GRATIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA KURIKULUM 2013 SMA | Kumpulan Arsip Sekolah Model matematika

Model-model
Matematika

Pembelajaran

Dalam

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja
sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa,
apabila
guru
masih
menggunakan
paradigma

pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam
pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu
arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih
mendominasi
pembelajaran
maka
pembelajaran
cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta
didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu
dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru
hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan,
strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga
tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai.
Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan
model
pembelajaran
akan
tergantung
tujuan
pembelajarannya,

kesesuaian
dengan
materi
pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik
(siswa),
kemampuan
guru
dalam
mengelola

pembelajaran serta
belajar yang ada.

mengoptimalkan

sumber-sumber

I.2 Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para
pembaca,

khususnya
para
mahasiswa
jurusan
matematika, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas Negeri Gorontalo agar nantinya dalam
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dapat
menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan tingkat
pembelajaran.

perkembangan

siswa

dan

materi

BAB II

PEMBAHASAN
2.1
MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT
INTRUCTION)

Pengajaran
Langsung
merupakan
suatu
model
pengajaran yang sebenarnya bersifat teacher center.
Dalam menerapkan model pengajaran langsung guru

harus
mendemonstrasikan
pengetahuan
atau
keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara
langkah demi langkah. Karena dalam pembelajaran peran
guru sangat dominan, maka guru dituntut agar dapat

menjadi seorang model yang menarik bagi siswa.
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase
yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan
pekerjaan
tentang
tujuan
dan
latar
belakang
pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk
menerima penjelasan guru.
Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh
presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi
tentang keterampilan tertentu. Pelajaran ini termasuk
juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk
melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik
terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan
pemberian umpan balik tertentu, guru perlu selalu
mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang

dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata. Rangkuman
kelima fase tersebut dapat dilihat pada table 1.
TABEL 1. SINTAKS MODEL PENGAJARAN LANGSUNG
FASE-FASE
PRILAKU GURU
FASE 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menyampaikan tujuan, informasi latar belakang
pelajaran, pentingnya pelajaran ini, mempersiapkan
siswa untuk belajar
FASE 2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau
menyajikan informasi tahap demi tahap
FASE 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan
awal
FASE 4

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas
dengan baik, memberi umpan balik
FASE 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan
kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan
pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar
efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detil

keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama.
Demonstrasi
dan
jadwal
pelatihan
juga
harus

direncanakan dan dilaksanakan secara seksama.
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan
bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama
berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya
keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan,
mendengarkan, dan resitasi (Tanya jawab) yang
terencana. Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat
otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti bahwa
lingkungan berorientasi pada tugas dan member harapan
tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
Langkah-langkah
pembelajaran
model
pengajaran
langsung
pada
dasarnya
mengikuti
pola-pola

pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan
sebagai berikut:
Menyiapkan dan memotivasi siswa, Tujuan langkah awal
ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta
memotivasi mereka untuk berperan serta
dalam
pelajaran itu.
Menyampaikan tujuan, Siswa perlu mengetahui dengan
jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu
pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa
yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai
berperan serta dalam pelajaran.
Presentasi dan Demonstrasi, Fase ini merupakan fase
kedua pengajaran langsung. Guru melaksanakan

presentasi
atau
demonstrasi
pengetahuan
dan

keterampilan. Kunci keberhasilan kegiatan demonstrasi
ialah tingkat kejelasan demostrasi informasi yang
dilakukan dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang
efektif.
Mencapai kejelasan,
Hasil-hasil penelitian secara
konsisten menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk
memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada
siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses
belajar mengajar.
Melakukan demonstrasi, Pengajaran langsung berpegang
teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari
(hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar
dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat
waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and
error.”
Mencapai pemahaman dan penguasaan, Untuk menjamin
agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan
bukan
sebaliknya,

guru
perlu
benar-benar
memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap
demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya
agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar.
Berlatih, Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan
benar
diperlukan
latihan
yang
intensif,
dan
memperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan
atau konsep yang didemonstrasikan.
Memberikan latihan Terbimbing, Salah satu tahap penting
dalam
pengajaran
langsung
ialah
cara
guru

mempersiapkan
dan
melaksanakan
“pelatihan
terbimbing.” Keterlibatan siswa secara aktif dalam
pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar
berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa
menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru.

