KOMUNIKASI ANTARA BAPAK/IBU DENGAN ANAK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM : TINJAUAN TEMATIK AYAT-AYAT AL QUR'AN.
KOMUNIKASI ANTARA BAPAK/IBU DENGAN ANAK DALAM
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
(Tinjauan Tematik Ayat-ayat al-Qur'an)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi
Pendidikan Agama Islam
Oleh: Nurul Hidayati NIM F13214142 PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Tesis ini adalah penelitian tentang komunikasi antara bapak/ibu dengan anak dalam perspektif pendidikan dengan tinjauan ayat-ayat al-Qur'an. Yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk komunikasi antara bapak/ibu dengan anak dalam perspektif pendidikan dan al-Qur'an, serta untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang ada di dalamnya. Adapun obyek penelitian ini adalah Sembilan pasang komunikasi antara bapak dengan anak dan satu pasang komunikasi antara ibu dengan anak, yaitu Nabi Ibrahim as dengan anak-anaknya, Nabi Ya'qub as dengan anak-anaknya, Nabi Nuh as dengan anaknya, Lukman al-Hakim dengan anaknya, Nabi Syu’aib as dengan putrinya, Nabi Ya'qub as dengan anaknya (Nabi Yusuf as), Nabi Ya'qub as dengan anak-anaknya (saudara-saudara Nabi Yusuf as), Nabi Ibrahim as dengan bapaknya Azar, Nabi Ibrahim as dengan anaknya (Nabi Ismail as) dan ibu Nabi Musa as dengan putrinya Maryam.
Penelitian ini bercorak library dan menggunakan metode maud}ui. Hasil penelitian ini adalah, 1. Komunikasi antara bapak/ibu dengan anak dalam al-Qur'an terdiri dari komunikasi verbal dan non verbal. Sedangkan bentuk komunikasi ditinjau dari pesan yang disampaikan adalah sebagai berikut: a. Hiwa>r yaitu dialog atau diskusi. b. Qoul yaitu perkataan, seperti kerinduan Nabi Ya'qub as kepada Nabi Yusuf as. c. Tabligh yakni menyampaikan kabar atau berita. d. Jidal yaitu dialog yang disertai menguatkan pendapat masing-masing. e. Baya>n yaitu komunikasi yang bertujuan memberikan penjelasan. f.
Mauiz}oh yakni memberikan nasehat yang baik. g. Da’wah yakni komunikasi untuk mengajak kepada sesuatu. 2. Orang tua yaitu bapak dan ibu memiliki kewajiban yang sama dalam pendidikan anak. Jika dalam al-Qur'an komunikasi antara bapak dengan anak lebih dominan, itu karena figur seorang bapak sebagai pemimpin yang bertanggung jawab untuk memberikan nasehat kepada anak. Namun, hal ini tidak berarti bahwa ibu memiliki pengaruh lebih kecil dalam pendidikan anak dari pada bapak. Justru ibu dapat memberikan pengaruh besar pada keberhasilan anak. Banyak kita jumpai di masyarakat, seorang ibu yang berhasil mendidik anak meskipun tanpa kehadiran bapak. Di dalam al-Qur'an juga banyak ayat-ayat yang menceritakan kisah tersebut, diantaranya sayyidatina Maryam (ibu Nabi Isa as), sayyidatina Yukatab (ibu Nabi Musa as) dan sayyidatina Hajar (ibu Nabi Ismail as).
Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam komunikasi antara bapak/ibu dengan anak dalam al-Qur'an adalah 1. Menyajikan pesan yang bervariasi (menghadirkan argumen, perumpamaan dan menawarkan solusi). 2. Cermat mengolah kata-kata (mengawali komunikasi dengan panggilan sayang kepada anak (ya bunayya) dan panggilan penghormatan kepada orang tua (ya abati), mengulang-ulang panggilan tersebut, menghadirkan pertanyaan, tidak menceritakan keburukan orang lain). 3. Bersifat bijaksana, pemaaf dan menampakkan rasa kasih sayang. 4. Ketika nasehat tidak mampu mengatasi masalah, maka dianjurkan untuk mengambil sumpah. 5. Peka dalam memahami kata demi kata yang diucapkan oleh anak. 6. Ketika berkomunikasi anak wajib menjaga sikap bakti kepada orang tua dalam keadaan apapun. Nilai-nilai pendidikan yang lain adalah 1. Peran orang tua sangat mempengaruhi sifat baik dan buruk seorang anak, 2. Orang tua hendaklah menanamkan sifat kasih sayang bersaudara kepada anak-anaknya, 3. Salah satu sikap bakti anak terhadap adalah dengan cara mendoakannya, baik mereka masih hidup atau sudah meninggal, 4. Dengan adanya bukti, kita tidak dilarang berburuk sangka, 5.sebaik-baik tempak mengadu adalah Allah swt.
(7)
DAFTAR ISI
SAMPUL ……….. i
PERNYATAAN KEASLIAN ……….. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ……….. iv
PEDOMAN TRANSLITASI ……… v
MOTTO ………... vi
ABSTRAK ………... vii
KATA PENGANTAR ……….. viii
DAFTAR ISI ……… x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………..……… 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ………..………... 10
C. Rumusan Masalah ………..……….. 12
D. Tujuan Penelitian ………..………... 13
E. Kegunaan Penelitian ………..……….. 13
F. Kerangka Teoritik ………..……….. 14
G. Metode Penelitian ………..……….. 25
H. Sistematika Pembahasan ………..……… 32
BAB II KOMUNIKASI, BAPAK/IBU DAN ANAK A. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi a. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis ………. 34
b. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis ………. 36
c. Pola/Konsep dan Macam-macam Komunikasi ………….. 37 2. Komunikasi dalam Pandangan al-Qur 'an
a. Pengertian Komunikasi (mukhobaroh) dalam al-Qur'an …. 42 b. Term-Term Komunikasi (mukhobaroh) dalam al-Qur'an … 49
(8)
c. Komunikasi dalam Perspektif al-Qur'an ……….. 59 d. Prinsip-Prinsip Komunikasi dalam al-Qur’an ……….. 62 e. Pesan Dalam Komunikasi (Nasehat atau Mauidhoh) ……... 68 3. Komunikasi dalam Perspektif Pendidikan Islam ………... 68 B. Orang Tua (Bapak/Ibu) dan Anak
1. Pengertian Bapak/Ibu
a. Pengertian Bapak Secara Etimologis ………... 73 b. Pengertian Ibu Secara Etimologis ………. 75
c. Bapak/Ibu dalam Pandangan al-Qur'an ……… 77
2. Persamaan dan Perbedaan Tanggung Jawab Bapak dan Ibu
Terhadap Pendidikan Anak ………. 80
3. Hakikat Anak Bagi Orang Tua ………... 96
BAB III BENTUK KOMUNIKASI BAPAK/IBU DENGAN ANAK DALAM AL-QUR'AN
A. Makiyyah dan Madaniyah ………. 97
B. Tartib al-Nuzul ………. 98
C. Tinjauan Tafsir ……….. 99
1. Komunikasi antara Nabi Ibrahim as dengan Anaknya dalam
Surat al-Baqoroh ayat 132 ………..………. 99
2. Komunikasi antara Nabi Ya’qub as dengan Anak-anaknya dalam Surat al-Baqoroh ayat 132-133 ……….. 99 3. Komunikasi antara Nabi Nuh as dengan anaknya Ka’an dalam
Surat Hud ayat 42-43 ………..……… 111
4. Komunikasi antara Lukman al-Hakim dengan Anaknya dalam
Surat Lukman ayat 13-19 ………..………. 116
5. Komunikasi antara Nabi Syu’aib as dengan Anak Perempuannya dalam Surat al-Qoshosh ayat 26-27
……… 137
6. Komunikasi antara Nabi Ya’qub as dengan anak-anaknya 1) Komunikasi antara Nabi Ya’qub as dengan Anaknya Nabi
(9)
2) Komunikasi antara Nabi Ya’qub as dengan Anak-anaknya/Saudara-saudara Nabi Yusuf as dalam Surat Yusuf ayat 11-14, 17-18, 63-67, 81-87 dan 93-98
……….... 170
7. Komunikasi antara Nabi Ibrahim as dengan Bapaknya Azar dalam Surat al-An’am ayat 84 dan Surat Maryam ayat 42-47 ………….. 241 8. Komunikasi antara Nabi Ibrahim as dengan Anaknya Nabi Ismail
as dalam Surat ash-Shoffat ayat 102 ……….. 269 9. Komunikasi antara ibu nabi Musa as dengan anaknya Maryam
dalam Surat al-Qoshosh ayat 11 ………. 279
BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM KOMUNIKASI BAPAK/IBU DENGAN ANAK PERSPEKTIF AL-QUR'AN
A. Analisis Bentuk Komunikasi antara Bapak/Ibu dengan Anak dan
Nilai Pendidikan yang ada di Dalamnya ……… 283
B. Nilai-nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Komunikasi antara
Bapak/Ibu dengan Anak ……… 346
C. Dalam Perspektif al-Qur'an: Komunikasi antara Bapak dengan Anak Lebih Dominan dari pada Komunikasi antara Ibu dengan
Anak ……… 351
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ………... 358
2. Saran ……… 362
(10)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur‟a>n adalah firman Alla>h yang sudah pasti mutlak kebenarannya, Alla>h
menurunkan al-Qur‟a>n kepada Rasul-Nya Muhammad saw untuk mengeluarkan
manusia dari kegelapan menuju cahaya (keimanan).1 Al-Qur‟a>n adalah kalam
Tuhan seluruh alam.2
Alla>h telah menjelaskan dalam al-Qur‟a>n al-Kari>m segala sesuatu bagi
generasi awal maupun akhir, penciptaan langit dan bumi, yang di dalamnya terperinci halal dan haram, pokok adab, akhlak, hukum ibadah dan muamalat.
