NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Pengaruh Penambahan Accelelator Terhadap Waktu Vulkanisasi Dengan Variasi (2Phr dan 3Phr) Pada Rubber Bushing.

(1)

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH PENAMBAHAN

ACCELELATOR

TERHADAP WAKTU

VULKANISASI

DENGAN

VARIASI (2Phr dan 3Phr) PADA

RUBBER BUSHING

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana S1 pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun :

ARDI NAWIYANTO

D 200 060 042

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYH SURAKARTA


(2)

PENGARUH PENAMBAHAN ACCELELATOR TERHADAP

WAKTU VULKANISASI DENGAN VARIASI (2Phr dan 3Phr)

PADA RUBBER BUSHING

Ardi Nawiyanto, Masyrukan, Agus Yulianto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura.

Email : ardycopral@gmail.com

RINGKASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan accelelator (pencepat) terhadap waktu vulkanisasi pada rubber bushing dan mengetahui kualitas rubber bushing, dalam hal ini untuk mengetahui kualitas tersebut, dilakukan beberapa pengujian yaitu pengujian tarik, tekan, kekerasan Shore A, Komposisi Kimia dengan metode SEM dan uji foto makro, dari pengujian tersebut didapatkan hasil sesuai dengan formulasi atau campuran yang ada.

Dalam penelitiannya penulis menggunakan metode perbandingan, yaitu dengan melakukan pengujian yang telah ditentukan, pengujian itu berlaku untuk sampel dengan variasi accelelator 2phr dan 3phr, yang kemudian dari pengujian tersebut diperoleh hasil atau data, yang berbeda-beda dan bervariasi, ini menunjukan bahwa tiap produk atau sampel memiliki kualitas yang berbeda-beda pula.

Berdasarkan pengujian dan penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil yang bervariasi, dari pengujian tarik pada sampel A menunjukan hasil 5.108 Mpa sedangkan pada sampel B 5.707 Mpa, dilihat dari hasil pengujian tarik sampel B mepunyai nilai kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan sampel A. Pada pengujian tekan antara sampel A dengan sampel B memiliki rata-rata penyusutan yang hampir sama yaitu ±0.2mm, dilihat dari ukuran panjang, tebal, dan lebarnya. Dari uji kekerasan diperoleh hasil sampel B memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan sampel A yaitu sampel A 38 shore A dan sampel B 40.2 shore A. Hasil dari pengujian komposisi kimia dengan metode uji SEM-EDX total kandungan komposisi kimia yang terkandung pada sampel A lebih tinggi dibandingkan sampel B yaitu sampel A 10.84% dan sampel B 10.35%. Dari pengujian foto struktur makro yang terlihat pada gambar sampel A dan sampel B memiliki tingkat kekasaran yang hampir sama yaitu halus dan padat, pada patahannya juga memiliki hasil yang hampir sama.


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Tugas

akhir

berjudul

"

Pengaruh

Penambahan Accetelator Terhadap

Waktu

Vulkanisasi Dengan

Variasi (2Phr dan 3phr) Pada

Rubber

Bushing

o,

telah

dipertahankan dihadapan

Tim

penguji

dan

telah

dinyatakan

sah

untuk

memenuhi

sebagian

syarat

memperoleh gelar

sarjana

51

pada

Jurusan

Teknik Mesin

Fakultas

Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dipersiapkan

oleh:

Nama

:

ARDI NAWIYANTO

NIM

: D200 060 042 Disetujui pada

Hari

,

.-\ttrnn'o'\

ransgar

,

I

lyf%\q

Pembimbing utama

lr. Masvrukan.

MT

Pembimbing pendamping

eo"W/

\MV

Aqus

Yulianto.

ST.MT

gL'

Ketua Jurusan

Teknik

Mesin Universitas

Muhamadiyah

Surakarta

l

I

lt

lrwL

Tri

Widodo

BR. ST.MSc.PhD


(4)

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat, praktis, ringan dan tentu saja modern. Hampir disegala sektor atau bidang kehidupan selalu kita jumpai

barang-barang yang terbuat dari bahan karet, misalnya ban mobil, engine

mounting, rubber bushing pada mesin mobil dan pelengkap pada mobil lainnya.

Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama karet alam terbesar di dunia yang dapat mengekspor hasil komoditas perkebunan karet ke beberapa negara. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat, praktis, ringan dan tentu saja modern. Hampir disegala sektor atau bidang kehidupan selalu kita temui barang-barang yang terbuat dari bahan karet,

misalnya ban mobil, dan karet peredam per daun (rubber bushing)

yang berfungsi untuk menghubungkan arm dengan chassis agar tidak

terjadi singgungan antar-logam. Karena itu rubber bushing

menggunakan bahan karet. Semakin keras bahan yang digunakan,

mobil terasa lebih rigid atau kaku. Maka dari itu mobil balap kerap

menggunakan bahan Teflon atau polyurethane untuk komponen ini.

