PENANAMAN NILAI KESETIAKAWAN SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta) Penanaman Nilai Kesetiakawan Sosial Di Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta).

PENANAMAN NILAI KESETIAKAWAN SOSIAL DI SEKOLAH
(Studi Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta)

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

SUDARMINI
A220100120

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. A. Yani Tromol Pos I- Pabelan, Kartasura Tlp. (0271) 717417, 719483 Fax: 715448 Surakarta 57102

Webside: http//ums.ac.id Email: ums@

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir:
Nama

: Drs. Ahmad Muhibbin, M.Si

Nik

: 411

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi (tugas akhir) dari mahasiswa:
Nama

: Sudarmini

Nim


: A220100120

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Judul Skripsi

: Penanaman Nilai Kesetiakawanan Sosial Di Sekolah (Studi
Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta)

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipubliksikan.
Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat diperlukan seperlunya.

Surakarta, 12 Maret 2014
Pembimbing

Drs. Ahmad Muhibbin, M.Si
NIK. 411

2


1

PENANAMAN NILAI KESETIAKAWAN SOSIAL DI SEKOLAH
(Studi Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta)
Sudarmini, A220100120, Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014,
xvii + 93 halaman (termasuk lampiran)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang penanaman nilai
kesetiakawanan sosial di SMP Negeri 26 Surakarta, kendala yang dihadapi dalam
penanaman nilai kesetiakawanan sosial di SMP Negeri 26 Surakarta, dan solusi
dalam menangani atau menyelesaikan kendala penanaman nilai kesetikawanan
sosial di SMP Negeri 26 Surakarta.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Strategi
penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal. Subjek dalam penelitian ini
adalah Kepala Sekolah, Guru dan Siswa di SMP Negeri 26 Surakarta. Objek
penelitian ini adalah penanaman nilai kesetiakawanan sosial di sekolah. Teknik
dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan
dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan dalam
menanamkan nilai kesetiakawanan sosial di sekolah dalam kegiatan tolong
menolong siswa diajari untuk menolong orang lain, dalam kegiatan gotong royong
diadakan kebersihan setiap 2 minggu sekali, dalam kegiatan kerjasama dilakukan
kerjasama antara guru dan wali murid, guru dan siswa. Dalam kegiatan
kebersamaan mengadakan karya wisata atau studi banding, ketulusan siswa diajari
jika menolong orang lain untuk ikhlas. Rasa sepenangungan siswa diajari untuk
bersungguh-sungguh dalam belajar karena mereka sama-sama siswa kurang
mampu dalam hal ekonomi. Kendala dalam penanaman nilai kesetiakawanan
sosial siswa biasanya dari siswa itu sendiri misalnya malas dalam melakukan
sesuatu dan biaya. Solusinya adalah guru memberikan bimbingan dan arahan
tentang pentingnya nilai kesetiakawanan sosial di sekolah.
Kata kunci: penanaman, nilai, kesetiakawanan sosial, sekolah

2

PENDAHULUAN
Pendidikan menurut UU SISDIKNAS yang dikutip oleh Jumali, dkk
(2008:91) yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembang potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan aklaq mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan Negara.Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan
seusia manusia itu sendiiri sebagai pelaku pendidikan. Namun dalam praktek
pendidikan yang universal, akan ditemukan keragaman sebanyak komunitas
manusia. Keragaman pendidikan yang terjadi dibumi ini terjadi karena perbedaan
cara memberikan makna terhadap pendidikan itu sendiri sebagai gejala sosial.
Seiring dengan tuntutan masyarakat mengenai pendidikan masyarakat yang
bermutu, akhir-akhir ini berkembang konsep sekolah modern misalnya sekolah
favorit, sekolah unggulan, sekolah model, sekolah percontohan dan seterusnya.
Konsep sekolah modern tersebut merupakan gambaran kebutuhan pendidikan
merupakan kebutuhan utama. Sekolah tidak boleh hanya diartikan sebagai sebuah
ruangan atau sebuah gedung kaku atau tempat peserta didik berkumpul dan dan
mempelajari sejumlah materi pengetahuan dan mentransfer keilmuan saja. Tetapi
sekolah sebagai institusi pendidikan peranannya lebih jauh, lebih luas dari hal
tersebut. Sekolah sebagai lembaga pendidikan terikat akan norma dan budaya
yang mendukungnya sebagai suatu sistem nilai. Sekolah merupaka institusi yang
spesifik dari perangkat fungsi-fungsi yang mendasar dalam melayani masyarakat.
Keberhasilan dalam menciptakan sekolah yang bermutu akan meberikan


