PE Peran Griya Al-Qur'an Dalam Pendidikan Islam Bagi Ibi-Ibu Peserta Pengajian Di Perumahan Baturan Tahun 2013.

PE
ERAN GRIY
YA AL-QUR
R’AN DALA
AM PENDIIDIKAN ISL
LAM BAGII IBU-IBU
PESERTA
A PENGAJ
JIAN DI PE
ERUMAHAN
N BATURA
AN TAHUN
N 2013

NASKA
AH PUBLIK
KASI
Dibuat untuk
u
Memeenuhi Sebaggian Persyarratan
guna

g
Memp
peroleh Gellar Sarjana Pendidikan
n Islam (S.P
Pd.I) Prograam Studi
Agama Islam
I
(Tarb
biyah)

Disu
usun Oleh :
Azizzah Nurbaitti
G 000
0 100 167

S AGAMA ISLAM
FAKULTA
F
UNIVERSIT

U
TAS MUHA
AMMADIY
YAH SURAK
KARTA
 

2013

PERAN GRIYA AL-QUR’AN DALAM PENDIDIKAN ISLAM BAGI IBU-IBU
PESERTA PENGAJIAN DI PERUMAHAN BATURAN TAHUN 2013

Oleh: Azizah Nurbaiti (NIM: G 000 100 167)
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Hakikat pendidikan Islam adalah proses membimbing dan mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan anak didik agar menjadi manusia dewasa sesuai tujuan
pendidikan Islam. Salah satu sistem yang memungkinkan proses kependidikan Islam
berlangsung secara konsisten dan berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuannya
adalah kelembagaan kependidikan Islam. Griya al-Qur’an adalah sebuah lembaga yang

berkiprah di bidang pendidikan Islam non formal yang dikhususkan bagi ibu-ibu. Lembaga
ini didirikan sebagai langkah dakwah dan pembinaan kepada masyarakat sekitar khususnya
ibu-ibu di perumahan Baturan agar lebih memahami ajaran Islam.
Penelitian ini adalah untuk menggambarkan tentang peran Griya al-Qur’an sebagai
lembaga pendidikan Islam non formal bagi ibu-ibu peserta pengajian di perumahan Baturan
melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran Griya al-Qur’an
dalam pendidikan Islam bagi ibu-ibu di perumahan Baturan tahun 2013. Searah dengan
tujuan tersebut maka jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, dengan metode
deskriptif kualitatif. Yang menjadi subjek penelitian adalah pendiri, pengajar dan ibu-ibu
peserta pengajian. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi, kemudian dianalisis melalui tiga langkah : 1) reduksi data 2) penyajian data
3) verifikasi atau kesimpulan.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa peran Griya al-Qur’an dalam pendidikan
Islam bagi ibu-ibu peserta pengajian di perumahan Baturan tahun 2013 berjalan cukup baik.
Hal ini dapat dilihat dari berjalannya fungsi Griya al-Qur’an sebagai lembaga pendidikan
Islam non formal dan terlaksananya kegiatan-kegiatan keislaman di Griya al-Qur’an seperti
pengajian tafsir dengan metode ceramah, tahsin dan tajwid dengan metode talaqqi dan
muri-Q, pembelajaran bahasa Arab dengan metode Tamyiz, kajian fiqh dengan metode
ceramah dan tahfidz (setoran hafalan al-Qur’an). Peningkatan pemahaman ibu-ibu tentang

Islam dapat dilihat dari bacaan al-Qur’an yang sesuai dengan tahsin dan tajwid, berusaha
berpakaian sesuai syari’at, bisa mengerti bahasa Arab dan berkurangnya kegiatan-kegiatan
yang dalam Islam tidak disyari’atkan seperti yasinan, berjanjen dan lain sebagainya.
Untuk mencapai keberhasilan yang maksimal, tentunya perlu usaha dan kerja keras
dari berbagai pihak baik dari pengurus, penanggung jawab maupun dari masyarakat sekitar.
Kata Kunci : Peran, Pendidikan Islam, Lembaga