Setiap Kendaraan yang pada umumnya memiliki beban


(5)

tidak terjadi singgungan antar-logam yang terhubung antara suspensi pegas daun dan rangka kendaraan yang digunakan untuk mengisolasi getaran agar pengemudi dan penumpang terhindar dari guncangan

dan kebisingan yang dihasilkan kendaraan. Rubber bushing adalah

sebuah karet peredam terikat di antara pegas dan rangka yang dapat menekan secara bersama-sama atau dengan kekuatan yang berlawanan. Pada tekanan karet cenderung menonjol keluar secara terpusat dari sisi sebuah karet terikat di antara bushing suspensi dan rangka diantara karet untuk mencegah keretakan pada saat kendaraan dijalankan.

Komponen karet yang ada merupakan bagian yang sangat

penting dari sebuah kendaraan bermotor, terutama mobil penumpang. Kecuali ban, maka dalam satu mobil terdapat banyak sekali komponen karetnya antara lain karet untuk peredam per daun yang diperlukan agar mobil berfungsi lebih aman, dan memberikan kenyamanan pada penumpang.

Menurut Rubber Stiching, Amsterdam (1983) pada

pembuatan barang-barang karet yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam standar biasanya terdiri atas karet mentah, pemvulkanisasi, penggiat, anti oksidan/anti ozonan, pengisi dan pelunak. Karet mentah untuk otomotif dapat berupa karet alam maupun karet sintetis (Majalah BBKKP, 1999). Pemvulkanisasi


(6)

membentuk ikatan silang dengan molekul karet pada proses vulkanisasi.

Menurut Eirich, F. R. (1978) pemvulkanisasi yang digunakan tergantung pada bahan karet yang digunakan, dan dapat berupa

belerang, benzil peroksida, dikumil peroksida, oksida logam, dan

lain-lain. Penggiat (activator) berfungsi mengaktifkan kecepatan reaksi

vulkanisasi, biasanya digunakan kombinansi oksida logam dengan asam lemak misalnya kombinasi ZnO dengan asam stearat. Bahan

pencepat (accelelator) fungsinya mempercepat vulkanisasi, dapat

berupa pencepat primer (sulfonamide dan Thianzole) maupun

pencepat sekunder (Aldehid-amine Guanidin, Thiuram dan Di

thiocarbamate). Dalam praktek biasanya digunakan kombonasi pencepat primer dengan pencepat sekunder. Bahan anti oksidan berfungsi mencegah pengusangan yang disebabkan oleh oksigen.

Bahan pengisi (filler) fungsinya memperbaiki beberapa sifat fisika dan

menekan harga. Sedangkan fungsi bahan pelunak (pricessing oil)

adalah membantu mendapatkan sifat karet yang lebih lunak. 2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Mengetahui pengaruh penambahan accelelator (pencepat)

terhadap waktu vulkanisasi rubber bushing.

2) Mengetahui kualitas rubber bushing dengan pengujian tarik, tekan,


(7)

B. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 1. Tinjauan Pustaka

Harry L T, Darwis S H, Indra Surya (2012), dengan judul

penelitian “ Pengaruh penambahan alkanolamida terhadap karakteristik pematangan dan kekerasan vulkanisat karet alam berpengisi silika ”. Pembuatan dietanolamida dilakukan dengan

mereaksikan RBDPS (Refined Bleched Deodorised Palm Stearin)

dengan dietanolamin pada tekanan atmosfir. Sebanyak 91,6 gram RBDPS dan 42,16 gram dietanolamin dimasukan kedalam labu yang berukuran 1liter. Penggunaan penambahan katalis Natrium Metoksida yang terlebih dahulu telah dilarutkan dalam metanol (10 gram 40 ml) bertujuan untuk mempercepat proses reaksi amidasi. Campuran bahan tersebut kemudian diaduk selama 5 jam pada suhu 70-80 °C. Hasil dari reaksi tersebut kemudian diekstraksi dengan menggunakan dietileter dan larutan NaCl jenuh didalam corong pisa. Karena sifat dari dietanolamida yang tidak larut dalam larutan garam, tetapi larut dalam larutan yang bersifat non-polar maka secara otomatis alkalolamida akan larut dalam dietileter. Pemisahan hasil ekstraksi dilakukan berdasarkan sifat dari kedua larutan antara dietileter dan larutan NaCl jenuh yang tidak saling bercampur menyebabkan terbentuknya terbentuknya dua lapisan. Lapisan atas merupakan campuran dietileter yang melarutkan alkanolamida, maka


(8)

lapisan tersebut disahkan kemudian dirotary evapotator untuk memperoleh alkanolamida.

Senyawa karet alam disediakan menurut resep sistem vulkanisasi semi-efisien. Pencampuran karet alam dan bahan-bahan

lainnya dilakukan pada Two-roll mill. Pencampuran karet alam

dengan dengan bahan-bahan lain dilakukan secara bertahap hingga keadaan homogen pada suhu ± 21-25 °C selama ±24 jam.

