MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOGNITIF MORAL DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER (Studi Kasus Kelas IV SDN 2 Pasirtamiang).

(1)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOGNITIF MORAL DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER

(Studi Kasus Kelas IV SDN 2 Pasirtamiang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Risa Wismaliya

NIM1004164

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2014


(2)

Pendidikan Karakter

(Studi Kasus di Kelas IV SDN 2 Pasirtamiang Kec. Cihaurbeuti Kab. Ciamis)

Oleh Risa Wismaliya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Risa Wismaliya 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOGNITIF MORAL DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER

(Studi Kasus Pendidikan Karakter di Kelas IV SDN 2 Pasirtamiang)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I,

Prof. DR. H. Cece Rakhmat, M.Pd. NIP. 195204221976031004

Pembimbing II,

Dra. Hj. Reni Bakhraeni, M.Pd. NIP. 195111151970032001

Diketahui Oleh Ketua Program Studi PGSD

UPI Kampus Tasikmalaya,

Drs. Rustono W.S., M.Pd. NIP. 195206281981031001


(4)

BABED ON COGNITIVE MORAL TEACHING LEARNING

MODEL TO ACTUALIZE THE EDUCATION CHARACTER

Risa Wismaliya,Cece Rakhmat, Reni Bakhraeni

Program S1-PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus TasikmUaya

Abstrac

This research is about the case study of the teaching learning model based on the cognitive moral on Indonesia Language subject in 4th grade in Pasirtamiang 2 Elementary school in a working to actualize the education character. Background of the research is started from the teaching learning process done at that school by using the based on the cognitive moral teaching learning model that is worried about the moral degradation of the Indonesia nation morality that nowadays appears actual news about the abuse to the under age children, sex abuse, etc. The data gotten from Menkokesra 2006 in Kusnaedi (2013. Page 5) states that "there're not any provinces in Indonesia those are free from Hiv/aids, the development shows 10%", so that the role of family especially father and mother and the school especially teacher is important in making a habitual of daily acitivities done morally that can be a characteristic in a personality of someone. This research explains about the steps of based on cognitive moral teaching learning model starts from the planning, actuating, and evaluating. The method used is case study with a qualitative approach. The explanation covers the compatibility of the teaching learning planning with the action and the students' learning results and all of the acitivities done those are the characteristics hoped within. Those education characteristics are related to 18 value of education culture and characteristics of Indonesia nations. This based on cognitive moral teaching learning model has been united into every teaching learning process in giving the morality message and imposing education by characteristics but this research explains how to do the teaching learning process by using the based on the cognitive moral teaching learning model in the real life.


(5)

DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER

Risa Wismaliya, Cece Rakhmat, Reni Bakhraeni

Program S1-PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus TasikmUaya

Abstrak

Penelitian ini mengenai studi kasus model pembelajaran berbasis kognitif moral pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV di SDN 2 Pasirtamiang dalam upaya mewujudkan pendidikan karakter. Latar belakang penelitian ini berawal dari proses pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah Dasar tersebut dengan menggunakan model pembelajaran berbasis kognitif moral yang merasa khawatir dengan degradasi moral bangsa Indonesia yang belakangan ini muncul berita aktual mengenai kekerasan kepada anak dibawah umur, pelecehan seksual, dan lain-lain. Data yang didapatkan dari Menko Kesra, 2006 dalam Kusnaedi (2013, hlm. 5) menyatakan bahwa “tidak ada satu provinsi-pun di Indonesia yang terbebas dari HIV/AIDS.perkembangannya menunjukkan 10 %”, sehingga peran orang tua dan sekolah khususnya guru penting menanamkan kebiasaan hidup bermoral yang kemudian akan menjadi karakter dalam diri seseorang. Penelitian ini memaparkan mengenai tahapan (sintaks) model pembelajaran berbasis kognitif moral dari mulai perencanaan, pelaksaan dan evaluasi. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pembahasannya mencakup kesesuaian perencanaan pembelajaran (RPP) dengan pelaksanaan dan hasil belajara siswa serta semua kegiatan yang dilakukan memuat karakter yang diharapkan. Karakter tersebut (Education character) mengacu kepada 18 nilai pendidikan budaya dan karater bangsa. Model pembelajaran berbasis kognitif moral ini sudah terpadu kepada setiap pembelajaran dalam memberikan pesan moral dan penanaman pendidikan karakter namun penelitian ini memaparkan bagaimana pelaksanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral di lapangan.


(6)

vi Halaman Pengesahan

Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah dan Bebas Plagiarisme ... i

Kata Pengantar ... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Abstrak ... v

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN A. Sekolah Dasar sebagai Wadah Transformasi Nilai-Nilai Moral ... 12

B. Pendidikan Karakter ... 14

C. Konsep Kognitif Moral dan Pandangannya Menurut Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg ... 18

D. Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral ... 20

E. Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral dalam Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter ... 23

F. Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral melalui Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 25

G. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP tahun 2006) Menjelang Kurikulum 2013 ... 26


(7)

vii

B.Desain Penelitian dan Justifikasi Pemilihan ... 31

C.Metode Penelitian ... 31

D.Definisi Operasional ... 32

E.Instrumen Penelitian ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G.Analisis Data... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Identitas Sekolah...40

B.Data Hasil Penelitian ...41

1. Perencanaan...41

2. Pelaksanaan ...52

3. Hasil Belajar Siswa ...74

C.Pembahasan Data ...97

1. Perencanaan...97

2. Pelaksanaan ...10

4 3. Evaluasi ...10

5 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 107

B.Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 113 RIWAYAT HIDUP


(8)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembahasan masalah moral bangsa Indonesia menjadi pembicaraan hangat yang tiada hentinya. Degradasi moral menjadi masalah nasional, seperti tawuran pelajar sekolah di beberapa daerah di nusantara, adanya geng motor yang mengganggu ketertiban dan membuat risau masyarakat juga yang lebih jauh lagi adalah korupsi. Masalah korupsi ini nyaris ada di setiap pemberitaan layar kaca dan media cetak sebagai kasus yang belum ada penyelesaiannya secara efektif. Mayoritas para pemimpin negara yang terjerat kasus ini, namun ironis pula jika kita lihat pada internet google searching kemudian mengetik kata “pelajar” maka situs yang keluar diantaranya ; vidio mesum pelajar, vidio tawuran pelajar, web pelajar menonton vidio porno dan lain-lain yang mayoritas adalah hal negative, itu menunjukkan kejadian tersebut sering terjadi dan sering dilihat kebanyakan orang. Pemberitaan aktual terkini pun mengangkat masalah pelecehan seksual pada anak, dalam pemberitaan tersebut dinyatakan bahwa anak yang menjadi korban adalah siswa di sekolah yang berbasis internasional. Kendati demikian, lebel sekolah di metropolitan bahkan berbasis internasional sekalipun belum tentu menjamin seseorang dapat berperilaku baik. Pemberitaan yang marak pula seperti kasus pedofilia yang menghantui anak remaja. Para pelajar adalah mereka para pemuda yang akan mengisi kemerdekaan Indonesia dan menjadi generasi penerus bangsa, akan tetapi sedikit sekali yang menyadarinya karena bisa jadi para koruptor hari ini adalah mereka yang tidak mendapatkan penyadaran berkelakuan baik di masa lalu sehingga dalam hal ini, manusia tidak butuh sekedar pintar akan tetapi perlu ada nilai-nilai moral yang dianutnya. Moral yang baik sebagai pedoman dalam berperilaku, sehingga manusia Indonesia tidak hanya sekedar pintar tetapi bermoral.