2.2

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING

Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran
yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa
dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda
kedalam kelompok-kelompok kecil (Saptono, 2003:32).
Kepada siswa diajarkan keterampilan keterampilan
khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam
kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman
sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi
dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih
lemah, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik
strategi ini dilengkapi dengan LKS yang berisi tugas atau
pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Selama bekerja
dalam
kelompok,
setiap
anggota
kelompok
berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan
memberikan respon terhadap pendapat temannya.
Setelah menyelesaikan tugas kelompok, masing-masing
menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk
didiskusikan dengan seluruh siswa.

Berikut ini model pembelajaran yang dapat mewakili
model-model cooperative learning
1.

Student teams achievement division (STAD)

a)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan
oleh Slavin dkk.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe
STAD:
Guru
menyampaikan
materi
pembelajaran
atau
permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar
yang akan dicapai.
b)
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa
secara individual sehingga akan diperoleh skor awal.
c)
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang
berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang
berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
d)
Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan
dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan
untuk penguatan pemahaman materi.
e)
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat
rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f)
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa
secara individual.

g)
Guru memberi penghargaan pada kelompok
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini)
2.

Jigsaw (model tim ahli)

a)
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali
dikembangkan oleh Aronson dkk. Langkah-langkah
mengaplikasikan tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut:
Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok,
dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah serta jika mungkin anggota
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap
mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok ini disebut
kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal
menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran
yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini,
setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian
materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan
materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam
kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart
Group/CG).
Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi
pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana
bagaimana menyampaikan kepada temannya jika
kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson
disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji).

Misal suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi
pembelajaran yang dicapai sesuai dengan tujuan
pembelajarannya terdiri dari dari 5 bagian materi
pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5
kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8
kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota
kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal
memberikan informasi yang telah diperoleh dalam diskusi
di kelompok ahli dan setiap siswa menyampaikan apa
yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli.
Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang dilakukan
oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.
b)
Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli
maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi
masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian
salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi
kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang
telah didiskusikan.
c)

Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

d)
Guru memberikan penghargaan pada kelompok
melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke
skor kuis berikutnya (terkini).
e)
Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi
beberapa bagian materi pembelajaran.
f)
Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe
Jigsaw untuk belajar materi baru, perlu dipersiapkan

suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3.
Group investivigation go a round (infvestigasi
kelompok)
Langkah-langkah:
a)
Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri
dari ± 5 siswa
b)
Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat
analitis
c)
Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam
menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran
searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.

4.

Think pair and share

Langkah-langkah:
a)

Guru menyampaikan inti materi

b)
Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang
materi/permasalahan yang disampaikan guru
c)
Guru memimpin pleno
mengemukakan hasil diskusinya

dan

tiap

kelompok

d)
Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan
pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum
diungkap siswa

e)

kesimpulan

5.

Make a match (membuat pasangan)

Langkah-langkah:
a)
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi
beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review
(satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya
berupa kartu jawaban)
b)
Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan
jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
c)
Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu
yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban)
d)
Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin
e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian
seterusnya
f)

Kesimpulan.

6.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads
Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh
Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan
untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman

pembelajaran atau mengecek
terhadap materi pembelajaran.

pemahaman

siswa

Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
a)
Guru menyampaikan materi pembelajaran atau
permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar
yang akan dicapai.
b)
Guru memberikan kuis secara individual kepada
siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
c)
Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok,
setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota
kelompok diberi nomor atau nama.
d)
Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan
bersama dalam kelompok.
e)
Guru mengecek pemahaman siswa dengan
menyebut salah satu nomor (nama) anggota kelompok
untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk
oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
f)
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat
rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada akhir pembelajaran.
g)
Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara
individual.
h)
Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui
skor
penghargaan
berdasarkan
perolehan
nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke
skor kuis berikutnya (terkini).