Pengujian waktu matang optimum dilakukan dengan

menggunakan Monosanto Oscillating-Disk Rheometer dengan suhu

150 °C. Vulkanisasi yang dilakukan menggunakan KAO tech hot press pada suhu 150 °C dengan waktu pematangan t90 yang telah diperoleh dari data pengujian waktu vulkanisasi/pematangan optimum. Pengukuran kekerasan vuklanisat dilakukan berdasarkan ASTM D 2240 dengan menggunakan duro meter shore A.

Hasil dari pembuatan alkanolamida dibuktikan melalui bilangan gelombang yeng terbentuk dari gugus karbonil amida yang diperlihatkan pada gambar 1. Dimana munculnya pita serapan pada bilangan gelombang C-Dan (1558 cm¯¹). Pada bilangan gelombang daerah 3356 cm¯¹ menunjukan adanya vibrasi gugus OH. Pada bilangan gelombang 1069 cm¯¹ Yang merupakan vibrasi stretching C-O. Pada bilangan gelombang 717 merupakan –(CH2 )dan yang merupakan rantai hidrokarbon alkil rantai panjang [4].


(9)

(10)

B. Landasan Teori 1. Karet

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi

kesusuan (dikenal sebagai latex) di getah beberapa jenis tumbuhan

tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah

pohon karet Para. Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae). Ini dikarenakan

melukainya akan memberikan respons yang menghasilkan lebih banyak latex lagi. Struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Hevea, Spesies : Hevea brasiasiliensis (Tim Penulis, PS. 2007).

Karet alam memiliki sifat umum yaitu memiliki warna agak kecoklat – cokltan, dengan berat jenis 0,91 – 0,93. Sifat mekaniknya tergantung dari derajat vulkanisasi, sehingga dapat dihasilakan banyak jenis sampai jenis yang kaku seperti ebonite. Temperatur penggunaan

yang paling tinggi sekitar 99 0C, melunak pada suhu 130 0C dan terurai

sekitar 200 0C. Sifat isolasi listriknya berbeda karena pencamouran

dengan adiktif. Namun demikian, karakteristik listrik pada frekuensi tinggi sangat jelek. Zat tersebut dapat larut dalam hidrokarbon, ester asam asetat dan sebagainya (Ompungsunggu. 1987).


(11)

a. Bahan baku karet digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat penghubung dan penahan getar.

b. Sebagai alat rumah tangga dan kantor, seperti selang air, kasur busa.

c. Hasil samping tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah batang pohon karet.

d. Mampu membentuk ekologi Hutan. 2. Struktur Kimia Karet

Polyisoprena adalah gabungan dari unit – unit monomer

hydrocarbon C5H8 (isoprene) yang membentuk rantai panjang dan

jumlahnya sangat banyak. Karet alam adalah makro molekul

polyisoprena yang bergabung dengan ikatan kepala ke ekor. Konfigurasi dari polimer ini adalah konfigurasi ”cis” dengan susunan ruang yang teratur, sehingga rumus dari susunan karet adalah 1,4 cis

polyisoprena. Susunan ruang demikian membuat karet mempunyai sifat

kenyal. Adapun rumus bangun dari isoprena, polyisoprena dan cis 1,4

polyisoprena dapat dilihat dibawah ini. CH3

CH2 = C – CH = CH2

Gambar 2.2 Struktur monomer Isoperna.

CH3 CH3

- CH2 – C = CH – CH2 – CH2 – C = CH – CH2 – n


(12)

– CH2 CH2 – C = C

CH3 H n

Gambar 2.4 Rumus bangun cis - 1,4 - Polyisoprena Sumber : Stevens, M.P. 2001.

”n” adalah derajat polimerisasi yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah monomer dalam rantai polimer. Nilai ”n” dalam karet berkisar antara 3000 – 15000.

Viskositas karet berkorelasi dengan nilai ”n”. Semakin besar nilai

n akan semakin penjang rantai molekul karet menyebabkan viskositas

mooney semakin tinggi. Karet yang terlalu keras kurang disukai konsumen, karena akan mengkonsumsi energi yang lebih besar sewaktu proses vulkanisasi pada pembuatan barang jadi. Tetapi

sebaliknya karet yang viskositas mooney-nya terlalu rendah juga

kurang disukai karena sifat tegangan putus dan perpanjangan putus menjadi rendah.

Adanya ikatan rangkap karbon ( -C=C- ) padas molekul karet memungkinkan dapat terjadi reaksi oksidasi. Oksidasi karet oleh udara

(O2) terjadi pada ikatan rangkap molekul, sehingga viskositas mooney

menurun. Terjadinya pemutusan ikatan rangkap molekul, sehingga panjang rantai polimer semakin pendek. Terjadinya pemutusan rantai polimer mengakibatkan sifat Po dan PRI karet jadi rendah. Oksidasi karet oleh udara (O2) akan semakin lambat bila kadar antioksidan alam


(13)

(protein dan lipida) tinggi serta kadar ion – ion logam dalam karet (Ca, Mg, Cu, Fe, Na, Rb dan Mn) rendah. (Ompusunggu, M. 1987)

3.

