Uji Keberadaan Bakteri Coliform Dalam Air Minum Isi Ulang Pada 5 Depot Pengisian Di Sekitar Rumah Susun Sarijadi.

(1)

iv ABSTRAK

UJI KEBERADAAN BAKTERI COLIFORM

DALAM AIR MINUM ISI ULANG PADA 5 DEPOT PENGISIAN DI SEKITAR RUMAH SUSUN SARIJADI

Shinta Lestari,2011. Pembimbing I : Philips Onggowidjaja, S.Si., M.Si. Pembimbing II : Sijani Prahastuti , dr., M.Kes.

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Selain itu, air minum tersebut tidak boleh mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengganggu fungsi tubuh. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jumlah bakteri coliform dalam air minum isi ulang yang terdapat di sekitar rumah susun jalan Sarijadi.

Sifat penelitian ini adalah survei deskriptif. Sampel air diperoleh dari 5 depot Air Minum Isi Ulang (AMIU) yang terdapat di sekitar Rumah Susun Sarijadi. Jumlah coliform dihitung melalui metode pour plate dan ditabulasi.

Hasil penelitian yang dilakukan sebanyak 3x survei dengan selang waktu 1 bulan menunjukkan ini adanya bakteri coliform pada Depot A(survei ke-1: 1 CFU/mL; survei ke-3: 196 CFU/mL), C (survei ke-1: 11,33 CFU/mL; survei ke-3: 13,5 CFU/mL), D (survei ke-3: 5 CFU/mL), E (survei ke-1: 7 CFU/mL). Depot AMIU B tidak ditemukan adanya bakteri coliform (0 CFU/ml).

Empat dari lima depot AMIU (Depot A, C, D, dan E) belum memenuhi persyaratan mikrobiologik air minum, sedangkan Depot B sudah memenuhi persyaratan mikrobiologik air minum.


(2)

v ABSTRACT

THE TEST OF COLIFORM BACTERIA EXISTENCE IN DRINKING WATER REFILL OF 5 REFILL CENTERS

AROUND SARIJADI FLATS

Shinta Lestari, 2011. Supervisor 1 : Philips Onggowidjaja, S.Si., M.Si. Supervisor 2 : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

The ideal drinking water should be clear, colorless, plain, and odorless. Besides that,

the ideal drinking water mustn’t contain pathogenic bacteria and the other organisms

that endanger human’s body, also doesn’t contain chemical substances that can disturb body function. The purpose of this research was to know the number of coliform bacteria in drinking water refill at 5 refill centers (RCs) around Sarijadi flats.

This research was survei descriptive. The water samples were obtained from 5 RCs, located around the Sarijadi flats. The counting of coliform bacteria was done through pour plate method, then the numbers were tabulated.

Survei was done 3 times with 1 month interval. Coliform bacteria were found in drinking water refill at RC A (survei 1: 1 CFU/mL; survei 3: 196 CFU/mL), RC C (survei 1: 11,33 CFU/mL; survei 3: 13,5 CFU/mL), RC D (survei 3: 5 CFU/mL), RC E (survei 1: 7 CFU/mL). Coliform bacteria were never found in drinking water refill at RC B (0 CFU/ml).

Microbiological criteria of drinking water refill was not met at four RCs (RC A, C, D, and E) out of five and drinking water refill at RC B had fulfilled the microbiolgical criteria of drinking water.


(3)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Landasan Teori ... 4

1.6 Metodologi Penelitian ... 5

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Air Minum ... 6

2.1.1 Definisi Air Minum ... 6

2.1.2 Sumber Air Minum ... 6

2.1.3 Jenis Air Minum ... 8

2.1.4 Kualitas Air Minum ... 8

2.1.5 Standar Air Minum ... 9

2.1.6 Proses Penjernihan Air ... 9

2.2 Depot Air Minum Isi Ulang ... 13

2.2.1 Pengertian ... 13

2.2.2 Pengolahan Air Minum Isi Ulang ... 13

2.2.2.1 Desain dan Konstruksi Depot... 14

2.2.2.2 Bahan Baku ... 16

2.2.2.3 Mesin dan Peralatan Produksi ... 16

2.2.2.4 Proses produksi ... 17

2.2.2.5 Produk Air Minum ... 20

2.2.2.6 Pemeliharaan Sarana Produksi dan Program Sanitasi ... 20

2.2.2.7 Karyawan ... 22

2.2.2.8 Penyimpanan Air Baku dan Penjualan ... 22


(4)

