PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTISTIK.

(1)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTISTIK

(Studi Kasus Penelitian Subyek Tunggal pada Siswa ‘N’ di SD Inpres Maccini Baru Makassar)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (S2)

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Disusun Oleh : WAHYU FIRMANSYAH

1102503

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTISTIK

(Studi Kasus Penelitian Subyek Tunggal pada Siswa ‘N’ di SD Inpres Maccini Baru Makassar)

Oleh

WAHYU FIRMANSYAH

M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

© Wahyu Firmansyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing

Juang Sunanto, M.A.,Ph.D NIP : 196105151987031002

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP : 195904141985031005


(4)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

(Oleh Wahyu Firmansyah, NIM : 1102503, Prodi : PKKh) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bimbingan kelompok dengan teknik bermain terhadap kemampuan interaksi sosial dengan indikator berupa mampu mengikuti intruksi saat bermain dalam permainan kelompok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan subjek tunggal atau Single Subject Method. Subjek penelitian ini adalah N, anak autistik usia 7 tahun yang duduk di kelas 1 SD Negeri Maccini Baru kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak autistik. Hal ini terbukti dari rerata frekuensi di fase intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan fase baseline. Selain itu dari deskripsi perilaku pada fase intervensi tampak bahwa anak relatif berinisiatif untuk bergabung dalam permainan kelompok yang merupakan langkah awal untuk membangun interaksi sosial dibandingkan dengan fase baseline. Dengan begitu, selain kriteria pengukuran frekuensi, dari hasil penelitian juga menggambarkan deskripsi perkembangan pemahaman subyek tentang sekitarnya lebih baik dari baseline/sebelum diberikan intervensi.


(5)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

The Influence of Using Group Guidance Approach to the Autistic Child’s

Social Interaction Capability

(By Wahyu Firmansyah, NIM : 1102503. Prodi : PKKh) ABSTRACT

The research is aimed to find the influence of using group guidance with playing technique to approach autistic child’s interaction capability by being able to follow the instruction while playing in the group play-indicator. The method used in the research is the experiment method by Single Subject Method. The subject of the research is ‘N’, the 7 years old-autistic child in the first grade of SD Negeri Maccini Baru, Makassar. The result of the research shows that the group guidance can raise the autistic child’s social interaction capability. It is proved by seeing the frecuency mean in the intervention phase which is higher than baseline phase. Besides by seeing the behaviour description in the intervention phase shows that the child tend to be insiative to join in the group play which is the beginning step to build the social interaction compare with the baseline phase. Thus, besides the criteria of the frecuency measure, the result of the research also describes the description of the subject’s understanding development about people surrounding which is better than the before being given intervention-baseline


(6)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ...……… i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ……… iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

PERNYATAAN ... v

DAFTAR ISI ………...………. vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN………... 1 A.Latar Belakang ....……….…...……....………….

B. Identifikasi dan Batasan Masalah …………...………...………... 1. Identifikasi Masalah ... 2. Batasan Masalah ... C.Rumusan Masalah ... D.Tujuan Penelitian ....…….………... E. Manfaat Penelitian ....………….………... F. Organisasi Tesis ...……….………...

1 6 6 6 7 7 7 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS PENELITIAN ..………...

9

A.Kajian Pustaka

1. Bimbingan Kelompok dan Bermain ………...……….. a. Bimbingan Kelompok ……….………. 1) Pengertian Bimbingan Kelompok ..………….………... 2) Jenis-jenis Layanan Bimbingan Kelompok ..….………. 3) Komponen Layanan Bimbingan Kelompok ………... 4) Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok ……….. 5) Tahap-Tahap Layanan Bimbingan Kelompok ……… 6) Materi Layanan Bimbingan Kelompok ……….. 7) Teknik-teknik Layanan Bimbingan Kelompok ………..

b. Bermain .……….………..

9 9 9 10 11 11 12 14 16 17 17


(7)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Makna Bermain ………...………... a) Konsep Dasar Bermain ...……….…... b) Karakteristik Bermain …………....………... c) Kategori Bermain ………....………... d) Manfaat dan Tujuan Bermain ……….… 2) Asumsi Ahli Tentang Kaitan Bermain dengan Perkembangan

Sosial Anak ... a) Asumsi Piaget tentang Bermain ...………... b) Asumsi Vigotsky tentang Bermain ...……… 2. Pendekatan Bimbingan Kelompok saat bermain untuk anak

berkebutuhan khusus (ABK); Autistik .….…...……….. 3. Interaksi Sosial ..……….…………...………... a. Pengertian Interaksi Sosial ..……….……...……….. b. Macam-macam Interaksi Sosial ..………...……... c. Ciri-ciri dan Unsur Interaksi Sosial .………...………... d. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ..………....……….…... 4. Anak Autistik ………...….

a. Konsep Anak Autistik ...………....……….…. b. Penyebab Autisme ...………...…………..…... c. Karakteristik anak Autistik ..…….………...….……. d. Klasifikasi Anak Autistik ...………..……... e. Interaksi Sosial Anak Autistik ...………..……… B. Kerangka Pemikiran …...……… C.Hipotesis Penelitian ...

18 18 19 20 21 22 22 23 24 24 25 25 26 26 27 27 29 29 31 32 34 35

BAB III METODE PENELITIAN..………... 36

A.Subyek dan Lokasi Penelitian ………..………. 1. Subyek Penelitian ... 2. Lokasi Penelitian ... B. Jenis dan Desain Penelitian ……….…….……….

1. Jenis Penelitian ... 2. Desain Penelitian ... C.Metode Penelitian ……….…..………... D.Variabel dan Definisi Operasional ….…..……… E. Instrumen Penelitian ……….…….………

F. Validitas Data ..………..

G.Reliabilitas Data ………..……….………... H.Teknik Pengumpulan Data ……….…….………..

36 36 37 37 37 37 39 40 42 45 46 47


(8)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

I. Teknik Analisis Data ……….……….... 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A.Hasil Penelitian ... B. Pembahasan ...

49 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 58

A.Kesimpulan ... B. Saran ...

58 59

Daftar Pustaka ………...………... 61 Lampiran-Lampiran ...


(9)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang akan terus berhubungan dengan lingkungannya sosialnya. Hubungan yang terbentuk antara manusia satu dengan manusia lainnya dapat berbentuk hubungan individu dengan individu, contohnya hubungan individu dengan individu adalah seorang anak dengan ibunya, seorang anak dengan temannya dan lain-lian. Hubungan individu dengan kelompok contohnya seorang anak dengan adik-adiknya, seorang anak dengan teman-teman bermainnya, seorang guru dengan siswa-siswanya di kelas, dan lain-lain. Kemudian hubungan kelompok dengan individu contohnya yakni para tentara dengan komandannya, para peserta seminar dengan seorang pembicara dan lain-lain.

Hubungan yang terbentuk akan berjalan dengan baik bila manusia-manusia yang terlibat didalamnya dapat mengikuti norma yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya bertutur kata yang sopan dan santun, jujur, bertanggung jawab, mampu bekerja sama, saling menghargai dan lain-lain. Meskipun demikian, perbedaan budaya antara daerah yang satu dengan yang lainnya dapat memicu konflik disebabkan perbedaan takaran norma yang berlaku. Contohnya : penggunaan kata “kau” dalam suku bugis-makassar dianggap kasar berdasarkan norma yang ada. Akan tetapi, didaerah suku batak penggunaan kata “kau” masih dianggap tidak kasar. Olehnya itu penting bagi kita untuk menyesuaikan diri dengan mengikuti norma dan aturan yang berlaku dimana kaki kita dipijak.