(9)

Ada nilai-nilai yang belum sepenuhnya tertanam dengan baik berkaitan dengan tingkah laku seorang manusia mengenai kualitas sikap dan moral generasi muda. Para pemuda yang kemudian menjadi pemimpin bangsa harus mulai melek dan memproteksi diri terhadap degradasi moral yang mengancam sebayanya. Sesuai dengan pendapat Muhammad Rohman (2012, hlm.1) menyatakan bahwa “hal ini (degradasi moral) didasarkan pada fakta dan persepsi masyarakat tentang menurunnya kualitas sikap dan moral generasi muda”. Sejumlah organisasi, kelompok maupun lembaga mengangkat pembahasan masalah moral ini dengan serius, misalnya saja di bidang pendidikan. Pendidikan sebagai wadah yang memuat komponen-komponen dalam proses pembelajaran, merupakan sarana yang efektif bagi penanaman moral generasi Indonesia. Hal tersebut dapat dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas, di luar kelas dan juga di masyarakat dengan bimbingan guru dan orang tua. Sekolah dasar merupakan pendidikan dasar yang seyogyanya disadari bersama bahwa di sekolah dasarlah siswa memulai untuk memasukan nilai-nilai moral yang belum pernah ditemui sebelumnya serta memasukan banyak informasi untuk ia tiru bahkan menjadi pegangan contoh berperilaku saat sekolah dan yang terpenting dapat diaplikasikan setelah lulus dari sekolah. Dharma, dkk (2011, hlm.9) dalam Amirulloh (2012, hlm.23) mengatakan bahwa “tujuan pentingnya adalah memfasilitasi pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah”. Selain itu fungsi pendidikan dipaparkan oleh Hasan Langgulun (1980, hlm.23) dalam Hamdani dan Beni (2013, hlm.5 ) mengenai empat fungsi pendidikan ;

Fungsi edukatif artinya mendidik dengan tujuan memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa agar terbebas dari kebodohan ;

Fungsi pengembangan kedewasaan berpikir melalui proses transmisi ilmu pengetahuan ;

Fungsi penguatan keyakinan terhadap kebenaran yang diyakini dengan pemahaman ilmuan ;

Fungsi ibadah sebagai pengabdian hamba kepada Sang Pencipta yang telah menganugerahkan kesempurnaan jasmani dan rohani kepada manusia.


(10)

Maka dari itu, pendidikan berperan terhadap penanaman nilai-nilai, khususnya nilai moral. Moral adalah “ajaran baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya” (Suharso, 2013, hlm.237). Ketika manusia bertingkah laku berdasarkan moral dan menjadi kebiasaan, kemudian individu tersebut melakukannya secara berketerusan (continue) maka akan melahirkan karakter. Karakter adalah “akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak” (Suharso, 2013, hlm.223). Manusia yang berkarakter berarti manusia yang memiliki kepribadian, memiliki tabiat. Jadi karakter seorang manusia tidak dapat lepas dari tingkah laku, dan tingkah laku berkaitan dengan moral.

Dalam aspek pendidikan khususnya pendidikan formal, aktivitas pendidikan dalam kegiatan belajar mengajar memerlukan perhatian khusus dalam memberikan pesan moral kepada siswa berkaitan dengan tujuan pengadaan pendidikan karakter. Dengan hal ini seorang manusia memiliki karakter dalam dirinya (abstrak) dan diejawantahkan melalui tingkah laku (nyata), tingkah laku itu tentu saja berkaitan dengan nilai-nilai moral. Moral yang baik akan mewarnai karakter yang baik dan sebaliknya. Meskipun hingga saat ini belum ada rumusan tunggal tentang pendidikan karater yang efektif, tetapi tidak ada salahnya jika mengikuti nasihat dari Character education partnership bahwa untuk dapat mengimplementasikan program pendidikan karakter yang efektif, seyogyanya memenuhi 11 prinsip, salah satunya pada poin 5 yakni “sekolah menyediakan kesempatan yang luas bagi para siswa untuk melakukan berbagai tindakan moral/ moral action” (Amirullah, 2012, hlm.36-37). Tindakan moral dalam proses pembelajaran dapat diterapkan dalam model pembelajaran berbasis moral. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarbaini (2012, hlm.4) mengatakan bahwa “Dari berbagai model pembelajaran karakter moral warga negara (civics virtue), ada dua model yang lebih kaitannya dengan problem kerancuan dan dilema nilai moral, yaitu model perkembangan kognitif dan model klarifikasi nilai”.


(11)

Di Sekolah Dasar pembelajaran karakter sudah terpadu dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar siswa baik itu secara tersurat maupun secara tersirat. Sebenarnya pendidikan moral termasuk kepada mata pelajaran PKn, tetapi alat komunikasi yang digunakan untuk menanamkan moral menggunakan Bahasa Indonesia, hal ini disebabkan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dilaksanakan secara lisan dan tulisan dan bukan untuk mata pelajaran PKn saja tetapi mencakup semua mata pelajaran yang digariskan kurikulum. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran model kognitif moral merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam pembentukan sumber daya manusia dalam pendidikan yaitu sebagai upaya mengaktifkan struktur kognitif siswa agar dapat membangun makna dari apa yang dipelajari. Pengertian dari kognitif adalah “kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan termasuk perasaan, kesadaran, dsb atau usaha mengenai sesuatu melalui pengalaman sendiri” (Suharso, 2013, hlm. 256) dengan demikian model kognitif dapat membantu proses belajar siswa salah satunya dalam memaknai sesuatu.

Model pembelajaran berbasis kognitif moral telah dilaksanakan di kelas IV SDN 2 Pasirtamiang sehingga peneliti tertarik untuk menelitinya. Model ini dapat diterapkan di mata pelajaran PKn namun dalam pelaksanaannya dapat dikembangkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV pada standar kompetensi berbicara dan menulis sesuai yang digariskan kurikulum tahun 2006 (KTSP) dengan Standar Kompetensi menulis “Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman dan pantun anak” (Depdiknas, 2007, hlm. 8) serta pada Kompetensi Dasarnya “menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dan memperhatikan penggunaan ejaan” (Depdiknas, 2007,hlm.8). Standar Kompetensi dalam berbicara “mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dengan berbalas pantun dan bertelepon” (Depdiknas, 2007, hlm. 8) serta Kompetensi Dasarnya “menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan isi pesan” (Depdiknas, 2007, hlm. 8).