 

perempuan, karena perempuan berperan
aktif dalam mendidik anak-anaknya. Ia
adalah orang pertama yang akan
berpengaruh bagi kehidupan anakanaknya. Untuk menciptakan keluarga
yang memiliki wawasan yang luas, maka
perempuan harus memiliki wawasan yang
luas
dan
rajin
menuntut

ilmu
(http://samatigaraya.blogspot.com diakses
tanggal 21 November 2013 pukul 12.00
WIB).
Menjadi seorang ibu merupakan peran
secara tidak langsung dalam membangun
sebuah masyarakat yang sehat jasmani
maupun rohani, maju dan unggul. Karena
sebuah bangsa atau masyarakat adalah
komunitas yang terbentuk dari pribadipribadi, sedangkan yang membentuk
karakter pribadi adalah keluarga. Maka
mustahil ada sebuah masyarakat kalau di
sana tidak ada keluarga dan keluarga
memerlukan sosok wanita yang berakhlak
mulia serta memahami peranannya untuk
membentuk masyarakat yang diharapkan
yakni sebuah masyarakat yang religius.
Yaitu masyarakat yang menjunjung
norma-norma agama, berpegang teguh
kepada

ajaran
agama
dan
mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-sehari dalam berinteraksi sesama
anggota masyarakat.
Griya Al-Qur’an adalah sebuah
lembaga pendidikan Islam non formal.
Latar belakang berdirinya Griya alQur’an berangkat dari keprihatinan akan
minimnya pemahaman ibu-ibu di
perumahan Baturan terhadap agama Islam
dan masih menjalankan beberapa ajaran
Islam
yang
menyimpang.
Untuk

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Hakikat pendidikan Islam adalah

proses membimbing dan mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan anak
didik agar menjadi manusia dewasa
sesuai tujuan pendidikan Islam (Arifin,
2008: 22). Pendidikan Islam memegang
peranan yang menentukan terhadap
perkembangan masyarakatnya. Oleh
karena itu, keberadaannya merupakan
salah satu bentuk manifestasi dari citacita hidup Islam yang bisa melestarikan,
mengalihkan,
menanamkan
dan
mentransformasi nilai-nilai Islam kepada
generasi penerus.
Salah
satu
sistem
yang
memungkinkan proses kependidikan
Islam berlangsung secara konsisten dan

berkesinambungan
dalam
rangka
mencapai tujuannya adalah kelembagaan
kependidikan Islam. Dalam sejarah
pendidikan Islam, sejak Nabi saw
melaksanakan tugas dakwah agama
secara aktif, di kota Mekah telah didirikan
lembaga di mana Nabi memberikan
pelajaran tentang agama Islam secara
menyeluruh di rumah-rumah dan masjidmasjid. Salah satu rumah yang terkenal
dijadikan
tempat
berlangsungnya
pendidikan Islam adalah Dar Al-Arqam di
Mekah dan masjid yang terkenal
dipergunakan untuk kegiatan belajar dan
mengajar adalah masjid Al-Haram di
Mekah dan masjid Nabawi di Madinah
(Abuddin Nata, 2012 : 191-192).

Menuntut ilmu adalah sebuah
kewajiaban bagi muslim dan muslimah.
Pendidikan sangatlah penting bagi


 

tajwid, pembelajaran bahasa Arab,
pengajian tafsir dan fiqh, dan program
tahfidz (hafalan al-Qur’an) (Wawancara
dengan ibu Endang tanggal 20 September
2013 pukul 17.15 WIB) .
Dalam kegiatan pembelajarannya,
Griya al-Qur’an menggunakan metode
yang dirasa tepat untuk ibu-ibu. Dalam
pembelajaran al-Qur’an bagi ibu-ibu
pemula, Griya al-Qur’an mengajarkan
tahsin dengan metode talaqi dan Muri-Q
untuk
memperindah

bacaan.
Pembelajaran bahasa Arab menggunakan
metode Tamyiz dan kajian fiqh dengan
metode ceramah interaktif. Selain itu,
Griya al-Qur’an juga mengadakan
program tahfidz al-Qur’an, namun karena
jama’ahnya sebagian besar adalah ibu-ibu
maka tahfidz al-Qur’an tidak dipaksakan
untuk mencapai target tertentu. Ibu-ibu
diberi semangat untuk semakin mencintai
al-Qur’an dan as-Sunah.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis
tertarik untuk membahas tentang “Peran
Griya Al-Qur’an Dalam Pendidikan Islam
Bagi Ibu-Ibu Peserta Pengajian Di
Perumahan Baturan Tahun 2013”.

