PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMP SWASTA FATIMA 2 SIBOLGAT.A. 2014/2015.
iv
KATA PENGANTAR
Puvi dan syukur penulis panvatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sesuai waktu yang
direncanakan.
Skripsi bervudul “Penerapan Model Pembelavaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa pada Materi Bilangan Bulat di Kelas VII SMP Swasta Fatima 2 Sibolga
T.A. 2014/2015 ” ini disusun untuk memperoleh gelar Sarvana Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada
Bapak Prof.Dr. Bornok Sinaga, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak memberikan bimbingan dan saran - saran kepada penulis sevak awal
penyusunan proposal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan
terimakasih vuga disampaikan kepada Ibu Dra. Nerli Khairarani, M.Si, Bapak Drs.
Yasifati Hia, M.Si dan Bapak Muliawan Firdaus, S.Pd, M.Si, yang telah
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan
terimakasih vuga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Sahat Siahaan, M.Pd,
selaku Dosen Pembimbing Akademik, kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Havar, M.Si,
selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku Dekan
FMIPA UNIMED, dan Bapak Drs. Syafari, M.Pd, selaku Ketua Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.
Terimakasih vuga disampaikan kepada Sr. Theresita Simbolon,
SCMM, M.Pd, selaku Kepala Sekolah dan Ibu Riris Sihombing, S.Pd selaku guru
mata pelavaran di SMP Swasta Fatima 2 Sibolga yang telah membantu selama
penelitian. Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada yang terkasih
Ayahanda A.Hutagaol dan Ibunda L.Simorangkir yang setia berdoa dan
memberikan dukungan material serta spiritual yang tak ternilai harganya hingga
v
penulis bisa memperoleh gelar Sarvana Pendidikan Matematika. Buat abang saya
Andry Leonardo Hutagaol serta adik saya Actafia Liliarti Hutagaol, Ance Leirissa
Hutagaol, dan Aygrace Lia Hutagaol terima kasih atas vasa, doa, dan semangat
yang kalian selalu berikan buat saya, saya beruntung memiliki saudara sehebat
kalian. Untuk tante Rusni Simorangkir terimakasih sudah menvaga dan mengavari
saya selama menvalani Studi Pendidikan Matematika di Unimed.
Terima kasih vuga untuk Anita, Asri Sihotang, Bethesda Butarbutar,
Efra Sinaga, Elisabeth Gultom, Ernika Samosir, Novi Simbolon, Sefta Hutauruk,
Esron Tarigan, Detrisna Sitinvak, Eka Denny, Bobby, Echa, Arnold, Anggraini,
Anastasia, Boy dan semua rekan sepervuangan di Kelas Matematika Reguler A
2010 yang telah memberikan semangat dan motivasi selama kuliah hingga
penyelesaian skripsi ini. Terakhir terimakasih untuk kak Hethy, Sonri, Jelita, kak
Yanti Marpaung, kak Anita Marpaung, dan vuga Adek Pandiangan yang selalu
menvadi teman berbagi tentang studi, keperluan kos, dan terkhusus pengervaan
skripsi.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari banyak kelemahan, baik isi maupun tata
bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat ilmu
pendidikan.
Medan, September 2014
Penulis,
Astika Laras Hutagaol
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar isi
vi
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah
7
1.3
Batasan Masalah
7
1.4
Rumusan Masalah
7
1.5
Tujuan Penelitian
8
1.6
Manfaat Penelitian
8
1.7
Definisi Operasional
9
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
2.1.1 Berpikir Kreatif
Kerangka Teoritis
10
vii
2.1.1.1
Pengertian Berpikir
2.1.1.2
10
Pengertian Kreatif
11
2.1.1.3
Pengertian Berpikir Kreatif
12
2.1.1.4
Ciri-ciri Kepribadian Kreatif
15
2.1.1.5
Berpikir Kreatif dalam Pendidikan matematika
16
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif
17
2.1.2.1 Model Pembelajaran
17
2.1.2.2 Pembelajaran Kooperatif
18
2.1.2.3
M
odel Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
20
2.1.3 Materi Pelajaran Bilangan Bulat
21
2.2
Kajian Penelitian yang Relevan
29
2.3
Kerangka Konseptual
30
2.4
Hipotesis Tindakan
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
32
3.2
Lokasi Penelitian
32
3.3
Subjek Penelitian
32
3.4
Objek Penelitian
32
3.5
Prosedur Penelitian
33
3.6
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
40
viii
3.6.1 Instrumen
40
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data
42
3.7
Teknik Analisis Data
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1
Deskripsi Hasil Penelitian
46
4.1.1
Deskripsi Tes Diagnostik
46
4.1.2
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
4.1.2.1
Hasil Analisis Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif I
48
49
4.1.2.2
Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
4.1.2.3
Deskripsi Hasil Observasi I
49
54
4.1.2.4
Deskripsi Hasil Refleksi I
56
4.1.3
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
4.1.3.1
Hasil Analisis Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif II
60
60
4.1.3.2
Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 60
4.1.3.3
Deskripsi Hasil Observasi II
4.1.3.4
Deskripsi Hasil Refleksi II
65
66
4.2
Pembahasan Hasil Penelitian
69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
71
DAFTAR PUSTAKA
72
ix
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sintakl Model Pembelajaran Kooperatif
19
Tabel 3.1. Kili-kili Tel Kemampuan berpikir Kreatif
40
Tabel 3.2. Konverli Kompetenli Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap
43
Tabel 4.1. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Lancar Pada Tel Diagnoltik
47
Tabel 4.2. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Luwel Pada Tel Diagnoltik
47
Tabel 4.3. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Original Pada Tel Diagnoltik 48
Tabel 4.4. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Lancar Pada Tel Kemampuan
Berpikir Kreatif I (TKBK I)
50
Tabel 4.5. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Luwel Pada Tel Kemampuan
Berpikir Kreatif I (TKBK I)
50
Tabel 4.6. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Original Pada Tel Kemampuan
Berpikir Kreatif I (TKBK I)
51
Tabel 4.7. Delkripli Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Kreatif Pada Tel
Kemampuan Berpikir Kreatif I (TKBK I)
53
Tabel 4.8. Delkripli Halil Oblervali Guru Melaklanakan Pembelajaran pada
Siklul I
54
Tabel 4.9. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Lancar Pada Tel Kemampuan
Berpikir Kreatif II (TKBK II)
61
Tabel 4.10. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Luwel Pada Tel Kemampuan
Berpikir Kreatif II (TKBK II)
61
Tabel 4.11.Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Original Pada Tel Kemampuan
Berpikir Kreatif II (TKBK II)
62
Tabel 4.12. Delkripli Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Kreatif Pada Tel