Al-Qur‟a>n adalah kitab suci umat Islam yang tidak diragukan lagi
kebenarannya, surat Al-baqoroh ayat: 2
Kitab (Al-Qur‟a>n) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa.3
Sebagai umat Islam yang taqwa4 al-Qur‟a>n adalah penuntun baginya tanpa
ada sedikitpun keraguan di dalamnya, dengan segala keutamaan al-Qur‟a>n
1 Al-Qur‟a>n, 5: 16. , lihat, Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'a>n dan
Terjemahannya, (Semarang: PT Tanjung Mas Inti, 1992),
2 Al-Qur‟a>n, 26: 192, 587
(11)
2
seorang muttaqin akan merasa ringan dalam menjalani kehidupan dengan segala
problem yang ada.
Berbicara tentang manfaat serta fadlilah al-Qur'a>n, kita tidak akan
menemukan titik henti. Al-Qur‟a>n merupakan bayan (penjelas), petunjuk dan
mauidhoh bagi umat manusia. Maka dari itu Al-Qur'a>n juga disebut dengan nama
Baya>n (penerang), Huda (petunjuk) dan juga Mauiz}oh. Sebagaimana dalam surat
Ali Imron ayat 138:
(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.5
Sebagaimana al-Qur'a>n disebut dengan hudan (petunjuk), al-Qur'a>n adalah
sumber rujukan untuk menemukan jalan keluar dalam berbagai pokok bahasan, terutama tentang pendidikan. Pendidikan adalah isu sepanjang zaman yang tidak akan pudar seiring berjalannya zaman, justru makin ramai diperbincangkan.
Pendidikan Islam merupakan pengembangan pikiran, penataan perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya. Seluruh ide tersebut telah tergambar secara integratif (utuh) dalam sebuah konsep dasar yang kokoh. Islam pun telah menawarkan konsep akidah yang wajib diimani agar dalam diri manusia tertanam perasaan yang mendorongnya pada perilaku normatif yang mengacu pada syari‟at Islam. Perilaku yang
4 Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Alla>h dengan mengikuti segala
perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-perintah-perintah-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
(12)
3
dimaksud adalah penghambaan manusia berdasarkan pemahaman atas tujuan penciptaan manusia itu sendiri, baik dilakukan secara individual maupun
kolektif.6
Alla>h menciptakan manusia tidak lain hanyalah untuk menyembah-Nya.7
Maka bagaimana kita bisa beribadah menyembah Alla>h dengan benar jika kita
tidak mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan ibadah. Dengan
pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan yang diajarkan al-Qur‟a>n maka kita
akan menjadi „iba>dulla>h (hamba-hamba Alla>h) yang baik yang beribadah kepada
Alla>h sesuai dengan al-Qur‟a>n di manapun berada. Jadi pendidikan Islam adalah
pendidikan al-Qur‟a>n.
Salah satu dari keutamaan pendidikan Islam adalah perlindungan terhadap anak-anak melalui benteng sosial yang kokoh. Islam menjadikan peran orang tua dalam tingkat kekuatan yang tidak dapat ditembus oleh gangguan atau
kebimbangan yang menggoyahkan kehidupan keluarga.8 Itu disebabkan karena
orang tua adalah pendidik pertama sebagai pondasi dan sampai seterusnya, meskipun sering disebut bahwa orang tua adalah pendidik di dalam keluarga dan guru yang mendidiknya di sekolah, serta tokoh dan lingkungan yang mendidiknya di masyarakat, tetapi tidak cukup bagi orang tua untuk hanya bertanggung jawab terhadap pendidikan anak di keluarga saja. Orang tua melebihi yang lain akan selalu mengkhawatirkan keadaan anaknya di manapun
6 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1995), 34
7 Al-Qur‟a>n, 51: 56, lihat Departemen Agama RI, Al-Qur'a>n dan Terjemahannya, 862
(13)
4
dia berada. Ketika orang tua jauh dari anaknya, maka mereka akan selalu menjalin komunikasi untuk menanyakan bagaimana kabarnya?, sudah makan atau belum?, dengan siapa dia berteman?, dan lain-lain. Orang tua juga tidak akan bosan mengingatkan dan memberi nasehat pada anaknya. Itu bukti bahwa tanggung jawab orang tua terhadap anak serta pendidikannya, tidak berhenti ketika anak berada di luar lingkungan keluarga.
Dengan ungkapan yang lebih rinci, orang tua sangat berpengaruh terhadap masa depan anak dalam berbagai tingkatan umur mereka; dari masa kanak-kanak sampai masa remaja, sampai beranjak dewasa baik masa depan yang
bahagia maupun masa depan yang sengsara dan menderita. Al-Qur‟a>n dan
hadist diperkuat oleh sejarah dan pengalaman-pengalaman sosial, menegaskan bahwa orang tua yang memelihara prinsip-prinsip kehidupan Islami dan menjaga anak-anak mereka dengan perhatian, pendidikan, pengawasan dan pengarahan, maka sebenarnya telah membawa anak-anak mereka menuju masa depan yang gemilang dan bahagia, dan memberikan sarana yang luas bagi mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lapang
dan tenang.9
Dan anak-anak adalah penolong terbaik bagi orang tua dalam mengamalkan masalah-masalah religius dan anak adalah ahli waris terbaik setelah kematian mereka. Anak-anak adalah para pemelihara dan penegak dari keimanan dan
tradisi religious orang tua mereka. 10 Anak adalah investasi masa depan bagi
orang tua, baik di dunia maupun di akhirat. Maka tidaklah heran jika setiap pasangan suami istri selalu mendambakan kehadiran buah hati. Di dalam
9 Husain, Muzhahiri, Pintar Mendidik Anak: Panduan Lengkap Bagi Orang Tua, Guru, dan
Masyarakat Berdasarkan Ajaran Islam, “terj.”, Segaf Abdillah Assegaf dkk., (PT Lentera Basritama, Jakarta, 1999), xiv
10 Akhlaq Husain , Menjadi Orang Tua (muslim) Terhormat, (Surabaya: Risalah Gusti, 2000),
(14)
5
Qur‟a>n tidak sedikit diceritakan tentang doa para nabi kepada Alla>h yang
mengharapkan hadirkan keturunan, di antaranya adalah nabi Zakaria as yang dijelaskan dalam suarat Ali Imram ayat 38:
Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik.
Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".11
Dan nabi Ya‟kub as dalam surat Maryam ayat: 5-6
Dan Sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku12 sepeninggalku, sedang
isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga
Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai".13
11 Departemen Agama RI, Al-Qur'a>n dan Terjemahannya, 81
12 Yang dimaksud oleh Zakaria dengan mawali ialah orang-orang yang akan mengendalikan
dan melanjutkan urusannya sepeninggalnya. Yang dikhawatirkan Zakaria ialah kalau mereka tidak dapat melaksanakan urusan itu dengan baik, karena tidak seorangpun diantara mereka yang dapat
dipercayainva, oleh sebab itu Dia meminta dianugerahi seorang anak. Al-Qur‟a>n al-Kari>m wa
Tarjamatuma>‟ani>hu ila> al-Lughot al-Indonesia, (Kudus, 1982), 306
(15)
6
Al-Qur‟a>n al-Kari>m menyeru kepada kita dengan firman-Nya, “Wahai
orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu-batuan.”14 Maksudnya, seorang
ayah yang memikirkan sholat dan puasanya, wajib pula atasnya menganjurkannya kepada keluarganya termasuk putra-putrinya. Begitu juga seorang ibu yang menjaga dirinya sesuai dengan syari‟at Islam, maka dia-pun
wajib memperhatikan itu kepada putri-putrinya.15 Dalam rangka menjalankan
tanggung jawab tersebut, banyak cara-cara yang dapat kita gunakan.
Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional maupun sosial, adalah pendidikan anak dengan petuah dan memberikan kepadanya nasehat-nasehat. Karena petuah dan nasehat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membuka mata kesadaran anak-anak akan hakikat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya
dengan prinsip-prinsip Islam. Maka tidak heran jika al-Qur‟a>n menggunakan
metode ini, menyerukan kepada manusia untuk melakukannya, dan mengulang-ulangnya dalam beberapa ayat-Nya, dan sejumlah tempat dimana
dia memberikan arahan dan nasehat-Nya.16
14 al-Qur‟a>n, 66: 6, lihat Departemen Agama RI, Al-Qur'a>n dan Terjemahannya, 951
15 Husain, Pintar Mendidik Anak, xvi
16 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terj., Jamaluddin Miri, (Jakarta:
(16)
7
Sesungguhnya pada kisah-kisah reka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.17
Di dalam surat Yusuf ayat 111 di atas, Alla>h menerangkan bahwa
cerita-cerita mereka (yang dicerita-ceritakan dalam al-Qur'a>n) adalah benar adanya, yang
mana agar kita dapat mengambil manfaat dari kisah-kisah tersebut serta rahmat bagi kita yang beriman.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa salah satu metode pendidikan adalah dengan memberikan nasehat. Sedangkan nasehat merupakan kegiatan komunikasi. “Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur
sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi”.18
Dikutib dari Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi. Pernyataan di atas mudah kita cerna tanpa proses, namun apakah kita pernah berfikir tentang apa esensi dari komunikasi itu sendiri?, terlebih komunikasi dalam lingkungan keluarga yang melibatkan anak-anak kita sebagai dasar pendidikan mereka.