3

kontribusi terhadap keberhasilan pendidikan, yang selanjutnya akan meningkatkan
profil sumber daya manusia yang akan menjadi modal utama untuk berdaya saing
diera globalisasi.
Sekolah merupakan tempat dimana seorang peserta didik memperoleh suatu
pembelajaran. Di Indonesia sekolah itu banyak sekali jumlahnya dan bermacammacam salah satunya adalah SMP Negeri 26 Surakarta. SMP Negeri 26 Surakarta
merupakan percontohan untuk sekolahan di Surakarta. Sekolah ini sering disebut
sekolah “PLUS” karena hanya menerima peserta didik yang kurang mampu dalam
hal ekonomi. Jika ingin mendaftar kesekolah ini harus membawa surat keterangan
bahwa peserta didik tersebut adalah benar-benar siswa yang tidak mampu dalam
hal perekonomian.
Menurut Haryanto (2010), Kesetiakawanan adalah sebuah pranata sosial
yang yang didalamnya terkandung ciri-ciri penting yaitu kepedulian, rasa
sepenanggungan, kasih sayang, kebersamaan dan ketulusan. Sekarang ini orang
lebih mementingkan egonya sendiri serta tidak peduli dengan kepentingan orang
lainkarena menganggap yang paling penting adalah dirinya sendiri. Sedangkan
orang lain baru dianggap penting jika menguntungkan bagi dirinya, untuk
membangun kesetiakawana sosial setiap orang sebagai anggota masyarakat
dituntut untuk memiliki kepedulian dan ketenggang rasaan teradap orang lain

sepenting dirinya.
Kesetiakawanan sosial merupakan nilai dasar dalam masyarakat yang harus
digali,dikembangkan dan didayagunakan dalam mewujudkan cita-cita. Sebagai
nilai dasar kesejahteraan sosial, kesetiakawanan sosial harus terus diperbaiki

4

sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang dan diwujudkan kehidupan nyata.
Kesetiakawanan sosial merupakan nilai yang sangat bermakna bagi setiap orang.
Menurut Tofan (2010), kesetiakawanan sosial adalah sikap dan perilaku
yang dilandasi pengertian kesadaran tanggung-jawab dan partisipasi sosial untuk
mengatasi dan menanggulangi berbagaimasalah sosial. Definisi tersebut seolah
mudah diintepretasikan, namun tentu tidaklah mudah dilakukan, mengingat di
jaman modern ini, telah terjadi pergeseran budaya. Masyarakat Indonesia kini
cenderung

pragmatis

dalam


memandang

setiap

persoalan. Hedonisme

dan Pragmatisme adalah salah satu konsekuensi logis dari sebuah peradaban
modern dimana masyarakat cenderung memegang sikap Egois serta Apatis
terhadap lingkungan sekitar, itulah sebabnya menanamkan kembali sikap ”setia
kawan” hanya dapat dilakukan dengan cara melihat budaya asli nusantara yang
adilihung. Nilai kesetikawanan sosial harus ditanamkan di sekolah karena peserta
didik merupakan penerus generasi bangsa yang akan meneruskan cita-cita bangsa.
Soko Guru kesetikawanan setidaknya bisa dilihat dari kebiasaan
masyarakat Indonesia yang masih memegang teguh nilai-nilai kesetiakawanan,
yaitu sebuah kegiatan yang dilandasi semangat kebersamaan, kegotongroyongan,
dan kekeluargaan tanpa pamrih. Semangat ini sudah mulai luntur, namun
semangat membangkitkan hal tersebut tentu tidak boleh hilang begitu saja.
Terutama penamanan nilai kesetikawanan sosial di sekolah.
Adanya perkembangan teknologi dan informasi sekarang ini membuat
kesetiakawanan sosial menjadi memudar. Banyak sekali orang yang lebih

mementingkan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan orang lain. Dampak

5

keperkembangan teknologi dan informasi ini membawa pengaruh kuat terhadap
sikap dan perilaku masyarakat terutama bagi remaja dan pemuda. Memudarnya
nilai kesetiakawan sosial dikalangan muda sekarang ini tidak lepas dari pola hidup
masyarakat yang serba modern. Akibatnya banyak kenakalan remaja. Maraknya
tawuran antara siswa ini membuat semua elemen khawatir akan masa depan depan
bangsa karena mereka sebagai generasi muda yang dapat dipersiapkan menjaga
kedaulatan bangsa.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas cukup bagi peneliti
untuk mengadakan penelitian mengenai “Penamanan Nilai Kesetiakawanan Sosial
di Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta)”.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah usaha penanaman nilai kesetiakawanan sosial di SMP Negeri
26 Surakarta?
2. Apakah kendala penanaman nilai kesetiakawanan sosial di SMP Negeri 26
Surakarta?