Kemampuan Berpikir Kreatif I (TKBK II)
63
Tabel 4.13. Delkripli Halil Oblervali Guru Melaklanakan Pembelajaran pada
Siklul II
65
Tabel 4.14. Delkripli Tingkat Kemampuan Silwa pada Tel Diagnoltik, TKBK I
dan TKBK II
67
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
34
Gambar 4.1. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Berpikir Kreatif
Pada Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
52
Gambar 4.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dalam Berpikir
Kreatif Siklus I
53
Gambar 4.3. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Berpikir Kreatif
Pada Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
63
Gambar 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dalam Berpikir
Kreatif Siklus II
64
Gambar 4.5 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa
pada Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siklus I dan II
68
Gambar 4.6 Ketuntasan Siswa Berpikir Kreatif Secara Klasikal
69
Gambar 4.7. Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
70
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Kisi-kisi Tes Diagnostik
74
Lampiran 2
Tes Diagnostik
75
Lampiran 3
Alternatif Jawaban Tes Diagnostik
76
Lampiran 4
Tabulasi Nilai Tes Diagnostik
78
Lampiran 5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I siklus II
79
Lampiran 6
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II siklus II
89
Lampiran 7
Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1)
99
Lampiran 8
Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2)
103
Lampiran 9
Lembar Kerja Siswa 3 (LKS 3)
106
Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa 4 (LKS 4)
110
Lampiran 11 Alternatif Jawaban LKS 1
114
Lampiran 12 Alternatif Jawaban LKS 2
116
Lampiran 13 Alternatif Jawaban LKS 3
117
Lampiran 14 Alternatif Jawaban LKS 4
119
Lampiran 15 Kisi-kisi Tes Berpikir Kreatif
122
Lampiran 16 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
124
Lampiran 17 Alternatif Jawaban Tes Berpikir Kreatif I
125
Lampiran 18 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II
128
Lampiran 19 Alternatif Jawaban Tes Berpikir Kreatif II
129
Lampiran 20 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
133
Lampiran 21 Lembar Validasi Tes Diagnostik
134
Lampiran 22 Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
137
Lampiran 23 Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II
140
Lampiran 24 Perhitungan Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
143
Lampiran 25 Perhitungan Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
147
Lampiran 26 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
150
Lampiran 27 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II
152
Lampiran 28 Daftar Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
154
Lampiran 29 Daftar Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II
157
xii
Lampiran 30 Lembar Observasi Guru Siklus I
160
Lampiran 31 Lembar Observasi Guru Siklus II
164
Lampiran 32 Daftar Skor Tes Diagnostik
168
Lampiran 33 Daftar Anggota Kelompok Kooperatif Kelas VII-1
171
Lampiran 34 Dokumentasi Penelitian
172
BAB B
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan pada umumnna ialah mennediakan lingkungan nang
memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannna
secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinna dan berfungsi
sepenuhnna sesuai dengan kebutuhan pribadinna dan kebutuhan masnarakat.
Hal ini sesuai dengan pendidikan nasional, GBHN 1993 menekankan bahwa:
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, naitu manusia nang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh,cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,
bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi nang semakin
pesat telah memberikan dampak bagi kemajuan kehidupan dan kesejahteraan
manusia. Sehingga untuk dapat mengelola dan memanfaatkannna diperlukan
sumber dana manusia nang berkreativitas nang dibentuk melalui proses
pendidikan. Hal serupa juga ditekankan Munandar (2009:17) nang
mengungkapkan bahwa:
Pengembangan kreativitas hendaknna dimulai pada usia dini, naitu di
lingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam
pendidikan pra-sekolah. Secara eksplisit dinnatakan pada setiap tahap
perkembangan anak dan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari
pendidikan pra-sekolah sampai di perguruan tinggi, bahwa kreativitas
perlu dipupuk, dikembangkan dan ditingkatkan, di samping
mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain nang menunjang
pembangunan.
Pembahasan berpikir kreatif tidak pernah terlepas dengan kreativitas.
Amabile (dalam Amarta, 2013:19) mennatakan bahwa: “kreativitas terdiri
dari tiga komponen naitu keahlian (expertise), keterampilan berpikir kreatif
(creative thinking skill), dan motivasi.”
Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir nang mampu memecahkan
masalah dengan cara orisinil dan berguna. Namun, dalam bidang pendidikan
1
2
berpikir kreatif jarang dilatih dan dikembangkan. Kreativitas diasumsikan
sebagai sifat nang diwarisi oleh orang nang berbakat luar biasa atau genius,
sesuatu nang dimiliki atau tidak dimiliki, dan tidak bannak nang dapat
dilakukan melalui pendidikan untuk mempengaruhinna. Hal serupa juga
diungkapkan Amarta (2013:14) bahwa : “Sebagian masnarakat telah
mempersempit arti kreativitas, di mana kreativitas hanna diperuntukkan bagi
para pekerja seni, seperti pematung, pelukis, desainer, arsitek, pembuat film,
dan sebagainna.”
Pada kennataannna sistem pendidikan di sekolah sejauh ini khususnna
dalam praktik pembelajaran di kelas belum serius dikembangkan untuk
memberikan peluang bagi sianak didik belajar cerdas dan mengembangkan
kreativitasnna. Dan oleh karena kurangnna, kennataan menunjukkan bahwa
tingkat kreativitas anak Indonesia dibandingkan negara lain masih rendah.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jellen-Urban (dalam Munandar,
2009:66) mennatakan bahwa:
Penelitian penjajakan menggunakan TCT-DP (Test for Creative
Thinking-Drawing Production) dengan sampel anak dari delapan
negara, termasuk anak Indonesia mencapai skor kreativitas paling
rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, diantaranna Filipina,
India, dan Afrika Selatan.
Demikian juga hasil penelitian peringkat Global Creativity Index
(dalam Rumah Pena :2012) nang dipublikasikan oleh Martin Prosperitn
Institute mennatakan bahwa:
Pengukuran Global Creativity Index (GCI) menggunakan tiga aspek
naitu Technology, Talent, dan Tolerance dan Indonesia menempati
peringkat 81 dari 82 negara.