Jika kita amati potongan kalimat “sejak tidur sampai tidur lagi”, maka dapat kita artikan bahwa komunikasi berlangsung pada sebagian besar dari waktu yang kita miliki. Itulah mengapa penting bagi kita untuk mengolah komunikasi kita sebagai orang tua yang merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anak
17 Departemen Agama RI, Al-Qur'a>n dan Terjemahannya, 366
18 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet., 7,
(17)
8
dengan baik.19 Bahkan komunikasi harus dimulai sebelum terhitungnya umur
manusia yaitu pada masa prenatal, sebagaimana dijelaskan oleh Alawiyah
Abdurrahman dalam bukunya Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam
Kandungan yang merupakan terjemahan dari buku asli yang berjudul While You‟re Expecting … Your Own Prenatal Classroom karya F. Rene Van de Carr dan Marc Lehrer, di sana dijelaskan bahwa melalui komunikasi, pendidikan sudah harus diberikan kepada anak sebelum mereka lahir ke dunia. Apakah benar? Bagaimana caranya?.
Bagi seorang ibu pasti merasakan gerakan atau tendangan dari dalam perut ketika dalam keadaan lapar, kenyang, senang, sedih, mendengarkan suara keras dan lain-lain, dengan membalas menepuk atau meng-elusnya atau mengajaknya berbicara, maka dia akan tenang. Hal ini menunjukkan jika anak dalam kandungan sudah dapat menerima respon dari luar kandungan. Dengan demikian
komunikasi pada saat ini sangatlah penting sebagai bekal pendidikannya.20
Siapakah guru atau orang yang berperan pada masa prenatal ini? Tentu saja seorang ibu, dan apakah seorang bapak tidak berperan? Justru di sinilah peran seorang bapak untuk memberi dukungan dan perhatian penuh kepada ibu
19 Ihsan Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, cet., 4, 2005), 57
20 F. Rene Van de Carr dan Marc Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan,
(18)
9
maupun anak yang dikandungnya, baik dengan mengajak berkomunikasi atau
dengan memberi stimulus-stimulus yang lain.21
Maka tidaklah sesuatu yang aneh, jika al-Qur'a>n lebih banyak menempatkan
semua aktifitas yang berkaitan dengan lidah dan menitikberatkan sifat dan bentuk berkata-kata, karena kata-kata adalah salah satu cara yang paling mudah dan efektif dalam membangun hubungan dan mengungkapkan sesuatu, baik kebaikan
maupun keburukan.22 Dengan komunikasi kita dapat mengungkapkan isi hati,
bahkan Alla>h swt juga berkomunikasi dengan manusia.
Alla>h berkomunikasi dengan manusia melalui al-Qur'a>n. Al-Qur'a>n adalah
media komunikasi bagi Alla>h swt kepada manusia, al-Qur'a>n telah menjawab
segala pertanyaan manusia, memberi informasi tentang segala sesuatu yang
menjadi pengetahuan bagi manusia.23 Untuk menjelaskan sesuatu kepada
manusia, Alla>h menjadikan suatu obyek untuk berkomunikasi, diantaranya
adalah kisah-kisah Rasul dan Nabi, yakni sebagai suri tauladan bagi siapa saja.24
Dari berbagai kisah-kisah yang tersebut dalam al-Qur'a>n, kita banyak
menjumpai kisah-kisah antara orang tua dengan anak yang menceritakan komunikasi antara orang tua terhadap anak, baik antara bapak dengan anak
maupun anatara ibu dengan anak. Dan dari situlah kita dapat mengambil ibarot
bahwa diantara beberapa metode pendidikan yang diajarkan oleh al-Qur‟a>n
21Ibid., 45-46
22 Muhammad Djarot Sensa, Komunikasi Qur‟a>niyah: Tadzabur untuk Pensucian Jiwa,
(Bandung: Pustaka Islamika, 2005), 32
23Ibid., 33 24Ibid., 44-47
(19)
10
adalah dengan cara memberi nasehat. Nasehat atau mauiz}oh akan terealisasi jika
komunikasi terjalin dengan baik.
Jika kita amati, banyak di antara beberapa ayat yang mengkisahkan komunikasi antara orang tua dan anak adalah diperankan oleh bapak dengan anak dan sedikit yang mengkisahkan komunikasi antara ibu dengan anak, meskipun bapak dan ibu memiliki tanggung jawab yang sama atas pendidikan anak. Hal tersebut menimbulkan ketertarikan bagi penulis untuk meneliti lebih lanjut tentang komunikasi bapak dan ibu terhadap anak dalam pendidikan dalam
perspektif al-Qur'a>n.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dalam al-Qur'a>n terdapat banyak sekali redaksi ayat yang menceritakan
tentang orang tua (bapak atau ibu) dan anak diantaranya adalah
1. surat Hu>d ayat 42-49 (nabi Nu>h as dengan anaknya Ka‟an).
2. Surat Maryam ayat 1-15, 23-26, 41-50 dan surat al-An‟a>m ayat 84
(Azar dengan anaknya nabi Ibra>hi>m as).
3. Surat ash-Shoffa>t ayat 102 (nabi Ibra>hi>m as dengan anaknya nabi
Isma>i>l as).
4. Surat al-Baqoroh ayat 130-133 (nabi Ibra>hi>m as dengan anak-anaknya
(20)
11
5. Surat Yu>suf ayat 4-100 (nabi Ya‟qu>b as dengan anak-anaknya/ nabi
Yu>suf as dan saudara-saudaranya).
6. Surat al-Qoshosh ayat 7-16 dan surat Tho>ha> 38-40 (nabi Musa as
dengan ibunya dan saudaranya Maryam).
7. Surat al-Qoshosh ayat 22-28 (nabi Syu‟aib as dengan dua anak
perempuannya).
8. Surat Sho>d ayat 30, surat al-Anbiya>‟ 78-79 dan surat an-Naml 16 (nabi
Sulaiman as dan nabi Da>wu>d as).
9. Surat Maryam ayat 1-15, surat Ali Imran 38-41, dan surat al-Anbiya>‟
ayat 89-90 (nabi Zakariya as dan nabi Yahya as).
10.Surat Lukma>n 13-19 (Lukma>n al-Hakim dengan anaknya) dan surat
Ali Imram 35-37 (Maryam binti Imran dengan ibunya dan
anaknya/nabi I>sa as).
Adapun dalam penelitian ini yang menjadi kajian utama adalah ayat-ayat yang berhubungan tentang komunikasi bapak dan ibu terhadap anak, yaitu sebagai berikut:
1. Surat al-Baqoroh ayat 132 (nabi Ibra>hi>m as dengan anaknya)
2. Surat al-Baqoroh ayat 132-133 (nabi Ya‟qu>b as dengan anak-anaknya)
3. Surat Hu>d ayat 42-43 (nabi Nu>h as dengan anaknya Ka‟an)
(21)
12
5. Surat al-Qoshosh ayat 26-27 (nabi Syu‟aib as dengan anak
perempuannya)
6. Surat Yu>suf ayat 4-5 dan 99-100 (nabi Ya‟qu>b as dengan anaknya
nabi Yu>suf as)
7. Surat Yu>suf ayat 11-14, 17-18, 63-67, 81-87 dan 93-98 (nabi Ya‟qu>b
as dengan anak-anaknya/saudara-saudara nabi Yu>suf as)
8. Surat al-An‟a>m ayat 84 dan surat Maryam ayat 42-47 (Azar dengan
anaknya nabi Ibra>hi>m as)
9. Surat ash-Shoffa>t ayat 102 (nabi Ibra>hi>m as dengan anaknya nabi
Isma>il as)
10.Surat al-Qoshosh ayat 11 (ibu nabi Mu>sa> as dengan anaknya Maryam)
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana komunikasi bapak/ibu dengan anak dalam pendidikan perspektif
al-Qur'a>n?
2. Bagaimana komunikasi bapak/ibu dengan anak dalam perspektif pendidikan
(22)
13
3. Apa nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam komunikasi bapak dan ibu
terhadap anak dalam perspektif pendidikan Islam dan perspektif al-Qur'a>n?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan obyek kajian dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui komunikasi bapak/ibu dengan anak dalam pendidikan
perspektif al-Qur'a>n.
2. Untuk mengetahui komunikasi bapak/ibu dengan anak dalam perspektif
pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam komunikasi
bapak dan ibu terhadap anak dalam perspektif pendidikan Islam dan
perspektif al-Qur'a>n.
E. Kegunaan Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian ini, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritik maupun praktis.
1. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan informasi terhadap
orang tua tentang bagaimana komunikasi yang baik terhadap anak serta
(23)
14
2. Secara praktis penelitian ini dapat berguna sebagai referensi atau acuan untuk
melakukan penelitian selanjutnya bagi para akademisi. Khususnya yang berkaitan dengan komunikasi orang tua terhadap anak dalam pendidikan Islam.