Bahan Pencepat(accelelator )

Pencepat, umumnya berupa senyawa organik adalah bahan yang biasanya ditambahkan dalam jumlah sedikit untuk mempercepat reaksi vulkaisasi kompon oleh belerang. Pencepat golongan oksida anorganik hanya digunakan dalam karet CR. Dalam sistem vulkanisasi belerang bahan pencepat membantu meningkatkan laju vulkanisasi kompon yang biasanya berlangsung lambat jika hanya mengandung belerang. Pencepat yang digunakan dapat berupa satu atau kombinasi dari dua atau lebih jenis pencepat.

Pencepat dapat diklasifikasikan kedalam beberapa kolompok berdasarkan golongan senyawa responterhadap vulkanisasi dan fungsinya.

Tabel 1. Kelompok pencepat berdasar fungsinya:

Pencepat primer Thiazol, sulfenamida

Pencepat sekunder Guanidin,Thiuram, Dithiokarbamat,

Dithiofosfat

Pencepat sekunder biasanya ditambahkan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada pancepat primer, yang bertujuam untuk lebih meningkatkan kecepatan matang komponen karet, atau dengan kata lain mempercepat laju vulkanisasi.

Tabel 2. Golongan pencepat dan respon terhadap


(14)

Golongan pencepat Respon Contoh Aldehida-amin Lambat HMT

Guanidin Sedang DPG,DOTG

Thiazol Semi-cepat MBT,MBTS

Sulfenamida Cepat-ditunda CBS,TBBS,

MBS,DIBS

Dithiofosfat Cepat ZBPP

Thiuram Sangat cepat TMTM,TMTD, TETD

Dithiokarbamat Sangat cepat ZDC,ZMDC, ZBDC

Karakteristik vulkanisasi kompon karet yang menggunakan bahan pencepat dari golongan senyawa yang berbeda, sangat berbeda nyata. Pengaruhnya terhadap jenis karet mentah juga bervariasi, misalnya pencepat yang responnya sangat cepat terhadap karet alam menjadi semi-cepat terhadap SBR. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jumlah pencepat yang ditambahkan umumnya karet sintetis lebih banyak pencepat, sebaliknya karet alam membutuhkan lebih banyak belerang

Pencepat golongan sulfenamida memiliki karakteristik vulkanisasi

yang spesifik karena memiliki sifat aktif-diperlambat (delayed action),

yaitu sifat dimana kompon karet mula-mula lambat matang, kemudian dengan cepat mencapai matang optimum. Golongan pencepat ini juga

memperihatkan gejala efek mendatar (plateau effect), yaitu gejala yang

terlihat setelah vukanisat mencapai matang optimum, yang apabila divulkanisasi lebih lanjut sifat fisik vulkanisatnyatidak segera menurun (reversion). Karena sifat-sifatnya yang menguntungkan tersebut pencepat golongan sulfameda sangat disukai dan banyak digunakan.


(15)

Tabel 3. Waktu scorch dan waktu masak optimum beberapa pencepat.

Jenis pencepat Waktu Scorch Mooney

120°C (menit)

Waktu masak optimum

140°C (menit)

DPG 25 50

MBTS 17 32

TMTD 9 7,5

CBS 28 25

C..METODELOGI PENELITIAN 1.Bahan dan alat pendukung

Bahan

a. Karet alam jenis RSS (Ribbed Smoked Sheet) b. Sulfur (belerang)

c. Stearic Acid (Asam Stearat) d. Zinc Oxide (Sengoksida) e. Carbon Black (silica)

f. White oil

g. Accelelator (pencepat) Alat

a. Mesin Two Roll Mixing (Alat Pencampur) b. Timbangan Digital

c. Unit Press Molding (Alat Pengepres Compound) d. Cetakan Komponen (Part Mold)

e. Unit Pemanas (Heater)

f. Unit Pengontrol Suhu (termocontrol)

g. Jangka Sorong h. Kunci Pas

i. Alat potong

j. WD 40


(16)

2. Prosedur Penelitian 2.1. Sampel Produk

Dalam penilitian ini sampel yang akan di uji digunakan 2

spesimen buatan sendiri dengan variasi accelelator 2phr dan 3phr.

Berikut gambar-gambar sampel uji.

Gambar 3.20 Sampel produk

2.2. Rancangan Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah diambil dari hasil pengujian yang dilakukan dari masing-masing

spesimen uji, baik spesimen dengan variasi accelelator 2phr dan

3phr, yang kemudian dibandingkan dari data hasil pengujian yang dilakukan. Yang kemudian akan dibahas pada bab empat, yaitu hasil pengujian dan pembahasan.