ix

2.2.3.1 Syarat Bakteriologik... 23

2.2.3.2 Pengawasan Kualitas Air ... 26

2.3 Coliform ... 29

2.3.1 Sifat Coliform ... 29

2.3.2 Enterobacteriaceae ... 29

2.3.2.1 Escherichia coli ... 30

2.3.2.2 Salmonella sp. ... 31

2.3.2.3 Shigella sp. ... 31

2.3.3 Bakteri lain ... 32

2.3.3.1 Klebsiella sp. ... 32

2.3.3.2 Proteus sp. ... 32

2.3.4 Coliform Sebagai Indikator ... 33

2.4 Yersinia enterocolitica... 33

2.5 Standar Pemeriksaan Air Minum ... 35

2.5.1 Pemeriksaan Kualitatif ... 35

2.5.1.1 Presumptive Test ... 35

2.5.1.2 Confirmed Test... 37

2.5.1.3 Completed Test ... 38

2.5.2 Pemeriksaan Kuantitatif ... 39

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Bahan Penelitian... 40

3.1.1 Bahan... 40

3.1.2 Alat ... 41

3.2 Metode Penelitian... 41

3.2.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2.2 Prosedur Penelitian... 41

3.2.2.1 Pembelian Sampel ... 43

3.2.2.2 Persiapan Penelitian ... 43

3.2.2.3 Studi Pendahuluan ... 43

3.2.2.4 Penelitian ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Kontaminan Coliform... 46

4.1.1 Hasil Penelitian ... 46

4.1.2 Pembahasan ... 48


(5)

x

4.2.1 Hasil Penelitian ... 52

4.2.2 Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Alir Pengolahan AMIU ... 14 Gambar 3.1 Bagan Prosedur Umum Penelitian ... 42


(7)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Syarat Bakteriologik Air Minum... 25 Tabel 2.2 MPN Determination from Multiple Tube Test ... 37 Tabel 4.1 Jumlah CFU Coliform Pada 5 Depot AMIU Di Sekitar Rumah Susun Sarijadi ... 47 Tabel 4.2 Jumlah CFU Bakteri Non-Coliform Pada 5 Depot AMIU Di Sekitar Rumah Susun Sarijadi ... 53


(8)

64

RIWAYAT HIDUP

Nama :Shinta Lestari

Nomor Pokok : 0810030

Tempat dan Tanggal Lahir :Pematang Siantar, 17 Februari 1990

Alamat : Jl. Haruman No. 32 Bandung

Riwayat Pendidikan:

Tahun 2002 : Lulus SD Istiqamah Bandung

Tahun 2005 : Lulus SMP Taruna Bakti Bandung

Tahun 2008 : Lulus SMA Taruna Bakti Bandung

Tahun 2008 : Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha Bandung (2008 – sekarang)


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketersediaan air minum saat ini cukup mengkhawatirkan, terutama di perkotaan. Banyak air sumur sudah tidak layak minum, karena tercemar bakteri maupun zat kimia, sedangkan, masalah kebutuhan air minum di masyarakat semakin meningkat.

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Selain itu juga tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengganggu fungsi tubuh, dapat diterima secara estetik, dan tidak merugikan secara ekonomik.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, masyarakat yang tinggal di perkotaan banyak yang mendirikan usaha depot pengisian air minum. Air minum ini lebih dikenal dengan air minum isi ulang (AMIU) karena masyarakat memperoleh air minum ini dengan cara mengisi galon yang dibawanya di depot AMIU. Harganya pun relatif murah dan terjangkau, yaitu berkisar antara Rp 2.500 – Rp 3.000 pergalon. Harga AMIU relatif murah dan terjangkau, namun tetap air minum tersebut juga harus memenuhi syarat dalam pengolahan air minum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Masyarakat masih memiliki persepsi bahwa sumber air baku yang digunakan dalam proses pengolahan AMIU berasal dari sumber mata air pegunungan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, namun dalam kenyataannya, air baku dapat diambil dari berbagai sumber. Sanitasi depot air minum isi ulang memang tidak dapat ditentukan. Selain oleh kualitas peralatannya, tergantung pada kemampuan dan ketaatan tenaga yang


(10)

2

mengoperasikan peralatan tersebut dalam hal sikap dan perilaku bersih dan sehatnya. Tenaga yang mengoperasikan dan menangani hasil olahan yang tidak berperilaku bersih dan sehat dapat mencemari hasil olahan (Siswanto, 2003).