(12)

Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki beberapa tujuan dalam kurikulum 2006 (KTSP) yang relevan dengan model pembelajaran berbasis kognitif moral, yaitu “….bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan” (Depdiknas, 2007, hlm.6) karena pada pembelajaran berbasis kognitif moral ini menggunakan Stndar Kompetensi dan Kompetensi Dasarnya pada bagian berbicara (lisan) dan menulis (tulisan) yang dikaitkan dengan moral (etika). Tujuan yang relevan pun tertuang pada poin ke-4 yaitu “menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial” (Depdiknas, 2007, hlm.6) dalam tujuan ini tercantum kemampuan intelektual, hal ini sesuai dengan pembelajaran yang menggunakan kognitif. Pada pembelajaran berbasis kognitif moral pun kematangan emosional dan sosial merupakan relevansi dari moral pada model pembelajaran berbasis kognitif moral. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan telah memulai pembelajaran dengan nilai-nilai karakter, hal ini menunjang dengan terselenggaranya kurikulum 2013 yang mengunggulkan afektif juga berkaitan dengan merealisasikan pendidikan karakter di Indonesia. Maka dari itu peneliti akan meneliti “model pembelajaran berbasis kognitif moral dalam upaya mewujudkan pendidikan karakter”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas permasalahan difokuskan pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis kognitif moral dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar dari respon siswa. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan yaitu pada proses pembelajaran yang menghasilkan reaksi siswa baik dalam pembicaraan (Speaking) maupun tulisan (Writing) dan kaitannya dengan 18 karakter yang diusung dalam pendidikan karakter.


(13)

(nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab).

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada proses pembelajaran menggunakan model kognitif moral dan kaitannya dengan perwujudan pendidikan karakter menjadi variabel utama yang akan diteliti pada siswa kelas IV Sekolah Dasar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kaitannya adalah dalam mencapai Standar Kompetensi pada pelajaran Bahasa Indonesia, siswa melakukan tahapan pembelajaran yang disiapkan oleh guru dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan hasil dari pembelajaran sebagai salah satu variabel yang berkaitan pula dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter. Model pembelajaran berbasis kognitif moral adalah variable X nya, dan pendidikan karakter dengan 18 nilai budaya luhur bangsa adalah variable Y nya.

Adapun pertanyaan pada rumusan masalah ini, adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral dalam mewujudkan pendidikan karakter di SDN 2 Pasirtamiang ?

2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral di SDN 2 Pasirtamiang ?

3. Bagaimana hasil belajar dari proses pembelajaran dalam mewujudkan pendidikan karakter di SDN 2 Pasirtamiang ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral dalam mewujudkan pendidikan karakter di SDN 2 Pasirtamiang.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan dalam model pembelajaran berbasis kognitif moral di SDN 2 Pasirtamiang.


(14)

3. Untuk mengetahui hasil belajar dari proses model pembelajaran berbasis kognitif moral dalam mewujudkan pendidikan karakter di SDN 2 Pasirtamiang.

D. Manfaat Penelitian

Husain dan Purnomo (1998) dalam Masyhuri dan Zainuddin (2011:102) menyatakan bahwa “manfaat dari penelitian meliputi manfaat teoritis dan praktis”. 1. Manfaat teoretis dari permasalahan ini adalah sebagai pengembangan

konsep-konsep disiplin kerja, berkaitan dengan teori atau menghasilkan sebuah teori berkenaan dengan model pembelajaran berbasis kognitif moral dan hubungannya dengan pendidikan karakter.

2. Manfaat praktis dari permasalahan ini berkaitan dengan manfaat yang bisa dilakukan oleh guru atau tenaga pengajar dan siswa.

a. Bagi Guru : guru dapat mengembangkan model pembelajaran yang memuat pesan

moral dalam setiap proses belajar siswa.

b. Bagi siswa : siswa akan memperoleh pemahaman berpikir yang mengarah kepada

ranah kognitif namun memiliki nilai moral yang akan menjadi bekal kehidupan siswa di masa mendatang. Siswa pun akan mendapatkan pemahaman menganai alasan yang ia pilih dalam menentukan setiap perilaku bermoral.

c. Bagi peneliti : sebagai calon pendidik, penelitian ini dapat menjadi bahan kajian khususnya dalam model pembelajaran berbasis kognitif moral dalam upaya mewujudkan pendidikan karakter.

d. Bagi pembaca : penelitian ini dapat dijadikan literatur mengenai model pembelajaran berbasis kognitif moral dalam penelitian yang berkaitan dengan hal ini atau penelitian selanjutnya.

e. Bagi pendidikan : untuk dijadikan bahan referensi dalam proses belajar siswa bahwa model pembelajaran berbasis kognitif moral dapat dijadikan sebagai upaya mewujudkan pendidikan karakter.


(15)

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi menggambarkan muatan-muatan penelitian secara sistematis, berikut adalah gambaran secara umumnya :

1. Halaman Pengesahan

2. Pernyataan Keaslian Skripsi

3. Kata Pengantar

4. Ucapan Terima Kasih

5. Abstrak

6. Daftar Isi

7. Daftar Tabel

8. Daftar Gambar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah Penelitian

C. Rumusan Masalah Penelitian

D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR

A. Sekolah Dasar Sebagai Wadah Transformasi Nilai-Nilai Moral B. Konsep Kognitif Moral Menurut Para Ahli

C. Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral D. Pendidikan Karakter

E. Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral Berbasis Kognitif Moral Dengan Upaya Mewujudkan Pendidikan Karakter

F. Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral Melalui Pembelajaran Bahasa Indonesia


(16)

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Subjek Penelitian

B. Desain Penelitian Dan Justifikasi Pemilihan C. Metode Penelitian

D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

G. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan Hasil Analisis Data

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

B. Saran

Berikut pemaparan secara rincinya :

9. Bab I Pendahuluan yaitu, menggambarkan latar belakang penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan alasan mengapa masalah tersebut diteliti. Dalam latar belakang terdapat alasan rasional, uraian tentang gejala-gejala kesenjangan antara harapan dan kenyataaan yang terdapat dilapangan. Kemudian identifikasi dan perumusan masalah memaparkan mengenai fokus dan batasan masalah yang ingin diteliti, perumusan masalah berupa kalimat pertanyaan. Tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai yang diselaraskan dengan pertanyaan penelitian. Manfaat penelitian memaparkan mengenai kebermanfaatan penelitian ini khususnya bagi siswa, guru dan pendidikan.

Serta struktur organisasi skripsi yang memaparkan gambaran seluruh isi skripsi secara sistematis.


(17)

10.Bab II Kajian pustaka, menggambarkan pemaparan mengenai kepustakaan seperti teori-teori yang mendukung dan relevan terhadap penelitian, kajian pustaka pun menjadi landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan dan tujuan penelitian. Beberapa kajian pustaka dalam penelitian ini yaitu menjelaskan mengenai Sekolah Dasar sebagai wadah transformasi nilai-nilai moral, konsep kognitif moral menurut para ahli, model pembelajaran berbasis kognitif moral, pemaparan pendidikan karakter, model pembelajaran berbasis kognitif moral dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter. Model pembelajaran berbasis kognitif moral melalui pembelajaran Bahasa Indonesia serta pendidikan karakter dalam kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini telah digunakan dibeberapa sekolah sehingga untuk mempersiapkan pemerataannya kurikulum 2013 dimasukkan kedalam kajian pustaka.