(17)

D. DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. HASIL PENGUJIAN

1.1 Komposisi Kompon

Prosedur kerja dalam pembuatan kompon rubber bushing

(karet peredam), maka perlu dilakukan penimbangan bahan-bahan sesuai dengan formulasi yang telah ditetapakan, yaitu formulasi kompon karet peredam. Berikut formulasi kompon karet dan bahan kimia serta bahan pencampur lainnya, untuk pembuatan karet kompon

peredam per daun:

Tabel 1. Formulasi kompon karet peredam, Sampel A

No Nama Bahan PHR (per hundred Rubber)

Gram

1 Karet Alam (RSS) 100 200

2 Carbon Black 25 50

3 White oil 1.5 3

4 Zinc oxide 2 4

5 Accelelator (MBTS) 2 4

6 Anti oxidant 2 4

7 Stearad acid 2 4

8 Sulfur 4 8


(18)

Tabel 2. Formulasi kompon karet peredam, Sampel B

No Nama Bahan PHR (per hundred Rubber)

Gram

1 Karet Alam (RSS) 100 200

2 Carbon Black 25 50

3 White oil 1.5 3

4 Zinc oxide 3 6

5 Accelelator (MBTS) 3 6

6 Anti oxidant 3 6

7 Stearad acid 3 6

8 Sulfur 4 8

1.2. Hasil vulkanisasi pengaruh penambahan accelelator 2phr

dan 3phr

Tabel 3. Pengaturan Suhu Sampel A

No Waktu (menit) Pengaturan suhu 0C

1 0 100

2 10 125

3 10 135

4 12 150

Tabel 4. Pengaturan Suhu Sampel B

No Waktu (menit) Pengaturan suhu 0C

1 0 100

2 10 125

3 10 135


(19)

Tabel 5. Hasil vulkanisasi

Waktu (menit) Sampel A Sampel B

32 Baik Rusak 31 Rusak Rusak 30 Rusak Rusak 29 Rusak Baik

1.3. Hasil Pengujian A. Pengujian Tarik

Tabel 6. Hasil Pengujian Tarik

No Karet Peredam Kekuatan Tarik (mpa)

1 Sampel A 5.108

2 Sampel B 5.707

B. Pengujian Tekan

Tabel 7. Data pengujian Tekan

No Karet Peredam Tebal (t0)

/mm

Panjang (p0)/mm

Lebar (l0)/mm

1 Sampel A 6.6 48 31.6

2 Sampel B 6.8 47.7 32.5

Tabel 8. Hasil pengujian Tekan

No Karet Peredam Tebal (t1)

/mm

Panjang (p1)/mm

Lebar (l1)/mm

1 Sampel A 6.4 47.3 30.5

2 Sampel B 6.6 46.5 31.1

C. Pengujian Kekerasan

Tabel 9. Hasil Pengujian Kekerasan, Uji Shore A

No Karet Peredam Kekerasan, Shore A

1 Sampel A 38

2 Sampel B 40.2


(20)

D. Pengujian Komposisi Kimia

Tabel 10. Hasil Pengujian Komposisi Kimia, Uji SEM-EDX

No Nama Unsur Sampel A

(%)

Sampel B (%)

1 C 0.00 0.00

2 Al 1.93 0.62

3 Si 2.14 1.45

4 S 5.03 5.94

5 Ca 0.71 0.15

6 Fe 1.03 2.19

10.84 10.35

E. Foto Struktur Makro

Gambar 4.1 Sampel A (Permukaan)


(21)

Gambar 4.3. Sampel A (Patahan)

Gambar 4.4. Sampel B (Patahan)

2. Pembahasan

2.1. Pengaruh Penambahan accelelator

Berdasarkan hasil vulkanisasi sampel B (29menit) waktu

vulkanisasinya lebih cepat dibanding dengan sampel A (32menit).

Accelelator, umumnya berupa senyawa organik adalah bahan yang biasanya ditambahkan dalam jumlah sedikit untuk mempercepat reaksi vulkaisasi kompon oleh belerang. Pencepat golongan oksida anorganik hanya digunakan dalam karet CR. Dalam sistem vulkanisasi belerang bahan pencepat membantu meningkatkan laju vulkanisasi kompon yang biasanya berlangsung lambat jika hanya mengandung belerang. Pencepat yang digunakan dapat berupa satu atau kombinasi dari dua atau lebih jenis pencepat.


(22)

2.2. Pengujian Tarik

Berdasarkan hasil uji tarik atau perpanjangan putus menunjukan bahwa variasi antara sampel A dan sampel B yaitu menunjukan angka 5.108 Mpa (sampel A) sedangkan 5.707 Mpa (sampel B).

Hal ini sesuai dengan yang tertulis di majalah BKKP (vol. XV, tahun 1999) bahwa vulkanisat dari sebuah karet alam elastisitasnya sangat tergantung dari grade dari karet alam tersebut, namun secara umum elastisitas karet alam lebih rendah bila dibandingkan dengan karet sintetis, sehingga makin banyak karet alam ditambahkan maka perpanjangan putusnya semakin tinggi atau semakin cepat.

Jadi karet alam yang digunakan pada sampel B lebih banyak dari pada sampel A, dilihat dari nilai kekuatan tarik yang dihasilkan pada proses pengujian tarik.

2.3. Pengujian Tekan

Berdasarkan hasil pengujian tekan didapatkan hasil penyusutan pada karet dari sampel A rata-rata ±0.2mm dan sampel B ±0.2mm, dilihat dari hasil tersebut kedua sampel hampir sama nilai penyusutannya.