Mengingat air minum yang dijual pada depot air minum isi ulang rawan pencemaran karena faktor lokasi, pengolahan, penyajian, dan pewadahan yang dilakukan secara terbuka dengan menggunakan wadah galon air minum kemasan isi ulang, konsumen perlu mewaspadai kualitas AMIU yang dibelinya.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat dan pengawasan kualitas air minum, dalam 100 ml sampel air minum tidak boleh mengandung bakteri coliform. Bakteri coliform dicurigai berasal dari tinja, sehingga kehadiran bakteri ini dalam berbagai tempat mulai dari air minum, bahan makanan, ataupun bahan-bahan lain untuk keperluan manusia, tidak diharapkan atau sangat dihindari. Karena adanya hubungan antara tinja dan bakteri coliform, maka bakteri ini digunakan sebagai indikator alami keberadaan materi fekal. Hal ini berarti jika pada suatu substrat atau benda (misalnya air minum) didapatkan bakteri ini, langsung ataupun tidak langsung substrat atau benda tersebut sudah tercemar materi fekal (Unus, 1993).

Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah (Suprihatin, 2003).

Menurut hasil analisis laboratorium Institut Pertanian Bogor akhir tahun 2002, dari 120 sampel air minum di depot isi ulang yang diambil di 20 kota besar, diketahui 16 persen terkontaminasi bakteri coliform. Sepuluh kota tersebut adalah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Cikampek, Medan, Denpasar, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Dari penelitian tersebut diketahui 60 persen sampel yang diperiksa tidak memenuhi sekurang-kurangnya satu parameter persyaratan


(11)

3

SNI. Dengan demikian dua-pertiga sampel air minum itu tidak memenuhi standar industri untuk produk air minum dalam kemasan (Suprihatin, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian Dwi Sulistyowati (2003), hasil penelitian dengan mengambil sampel terhadap 35 Produsen Air Isi Ulang di Kota Semarang, terdapat rata-rata angka kuman air minum isi ulang adalah 55 koloni/ml, dengan proporsi angka kuman < 100 koloni/ml sebanyak 26 sampel (74,29%) sedangkan angka kuman 100 koloni/ml sebanyak 9 sampel ( 25,71%) dan angka bakteri coliform 11 koloni/100 ml, dengan proporsi sampel yang positif mengandung bakteri sebanyak 16 sampel (45,71%).

Mengingat begitu pentingnya air minum dan begitu banyaknya depot-depot AMIU, perlu diadakan pengendalian mutu untuk melindungi konsumen dari akibat buruk terhadap kesehatan yang ditimbulkan jika AMIU tidak memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Dalam konteks ini kita tidak mengetahui bagaimanakah kualitas air minum isi ulang yang disediakan di depot pengisian air ulang yang berada di sekitar rumah susun Sarijadi, sehingga diperlukan adanya penelitian kualitas mikrobiologi air minum isi ulang.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah terdapat cemaran bakteri coliform dalam air minum isi ulang pada depot air minum di sekitar rumah susun jalan Sarijadi

Berapa jumlah bakteri coliform yang terdapat dalam air minum isi ulang yang diperiksa

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas bakteriologik air minum isi ulang yang terdapat di sekitar rumah susun jalan Sarijadi, apakah telah memenuhi persyaratan bakteriologik air minum sesuai Ketetapan Menteri


(12)

4

Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat dan pengawasan kualitas air minum.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jumlah bakteri coliform dalam air minum isi ulang yang terdapat di sekitar rumah susun jalan Sarijadi.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu bagi peneliti, memberikan tambahan informasi atau umpan balik bagi produsen untuk lebih meningkatkan mutu produksinya. Bagi konsumen, hasil penelitian ini dapat untuk digunakan sebagai salah satu acuan dalam memilih AMIU yang memenuhi syarat bakteriologik.