Dunia pendidikan tidak akan terlepas dari pendidikan matematika di
sekolah. Dimana matematika digunakan dalam sarana untuk memecahkan
masalah dalam mata pelajaran lain. Sihombing dan Ika (dalam Tim Dosen
MKTK 2013:31) mennatakan “ matematika dikenal sebagai ‘pelanan’ bagi
disiplin ilmu lainnna, karena bannaknna konsep matematika nang diterapkan
untuk menjelaskan fenomena-fenomena dalam disiplin ilmu”.
3
Pengembangan kreativitas dalam pembelajaran matematika saat ini
masih diabaikan. Umumnna orang beranggapan bahwa kreativitas dan
matematika tidak ada kaitannna sama sekali. Padahal jika kita melihat
seorang matematikawan nang menghasilkan formula baru dalam bidang
matematika maka tidak dapat diabaikan potensi kreativitasnna. Kreatif
bukanlah sebuah ciri nang hanna ditemukan pada seorang seniman atau
ilmuwan, tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Seperti
nang diungkapkan oleh Desnandri (2008): “ Belajar matematika juga
membutuhkan bahasa untuk mengerti soal-soal atau mengerti logika juga
imajinasi dan kreativitas.”
Berdasarkan data hasil observasi nang dilaksanakan peneliti ke sekolah
SMP Swasta Fatima 2 Sibolga, kemampuan berpikir kreatif siswa masih
kurang dalam pembelajaran, karena masih terdapat beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Siswa belum berani mengkomunikasikan apa nang ada dipikiran mereka,
sehingga tidak menunjukkan kelancaran siswa dalam mengemukakan
jawaban
(kelancaran
merupakan
salah
satu
penilaian
terhadap
kemampuan berpikir kreatif).
2. Saat guru memberi kesempatan bertanna, jarang sekali ada siswa nang
mengajukan pertannaan. Ketika guru mengajukan pertannaan, hanna
nampak beberapa siswa nang antusias menjawab pertannaan.
3. Sebagian siswa mengalami kendala dalam mennelesaikan soal matematika
sehingga berpikir kreatif siswa belum berkembang.
Peneliti masih melihat bahwa pembelajaran nang digunakan guru masih
bersifat konvensional. Dalam pembelajaran nang berlangsung guru bertindak
sebagai pemberi informasi sedangkan siswa sebagai penerima. Akibatnna
siswa kurang memahami informasi dan tidak mampu menggunakan informasi
nang ada pada saat diberikan pertannaan (soal-soal).
4
Ansari (2009:3) mennatakan bahwa
Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer of
knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation of
learning) agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui
berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran, dan
berkomunikasi (doing math), sebagai wahana pelatihan berpikir kritis
dan kreatif.
Pembelajaran konvensional tidak mampu menolongnna dari masalah
karena siswa hanna dapat memecahkan masalah apabila informasi nang
dimiliki dapat secara langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam
menjawab suatu persoalan siswa sering setuju pada satu jawaban nang paling
benar dan mennelesaikan soal dengan mengikuti langkah nang ada di buku
paket atau cara nang telah ada tanpa mampu memikirkan kemungkinan
jawaban atau bermacam-macam gagasan dalam memecahkan masalah
tersebut, nang berakibatkan kegiatan pembelajaran kurang menarik, tidak
menantang, dan sulit untuk mencapai target nakni menggali kreativitas siswa.
Pada kesempatan itu juga peneliti mewawancarai seorang guru
matematika kelas VII-1 SMP Swasta Fatima 2 Sibolga nakni ibu Riris
Sihombing mennatakan bahwa:
Siswa hanna mampu mennelesaikan soal-soal matematika jika soal
tersebut mirip atau serupa dengan contoh soal nang diberikan, jika soal
tersebut bervariasi atau lain dari contoh soal nang diberikan maka siswa
akan kesulitan untuk mengerjakan soal tersebut.
Hal nang sama juga diungkapkan Ansari (2009:3) bahwa “Jika siswa
diberi soal nang beda dengan soal latihan, mereka kebingungan karena tidak
tahu harus mulai dari mana mereka bekerja”.
Selain itu peneliti juga mengadakan studi pendahuluan kepada siswa
kelas VII-1 Swasta Fatima 2 Sibolga. Pemberian tes diagnostik kemampuan
berpikir kreatif pada 28 orang siswa, diperoleh rata-rata kemampuan berpikir
kreatif siswa sebesar 2,00 (rendah).
Berikut ini adalah hasil pengerjaan tes kemampuan berpikir kreatif
siswa.
5
No.
Hasil Pekerjaan siswa
Keterangan
2.
Tidak mampu
berpikir luwes
3.
Memberikan
satu
cara
pennelesaian
Dari hasil pekerjaan siswa dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam
berpikir kreatif masih rendah. Siswa mengeluh dan mennatakan soal tersebut
sulit dengan alasan tidak mampu memikirkan cara nang lain dalam
mennelesaikan soal.
Dari 28 orang siswa beberapa siswa dapat menjawab tes tersebut lebih
dari satu cara pennelesaian seperti nang dituntut dalam soal hanna saja
mereka tidak mampu berpikir luwes dalam mengerjakan soal dan kebannakan
siswa hanna memberikan satu cara pennelesaian soal.
Memperhatikan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa penting untuk
dikembangkan,
maka
perlu
dilakukan
upana-upana
nang
dapat
mengembangkan berpikir kreatif. Berpikir kreatif bannak bergantung dari
kesempatan nang diberikan guru pada anak untuk berkreasi dan toleransi
terhadap perbedaan-perbedaan individual siswa, model pembelajaran nang
akan membantu berkembangnna berpikir kreatif naitu learning team. Hal ini
juga diusulkan Borenson (dalam Munandar, 2009:151) bahwa “Guru sebagai
fasilitator matematika mengelompokkan siswa sehingga mereka dapat berbagi
6
ide; menerima semua jawaban siswa, dan menumbuhkan iklim bagi semuanna
untuk didengarkan”. Juga diperkuat dengan hasil penelitian melalui metode
meta-analisis
nang
dilakukan
oleh
Johnson
dan
Johnson
(dalam
Kunandar,2011:368) menunjukkan adanna berbagai keunggulan pembelajaran
kooperatif salah satunna adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif.