11.Bab III Metode penelitian, menggambarkan penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk beberapa komponen lainnya seperti : lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian dan justifikasi dari pemilihan desain penelitian itu, metode penelitian dan justifikasi dari penggunaan metode penelitian tersebut, definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variabel melahirkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian. Kemudian instrumen penelitian pada penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi serta justifikasinya. Analisis data berupa laporan secara rinci berdasarkan tahap-tahap analisis yang dilakukan. Data diperoleh dari setiap sumber data ditriangulasi untuk meyakinkan bahwa semua data dari semua sumber mengarah pada simpulan yang sama. Tidak lupa data ini dikaitkan pula dengan teori yang dipakai.


(18)

12.Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, menggambarkan mengenai pemaparan data dari data-data yang telah dikumpulkan dalam penelitian kemudian memaparkan ringkasan singkat mengenai temuan penelitian dengan tujuan

penelitian. Hasil analisis memaparkan mengenai perencanaan model

pembelajaran bebasis kognitif moral, pelaksanaannya dan hasil belajar siswa. Selanjutnya pembahasan data membahas mengenai apakah data dapat menjawab pertanyaan penelitian (tahapan perencanaan, pelaksanaan dan hasil evaluasi), serta mendiskusikan data dengan menghubungkankannya dengan teori dan implikasi hasil penelitian. Data dan pembahasan yang akan dipaparkan oleh peneliti akan menggunakan organisasi tematik yaitu langsung mengemukakan pemaparan kemudian pembahasannya, dan seterusnya.

13.Bab V Simpulan dan Saran, menggambarkan simpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Saran atau rekomendasi ditulis setelah simpulan dapat ditujukan kepada pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan juga dapat kepada para peneliti berikutnya. Pada bab ini pula akan disampaikan keterbatasan peneliti yang berkaitan dengan metode penelitian.

14.Daftar Pustaka

15.Lampiran-Lampiran


(19)

30 A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SDN 2 Pasirtamiang. Hal ini disebabkan, visi sekolah yang menjunjung pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran, dan tenaga pengajar yang mulai memasukan nilai-nilai pendidikan karakter. SDN 2 Pasirtamiang berlokasi di Dusun Landeuh Desa Pasirtamiang Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis Jawa Barat.

2. Subjek Penelitian

Dalam pandangan pendekatan kualitatif, Sugiyono (2012 : 285) menyatakan bahwa :

gejala itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menempatkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek ; tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berintreaksi secara sinergis.

Sesuai dengan pernyataan diatas, maka subjek penelitian ini berpusat pada : 1. Tempat (place) : bertempat di SDN 2 Pasirtamiang. Kelas yang akan diteliti

adalah siswa kelas IV.

2. Pelaku (actor) : yang bersangkutan adalah guru sebagai pembimbing dan fasilitator, serta siswa sebagai subjek belajar.

3. Aktivitas (activity) : berfokus kepada aktivitas model pembelajaran berbasis kognitif moral dari mulai perencanaan, pelaksanaan sampai kepada evaluasi. Maka dapat ditarik simpulan bahwa fokus penelitian adalah model pembelajaran berbasis kognitif moral pada siswa kelas IV SDN 2 Pasirtamiang.


(20)

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV, selain studi kasus model kognitif moral ini terjadi pada kelas IV, hal ini pun sesuai dengan pertimbangan bahwa kelas IV adalah kelas tinggi pertama dan satu tingkatan diatas kelas rendah yang rata-rata usia mereka 9-10 tahun. Teori perkembangan Piaget mengemukakan usia 6-12 tahun adalah usia resiprositas (Sarbaini 2012 :9).

B. Desain Penelitian dan Justifikasi Pemilihan

Penelitian yang dilakukan di SDN Pasirtamiang 2 menggunakan pendekatan kualitatif yang pada hal ini akan meneliti sebuah studi kasus. Peneliti melakukan studi pendahulan, dan mendapatkan suatu permasalahan dimana Sekolah Dasar tersebut menggunakan model pembelajaran berbasis kognitif moral pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Secara tidak langsung proses pembelajaran seperti ini menanamkan nilai-nilai moral dan pembentukan karakter yang terarah. Sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia yang mengusung pendidikan karakter serta sesuai dengan visi dan misi Sekolah Dasar tersebut. Selanjutnya peneliti melakukan penelitian yakni mengobservasi secara langsung proses kegiatan pembelajaran dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang kemudian mendapatkan hasil data dari siswa berupa speaking dan writing yang berkaitan dengan 18 karakter yang berkaitan pendidikan karakter. Data tersebut diolah dan disesuaikan dengan kajian pustaka ataupun teori yang telah dipaparkan sebelumnya. Kemudian dianalisis sehingga mendapatkan data bahwa penelitian yang telah dilakukan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Data yang telah cukup diperoleh kemudian disimpulkan.

C.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. “Salah satu konsep kunci pendekatan kualitatif adalah pemahaman” (Margono, 2009:44). Oleh karena itu model pembelajaran kognitif moral menanamkan pemahaman terhadap siswa terkait karakter yang harus ada dalam diri kita. Ini merupakan hal umum dalam kegiatan pembelajaran.


(21)

Model-model pembelajaran sering digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dimaksud, selanjutnya pendekatan ini bersifat fleksibel karena kejadian tersebut telah terlaksana sehingga peneliti secara alamiah meneliti kejadian yang nampak. Desain dalam metode kualitatif ini berkembang dan muncul dalam proses penelitian, itu berarti peneliti bisa melakukan penelitian lebih dari satu kali, data yang didapatkan pun akan snowball dan terus berkembang.

Pendekatan kualitatif ini digunakan dengan justifikasi bahwa penelitian ini memiliki tiga ciri khusus dalam desain penelitian sesuai dengan apa yang dipaparkan di atas, yaitu “umum, fleksibel serta berkembang dan muncul dalam proses penelitian” (Sugiyono, 2012, hlm.23). Sehingga permasalahan yang terjadi di Sekolah Dasar yang diteliti cocok menggunakan metode penelitian ini (Kualitatif, studi kasus).

D. Definisi Operasional

Definisi operasional ini merumuskan setiap variabel yang diteliti kemudian akan dipaparkan dalam instrumen penelitian. Pada penelitian ini, definisi operasional dari setiap variabelnya adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran berbasis kognitif moral

Model pembelajaran biasa digunakan dalam perencanaan seorang guru sebelum proses pembelajaran (dalam RPP). Model pembelajaran ini sebagai suatu contoh atau desain yang meng-cover kegiatan belajar. Dalam hal ini model pembelajaran berbasis kognitif moral merupakan model pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai moral sebagai suatu pegangan yang dimiliki oleh individu melalui pemikiran kognitif (penalaran). Siswa tidak hanya memiliki daya nalar yang berpengetahuan akan tetapi memiliki alasan yang bermoral dari setiap keputusan yang diambilnya. Diharapkan rancangan model pembelajaran ini dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.