menjawab tantangan tersebut, Griya alQur’an berusaha mewujudkan masyarakat
qur’ani yang berpegang teguh pada alQur’an dan as-Sunah, berakhlak mulia,
berwawasan keilmuan yang luas dan siap

untuk menyerukan kalimat Allah di muka
bumi (Wawancara dengan ibu Jasmin
tanggal 20 September 2013 pukul 14.00
WIB).
Griya al-Qur’an berfungsi sebagai
tempat
ta’lim
(edukasi)
untuk
meningkatkan
keterampilan,
pengetahuan, dan wawasan muslimah
serta mengajarkan untuk memahamkan
al-Qur’an kepada seluruh masyarakat,
tempat rekreasi yang secara umum bisa
menghibur seseorang ketika jenuh dan
secara khusus mempelajari al-Qur’an bisa
menenangkan hati, dan fungsi Griya alQur’an yang khusus adalah untuk
memberantas buta huruf al-Qur’an pada
masyarakat khususnya muslimah tanpa
memandang status sosial dan usia. Griya
al-Qur’an juga memberikan kesempatan
untuk menghafal dan mempelajari alQur’an sesuai dengan situasi dan kondisi
masyarakat khususnya para muslimah
(Dokumentasi 20 September 2013).
Untuk menjalankan perannya sebagai
lembaga pendidikan Islam non formal,
maka Griya al-Qur’an harus dapat
menjalankan fungsinya dengan baik.
Untuk menjalankan fungsi yang telah
dibuat,
maka
Griya
al-Qur’an
menyelenggarakan beberapa kegiatan
keislaman
yang
dibutuhkan
oleh
masyarakat
setempat
khususnya
muslimah. Di antara kegiatan-kegiatan
tersebut adalah pembelajaran tahsin dan

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin
dicapai oleh penulis dalam penelitian ini
adalah Tujuan yang hendak dicapai dalam
pelaksanaan penelitian ini adalah:
mendeskripsikan peran Griya al-Qur’an
dalam pendidikan Islam bagi ibu-ibu
peserta pengajian di perumahan Baturan
tahun 2013 melalui kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan.


 

dibutuhkan oleh hamba Allah,
sebagaimana Islam telah menjadi
pedoman bagi seluruh kehidupan
manusia baik duniawi maupun
ukhrowi (Arifin, 2008 : 8).
4. Ibu
Dalam Kamus Bahasa Indonesia
dijelaskan jika ibu memiliki beberapa
pengertian, diantaranya yaitu wanita
yang telah melahirkan seseorang atau
sebutan bagi ibu yang sudah bersuami
atau panggilan yang takzim kepada
wanita yang sudah bersuami maupun
yang belum (Depdiknas, 2005: 416).
5. Pengajian
Pengajian
(ta’lim)
berarti
pengajaran
agama
Islam,
menanamkan norma agama melalui
dakwah. Di antara fungsi pengajian
(ta’lim)
adalah
membina
dan
mengembangkan ajaran Islam dalam
rangka membentuk masyarakat yang
bertakwa kepada Allah swt, sebagai
tempat rekreasi rohaniah, dan sebagai
ajang berlangsungnya silaturahmi
(Hasbullah, 1999 : 205-206).
6. Perumahan Baturan
Perumahan Baturan merupakan
komplek perumahan yang dikenal
dengan perumahan Dosen UNS.
Berada di wilayah perkotaan yang
sebagian
besar
penduduknya
berprofesi sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS).
Berdasarkan
penegasan
istilah
tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian
tentang “Peran Griya Al-Qur’an Dalam
Pendidikan Islam Bagi Ibu-Ibu Peserta
Pengajian di Perumahan Baturan Tahun

Landasan Teori
Untuk menghindari kesalahpahaman
dalam menafsirkan maksud yang
terkandung dalam istilah-istilah judul
skripsi ini maka penulis menegaskan
istilah pokok yang terkandung dalam
skripsi sebagai berikut:
1. Peran
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang dimaksud peran
berarti perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat
(Depdiknas, 2005:854).
Di dalam peranan terdapat dua
macam harapan, yaitu: 1) harapanharapan dari masyarakat terhadap
pemegang peran atau kewajibankewajiban dari pemegang peran, 2)
harapan-harapan yang dimiliki oleh si
pemegang peran terhadap masyarakat
atau terhadap orang-orang yang
berhubungan dengannya dalam
menjalankan peranannya atau
kewajiban-kewajibannya (David,
1995: 101).
2. Griya al-Qur’an
Griya al-Qur’an adalah rumah
yang digunakan untuk belajar dan
mengajar ilmu yang berkaitan dengan
al-Qur’an dan ilmu-ilmu syar’i. Griya
al-Qur’an berada di Griyan Baru gang
V no. 44 RT/RW 005/013 Baturan
Colomadu (Dokumentasi tanggal 20
september 2013).
3. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah suatu
sistem kependidikan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan yang


 

tidak langsung dari objeknya tetapi
melalui sumber lain baik lisan atau
tulisan.