F. Kerangka Teoritik
1. Pendidikan
Jika kita merujuk pada kamus bahasa Arab, ada tiga kata yang
menunjukkan pada istilah Pendidikan (tarbiyah), pertama , raba-yarbu yang
artinya bertambah dan berkembang. Hal ini senada dengan firman Alla>h
dalam al-Qur'a>n surat Ar-Ru>m ayat 39:
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Alla>h. dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Alla>h, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang
melipat gandakan (pahalanya).25
25
(24)
15
Kedua, rabiya-yarbu yang mengandung arti “tumbuh” dan
“berkembang”.
Ketiga, rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, mengurusi
kepentingan, mengatur, menjaga dan memperhatikan.26
Mushthofa al-Ghala>yani dalam kitab Idhotun Na>syi‟i>n mengartikan
bahwa pendidikan (tarbiyah) sebagai berikut:
" " ةحيصنلا و داشراا ءامب اه يقس و نيئشانلا سوفن يف ةلضافلا قلاخلاا غ يه ةيبرتلا 27
(pendidikan adalah penanaman akhlak mulia pada jiwa pemuda dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasehat), yakni pendidikan adalah tempat yang memberikan atau menumbuhkan akhlak mulia pada jiwa anak dan menyertainya dengan nasehat.
Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi teori dan
praktek menyebutkan, bahwa ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa pada proses pendidikan terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan.
Perbedaan antara komunikasi dan pendidikan adalah terletak pada tujuannya, komunikasi memiliki tujuan yang umum, sedangkan pendidikan
26 An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, 20
(25)
16
memiliki tujuan yang khusus, yaitu menigkatkan pengetahuan seseorang
mengenai suatu hal sehingga ia menguasainya.28
Dari beberapa arti di atas, maka pendidikan berarti upaya untuk memperbaiki dan menumbuhkan pengetahuan kepada seseorang atau khususnya anak. Pendidikan adalah proses transformasi (penyaluran) ilmu antara pendidik dan anak didik. Dengan demikian maka penulis sangat setuju dengan pernyataan yang menyatakan bahwa pendidikan dan komunikasi memiliki arti yang sama dan hubungan yang erat. Pendidikan adalah komunikasi, namun komunikasi belum tentu pendidikan.
2. Komunikasi
Komunikasi dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat difahami, komunikasi juga berarti hubungan atau kontak.
Komunikasi di dalam pengertian yang sangat sederhahana adalah saling membangun hubungan yang sekurang-kurangnya dengan bahasa isyarat dari bagian tubuh manusia, semacam dengan menggunakan gerakan-gerakan
28 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
(26)
17
tangan atau kedipan mata, sehingga akan terjadi pengertian diantara
pihak-pihak yang melakukan komunikasi.29
Pengertian komunikasi menurut Onong Uchjana ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatik.
a. Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dua segi:
1) Pengertian komunikasi secara etimologis
Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi
berasal dari bahasa Latin communication, dan perkataan ini berasal
dari kata communis. Kata communis dalam pembahasan ini sama
sekali tidak ada kaitannya dengan partai komunis yang sering dijumpai
dalam kegiatan politik. Arti communis di sini adalah sama, dalam arti
kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal.
2) Pengertian komunikasi secara terminologis
Secara terminologi komunikasi berarti proses penyampaian sesuatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dengan demikian maka yang terlibat dalam hal ini adalah manusia. Karena itu
komunikasi yang dimaksud di sini adalah komunikasi manusia atau
(27)
18
dalam bahasa asing disebut human communication, dan sering pula
disebut dengan komunikasi sosial atau social communication. 30
b. Pengertian komunikasi secara paradigmatik
Telah dijelaskan sebelumnya, secara umum komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial.
Komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat intensional
(intentional), mengandung tujuan; karena itu harus dilakukan dengan perencanaan.
Dengan demikian komunikasi secara paradigmatik berarti proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.
Dari definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau
mengubah sikap kognitif, afektif dan perilaku (behavior). 31
Berdasarkan pengertian di atas, ada sejumlah komponen atau unsur dalam komunikasi, yaitu:
30 Effendy, Dinamika Komunikasi, 3-4
(28)
19
Komunikator : orang yang menyampaikan pesan
Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambing
Komunikan : orang yang menerima pesan
Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila
komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya
Efek : dampak sebagai pengaruh dari pesan. 32
Sedangkan dialog adalah bagian dari komunikasi, dalam kamus besar bahasa Indonesia dialog adalah percakapan atau karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih.
Dialog dapat juga diartikan sebagai percakapan antara dua orang atau lebih yang dilakukan melalui tanya jawab dan di dalamnya terdapat topik
atau tujuan pembicaraan.33
Komunikasi memiliki beberapa pengertian, namun yang dikehendaki dalam pembahasan ini adalah komunikasi yang berarti penyampaian pesan yang berupa perkataan yaitu nasehat orang tua terhadap anak untuk memberikan perubahan yang lebih baik.
32 Ibid., 6
(29)
20
G. Penelitian Terdahulu
Fokus penelitian ini adalah pada komunikasi bapak dan ibu terhadap anak
dalam pendidikan Islam dalam perspektif al-Qur'a>n, yang mana menjelaskan
komunikasi seorang bapak dan juga ibu secara terpisah, bukan orang tua yang berarti bapak dan ibu sekaligus. Komunikasi yang dibahas adalah komunikasi
tentang pendidikan dan menurut perspektif al-Qur'a>n.
Untuk memperjelas fokus penelitian dan membuktikan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, penulis melakukan penelusuran terhadap buku-buku dan hasil penelitian sebelumnya. Setelah melakukan penelusuran penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang penulis lakukan, diantaranya adalah :
1. Sarah binti Halil al Muthairi, (1429 H), Hiwa>r al A<ba>‟ ma‟al Abna> fi>
al-Qur'a>n al Kari>m wa Tathbiqotuhu> al Tarbawiyah (Dialog antara Orang Tua dan Anak dalam al-Qur'a>n al Kari>m dan Aplikasi Pendidikannya), Ini adalah Tesis di Universitas Ummul Quro Mekah. Rumusan masalah dari penelitian
ini adalah apa pengertian dari dialog (hiwa>r)?, apa peranan dialog dalam
hubungan antara orang tua dan anak?, bagaimana realitas terjadinya dialog
antara orang tua dan anak dalam al-Qur‟a>n al-Kari>m dan bagaimana
aplikasinya dalam pendidikan? Dan apa gambaran yang dianjurkan untuk menghidupkan dialog antara orang tua dan anak?. Penelitian ini
(30)
21
menggunakan metode deskriptif dan pendekatan deduktif, dengan hasil
penelitian 1. Bahwa hiwa>r menurut bahasa adalah “ruju>‟” atau kembali,
sedang yang dimaksud dengan hiwa>r antara bapak dan anak adalah petunjuk
yang diberikan bapak untuk menghindari kesalahan, 2. Dialog antara orang tua dan anak dilakukan untuk menjaga anak dari maksiat dan kekufuran, 3. Adanya perintah dan larangan dalam dialog antara orang tua dan anak, 4. Sikap dan tema dialog sangat berpengaruh terhadap panjang atau pendeknya teks dialog, seperti dialog antara ibu nabi Musa as dengan saudara perempuan nabi Musa as, 5. Metode yang dipakai dalam dialog juga berpengaruh terhadap lawan dialog, 6. Ketenangan dan kekhawatiran adalah dua unsur yang mendasari terjadinya dalam dialog antara orang tua dan anak, 7. Menunjukkan kasih sayang dalam dialog antara orang tua dan anak dalam
al-Qur‟a>n al-Kari>m seperti rahmah (kemurahan hati) dan syafaqoh (rasa
kasihan), dan 8. Gunakanlah kata-kata Qur‟a>ni -Qur‟a>n dalam dialog seperti
ketika memanggil anak dengan mushoghor, seperti ya> bunayya (hai anakku)
dan tidak dianggap baik memanggil anak dengan menyebut namanya,
sebagaimana Azar (ayah nabi Ibra>hi>m as) memanggil dengan nama
anaknya.34
34 Sarah binti Halil al Muthairi, “Hiwa>r al Aba‟ ma‟al Abna> fi> al-Qur'a>n al Kari>m wa
Tathbiqotuhu al Tarbawiyah (Dialog antara Orang Tua dan Anak dalam al-Qur‟a>n al Kari>m dan
(31)
22
2. „Ama>d Zahi>r Ha>fidh, (1988 M/1408 H), al-Qis}os} fi> al-Qur‟a>n al-Kari>m
baina al-Aba>‟ wa al-Abna>‟ (Cerita Dalam al-Qur‟a>n al-Kari>m tentang Bapak dan Anak), Tesis di Universitas Ummul Quro Mekah. Tesis ini
membahas tentang cerita antara bapak dan anak dalam al-Qur'a>n,
diantaranya: nabi Nu>h as dengan anakanya Kan‟an, nabi Ibra>hi>m as dengan
ayahnya Azar dangan anaknya nabi Isma>il as, nabi Isha>q as dan dengan
anak-anaknya semua, nabi Ya‟ku>b as dengan anaknya nabi Yu>suf as dan dengan
anak-anaknya yang lain, nabi Mu>sa> as dengan ibunya, pemuda Madyan
dengan bapaknya, nabi Da>wu>d as dengan nabi Sulaima>n as, Lukma>n
al-Ha>kim dengan anaknya, nabi Zakaria as dengan nabi Yahya> as, maryam bin
Imra>m dengan ibunya dan anaknya nabi I>sa> as dan beberapa shohabat
diantaranya: Abu> Bakar as-Shidi>q ra, Sa‟ad bin Abi Waqos ra dan
shohabat-shohabat lainnya. Selain cerita dari orang tua dan anak, hal-hal yang dibahas
dalam tesis ini adalah „ibarot (tauladan) dan manfaat-manfaat yang ada di
dalam kisah-kisah tersebut.35
3. Robitoh Widi Astuti, (2012) KOMUNIKASI ORANG TUA DAN ANAK
PERSPEKTIF KISAH DALAM AL-QUR‟A<<N. Masters thesis, UIN Sunan Kalijaga. Tesis ini merupakan penelitian tentang komunikasi orang tua dan
anak perpektif kisah dalam al-Qur'a>n, dan bertujuan untuk mengeksplorasi
35 „Ama>d Zahi>r Ha>fidh, “al-Qishosh fi al-Qur‟a> >n al-Kari>mbaina al-Aba>‟ wa al-Abna>‟ (Cerita
Dalam al-Qur'a>n al-Kari>m tentang Bapak dan Anak) “,(Tesis--Universitas Ummul Quro, Mekah, 1988
(32)
23
ragam komunikasi, meliputi pola, aneka, serta gaya bahasa yang dijalin dan digunakan oleh tujuh pasang orang tua dan anak yang menjadi objek penelitian ini. Adapun ketujuh pasang orang tua dan anak yang memenuhi
kualifikasi untuk dijadikan objek penelitian ini adalah: Nabi Nu>h dan Kan‟an,
Nabi Ibra>hi>m, Nabi Isma>il, dan A<<zar; Nabi Ya‟qu>b dan Nabi Yu>suf; Nabi
Mu>sa> dan Ibunya; Syaikh Madyan dan Putrinya; serta Luqma>n dan Putranya.