(22)

2. Pendidikan Karakter

Kurikulum terbaru di Indonesia yang telah digunakan dibeberapa Sekolah Dasar adalah kurikulum 2013, namun pendidikan karakter ini telah disematkan pada KTSP tahun 2006, sehingga guru dan siswa melanjutkan dan siap menyambut kurikulum baru. Dalam kurikulum 2013 aspek afektiflah yang dimunculkan. Menurut Suharso Afektif “berkenaan dengan perasaan, mempengaruhi keadaan perasaan dan emosi” (2013, hlm.18) sehingga afektif dapat dikatakan sebagai sikap yang ada pada seseorang dan sikap yang berketerusan akan menjadi karakter dalam diri seorang individu. Dalam hal ini perlu adanya pendidikan karakter dalam setiap pelaksanaan kurikulum. Pengimplementasian pendidikan karakter, Muhammad Rohman mengatakan bahwa “ pendidikan karakter dimulai dari guru yang harus memiliki karakter yang baik, yang memiliki nilai-nilai kehidupan dan mencintai para muridnya” (2012, hlm. 233) sehingga awal penanaman karakter yang baik terhadap siswa adalah dimulai dari guru sebagai teladan yang baik. Pendidikan karakter ini mengedepankan nilai-nilai dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan penuh makna dan guru menempatkan siswa sebagai subjek. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh M.Rohman “guru berkarakter mengajar dengan pengajaran biofil, yang mengedepankan nilai-nilai dan jiwa yang hidup, dengan cinta dan kasih sayang” (2012, hlm. 233). Sehingga pendidikan karakter yang dicita-citakan bangsa Indonesia dapat terwujud melalui proses pembelajaran siswa di sekolah.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti itu sendiri. Sebagaimana diungkapkan dalam Jurnal Penelitian oleh Pupu Saepul Rahmat (2009 : 4) bahwa “peneliti sebagai alat penelitian” pada 15 ciri penelitian kualitatif. Artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara. Pedoman observasi, wawancara dan studi dokumentasi akan dipaparkan secara lebih jelasnya pada pembahasan selanjutnya.


(23)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan melalui observasi langsung, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Peneliti mengobservasi proses model pembelajaran berbasis kognitif moral di kelas IV SDN 2 Pasirtamiang. Mencatat semua kegiatan dari mulai perencanaan; dengan melihat kesiapan guru dari mulai pembuatan RPP berkarakter sampai pada pengkondisian persiapan belajar dimulai, pelaksanaan; peneliti akan mengobservasi tahapan-tahapan pembelajaran (sintaks) yang dilaksanakan oleh siswa dan guru, mencatat setiap kejadian yang terjadi pada siswa, seperti keaktifan siswa, pola berpikir siswa tentang kisah dilema moral yang diberikan oleh guru serta alasan siswa dalam mengemukakan pendapat yang ada kaitannya dengan moral dan karakter yang ditentukan (18 karakter yang diharapkan). dan pada tahap evaluasi ; peneliti akan mengobservasi hasil jawaban siswa dari tulisan, mengenai kisah dilema moral dan dilihat apakah ada kaitannya dan dapat mewujudkan pendidikan karakter dari setiap stimulus yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat dilakukan dalam beberapa kali pertemuan belajar. Persiapan komponen observasi yang dilakukan oleh peneliti sebagai contoh kecilnya adalah selalu menyiapkan alat tulis, maupun alat rekam di setiap jadwal penelitian.

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan kepada guru kelas IV SDN 2 Pasirtamiang sebagai pembimbing dan fasilitator yang memimpin proses pembelajaran. Selain itu wawancara pun dilakukan kepada siswa kelas IV SDN 2 Pasirtamiang yang mengikuti proses kegiatan belajar secara langsung. Hal-hal yang akan ditanyakan seputar pembelajaran berbasis kognitif moral yang kemungkinan siswa belum pernah mengalami model belajar seperti ini. Dilanjut kepada wawancara semi struktur ketika siswa melaksanakan pembelajaran dan mengerjakan tugas kognitif moralnya.


(24)

a. Kepada guru : bertanya semi struktur mengenai perencanaan, pelaksanaan dan hasil belajar siswa yang di dalamnya terdapat karakter yang diharapkan melalui model pembelajaran berbasis kognitif moral.

b. Kepada siswa : bertanya semi struktur mengenai apa yang ditulis siswa. Sehingga tulisan dan ucapan siswa akan match serta bertanya mengenai jawaban siswa dari kisah dilema moral serta alasannya.

3. Dokumentasi

Pada teknik pengumpulan data ini, peniliti mendokumentasikan proses kegiatan model pembelajaran berbasis kognitif moral baik dalam bentuk foto, rekaman maupun hasil jawaban siswa dalam lembar kertas jawaban serta dokumenter visi dan misi sekolah yang merujuk pada pendidikan karakter. Hal-hal diluar dugaan yang terjadi di kelas dan relevan terhadap penelitian ini, akan di dokumentasikan baik berupa foto maupun video.

G. Analisis Data

Teknik pengolahan data kualitatif adalah analisis non statistik. Margono mengatakan “sehingga data yang dikumpulkan bukanlah secara random atau mekanik. Apa yang ditemukan pada suatu saat adalah satu pedoman yang langsung terdapat apa yang akan dikumpulkan berikutnya dan dimana akan dicari (2009, hlm.190).

Maka dari itu teknik analisis data didapat dari serentetan observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti. Pupu Saeful Rahmat dalam jurnal penelitian kualitatif pun menyatakan bahwa “mengadakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung dianalisa, dilanjut dengan pencarian data lagi dan dianalisis, demikian seterusnya sampai dianggap mencapai hasil yang memadai”. (2009 : 4). Selain itu dilakukan pula analisis data pada empat komponen utama yaitu : (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data, (4) penarikan kesimpulan/ verifikasi”.