7.
Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted
Individualization atau Team Accelerated Instruction)

Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh
Slavin.
Tipe
ini
mengkombinasikan
keunggulan
pembelajaran kooperatif dan pembelajaran idnidvidual.
Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajarannya
lebih
banyak
digunakan
untuk
pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah
setiap
siswa
secara
individual
belajar
materi
pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil
belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk
didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok,
dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah
sebagai berikut:
a)
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
mempelajari materi pembelajaran secara individual yang
sudah dipersiapkan oleh guru.
b)
Guru memberikan kuis secara individual kepada
siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
c)
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap
kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan

rendah). Jika mungkin, anggota kelompok terdiri dari ras,
budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan
kesetaraan jender.
d)
Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan
dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota
kelompok saling memeriksa jawaban teman satu
kelompok.
e)
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat
rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f)
Guru memberikan kuis kepada siswa secara
individual.
g)
Guru memberi penghargaan pada kelompok
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini)

8.

Model pembelajaran Bertukar Pasangan

Model pembelajaran bertukar pasangan
pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup
mana siswa akan bertukar pasangan dengan
lainnya dan nantinya harus
kembali ke
semula/pertamanya.

termasuk
tinggi, di
pasangan
pasangan

Langkah-langkah pembelajarannya :
a)
Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2
orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa
memilih sendiri pasangannya).

b)
Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan
tugas dengan pasangannya.
c)
Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan
satu pasangan dari kempok yang lain.
d)
Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan,
kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan
dan mencari kepastian jawaban mereka.
e) Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan
kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
f)

Kesimpulan.

g)

Penutup.

9.
Model pembelajaran Two Stay Two Stray / Dua
Tinggal Dua Tamu
Model pembelajaran two stay two stray / Dua Tinggal Dua
Tamu merupakan model pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil
dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan
dengan cara saling mengunjungi/bertamu antar kelompok
untuk berbagi informasi.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
a) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah
4 (empat) orang.
b)
Setelah selesai, dua orang dari masing-masing
menjadi tamu kedua kelompok yang lain.

c)
Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas
membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka.
d)
Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka
sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok
lain.
e)
Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja
mereka.
f)

Kesimpulan..

10. Pair Check
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu
Pair Check. Model pembelajaran ini juga untuk melatih
rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi
penilaian.
Langkah-langkah Pembelajarannya sebagai berikut :
a)

Bekerja Berpasangan

Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua)
siswa. Setiap pasangan
mengerjakan soal yang pas
sebab semua itu akan membantu melatih siswa dalam
menilai.
b)

Pelatih Mengecek

Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
c)

Bertukar Peran

Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1
– 3.
d)

Pasangan Mengecek

Seluruh
pasangan
tim
membandingkan jawaban.
e)

kembali

bersama

dan

Penegasan Guru

Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
11. Model Pembelajaran Berpikir-Berpasangan-Berempat
dalam mengembangkan Kecakapan Komunikasi

Model
Pembelajaran
Berpikir-Berpasangan-Berempat
merupakan pengembangan dari Think-pair-share yang
dikembangkan oleh Frank Lyman dan Think-pair-square
oleh
Spencer
Kagan.
Anita
Lie
(Lie,2002:56)
mengkombinasikan kedua teknik tersebut menjadi teknik
berpikir-berpasangan-berempat
sebagai
struktur
pembelajaran kooperatif. Teknik ini memberikan pada
kesempatan lebih banyak siswa untuk mengapresiasikan
dirinya. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan tingkatan usia anak didik.
Think-pair-share adalah suatu strategi pembelajaran yang
tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif dan
waktu tunggu. Pendekatan khusus yang diuraikan mulamula oleh Frank Lyman dan kawan-kawan dari universitas
Maryland pada tahun 1985 ini merupakan cara yang
efektif untuk mengubah pola diskursus didalam kelas.