Penelitian ini merupakan penelitian bercorak library murni dengan menggunakan pendekatan tafsir, khususnya metode maudlu„i. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi orang tua dan anak perspektif
kisah dalam al-Qur'a>n memiliki pola dengan Model Stimulus-Respons (S-R),
Model ABX, serta Model Interaksional. Komunikasi yang terjadi bisa dipetakan menjadi komunikasi langsung maupun tidak langsung. Komunikasi langsung bisa berupa komunikasi verbal, nonverbal, maupun interpersonal. Sedangkan komunikasi tidak langsung terjadi ketika komunikator dan komunikan dihubungkan oleh pihak ke tiga. Adapun gaya bahasa komunikasi yang dipakai setidaknya ada dua; kalimat interogatif (pertanyaan), dan kalimat imperatif (perintah dan larangan). Pesan moral yang bisa diambil
yaitu bahwa al-Qur'a>n telah mendeklarasikan pentingnya komunikasi dalam
sebuah keluarga sebagai pembentuk kepribadian seorang anak.36
36 Robitoh Widi Astuti, “Komunikasi Orang Tua Dan Anak Perspektif Kisah Dalam
(33)
24
4. Firdausi, Masita (2013) KOMUNIKASI EFEKTIF PADA PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI : STUDI KUALITATIF DI PAUD AZ-ZAHRA PRESCHOOL GRIYA PERMATA GEDANGAN SIDOARJO. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. Ada dua persoalan yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu: (1) Bagaimana pelaksanaan komunikasi efektif pada pendidikan anak usia dini di lembaga PAUD Az-Zahra Preschool Griya Permata Gedangan Sidoarjo? (2) apa metode pembelajaran yang digunakan dalam proses komunikasi efektif pada pendidikan anak usia dini?. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa komunikasi efektif pada pendidikan anak usia dini dapat dicapai melalui perencanaan program pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tahapan perkembangannya serta menggunakan metode bermain sambil belajar yaitu metode BCCT (Beyond Centers and Circle
Time) atau pendekatan sentra dan saat lingkaran.37
Dari beberapa penelitian terdahulu yang disampaikan di atas, ada sedikit kesamaan dengan penelitian penulis yaitu sama-sama fokus pada komunikasi dan hubungan antara orang tua dan anak, terdapat persamaan
pada nilai pendidikan dan perspektif al-Qur'a>n. Akan tetapi ada beberapa
perbedaan yaitu komunikasi atau dialog yang diteliti pada penelitian sebelumnya adalah antara orang tua dengan anak, bapak dengan anak yang
37 Firdausi Masita, “Komunikasi Efektif Pada Pendidikan Anak Usia Dini : Studi Kualitatif Di
Paud az-Zahra Preschool Griya Permata Gedangan Sidoarjo“, (Undergraduate thesis--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2013), v
(34)
25
ada dalam al-Qur'a>n serta nilai pendidikan yang ada di dalamnya. Ada juga
yang meneliti tentang komunikasi pada anak usia dini di dalam sekolah. Sedangkan fokus yang diteliti oleh penulis adalah komunikasi antara bapak dengan anak dan ibu dengan anak secara spesifik dan juga kolektif yang menggunakan tinjauan ayat-ayat al-Qur'an. Penelitian ini juga membahas nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam komunikasi antara bapak dengan anak dan ibu dengan anak baik dalam perspektif pendidikan Islam maupun
perspektif al-Qur'a>n.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang fokus penelitiannya menggunakan data dan informasi dari perpustakaan, baik buku-buku, majalah, naskah-naskah, catatan, kisah sejarah,
maupun dokumen-dokumen yang berbentuk tertulis lainnya.38 Library
Research atau penelitian kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan material bermacam-macam yang terdapat dalam kepustakaan seperti buku, majalah, dokumen, catatan, kisah-kisah
sejarah dan lain-lain.39 Oleh karena itu, langkah pertama yang penulis
38 Winarno Surakhmad, Pengarntar Penelitian Ilmiah; Dasar Metode Teknik, (Bandung:
Tarsito, 1994), 251.
(35)
26
lakukan adalah mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan al-Qur'a>n,
kitab-kitab tafsir, buku-buku, majalah, artikel, jurnal maupun literatur lain yang berhubungan dengan topik penelitian ini.
Karena obyek utama dalam penelitian ini adalah ayat-ayat al-Qur'a>n, maka
penulis menggunakan pendekatan ilmu tafsir yaitu metode maud}u‟i. Metode
maud}u‟i adalah suatu metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al-Qur'a>n
tentang suatu masalah tertentu dengan jalan menghimpun seluruh ayat yang dimaksud, lalu menganalisisnya lewat ilmu-ilmu lain yang relevan dengan masalah yang dibahas, untuk kemudian melahirkan konsep yang utuh dari
al-Qur'a>n tentang masalah tersebut.40
Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode Tafsi>r maud}u‟i,
yaitu :
a) Menentukan terlebih dahulu masalah/topik (tema) yang akan dikaji.
b) Inventarisir (menghimpun) ayat-ayat yang berkenaan dengan tema/topik
yang telah ditentukan.
c) Merangkai urutan ayat sesuai dengan masa turunnya baik Makiyah
maupun Madaniyahnya.
d) Memahami korelasi (muna>sabah) ayat-ayat dalam masing-masing
suratnya.
40 Abd. Al-Hayy Al-Farmawy, Metode Tafsi>r Mawd}u‟iy Suatu Pengantar, (Jakarta: PT
(36)
27
e) Menyusan bahasan didalam kerangka yang tepat, sistematis, sempurna
dan utuh.
f) Melengkapi bahasan dengan hadith agar menjadi jelas dan sempurna.
g) Mempelajari ayat-ayat tersebut secara sistematis dan menyeluruh dengan
cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian yang serupa, menyesuaikan antara pengertian yang umum dan yang khusus, antara Muallaq dan Muqayyad, atau ayat-ayat yang kelihatannya kontradiksi, sehingga semua bertemu dalam satu pembahasan dan tidak ada
kejanggalan dalam penafsiran.41
2. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian kepustakaan ini adalah segala bahan keterangan atau informasi mengenai suatu gejala atau fenomena yang ada kaitannya
dengan riset.42 Dalam penelitian yang hendak dilakukan ini, peneliti
mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan topik penelitian, yaitu data-data yang berhubungan dengan komunikasi orang tua dengan anak dalam pendidikan Islam.
Dalam pengumpulan data, digunakan teknik dokumentasi, yaitu dengan melacak data dari sumber primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian
ini diambil dari al-Qur'a>n al-Kari>m dan terjemahannya. Adapun data
41 Abdul Al-H{ayy Al-Farmawiy, Al-Bida>yah fi al- Tafsi>r Mawd}u‟iy, (Kairo: 2005), 48-49.
(37)
28
sekundernya adalah kitab-kitab tafsir, buku-buku dan literatur lain yang mendukung dan berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti.
3. Analisis Data
Analisis data merupakan bagian dalam melakukan penelitian. Analisis data merupakan proses mengolah dan menganalisis data yang terkumpul menjadi
data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.43 Analisis data
dalam penelitian ini sangatlah penting, karena data yang terkumpul sebelumnya masih mentah dan perlu diolah agar mudah difahami oleh pembaca.