(25)

a. Pengumpulan Data

Kegiatan ini digunakan untuk memperoleh informasi yang berupa kalimat-kalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang di peroleh masih berupa data yang mentah yang tidak teratur, sehingga diperlukan analisis agar data menjadi teratur. Pada penelitian ini, pengumpulan data terjadi saat pembelajaran berlangsung. Dari mulai guru mengangkat kisah dilema sampai siswa menyimpulkan serta menuliskan karakter apa yang ia rasakan selama proses belajar.

b. Reduksi Data

Merupakan suatu proses seleksi, pemfokusan penyederhanaan dan abstraksi dari field note (data mentah). Reduksi data dilakukan saat guru menganalisis hasil tulisan berupa jawaban dan alasan siswa mengenai permasalahan yang dimunculkan.

c. Sajian Data

Merupakan pengorganisasian informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Sajian data dapat berupa matriks, gambar atau skema, jaringan kerja kegiatan dan tabel. Semuanya dirakit secara teratur guna mempermudah pemahaman informasi. Sajian data dilakukan dengan menyiapkan komponen nilai-nilai pendidikan karakter yang kemudian dihubungkan dengan hasil belajar selama proses pembelajaran.

d. Penarikan Simpulan

Kesimpulan akhir akan di peroleh bukan hanya sampai pada akhir pengumpulan data, melainkan dibutuhkan suatu verifikasi yang berupa pengulangan dengan melihat kembali field note ( data mentah) agar kesimpulan yang di ambil lebih kuat dan bisa di pertanggung jawabkan. Penarikan kesimpulan ini dilakukan kembali dengan teliti seperti memberikan kembali soal kisah dilemma moral yang sederhana dan siswa menjawab secara individu beserta alasannya. Penarikan kesimpulan pun secara umum akan menyimpulkan jawaban siswa secara tertulis dan lisan dan kaitannya dengan karakter yang diharapkan dari 18 nilai luhur budaya bangsa serta kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral.


(26)

37

Pendidikan Karakter di SDN 2 Pasirtamiang

No. NILAI DESKRIPSI INDIKATOR

1 Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk

agama lain

Siswa melakukan kegiatan yang berkaitan dengan nilai religius seperti berdoa, mengucapkan syukur dan lain-lain.

2 Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam

perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

Siswa bersikap jujur dalam menjalankan kegiatan yang diamanahkan salah satunya dalam mengerjakan ulangan

atau mengisi lembar evaluasi siswa.

3 Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang

berbeda dengan dirinya.

Siswa menunjukkan sikap terbuka, menghargai terhadap menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,

sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

Siswa melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan dan tertib. Seperti tertib berbaris, duduk dan mengemukakan

pendapat dan lain-lain.

5 Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas

serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

Siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan optimal dan sungguh-sungguh. Salah satunya mengerjakan


(27)

6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

Siswa melakukan sesuatu dengan berbeda, member nilai tambah yang labih baik dari sesuatu yang telah ada. Seperti memutuskan sesuatu dengan pilihannya sendiri. 7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Siswa berperilaku dengan pendiriannya, melaksanakan tugas dengan kemampuannya.

8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

Siswa dapat bersikap mengahrgai hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9 Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang

dipelajarinya, dilihat dan didengar.

Siswa memiliki rasa ingin tahu misalnya bertanya dalam pembelajaran,

10 Semangat kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya.

Siswa menunjukkan sikap terbuka dan menempatkan kepentingan bangsa dan negara.

11 Cinta tanah air

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

Siswa menunjukkan rasa cinta tanah air. Salah satunya dengan hafal lagu wajib nasional, kepedulian terhadap

bahasa nasional dan hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan negara.

12 Menghargai

prestasi menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

Siswa menunjukkan rasa tenggang rasa terhadap tindakan orang lain. Salah satunya mendengarkan orang lain


(28)

mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain. berpendapat, tidak gaduh saat pembelajaran.

13 Bersahabat / komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

Siswa menunjukkan sikap terbuka, dan dapat bergaul dengan orang lain. Seperti mudah menjalin komunikasi

tidak eksklusif dan lain-lain.

14 Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

Siswa menunjukkan sikap mau berdamai, tidak mencari keributan atau menempatkan dirinya sebagai seseorang

yang baik terhadap orang lain.

15 Gemar

membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

Siswa memiliki kebiasaab untuk mau dan senang membaca.

16 Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitar dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki

kerusakan alam yang sudah terjadi.

Siswa menunjukkan rasa peduli, seperti menjaga kebersihan, membuang sampah pada tempatnnya,

menjalankan kewajiban membersihkan kelas.

17 Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

Siswa menunjukkan sikap empati terhadap sesama. Seperti mau memberikan bantuan kepada orang lain.

18 Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap

diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Siswa menunjukkan rasa siap melaksanakan kegiatan yang baik dengan rasa komitmen atas apa yang dilakukan. Salah satunya siswa memilih menunaikan kewajibannya terlebih


(29)

101

A. Simpulan

Simpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang model pembelajaran berbasis kognitif moral di kelas IV SDN 2 Pasirtamiang sebagai berikut :

1. Perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memiliki tahapan (sintaks) kegiatan / konten: Standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, model pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup, serta alat / bahan / sumber belajar juga lembar evaluasi siswa yang berisi kisah dilema moral. Dalam perencanaan itu telah mencapai 16 (enam belas) deskripsi nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. yaitu: (1) Kreatif, (2) mandiri, (3) disiplin, (4) rasa ingin tahu, (5) tanggungjawab, (6) religius, (7) Cinta tanah air, (8) menghargai prestasi, (9) komunikatif, (10) demokratis, (11) jujur, (12) kerja keras, (13) gemar membaca, (14) toleransi, (15) cinta damai dan (16) peduli sosial. Terdapat dua karakter yang belum tercapai dalam perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral yaitu (1) semangat kebangsaan dan (2) peduli lingkungan.

2. Pelaksanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral yang terdiri dari kegiatan pembukaan yang didalamnya terdapat kegiatan berdoa, menyanyikan salah satu lagu wajib nasional, mengecek kehadiran siswa, pemberian motivasi, menyatakan tujuan belajar dan melakukan apersepsi. Kegiatan inti di dalamnya terdapat menentukan tema untuk karangan siswa, membuat kerangka karangan, menulis karangan, membacakan hasil karangan yang telah dibuat oleh siswa, guru melakukan penjelasan terkait karangan siswa dengan kisah dilemma moral, dan


(30)

siswa mengemukakan pendapatnya dengan diskusi. Kegiatan penutup memuat kegiatan pe,berian kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal yang belum dipahami, siswa mengerjakan lembar evaluasi siswa dan pemberian tugas rumah (PR). Dari semua rangkaian kegiatan tersebut, tahap pelaksanaan dalam model pembelajaran berbasis kognitif moral telah mencapai 11 deskripsi nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu : (1) religius, (2) cinta tanah air, (3) peduli sosial, (4) rasa ingin tahu, (5) kreatif, (6) disiplin, (7) menghargai prestasi, (8) komunikatif, (9) demokratis, (10) jujur, dan (11) kerja keras. Sementara terdapat tujuh nilai yang belum tercapai yaitu : (1) gemar membaca, (2) toleransi, (3) cinta damai, (4) mandiri, (5) semangat kebangsaan, (6) peduli lingkungan, dan (7) peduli sosial.

3. Evaluasi hasil belajar siswa pada model pembelajaran berbasis kognitif moral memiliki karakter yang diharapkan setiap soalnya. Lembar evaluasi siswa yang berisi kisah dilemma moral memuat lima soal, setiap soalnya memiliki karakter yang diharapkan, karakter tersebut adalah mandiri, toleransi, cinta damai, peduli sosial dan tanggung jawab. Pada soal no.1 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak 5 siswa, dan yang tidak sesuai sebanyak 7 orang siswa. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab disiplin tiga orang, tanggung jawab tiga orang, komunikatif satu orang. Pada soal no.2 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak tiga orang. Siswa yang menjawab tidak sesuai sebanyak 9 orang siswa. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab komunikatif dua orang, religius lima orang dan yang tidak terdapat dalam 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebanyak dua orang. Pada soal no.3 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak enam orang siswa.