2013” adalah serangkaian penelitian
tentang peran Griya al-Qur’an melalui
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
dalam rangka membina ibu-ibu peserta
pengajian sehingga mereka menjadi sosok
yang berkepribadian muslimah yang
berpegang teguh pada al-Qur’an dan asSunnah, berakhlak mulia, berwawasan
keislaman yang luas, siap untuk
menyerukan kalimat Allah di muka bumi.

3.

Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan karena penelitian
ini dilakukan di sebuah rumah yang
diberi nama Griya al-Qur’an. Untuk
menggambarkan peran Griya alQur’an dalam pendidikan Islam bagi
ibu-ibu peserta pengajian, penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
deskriptif. Pendekatan deskriptif
bertujuan untuk mengumpulkan data
dan
menguraikannya
secara
menyeluruh dan teliti sesuai dengan
persoalan yang akan dipecahkan
(Hasan, 2002:33).
2.

Sumber Data
Sumber data dalam penelitian
adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh (Suharsimi, 2006 : 128).
Sumber data dalam penelitian ini
ada dua macam, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder.
Data primer adalah data yang
diperoleh seorang peneliti langsung
dari objek. Sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh secara


 

Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dari
variabel
tersebut,
penulis
menggunakan metode dokumentasi,
metode wawancara, dan metode
observasi.
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda dan
sebagainya (Suharsimi, 2006:
231).
Metode
dokumentasi
ini
digunakan untuk memperoleh
data mengenai profil Griya alQur’an dan keadaan jama’ah di
Griya al-Qur’an yang terletak di
Perumahan Baturan.
b. Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara
(interviewe) yang memberikan
jawaban
atas
pertanyaanpertanyaan itu (Moleong, 2007:
186).
Interview atau wawancara
dapat dipandang sebagai metode
pengumpulan data dengan jalan

c.

wawancara,
observasi,
dan
dokumentasi yang diproses pencatatan
dan lain-lain yang kemudian disusun
dalam teks yang diperluas (Milles
Huberman, 1992: 15-20).
Data yang diperoleh akan
dianalisis secara berurutan dan
interaksionis yang terdiri dari tiga
tahap: (1) reduksi data (2) penyajian
data (3) penarikan kesimpulan dan
verifikasi.
Pertama,
setelah
pengumpulan data selesai dilakukan
maka langkah selanjutnya adalah
reduksi data, yaitu menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan pengorganisasian sehingga
data terpilah-pilah, dan kedua, data
yang telah direduksi akan disajikan
dalam
bentuk
narasi.
Ketiga,
penarikan kesimpulan dari data yang
disajikan pada tahap kedua dengan
mengambil
kesimpulan
(Milles
Huberman, 1992: 16-20).
Adapun metode berpikir yang
penulis gunakan untuk menganalisis
penelitian adalah induktif. Prinsip
induktif adalah apa saja yang
dipandang
benar
pada
semua
peristiwa dalam suatu kelas atau jenis,
berlaku juga sebagai hal yang benar
pada semua peristiwa yang termasuk
dalam kelas atau jenis itu. Dengan
kata lain, induktif berarti cara berpikir
yang berangkat dari pengetahuan
bersifat umum dan dengan bertitik
tolak pada pengetahuan yang umum
kita hendak menilai suatu kejadian
yang khusus (Hadi, 2007: 47).

tanya jawab sepihak yang
dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan
penelitian (Hadi, 2007: 218).
Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data-data secara
langsung tentang sejarah berdiri,
kondisi
pengurus,
pengajar
maupun peserta pengajian di
Griya al-Qur’an yang terletak di
Perumahan Baturan.
Metode Observasi
Observasi bisa diartikan
sebagai
pengamatan
dan
pencatatan dengan sistematis atas
fenomena-fenomena yang diteliti
(Hadi, 2007: 151). Metode
observasi ini digunakan untuk
mendapatkan
data
tentang
keadaan fisik Griya al-Qur’an,
sarana dan prasarana, dan
kegiatan yang dilakukan.

4. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam kelompok pola,
kategori dan satuan uraian dasar
sedemikian rupa sehingga dapat
ditemukan
tema
dan
dapat
dirumuskan hipotesis kerja sebagai
yang
disarankan
(Moleong,
2007:112).
Untuk menganalisis data yang
terkumpul penulis menggunakan
analisis data deskriptif kualitatif. Data
yang muncul berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang atau perilaku
yang diamati dengan melakukan


 

3. Fungsi rekreasi. Rekreasi dalam
pengertian umum bisa menghibur
seseorang
ketika
dalam
kejenuhan. Maka Griya al-Qur’an
bisa juga dijadikan tempat
rekreasi ibu. Rekreasi dalam
pengertian khusus yaitu dengan
mempelajari
al-Qur’an
bisa
menenangkan hati.
4. Fungsi Griya al-Qur’an yang
khusus adalah untuk membarantas
buta huruf al-Qur’an pada
masyarakat khususnya muslimah
tanpa memandang status sosial
dan usia. Griya al-Qur’an juga
memberikan kesempatan untuk
menghafal dan mempelajari alQur’an sesuai dengan situasi dan
kondisi masyarakat khususnya
para muslimah (Dokumentasi 20
Agustus 2013).

HASIL PENELITIAN
A. Griya Al-Qur’an Sebagai Lembaga
Pendidikan Islam Non Formal
Griya al-Qur’an adalah sebuah
lembaga yang berkiprah di bidang
pendidikan Islam non formal yang
dikhususkan bagi ibu-ibu. Sesuai
dengan
namanya,
pelaksanaan
kegiatan keislaman lembaga ini
diselenggarakan di sebuah rumah.
Lembaga ini didirikan sebagai
langkah dakwah dan pembinaan
kepada masyarakat khususnya ibu-ibu
agar lebih memahami ajaran Islam.
(Hasil wawancara dengan ibu Jasmin,
pada tanggal 20 September 2013)
B. Fungsi Griya al-Qur’an
Fungsi Griya al-Qur’an dalam
pendidikan Islam bagi ibu-ibu peserta
pengajian di antaranya yaitu:
1. Fungsi taklim (edukasi). Griya alQur’an
didirikan
untuk
meningkatkan
keterampilan,
pengetahuan,
dan
wawasan
muslimah serta mengajarkan
untuk memahamkan al-Qur’an
kepada
seluruh
elemen
masyarakat.
2. Fungsi bahts (penelitian). Ada
pepatah yang mengatakan bahwa
“research begin in the library”,
penelitian
bermula
dari
perpustakaan. Penelitian yang
dilengkapi dengan literatur akan
menghasilkan sesuatu yang lebih
baik daripada tidak menggunakan
buku.

C. Kegiatan Yang Dikelola
Demi
terlaksananya
proses
pembinaan pendidikan Islam, Griya
al-Qur’an
menyelenggarakan
beberapa kegiatan keislaman yang
dirasa bermanfaat bagi ibu-ibu. Di
antara kegiatan keislamana tersebut
yaitu:
1. Pengajian tafsir
Griya
al-Qur’an
menyelenggarakan
pengajian
tafsir ini dengan tujuan untuk
menghindari kesalahan pembaca
al-Qur’an dalam memahami dan
mengamalkan kandungan alQur’an.


 

membaca
al-Qur’an
dengan
menggunakan
nada. Setelah diadakan
evaluasi, ibu-ibu yang
mengikuti kegiatan ini bisa
membaca
al-Qur’an
dengan menggunakan nada
Muri-Q. (Hasil wawancara
dengan Ustadz Hisyam
tanggal 19 September
pukul 17.00 WIB)
b. Metode Talaqi
Jika
pembelajaran
tahsin
dengan
menggunakan
metode
muri-Q lebih difokuskan
kepada irama al-Qur’an,
maka
tahsin
dengan
metode talaqqi
ini
difokuskan kepada tahsin
dan tajwid serta cara
membaca ayat-ayat ghorib
(asing) di dalam al-Qur’an.
Sebelum mempelajari
materi tahsin dan tajwid
dengan metode talaqi,
bacaan al-Qur’an ibu-ibu
cukup
memprihatinkan,
kesalahan
dalam
membedakan
huruf
ataupun tajwid masih
sering terjadi. Setelah
mengikuti pembelajaran
ini dan diadakan evaluasi
sederhana, ibu-ibu yang
mempelajari materi tahsin
dan tajwid selain bisa
membaca
al-Qur’an
dengan nada, ibu-ibu juga