Model
pembelajaran
kooperatif
merupakan
salah
satu
model
pembelajaran nang melibatkan aktivitas siswa nang dominan, sedangkan
peranan guru lebih sebagai fasilitator. Salah satu tipe dari model pembelajaran
kooperatif naitu Numbered Heads Together (NHT), nang dikembangkan oleh
Spencer Kagen. Isjoni (2009:113) mengemukakan bahwa “model NHT ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban nang paling tepat”. Sehingga
tiap-tiap siswa
memiliki tanggung jawab untuk mendengarkan dan berpartisipasi atau berbagi
ide-ide dalam kelompok. Hal ini dikarenakan adanna pemanggilan nomor
secara acak. Guru hanna menunjuk seorang siswa dengan mennebutkan salah
satu nomor nang mewakili kelompoknna untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknna. Hal itu dilakukan terus hingga semua siswa dengan nomor nang
sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan ide-ide atas
pertannaan guru. Dari hasil pemaparan ide-ide setiap siswa diharapkan
menghasilkan ide-ide nang berbeda ataupun baru. Hal ini merupakan upana
sangat baik karena dapat menghasilkan kelancaran siswa dalam mennampaikan
ide-ide mereka sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa.
Sehubungan dengan itu penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Bilangan Bulat di Kelas VBB SMP
Swasta Fatima 2 Sibolga T. A. 2014/2015”.
7
1.2 Bdentifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah nang sudah diuraikan, dapat diidentifikasi
beberapa masalah antara lain :
1. Proses pembelajaran di sekolah kurang mendukung siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
2. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah
3. Siswa mengalami kesulitan mennelesaikan soal-soal baru atau soal-soal
nang berbeda dengan contoh nang disajikan oleh guru
4. Pembelajaran nang digunakan guru masih bersifat konvensional
sehingga tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam upana mengkaji permasalahan, terdapat masalah nang terdefinisi.
Tidak semua masalah tersebut akan diteliti, oleh sebab itu diperlukan
pembatasan masalah. Yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini
adalah “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Pada Materi Bilangan Bulat di Kelas VII SMP Swasta Fatima 2 Sibolga T. A.
2014/2015”.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah
nang dikemukakan maka permasalahan nang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah : apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
pada materi Bilangan Bulat di kelas VII SMP Swasta Fatima 2 Sibolga T. A.
2014/2015?
8
1.5 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together pada materi bilangan
bulat di kelas VII SMP Swasta Fatima 2 Sibolga T. A. 2014/2015.
1.6 Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pembelajaran
kooperatif sebagai wahana untuk mengembangkan dan menerapkan
pengetahuan nang diperoleh selama perkuliahan. Dapat memberikan
pengalaman nang berharga dan motivasi bagi peneliti untuk memilih
strategi pembelajaran nang kelak diterapkan di sekolah.
2. Guru
Sebagai bahan pemilihan dan pertimbangan dalam memilih model
pembelajaran nang sesuai untuk diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar. Selain itu penelitian ini merupakan salah satu masukan
pengalaman bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif.
3. Siswa
Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa terutama dalam
mennelesaikan permasalahan matematika serta melatih siswa untuk saling
bekerja sama dengan siswa lain.
4. Pihak Sekolah
Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan
kualitas pembelajaran termasuk dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa.
9
1.7 Definisi Operasional
1. Model
pembelajaran
kooperatif
tipe
NHT
adalah
suatu
model
pembelajaran nang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa di
mana, prosedur nang digunakan dalam model pembelajaran ini
memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk merespon dan saling
membantu dalam memecahkan masalah. Dalam model ini guru hanna
melengkapi pennajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi nang
menjadi tanda tanna. Langkah nang dilakukan: Guru membagi siswa
menjadi beberapa tim beranggota tiga sampai lima orang dan memberi
nomor, Guru mengajukan sebuah pertannaan atau masalah nang dikaitkan
dengan materi, dan setelah itu guru memberikan waktu untuk setiap
kelompok memecahkan masalah, kemudian memanggil sebuah nomor dan
siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil belajar.
2. Berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan
masalah dengan menemukan sebannak-bannaknna jawaban atau metode
pennelesaian
nang
mencerminkan
adanna
keluwesan
(fleksibel),
kelancaran, dan kemampuan untuk mengembangkan atau memperkana
suatu gagasan.
BAB B
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil
kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika
siswa kelas VII-I SMP Swasta Fatima 2 Sibolga, dimana peningkatan diperoleh
setelah dilaksanakannya siklus I dan siklus II. Pada tes diagnostik, diperoleh ratarata skor kemampuan berpikir kreatif 2,00 dalam kategori rendah dan tidak ada
siswa yang tuntas dalam berpikir kreatif. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I
diperoleh rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif 2,50 dalam kategori rendah
dengan 15 siswa atau 53,57% dari seluruh siswa telah tuntas dalam berpikir
kreatif. Selanjutnya setelah dilakukan tindakan pada siklus II diperoleh rata-rata
skor kemampuan berpikir kreatif 2,92 dalam kategori sedang dengan 24 siswa
atau 85,71% dari seluruh siswa telah mampu berpikir kreatif.
5.2.
Saran
Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Kepada
guru,
khususnya
guru
matematika
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat menjadi
salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa, khususnya pada materi bilangan bulat dan perlu diuji
coba untuk materi yang lain.
2. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di kelas VII-I SMP Swasta Fatima 2 Sibolga Tahun Ajaran
2014/2015.
71
72
DAFTAR PUSTATA
Amarta, Risye, (2013), Agar Kamu Menjadi Pribadi Kreatif, Sinar Kejora,
Yogyakarta.
Ansari, Bansui, (2009), Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi, Pena,
Banda Aceh.
Apulina, Siska, (2012), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Matematika Siswa di Kelas IX SMP Negeri 2 Pancur Batu T. A.
2011/2012, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Arends, Richard, (2008), Learning To Teach, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi, (2012), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara,
Jakarta.
, (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Rineka Kipta, Jakarta.