Namun, faktanya tidak semua manusia mampu berinteraksi sosial dengan baik yang ditandai kemampuan mengikuti norma dan aturan yang berlaku di dalam suatu lingkungan. Norma dan aturan tersebut dapat berupa menjawab dan menoleh keorang yang memanggil saat dipanggil namanya, bermain sesuai dengan fungsi alat permainan itu. Serta mampu mengikuti perubahan rutinitas


(10)

2

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang tiba-tiba terjadi dalam suatu lingkungan. Salah satu contoh dari individu manusia yang mengalami hambatan berinteraksi sosial adalah anak dengan hambatan autisme yang ditandai dengan kesulitan belajar pada area berkomunikasi, area interaksi sosial dan kurangnya fleksibilitas dalam berpikir dan bertingkah laku.

Penelitian ini mengkaji permasalahan anak autistik pada area kedua, yakni kesulitan dalam berinteraksi sosial. Secara teoritis dipilihnya ruang lingkup permasalahan anak autistik pada area kedua tersebut karena sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hardiono (2003), Peteers berdasarkan terjemahan Simbolon (2009), Christie dkk (2010) bahwa yang lebih penting diperbaiki dulu diantara ketiga kriteria DSM IV mengenai anak autistik yakni interaksi sosialnya. Bila interaksi membaik, seringkali gangguan komunikasi dan perilaku akan membaik secara otomatis jadi seberapa besar semua usaha untuk bagaimana membelajarkan siswa akan sia-sia bila anak memiliki modalitas/potensi yang kurang memadai untuk berhubungan sosial dengan orang lain dan dalam lingkungannya. Dan karena kemampuan interaksi sosial merupakan salah satu dari beberapa kemampuan yang harus dimiliki setiap individu agar dapat membina hubungan baik dengan individu lain dan melakukan penyesuaian diri di tempat tinggalnya sehingga kenyamanan akan diperolehnya.

Kemudian secara empiris melalui suatu studi pendahuluan, ditemukan profil anak yang terdiri dari kemampuan-kemampuan, ketidakmampuan-ketidakmampuan dan kebutuhan belajar subyek mengarah kepada ruang lingkup hambatan interaksi sosial.

Kemampuan-kemampuan anak yang teridentifikasi yakni mampu kontak mata, paham instruksi sederhana dari seorang lain misalnya kesini, kesana, lompat. Selain itu kemampuan indera anak seperti perabaan, pendengaran, penglihatan tidak mengalami permasalahan. Dapat bermain permainan dengan hanya melibatkan satu orang lain, misalnya permainan kartu gambar, permainan


(11)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lempar tangkap bola. Mengetahui nama-nama tempat berdasarkan gambar. Mampu membedakan angka/huruf satu dengan yang lainnya.

Dari studi pendahuluan itu juga ditemukan berbagai ketidakmampuan yang ada pada anak autistik yang dijadikan subyek penelitian. ketidakmampuan-ketidakmampuan tersebut yakni anak tidak mampu memainkan suatu permainan kelompok tertentu misalnya bermain congklak, monopoli, petak umpet dan lain-lain. Anak tidak mampu mengikuti instruksi sesuai aturan saat berada dalam aktivitas kelompok tertentu misalnya : prosedur berbaris didepan kelas yang terdiri dari merentangkan tangan untuk mengatur kesesuaian jarak dengan yang disampingnya, meluruskan tangan ke depan untuk menyesuaikan barisan ke depan, mengacungkan tangan saat ingin menjawab pertanyaan guru. Anak tidak tahu fungsi dari seperangkat permainan kelompok yang dimainkannya. Anak hanya bermain dengan caranya sendiri. Tidak menampakkan suatu bentuk saling bekerjasama dalam permainan yang membutuhkan kerjasama antar pemain-pemainnya.

Setelah studi pendahuluan, dilakukanlah studi literatur untuk menentukan kebutuhan belajar apa yang sebaiknya diberikan ke anak yang selanjutnya dirumuskan ke bentuk indikator terpenting yang akan di teliti dari beberapa permasalahan interaksi sosial yang dialami oleh anak autistik. Disamping itu, melalui studi literatur peneliti juga ingin menentukan jenis pendekatan apa yang secara asumsi cocok untuk mengatasi indikator permasalahan yang dialami subyek (anak autistik) berdasarkan penelitian terdahulu.

Kemudian dari hasil studi literatur juga diperoleh bahwa bila semua anak autistik harus didefinisikan sebagai individu yang „penyendiri‟ dan „hidup di dunianya sendiri‟ itu adalah awal kekeliruan identifikasi mengenai hambatan sosial yang dimiliki oleh anak. Karena kesulitan berinteraksi sosial pada anak autistik lebih disebabkan oleh kurangnya „pemahaman sosial‟ bukan „ketertarikan sosial‟. Hal ini sesuai dengan kemampuan dasar anak yang teridentifikasi setelah dilakukan studi pendahuluan. Saat bermain, anak tertarik untuk berinteraksi


(12)

4

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan temannya tetapi tidak tahu bagaimana melakukan permainan kelompok itu dengan baik dan benar sesuai instruksi-instruksi atau aturan-aturan permainan.

Untuk membantu subyek (anak autistik) memecahkan permasalahan interaksi sosial subyek yang telah disebutkan sebelumnya, dipilihlah pendekatan bimbingan kelompok dengan teknik bermain. Secara teoritis, alasan dipilihnya yakni menurut Nandang (2009:14) “Bimbingan kelompok dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota kelompok untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi”.

Beberapa keuntungan-keuntungan diselenggarakannya bimbingan kelompok yakni memiliki efektifitas dan efisiensinya yang lebih, pengaruh seseorang atau beberapa orang terhadap anggota kelompok lainnya dapat dimanfaatkan, terjadinya tukar menukar pengalaman diantara para anggotanya yang dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku individu. Dari penguraian keuntungan ini tergambarkan perihal pentingnya bimbingan kelompok.

Selanjutnya dari berbagai sumber, bimbingan kelompok memiliki sifat yang beragam, mulai dari yang bersifat informatif sampai bersifat terapeutik. Kemudian, dalam prakteknya bimbingan kelompok dapat dilakukan melalui berbagai suasana dan teknik, salah satunya melalui bermain. Peneliti memilih teknik bermain dalam menyampaikan materi bimbingan kelompok. Dipilihnya teknik bermain, karena teknik bermain telah banyak mengantarkan anak-anak untuk mengejar keterlambatan dan mencapai tingkat perkembangan sesuai dengan usianya. Hal ini sejalan dengan pandangan Vigotsky mengenai bermain yang dikemukakan oleh Yunus (2009) bahwa „Vigotsky memandang bahwa bermain membentuk Zona Proximal Development/ ZPD (wilayah pengembangan optimal) pada anak. Zona ini adalah jarak kemampuan actual dengan kemampuan potensial


(13)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seorang anak. ZPD pada seorang anak membutuhkan pembimbingan dari orang-orang dewasa atau bekerja dengan teman sebaya yang berpengetahuan lebih. Dari konsep ini, Vigotsky mengidentifikasikan dua karakteristik utama dari bermain yang mengidentifikasi keunikan bermain dan peranannya bagi perkembangan anak. Pertama, bermain melahirkan situasi imajineri bagi anak. Dan kedua, bermain memiliki aturan dimana aturan yang dibuat anak berdasarkan pemahamannya sendiri tentang bagaimana seharusnya sesuatu‟.