Menurut Arends dalam Alhadi (2006:12) Strategi ini
menentang ansumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi
perlu dilakukan didalam setting seluruh kelompok serta
memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk
memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir,
menjawab dan saling membantu orang sama lain.
Strategi Think-pair-square yang dikembangkan
Spencer Kagan terdiri dari tiga tahap yaitu:

oleh

Tahap 1 : Thingking (Berpikir). Guru mengajukan
pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan
palajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan
pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri beberapa
saat.
Tahap 2 : Pairing (Berpasangan). Guru meminta siswa
berpasangan
dengan
siswa
lain
untuk
dapat
mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap
pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat
berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanya atau
berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah
diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4 sampai 5
menit untuk berpasangan.
Tahap 3 : Sharing (Berbagi). Pada tahap akhir ini, guru
meminta pasangan siswa untuk membentuk kelompok
yang lebih besar untuk berbagi yang tentang apa yang
telah mereka pelajari dan seterusnya sampai seluruh
kelas.
Adapun prosedur pembelajaran kooperatif tipe BerpikirBerpasangan-Berempat adalah sebagai berikut :

a) Guru membagi siswa kedalam kelompok dimana satu
kelompok terdiri dari 4 orang dengan pengelompokkan
heterogen berdasarkan kemampuan akademiknya dan
jenis kelaminnya.
b)

Guru memberikan LKS kepada masing-masing siswa,

c)
Dalam pengerjannya, mula-mula siswa diminta
bekerja sendiri-sendiri lalu berpasangan dengan salah
satu teman kelompoknya dan selanjutnya dengan
kelompok berempat.
d)
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang
berhubungan dengan LKS, kemudian siswa diminta untuk
memikirkan jawabannya secara mandiri beberapa saat.
Lalu kembali berpasangan dengan salah satu teman
kelompoknya
dan
berdiskusi
untuk
meyakinkan
jawabannya. Setelah beberapa waktu siswa diminta
kembali kedalam kelompok berempatnya dan berbagi
jawaban serta berdiskusi untuk saling meyakinkan dalam
mencari jawaban terbaik.
e)
Guru memanggil salah satu kelompok atau
perwakilannya untuk ke depan kelas dan memberikan
kesimpulan jawaban yang telah disepakati kelompoknya
dan ditanggapi oleh seluruh siswa sampai ditemukan
suatu kesimpulan.

12. Tipe Berkirim Salam dan Soal
Menurut Subandriyo (2006) tipe berkirim salam dan soal
merupakan strategi yang bertujuan untuk mensiasati

agar semua terlibat aktif guna memperoleh pengalaman
belajar nyata yang menyenangkan. Selain itu, tipe
berkirim salam dan soal memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada siswa untuk melatih pengetahuan
dan keterampilan mereka.
Dalam tipe berkirim salam dan soal siswa diberi
kesempatan untuk membuat pertanyaan terhadap materi
yang akan dibahas pada hari itu. Dengan demikian,
mereka lebih terdorong untuk belajar karena nantinya
mereka akan bertukar soal dan menjawab pertanyaan
yang dibuat oleh kelompok lain.
Adapun
langkah-langkah
yang
dilakukan
dalam
pelaksanaan tipe berkirim salam dan soal menurut
Irmaika (2009) adalah sebagai berikut :
a)

Guru menentukan topik yang akan dibahas.

b)
Guru menyampaikan materi secara interaktif untuk
memunculkan pertanyaan yang terfikirkan oleh siswa.
c)
Guru membagi siswa dalam kelompok dan disetiap
kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa
pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain dan
menciptakan sapaan dan sorak khas kelompok.
d)
Masing-masing kelompok mengirimkan utusan yang
akan memberikan soal dan menyampaikan salam
(sapaan dan sorak khas).
e)
Setiap kelompok mengirimkan soal kiriman dari
kelompok lain.

