Book Design Mengenai Bandung Sebagai Pusat Kebudayaan Indis di Jawa Barat.

(1)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... Pernyataan Hasil Karya Pribadi... Kata Pengantar... Daftar Isi... Bab I. Pendahuluan

1.1.Latar Belakang Masalah...1

1.2. Rumusan Masalah...3

1.3.Tujuan Perancangan...4

1.4.Sumber dan Teknik Pengumpulan Data...4

1.5.Skema Perancangan...5

1.6. Pembabakan...7

Bab II. Dasar Pemikiran 2.1. Desain Komunikasi Visual...9

2.2. Buku...9

2.3. Margin dan Grid...13

2.3. Prinsip dasar Layout...14

2.4. Pop Up...15

2.5. Teori Ekonomi Segmentasi Pasar...16

2.6. Teori Promosi...18

2.7. Sejarah Kota Bandung...19

2.8. Asal Usul nama Bandung...21


(2)

2.10. Suasana Kota Bandung...25

2.11. Bandung sebagai Parijs Van Java...26

2.12. Asal Usul Bandung...29

2.13. Perempuan Bandung...30

2.14. Art Deco...32

2.15. Budaya...33

2.16. Akulturasi Budaya...34

2.17. Budaya Indis...35

2.18. Asal Kata Indis...36

2.19. Kawasan Heritage dan Bangunan Peninggalan...37

2.20. Busana/ Fashion...44

2.21. Makanan/ Kuliner...45

2.22. Kebiasaan/ Hobby...51

2.23. Bahasa...53

Bab III. Uraian Data Hasil Survey, Analisis dan Strategi 3.1. Data dan Fakta...56

3.2. Analisis...77

Bab IV. Strategi dan Hasil Perancangan 4.1 Strategi...80

4.2 Hasil Perancangan...83

4.3 Penutup...99

Daftar Pustaka...101


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kartu Pos bergambar Mojang Priangan tempo doeloe...30

Gambar 2.2 Gedung bekas Societeit Concordia ...40

Gambar 2.3 Kartu Pos bergambar suasana simpang Asia Afrika dan Braga...41

Gambar 2.4 Gedung Sate yang telah selesai dibangun dilihat dari udara ...43

Gambar 2.5 Iklan toko Kelom Geulis Keng (1950-an) ...45

Gambar 2.6 Jas Resmi Tentara Pribumi ...45

Gambar 2.7 Pelayanan mewah rijsttafel...48

Gambar 3.1 Lambang Kota Bandung ...56

Gambar 3.2 Logo Bandung Heritage...59

Gambar 3.3 Kegiatan Komunitas Bandung Heritage...61

Gambar 3.4 Poster Komunitas Bandung Heritage...61

Gambar 3.5 Logo Gramedia Pustaka Utama...62

Gambar 3.6 Logo Erasmus Huis...63

Gambar 3.7 Foto Kegiatan dan Bangunan Esasmus Huis...64

Gambar 3.6 Cover buku Bandung dalam Hitam Putih...64

Gambar 3.7 Contoh isi buku Bandung dalam Hitam Putih...65

Gambar 4.1 Cover buku...83

Gambar 4.2 Daftar Isi...84

Gambar 4.3 Kota Bandung...84

Gambar 4.4 Budaya Indis...85

Gambar 4.5 Kawasan Heritage...88

Gambar 4.5.1 Pop Up bab Kawasan Heritage...89


(4)

Gambar 4.6.1 Pop up bab Fashion Indis...91

Gambar 4.7 Kuliner Indis...92

Gambar 4.7.1 Pop Up bab Kuliner Indis...93

Gambar 4.8 Aktifitas...93

Gambar 4.8.1 Pop Up bab Aktifitas...94

Gambar 4.9 Bahasa...95

Gambar 4.9.1 Pop Up bab Bahasa...96

Gambar 1.10. x banner...97

Gambar 1.11. Spanduk...97


(5)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tanpa terasa Bandung sudah memasuki usianya yang lebih dari 200 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat panjang dari wilayah yang sebelumnya merupakan bagian dari belantara dataran tinggi Bandung. Namun, semenjak dibukanya jalan raya Pos atau Grote Postweg yang membentang dari arah Barat ke Timur, wilayahnya mulai berkembang menjadi sebuah kota.