(31)

Siswa yang menjawab tidak sesuai pun sebanyak enam orang siswa. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab komunikatif tiga orang, tanggung jawab satu orang dan tidak terdapat dalam 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebanyak dua orang siswa.Pada soal no.4 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak sepuluh orang siswa. Dan siswa yang menjawab tidak sesuai sebanyak dua orang. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab kerja keras satu orang dan tidak terdapat dalam 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebanyak satu orang siswa. Pada soal no.5 siswa yang jawabannya dalam perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak tujuh orang siswa. Dan siswa yang menjawab tidak sesuai sebanyak lima orang. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab jujur sebanyak satu orang, komunikatif sebanyak satu orang dan peduli lingkungan sebanyak dua orang.

B. Saran

Beranjak dari simpulan yang telah dipaparkan, peneliti merekomendasikan beberapa hal tekait dengan model pembelajaran berbasis kognitif moral, yakni sebagai berikut :

1. Bagi praktisi pendidikan : Model pembelajaran berbasis kognitif moral dapat diterapkan dalam mata pelajaran secara terpadu sehingga siswa terbiasa mengaktifkan struktur kognitifnya dalam mengahdapi kisah dilemma moral, baik dalam sebuah soal dan yang lebih jauh lagi dalam kehidupan sehari-hari.


(32)

2. Bagi praktisi pendidikan : Perwujudan pendidikan karakter di Indonesia lebih diprioritaskan dalam proses pembelajaran sebagai wujud menyambut kurikulum 2013 yang mengusung afektif.

3. Bagi guru dan orang tua : Aktivitas pendidikan tidak lepas dari penanaman karakter yang baik yaitu merujuk pada 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, hal ini seyogyanya disadari bersama, baik oleh guru ataupun orang tua.

4. Bagi SDN 2 Pasirtamiang : Menanamkan karakter yang belum tercapai dalam pembelajaran, khususnya bagi kelas IV SDN 2 Pasirtamiang dan umumnya bagi seluruh praktisi pendidikan.

5. Bagi pembaca : Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penilian di masa yang akan datang.


(33)

111

Departemen nasional. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Hamdani, Hamid. Ahmad, Beni . (2013). Pendidikan karakter perspektif islam. Bandung : Pustaka Setia.

Kemendikbud. (2013). Elemen Perubahan Kurikulum2013. Power point File Kemendikbud. (2013). Rasional Kurikulum 2013. Power Point File

Kusnaedi. (2013). Pendidikan Karakter. Bekasi. DUTA MEDIA UTAMA. Kusumaningsih, Dewi, dkk. (2012). Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta :

Andi Publisher

Margono. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.

Masyhuri dan Zainuddin. (2011). Metodologi penelitian. Bandung : Refika Aditama.

Mulyasa. (2013). Manajemen pendidikan karakter. Jakarta : Bumi Aksara

Mulyoto. (2013). Strategi pembelajaran di era kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Rakhmat, C. (2013). Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berkarakter di Universitas Siliwangi. Tasikmalaya.

Rahmat, Pupu Saeful. (2009). Jurnal penelitian kualitatif. Equilibrium vol.5 no.9. Tersedia online : [yusuf.staff.ub.ac.id/.../Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf ] Tanggal akses : 17 November 2013.


(34)

Retnoningsih, A. dan Suharso.(2013). Kamus besar bahasa indonesia. Semarang : Widya Karya

Rohman, M, (2012). Kurikulum berkarakter. Jakarta : prestasi Pustakaraya Saepulrohman, Asep. Dkk. (2012). Penelitian Pengaruh Budaya Sekolah

Terhadap Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Desa Sukajadi Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis.Tasikmalaya ; UPI Kampus Tasikmalaya.

Sarbaini. (2012). Model pembelajaran berbasis kognitif moral. Yogyakarta : Aswaja Pressindo

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : ALFABETA Tarigan-Henry, G. (1981). Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa.

Bandung : Angkasa.

DIGILIB ITS. (2013). Penelitian kualitatif pdf. Tersedia online :

[C:\Users\Thinkpad\Downloads\Documents\ITS-NonDegree-14505-table-of-contentpdf_2.pdf] Tanggal akses : 17 November 2013.

Jurnal Internasional. (2013). Tersedia Online :

[https://m.facebook.com/permalink.php?story_fbid=138099669678241&=4 08087439240954]. Tanggal akses : 17 November 2013.

Viva News Online. (2014). Negara terkorup. Tersedia online :

[http://dunia.news.viva.co.id/news/read/463931-tiga-negara-terkorup-di-dunia--indonesia-masuk-rangking-berapa-]. Tanggal akses 20 Maret 2014.


(1)

101

A.

Simpulan

Simpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang

model pembelajaran berbasis kognitif moral di kelas IV SDN 2 Pasirtamiang

sebagai berikut :

1.

Perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) memiliki tahapan (

sintaks

) kegiatan / konten:

Standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi

ajar, metode pembelajaran, model pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran

yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup, serta alat / bahan / sumber

belajar juga lembar evaluasi siswa yang berisi kisah dilema moral. Dalam

perencanaan itu telah mencapai 16 (enam belas) deskripsi nilai pendidikan budaya

dan karakter bangsa. yaitu: (1) Kreatif, (2) mandiri, (3) disiplin, (4) rasa ingin

tahu, (5) tanggungjawab, (6) religius, (7) Cinta tanah air, (8) menghargai prestasi,

(9) komunikatif, (10) demokratis, (11) jujur, (12) kerja keras, (13) gemar

membaca, (14) toleransi, (15) cinta damai dan (16) peduli sosial. Terdapat dua

karakter yang belum tercapai dalam perencanaan model pembelajaran berbasis

kognitif moral yaitu (1) semangat kebangsaan dan (2) peduli lingkungan.

2.

Pelaksanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral yang terdiri dari

kegiatan pembukaan yang didalamnya terdapat kegiatan berdoa, menyanyikan

salah satu lagu wajib nasional, mengecek kehadiran siswa, pemberian motivasi,

menyatakan tujuan belajar dan melakukan apersepsi. Kegiatan inti di dalamnya

terdapat menentukan tema untuk karangan siswa, membuat kerangka karangan,

menulis karangan, membacakan hasil karangan yang telah dibuat oleh siswa, guru

melakukan penjelasan terkait karangan siswa dengan kisah dilemma moral, dan


(2)

108

siswa mengemukakan pendapatnya dengan diskusi. Kegiatan penutup memuat

kegiatan pe,berian kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal yang

belum dipahami, siswa mengerjakan lembar evaluasi siswa dan pemberian tugas

rumah (PR). Dari semua rangkaian kegiatan tersebut, tahap pelaksanaan dalam

model pembelajaran berbasis kognitif moral telah mencapai 11 deskripsi nilai

pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu : (1) religius, (2) cinta tanah air, (3)

peduli sosial, (4) rasa ingin tahu, (5) kreatif, (6) disiplin, (7) menghargai prestasi,

(8) komunikatif, (9) demokratis, (10) jujur, dan (11) kerja keras. Sementara

terdapat tujuh nilai yang belum tercapai yaitu : (1) gemar membaca, (2) toleransi,

(3) cinta damai, (4) mandiri, (5) semangat kebangsaan, (6) peduli lingkungan, dan

(7) peduli sosial.