Lalu penelitian terdahulu yang mendasari asumsi dipilihnya bimbingan kelompok dengan teknik bermain untuk membantu subyek (anak autistik) memecahkan hambatan interaksi sosialnya yakni dari penelitian Fitriyah (2010) hasil yang diperoleh yakni ada peningkatan yang signifikan pada skor kemampuan interaksi sosial siswa autis sesudah penggunaan permainan “Gobak Sodor” dalam bimbingan kelompok. Penelitiannya tersebut melibatkan teman-teman subyek dan pembimbingan dipimpin oleh peneliti sendiri. Dalam penelitian tersebut materi teraupetik dalam bimbingan kelompok disampaikan melalui tahapan bimbingan kelompok dari Prayitno.

Kedua variabel yag diteliti tersebut (bimbingan kelompok melalui teknik bermain dan interaksi sosial anak autistik/subyek) memiliki posisi yang penting dalam bidang ilmu yang sedang dipelajari oleh peneliti. Posisi pentingnya tersebut yakni bila kemampuan interaksi sosial subyek tidak dilatih dan tidak dibantu oleh orang yang lebih dewasa dalam sistem yang terstruktur berdasarkan kebutuhan psikologis dasar subyek misalnya sesuai tahapan perkembangannya, usianya, ramah anak, minat, bakat dan kesenangannya, maka dapat diprediksi bahwa subyek akan mengalami kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas setting inklusif yang terdiri dari banyak siswa dengan macam dan tingkat heterogenitas yang cukup besar.

Dengan demikian, maka pada kesempatan penelitian ini akan mengkaji, menerapkan dan melihat pengaruh penggunaan bimbingan kelompok dengan teknik bermain terhadap kemampuan interaksi sosial anak autistik. Dalam


(14)

6

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bimbingan kelompok dengan teknik bermain tersebut melibatkan teman-teman subyek dan pembimbingan dipimpin oleh peneliti sendiri agar aktivitas bimbingan dapat berlangsung terstruktur dan terarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yakni perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

B.Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, masalah yang teridentifikasi untuk dicarikan solusi dalam penelitian ini yakni :

a. Anak tidak mampu memainkan suatu permainan kelompok tertentu.

b. Anak tidak mampu mengikuti aturan / Anak hanya bermain dengan caranya sendiri dalam suatu aktivitas kelompok tertentu misalnya permainan kelompok.

c. Anak tidak mampu mengacungkan tangan saat ingin menjawab pertanyaan guru.

d. Anak tidak tahu fungsi dari seperangkat permainan kelompok yang dimainkannya.

e. Tidak mampu bekerjasama dalam permainan yang membutuhkan kerjasama antar pemain-pemainnya.

2. Batasan Masalah

Dari latar belakang tergambarkan bahwa kebutuhan belajar interaksi sosial subyek bukan menjadi suatu hal yang menjadi prioritas layanan. Selain itu, subyek juga kurang mendapat kesempatan belajar pada lingkungan sosialnya baik di kelas maupun di luar kelas karena anak dianggap tidak mampu bergaul dengan baik sesuai dengan tuntutan lingkungan. Misalnya saat subyek diberi instruksi saat belajar dikelas dan bermain diluar kelas selama jam istirahat. Dengan begitu, minimnya kesempatan belajar dan pertukaran pengalaman sosial yang diperoleh subyek dalam lingkungannya menjadi landasan untuk memprediksi modalitas interaksi sosial dasar yang telah


(15)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi potensi subyek tidak akan berkembang dan tidak tersalurkan menuju kemampuan aktual dengan cara yang baik dan seoptimal mungkin. Maksudnya, saat anak mampu mengikuti instruksi sederhana dari pembimbing secara one by one, kemampuan ini sebaiknya dibimbing lagi kepada kemampuan mengikuti instruksi dalam setting kelompok. Hal tersebut untuk melatih kemampuan mengikuti instruksinya sesuai aturan sosial yang ada dalam lingkungannya.

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan untuk mewadahi kesempatan belajar pada anak autistik/subyek yang mengatasi hambatan interaksi sosial adalah bimbingan kelompok yang materi terapeutiknya disampaikan melalui teknik bermain.

C.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni :

Bagaimana pengaruh penggunaan bimbingan kelompok melalui teknik bermain terhadap peningkatan kemampuan interaksi sosial anak autistik dalam hal kemampuan mengikuti intruksi saat bermain dalam permainan kelompok di SD Inpres Maccini Baru Makassar?

D.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan bimbingan kelompok melalui teknik bermain terhadap kemampuan interaksi sosial dalam hal kemampuan mengikuti intruksi saat bermain dalam permainan kelompok di SD Inpres Maccini Baru Makassar.

E.Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik bersifat teoritik maupun praktis. Berikut uraian manfaat teoritis dan praktis dalam penelitian ini, antara lain :


(16)

8

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Manfaat teoritis : Untuk peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan menjadi acuan teoritis dalam upaya untuk mengembangkan konsep layanan bimbingan dan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus pada umumnya dan anak autisitik pada khususnya.

2. Manfaat Praktis : Untuk pendidik, konselor dan praktisi lainnya sebagai bahan informasi dan masukan pengalaman dalam menerapkan bimbingan kelompok dengan teknik bermain untuk mengembangkan kemampuan interaksi sosial anak autistik.

F. Organisasi Tesis

Adapun uraian dari organisasi tesis ini terdiri dari Lima Bab yakni bab pertama terdiri dari pendahuluan yang menguraikan latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua menguraikan tentang kajian pustaka yang berfungsi sebagai pedoman/ landasan teoritik akan variabel-variabel yang diteliti. Bab ketiga berisi tentang metode penelitian yang berisi subyek dan lokasi penelitian, jenis dan desain penelitian, metode penelitian, variabel dan definisi operasional, instrument penelitian, validitas data, reliabilitas data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab keempat berisi hasil penelitian. Selanjutnya pada bab kelima berisi kesimpulan dan saran.


(17)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 36

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Subyek Penelitian dan Lokasi Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yaitu seorang anak autistik berusia tujuh tahun, laki-laki berinisial N. Subyek tersebut dipilih berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui kegiatan observasi yang dilakukan untuk mengetahui kondisi subyek.

Kemampuan-kemampuan subyek yang teridentifikasi setelah studi pendahuluan yakni mampu kontak mata, paham instruksi sederhana dari seorang lain misalnya kesini, kesana, lompat. Selain itu kemampuan indera anak seperti perabaan, pendengaran, pendengaran tidak mengalami permasalahan. Dapat bermain permainan dengan hanya melibatkan satu orang lain, misalnya permainan kartu gambar, permainan lempar tangkap bola. Mengetahui nama-nama tempat berdasarkan gambar. Mampu membedakan angka/huruf satu dengan yang lainnya. Subyek telah mengikuti proses bimbingan individual; Applied Behavior Analysis (ABA) melalui teknik Discrete Trial Teaching (DTT) dan Discrimination Training (DT) pada salah satu sentra pendidikan swasta untuk anak berkebutuhan khusus di kota Makassar.