Bandung tempoe doeloe dikenal sebagai kota tertata rapi yang indah. Suasana kotanya nyaman berhawa sejuk, berhiaskan gadis ramah berparas cantik. Selain itu juga dilengkapi dengan berbagai sarana pendidikan, sehingga selama

perjalanan sejarah hidupnya mendapat berbagai julukan. Salah satunya adalah “Parijs Van Java” merupakan julukan penjajah Belanda untuk Bandung yang berarti Paris dari Timur Jauh. Sebutan tersebut tidaklah asing di kuping kita sampai saat ini. Sebutan tersebut mulai muncul ketika kita Bandung mulai dibangun pada tahun 1810. Kota yang berada di dataran tinggi seribu meter di atas permukaan laut, dan dikelilingi oleh gunung- gunung, perkebunan teh dan kina dan berhasil mengangkat nasib negeri Belanda.

Mulai tahun 1920 ketika melonjaknya harga teh, Bandung mengalami pembangunan besar-besaran karena kecintaan Belanda pada Parijs Van Java ini. Para arsitek tergila-gila dengan gaya art deco dan banyak membangun bangunan art deco di Bandung yang hingga saat kini dapat kita lihat di jalan- jalan Braga, Merdeka, Asia Afrika, dan Cipaganti. Dan sampai sekarang gaya ini masih dikagumi. Dan pada saat itu Bandung merupakan kota yang paling modern di Hindia Belanda.

Karena para penjajah Belanda hidup membujang dan lama tinggal di Bandung, sebuah budaya baru pun lahir. Ketiadaan wanita Eropa mendorong mereka mengambil perempuan Pribumi sebagai pasangan. Alhasil bukan saja anak tetapi juga gaya hidup dan budaya campuran yang meliputi aspek kehidupan dan budaya


(6)

pada arti luas. Mulai dari bangunan, busana, makanan, kebiasaan/ hobby, dan bahasa. Sebuah budaya baru yang erat disebut Budaya Indis mulai merajarela di Pulau Jawa, terutama Bandung. Kota Bandung pun menjadi pusat perkembangan budaya Indis di Jawa Barat.

Seiring berjalannya waktu, budaya Indis semakin tersisihkan keberadaannya. Peninggalan kebudayaan Indis yang masih ada sampai saat kini adalah hal yang berharga karena itu sudah seharusnya kita jaga. Generasi muda berhak tahu dan melindungi sejarahnya. Percampuran budaya pada abad 16 hingga awal abad 20 sungguh mempengaruhi kehidupan masyarakat Bandung saat ini dan menjadi bagian dalam sejarah dan budaya Indonesia. Walaupun Indonesia mempunya masa lalu yang kelam dengan Belanda, peninggalan dari pencampuran budaya Belanda dan lokal merupakan sebuah harta yang tak ternilai. Banyak pihak yang kurang menghargai sejarah yang kita miliki dengan cara merusaknya bahkan tidak banyak masyarakat Bandung yang mengetahui sejarahnya. Berbeda dengan di Belanda sendiri, mereka selalu menggelar ‘Pasar Malam’ setiap tahunnya yang selalu ditunggu- tunggu oleh keturunan Indisch/ Indo di Belanda. Keunikan yang dilahirkan pada zaman kolonialisme Belanda di Bandung ternyata tidak dimiliki oleh bangsa Belanda di kampung halamannya sendiri. Oleh sebab itu kita harus mengetahui dan sungguh sungguh menjaga sejarah dan budaya yang kita miliki.

Maka dari itu, dibutuhkan suatu media yang dapat menceritakan ulang Budaya Indis kepada masyarakat, dengan metode yang menarik. “Tak kenal maka

tak sayang”. Pembuatan buku yang menceritakan ulang Budaya Indis diharapkan dapat mengajak masyarakat khususnya di Kota Bandung bersama- sama dapat mengerti, melindungi, dan menghargai peninggalan sejarah dan budaya yang pernah dilahirkan. Tanpa sentuhan desain yang baik, maka buku tersebut kurang diminati. Dengan pernyataan tersebut, penulis ingin membuat sebuah buku yang menarik dan terntunya dapat menceritakan kembali kebudayaan Indis yang sudah luntur.