Berdasarkan uraian di atas, maka prosedur analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Interpresentasi
Sambil merekontruksi teks naskah, atau sambil diterjemahkan isi naskah diselami, untuk menangkap arti dan nuansa yang dimaksudkan secara khas.
b. Induksi dan Deduksi
Naskah yang dimaksud dipelajari sebagai suatu keutuhan, kemudian dengan meneliti semua istilah dan konsep pokok satu per satu dan menurut hubungannya (induksi), agar dapat dipastikan, kalau ada keraguan, atau dapat diterjemahkan menurut arti persis di tempat itu, juga jalan yang terbalik dipakai (deduksi), yaitu dari visi gaya umum dalam keseluruhan teks itu,
43 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
(38)
29
dipahami dengan lebih baik masing-masing pemakaian istilah tertentu, atau sinonimnya. Dalam usahanya itu peneliti terlibat sendiri dalam pikiran-pikiran itu (identifikasi), namun tanpa kehilangan ketelitiannya.
c. Koherensi Intern
Agar dapat menetapkan kata yang tepat, jika ada keragu-raguan atau agar memberikan terjemahan kata yang tepat, semua kata-kata dan konsep-konsep dilihat menurut keselarasan satu sama lain, istilah yang dipilih atau terjemahanya harus cocok dengan susunan logis-sistematis dalam pikiran naskah.
d. Holistika
Untuk memastikan teks atau terjemahan yang seasli mungkin, semua istilah dilihat dengan keseluruhan visi naskah dan keseluruhan pandangan dan perkembangan pikiran pengarang.
e. Kesinambungan Historis
Dilihat benang merah dalam pengembangan pikiran pengarang, baik berhubungan dengan lingkungan historis dan pengaruh-pengaruh yang
dialaminya, maupun dalam perjalanan hidupnya sendiri. Sebagai latar
belakang eksternal diselidiki keadaan khusus zaman yang dialami tokoh,
dengan segi sosio-ekonomis, politis, budaya, sastra, filsafat. Bagi latar
belakang internal diperiksa riwayat hidup pengarang, pendidikannya, pengaruh yang diterimanya, dan segala macam pengalaman-pengalaman yang membentuk pandangannya. Begitu juga diperhatikan perkembangan intern,
(39)
30
tahap-tahap dalam pemikirannya dan penyusunan naskanhnya apalagi perubahan dalam minat atau arah filsafatnya. Bagi penerjemahan, lebih luas dari itu, pikiran naskah zaman dahulu itu diterjemahkan ke dalam terminologi dan pemahaman yang sesuai dengan cara berpikir aktual sekarang.
f. Idealisasi
Pikiran naskah selalu dimasukkan oleh pengarang sebagai konsepsi universal dan ideal.
g. Komparasi
Pertama-tama dibandingkan semua manuskrip atau terbitan asli naskah dengan segala varianya. Kemudian pemakaian istilah-istilah dalam naskah dibandingkan dengan bahasa lain, terutama mereka yang sezaman dengan pengarang. Bagi terjemahan dibandingkan terjemahan-terjemahan lain, entah dalam bahasa penerjemah sendiri, atau juga dalam bahasa-bahasa lain.
h. Heuristika
Berdasarkan manuskrip atau naskah baru, atau (untuk terjemahan) berhubungan dengan perkembangan bahasa, diusahakan menentukan dengan lebih tepat lagi istilah-istilah dan teks yang otentik, atau dicoba menemukan terjemahan baru yang lebih baik.
i. Bahasa Inklusif atau Analogal
Peneliti mengikuti dengan tepat teks naskah, atau diterjemahkan sedemikian sehingga seluruh gaya pemikiran dan warna bahasa dalam naskah diungkapkan dengan sesetia mungkin.
(40)
31
j. Deskripsi
Dalam jenis penelitian ini peneliti tidak boleh lepas dari teks naskah yang eksak; jadi tidak boleh membuat interpolasi pikiran atau uraian pribadi. Segala penyimpangan harus dipertanggunjawabkan dengan diberi alasan.
k. Metode khusus
Di samping metode-metode umum di atas dipergunakan metode-metode seperti berlaku bagi rekonstruksi naskah, atau bagi terjemahan setia. Itu
meliputi misalnya metode arkeologis, metode linguistilk, teknis bahasa.44
Dari beberapa metode yang dijelaskan Haris Zubair dalam bukunya Metode Penelitian Filsafat di atas, peneliti memiliki gambaran untuk analisis
data yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu: pertama, Interprestasi
(sambil merekrontruksi ayat-ayat al-Qur'a>n tersebut dan ketika
menerjemahkannya, maka peneliti akan memahami maksudnya). Kedua,
Induksi dan Deduksi (peneliti akan mencoba untuk menarik kesimpulan
secara induksi atau deduksi). Ketiga, Koherensi Intern (peneliti akan memilih
kata atau istilah yang tepat dan cocok dengan susunan yang sistematis dalam penerjemahan, agar tidak terjadi keraguan dan memberikan terjemahan yang
selaras). Keempat, Holistika (untuk memastikan keabsahan teks atau maksud
ayat-ayat tersebut maka peneliti akan melihat secara keseluruhan visi dan pandangan pemikiran para penafsir dari beberapa tafsir yang akan digunakan).
44 Haris Zubair, dkk., Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1990),
(41)
32
Kelima, Kesinambungan Historis (peneliti juga akan mempelajari tentang
segala sesuatu yang mempengaruhi pemikiran para mufassir). Keenam,
Komparasi (peneliti akan membandingkannya dengan beberapa literatur, baik
kitab-kitab, buku-buku atau yang lain). Ketujuh: Heuristika dan Bahasa
Inklusif atau Analog (karena terjemahan berhubungan dengan bahasa, maka peneliti akan berusaha menemukan istilah atau teks atau terjemahan yang baru dan mengikuti gaya pemikiran serta warna bahasa pengarang atau mufassir
dengan setia). Kedelapan: Deskripsi (dalam mendeskripsikan sebuah
pernyataan peneliti tidak akan keluar dari teks, jika peneliti memiliki pendapat
yang berbeda maka akan disertai dengan alasan). Kesembilan: Metode Khusus
(untuk melengkapi seluruh kebutuhan dalam penelitian ini, maka peneliti akan menggunakan metode-metode lain yang nantinya dibutuhkan dan dianggap
sesuai).
I. Sistematika Pembahasan
Agar dalam penulisan ini lebih terarah dan untuk mempermudah memahami tesis ini penulis menyusunnya ke dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab kesatu yakni pendahuluan, berisi tentang uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
(42)
33
penelitian, kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua membahas tentang komunikasi, bapak, ibu dan anak dalam
perspektif al-Qur'a>n dan perspektif pendidikan Islam, meliputi pengertian
komunikasi dalam perspektif pendidikan Islam dan komunikasi dalam pandangan
al-Qur'a>n, definisi orang tua yaitu bapak dan ibu, persamaan dan perbedaan
tanggungjawab bapak dan ibu dalam pendidikan anak.
Bab ketiga membahas tentang bentuk komunikasi bapak dan ibu terhadap
anak dalam perspektif al-Qur'a>n.
Bab keempat akan membahas tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam komunikasi bapak dan ibu terhadap anak dalam perspektif
al-Qur'a>n. Yang meliputi analisis bentuk komunikasi antara bapak/ibu dengan anak
dan nilai-nilai pendidikan yang ada di dalamnya serta analisis komunikasi bapak
dengan anak yang dominan dalam al-Qur'a>Nabi dari pada komunikasi ibu dengan
anak.
Bab kelima, adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Tujuannya adalah memberi kemudahan untuk mengetahui kesimpulan dari penelitian secara ringkas dan menyampaikan kekurangan, harapan ataupun masukan untuk penelitian ini dalam bentuk saran.
(43)
BAB II
KOMUNIKASI, BAPAK/IBU DAN ANAK A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis
Selain mengetahui arti komunikasi dalam ۖahasa Indonesia, kita juga harus mengetahui apa arti komunikasi dalam ۖahasa Araۖ,
karena penulisan ini nantinya akan memۖahas ayat-ayat al-Qur‟a>n.
Untuk memahami maksud dari komunikasi yang dalam ۖahasa Araۖ
diseۖut mukha>baroh, maka kita perlu mengetahui ۖagaimana orang
Araۖ menggunakan kata mukha>baroh dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kamus Munawir Araۖ-Indonesia mukha>baroh ۖerarti
surat-menyurat (korespondensi), perkaۖaran, pemۖiۗaraan. mukha>baroh
ۖerasal dari fi‟il ma>dhi “kha>baro” dengan kho‟ panjang yakni fi‟il
mazi>d ruba>‟i dari mujarrod “kha>baro” yang artinya memۖeri ۖerita
atau memۖeri tahu.45 Jika kita lihat dalam kamus Munawir
Indonesia-Araۖ “dialog” juga ۖerarti mukha>baroh.46 Sedangkan dalam kamus
ۖesar ۖahasa Indonesia dialog adalah perۗakapan atau karya tulis yang
45
Ahmad Warson Munawir, al-MunawirKamus Arab-Indonesia, (Suraۖaya: Pustaka
Progressif, ۗet.14, 1997), 319
46 Ahmad Warson Munawir, al-MunawirKamus Indonesia-Arab, (Suraۖaya: Pustaka
(44)
35
disajikan dalam ۖentuk perۗakapan antara dua tokoh atau leۖih.47 Jika
penulis melihat dari ۖeۖerapa pengertian di atas,maka dialog memiliki makna leۖih sempit dari pada komunikasi, dengan demikian dialog merupakan ۖagian dari komunikasi.