Sedangkan ketidakmampuan anak yang teridentifikasi setelah studi pendahuluan yakni memainkan suatu permainan kelompok tertentu misalnya bermain congklak, monopoli, petak umpet dan lain-lain. Anak tidak mampu mengikuti instruksi sesuai aturan saat berada dalam aktivitas kelompok tertentu misalnya : prosedur berbaris didepan kelas yang terdiri dari merentangkan tangan untuk mengatur kesesuaian jarak dengan yang disampingnya, meluruskan tangan ke depan untuk menyesuaikan barisan ke depan, mengacungkan tangan saat ingin menjawab pertanyaan guru. Anak tidak tahu


(18)

37

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fungsi dari seperangkat permainan kelompok yang dimainkannya. Anak hanya bermain dengan caranya sendiri. Tidak menampakkan suatu bentuk saling bekerjasama dalam permainan yang membutuhkan kerjasama antar pemain-pemainnya.

Dari sekian banyak ketidakmampuan yang disebutkan, yang dijadikan terget perilaku anak yang ingin di bantu perkembangannya yakni kemampuan mengikuti instruksi saat bermain dalam permainan kelompok.

2. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yakni di kelas 1 SD Inpres Maccini Baru Makassar. Diambilnya lokasi di kelas 1 sekolah dasar karena peneliti ingin

melihat kemampuan interaksi sosial „N‟ dengan teman-temannya sebayanya

yang berasal dari latar belakang dan tingkat kemampuan yang berbeda-beda dengan rentang usia rata-rata tujuh tahun yang masih tergolong anak-anak dengan keadaan yang masih mudah untuk mengajarkan, mengintruksikan dan membentuk kemampuan belajarnya.

B.Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Melalui kegiatan eksperimen, peneliti ingin melihat bagaimana kemampuan interaksi sosial subyek dengan indikator kemampuan mengikuti instruksi saat bermain dalam permainan kelompok sebelum, saat dan setelah diterapkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik permainan.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Single Subject Research (SSR) atau penelitian subjek tunggal. Desain penelitian subjek tunggal yang digunakan adalah A-B-A, yaitu desain penelitian yang memiliki tiga fase yang bertujuan untuk mempelajari besarnya pengaruh dari suatu perlakuan yang diberikan


(19)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepada individu, dengan cara membandingkan kondisi Baseline sebelum dan sesudah intervensi.

Sunanto. Dkk (2006 : 44) menyatakan bahwa :

Pada desain A-B-A, mula-mula perilaku sasaran (target behavior) diukur secara kontinu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B). Setelah pengukuran pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan.Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga keyakinan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat lebih kuat.

Desain A-B-A memiliki tiga tahap yaitu A1 (Baseline 1), B (Intervensi), dan A2 (Baseline2).

A1 (Baseline 1) yaitu kemampuan dasar subjek penelitian sebelum

mendapat perlakuan dengan target interaksi sosial dengan komponen pemahaman sosial berupa mengikuti intruksi/aturan-aturan dalam permainan kelompok. Subjek (N) diperlakukan secara alami tanpa pemberian intervensi (perlakuan). Sejalan dengan itu Sunanto. Dkk (2006 : 41) menyatakan bahwa “Baseline adalah kondisi dimana pengukuran perilaku sasaran dilakukan pada keadaan natural sebelum diberikan intervensi apapun”.

B (Intervensi) yaitu kondisi subjek (N) penelitian selama diberi perlakuan, dalam hal ini adalah penggunaan bimbingan kelompok dengan teknik bermainsecara berulang-ulang yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan subjek (N) dalam peningkatan kemampuan dengan komponen pemahaman sosial berupa mengikuti intruksi/aturan-aturan dalam permainan kelompok selama perlakuan diberikan. Sunanto, dkk (2006 : 41) menyatakan bahwa “Kondisi intervensi adalah kondisi ketika suatu intervensi telah diberikan dan perilaku sasaran diukur di bawah kondisi tersebut.”

A2 (Baseline2) yaitu pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi

sampai sejauh mana intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek (N) dan bersifat kontrol. Sunanto, dkk (2006) kondisi baseline yang kedua (A2)


(20)

39

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditambahkan dengan tujuan sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk ditariknya kesimpulan akan adanya hubungan fungsional variabel bebas dan terikat yang ada dalam penelitian. Berikut ini gambar prosedur dasar desain A –B – A :

Gambar 3.1 : Prosedur Dasar Desain A1– B – A2

C.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Dengan tiga tahap penelitian yakni studi pendahuluan guna mengkaji pentingnya permasalahan (interaksi sosial anak autistik/subyek) dalam penelitian ini secara teoritis dan empirik hal ini perlu dilakukan agar jelas kedudukan penelitian.

Setelah dilakukan pengkajian studi pendahuluan, dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu kajian teori variabel bimbingan kelompok dan interaksi sosial anak autistik. Berdasarkan studi pendahuluan dan kajian teori tentang variabel terikat (interaksi sosial), diharapkan akan ditemukan rumusan indikator dari permasalahan interaksi sosial yang dialami oleh subyek yang membutuhkan dan cocok untuk dibantu melalui prosedur bimbingan kelompok dengan teknik bermain.

Selanjutnya pada tahap ketiga yaitu tahap pengamatan kemampuan awal sebelum diberi latihan, pengamatan saat pemberian latihan dan pengamatan kemampuan setelah diberi intervensi (bimbingan kelompok melalui teknik bermain). Untuk penarikan kesimpulan dari hasil pengamatan mengacu pada konsep analisis data dalam dan antar kondisi dari penelitian subjek tunggal dengan desain pengulangan pengukuran baseline satu/A1–Intervensi B–baseline

dua/A2.

Sesi (waktu) Baseline 1 (A1)

Intervensi (B)

Baseline (A2)

Fre

kue


(21)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D.Variabel dan Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. “Bimbingan Kelompok melalui Teknik Bermain” sebagai variabel bebas dan “Kemampuan Interaksi Sosial Anak autistik berupa kemampuan mengiktui instruksi saat bermain dalam permainan kelompok” sebagai variabel terikat.

Adapun definisi secara operasional terhadap variabel-variabel penelitian tersebut di atas sebagai berikut :

1. Variabel Bebas : Bimbingan Kelompok melalui Teknik Bermain.

Bimbingan kelompok melalui teknik bermain merupakan layanan / bantuan melalui teknik bermain yang diberikan sejumlah individu dengan menggunakan prosedur dan dinamika kelompok yang membahas beberapa masalah melalui pertukaran informasi antara satu anggota ke anggota lainnya dalam kelompok sehingga tujuan bersama yakni perubahan sikap atau perilaku pada anggota kelompok dapat terjadi. Perubahan yang menjadi target layanan dalam penelitian ini adalah interaksi sosial anak autistik. Dengan penjelasan singkat penggunaan teknik bermain sebagai media untuk menyampaikan materi bimbingan kelompok guna membelajarkan subyek mengenai interaksi sosial. Secara teoritis, Prosedur dalam bimbingan kelompok yang digunakan yakni berdasarkan pada Prayitno dimana terdapat empat tahapan pelaksanaan bimbingan kelompok yakni tahap pembentukan, tahap Peralihan, tahap kegiatan, dan tahap Pengakhiran.

Dan secara teknis keempat tahapan tersebut dapat dilaksanakan sebagai berikut:

a. Membentuk dan memperkenalkan anggota-anggota kelompok.

b. Menyiapkan alat dan bahan sesuai jenis permainan yang akan dimainkan sambil menjelaskan cara bermain ke anggota-anggota kelompok.