(7)

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas adalah :

Bagaimana merancang book design yang dapat memperkenalkan budaya Indis kepada masyarakat khususnya untuk dewasa dan remaja?

Bagaimana caranya merancang book design agar dapat menarik minat masyarakat berumur 15-35 tahun , sehingga mereka tertarik untuk membaca dan mempelajari budaya Indis ?

Budaya Indis di Bandung yang kini mulai luntur dan masyarakat yang kurang mengenal budaya yang pernah lahir di Bandung adalah masalah utama yang akan dibahas dalam topik ini. Budaya perlu diceritakan ulang agar masyarakat mengetahui dan menghargai sejarah dari kehidupannya masa kini dan merupakan kewajiban generasi tua memperkenalkannya kepada generasi yang lebih muda.

Hal yang dikerjakan adalah menciptakan sebuah buku yang dapat menceritakan ulang budaya Indis yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Bandung masa kini. Buku ini dipergunakan untuk jangka panjang dan dapat menjadi koleksi menarik bagi kolektor seni dan sejarah.

1.3.Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan adalah jawaban untuk masalah teridentifikasi, yaitu :

 Untuk memperkenalkan budaya Indis kepada masyarakat khususnya untuk dewasa dan remaja masa kini agar masyarakat mengetahui sejarah dari kehidupannya dan menghargai budaya lain yang pernah singgah dan bercampur dengan budaya lokal.

 Untuk menarik minat masyarakat berumur 15-35 tahun , sehingga mereka tertarik untuk membaca dan mempelajari budaya Indis. Maka, harus banyak melakukan eksplorasi baik dalam hal desain, media, ataupun hal lainnya,


(8)

sehingga masyarakat menjadi tertarik. Untuk menarik minat masyarakat agar tertarik untuk membaca buku tersebut, dapat dibuat dengan alur cerita, gaya bahasa, kemasan, dan ilustrasi yang tepat dan menarik yang sesuai dengan pemahaman masyarakat masa kini sehingga buku ini mampu berinteraksi dengan pembacanya.

1.4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

1.4.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah :

1.4.1.1 Data Primer

Data Primer adalah data yang diambil dari sumber data yang secara langsung dilakukan oleh penulis atau yang menjadi wakil penulis. Penulis melakukan wawancara terhadap penerbit buku, pemerhati budaya, dan kolektor buku.

1.4.1.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil tidak dari sumber langsung, yaitu data yang diambil dari literatur, karya sastra, artikel, dan data internet yang telah dilakukan peneliti lain. Penulis banyak menggunakan media internet dan buku literatur.

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah :

1.4.2.1 Wawancara

Wawancara bersifat fleksibel. Penulis mewawancarai narasumber untuk menghasilkan data nyata melalui jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan. Selain itu, penulis juga dapat mengetahui pendapat narasumber sebagai masukan untuk menentukan langkah selanjutnya.


(9)

Penulis melakukan teknik studi pustaka dengan menggunakan buku sebagai referensi dan melalui media internet untuk melengkapi data yang dibutuhkan dan fakta yang ada.

1.4.2.3 Kuisioner

Penulis menggunakan teknik kuisioner dengan membagikan kepada masyarakat berumur 15-35 tahun.


(10)

(11)

1.5 Pembabakan

Sistematika penulisan dibagi dalam 4 bab yaitu :  Bab 1 Pendahuluan

Bagian ini menjelaskan Latar Belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan perancangan, Cara pengumpulan data, dan skema perancangan. Bandung tempoe doeloe dikenal sebagai kota tertata rapi yang indah. Suasana kotanya nyaman berhawa sejuk, berhiaskan gadis ramah berparas cantik. Mulai tahun 1920 ketika melonjaknya harga teh, Bandung mengalami pembangunan besar-besaran karena kecintaan Belanda pada Parijs Van Java ini. Art Deco merupakan gaya bangunan yang sangat dikagumi pada saat itu. Karena para penjajah Belanda hidup membujang dan lama tinggal di Bandung, sebuah budaya baru pun lahir. Sebuah budaya baru yang erat disebut Budaya Indis mulai merajarela di Pulau Jawa, terutama Bandung. Seiring berjalannya waktu, budaya Indis semakin tersisihkan keberadaannya. Maka dari itu, dibutuhkan suatu media yang dapat menceritakan ulang Budaya Indis kepada masyarakat, dengan metode yang menarik. Hal yang dikerjakan adalah menciptakan sebuah buku yang dapat menceritakan ulang budaya Indis yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Bandung masa kini.