Didalam penggunaanya karet peredam sangat sering terkena panas dan tekanan, sehingga makin kecil nilai tekanannya makin baik karena karet peredam tersebut biasanya cepat kembali ke bentuk

semula. Pengujian tekan yang dimaksud adalah nilai constant


(23)

hasil pengujian yang didapatkan ternyata kompon karet mempunyai nilai tekan yang cukup tinggi (ketahanan tekan rendah).

Rochani, Siti. Dkk (1999) dari hasil penelitiannya, juga menyebutkan bahwa untuk mendapatkan nilai tekan yang rendah bisa dilakukan dengan membuat kondisi vulkanisasi atau formulasi kompon yang optimum dengan penggunaan carbon black N.550 atau N.770, akselerator TMT/TMTD dan penggunaan sulfur ± 1 phr atau 3 gram. 2.4. Pengujian Kekerasan

Dari hasil pengujian parameter kekerasan barang jadi karet (karet peredam) terendah diperoleh sampel A yaitu 38 shore A, sampel B 40.2 shore A. Dilihat dari hasil pengujian kekerasan nilai sampel B memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan sampel A.

Kekerasan vulkanisat keret merupakan besarnya pergerakan jarum skala penunjuk ukuran, akibat besarnya tekanan balik dari vulkanisat karet terhadap jarum penekan yang melalui suatu mekanisme alat yang dihubungkan dengan pegas yang akan

menggerakan jarum penunjuk ukuran kekerasan, (Journal of Industrial

research, 2010).

2.5. Komposisi Kimia

Hasil pengujian komposisi kimia dengan menggunakan metode SEM-EDX memberikan hasil kandungan rata-rata pada tiap unsur kimia yang ada, baik itu sampel A atau sampel B. Dari tabel 4.10, diperoleh sebanyak 7 unsur kimia yang teradapat pada karet peredam, dengan nilai prosentase masing-masing sampel yang


(24)

berbeda, sampel A menunjukan jumlah prosentasenya 10.84 % dan sampel B menunjukan prosentase 10.35%.

prosentase sulfur atau belerang yang terdapat pada sampel A lebih sedikit dari pada prosentase sulfur yang ada pada Sampel B. yaitu kandungan sulfur yang ada pada sampel A 5.03 % dan sampel B 5.94 %.

2.6. Foto Struktur Makro

Struktur makro merupakan salah satu uji untuk mengetahui sifat fisik suatu sampel, struktur makro dan sifat paduannya dapat diamati dengan berbagai cara tergantung sifat yang dibutuhkan.

Pada gambar 4.1 dan 4.2 adalah sampel buatan sendiri dilihat dari permukaannya kedua sampel memiliki tampilan yang hampir sama, sama-sama terlihat halus dan padat. pada gambar 4.3 dan 4.4 dilihat dari potongan atau patahan memiliki kualitas yang hampir sama pula.

E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Sesuai dengan tujuan yang tertulis di bab I, dan dari hasil pengujian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan:

1. Dapat dilihat pada pengujian yang kami lakukan, maka didapatkan hasil pengaruh penambahan accelelator berpengaruh terhadap waktu vulkanisasi pada karet, waktu vulnasisasi pada sampel B telihat lebih cepat sekitar 3menit dibandingkan sampel A. Hal ini


(25)

menunjukan bahwa penambahan accelelator berpengaruh terhadap waktu vulkanisasi..

2. Adapun hasil dari pengujian yang kami lakukan, antara sampel A dengan sampel B.

a. Pada pengujian tarik sampel A menunjukan hasil 5.108 Mpa sedangakan sampel B 5.707 Mpa. Dilihat dari hasil pengujian tarik sampel B mempunyai nilai yang lebih tinggi didandingkan sampel A.

b. Pada pengujian tekan antara sampel A dan sampel B memiliki rata-rata penyusutan yang hampir sama yaitu ±0.2mm. dari kedua sampel dilihat dari ukuran panjang, tebal dan lebarnya. c. Untuk uji kekerasan, pada sampel B memiliki nilai kekerasan

yang lebih tinggi dibandingkan sampel A yaitu sampel A 38 shore A dan sampel B 40.2 shore A..

d. Pada pengujian komposisi kimia dengan uji SEM-EDX total kandungan komposisi kimia yang terkandung pada sampel A lebih tingii dibandingkan sampel B yaitu sampel A 10.84% dan sampel B 10.35%.

e. Dari pengujian foto struktur makro yang terlihat pada gambar sampel A dan sampel B memiliki tingkat kekasaran yang hampir sama yaitu halus dan padat. Pada patahannya juga memiliki hasil yang hampir sama.


(26)

2. Saran

1. Dalam penelitian berikutnya supaya meninjau pengaruh dari bahan accelelator untuk hasil vulkanisasi yang di inginkan. Hal ini bertujuan agar peneliti bisa mengetahui dan memahami isi atau kandungan dan campuran bahan kimia yang terdapat pada produk yang akan kita teliti tersebut, yang nantinya untuk menambah data analisa yang ditelitinya.

2. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya peneliti mengetahui dasar teori dan karakteristik suatu benda atau produk yang akan diteliti, baik itu dari segi fisik atau mekanisnya. Dan untuk

penelitian selanjutnya pada rubber bushing ini, agar bisa

diaplikasikan langsung kekendaraannya, sesuai dengan rubber


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Laksana, Harry. Tampubolon. dkk. Pengaruh penambahan alkanohamida

terhadap karakteristik pematangan dan kekerasan vulkanisat karet alam berpengisi silika. Jurnal teknik kimia USU, vol. 1, No. 2 (2012).

Meronda, G. Rahma. 2008. Bahan Tambahan Makanan Antioksidan dan

sekuesteran. Makasar : Universitas Hasanuddin.

Ompusunggu, M. 1987. Pengetahuan Lateks Havea. Sungei Putih,Medan

: Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP).

Rahmaniar., dan Marlina, Popy. 2010. Pengaruh Ukuran Partikel Nano

Sulfur Terhadap Sifat Fisik Karet Komponen Kendaraan Bermotor.

Jurnal of Industrial Research, Vol. IV, (April 2010). Jakarta.

2.1.1.1.1 Rodgers., Brendan., Donald Tracey., dan Walter Waddell. 2005.

Production, Classification, and Properties of Natural Rubber.

Technical Meeting of the American Chemical Society, Rubber Division; San Antonio.

Tim Penulis Buku Panduan. 2005. Kursus Singkat: Teknologi Barang Jadi

Karet Padat. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Karet.

Yayasan Karet. 1983. Penuntun Praktis Untuk Pembuatan Barang –

Barang dari Karet Alam. Jakarta : KINTA.

Zuhra., Cut Fatimah., 2006, Karet. Karya Ilmiah.

http://library.usu.ac.id.iddownloadfmipa06008757.pdf

http:// Vulkanisasi Karet.Chem-Is-Try.Org.Situs Kimia Indonesia .html. ditulis oleh Riyadhi., diakses tanggal 26-7-2013,


(1)

2.2. Pengujian Tarik

Berdasarkan hasil uji tarik atau perpanjangan putus menunjukan bahwa variasi antara sampel A dan sampel B yaitu menunjukan angka 5.108 Mpa (sampel A) sedangkan 5.707 Mpa (sampel B).

Hal ini sesuai dengan yang tertulis di majalah BKKP (vol. XV, tahun 1999) bahwa vulkanisat dari sebuah karet alam elastisitasnya sangat tergantung dari grade dari karet alam tersebut, namun secara umum elastisitas karet alam lebih rendah bila dibandingkan dengan karet sintetis, sehingga makin banyak karet alam ditambahkan maka perpanjangan putusnya semakin tinggi atau semakin cepat.

Jadi karet alam yang digunakan pada sampel B lebih banyak dari pada sampel A, dilihat dari nilai kekuatan tarik yang dihasilkan pada proses pengujian tarik.

2.3. Pengujian Tekan

Berdasarkan hasil pengujian tekan didapatkan hasil penyusutan pada karet dari sampel A rata-rata ±0.2mm dan sampel B ±0.2mm, dilihat dari hasil tersebut kedua sampel hampir sama nilai penyusutannya.

Didalam penggunaanya karet peredam sangat sering terkena panas dan tekanan, sehingga makin kecil nilai tekanannya makin baik karena karet peredam tersebut biasanya cepat kembali ke bentuk semula. Pengujian tekan yang dimaksud adalah nilai constant deflection compression set baik itu lebar, tebal dan panjangnya. Dari


(2)

hasil pengujian yang didapatkan ternyata kompon karet mempunyai nilai tekan yang cukup tinggi (ketahanan tekan rendah).

Rochani, Siti. Dkk (1999) dari hasil penelitiannya, juga menyebutkan bahwa untuk mendapatkan nilai tekan yang rendah bisa dilakukan dengan membuat kondisi vulkanisasi atau formulasi kompon yang optimum dengan penggunaan carbon black N.550 atau N.770, akselerator TMT/TMTD dan penggunaan sulfur ± 1 phr atau 3 gram. 2.4. Pengujian Kekerasan

Dari hasil pengujian parameter kekerasan barang jadi karet (karet peredam) terendah diperoleh sampel A yaitu 38 shore A, sampel B 40.2 shore A. Dilihat dari hasil pengujian kekerasan nilai sampel B memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan sampel A.

Kekerasan vulkanisat keret merupakan besarnya pergerakan jarum skala penunjuk ukuran, akibat besarnya tekanan balik dari vulkanisat karet terhadap jarum penekan yang melalui suatu mekanisme alat yang dihubungkan dengan pegas yang akan menggerakan jarum penunjuk ukuran kekerasan, (Journal of Industrial research, 2010).

2.5. Komposisi Kimia

Hasil pengujian komposisi kimia dengan menggunakan metode SEM-EDX memberikan hasil kandungan rata-rata pada tiap unsur kimia yang ada, baik itu sampel A atau sampel B. Dari tabel 4.10, diperoleh sebanyak 7 unsur kimia yang teradapat pada karet peredam, dengan nilai prosentase masing-masing sampel yang


(3)

berbeda, sampel A menunjukan jumlah prosentasenya 10.84 % dan sampel B menunjukan prosentase 10.35%.

prosentase sulfur atau belerang yang terdapat pada sampel A lebih sedikit dari pada prosentase sulfur yang ada pada Sampel B. yaitu kandungan sulfur yang ada pada sampel A 5.03 % dan sampel B 5.94 %.