(22)

41

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Permainan dimulai, memberikan instruksi-instruksi sesuai dengan cara dan jenis permainan yang digunakan untuk menyampaikan materi bimbingan kelompok. Permainan berlangsung sebanyak satu kali persesi.

d. Mencatat kemampuan subyek mengikuti instruksi-instruksi saat bermain dalam permainan kelompok.

e. Bila subyek melakukannya dengan benar, pemimpin kelompok (peneliti) bersama anggota permainan lainnya memberikan reward berupa pujian kamu hebat, pintar, good dan lain-lain.

Dan bila subyek tidak melakukannya dengan benar, pemimpin kelmpok (peneliti) bersama anggota permainan lainnya membantu secara verbal, misalnya : kesini, lompat, tirukan sambil mencontohkan dan lain-lain. Ataupun dengan bantuan fisik, misalnya : memegang tangan anak, mengangkatnya untuk melakukan gerakan lompat dan lain-lain.

f. Sebelum permainan dihentikan, dilakukan penyegaran dengan bernyanyi bersama sambil merapihkan kembali alat dan bahan permainan secara bersama-sama.

2. Variabel Terikat : kemampuan interaksi sosial anak autistik

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pembahasan subyek penelitian, kemampuan psikologis dasar anak autistik (subyek) dalam ruang lingkup interaksi sosial yang diperolehnya karena sedang/telah diberi pendekatan individual (Metode Lovass/ABA) yakni anak mampu mengikuti instruksi sederhana saat kondisi one by one, anak dapat bermain permainan one by one misalnya lempar tangkap bola, anak dapat membaca, panca inderanya baik, banyak mengenal gambar tempat, hewan, buah, angka, huruf dan jenis pekerjaan sehari-hari.

Sehingga kemampuan interaksi sosial anak autis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang ditunjukkan anak autistik dalam melakukan hubungan sosial terhadap anggota-anggota kelompok sepermainannya berupa kemampuan mengikuti instruksi saat bermain dalam permainan kelompok.


(23)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemampuan subyek mengikuti insruksi saat bermain dalam permainan kelompok akan dicatat dalam format alat ukur apabila :

a. Anak masuk ke dalam area permainan baik inisiatif sendiri maupun di prompt (verbal dan atau fisik). Contohnya : bila anak tidak memasuki area permainan, anak di ajak bermain secara verbal : „N‟ ayo main... ini ada mainan !. Bila tetap tidak memasuki area permainan anak dibantu secara fisik dengan menarik anak memasuki area permainan.

b. Anak mampu mengikuti instruksi-instruksi pembimbing sesuai prosedur permainan saat bermain dalam permainan kelompok. Misalnya : lompat, berjalan, tirukan suara dan atau gaya kupu-kupu dan lain-lain.

E.Instrumen Penelitian

Sugiyono (2011) mendefinisikan instrumen penelitian sebagai suatu alat baik bersifat soft atau hard yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Oleh karena ada tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam penelitian ini, maka instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelelitian ini berbeda-beda disesuaikan dengan tahapan penelitian yang digunakan.

Instrument penelitian untuk tahapan pertama; studi pendahuluan adalah format observasi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan interaksi sosial subyek. Mengingat cakupan interaksi sosial itu sangat luas maka disusun sebuah pedoman observasi yang nantinya akan diturunkan menjadi lembar observasi untuk melihat kemampuan prasyarat apa yang dikuasai dan tidak dikuasai oleh subyek agar dapat melakukan interaksi sosial sesuai aturan yang ada di lingkungannya.

Didalam pedoman dan lembar observasi, item-item prasyarat kemampuan interaksi sosial anak dikutip dari Delphie (2006). Berikut adalah pedoman observasi prasyarat kemampuan interaksi sosial anak yang digunakan saat studi pendahuluan :


(24)

43

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 : Pedoman Observasi Prasyarat Kemampuan Interaksi Sosial Anak Variabel Sub Variabel

Item-item Prasyarat Kemampuan Interaksi Sosial Anak

(Delphie:2006)

Teknik Pulta

Responde n

1 2 3 4 5

Interaksi Sosial Aktivitas yang berhubungan dengan dirinya sendiri atau berhubungan dengan seorang lain

Wajah Tersenyum spontan Membalas Senyum

Tertarik pada bayangan dirinya sendiri

Menunjukkan sesuatu/miliknya pada seorang lain

Bermain permainan sembunyi muka.

Berpura-pura menjadi sebuah mobil

Membuat sebuah tuntutan pada mainannya sendiri

Bermain permainan take and give bersama tester

Bermain sendiri dan tidak tergantung

Berbicara seperti superhero pada boneka monsternya

Memahami perbedaan antara mainannya dengan mainan anak lain

Meminjamkan mainannya pada seorang anak lain

Ketika bermain meniru tingkah laku anak remaja

Bermain kartu dengan tester contohnya : wayangan

Observasi Subyek/ anak autistik Aktivitas yang berhubungan antara subyek dengan

Melihat anak-anak lain bermain Bermain congklak dengan

teman-teman lain

Tetap bermain bersama teman-temannya ketika bapak/ibu guru tidak ada


(25)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kelompok Mengikuti aturan dalam

Permainan monopoli yang sederhana contohnya menunggu giliran dan menjalankan bidak sesuai jumlah mata dadu

Bermain mobil-mobilan sesama teman-temannya yang dilakukan dengan baik

Mengambil bagian dalam “aturan

permainan”/ kelompok bermain yang lain

Mengikuti aturan dalam

permainan seperti “jual-beli”

Mengambil bagian dalam permainan etiket, sembunyi dan mencari.

Bermain dengan anak-anak daripada orang dewasa

Membantu dirumah (pekerjaan rumah)

Mengambil peran yang berbeda dalam permainan

Mengikuti aturan dalam mainan seperti ular tangga

Dapat bekerja dalam kelompok minimal 4 orang

Asyik berpartsipasi dalam satu kelompok bermain misalnya : sepak bola

Mengambil bagian dalam diskusi-diskusi

Berpartisipasi dalam perkumpulan (pramuka)

Pada tahap kedua; studi literatur yakni pengumpulan teori-teori yang berhubungan dengan setiap variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu mengenai bimbingan kelompok dengan teknik bermain dan interaksi sosial anak autistik.

Setelah melalui tahap pertama dan kedua, diharapkan target behavior yang akan diintervensi dapat diketahui dan didefinisikan berdasarkan betapa pentingnya subyek dibantu untuk memecahkan masalahnya. Dan apakah secara teoritik, prosedur dan dinamika dalam bimbingan kelompok melalui teknik bermain dapat


(26)

45

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi pendekatan yang dianggap cocok untuk membantu subyek keluar dari permasalahannya. Bila sudah demikian halnya, maka dapat di lanjutkan ke inti dari penelitian ini yakni tahap ketiga (eksperimen acuan penelitian subyek tunggal) untuk melihat bagaimana pengaruh bimbingan kelompok melalui teknik bermain terhadap kemampuan interaksi sosial anak autistik.

Tahap ketiga merupakan inti dari penelitian ini. Instrument penelitian untuk tahapan ketiga; eksperimen acuan penelitian subyek tunggal ini dibuat untuk mengumpulkan data dari ketidakmampuan yang ditemukan saat observasi prasyarat kemampuan interaksi sosial anak yang kemudian dijadikan target behavior yang akan diamati perubahannya dalam kriteria frekuensi pada setiap sesi di fase sebelum, saat dan setelah intervensi diberikan. Selain diamati dengan mencatat frekuensi perubahan perilaku, juga mendeskripsikan kejadian dan hal-hal yang terjadi saat data dikumpulkan. Hasil pengamatan frekuensi perubahan perubahan perilaku dan deskrispi kejadian yang terjadi saat data dikumpulkan menjadi data yang akan dianalisis melalui acuan penelitian subyek tunggal. Namun, agar data yang dikumpulkan nantinya dapat menggambarkan kondisi yang sah dan sesungguhnya maka perlu dilakukan validitas data dan reliabilitas data.