Bab II Dasar Pemikiran

Bagian ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan proyek yang akan dikerjakan, yaitu: Desain Komunikasi Visual, Pop Up, Teori Ekonomi Segmentasi Pasar, Teori Promosi, Sejarah Kota Bandung, Asal Usul Nama Bandung, Bandung Tempoe Doeloe, Suasana Kota Bandung, Bandung sebagai Parijs Van Java, Asal Usul Parijs Van Java, Perempuan Bandung, Art Deco, Budaya, Akulturasi Budaya, Budaya Indis, Kawasan Heritage dan Bangunan Peninggalan, Busana/ Fashion, Kelom Geulis, Makanan/ Kuliner , Makanan khas Rijsttafel, Kebiasaan/ Hobby, dan Bahasa.

Bab III Uraian Data Hasil Survey, Analisis dan Strategi

Dalam Bab ini berisi data mengenai Kota Bandung, Komunitas Bandung Heritage, Gramedia Pustaka Utama, dan Erasmus Huis sebagai lembaga terkait.


(12)

Kemudian terdapat data proyek sejenis, yaitu buku yang berjudul Bandung dalam Hitam Putih yang dikarang oleh Erland Sibuea dan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hasil wawancara pun dicantumkan. Penulis melakukan 2 kali wawancara yaitu wawancara dengan pemerhati budaya, Bapak Drs. Heddy Heryadi, MA dan dengan distributor buku, Bapak Sugiri Kustedja. Selain itu, Penulis menyebarkan angket kepada 105 orang masyarakat Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Singapura berusia 15-50 tahun.

Fenomena yang terjadi berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, masyarakat saat ini khususnya remaja dan dewasa kurang mengetahui dan mengenal sejarah dan budayanya sendiri. Dalam bab ini juga terdapat tinjauan Buku Pop up dari dalam dan luar negeri, segmentasi pasar, SWOT, dan gagasan awal.

Bab IV Strategi & Hasil Perancangan

Berisi mengenai strategi perancangan yang terdiri dari strategi komunikasi, strategi kreatif, dan strategi visual. Hasil perancangan termasuk dalam bab ini dan penutup.


(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Diaz, James, Diaz, Fransesca, 2007, Popigami, Intervisual Books, Atlanta 2. George E. Belch & Michael A. Belch, Advertising and Promotion (And

Integrated Marketing Communication Perspektive)

3. Geerken, Horst Henry ,2009, Parijs Van Java 4. Gong, Majalah seni budaya, Edisi: 119/XI/2010

5. Hochuli, Kinross,2007, Designing Books Practise and Theory, Jakarta 6. Kartodiwiro, Sudarsono Katam, 2006Bandung Kilas Peristiwa di Mata

Filatelis Sebuah peristiwa Sejarah,Pt. Kiblat Buku Utama, Bandung 7. Rahman, Fadly,2011, Rijsttafel, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 8. Rustan, Surianto,2009, Layout dasar dan penerapannya, Jakarta

9. Soekiman, Djoko, 2011, Kebudayaan Indis, Komunitas Bambu, Jakarta 10.http://www.aiga.org/

11.http://www.bandung.go.id

12.www.mahanagari.com


(14)

(1)

Penulis melakukan teknik studi pustaka dengan menggunakan buku sebagai referensi dan melalui media internet untuk melengkapi data yang dibutuhkan dan fakta yang ada.

1.4.2.3 Kuisioner

Penulis menggunakan teknik kuisioner dengan membagikan kepada masyarakat berumur 15-35 tahun.