3.

Evaluasi hasil belajar siswa pada model pembelajaran berbasis kognitif moral

memiliki karakter yang diharapkan setiap soalnya. Lembar evaluasi siswa yang

berisi kisah dilemma moral memuat lima soal, setiap soalnya memiliki karakter

yang diharapkan, karakter tersebut adalah mandiri, toleransi, cinta damai, peduli

sosial dan tanggung jawab. Pada soal no.1 siswa yang sesuai jawabannya dengan

perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak 5 siswa, dan

yang tidak sesuai sebanyak 7 orang siswa. Jawaban yang tidak sesuai, siswa

menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab disiplin tiga orang,

tanggung jawab tiga orang, komunikatif satu orang.

Pada soal no.2 siswa yang

sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran berbasis kognitif

moral sebanyak tiga orang. Siswa yang menjawab tidak sesuai sebanyak 9 orang

siswa. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa

yang menjawab komunikatif dua orang, religius lima orang dan yang tidak

terdapat dalam 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebanyak dua

orang.

Pada soal no.3 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model

pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak enam orang siswa.


(3)

Siswa yang menjawab tidak sesuai pun sebanyak enam orang siswa. Jawaban

yang tidak sesuai, siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab

komunikatif tiga orang, tanggung jawab satu orang dan tidak terdapat dalam 18

nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebanyak dua orang siswa.

Pada soal

no.4 siswa yang sesuai jawabannya dengan perencanaan model pembelajaran

berbasis kognitif moral sebanyak sepuluh orang siswa. Dan siswa yang menjawab

tidak sesuai sebanyak dua orang. Jawaban yang tidak sesuai, siswa menjawab

beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab kerja keras satu orang dan tidak

terdapat dalam 18 nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sebanyak satu

orang siswa.

Pada soal no.5 siswa yang jawabannya dalam perencanaan model

pembelajaran berbasis kognitif moral sebanyak tujuh orang siswa. Dan siswa

yang menjawab tidak sesuai sebanyak lima orang. Jawaban yang tidak sesuai,

siswa menjawab beberapa karakter yaitu siswa yang menjawab jujur sebanyak

satu orang, komunikatif sebanyak satu orang dan peduli lingkungan sebanyak dua

orang.

B.

Saran

Beranjak dari simpulan yang telah dipaparkan, peneliti merekomendasikan

beberapa hal tekait dengan model pembelajaran berbasis kognitif moral, yakni

sebagai berikut :

1.

Bagi praktisi pendidikan : Model pembelajaran berbasis kognitif moral

dapat diterapkan dalam mata pelajaran secara terpadu sehingga siswa

terbiasa mengaktifkan struktur kognitifnya dalam mengahdapi kisah

dilemma moral, baik dalam sebuah soal dan yang lebih jauh lagi dalam

kehidupan sehari-hari.


(4)

110

2.

Bagi praktisi pendidikan : Perwujudan pendidikan karakter di Indonesia

lebih diprioritaskan dalam proses pembelajaran sebagai wujud menyambut

kurikulum 2013 yang mengusung afektif.

3.

Bagi guru dan orang tua : Aktivitas pendidikan tidak lepas dari

penanaman karakter yang baik yaitu merujuk pada 18 nilai pendidikan

budaya dan karakter bangsa, hal ini seyogyanya disadari bersama, baik

oleh guru ataupun orang tua.

4.

Bagi SDN 2 Pasirtamiang : Menanamkan karakter yang belum tercapai

dalam pembelajaran, khususnya bagi kelas IV SDN 2 Pasirtamiang dan

umumnya bagi seluruh praktisi pendidikan.

5.

Bagi pembaca : Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penilian di

masa yang akan datang.


(5)

111

Departemen nasional. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:

Depdiknas.

Hamdani, Hamid. Ahmad, Beni . (2013). Pendidikan karakter perspektif islam.

Bandung : Pustaka Setia.

Kemendikbud. (2013). Elemen Perubahan Kurikulum 2013. Power point File

Kemendikbud. (2013). Rasional Kurikulum 2013. Power Point File

Kusnaedi. (2013). Pendidikan Karakter. Bekasi. DUTA MEDIA UTAMA.

Kusumaningsih, Dewi, dkk. (2012). Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta :

Andi Publisher

Margono. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Penerbit Rineka

Cipta.

Masyhuri dan Zainuddin. (2011). Metodologi penelitian. Bandung : Refika

Aditama.

Mulyasa. (2013). Manajemen pendidikan karakter. Jakarta : Bumi Aksara

Mulyoto. (2013). Strategi pembelajaran di era kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi

Pustakaraya

Rakhmat, C. (2013). Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berkarakter

di Universitas Siliwangi. Tasikmalaya.

Rahmat, Pupu Saeful. (2009). Jurnal penelitian kualitatif. Equilibrium vol.5 no.9.

Tersedia online : [yusuf.staff.ub.ac.id/.../Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf ]

Tanggal akses : 17 November 2013.


(6)

112

Retnoningsih, A. dan Suharso.(2013). Kamus besar bahasa indonesia. Semarang :

Widya Karya

Rohman, M, (2012). Kurikulum berkarakter. Jakarta : prestasi Pustakaraya

Saepulrohman, Asep. Dkk. (2012). Penelitian Pengaruh Budaya Sekolah

Terhadap Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Desa Sukajadi

Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis.Tasikmalaya ; UPI Kampus

Tasikmalaya.

Sarbaini. (2012). Model pembelajaran berbasis kognitif moral. Yogyakarta :

Aswaja Pressindo

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : ALFABETA

Tarigan-Henry, G. (1981). Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa.

Bandung : Angkasa.

DIGILIB ITS. (2013). Penelitian kualitatif pdf. Tersedia online :

[C:\Users\Thinkpad\Downloads\Documents\ITS-NonDegree-14505-table-of-contentpdf_2.pdf] Tanggal akses : 17 November 2013.

Jurnal Internasional. (2013). Tersedia Online :

[https://m.facebook.com/permalink.php?story_fbid=138099669678241&=4

08087439240954]. Tanggal akses : 17 November 2013.

Viva News Online. (2014). Negara terkorup. Tersedia online :

[http://dunia.news.viva.co.id/news/read/463931-tiga-negara-terkorup-di-dunia--indonesia-masuk-rangking-berapa-]. Tanggal akses 20 Maret 2014.