F. Validitas Data

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunanto (2006) bahwa :

Untuk mendapatkan validitas penelitian yang baik, pada saat melakukan eksperimen desain A–B–A, peneliti perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini: 1. Mendefinisikan target behavior sebagai perilaku yang dapat diukur secara akurat. Sehingga dalam penelitian ini bahwa target behaviornya yakni kemampuan interaksi sosial berupa kemampuan mengikuti intruksi saat bermain dalam permainan kelompok. Target behavior ini didefinisikan dari ketidakmampuan-ketidakmampuan yang ditemukan saat observasi kemampuan interaksi sosial anak ketika dilakukan studi pendahuluan.


(27)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline satu (A1) secara

kontinyu sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai trend dan level data menjadi stabil. Dalam penelitian ini pada fase baseline pengukuran akan dilakukan sebanyak 3-5 kali tergantung tingkat kestabilan data. Bila sudah diperoleh kestabilan data segera dihentikan pengukuran langsung dilanjutkan ke kondisi intervensi.

3. Memberikan intervensi setelah trend data baseline stabil. Dengan acuan inilah peneliti mengambil langkah untuk memberikan intervensi kepada subyek. 4. Mengukur dan mengumpulkan data fase intervensi (B) dengan periode waktu

yang rutin sampai data menjadi stabil. Dalam penelitian ini saat anak diberikan intervensi oleh terapis, peneliti melakukan pengukuran secara kontinu selama periode waktu tertentu sampai diperoleh data intervensi yang stabil.

5. Setelah kecenderungan dan level data pada fase intervensi (B) stabil mengulang fase baseline dua (A2). Dengan begitu apabila data intervensi telah

stabil, maka sesi berikutnya barulah data baseline ke dua diukur sampai stabil. G.Reliabilitas Data

Reliabilitas data sangat perlu dilakukan dalam suatu penelitian. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana data dapat diukur secara tepat dan ajeg. Oleh karena itu peneliti, menggunakan alat ukur dengan melibatkan tiga orang untuk mencatat dan mengukur interaksi sosial berupa kemampuan mengikuti intruksi/aturan-aturan dalam permainan kelompok. Adapun kriteria pengukuran berupa tingkat frekuensi. Pengukuran dilakukan saat bimbingan kelompok memasuki tahapan pelaksanaan. Format alat ukur yang digunakan untuk mengukur banyaknya kejadian (frekuensi) dalam setiap sesi dibawah ini terintegrasi kedalam petunjuk teknis tahapan ketiga (lihat lampiran 21). Format alat ukur tersebut adalah yakni :

Nama Subyek : N Tanggal : ………20…

Pengamat : 1/2/3 Indikator : ………. Sesi ke : ….. Fase : A1– B – A2


(28)

47

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Banyaknya kejadian (N) : …… kali dalam waktu 15 menit.

Setelah dilakukan pencatatan banyaknya kejadian persetiap sesinya maka hasil pencatatan frekuensi seluruhnya di masukkan ke dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.2 : Akumulasi Data Fase Baseline 1/Intervensi/Baseline 2* Pengamat : ...

Nama Subyek : Inisial “N” Fase : Baseline

Indikator : Mampu mengikuti instruksi saat Bermain dalam Permainan Kelompok

Waktu : 09.15 – 09.30 WITA

No Sesi/Tanggal Frekuensi Total Frekuensi Deskripsi 1.

Dst

N Sesi = ... N frekuensi = ... Catatan :

- Gunakan tally-tally dalam kolom frekuensi setiap target behavior terjadi dalam waktu 15 menit.

- Pada kolom deskripsi diisi dengan uraian hal-hal penting yang terjadi dan berkaitan langsung saat pengumpulan data dilakukan setiap fasenya.

*Tulis salah satu fase

Dengan menggunakan alat ukur tersebut diatas maka hasil pengukuran target behavior dari tiga orang yang mencatat dan mengukur, diolah sehingga diperoleh hasil pengukuran banyaknya kejadian (frekuensi) pada fase baseline dan fase intervensi yang reliabel.

H.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitian, teknik yang digunakan adalah observasi dengan mencatat setiap perubahan yang terjadi pada target perilaku


(29)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebelum diberikan perlakuan (Baseline/A1), selama (Intervensi) dan setelah

dilakukan intervensi (Baseline/A2). Hal yang perlu diobservasi dalam kemampuan

interaksi sosial anak autistik yang akan dijadikan panduan dalam proses pengumpulan data yakni indikator kemampuan mengikuti intruksi saat bermain dalam permainan kelompok. Indikator yang disebutkan itu akan dicatat berapa kali jumlah kejadian (frekuensi) persesinya. Batasan waktu yang digunakan adalah 15 menit/sesi.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif dengan membandingkan perubahan-perubahan kemampuan interaksi sosial anak autis sebelum, saat dan setelah dilakukan intervensi. Dikatakan ada pengaruh penggunaan pendekatan bimbingan kelompok dengan teknik bermain terhadap kemampuan interaksi sosial anak autistik jika data hasil intervensi lebih tinggi dibandingkan data baseline. Data ini dianalisis dan divisualisasikan menggunakan grafik garis dengan acuan Single Subject Research baseline satu (A1) – Intervensi (B) – Baseline dua (A2)

seperti grafik 3.1 yang telah dicantumkan sebelumnya. Dibawah ini adalah tahapan analisis data dengan acuan prosedur Single Subject Research yakni: 1. Analisis dalam kondisi dengan dengan urutan tahapan yang dimulai dari

panjang kondisi, estimasi kecenderungan arah, kecenderungan stabilitas, kecenderungan jejak, level stabilitas dan rentang, level perubahan.

2. Analisis antar kondisi baseline dengan kondisi intervensi dengan urutan tahapan yang dimulai dari jumlah variabel yang diubah, perubahan kecenderungan arah dan efeknya, perubahan kecenderungan stabilitas, perubahan level, persentase overlap (Sunanto, 2006).


(30)

58

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian terakhir dari seluruh rangkaian tulisan hasil kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan. Dalam bab ini akan disampaikan beberapa hal mengenai kesimpulan terhadap temuan-temuan yang telah dibahas di bab sebelumnya. Selain kesimpulan, dalam bab ini juga disampaikan beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan dalam menggunakan pendekatan bimbingan kelompok melalui teknik bermain untuk membantu anak autistik mengembangkan kemampuan interaksi sosialnya.

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bimbingan kelompok melalui teknik bermain terhadap kemampuan mengikuti instruksi saat bermain dalam permainan kelompok. Namun, hubungan sebab akibat yang ideal antara variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini tidak dapat disimpulkan.

Pada hasil analisis data juga memberikan informasi bahwa kecenderungan arah antara fase baseline 1 (A1) dengan fase intervensi (B) mengalami perubahan

dari arahnya relatif ke atas menjadi relatif menetap. Lalu kecenderungan arah antara fase intervensi (B) dengan fase baseline 2 (A2) mengalami perubahan dari

arahnya relatif menetap.

Dan persentase stabilitas yang diperoleh pada fase baseline 1 (A1), fase

Intervensi (B), fase baseline 2 (A2) masing-masing 85,7%, 85,2%, 87,5%.