3. Bagaimanakah solusi dalam penanaman nilai kesetiakawanan sosial di SMP
Negeri 26 Surakarta?
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan penanaman nilai kesetiakawanan sosial siswa di SMP
Negeri 26 Surakarta.

6

2. Untuk mendeskripsikan kendala penanaman nilai kesetiakawanan sosial yang
di SMP Negeri 26 Surakarta.
3. Untuk menjelaskan solusi penanaman nilai kesetiakawan sosial di SMP N 26
Surakarta.
METODE PENELITIAN
Tempat penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 26 Surakarta. Pelaksanaan
penelitian selama kurang lebih empat bulan, yaitu sejak bulan Desember 2013
sampai bulan Maret 2014. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif. Tipe penelitian ini berusaha menerangkan fenomena sosial tertentu.
Menurut


Singarimbun

(1989:4),

penelitian

deskriptif

meksudnya

untuk

pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu, misalnya perceraian,
pengangguran, keadaan gizi, prerefesensi terhadap politik tertentu dan lain-lain.
Berdasarkan permasalahan yang diajukan, strategi penelitian ini adalah studi
kasus tunggal. Penelitian studi kasus tunggal terpancang adalah penelitian yang
datanya terpancang sesuai dengan masalah, serta pengumpulannya terarah pada
tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan pengertian di atas maka studi kasus
dalam penelitian ini adalah penanaman nilai kesetiakawanan sosial di sekolah.
Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa di SMP Negeri
26 Surakarta. Objek penelitian ini adalah penanaman nilai kesetiakawanan sosial
di sekolah. Teknik dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
wawancara, observasi dan dokumentasi. Mengingat data yang diperoleh
merupakan data kualitatif, maka penelitian ini menggunakan model analisis

7

kualitatif. Langkah-langkah analisis data kualitatif adalah pengumpulan data,
reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Penanaman nilai kesetiakawanan sosial siswa di SMP Negeri 26 Surakarta.
a. Jika ada teman atau saudara yang dapat musibah mereka saling menolong
dan membantu untuk meringankan beban mereka.
b. Memberikan motivasi dan pengarahan bahwa dengan adanya kegiatan
gotong royong pekerjaan akan cepat selesai dan ringan karena dalam
mengerjakannya secara bersama-sama.
c. Kerjasama antara kepala sekolah, guru, murid dan wali murid harus
seimbang. Misalnya kerjasama antara pihak sekolah dan wali murid baru,
rapat kepala sekolah dan guru.
d. Siswa diajari untuk bertoleransi, serta diadakan karya wisata atau studi
banding.
e. Jika ada siswa yang mendapat musibah mereka membantunya dengan cara
mengumpulkan sisa uang jajan mereka tanpa disuruh.
f. Untuk rasa sepenanggungan hampir semua siswa di SMP Negeri 26 adalah
kurang mampu dalam hal ekonomi, mereka sama-sama menempuh
pendidikan yang sama.
2. Kendala penanaman nilai kesetiakawanan sosial yang di SMP Negeri 26
Surakarta.
a. Semua siswa di SMP Negeri 26 sebenarnya mempunyai rasa tolong
menolong yang kuat tetapi karena keadaan mereka mungkin tidak bisa

8

menolong misalnya ada temannya yang tidak membawa bolpoint mereka
sebenarnya ingin meminjamkan tetapi karena hanya punya satu jadinya
tidak bisa meminjami.
b. Dalam kegiatan gotong-royong hampir semua siswa ikut tetapi mungkin
ada salah satu yang malas untuk ikut jadinya siswa yang dulunya ikut
gotong-royong malas.
c. Dalam kegiatan kebersamaan. Jika ada kegiatan studi banding atau karya
wisata sekolah untuk meningkatkan kebersamaan siswa kadang mereka
tidak bisa ikut karena masalah biaya.
d. Dalam kegiatan kerjasama yang menjadi kendala adalah kadang ada siswa
yang sifatnya menyendiri jadi sulit untuk diajak kerjasama.
e. Ketulusan. Untuk mengukur ketulusan atau keikhlasan orang yang telah
kita bantu memang sulit tetapidengan bimbingan dan arahan.
f. Rasa sepenanggungan. Dengan adanya perkembangan teknologi dan
informasi kadang siswa tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya.
3. Solusi penanaman nilai kesetiakawan sosial di SMP N 26 Surakarta.
a. Siswa itu harus terbuka, jika ada masalah harus bercerita, jika butuh
pertolongan haus bilang agar orang yang ada dekatnya tahu.Siswa disuruh
terjun langsung untuk membantu orang lain yang sedang membutuhkan
bantuan.
b. Bagi siswa yang tidak mengikuti kebersihan akan mendapat sanksi, jika
kegiatan kebersihan sedang dilakukan guru atau wali kelas mengawasi
mereka.