2.6. Foto Struktur Makro

Struktur makro merupakan salah satu uji untuk mengetahui sifat fisik suatu sampel, struktur makro dan sifat paduannya dapat diamati dengan berbagai cara tergantung sifat yang dibutuhkan.

Pada gambar 4.1 dan 4.2 adalah sampel buatan sendiri dilihat dari permukaannya kedua sampel memiliki tampilan yang hampir sama, sama-sama terlihat halus dan padat. pada gambar 4.3 dan 4.4 dilihat dari potongan atau patahan memiliki kualitas yang hampir sama pula.

E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Sesuai dengan tujuan yang tertulis di bab I, dan dari hasil pengujian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan:

1. Dapat dilihat pada pengujian yang kami lakukan, maka didapatkan hasil pengaruh penambahan accelelator berpengaruh terhadap waktu vulkanisasi pada karet, waktu vulnasisasi pada sampel B telihat lebih cepat sekitar 3menit dibandingkan sampel A. Hal ini


(4)

menunjukan bahwa penambahan accelelator berpengaruh terhadap waktu vulkanisasi..

2. Adapun hasil dari pengujian yang kami lakukan, antara sampel A dengan sampel B.

a. Pada pengujian tarik sampel A menunjukan hasil 5.108 Mpa sedangakan sampel B 5.707 Mpa. Dilihat dari hasil pengujian tarik sampel B mempunyai nilai yang lebih tinggi didandingkan sampel A.

b. Pada pengujian tekan antara sampel A dan sampel B memiliki rata-rata penyusutan yang hampir sama yaitu ±0.2mm. dari kedua sampel dilihat dari ukuran panjang, tebal dan lebarnya. c. Untuk uji kekerasan, pada sampel B memiliki nilai kekerasan

yang lebih tinggi dibandingkan sampel A yaitu sampel A 38 shore A dan sampel B 40.2 shore A..

d. Pada pengujian komposisi kimia dengan uji SEM-EDX total kandungan komposisi kimia yang terkandung pada sampel A lebih tingii dibandingkan sampel B yaitu sampel A 10.84% dan sampel B 10.35%.

e. Dari pengujian foto struktur makro yang terlihat pada gambar sampel A dan sampel B memiliki tingkat kekasaran yang hampir sama yaitu halus dan padat. Pada patahannya juga memiliki hasil yang hampir sama.


(5)

2. Saran

1. Dalam penelitian berikutnya supaya meninjau pengaruh dari bahan accelelator untuk hasil vulkanisasi yang di inginkan. Hal ini bertujuan agar peneliti bisa mengetahui dan memahami isi atau kandungan dan campuran bahan kimia yang terdapat pada produk yang akan kita teliti tersebut, yang nantinya untuk menambah data analisa yang ditelitinya.

2. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya peneliti mengetahui dasar teori dan karakteristik suatu benda atau produk yang akan diteliti, baik itu dari segi fisik atau mekanisnya. Dan untuk penelitian selanjutnya pada rubber bushing ini, agar bisa diaplikasikan langsung kekendaraannya, sesuai dengan rubber bushing yang dibuat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Laksana, Harry. Tampubolon. dkk. Pengaruh penambahan alkanohamida terhadap karakteristik pematangan dan kekerasan vulkanisat karet alam berpengisi silika. Jurnal teknik kimia USU, vol. 1, No. 2 (2012). Meronda, G. Rahma. 2008. Bahan Tambahan Makanan Antioksidan dan

sekuesteran. Makasar : Universitas Hasanuddin.

Ompusunggu, M. 1987. Pengetahuan Lateks Havea. Sungei Putih,Medan : Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP).

Rahmaniar., dan Marlina, Popy. 2010. Pengaruh Ukuran Partikel Nano Sulfur Terhadap Sifat Fisik Karet Komponen Kendaraan Bermotor. Jurnal of Industrial Research, Vol. IV, (April 2010). Jakarta.

2.1.1.1.1 Rodgers., Brendan., Donald Tracey., dan Walter Waddell. 2005. Production, Classification, and Properties of Natural Rubber. Technical Meeting of the American Chemical Society, Rubber Division; San Antonio.

Tim Penulis Buku Panduan. 2005. Kursus Singkat: Teknologi Barang Jadi Karet Padat. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Karet.

Yayasan Karet. 1983. Penuntun Praktis Untuk Pembuatan Barang – Barang dari Karet Alam. Jakarta : KINTA.

Zuhra., Cut Fatimah., 2006, Karet. Karya Ilmiah. http://library.usu.ac.id.iddownloadfmipa06008757.pdf

http:// Vulkanisasi Karet.Chem-Is-Try.Org.Situs Kimia Indonesia .html. ditulis oleh Riyadhi., diakses tanggal 26-7-2013,