pedagang

Pengumpul

4. PPh Pasal 22 BBM, BBG, Pelumas

5. PPh Pasal 22 Industri Tertentu

6. PPH Pasal 22 Penjualan Barang

Sangat Mewah


(4)

PPh 22 Impor

Pemungut

:

Bank Devisa dan Dirjen Bea dan Cukai • Wajib Pajak yang dipungut :

Importir Barang

Tarif :

2,5 % dari Nilai Impor bagi importir yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API),

0,5% dari nilai impor khusus kedelai, gandum , dan tepung terigu bagi Importir API

7,5 % dari Nilai Impor bagi importir yang tidak menggunakan API, • 7,5% dari harga jual lelang bagi pemenang lelang impor yang


(5)

PPh 22 Impor

Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan berasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pabean di bidang impor , tidak termasuk PPN dan PPn BM

Contoh :

PT ABC mengimpor barang dengan rincian :

Harga barang $ 5.000, Ongkos Angkut $ 500 dan Asuransi $ 500 Pihak Bea Cukai mengenakan pungutan : BM 10%

PPN Impor 10% dan PPn BM 20%

Kurs Jual = Rp 11.650 Kurs Beli = Rp 11.550 Kurs Tengah BI = Rp 11.600 Kurs KMK = Rp 11.625


(6)

Saat Terutang dan

Pelunasan PPh 22 Impor

• Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang, terutang dan

dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk

• Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau dibebaskan,

Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor terutang dan dilunasi pada

saat penyelesaian dokumen pemberitahuan pabean atas impor

Cara Pemungutan :

Impor

dengan

LKP

(

Laporan

Kelengkapan

Pemeriksaan) : Importir setor sendiri ke Bank

Devisa/Persepsi

Impor tanpa LKP : Dipungut dan disetor Bend. DJBC

dan SPT dilaporkan paling lambat 7 hari setelah

penyetoran


(7)

Pengecualian PPh 22

Impor

1. Impor atau penyerahan barang yang berdasarkan peraturan tidak terutang PPh ( dengan SKB )

2. Impor yang dibebaskan atas BM dan PPN ( contoh : Barang perwakilan Asing, buku- buku agama, dsb )

3. Impor sementara yang untuk diekspor kembali

4. Impor kembali ( re impor ) atas barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan ( tanpa SKB ) 5. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan

barang perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor ( dengan SKB )


(8)

PPh 22 Bendahara / BUMN

Pemungut

:

1. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA ) 2. Bendahara Pengeluaran

3. BUMN tertentu

berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang

Wajib Pajak Yang dipungut :

Badan Usaha atau OP yang melakukan penjualan atau penyerahan kepada Pemerintah atau BUMN tertentu

Tarif :

• 1,5 % dari harga pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai


(9)

PPh 22 Bendahara

Contoh Soal :

PT ABC mendapat proyek pengadaan

komputer dari Kementrian Keuangan.

Nilai

kontrak

untuk

pengadaan

tersebut sebesar Rp 385.000.000,-

( harga termasuk PPN dan PPh ).

Hitung PPh 22 yang harus dipungut

Bendahara tsb.


(10)

Saat Terutang dan

Pelunasan PPh

22Bendahara

Cara pemungutan: Pemungut Pajak harus

menyetor pada hari yang sama dengan

pelaksanaan

pembayaran

dengan

menggunakan formulir SSP yang telah

diisi oleh dan atas nama rekanan serta

ditandatangani oleh pemungut pajak.

• SPT dilaporkan paling lambat 14 hari

setelah berakhir masa pajak


(11)

Pengecualian PPh 22 Bendahara

1. Jumlah pembelian paling banyak Rp 2.000.000,- dan bukan jumlah yang terpecah – pecah ( Bendahara Pemerintah )

2. Jumlah pembelian paling banyak Rp 10.000.000,- dan bukan jumlah yang terpecah – pecah (BUMN)

3. pembayaran untuk:

a) pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda pos;

b) pemakaian air dan listrik.

4. Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS )


(12)

PPh 22 Pedagang Pengumpul

Pemungut

:

Badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan; dan menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor yang sama

Wajib Pajak yang dipungut :

Badan atau OP yang menjual hasil usahanya ke Pedagang Pengumpul

Tarif :

0,25% dari harga pembelian tidak termasuk PPN


(13)

PPh 22 BBM, BBG, PELUMAS

Pemungut

:

Produsen atau importir bahan bakar minyak,

bahan bakar gas, dan pelumas

Wajib Pajak yang dipungut

:

Distributor / SPBU

Saat Terutang dan Pelunasan

terutang dan dipungut pada saat penerbitan

surat perintah pengeluaran barang (delivery

order) dan harus disetor sebelum DO ditebus


(14)

PPh 22 BBM, BBG, PELUMAS

Tarif :

1. BBM :

• 0,25% dari penjualan, tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar umum Pertamina; • 0,3 % dari penjualan, tidak termasuk PPN untuk penjualan

kepada stasiun pengisian bahan bakar umum bukan Pertamina

• 0,3 % dari penjualan, tidak termasuk PPN untuk penjualan kepada pihak selain dua kriteria di atas


(15)

PPh 22 INDUSTRI TERTENTU

Pemungut

:

Industri semen, industri kertas, industri baja,

industri otomotif, dan industri farmasi atas

penjualan hasil produksinya kepada distributor

di dalam negeri.