9

c. Dalam mengerjakan tugas secara berkelompok, jika sudah selesai guru
menanyakan satu persatu jawaban dari mereka dan yang tidak bisa
menjawab akan dikurangi nilainya serta siswa yang tidak mengerjakan aka
diberi hukuman menulis tugasnya tersebut sebanyak 5 kali.
d. Untuk menanamkan kerjasama diantara siswa, sekolah mengadakan studi
banding atau karya wisata bagi yang tidak bisa membayar bisa
mencicilnya.
e. Untuk menanamkan nilai ketulusan pada siswa, mereka diberi arahan dan
bimbingan bahwa dengan ketulusan dan keikhlasan semua yang mereka
lakukan akan menjadi ringan bukan menjadi beban.
f. Untuk menanamkan rasa sepenanggungan siswa diberi bimbingan dan
arahan bahwa dengan dalam keadaan senang harus dirasakan bersamasama dan jika dalam kesusahan harus ditanggung bersama atau sering ada
slogan susah senang harus bersama.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Penanaman nilai kesetiakawanan sosial di sekolah
Penanaman nilai kesetiakawanan sosial di sekolah di implementasikan
dengan kegiatan tolong-menolong, gotong royong, kerjasama, kebersaman,
ketulusan, dan rasa sepenanggungan..
2. Kendala dalam penanaman nilai kesetiakawanan sosial di sekolah
Kendala-kendala dalam penanaman nilai kesetiakawanan sosial di
sekolahpasti akan dijumpai seiring dengan berjalannya waktu. Kendala yang

10

dialami yaitu tiap karakter siswa yang berbeda-beda, kadang dari siswa itu
sendiri ada yang malas, ada yang pendiam dan masalah biaya.
3. Solusi dalam menyelesaiakan penanaman ilai kesetiakawanan social
Siswa diberi bimbingan dan arahan pntingnya nilai kesetiakawanan sosial di
sekolah.selain itu jika dalam melakukan semua kegiatan sekolah di tanamkan
nilai tolong-menolong, gotong-royong, kerjasama, kebersamaan, ketulusan dan
rasa sepenanggungan
Saran
1. Kepada Kepala Sekolah
2. Kepada guru
3. Kepada Orang tua

11

DAFTAR PUSTAKA
Apriyani, Nurul Fajri. 2011. Kesetiakawanan Sosial. http://uyuyfazry.wordpress.
com/2011/11/07/kesetiakawanan-sosial/, diakses 7 Desember 2013 pukul
09.14 WIB.
Hariyanto, Muhsin. 2010. Kesetiakawanan Sosial: Persaudaraan Islami atau
Antar Muslim (1). (http://eprints.umm.ac.id/2299/1/07.pdf). Diakases 7
Desember 2013 pukul 09.30 WIB.
Miles, B. Mathew, dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif (Buku Sumber
tentang Metode-Metode Baru). Jakarta: UIP.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

12

Dokumen yang terkait

Penanaman Nilai-Nilai Moral pada Siswa di Sekolah (Studi Kasus di SMA Negeri I Sukoharjo)

0 4 11

PENDAHULUAN Penanaman Nilai Cinta Tanah Air Di Sekolah (Studi Kasus Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015).

0 2 5

PENANAMAN NILAI KESETIAKAWAN SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta) Penanaman Nilai Kesetiakawan Sosial Di Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta).

0 2 17

PENDAHULUAN Penanaman Nilai Kesetiakawan Sosial Di Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta).

0 1 6

PENANAMAN NILAI KESETIAKAWANAN SOSIAL PADA SISWA YANG Penanaman Nilai Kesetiakawanan Sosial Pada Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Karawitan (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Simo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014).

1 2 13

PENANAMAN NILAI‐NILAI MORAL PADA SISWA STUDI KASUS DI SMA NEGERI I SUKOHARJO Penanaman Nilai –nilai Moral Pada Siswa Studi Kasus di SMA N ISukoharjo.

0 0 18

PENANAMAN NILAI‐NILAI MORAL PADA SISWA STUDI KASUS DI SMA NEGERI I SUKOHARJO Penanaman Nilai –nilai Moral Pada Siswa Studi Kasus di SMA N ISukoharjo.

0 0 19

MEDIA DAN PENANAMAN NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA PONORAGAN (Studi Kasus Penanaman Nilai-Nilai Sosial Tentang Karakter Warok Di Acara Dangdut Ponoragan Di Radio Duta Nusantara Ponorogo).

0 0 16

Interaksi Sosial Siswa Deaf Di Sekolah Inklusi (Studi Kasus Pada Siswa Smk Negeri 9 Surakarta)

0 0 19

SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

0 0 17