1.5 Landasan Teori

Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dapat menjadi indikasi kemungkinan adanya organisme patogen lainnya. Bakteri coliform dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu non-fecal coliform dan fecal coliform. Klebsiella sp. dan Proteus sp. merupakan salah satu contoh dari non-fecal coliform. Escherichia coli adalah bagian dari fecal coliform. Keberadaan E. coli dalam air dapat menjadi indikator adanya pencemaran air oleh tinja. E. coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologik secara universal dalam analisis dengan alasan (Gause, 1946) :

a) E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja manusia atau hewan; jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang tinggi,

b) E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan dilakukan dengan benar,


(13)

5

c) Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan domestik,

d) Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama dengan E. coli dalam air tersebut.

1.6 Metodologi Penelitian

Sifat penelitian ini adalah survei deskriptif. Sampel air diperoleh dari 5 depot AMIU yang terdapat di sekitar Rumah Susun Sarijadi. Jumlah coliform dihitung dengan metode pour plate dan ditabulasi (Cappuccino & Sherman, 1998).

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, sejak bulan Juni hingga September 2011.


(14)

56 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

 Pada tiga kali survei yang dilakukan dengan selang waktu masing-masing satu bulan, empat dari lima depot AMIU ternyata ditemukan adanya bakteri coliform pada sampel air minumnya.

Depot A pada pemeriksaan pertama ditemukan bakteri coliform sebanyak 1 CFU/mL dan pemeriksaan ketiga ditemukan bakteri coliform sebanyak 196 CFU/mL.

Tidak ditemukan bakteri coliform pada pemeriksaan di Depot B

Depot C pada pemeriksaan pertama ditemukan bakteri coliform sebanyak 11,33 CFU/mL dan pemeriksaan ketiga ditemukan bakteri coliform sebanyak 13,5 CFU/mL.

Pada pemeriksaan ketiga di Depot D ditemukan adanya bakteri coliform sebanyak 5 CFU/mL.

Pada pemeriksan pertama di Depot E ditemukan adanya baktri coliform sebanyak 7 CFU/mL.

5.2 Saran

1. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian pemeriksaan kualitas bakteriologik AMIU dapat menggunakan pemeriksaan dengan metode standar (presumptive test, confirmed test, dan completed test) dan perlu dilakukan wawancara mendalam pada tiap depot AMIU. Bila peneliti


(15)

57

ingin melanjutkan penelitan, dapat melanjutkan penelitian tentang pengaruh kualitas AMIU terhadap kesehatan konsumen.

2. Bagi pengelola Depot AMIU

 Beragamnya lokasi sumber air baku dan perusahaan jasa penyedia sumber air baku, pengelola depot AMIU perlu meminta uji laboratorium air baku yang diterima khususnya uji fisika, kimia dan bakteriologis dari laboratorium yang telah terakreditasi.

 Pengelola depot AMIU perlu melakukan uji sederhana dengan alat yang telah terakreditasi dan uji fisik air (misalnya uji bau dan warna) terhadap kualitas air baku yang diterima sehingga pengelola dapat menolak pengiriman air baku yang tidak memenuhi syarat.

 Pengelola depot AMIU melakukan pengujian mutu produk sesuai persyaratan kualitas air minum di laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali dan hasil pengujian mengenai standar mutu AMIU disampaikan kepada Dinas Kabupaten/Kota yang menerbitkan Tanda Daftar Industri.

 Pengelola depot AMIU perlu memperhatikan kebersihan selang petugas yang digunakan untuk memindahkan air dari truk tangki ke tangki penampungan air di depot AMIU dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) petugas yang mengerjakannya. Beragamnya bahan peralatan depot AMIU, baik dari segi merk, harga, kelengkapan dan kecanggihan mempengaruhi mutu air minum yang di hasilkan. Untuk itu perlu adanya kebijakan dari Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung tentang standar bahan peralatan depot AMIU sehingga


(16)

58

tidak merugikan konsumen. Pemeliharaan bahan peralatan depot AMIU juga perlu diperhatikan karena mempengaruhi mutu air khususnya tangki penampungan. Untuk kebersihan tangki, perlu adanya standar pencucian tangki penampungan air yang meliputi bahan yang dapat digunakan untuk mencuci tangki, interval pencucian tangki dan syarat perilaku hidup bersih dan sehat petugas pencuci tangki.

 Pengelola depot AMIU perlu memperhatikan masa berlaku / masa pakai dan kondisi bahan peralatan khususnya filter – filter sehingga dapat segera menggantinya apabila sudah tidak layak pakai.

 Kebersihan pekerja / pegawai depot AMIU perlu ditingkatkan, diantaranya pekerja selalu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum melayani konsumen, memakai pakaian yang selalu bersih (akan lebih baik memakai pakaian seragam kerja), tidak melakukan aktivitas makan/minum dan merokok selama melayani konsumen.