f)
Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok
dicocokkan dengan jawaban kelompok yang membuat
soal.
g)
Di akhir pelajaran, guru memberikan penegasan
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

13. Tipe Kepala Bernomor
Tehnik belajar mengajar kepala bernomor dikembangkan
oleh Spencer Kagan (1992). Tehnik ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ideide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Selain itu, tehnik ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerja sama mereka.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala
bernomor, yaitu :
a)
Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam
setiap kelompok mendapat nomor.
b)
Penugasan diberikan kepada setiap siswa
berdasarkan nomornya, siswa nomor 1 bertugas
menyebutkan nama bendanya, siswa nomor 2 betugas
menyebutkan warnanya, siswa nomor 3 menyebutkan
bentuknya, siswa nomor 4

14. Kepala Bernomor Struktur

Model
Pembelajaran
Kepala
Bernomor
Struktur
merupakan
modifikasi
dari
model
pembelajaran
Numbered Heads Together. Perbedaan yang mendasar
antara keduanya adalah pada penugasan dan masuk
keluarnya anggota kelompok.
Adapun
langkah-langkah
sebagai berikut :
a)

pembelajarannya

adalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.

b)
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok
beranggotakan 3-4 siswa. Siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor urut 1 sampai 4.
c)
Guru memberi tugas siswa, penugasan diberikan
kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas
yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas
mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan
siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan
seterusnya.
d)
Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar
kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan
bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari
kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas
yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan
hasil kerja sama mereka.
e) Melaporkan hasil kerja kelompok dan tanggapan dari
kelompok yang lain.
f)

Kesimpulan.

15. Model Pembelajaran Snowball Throwing
Model Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa
untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan
menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam
satu
kelompok.
Lemparan
pertanyaan
tidak
menggunakan tongkat seperti model pembelajaran
Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi
pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu
dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang
mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab
pertanyaannya.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
a)
Guru menyampaikan pengantar materi yang akan
disajikan, dan KD yang ingin dicapai.
b)
Guru membentuk siswa berkelompok, lalu
memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi.
c)
Masing-masing ketua kelompok kembali ke
kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan
materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
d)
Kemudian masing-masing siswa diberikan satu
lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan
apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan
oleh ketua kelompok

e)
Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut
dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa
yang lain selama ± 15 menit.
f)
Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan
diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola
tersebut secara bergantian
g)

Evaluasi.

h)

Penutup.

16. Bola Salju (Snowballing)
Dinamakan metode snow balling dikarenakan dalam
pembelajaran siswa melakukan tugas individu kemudian
berpasangan. Dari pasangan tersebut kemudian mencari
pasangan yang lain sehingga semakin lama anggota
kelompok semakin besar bagai bola salju yang
menggelinding.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang
dihasilkan dari siswa secara bertingkat. Dimulai dari
kelompok yang lebih kecil berangsur-angsur kepada
kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan
memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah
disepakati oleh siswa secara kelompok.
Langkah-langkah penerapan:
a)

Sampaikan topik materi yang akan diajarkan.

b)

Minta siswa untuk menjawab secara berpasangan.

c)
Setelah siswa yang bekerja berpasangan tadi
mandapatkan jawaban, pasangan tadi digabung dengan
pasangan di sampingnya. Dengan demikian terbentuk
kelompok yang beranggotakan 4 orang.
d)
Kelompok berempat ini bekerja mengerjakan tugas
yang sama seperti dalam kelompok 2 orang. Tugas ini
dapat dilakukan dengan membandingkan jawaban
kelompok 2 orang dengan kelompok 2 orang lainnya.
dalam kegiatan ini perlu dipertegas bahwa jawaban harus
disepakati oleh semua anggota kelompok yang baru.
e)
Setelah kelompok berempat ini selesai mengerjakan
tugas, setiap kelompok digabung lagi dengan kelompok
berempat lainnya. Dengan demikian sekarang setiap
kelompok baru beranggotakan 8 orang.
f)
Yang dikerjakan pada kelompok baru ini sama
dengan tugas pada langkah ke-4 di atas. Langkah ini
dapat dilanjutkan sesuai dengan jumlah siswa dan waktu
yang tersedia.
g)
Masing-masing kelompok diminta menyampaikan
hasil diskusinya di depan kelas.
h) Guru akan membandingkan hasil dari masing-masing
kelompok kemudian memberikan ulasan-ulasan yang
dianggap perlu.
17. Model
Kelompok