Dalam pemۖahasan seۖelumnya telah dijelaskan ۖahwa komunikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ۖerarti pengiriman dan penerimaan pesan atau ۖerita antara dua orang atau leۖih sehingga pesan yang dimaksud dapat difahami, komunikasi juga ۖerarti
huۖungan atau kontak.48 Sedang seۗara etimologis atau menurut asal
katanya, istilah komunikasi ۖerasal dari ۖahasa Latin communication,
dan perkataan ini ۖerasal dari kata communis. Kata communis dalam
pemۖahasan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan partai
komunis yang sering dijumpai dalam kegiatan politik. Arti communis
di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna
mengenai suatu hal.49
Jadi komunikasi pada hakekatnya adalah memۖangun kesamaan makna terhadap apa yang diperۖinۗangkan. Dimana kesamaan ۖahasa yang digunakan dalam seۖuah perۗakapan ۖelum
47 Departemen Pendidikan dan Keۖudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1990), 261 48 Ibid., 454
(45)
36
tentu menimۖulkan kesamaan makna. Dengan kata lain mengerti ۖahasanya saja ۖelum tentu mengerti makna yang diۖawakan oleh ۖahasa itu.
Dengan demikian, komunikasi ۖaik dalam ۖahasa Araۖ (mukha>baroh) atau dalam ۖahasa Indonesia memiliki kesamaan arti, yaitu pengiriman atau penyampaian pesan atau ۖerita.
b. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis
Komunikasi di dalam pengertian yang sangat sederhahana adalah saling memۖangun huۖungan yang sekurang-kurangnya dengan ۖahasa isharat dari ۖagian tuۖuh manusia, semaۗam dengan menggunakan gerakan-gerakan tangan atau kedipan mata, sehingga akan terjadi pengertian diantara pihak-pihak yang melakukan
komunikasi.50
Seۗara terminologi komunikasi ۖerarti proses penyampaian sesuatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dengan demikian, maka yang terliۖat dalam hal ini adalah manusia. Karena itu
komunikasi yang dimaksud di sini adalah komunikasi manusia atau
(46)
37
dalam ۖahasa asing diseۖut human communication, dan sering pula
diseۖut dengan komunikasi sosial atau social communication. 51
Dengan demikian seۗara terminologi komunikasi yang dimaksud dalam pemۖahasan ini adalah penyampaian pesan ۖerupa perۗakapan ۖukan dengan ۖahasa isyarat yang terjadi antara ۖapak/iۖu dengan anak atau seۖaliknya dan ۖertujuan untuk memۖerikan peruۖahan. c. Pola/Konsep dan Macam-macam Komunikasi
Menurut Aۖdillah H{anafi@, kita adalah ۖinatang yang
ۖerkomunikasi, komunikasi menyelimuti segala yang kita lakukan.
Dalam keadaan apapun manusia tidak luput dari komunikasi.52
Komunikasi dapat ۖerlangsung jika terdapat sejumlah komponen atau unsur di ۖawah ini, yaitu:
Komunikator : orang yang menyampaikan pesan
Pesan : pernyataan yang didukung oleh lamۖang
Komunikan : orang yang menerima pesan
Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan
ۖila komunikan jauh tempatnya atau ۖanyak jumlahnya
Efek : dampak seۖagai pengaruh dari pesan.53
51 Effendy, Dinamika Komunikasi, 3-4
52 Aۖdillah Hanafi, Memahami Komunikasi Antar Manusia, (Suraۖaya: Usaha Nasional,
(47)
38
Menurut Djamarah komponen komunikasi ada lima yaitu
komunikator, komunikan, pesan yang disampaikan, konteks (setting
atau lingkungan yang kondusif) dan sistem penyampaian.54
Yang memۖedakan antara dua pendapat tentang komponen terseۖut adalah terletak pada media dan konteks. Menurut Djamarah media tidak termasuk komponen komunikasi, tetapi lingkungan atau situasi yang mendukung merupakan hal yang diۖutuhkan dalam proses komunikasi.
Dari komponen-komponen di atas, yang leۖih penting lagi adalah efek dari proses terjadinya komunikasi, ۖagaimana ۗaranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator dapat menimۖulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Karena ini adalah tujuan dari proses komunikasi. Dampak yang ditimۖulkan diantaranya adalah: dampak kognitif, afektif dan ۖehavioral.
Dampak kognitif adalah yang timۖul dari komunikan yang
menyeۖaۖkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualnya.Dampak
afektif leۖih tinggi daripada dampak kognitif, yaitu komunikan tidak hanya sekedar mengetahui, namun tergerak hatinya dan menimۖulkan
53 Efendy, Dinamika Komunikasi, 6
54 Shaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga: Sebuah
(48)
39
perasaan tertentu. Dampak behavioral adalah dampak yang paling
tinggi kadarnya, yakni dampak yang timۖul pada komunikan dalam
ۖentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.55
Di dalam seۖuah keluarga, tidak mudah memۖangun komunikasi yang efektif. Namun dengan memperhatikan konsep-konsep yang ada
dalam komunikasi maka tujuan-tujuan komunikasi, seperti kognitif,
afektif dan behavior akan terۗapai. Seۖagaimana telah dijelaskan, ۖahwa pendidikan adalah komunikasi, tetapi komunikasi ۖelum tentu pendidikan. Apapun metode yang dipakai dalam seۖuah keluarga untuk mendidik anak-anaknya, perlu disadari ۖahwa itu merupakan ۖentuk dari proses komunikasi. Ini ۖukan ۖerarti metode dalam mendidik anak tidak penting, menurut Iۖn Khladun metode dan ۖahan pelajaran merupakan satu kesatuan yang saling memۖutuhkan.
Berdasarkan jumlah komunikan yang dihadapi komunikator,
komunikasi diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu komunikasi
antarpersona dan komunikasi kelompok. Komunikasi antarpersona
adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi ini dianggap paling efektif dalam upaya menguۖah sikap
atau pendapat seseorang, karena ۖersifat dialogis. Komunikasi
kelompok adalah komunikasi yang mana komunikannya ۖerjumlah
(49)
40
leۖih dari satu, sehingga ada komunikasi kelompok kecil dan kelompok
besar.56
Sedang dilihat dari jenis pesan yang disampaikan ada dua maۗam,
yakni komunkasi non verۖal dan komunkasi verۖal.57
a. Komunikasi non verۖal adalah kumpulan isharat, gerak tuۖuh,
intonasi suara, sikap dan seۖagainya yang memungkinkan seseorang untuk ۖerkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi non verۖal memiliki ۖerۖagai perۖedaan dengan komunikasi verۖal. Salah satunya, tidak mempunyai struktur yang jelas, sehingga relatif leۖih sulit untuk dipelajari.
Disamping itu intensitas terjadinya komunikasi non verۖal juga tidak dapat diperkirakan dan ۖersifat spontanitas. Namun demikian dalam praktiknya ۖanyak digunakan karena mempunyai ۖeۖerapa manfaat, setidaknya memperjelas apa yang disampaikan seۗara verۖal, di samping dapat menguatkan.
ۖ. Komunikasi verۖal adalah komunikasi dengan menggunakan
simۖol-simۖol yang mempunyai makna dan ۖerlaku umum, seperti suara, tulisan, atau gamۖar. Dari sini dapat disimpulkan ۖahwa dalam komunikasi ini tidak hanya menyangkut komunikasi lisan
56Ibid., 8-9
(50)
41
saja, tetapi juga komunikasi tertulis. Bahasa merupakan simۖol atau lamۖang yang paling ۖanyak digunakan. Mengapa demikian? Karena ۖahasa dapat mewakili ۖanyak fakta, fenomena, dan ۖahkan sesuatu yang ۖersifat aۖstrak yang ada di sekitar manusia. Oleh karena itu dalam komunikasi ۖahasa inilah yang ۖanyak digunakan oleh masyarakat.
Dari huۖungan atau interaksi yang timۖul dalam keluarga terjadi ۖeۖerapa pasangan komunikasi, yakni antara suami dan istri, antara ۖapak iۖu dan anak, antara ۖapak dan anak, antara iۖu
dan anak, dan antara anak dan anak.58
Jika mengamati ۖeۖerapa pernyataan dan realita tentang komunikasi orang tua dengan anak, maka iۖu adalah teman komunikasi pertama ۖagi anak. Sejak dalam kandungan anak menerima rangsangan dari seorang iۖu dan kemudian si anak-pun
meresponnya.59 Ketika iۖu menyusui ۖayi, maka iۖu ۖukan hanya
memۖelai dengan memۖerikan sentuhan kasih sayang dan kehangatan ۗinta, namun iۖu juga memۖerikan senyuman, ۗanda tawa, meskipun ketika ۖayi masih ۖelum pandai ۖerۖiۗara, tetapi dia sudah pandai memۖerikan tanggapan terhadap rangsangan yang diۖerikan oleh iۖunya.
58Ibid., 38
(51)
42
Contoh di atas adalah salah satu dari model komunikasi
yang sering terjadi dalam keluarga yang diseۖut model
stimulus-respons (S-R), selain itu ada model ABX seoarang (A) menyampaian sesuatu pada orang lain (B) tentang sesuatu (X) dan
model interaksional (model ini adalah keۖalikan dari model S-R, model ini menganggap ۖahwa manusia jauh leۖih aktif dalam komunikasi). Pada model ketiga ini, keluarga akan ۖerinteraksi dalam ۖerۖagai hal, semuanya aktif, reflektif dan dinamis, suasana dialogis leۖih terۖuka, maka komunikasi akan ۖerlangsung dengan
ۖaik.60
2. Komunikasi dalam Pandangan al-Qur 'an
a. Pengertian Komunikasi (mukha>baroh) dalam al-Qur’a>n
Untuk mengetahui ۖagaimana arti kata mukha>baroh dalam al-Qur'a>n
al-Kari>m dan ۖagaimana al-Qur'a>n menggunakan kata mukha>baroh , maka
kita perlu untuk mengetahui term-term dalam al-Qur‟a>n.