Seluruh depot AMIU perlu memiliki standard operating procedure (SOP) yang dapat dipahami konsumen dan petugas / pegawai, dan di tempelkan di tempat yang mudah di baca. Seluruh pemilik depot AMIU perlu melakukan penilaian terhadap kepatuhan petugas / pegawai terhadap SOP pengelolaan DAMIU, minimal 3 (tiga) bulan sekali.

3. Bagi masyarakat yang ingin membeli AMIU, hendaknya melihat hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan minimal 6 bulan sekali yang seharusnya ditempel di lokasi depot yang mudah dibaca oleh konsumen. 4. Bagi Dinas Kesehatan Kota Bandung sebaiknya mewajibkan depot AMIU


(17)

59

berkala, yaitu air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan satu kali dan air yang siap dimasukan kedalam kemasan minimal satu sampel sebulan sekali


(18)

60

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Basic Information about Pathogens and Indicators in Drinking Water. http://water.epa.gov/drink/contaminants/basicinformation/pathogens.cfm#What% 20are%20indicators. 2 Oktober 2011 pk. 21:15

Allen, M., S. C. Edberg, and D. J. Reasoner. 2004. Heterotrophic Plate Count (HPC) Bacteria - What is Their Significance in Drinking Water? International Journal of Food Microbiology 92(3) : 265-74. http://www.epa.gov/ogwdw/ disinfection/tcr/ pdfs/issuepaper_tcr_indicators.pdf. 13 Oktober 2011 pk. 19:47.

Brooks Geo F., Butel Janet S., Morse Stephen A., 2004. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s

Medical Microbiology 23th ed., alih bahasa: Hartanto Huriawati dr., Rachman Chaerunnisa dr., Dimanti Alifa dr., & Diani Aryana dr. 2004 dalam Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg Ed. 23. EGC : Jakarta.

Butler, R. C., Lund, V., Carlson, D. A. 1987. Susceptibility of Campylobacter jejuni and Yersinia enterocolitica to UV radiation. Applied and Environmental

Microbiology 53, 375-378.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC203668/pdf/aem 00119-0169.pdf. 11 Oktober 2011 pk. 20:35.

Cappuccino J, Sherman N. 1998. Microbiology : A laboratory manual. Qualitative analysis of water. The Benjamin/Cummings Publishing Company, inc. : Suffern, New York.

Disperindag. 2004. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya No. 651/MPP/Kep/I0/2004. http://disperindag-jabar.go.id/?pilih=lihat&id=25. 13 Oktober 2011 pk.01:36


(19)

61

Dwijoseputro, D. 1981. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djembatan: Jakarta.

Dwi, Sulistyowati. 2003. Studi Kualitas Bakteriologi Air Minum Isi Ulang Tingkat Produsen di Kota Semarang. http://eprints.undip.ac.id/view/subjects/RA0421 .html 27 Agustus 2011 pk. 18:10

Gause, G. F. 1946. Litmocidin, a new antibiotic substance produced by Proactinomycescyaneus. J. Bacteriol., 51, 649-653. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pmc/articles/PMC1056967/pdf/applmicro00292-0053.pdf 24 September 2011 pk. 21:15

Hartono, A. J. & Widiatmoko, M. C. 1994. Teknologi Membran Pemurnian Air. Andi off set: Yogyakarta.

Mathewson J.J., Oberhelman R. A., Dupont H. L., Javier de la Cabada F., and Garibay E. V., 1987. Enteroadherent Escherichia coli As A Cause Of Diarrhea Among Children In Mexico. Program in Infectious Disease and Clinical Microbiology, University of Texas Medical School, Houston 77225. www.ncbi.nlm.nih.gov /pmc/ articles/PMC269367/ 17 November 2011 pk. 19:52

Menkes, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKES/ SK/VII/2002 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. http://www.depdag.go.id/files/regulasi/2002/07/Menkes_907.pdf. 13 Juli 2011 pk. 21:15.

Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi 1, alih bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S. S., dan Angka, S. L., UI Press: Jakarta

Purwana, Rachmadi. 2003. Pedoman dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (Refilling Drinking Station), Departemen Kesehatan Republik


(20)

62

Indonesia. Jakarta. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/62093032.pdf 19 Agustus 2011 pk. 21:02

Schlegel, H.G. & Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi Umum, diterjemahkan oleh Baskoro, T. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. http://library.um.ac.id 19 Agustus 2011 pk. 20:25

Siswanto, Hadi., 2003. Mencegah Depot Air Minum Isi Ulang Tercemar. http:// www.hakli.or.id/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=24. 19 Agustus 2011 pk. 20:23

Sulistyandari, Hartini. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kontaminasi deterjen pada air minum isi ulang di depot air minum isiulang (DAMIU) di Kabupaten Kendal Tahun 2009. Program Magister Kesehatan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang 2009. http://eprints.undip.ac.id/ 24696/1/Hartini_Sulistyandari.pdf 15 Agustus2011 pk. 19:33.

Suprihatin. 2003. Sebagian Air Minum Isi Ulang Tercemar Bakteri Coliform. Tim Penelitian Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan, IPB http:// health.kompas.com/read/2010/06/03/1852320/Waspadai.Air.Minum.dari.Depot.Is i.Ulang. 31 Juli 2011 pk. 13:41.

Tjokrokusumo. 1995. Pengantar Konsep Teknologi Bersih Khusus Pengelolaan dan Pengolahan, Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan YLH: Yogyakarta

Totok, Sutrisno. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Reneka Cipta: Jakarta.

Unus, Suriawiria. 1996. Pengantar Mikrobiologi Umum, Penerbit Angkasa: Bandung

Waite, W.M. 1997. Drinking water quality regulation – a European perspective. In Coliforms and E. coli. Problem or solution? (eds D. Kay and C. Fricker), pp.


(21)

63

208–217,The Royal Society of Chemistry, Cambridge http://www.who.int/ water_sanitation_health/dwq/iwachap13.pdf, 11 Agustus 2011 pk. 22:19


(1)

tidak merugikan konsumen. Pemeliharaan bahan peralatan depot AMIU juga perlu diperhatikan karena mempengaruhi mutu air khususnya tangki penampungan. Untuk kebersihan tangki, perlu adanya standar pencucian tangki penampungan air yang meliputi bahan yang dapat digunakan untuk mencuci tangki, interval pencucian tangki dan syarat perilaku hidup bersih dan sehat petugas pencuci tangki.

 Pengelola depot AMIU perlu memperhatikan masa berlaku / masa pakai dan kondisi bahan peralatan khususnya filter – filter sehingga dapat segera menggantinya apabila sudah tidak layak pakai.

 Kebersihan pekerja / pegawai depot AMIU perlu ditingkatkan, diantaranya pekerja selalu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum melayani konsumen, memakai pakaian yang selalu bersih (akan lebih baik memakai pakaian seragam kerja), tidak melakukan aktivitas makan/minum dan merokok selama melayani konsumen.

Seluruh depot AMIU perlu memiliki standard operating procedure (SOP) yang dapat dipahami konsumen dan petugas / pegawai, dan di tempelkan di tempat yang mudah di baca. Seluruh pemilik depot AMIU perlu melakukan penilaian terhadap kepatuhan petugas / pegawai terhadap SOP pengelolaan DAMIU, minimal 3 (tiga) bulan sekali.

3. Bagi masyarakat yang ingin membeli AMIU, hendaknya melihat hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan minimal 6 bulan sekali yang seharusnya ditempel di lokasi depot yang mudah dibaca oleh konsumen. 4. Bagi Dinas Kesehatan Kota Bandung sebaiknya mewajibkan depot AMIU


(2)

59

berkala, yaitu air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan satu kali dan air yang siap dimasukan kedalam kemasan minimal satu sampel sebulan sekali


(3)

60

Anonim, 2011. Basic Information about Pathogens and Indicators in Drinking Water. http://water.epa.gov/drink/contaminants/basicinformation/pathogens.cfm#What% 20are%20indicators. 2 Oktober 2011 pk. 21:15

Allen, M., S. C. Edberg, and D. J. Reasoner. 2004. Heterotrophic Plate Count (HPC) Bacteria - What is Their Significance in Drinking Water? International Journal of Food Microbiology 92(3) : 265-74. http://www.epa.gov/ogwdw/ disinfection/tcr/ pdfs/issuepaper_tcr_indicators.pdf. 13 Oktober 2011 pk. 19:47.