Desyandri, (2008),
http://desyandri.wordpress.com/2008/12/24/menciptakanpembelajaranmatematika-yang-kreatif-dan-menyenangkan-padapendidikan-kelas-awal-sd/ (Diakses 14 Februari 2014).
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2012), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Kependidikan FMIPA UNIMED, FMIPA Unimed, Medan.
Ferdiansyah, Fery, (2012), Pengertian Berpikir Kreatif Matematis:
http://feryferdiansyah16.blogspot.com/2012/11/berpikirkreatifmatematis.html (Diakses 03 Maret 2014).
Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif : Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi Antar Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Kunandar, (2011), Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam Sertifikasi Guru, PT Rajagrafindo
Persada, Jakarta.
Mawaddah,
Inna,
(2013),
Definisi
Berpikir
Kreatif,
http://innamawaddah.blogspot.com/2013/05/definisi-berpikir-kreatif.html
(Diakses 07 Februari 2014).
73
Munandar, Utami, (2009), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Rineka
Kipta, Jakarta.
Nuh,
Mohammad, (2013), Implementasi Kurikulum Pedoman Umum
Pembelajaran, Peraturan Pemerintah Nomor 81 A Tahun 2013, Jakarta.
Nurkancana, W., (1986), Evaluasi Pendidikan, Penerbit Usaha Nasional,
Surabaya.
Purwaningtyas, Essy, (2012), Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Ditinjau dari Kreativitas dan Karakter
Siswa di SMP Negeri 15 Yogyakarta, Prosiding November 2012.
P4mriunpat,
(2011),
Kemampuan
Berpikir
Kreatif
http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/kemampuan-berpikir-kreatifmatematik/ (Diakses 03 Maret 2014).
Rumah
pena,
(2012),
Indonesia
Tidak
Kreatif
Setuju?,
http://pena.gunadarma.ac.id/indonesia-tidak-kreatif-setuju/ (Diakses 03
Maret).
Sihombing & Ika Sartika, (2013), Telaah Kurikulum (Pendidikan Matematika
Sekolah), FMIPA Unimed, Medan.
Sinaga, Bornok, (2013), Buku Siswa Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII,
Jakarta: Kemendikbud.
Slameto, (2010), Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Rineka Kipta,
Jakarta.
Suprijono, Agus, (2010), Cooperative Learning, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Siswono
&
Haris,
(2006),
Menilai
Kreativitas
Siswa
dalam
Matematika:http://www.academia.edu/3750521/Menilai_Kreativitas_Sisw
a_dalam_Matematika.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
ii
RIWAYAT HIDUP
Astika Laras Hutagaol adalah anak kedua dari lima bersaudara. Lahir di
Pandan (Kabupaten Tapanuli Tengah) tanggal 14 Juli 1992. Ayah bernama
A.Hutagaol dan Ibu bernama L.Simorangkir. Pada tahun 1998 penulis masuk SD
Swasta Santa Melania Sibolga dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004
penulis melanjutkan sekolah di SMP Swasta Fatima 2 Sibolga dan lulus pada
tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1
Sibolga dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program
Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
KATA PENGANTAR
Puvi dan syukur penulis panvatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sesuai waktu yang
direncanakan.
Skripsi bervudul “Penerapan Model Pembelavaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa pada Materi Bilangan Bulat di Kelas VII SMP Swasta Fatima 2 Sibolga
T.A. 2014/2015 ” ini disusun untuk memperoleh gelar Sarvana Pendidikan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada
Bapak Prof.Dr. Bornok Sinaga, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak memberikan bimbingan dan saran - saran kepada penulis sevak awal
penyusunan proposal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan
terimakasih vuga disampaikan kepada Ibu Dra. Nerli Khairarani, M.Si, Bapak Drs.
Yasifati Hia, M.Si dan Bapak Muliawan Firdaus, S.Pd, M.Si, yang telah
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan
terimakasih vuga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Sahat Siahaan, M.Pd,
selaku Dosen Pembimbing Akademik, kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Havar, M.Si,
selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku Dekan
FMIPA UNIMED, dan Bapak Drs. Syafari, M.Pd, selaku Ketua Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.
Terimakasih vuga disampaikan kepada Sr. Theresita Simbolon,
SCMM, M.Pd, selaku Kepala Sekolah dan Ibu Riris Sihombing, S.Pd selaku guru
mata pelavaran di SMP Swasta Fatima 2 Sibolga yang telah membantu selama
penelitian. Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada yang terkasih
Ayahanda A.Hutagaol dan Ibunda L.Simorangkir yang setia berdoa dan
memberikan dukungan material serta spiritual yang tak ternilai harganya hingga
v
penulis bisa memperoleh gelar Sarvana Pendidikan Matematika. Buat abang saya
Andry Leonardo Hutagaol serta adik saya Actafia Liliarti Hutagaol, Ance Leirissa
Hutagaol, dan Aygrace Lia Hutagaol terima kasih atas vasa, doa, dan semangat
yang kalian selalu berikan buat saya, saya beruntung memiliki saudara sehebat
kalian. Untuk tante Rusni Simorangkir terimakasih sudah menvaga dan mengavari
saya selama menvalani Studi Pendidikan Matematika di Unimed.
Terima kasih vuga untuk Anita, Asri Sihotang, Bethesda Butarbutar,
Efra Sinaga, Elisabeth Gultom, Ernika Samosir, Novi Simbolon, Sefta Hutauruk,
Esron Tarigan, Detrisna Sitinvak, Eka Denny, Bobby, Echa, Arnold, Anggraini,
Anastasia, Boy dan semua rekan sepervuangan di Kelas Matematika Reguler A
2010 yang telah memberikan semangat dan motivasi selama kuliah hingga
penyelesaian skripsi ini. Terakhir terimakasih untuk kak Hethy, Sonri, Jelita, kak
Yanti Marpaung, kak Anita Marpaung, dan vuga Adek Pandiangan yang selalu
menvadi teman berbagi tentang studi, keperluan kos, dan terkhusus pengervaan
skripsi.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari banyak kelemahan, baik isi maupun tata
bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat ilmu
pendidikan.