Seۖelum kita memۖahas tentang trem-trem terseۖut, maka terleۖih
dahulu kita memۖahas makna-makna kata mukha>baroh dalam al-Qur'a>n.
Menurut al-Baqi dalam al-Mu‟jam al-Mufahros al-Qur'a>n al-Kari>m, kata
(1)
362
B. Saran
Setelah kesimpulan dari hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang
perlu penulis sampaikan:
1. Penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka,
demi kesempurnaan penelitian ini, penulis berharap akan ada penelitian
selanjutnya khususnya dari disiplin ilmu lain seperti Psikologi dan Ilmu
Hadits.
2. Meskipun karya ini adalah karya kecil, penulis berharap agar tesis ini dapat
menjadi sarana intropeksi diri, khususnya bagaimana kita dapat membangun
komunikasi harmonis antara orang tua dengan anak sebagai ladang
pendidikan bagi anak.
3. Karena peenelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu segala kritik dan saran
(2)
363
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma‟il Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir,
terj., Bahrun Abu Bakar, dkk., (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001),Juz 1
____________ , Tafsir Ibnu Katsir, terj., Bahrun Abu Bakar, dkk., (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2001),Juz 7
___________ , Tafsir Ibnu Katsir, terj., Bahrun Abu Bakar, dkk., (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001),Juz 12
___________ , Tafsir Ibnu Katsir, terj., Bahrun Abu Bakar, dkk., (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001),Juz 13
___________ , Tafsir Ibnu Katsir, terj., Bahrun Abu Bakar, dkk., (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001),Juz 16
___________ , Tafsir Ibnu Katsir, terj., Bahrun Abu Bakar, dkk., (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001),Juz 21
___________ , Tafsir Ibnu Katsir, terj., Bahrun Abu Bakar, dkk., (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001),Juz 23
Adhim, Muhammad Fauzil, Mendidik Anak Menuju Taklif, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, cet. 2, 1998)
Al-Baqi, Muhammad Fuad Abd, al-Mu’jam al-Mufahros li Alfa>d Qur'a>n
al-Kari>m, (Kairo: Da>r al-Kutub al-Mis}r, 1364 H)
Al-Farmawy, Abd. Al-Hayy, Metode Tafsi>r Mawd}u’iy Suatu Pengantar,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994)
Al-Ghalayani, Mushthofa, Id}otun Nashi’in, (Surabaya: al-Hidayah, tt.)
Al-Isfaha>ni, Abu al-Qasim Abu al-Husain bin Muhammad al-Ra>ghib,
Al-Mufrada>t fi> Gha>rib al-Qur'a>n, (Mesir: Musht}afa al-Bab al-Halabi, 1961)
Al-Mahalli, Jalal al-Din Muhammad bin Ahmad, dkk., Tafsir Qur'an
al-‘Adim li al-Imamaini al-Jalalain, (Surabaya: al-Hidayah, tt.)
Al-Maraghi, Ahmad Mushthofa, Tafsir al- Maraghi, terj., Anshori Umar
Sitanggal, dkk., (Semarang: Karya Thoha Putra, 1992), Juz 1
____________ , Tafsir al- Maraghi, terj., Anshori Umar Sitanggal, dkk.,
(3)
364
____________ , Tafsir al- Maraghi, terj., Anshori Umar Sitanggal, dkk.,
(Semarang: Karya Thoha Putra, 1992), Juz 12
____________ , Tafsir al- Maraghi, terj., Anshori Umar Sitanggal, dkk.,
(Semarang: Karya Thoha Putra, 1992), Juz 20
____________ , Tafsir al- Maraghi, terj., Anshori Umar Sitanggal, dkk.,
(Semarang: Karya Thoha Putra, 1992), Juz 23
Al Muthairi, Sarah binti Halil, “Hiwa>r al Aba‟ ma‟al Abna> fi> al-Qur'a>n al
Kari>m wa Tathbiqotuhu al Tarbawiyah (Dialog antara Orang Tua dan
Anak dalam al-Qur‟a>n al Kari>m dan Aplikasi Pendidikannya)“,
(Tesis--Universitas Ummul Quro, Mekah, 1429 H)
Al-Nais}abu>ri>, Muslim ibn al-Hajja>j Abu> al-H{asan al-Qushairi, Al-Musnad al-S{ah}ih} al-Muh}tas}or, (tt., Dar Ih}ya>‟ al-Nais}abu>ri>, 1954)
Al-Naysaburi, Imam Ali bin Ahmad al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, (libanon: Dar
al-Kutub al-Ilmiyah, 2011)
Al-Qur’a>n al-Kari>m wa Tarjamatuma>’ani>hu ila> al-Lughot al-Indonesia, (Kudus, 1982), 306
Al-S{a>bu>ni>, Muhammad Ali, S{afwat Tafa>si>r, (Kairo: Dar al-S{a>bu>ni>, 1976), Juz 1
____________ , S{afwat Tafa>si>r, (Kairo: Dar al-S{a>bu>ni>, 1976), Juz 2 ____________ , S{afwat Tafa>si>r, (Kairo: Dar al-S{a>bu>ni>, 1976), Juz 3
An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995)
Arifin, Tatang M., Menyusun rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press,
1995)
Ar-Razi, Ahmad bin Faris al-Qazwini, Mu’jam Maqayis al-Lughat, (Baerut:
Da>r al-Fikr, 1399 H)
As-Segaf, Abdurrahma>n, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam: Hadharah
Keilmuan Tokoh Klasik Sampai Modern, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013)
Astuti, Robitoh Widi, “Komunikasi Orang Tua Dan Anak Perspektif Kisah
Dalam Al-Qur’a>n“, (Masters thesis--UIN Sunan Kalijaga, Yogjakarta, 2012)
(4)
365
Asy'ari, dkk, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIn Sunan Ampel Perss,
2005)
Carr, F. Rene Van de dkk., Cara Baru Mendidik Anak Sejak Dalam
Kandungan, terj., Alawiyah Abdurrahman,(Bandung: Penerbit Kaifa, 1999)
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'a>n dan Terjemahannya,
(Semarang: PT Tanjung Mas Inti, 1992)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990)
Djamarah, Shaiful Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam
Keluarga: Sebuah Perspektif Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004)
Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, cet., 7, 2008)
____________________ , Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1984)
Fuad, Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, cet., 4,
2005), 57
Ha>fidh, „Ama>d Zahi>r, “al-Qishosh fi al-> Qur‟a>n al-Kari>mbaina al-Aba>‟ wa al
-Abna>‟ (Cerita Dalam al-Qur'a>n al-Kari>m tentang Bapak dan
Anak)“,(Tesis--Universitas Ummul Quro, Mekah,1988 M/1408 H)
Hanafi, Abdillah, Memahami Komunikasi Antar Manusia, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1984)
Hasan, Ahmad ibn, Fath} al-Rahma>n li T}a>lib al-Aya>t al-Qur'a>n, (Surabaya: al-Hidayah, tt.)
Huda, Mishbahul, “Peran Ayah dalam Regenerasi”, (Al-Hikmah: Majalah
Inspirasi Pendidikan, Surabaya), Edisi April 2016
Husain, Akhlaq, Menjadi Orang Tua (muslim) Terhormat, (Surabaya: Risalah
Gusti, 2000)
Kusumah, Indra dkk., T}e Excellent Parenting: Mendidik Anak Ala Rasul,
(Yogyakarta: Qudsi Media, 2012)
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi
(5)
366
Masita, Firdausi, “Komunikasi Efektif Pada Pendidikan Anak Usia Dini :
Studi Kualitatif Di Paud az-Zahra Preschool Griya Permata Gedangan Sidoarjo“, (Undergraduate thesis--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2013)
Miri, Jamaluddin, Pendidikan Anak dalam Islam, terj., Abdullah Nasih Ulwan,
(Jakarta: Pustaka Amani, 1999)
Muhammad, Suaib H., Lima Pesan al-Qur’a>n, (Malang: UIN Maliki Pers,
2011)
Munawir, Ahmad Warson al-MunawirKamus Arab-Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Progressif, cet.14, 1997)
______________________ , al-MunawirKamus Indonesia-Arab, (Surabaya:
Pustaka Progressif,2007)
Muzhahiri, Husain, Pintar Mendidik Anak: Panduan Lengkap Bagi Orang
Tua, Guru, dan Masyarakat Berdasarkan Ajaran Islam, “terj.”, Segaf Abdillah Assegaf dkk., (PT Lentera Basritama, Jakarta, 1999)
Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006)
Sensa, Muhammad Djarot, Komunikasi Qur’a>niyah: Tadzabur untuk
Pensucian Jiwa, (Bandung: Pustaka Islamika, 2005)
Surakhmad, Winarno, Pengarntar Penelitian Ilmiah; Dasar Metode Teknik,
(Bandung: Tarsito, 1994)
Shihab,Mohammad Quraish, Tafsir al- Mishbah: Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’a>n, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 1
____________ , Tafsir al- Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’a>n,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 4
_____________ , Tafsir al- Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Qur’a>n, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 6
_______________ , Tafsir al- Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Qur’a>n, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 8
_______________ , Tafsir al- Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Qur’a>n, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 10
_______________ , Tafsir al- Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian
(6)
367
________________ , Tafsir al- Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Qur’a>n, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 12
Zubair, Haris, dkk., Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Penerbit