Tafsir yang digunakan adalah
tafsir
Ibnu
Katsir.
Dalam
menyampaikan materi tafsir,
ustadz/ustadzah
menggunakan
metode ceramah. Pengajian tafsir
di Griya al-Qur’an ini dilakukan 2
kali dalam seminggu dengan
pengajar yang berbeda, yaitu:
pengajan tafsir yang diampu oleh
ustadzah Kasiyati dan pengajian
tafsir tematik yang diampu oleh
ustadz Irfan Rosyidi.
Setelah diadakan evaluasi,
ibu-ibu
peserta
pengajian
memperoleh pemahaman tentang
isi tafsir al-Qur’an. Secara
perlahan pakaian ibu-ibu peserta
pengajian berubah sesuai dengan
tuntutan syar’i dan sebagian ibuibu bertambah semangat dalam
menuntut ilmu (Hasil wawancara
dengan ibu Jasmin, tanggal 20
September 2013)
2. Pembelajaran Tahsin al-Qur’an
Pembelajaran
tahsin
ini
menggunakan dua metode, yaitu:
a. Metode Muri-Q
Metode
Muri-Q
digunakan karena dalam
pembelajarannya
tidak
monoton diiringi dengan
nada teratur yang sudah
menjadi kekhasannya.
Pembelajaran
tahsin
dengan metode Muri-Q ini
disambut antusias oleh
ibu-ibu.
Sehingga
semangat dari ibu-ibu juga
tinggi
untuk
belajar


 

Teknis pelaksanaan tahfidz ini
yaitu seorang ustadz menyimak
hafalan ibu-ibu yang menjadi
peserta secara bergantian.
Pembelajaran
tahfidz
ini
membuat semangat ibu-ibu untuk
menghafal dan mengulang-ulang
hafalan
al-Qur’an.
Setelah
diadakan evaluasi, hafalan ibu-ibu
semakin hari semakin bertambah
sesuai kadar kemampuan hafalan
masing-masing peserta pengajian.
(Hasil wawancara dengan ibu
jasmin, tanggal 20 September
2013 pukul 14.15 WIB)
5. Kajian Fiqh
Kajian fiqh di Griya al-Qur’an
diadakan setiap jum’at ke dua
setiap 1 bulan sekali. Materi yang
disampaikan adalah seputar fiqh
wanita seperti thoharoh, air, najis
dan sebagainya secara runtut.
Materi ini disampaikan untuk
memahamkan kepada ibu-ibu
tentang
ibadah-ibadah
yang
disyari’atkan oleh Islam. Hal ini
karena sebagian masyarakat masih
melakukan amalan-amalan yang
sebenarnya dalam Islam tidak
diajarkan seperti tradisi yasinan,
acara 7 hari kematian, 40 hari
kematian dan masih banyak lagi.
Mereka juga meyakini bahwa
amalan yang dilakukan secara
turun temurun itu adalah benar.
Oleh sebab itu, kajian fiqh ini
dianggap perlu dan sangat
dibutuhkan.

mulai
mengalami
peningkatan
dalam
kualitas bacaan tahsin dan
tajwid. (Hasil wawancara
dengan ibu Jasmin tanggal
20 September 2013 pukul
14.00 WIB).
3. Pembelajaran bahasa Arab dengan
metode Tamyiz
Metode Tamyiz merupakan
sebuah cara mempelajari bahasa
Arab yang ada dalam al-Qur’an.
Untuk
memudahkan
ibu-ibu
peserta bahasa Arab dalam
mengingat dan menghafal kaidahkaidah nahwu dan shorof, Tamyiz
menggunakan nyanyian sederhana
sehingga tidak membuat orang
yang belajar merasa bosan.
Setelah diadakan evaluasi,
ibu-ibu yang mempelajari bahasa
Arab dengan metode Tamyiz bisa
membuat kalimat sederhana dalam
bahasa Arab. Selain itu, ibu-ibu
bisa menterjemahkan beberapa
ayat dalam al-Qur’an. (Hasil
wawancara dengan ibu Jasmin,
tanggal 20 September 2013 pukul
14.00 WIB)
4. Tahfidz (Hafalan al-Qur’an)
Tahfidz yang diselenggarakan
Griya al-Qur’an tidak bersifat
memaksa, maksudnya jama’ah
tidak dipaksa untuk mencapai
target tertentu. Ibu-ibu hanya
dianjurkan menghafal beberapa
surat atau setoran hafalan alQur’an yang pernah dihafal.