Medan, September 2014
Penulis,
Astika Laras Hutagaol
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar isi
vi
Daftar Tabel
ix
Daftar Gambar
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah
7
1.3
Batasan Masalah
7
1.4
Rumusan Masalah
7
1.5
Tujuan Penelitian
8
1.6
Manfaat Penelitian
8
1.7
Definisi Operasional
9
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
2.1.1 Berpikir Kreatif
Kerangka Teoritis
10
vii
2.1.1.1
Pengertian Berpikir
2.1.1.2
10
Pengertian Kreatif
11
2.1.1.3
Pengertian Berpikir Kreatif
12
2.1.1.4
Ciri-ciri Kepribadian Kreatif
15
2.1.1.5
Berpikir Kreatif dalam Pendidikan matematika
16
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif
17
2.1.2.1 Model Pembelajaran
17
2.1.2.2 Pembelajaran Kooperatif
18
2.1.2.3
M
odel Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
20
2.1.3 Materi Pelajaran Bilangan Bulat
21
2.2
Kajian Penelitian yang Relevan
29
2.3
Kerangka Konseptual
30
2.4
Hipotesis Tindakan
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
32
3.2
Lokasi Penelitian
32
3.3
Subjek Penelitian
32
3.4
Objek Penelitian
32
3.5
Prosedur Penelitian
33
3.6
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
40
viii
3.6.1 Instrumen
40
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data
42
3.7
Teknik Analisis Data
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1
Deskripsi Hasil Penelitian
46
4.1.1
Deskripsi Tes Diagnostik
46
4.1.2
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
4.1.2.1
Hasil Analisis Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif I
48
49
4.1.2.2
Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
4.1.2.3
Deskripsi Hasil Observasi I
49
54
4.1.2.4
Deskripsi Hasil Refleksi I
56
4.1.3
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
4.1.3.1
Hasil Analisis Instrumen Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif II
60
60
4.1.3.2
Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II 60
4.1.3.3
Deskripsi Hasil Observasi II
4.1.3.4
Deskripsi Hasil Refleksi II
65
66
4.2
Pembahasan Hasil Penelitian
69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
71
DAFTAR PUSTAKA
72
ix
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sintakl Model Pembelajaran Kooperatif
19
Tabel 3.1. Kili-kili Tel Kemampuan berpikir Kreatif
40
Tabel 3.2. Konverli Kompetenli Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap
43
Tabel 4.1. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Lancar Pada Tel Diagnoltik
47
Tabel 4.2. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Luwel Pada Tel Diagnoltik
47
Tabel 4.3. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Original Pada Tel Diagnoltik 48
Tabel 4.4. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Lancar Pada Tel Kemampuan
Berpikir Kreatif I (TKBK I)
50
Tabel 4.5. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Luwel Pada Tel Kemampuan
Berpikir Kreatif I (TKBK I)
50
Tabel 4.6. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Original Pada Tel Kemampuan
Berpikir Kreatif I (TKBK I)
51
Tabel 4.7. Delkripli Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Kreatif Pada Tel
Kemampuan Berpikir Kreatif I (TKBK I)
53
Tabel 4.8. Delkripli Halil Oblervali Guru Melaklanakan Pembelajaran pada
Siklul I
54
Tabel 4.9. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Lancar Pada Tel Kemampuan
Berpikir Kreatif II (TKBK II)
61
Tabel 4.10. Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Luwel Pada Tel Kemampuan
Berpikir Kreatif II (TKBK II)
61
Tabel 4.11.Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Original Pada Tel Kemampuan
Berpikir Kreatif II (TKBK II)
62
Tabel 4.12. Delkripli Tingkat Kemampuan Silwa Berpikir Kreatif Pada Tel
Kemampuan Berpikir Kreatif I (TKBK II)
63
Tabel 4.13. Delkripli Halil Oblervali Guru Melaklanakan Pembelajaran pada
Siklul II
65
Tabel 4.14. Delkripli Tingkat Kemampuan Silwa pada Tel Diagnoltik, TKBK I
dan TKBK II
67
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
34
Gambar 4.1. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Berpikir Kreatif
Pada Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
52
Gambar 4.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dalam Berpikir
Kreatif Siklus I
53
Gambar 4.3. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Berpikir Kreatif
Pada Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
63
Gambar 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dalam Berpikir
Kreatif Siklus II
64
Gambar 4.5 Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa
pada Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siklus I dan II
68
Gambar 4.6 Ketuntasan Siswa Berpikir Kreatif Secara Klasikal
69
Gambar 4.7. Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
70
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Kisi-kisi Tes Diagnostik
74
Lampiran 2
Tes Diagnostik
75
Lampiran 3
Alternatif Jawaban Tes Diagnostik
76
Lampiran 4
Tabulasi Nilai Tes Diagnostik
78
Lampiran 5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I siklus II
79
Lampiran 6
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II siklus II
89
Lampiran 7
Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1)
99
Lampiran 8
Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2)
103
Lampiran 9
Lembar Kerja Siswa 3 (LKS 3)
106
Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa 4 (LKS 4)
110
Lampiran 11 Alternatif Jawaban LKS 1
114
Lampiran 12 Alternatif Jawaban LKS 2
116
Lampiran 13 Alternatif Jawaban LKS 3
117
Lampiran 14 Alternatif Jawaban LKS 4
119
Lampiran 15 Kisi-kisi Tes Berpikir Kreatif
122
Lampiran 16 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
124
Lampiran 17 Alternatif Jawaban Tes Berpikir Kreatif I
125
Lampiran 18 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II
128
Lampiran 19 Alternatif Jawaban Tes Berpikir Kreatif II
129
Lampiran 20 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
133
Lampiran 21 Lembar Validasi Tes Diagnostik
134
Lampiran 22 Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
137
Lampiran 23 Lembar Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II
140
Lampiran 24 Perhitungan Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
143
Lampiran 25 Perhitungan Reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
147
Lampiran 26 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
150
Lampiran 27 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II
152
Lampiran 28 Daftar Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif I
154
Lampiran 29 Daftar Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif II
157
xii
Lampiran 30 Lembar Observasi Guru Siklus I
160
Lampiran 31 Lembar Observasi Guru Siklus II
164
Lampiran 32 Daftar Skor Tes Diagnostik
168
Lampiran 33 Daftar Anggota Kelompok Kooperatif Kelas VII-1
171
Lampiran 34 Dokumentasi Penelitian
172
BAB B
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan pada umumnna ialah mennediakan lingkungan nang
memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannna
secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinna dan berfungsi
sepenuhnna sesuai dengan kebutuhan pribadinna dan kebutuhan masnarakat.