Walaupun skor persentase stabilitas yang diperoleh ini bervariasi, namun dari skor ini diperoleh kecenderungan stabilitasnya tidak ada data yang kondisinya tidak stabil semuanya berada dalam rentang kestabilan yang dipersyaratkan (85%-90%).

Kemudian dari hasil analisis data juga diperoleh perubahan level data di fase baseline 1 (A1) yakni (+2) yang bermakna bahwa fase baseline kondisinya


(31)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membaik dengan selisih perubahan data yang besar ke data yang kecil sebesar 2. Di fase intervensi (B) perubahan level datanya yakni (=2) yang bermakna bahwa kondisinya menetap dengan selisih perubahan data yang besar ke data yang kecilnya sebesar 2. Dan di fase baseline 2 (A2) perubahan level datanya yakni (+1)

yang artinya bahwa kondisinya membaik dengan selisih data yang besar ke data yang kecil sebesar 1.

Selanjutnya persentase overlap pada pasangan kondisi intervensi (B) – baseline 1 (A1) dan pasangan kondisi intervensi (B) – baseline 2 (A2)

masing-masing 11,11% dan 12,5 %. Kecilnya skor overlap yang diperoleh dari hasil analisis tersebut mengindikasikan bahwa bimbingan kelompok melalui teknik bermain yang diterapkan berpengaruh baik terhadap kemampuan mengikuti instruksi saat bermain bersama dalam permainan kelompok.

Terakhir dari hasil analisis data, diperoleh informasi bahwa selisih rerata frekuensi indikator di fase intervensi (B) lebih tinggi dibandingkan dengan rerata frekuensi indikator di fase baseline 1 (A1). Namun, pada hasil analisis data di fase

baseline 2 (A2) rerata frekuensi indikatornya lebih tinggi dibandingkan dengan di

fase intervensi (B). B.Saran

Saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti berikutnya, proses mengumpulkan data frekuensi dan mendeskripsikan perilaku subyek saat bimbingan kelompok dilaksanakan, akan lebih maksimal bila melibatkan banyak pihak serta gunakanlah beberapa perekam gambar yang dipasang di berbagai sudut pandang.

2. Dalam penelitian ini, peningkatan frekuensi tampak sangat minim sehingga bagi pihak-pihak yang ingin menggunakan bimbingan kelompok untuk mengakomodasi kebutuhan belajar sosial anak autistik. Misalnya : pendidik, konselor dan praktisi lainnya, pemberian bimbingan kelompok melalui teknik


(32)

60

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bermain untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak autistik perlu dimaksimalkan diantaranya dengan cara :

a. Menyiapkan tempat bimbingan kelompok yang mudah dikontrol. b. Menyiapkan waktu yang lebih saat melakukan bimbingan kelompok.

c. Menjalankan proses bimbingan kelompok sesuai dengan panduan pelaksanaan yang telah disusun.


(33)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Amti. (1992). Bimbingandan Konseling. Jakarta: Dep.Dik.Bud: PT. Proyek Pembinaan Pendidikan.

Bonner (2002). Definisi interaksi sosial [online]. Tersedia: http://carapedia.com/pengertian_definisi_interaksi_sosial_menurut_para_ahli _info965. html. [23 januari 2011]

Christie. et.al.(2011). Langkah Awal Berinteraksi Dengan Anak Autis. Terjemahan oleh Yana Shanti Manipuspika. 2011. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Danuatmaja. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.

Delphi. (2006). Terapi Permainan 1. Bandung: Rizqi Press. ……....(2006). Terapi Permainan II. Bandung: Rizqi Press.

Depdiknas. (2002). Pendidikan Anak Autis Modul seri pendidikan keluarga. Jakarta: Ditjend Diklusepora Depdiknas RI

Fitriyah. (2010). Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Autis Melalui Permainan “Gobak Sodor” Dalam Bimbingan Kelompok. Surabaya. Jurnal PPB Unesa.

Ginanjar. (2008). Menjadi Orang Tua Istimewa, Panduan Praktis Mendidik Anak Autis. Jakarta : Dian Rakyat

Hardiono. (2003). Kapan Terapi Anak Autis Dapat Disebut “Mengalami

Kemajuan”?. [online]. Tersedia

http://www.puterakembara.org/artikel/00000021.shtml.[20juli 2012]. Maryati, & Suryawati, (2003).Sosiologi 1. Jakarta: Erlangga.

Masitoh. (2005). Pembelajaran Pada Anak Prasekolah.Jakarta :Bumi Aksara.

Mawuntu, (2002). Efektifitas Latihan Modivikasi Perilaku Terhadap Perilaku Anak Autisme. Skripsi. Tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar.

Mugiarso. Dkk. (2004). Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang

Murdiyatmoko & Handayani. (2004). Sosiologi 1. Jakarta: Grafindo Media Pratama Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Teori dan


(34)

62

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peeters. Tanpa Tahun. Panduan Autisme Terlengkap. Terjemahan oleh Oscar H. Simbolon dan Yayasan Suryakanti-Bandung. 2009. Jakarta : PT. Dian Rakyat.

Prayitno.(1999). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta. ……….. (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Priyono. (2006). Sosiologi Untuk Tingkat SMA Kelas X. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia Printing.

Rachmaniar. (2009). Pengetahuan, Sikap, Perlakuan Guru dan Orang Tua Dalam Pengembangan Interaksi Sosial Anak Autis di TK Pertiwi DWP Setda Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis. UNM

Romlah. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sri. (2005). Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua. Jakarta : PT. Grasindo

Sugiyono. (2011). Metode penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sujarwanto. (2005). Terapi Okupasi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Depdiknas. Dirjendikti. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jakarta 2005

Sukmadinata. (2007). Bimbingan & Konseling dalam Praktek Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa. Bandung: Maestro

Sunanto. (2012). Pendidikan Inklusi Dalam Realitas. Diffa (14 Februari 2012) Sunanto. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI PRESS Suparno. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius Tarsidi dan Alimin (2009) Definisi Autisme. [online]. Tersedia:

http;//www.z-alimin.blogspot. [28 januari 2013]

Tanpa Nama (TanpaTahun). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia 2012. Bandung: Tanpa Penerbit

Tim Sosiologi. (2002). Interaksi Sosial Sebagai Kebutuhan Pokok Manusia. [online]. Tersedia: http://vidyvirgo-virgo.blogspot.com /2010/03/interaksi-sosial.html. [28 januari 2010]


(35)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tim Sosiologi. (2002) Peran Interaksi Sosial dalam Masyarakat [online]. Tersedia: http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/47/sosiologi_interaksi_sosial. html. [28 oktober 2012]

Winkel. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.

Yunus. (2009). Bermain. Pengantar bagi penerapan pendekatan Beyond Centers


(1)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian terakhir dari seluruh rangkaian tulisan hasil kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan. Dalam bab ini akan disampaikan beberapa hal mengenai kesimpulan terhadap temuan-temuan yang telah dibahas di bab sebelumnya. Selain kesimpulan, dalam bab ini juga disampaikan beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan dalam menggunakan pendekatan bimbingan kelompok melalui teknik bermain untuk membantu anak autistik mengembangkan kemampuan interaksi sosialnya.

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bimbingan kelompok melalui teknik bermain terhadap kemampuan mengikuti instruksi saat bermain dalam permainan kelompok. Namun, hubungan sebab akibat yang ideal antara variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini tidak dapat disimpulkan.