Brooks Geo F., Butel Janet S., Morse Stephen A., 2004. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s

Medical Microbiology 23th ed., alih bahasa: Hartanto Huriawati dr., Rachman Chaerunnisa dr., Dimanti Alifa dr., & Diani Aryana dr. 2004 dalam Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg Ed. 23. EGC : Jakarta.

Butler, R. C., Lund, V., Carlson, D. A. 1987. Susceptibility of Campylobacter jejuni and Yersinia enterocolitica to UV radiation. Applied and Environmental

Microbiology 53, 375-378.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC203668/pdf/aem 00119-0169.pdf. 11 Oktober 2011 pk. 20:35.

Cappuccino J, Sherman N. 1998. Microbiology : A laboratory manual. Qualitative analysis of water. The Benjamin/Cummings Publishing Company, inc. : Suffern, New York.

Disperindag. 2004. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya No. 651/MPP/Kep/I0/2004. http://disperindag-jabar.go.id/?pilih=lihat&id=25. 13 Oktober 2011 pk.01:36


(4)

61

Dwijoseputro, D. 1981. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djembatan: Jakarta.

Dwi, Sulistyowati. 2003. Studi Kualitas Bakteriologi Air Minum Isi Ulang Tingkat Produsen di Kota Semarang. http://eprints.undip.ac.id/view/subjects/RA0421 .html 27 Agustus 2011 pk. 18:10

Gause, G. F. 1946. Litmocidin, a new antibiotic substance produced by Proactinomycescyaneus. J. Bacteriol., 51, 649-653. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pmc/articles/PMC1056967/pdf/applmicro00292-0053.pdf 24 September 2011 pk. 21:15

Hartono, A. J. & Widiatmoko, M. C. 1994. Teknologi Membran Pemurnian Air. Andi off set: Yogyakarta.

Mathewson J.J., Oberhelman R. A., Dupont H. L., Javier de la Cabada F., and Garibay E. V., 1987. Enteroadherent Escherichia coli As A Cause Of Diarrhea Among Children In Mexico. Program in Infectious Disease and Clinical Microbiology, University of Texas Medical School, Houston 77225. www.ncbi.nlm.nih.gov /pmc/ articles/PMC269367/ 17 November 2011 pk. 19:52

Menkes, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKES/ SK/VII/2002 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. http://www.depdag.go.id/files/regulasi/2002/07/Menkes_907.pdf. 13 Juli 2011 pk. 21:15.

Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi 1, alih bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S. S., dan Angka, S. L., UI Press: Jakarta

Purwana, Rachmadi. 2003. Pedoman dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (Refilling Drinking Station), Departemen Kesehatan Republik


(5)

Indonesia. Jakarta. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/62093032.pdf 19 Agustus 2011 pk. 21:02

Schlegel, H.G. & Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi Umum, diterjemahkan oleh Baskoro, T. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. http://library.um.ac.id 19 Agustus 2011 pk. 20:25

Siswanto, Hadi., 2003. Mencegah Depot Air Minum Isi Ulang Tercemar. http:// www.hakli.or.id/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=24. 19 Agustus 2011 pk. 20:23

Sulistyandari, Hartini. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kontaminasi deterjen pada air minum isi ulang di depot air minum isiulang (DAMIU) di Kabupaten Kendal Tahun 2009. Program Magister Kesehatan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang 2009. http://eprints.undip.ac.id/ 24696/1/Hartini_Sulistyandari.pdf 15 Agustus2011 pk. 19:33.

Suprihatin. 2003. Sebagian Air Minum Isi Ulang Tercemar Bakteri Coliform. Tim Penelitian Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan, IPB http:// health.kompas.com/read/2010/06/03/1852320/Waspadai.Air.Minum.dari.Depot.Is i.Ulang. 31 Juli 2011 pk. 13:41.

Tjokrokusumo. 1995. Pengantar Konsep Teknologi Bersih Khusus Pengelolaan dan Pengolahan, Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan YLH: Yogyakarta

Totok, Sutrisno. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Penerbit Reneka Cipta: Jakarta. Unus, Suriawiria. 1996. Pengantar Mikrobiologi Umum, Penerbit Angkasa: Bandung Waite, W.M. 1997. Drinking water quality regulation – a European perspective. In


(6)

63

208–217,The Royal Society of Chemistry, Cambridge http://www.who.int/ water_sanitation_health/dwq/iwachap13.pdf, 11 Agustus 2011 pk. 22:19