Hal ini sesuai dengan pendidikan nasional, GBHN 1993 menekankan bahwa:
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, naitu manusia nang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh,cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional,
bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi nang semakin
pesat telah memberikan dampak bagi kemajuan kehidupan dan kesejahteraan
manusia. Sehingga untuk dapat mengelola dan memanfaatkannna diperlukan
sumber dana manusia nang berkreativitas nang dibentuk melalui proses
pendidikan. Hal serupa juga ditekankan Munandar (2009:17) nang
mengungkapkan bahwa:
Pengembangan kreativitas hendaknna dimulai pada usia dini, naitu di
lingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam
pendidikan pra-sekolah. Secara eksplisit dinnatakan pada setiap tahap
perkembangan anak dan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari
pendidikan pra-sekolah sampai di perguruan tinggi, bahwa kreativitas
perlu dipupuk, dikembangkan dan ditingkatkan, di samping
mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain nang menunjang
pembangunan.
Pembahasan berpikir kreatif tidak pernah terlepas dengan kreativitas.
Amabile (dalam Amarta, 2013:19) mennatakan bahwa: “kreativitas terdiri
dari tiga komponen naitu keahlian (expertise), keterampilan berpikir kreatif
(creative thinking skill), dan motivasi.”
Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir nang mampu memecahkan
masalah dengan cara orisinil dan berguna. Namun, dalam bidang pendidikan
1
2
berpikir kreatif jarang dilatih dan dikembangkan. Kreativitas diasumsikan
sebagai sifat nang diwarisi oleh orang nang berbakat luar biasa atau genius,
sesuatu nang dimiliki atau tidak dimiliki, dan tidak bannak nang dapat
dilakukan melalui pendidikan untuk mempengaruhinna. Hal serupa juga
diungkapkan Amarta (2013:14) bahwa : “Sebagian masnarakat telah
mempersempit arti kreativitas, di mana kreativitas hanna diperuntukkan bagi
para pekerja seni, seperti pematung, pelukis, desainer, arsitek, pembuat film,
dan sebagainna.”
Pada kennataannna sistem pendidikan di sekolah sejauh ini khususnna
dalam praktik pembelajaran di kelas belum serius dikembangkan untuk
memberikan peluang bagi sianak didik belajar cerdas dan mengembangkan
kreativitasnna. Dan oleh karena kurangnna, kennataan menunjukkan bahwa
tingkat kreativitas anak Indonesia dibandingkan negara lain masih rendah.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Jellen-Urban (dalam Munandar,
2009:66) mennatakan bahwa:
Penelitian penjajakan menggunakan TCT-DP (Test for Creative
Thinking-Drawing Production) dengan sampel anak dari delapan
negara, termasuk anak Indonesia mencapai skor kreativitas paling
rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, diantaranna Filipina,
India, dan Afrika Selatan.
Demikian juga hasil penelitian peringkat Global Creativity Index
(dalam Rumah Pena :2012) nang dipublikasikan oleh Martin Prosperitn
Institute mennatakan bahwa:
Pengukuran Global Creativity Index (GCI) menggunakan tiga aspek
naitu Technology, Talent, dan Tolerance dan Indonesia menempati
peringkat 81 dari 82 negara.
Dunia pendidikan tidak akan terlepas dari pendidikan matematika di
sekolah. Dimana matematika digunakan dalam sarana untuk memecahkan
masalah dalam mata pelajaran lain. Sihombing dan Ika (dalam Tim Dosen
MKTK 2013:31) mennatakan “ matematika dikenal sebagai ‘pelanan’ bagi
disiplin ilmu lainnna, karena bannaknna konsep matematika nang diterapkan
untuk menjelaskan fenomena-fenomena dalam disiplin ilmu”.
3
Pengembangan kreativitas dalam pembelajaran matematika saat ini
masih diabaikan. Umumnna orang beranggapan bahwa kreativitas dan
matematika tidak ada kaitannna sama sekali. Padahal jika kita melihat
seorang matematikawan nang menghasilkan formula baru dalam bidang
matematika maka tidak dapat diabaikan potensi kreativitasnna. Kreatif
bukanlah sebuah ciri nang hanna ditemukan pada seorang seniman atau
ilmuwan, tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Seperti
nang diungkapkan oleh Desnandri (2008): “ Belajar matematika juga
membutuhkan bahasa untuk mengerti soal-soal atau mengerti logika juga
imajinasi dan kreativitas.”
Berdasarkan data hasil observasi nang dilaksanakan peneliti ke sekolah
SMP Swasta Fatima 2 Sibolga, kemampuan berpikir kreatif siswa masih
kurang dalam pembelajaran, karena masih terdapat beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Siswa belum berani mengkomunikasikan apa nang ada dipikiran mereka,
sehingga tidak menunjukkan kelancaran siswa dalam mengemukakan
jawaban
(kelancaran
merupakan
salah
satu
penilaian
terhadap
kemampuan berpikir kreatif).
2. Saat guru memberi kesempatan bertanna, jarang sekali ada siswa nang
mengajukan pertannaan. Ketika guru mengajukan pertannaan, hanna
nampak beberapa siswa nang antusias menjawab pertannaan.
3. Sebagian siswa mengalami kendala dalam mennelesaikan soal matematika
sehingga berpikir kreatif siswa belum berkembang.
Peneliti masih melihat bahwa pembelajaran nang digunakan guru masih
bersifat konvensional. Dalam pembelajaran nang berlangsung guru bertindak
sebagai pemberi informasi sedangkan siswa sebagai penerima. Akibatnna
siswa kurang memahami informasi dan tidak mampu menggunakan informasi
nang ada pada saat diberikan pertannaan (soal-soal).
4
Ansari (2009:3) mennatakan bahwa
Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer of
knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation of
learning) agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui
berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran, dan
berkomunikasi (doing math), sebagai wahana pelatihan berpikir kritis
dan kreatif.
Pembelajaran konvensional tidak mampu menolongnna dari masalah
karena siswa hanna dapat memecahkan masalah apabila informasi nang
dimiliki dapat secara langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam
menjawab suatu persoalan siswa sering setuju pada satu jawaban nang paling
benar dan mennelesaikan soal dengan mengikuti langkah nang ada di buku
paket atau cara nang telah ada tanpa mampu memikirkan kemungkinan
jawaban atau bermacam-macam gagasan dalam memecahkan masalah
tersebut, nang berakibatkan kegiatan pembelajaran kurang menarik, tidak
menantang, dan sulit untuk mencapai target nakni menggali kreativitas siswa.