Pada hasil analisis data juga memberikan informasi bahwa kecenderungan arah antara fase baseline 1 (A1) dengan fase intervensi (B) mengalami perubahan dari arahnya relatif ke atas menjadi relatif menetap. Lalu kecenderungan arah antara fase intervensi (B) dengan fase baseline 2 (A2) mengalami perubahan dari arahnya relatif menetap.

Dan persentase stabilitas yang diperoleh pada fase baseline 1 (A1), fase Intervensi (B), fase baseline 2 (A2) masing-masing 85,7%, 85,2%, 87,5%. Walaupun skor persentase stabilitas yang diperoleh ini bervariasi, namun dari skor ini diperoleh kecenderungan stabilitasnya tidak ada data yang kondisinya tidak stabil semuanya berada dalam rentang kestabilan yang dipersyaratkan (85%-90%).

Kemudian dari hasil analisis data juga diperoleh perubahan level data di fase baseline 1 (A1) yakni (+2) yang bermakna bahwa fase baseline kondisinya


(2)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membaik dengan selisih perubahan data yang besar ke data yang kecil sebesar 2. Di fase intervensi (B) perubahan level datanya yakni (=2) yang bermakna bahwa kondisinya menetap dengan selisih perubahan data yang besar ke data yang kecilnya sebesar 2. Dan di fase baseline 2 (A2) perubahan level datanya yakni (+1) yang artinya bahwa kondisinya membaik dengan selisih data yang besar ke data yang kecil sebesar 1.

Selanjutnya persentase overlap pada pasangan kondisi intervensi (B) – baseline 1 (A1) dan pasangan kondisi intervensi (B) – baseline 2 (A2) masing-masing 11,11% dan 12,5 %. Kecilnya skor overlap yang diperoleh dari hasil analisis tersebut mengindikasikan bahwa bimbingan kelompok melalui teknik bermain yang diterapkan berpengaruh baik terhadap kemampuan mengikuti instruksi saat bermain bersama dalam permainan kelompok.

Terakhir dari hasil analisis data, diperoleh informasi bahwa selisih rerata frekuensi indikator di fase intervensi (B) lebih tinggi dibandingkan dengan rerata frekuensi indikator di fase baseline 1 (A1). Namun, pada hasil analisis data di fase baseline 2 (A2) rerata frekuensi indikatornya lebih tinggi dibandingkan dengan di fase intervensi (B).

B.Saran

Saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti berikutnya, proses mengumpulkan data frekuensi dan mendeskripsikan perilaku subyek saat bimbingan kelompok dilaksanakan, akan lebih maksimal bila melibatkan banyak pihak serta gunakanlah beberapa perekam gambar yang dipasang di berbagai sudut pandang.

2. Dalam penelitian ini, peningkatan frekuensi tampak sangat minim sehingga bagi pihak-pihak yang ingin menggunakan bimbingan kelompok untuk mengakomodasi kebutuhan belajar sosial anak autistik. Misalnya : pendidik, konselor dan praktisi lainnya, pemberian bimbingan kelompok melalui teknik


(3)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bermain untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak autistik perlu dimaksimalkan diantaranya dengan cara :

a. Menyiapkan tempat bimbingan kelompok yang mudah dikontrol. b. Menyiapkan waktu yang lebih saat melakukan bimbingan kelompok.

c. Menjalankan proses bimbingan kelompok sesuai dengan panduan pelaksanaan yang telah disusun.


(4)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Amti. (1992). Bimbingandan Konseling. Jakarta: Dep.Dik.Bud: PT. Proyek Pembinaan Pendidikan.

Bonner (2002). Definisi interaksi sosial [online]. Tersedia:

http://carapedia.com/pengertian_definisi_interaksi_sosial_menurut_para_ahli _info965. html. [23 januari 2011]

Christie. et.al.(2011). Langkah Awal Berinteraksi Dengan Anak Autis. Terjemahan oleh Yana Shanti Manipuspika. 2011. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Danuatmaja. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.

Delphi. (2006). Terapi Permainan 1. Bandung: Rizqi Press. ……....(2006). Terapi Permainan II. Bandung: Rizqi Press.

Depdiknas. (2002). Pendidikan Anak Autis Modul seri pendidikan keluarga. Jakarta: Ditjend Diklusepora Depdiknas RI

Fitriyah. (2010). Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Autis Melalui Permainan “Gobak Sodor” Dalam Bimbingan Kelompok. Surabaya. Jurnal PPB Unesa.

Ginanjar. (2008). Menjadi Orang Tua Istimewa, Panduan Praktis Mendidik Anak Autis. Jakarta : Dian Rakyat

Hardiono. (2003). Kapan Terapi Anak Autis Dapat Disebut “Mengalami

Kemajuan”?. [online]. Tersedia

http://www.puterakembara.org/artikel/00000021.shtml.[20juli 2012]. Maryati, & Suryawati, (2003).Sosiologi 1. Jakarta: Erlangga.

Masitoh. (2005). Pembelajaran Pada Anak Prasekolah.Jakarta :Bumi Aksara.

Mawuntu, (2002). Efektifitas Latihan Modivikasi Perilaku Terhadap Perilaku Anak Autisme. Skripsi. Tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar.

Mugiarso. Dkk. (2004). Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang

Murdiyatmoko & Handayani. (2004). Sosiologi 1. Jakarta: Grafindo Media Pratama Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Teori dan


(5)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peeters. Tanpa Tahun. Panduan Autisme Terlengkap. Terjemahan oleh Oscar H. Simbolon dan Yayasan Suryakanti-Bandung. 2009. Jakarta : PT. Dian Rakyat.

Prayitno.(1999). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

……….. (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Priyono. (2006). Sosiologi Untuk Tingkat SMA Kelas X. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia Printing.

Rachmaniar. (2009). Pengetahuan, Sikap, Perlakuan Guru dan Orang Tua Dalam Pengembangan Interaksi Sosial Anak Autis di TK Pertiwi DWP Setda Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis. UNM

Romlah. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sri. (2005). Konseling dan Terapi dengan Anak dan Orang Tua. Jakarta : PT. Grasindo

Sugiyono. (2011). Metode penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sujarwanto. (2005). Terapi Okupasi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Depdiknas. Dirjendikti. Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Jakarta 2005

Sukmadinata. (2007). Bimbingan & Konseling dalam Praktek Mengembangkan Potensi dan Kepribadian Siswa. Bandung: Maestro

Sunanto. (2012). Pendidikan Inklusi Dalam Realitas. Diffa (14 Februari 2012) Sunanto. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI PRESS Suparno. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius Tarsidi dan Alimin (2009) Definisi Autisme. [online]. Tersedia:

http;//www.z-alimin.blogspot. [28 januari 2013]

Tanpa Nama (TanpaTahun). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia 2012. Bandung: Tanpa Penerbit

Tim Sosiologi. (2002). Interaksi Sosial Sebagai Kebutuhan Pokok Manusia. [online]. Tersedia: http://vidyvirgo-virgo.blogspot.com /2010/03/interaksi-sosial.html. [28 januari 2010]


(6)

Wahyu Firmansyah, 2013

Pengaruh Penggunaan Pendekatan Bimbingan Kelompok Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autistik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tim Sosiologi. (2002) Peran Interaksi Sosial dalam Masyarakat [online]. Tersedia: http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/47/sosiologi_interaksi_sosial. html. [28 oktober 2012]

Winkel. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.

Yunus. (2009). Bermain. Pengantar bagi penerapan pendekatan Beyond Centers