Pembelajaran

Round

Club

Atau

Keliling

Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok
adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi
konsep. Menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut
teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompakpartisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang,
siswa heterogen (kemampuan gender, karakter) ada
control dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab hasil
kelompok berupa laporan atau presentasi.
Langkah-langkah pembelajaran
a)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompotensi dasar
b)

Guru membagi siswa menjadi kelompok

c)

Guru memberikan tugas atau lembar kerja

d)
Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok
menilai dengan memberikan pandangan dan pemikiran
mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
e)

Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya

f)
Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan
arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan

18. Model Pembelajaran Model Picture and Picture
Langkah Model Pembelajaran Model Picture and Picture
a)

Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

b)

Menyajikan materi sebagai pengantar

c)
Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar
kegiatan berkaitan dengan materi
d)
Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan
yang logis
e)
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan
gambar tersebut
f)
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai
menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai
g)

Kesimpulan/rangkuman

19. Lingkaran Besar Dan Lingkaran Kecil (Inside – Outside
– Circle)
Langkah-langkah :
a) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan
menghadap keluar
b)
Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar
lingkaran pertama, menghadap ke dalam
c) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan
besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa
dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan

d)
Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di
tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar
bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
e)
Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar
yang membagi informasi. Demikian seterusnya
20. Bercerita Berpasangan
Tahap-tahap pembelajaran
berpasangan antara lain

kooperatif

tipe

bercerita

a)
Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan
diberikan menjadi dua bagian.
b)
Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar
memberikan pengenalan mengenai topik yang akan
dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar
bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa
yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan
brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan
skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan
pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, pengajar perlu
menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar
bukanlah tujuannya. Yang lebih penting adalah kesiapan
mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan
diberi hari itu.
c)

Siswa dipasangkan.

d)
Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang
pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian
yang kedua.

e)
Kemudian siswa disuruh mendengarkan atau
membaca bagian mereka masing-masing.
f)
Sambil membaca/mendengarkan, siswa disuruh
mencatat dan mendaftar beberapa kata/frasa kunci yang
ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa
disesuaikan dengan panjang teks bacaan.
g)
Setelah selesai membaca, siswa saling menukar
daftar kata/frasa kunci dengan pasangan masing-masing.
h) Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang
telah dibaca/didengarkan sendiri, masing-masing siswa
berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum
dibaca/didengarkan
(atau
yang
sudah
dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan katakata/frasa-frasa kunci dari pasangannya. Siswa yang
telah membaca/mendengarkan bagian yang pertama
berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya.
Sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian
yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
i)
Tentu saja, versi karangan sendiri ini tidak harus
sama dengan bahan yang sebenarnya. Tujuan kegiatan
ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar,
melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam
kegiatan belajar dan mengajar. Setelah selesai menulis,
beberapa
siswa
bisa
diberi
kesempatan
untuk
membacakan hasil karangan mereka.
j)
Kemudian, pengajar membagikan bagian cerita yang
belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa
membaca bagian tersebut.

k)
Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai
topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa
dilaksanakan antara pasangan atau dengan seluruh
kelas.