Wajib Pajak yang dipungut

:

Distributor dalam negeri

Saat Terutang dan Pelunasan


(16)

PPh 22 INDUSTRI TERTENTU

TARIF :

• penjualan semua jenis semen sebesar 0,25%

• penjualan kertas sebesar 0,1%

• penjualan baja sebesar 0,3%

• penjualan semua jenis kendaraan bermotor

beroda dua atau lebih sebesar 0,45%


(17)

PPh 22 INDUSTRI TERTENTU

Untuk asas keadilan , maka atas

• Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri

oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM),

Agen Pemegang Merek (APM), dan importir

umum kendaraan bermotor dikenakan PPh 22

sebesar 0,45% (nol koma empat puluh lima

persen)

dari

dasar

pengenaan

Pajak

Pertambahan Nilai.


(18)

PPh 22 Penjualan Barang Sangat

Mewah

Wajib Pajak yang menjual barang mewah seperti :

1. Pesawat Pribadi dengan nilai jual lebih dari Rp 20 M

2. Kapal Pesiar dan sejenisnya dengan nilai jual lebih dari Rp

10 M

3. Tanah dan Bangunan dengan harga jual lebih dari 10 M dan

luas bangunan lebih dari 500m

2

4. Apartemen, kondomonium, dan sejenisnya dengan harga jual

lebih dari Rp 10 M dan luas bangunan lebih dari 400 m

2

5. Kendaraan bermotor roda empat dengan harga lebih dari 5M

lebih dari 3.000 cc


(19)

Surat Keterangan Bebas

Pemotongan/Pemungutan PPh

Fasilitas yang disediakan pemerintah

Pemotongan yang bersifat tidak final

SKB Pot/Put

SKB Pasal 22 Impor


(20)

SKB PPh Pasal 22 Impor

Perusahaan PMA / PMDN yang baru didirikan

(bukan perluasan / penanaman kembali laba –

laba tahun lalu)

Terbatas pada barang – barang modal yang

tersebut dalam master list ( lampiran

persetujuan tetap yang dikeluarkan BKPM dan

keperluan bahan baku untuk satu tahun yang

disetujui BKPM )


(21)

SKB selain PPh Pasal 22 Impor

Kriteria Pemberian SKB

WP dalam tahun berjalan dapat menunjukkan

tidak akan terutang PPh karena rugi fiskal :

- WP baru berdiri & masih tahap investasi

- WP belum sampai tahap produksi komersial

- force majeur, sehingga mengalami kerugian

WP berhak atas kompensasi fiskal yang lebih

besar dari perkiraan penghasilan neto

WP yang pembayaran PPh dalam tahun berjalan

lebih besar dari PPh yang akan terutang.


(22)

Sanksi dan Pengkreditan

• Besarnya tarif pemungutan apabila terhadap

Wajib Pajak yang dipungut tidak memiliki

Nomor Pokok Wajib Pajak maka dikenakan lebih

tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif

yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang

dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak

• PPh 22 tidak bersifat final dan dapat dikreditkan

kecuali PPh 22 Final atas penjualan BBM, BBG

dan Pelumas ke agen penyalur , bersifat final

dan tidak dapat dikreditkan


(1)

PPh 22 INDUSTRI TERTENTU

Untuk asas keadilan , maka atas

• Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri

oleh Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM),

Agen Pemegang Merek (APM), dan importir

umum kendaraan bermotor dikenakan PPh 22

sebesar 0,45% (nol koma empat puluh lima

persen)

dari

dasar

pengenaan

Pajak

Pertambahan Nilai.


(2)

PPh 22 Penjualan Barang Sangat

Mewah

Wajib Pajak yang menjual barang mewah seperti : 1. Pesawat Pribadi dengan nilai jual lebih dari Rp 20 M

2. Kapal Pesiar dan sejenisnya dengan nilai jual lebih dari Rp 10 M

3. Tanah dan Bangunan dengan harga jual lebih dari 10 M dan luas bangunan lebih dari 500m2

4. Apartemen, kondomonium, dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10 M dan luas bangunan lebih dari 400 m2

5. Kendaraan bermotor roda empat dengan harga lebih dari 5M lebih dari 3.000 cc


(3)

Surat Keterangan Bebas

Pemotongan/Pemungutan PPh

Fasilitas yang disediakan pemerintah

Pemotongan yang bersifat tidak final

SKB Pot/Put

SKB Pasal 22 Impor


(4)

SKB PPh Pasal 22 Impor

Perusahaan PMA / PMDN yang baru didirikan

(bukan perluasan / penanaman kembali laba –

laba tahun lalu)

Terbatas pada barang – barang modal yang

tersebut dalam master list ( lampiran

persetujuan tetap yang dikeluarkan BKPM dan

keperluan bahan baku untuk satu tahun yang

disetujui BKPM )

Berlaku sejak pendirian s.d. 1 Desember tahun

pendirian.


(5)

SKB selain PPh Pasal 22 Impor

Kriteria Pemberian SKB

WP dalam tahun berjalan dapat menunjukkan

tidak akan terutang PPh karena rugi fiskal :

- WP baru berdiri & masih tahap investasi

- WP belum sampai tahap produksi komersial

- force majeur, sehingga mengalami kerugian

WP berhak atas kompensasi fiskal yang lebih

besar dari perkiraan penghasilan neto

WP yang pembayaran PPh dalam tahun berjalan

lebih besar dari PPh yang akan terutang.


(6)

Sanksi dan Pengkreditan

• Besarnya tarif pemungutan apabila terhadap

Wajib Pajak yang dipungut tidak memiliki

Nomor Pokok Wajib Pajak maka dikenakan lebih

tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif

yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang

dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak

• PPh 22 tidak bersifat final dan dapat dikreditkan

kecuali PPh 22 Final atas penjualan BBM, BBG

dan Pelumas ke agen penyalur , bersifat final

dan tidak dapat dikreditkan