10 
 

Setelah diadakan evaluasi,
semakin hari pemahaman ibu-ibu
tentang fiqh wanita semakin
bertambah. Pakaian ibu-ibu juga
berubah semakin tertutup, ibu-ibu
berusaha berbusana sesuai dengan
apa yang ada dalam al-Qur’an dan
Sunnah. Amalan-amalan yang
tidak sesuai syari’at seperti
yasinan, peringatan kematian
ataupun yang lainnya semakin
berkurang. (Hasil wawancara
dengan ibu jasmin, tanggal 20
September 2013 pukul 14.15
WIB)

Penggunaan metode tersebut cukup
membantu ibu-ibu peserta pengajian
untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahamannya tentang Islam. Hal ini
terlihat dari perubahan ibu-ibu peserta
pengajian, semakin hari ibu-ibu bisa
membaca al-Qur’an sesuai dengan tahsin
dan tajwidnya, sebagian ibu-ibu bisa
menterjemahkan
bahasa
Arab,
peningkatan pemahaman ibu-ibu terhadap
kandungan al-Qur’an dan berkurangnya
pelaksanaan perayaan-perayaan yang
sebenarnya
dalam
Islam
tidak
disyari’atkan seperti yasinan, berjanjen,
perayaan kematian dan lain sebagainya.

Peran Griya Al-Qur’an
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan penulis, dapat diketahui bahwa
peran Griya al-Qur’an dalam pendidikan
Islam bagi ibu-ibu peserta pengajian di
perumahan Baturan cukup baik. Hal ini
terlihat dari terlaksananya fungsi Griya
al-Qur’an sebagai lembaga pendidikan
Islam non formal dan terlaksananya
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
oleh Griya al-Qur’an.
Kegiatan
keislaman
yang
diselenggarakan
Griya
al-Qur’an
terlaksana sesuai dengan metode yang
telah ditetapkan. Metode yang di gunakan
yaitu metode ceramah untuk pengajian
tafsir dan fiqh, metode talaqqi dan MuriQ dalam pembelajaran tahsin dan tajwid,
metode Tamyiz dalam pembelajaran
bahasa Arab dan program tahfidz (hafalan
al-Qur’an) sesuai kemampuan ibu-ibu
peserta pengajian.

Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di
lapangan yang diperoleh dari observasi,
wawancara, dan dokumentasi, maka
penulis dapat menyimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Griya al-Qur’an adalah sebuah
lembaga yang berkiprah di bidang
pendidikan Islam non formal yang
berusaha mewujudkan masyarakat
Qur’ani yang berpegang teguh pada
al-Qur’an dan as-Sunnah, berakhlak
mulia, berwawasan keilmuan yang
luas, siap untuk menyerukan kalimat
Allah di muka bumi. Lembaga ini
berdiri di atas sebuah rumah milik
salah satu pengurus Griya al-Qur’an.
2. Peran
Griya
al-Qur’an
dalam
pendidikan Islam cukup baik. Hal ini
bisa dilihat dari terlaksananya fungsi
Griya al-Qur’an sebagai lembaga
pendidikan
non
formal
dan

11 
 

2. Kajian fiqh diharapakan bisa diadakan
lebih dari satu kali dalam sebulan, hal
ini dilakukan agar pemahaman ibuibu tentang masalah fiqh terutama
yang berkaitan dengan masalah fiqh
wanita semakin bertambah dan
tertanam dalam diri ibu-ibu.
3. Sebagai pihak penyelenggara, Griya
al-Qur’an hendaknya lebih sering
mengadakan
evaluasi
untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan
yang sudah dicapai selama ini.