21. Bamboo Dancing
Pembelajaran dengan metode bamboo dancing sangat
baik digunakan untuk mengajarkan berkaitan informasi informasi awal guna mempelajari materi selanjutnya.
Dengan
menggunakan
metode
bamboo
dancing
diharapkan terjadi pemerataan informasi atau topik yang
diketahui oleh siswa. Metode bamboo dancing tentunya
sangat bermanfaat guna pembelajaran di kelas agar lebih
variatif sehingga tidak membosankan siswa.
Adapun langkah-langkah metode pembelajaran bamboo
dancing adalah sebagai berikut :
a)
Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oelh
guru. Pada tahap ini guru dapat menuliskan topik atau
melakukan tanya jawab kepada siswa berkaitan dengan
pengetahuan peserta didik tentang topik yang diberikan.
Langkah ini perlu dilakukan agar siswa lebih siap
menghadapi materi yang baru.
b)
Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar.
Misalkan jika dalam kelas terdapat 40 anak , maka tiap
kelompok besar terdiri 20 orang.
c)
Pada kelompok besar 20 orang, kemudian dibagi
menjadi dua kelompok masing-masing 10 orang diatur

yang saling berhadap-hadapan dengan 10 orang yang
lainnya, dengan posisi berdiri. Pasangan ini disebut
dengan pasangan awal.
d)
kemudian guru membagiakn topik yang berbedabeda
kepada
masing-masing
pasangan
untuk
didiskusikan. Dalam langkah ini guru memberi waktu
yang cukup agar materi yang didiskusikan benar-benar
dipahami siswa.
e)
Usai berdiskusi , 20 orang dari tiap-tiap kelompok
besar yang yang berdiri berjajar saling berhadapa itu
bergeser mengikuti arah jarum jam . Dengan cara ini tiaptiap peserta didik mendapat pasangan baru dan saling
berbagi informasi yang berbeda, demikian seterusnya.
Pergerakan searah jarum jam baru berhenti ketika
peserta didik kembali ke tempat asalnya. Gerakan saling
bergeser dan berbagai informasi inilah menyerupai
gerakan pohon bamboo yang menari-nari.
f)
Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian
dipresentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfalitasi
terjadinya intersubyektif, dialog interaktif, tanya jawab
dan sebagainya. Melalui kegaiatan ini dimaksudkan agar
pengetahuan hasil diskusi oleh tiap-tiap kelompok besar
dapat diobyektifkan dan menjadi pengetahuan bersama
seluruh kelas.

22. Kancing Gemerincing
Langkah-langkah pembelajaran tipe ini adalah :

a)
Guru menyipkan satu kotak kecil berisi kancingkancing.
b) Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan dua atau
tiga buah kancing.
c)
Setiap kali seorang siswa berbicara, dia harus
menyerahkan salah satu kancingnya.
d)
Jika kancingnya sudah habis, dia tidak boleh
berbicara lagi sampai kancing semua rekannya habis.

2.3 MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBL)

Arends mengemukakan ada 5 fase (tahap) yang perlu
dilakukan untuk mengimplementasikan PBL. Fase-fase
tersebut merujuk pada tahap-tahapan praktis yang
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL
Fase 1:
Mengorientasikan mahasiswa pada masalah Menjelaskan
tujuan
pembelajaran,
logistik
yang
diperlukan,
memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih

Fase 2:

Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar Membantu
mahasiswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi

Fase 3:

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk
penjelasan dan pemecahan

Fase 4:

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Membantu
mahasiswa merencanakan dan menyi-apkan karya yang
sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Fase 5:

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah Membantu mahasiswa melakukan refleksi
terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan
selama berlangusungnya pemecahan masalah.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Model pembelajaran langsung merupakan model
pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dan lebih
mengutamakan strategi pembelajaran efektif
guna
memperluas informasi materi ajar.
Adapun Ciri-ciri pembelajaran langsung yaitu :
§ Adanya tujuan pembelajaran
§
Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan
pembelajaran
§
sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang
mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran.
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan
salah satu model pembelajaran yang mendukung
pembelajaran
kontekstual.
Sistem
pengajaran
Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem
kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk
di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson &
Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif,

tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian
bekerja sama, dan proses kelompok.