(2)

(3)

1.5 Pembabakan

Sistematika penulisan dibagi dalam 4 bab yaitu :  Bab 1 Pendahuluan

Bagian ini menjelaskan Latar Belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan perancangan, Cara pengumpulan data, dan skema perancangan. Bandung tempoe doeloe dikenal sebagai kota tertata rapi yang indah. Suasana kotanya nyaman berhawa sejuk, berhiaskan gadis ramah berparas cantik. Mulai tahun 1920 ketika melonjaknya harga teh, Bandung mengalami pembangunan besar-besaran karena kecintaan Belanda pada Parijs Van Java ini. Art Deco merupakan gaya bangunan yang sangat dikagumi pada saat itu. Karena para penjajah Belanda hidup membujang dan lama tinggal di Bandung, sebuah budaya baru pun lahir. Sebuah budaya baru yang erat disebut Budaya Indis mulai merajarela di Pulau Jawa, terutama Bandung. Seiring berjalannya waktu, budaya Indis semakin tersisihkan keberadaannya. Maka dari itu, dibutuhkan suatu media yang dapat menceritakan ulang Budaya Indis kepada masyarakat, dengan metode yang menarik. Hal yang dikerjakan adalah menciptakan sebuah buku yang dapat menceritakan ulang budaya Indis yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Bandung masa kini.

Bab II Dasar Pemikiran

Bagian ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan proyek yang akan dikerjakan, yaitu: Desain Komunikasi Visual, Pop Up, Teori Ekonomi Segmentasi Pasar, Teori Promosi, Sejarah Kota Bandung, Asal Usul Nama Bandung, Bandung Tempoe Doeloe, Suasana Kota Bandung, Bandung sebagai Parijs Van Java, Asal Usul Parijs Van Java, Perempuan Bandung, Art Deco, Budaya, Akulturasi Budaya, Budaya Indis, Kawasan Heritage dan Bangunan Peninggalan, Busana/ Fashion, Kelom Geulis, Makanan/ Kuliner , Makanan khas Rijsttafel, Kebiasaan/ Hobby, dan Bahasa.


(4)

Kemudian terdapat data proyek sejenis, yaitu buku yang berjudul Bandung dalam Hitam Putih yang dikarang oleh Erland Sibuea dan diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hasil wawancara pun dicantumkan. Penulis melakukan 2 kali wawancara yaitu wawancara dengan pemerhati budaya, Bapak Drs. Heddy Heryadi, MA dan dengan distributor buku, Bapak Sugiri Kustedja. Selain itu, Penulis menyebarkan angket kepada 105 orang masyarakat Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Singapura berusia 15-50 tahun.

Fenomena yang terjadi berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, masyarakat saat ini khususnya remaja dan dewasa kurang mengetahui dan mengenal sejarah dan budayanya sendiri. Dalam bab ini juga terdapat tinjauan Buku Pop up dari dalam dan luar negeri, segmentasi pasar, SWOT, dan gagasan awal.

Bab IV Strategi & Hasil Perancangan

Berisi mengenai strategi perancangan yang terdiri dari strategi komunikasi, strategi kreatif, dan strategi visual. Hasil perancangan termasuk dalam bab ini dan penutup.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Diaz, James, Diaz, Fransesca, 2007, Popigami, Intervisual Books, Atlanta 2. George E. Belch & Michael A. Belch, Advertising and Promotion (And

Integrated Marketing Communication Perspektive) 3. Geerken, Horst Henry ,2009, Parijs Van Java 4. Gong, Majalah seni budaya, Edisi: 119/XI/2010

5. Hochuli, Kinross,2007, Designing Books Practise and Theory, Jakarta 6. Kartodiwiro, Sudarsono Katam, 2006Bandung Kilas Peristiwa di Mata

Filatelis Sebuah peristiwa Sejarah,Pt. Kiblat Buku Utama, Bandung 7. Rahman, Fadly,2011, Rijsttafel, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 8. Rustan, Surianto,2009, Layout dasar dan penerapannya, Jakarta

9. Soekiman, Djoko, 2011, Kebudayaan Indis, Komunitas Bambu, Jakarta 10.http://www.aiga.org/

11.http://www.bandung.go.id 12.www.mahanagari.com


(6)