terselenggaranya
kegiatan-kegiatan
yang yang bermanfaat bagi ibu-ibu.
Di antara kegiatan-kegiatan tersebut
yaitu pengajian tafsir dan fiqh dengan
metode ceramah, pembelajaran tahsin
dan tajwid dengan metode muri-Q
dan talaqqi, bahasa Arab dengan
metode tamyiz, dan tahfidz (hafalan
al-Qur’an) sesuai kemampuan ibu-ibu
peserta pengajian.
3. Proses pembinaan keislaman yang
dilakukan oleh Griya al-Qur’an sudah
berjalan cukup baik. Hal ini dapat
diihat dari perubahan yang ada pada
ibu-ibu peserta pengajian, ibu-ibu bisa
membaca al-Qur’an sesuai dengan
tahsin
dan
tajwid,
berusaha
berpakaian sesuai syari’at, bisa
mengerti
bahasa
Arab
dan
berkurangnya kegiatan-kegiatan yang
dalam Islam tidak disyari’atkan
seperti yasinan, berjanjen dan lain
sebagainya.

Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan Terjemahnya. 1985.
Abdullah, Ishak. 2012. Penelitian
Tindakan
Dalam
Pendidikan
Nonformal. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Jakarta: Departemen Agama RI
Arifin. 1993. Kapita Selekta Pendidikan
(Islam dan Umum). Jakarta : PT
Bumi Aksara
_____ . 2008. Ilmu penddikan Islam.

Saran-Saran
Setelah melihat data-data yang
penulis peroleh selama penelitian, maka
ada beberapa saran yang perlu penulis
sampaikan. Di antaranya yaitu:
1. Hendaknya pengurus Griya al-Qur’an
lebih
memperluas
jaringan,
maksudnya adalah keberadaan Griya
al-Qur’an di perumahan Baturan ini
lebih disebarkan dan dikenalkan
kepada seluruh muslimah di berbagai
daerah agar kegiatan keislaman ini
bisa membantu para muslimah yang
lain dalam mencari hidayah dan ilmu.

Jakarta : PT Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Berry, David.1995. Pokok-Pokok Pikiran
dalam Sosiologi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Departemen Pendidikan Nasional. 2005.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Ene Junaedi. 2007. “Peranan Cabang
Muhammadiyah
Terhadap
Pendidikan Islam di Ketanggungan
Brebes”.
Skripsi.
Surakarta:

12 
 

Munawwir, Ahmad Warson. 1997. AlMunawwir: Kamus Arab-Indonesia
Terlengkap. Surabaya: Pustaka
Progressif
Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Nur Fitri Astuti. 2010. “Pendidikan Islam
Non Formal di Masjid (Studi Kasus
Peran Takmir Masjid Baiturrokhim
Tegalrejo Ngemplak Boyolali)”.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Agama
Islam, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Peraturan Menteri Agama Nomor 3
Tahun 2012 Tentang Pendidikan
Keagamaan Islam
Faisal, Sanafiah. 1981. Pendidikan Non
Formal. Surabaya: Usaha Nasional
Sekretariat Dewan Dakwah. 2011. Profil
Griya
Al-Qur’an.
Tidak
dipublikasikan.
Tafsir, Ahmad. 1996. Ilmu Pendidikan
Islam Dalam Perspektif Islam.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Uhbiyati, Nur. 2005. Ilmu Pendidikan
Islam. Bandung : Pustaka Setia
Umar, Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta: AMZAH
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang
Sistem
Pendidikan
Nasional

Fakultas Agama Islam, Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Fauzan.
2009.
“Gerakan
Taman
Pendidikan Al-Qur’an” (online).
(http://staff.undip.ac.id/
diakses
tanggal 25 November 2013 pukul
10.40 wib)
Hadi, Sutrisno. 2007. Metodologi
Research 1. Yogyakarta: Penerbit
Andi
. 2007. Metodologi Research 2.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Har GSF. 2009. “Peran Wanita Dalam
Membangun Masyarakat Religius”
(online).
(http://samatigaraya.blogspot.com
diakses tanggal 21 November 2013
pukul 12.00 wib).
Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan
Islam Di Indonesia. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada
Kasim Ata. 2009. “Peran Pusat Studi
Dakwah Islam Mahasiswa (Pusdam
Al-Shohwah)
Sleman
Dalam
Meningkatkan Mutu Bacaan AlQur’an Tahun 2006-2007”. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Agama Islam,
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
Marimba, Ahmad D. 1989. Filsafat
Pendidikan Islam. Bandung: PT Al
Ma’arif
Milles dan Huberman. 1992. Analisis
Data Kualitatif. Jakarta: Press UI
Moleong,Lexy J. 2007. Metodologi
penelitian kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

13