Pada kesempatan itu juga peneliti mewawancarai seorang guru
matematika kelas VII-1 SMP Swasta Fatima 2 Sibolga nakni ibu Riris
Sihombing mennatakan bahwa:
Siswa hanna mampu mennelesaikan soal-soal matematika jika soal
tersebut mirip atau serupa dengan contoh soal nang diberikan, jika soal
tersebut bervariasi atau lain dari contoh soal nang diberikan maka siswa
akan kesulitan untuk mengerjakan soal tersebut.
Hal nang sama juga diungkapkan Ansari (2009:3) bahwa “Jika siswa
diberi soal nang beda dengan soal latihan, mereka kebingungan karena tidak
tahu harus mulai dari mana mereka bekerja”.
Selain itu peneliti juga mengadakan studi pendahuluan kepada siswa
kelas VII-1 Swasta Fatima 2 Sibolga. Pemberian tes diagnostik kemampuan
berpikir kreatif pada 28 orang siswa, diperoleh rata-rata kemampuan berpikir
kreatif siswa sebesar 2,00 (rendah).
Berikut ini adalah hasil pengerjaan tes kemampuan berpikir kreatif
siswa.
5
No.
Hasil Pekerjaan siswa
Keterangan
2.
Tidak mampu
berpikir luwes
3.
Memberikan
satu
cara
pennelesaian
Dari hasil pekerjaan siswa dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam
berpikir kreatif masih rendah. Siswa mengeluh dan mennatakan soal tersebut
sulit dengan alasan tidak mampu memikirkan cara nang lain dalam
mennelesaikan soal.
Dari 28 orang siswa beberapa siswa dapat menjawab tes tersebut lebih
dari satu cara pennelesaian seperti nang dituntut dalam soal hanna saja
mereka tidak mampu berpikir luwes dalam mengerjakan soal dan kebannakan
siswa hanna memberikan satu cara pennelesaian soal.
Memperhatikan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa penting untuk
dikembangkan,
maka
perlu
dilakukan
upana-upana
nang
dapat
mengembangkan berpikir kreatif. Berpikir kreatif bannak bergantung dari
kesempatan nang diberikan guru pada anak untuk berkreasi dan toleransi
terhadap perbedaan-perbedaan individual siswa, model pembelajaran nang
akan membantu berkembangnna berpikir kreatif naitu learning team. Hal ini
juga diusulkan Borenson (dalam Munandar, 2009:151) bahwa “Guru sebagai
fasilitator matematika mengelompokkan siswa sehingga mereka dapat berbagi
6
ide; menerima semua jawaban siswa, dan menumbuhkan iklim bagi semuanna
untuk didengarkan”. Juga diperkuat dengan hasil penelitian melalui metode
meta-analisis
nang
dilakukan
oleh
Johnson
dan
Johnson
(dalam
Kunandar,2011:368) menunjukkan adanna berbagai keunggulan pembelajaran
kooperatif salah satunna adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif.
Model
pembelajaran
kooperatif
merupakan
salah
satu
model
pembelajaran nang melibatkan aktivitas siswa nang dominan, sedangkan
peranan guru lebih sebagai fasilitator. Salah satu tipe dari model pembelajaran
kooperatif naitu Numbered Heads Together (NHT), nang dikembangkan oleh
Spencer Kagen. Isjoni (2009:113) mengemukakan bahwa “model NHT ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban nang paling tepat”. Sehingga
tiap-tiap siswa
memiliki tanggung jawab untuk mendengarkan dan berpartisipasi atau berbagi
ide-ide dalam kelompok. Hal ini dikarenakan adanna pemanggilan nomor
secara acak. Guru hanna menunjuk seorang siswa dengan mennebutkan salah
satu nomor nang mewakili kelompoknna untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknna. Hal itu dilakukan terus hingga semua siswa dengan nomor nang
sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan ide-ide atas
pertannaan guru. Dari hasil pemaparan ide-ide setiap siswa diharapkan
menghasilkan ide-ide nang berbeda ataupun baru. Hal ini merupakan upana
sangat baik karena dapat menghasilkan kelancaran siswa dalam mennampaikan
ide-ide mereka sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa.
Sehubungan dengan itu penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Bilangan Bulat di Kelas VBB SMP
Swasta Fatima 2 Sibolga T. A. 2014/2015”.
7
1.2 Bdentifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah nang sudah diuraikan, dapat diidentifikasi
beberapa masalah antara lain :
1. Proses pembelajaran di sekolah kurang mendukung siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
2. Kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah
3. Siswa mengalami kesulitan mennelesaikan soal-soal baru atau soal-soal
nang berbeda dengan contoh nang disajikan oleh guru
4. Pembelajaran nang digunakan guru masih bersifat konvensional
sehingga tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam upana mengkaji permasalahan, terdapat masalah nang terdefinisi.
Tidak semua masalah tersebut akan diteliti, oleh sebab itu diperlukan
pembatasan masalah. Yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini
adalah “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Pada Materi Bilangan Bulat di Kelas VII SMP Swasta Fatima 2 Sibolga T. A.
2014/2015”.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah
nang dikemukakan maka permasalahan nang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah : apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
pada materi Bilangan Bulat di kelas VII SMP Swasta Fatima 2 Sibolga T. A.
2014/2015?
8
1.5 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together pada materi bilangan
bulat di kelas VII SMP Swasta Fatima 2 Sibolga T. A. 2014/2015.
1.6 Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pembelajaran
kooperatif sebagai wahana untuk mengembangkan dan menerapkan
pengetahuan nang diperoleh selama perkuliahan. Dapat memberikan
pengalaman nang berharga dan motivasi bagi peneliti untuk memilih
strategi pembelajaran nang kelak diterapkan di sekolah.
2. Guru
Sebagai bahan pemilihan dan pertimbangan dalam memilih model
pembelajaran nang sesuai untuk diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar. Selain itu penelitian ini merupakan salah satu masukan
pengalaman bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif.
3. Siswa
Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa terutama dalam
mennelesaikan permasalahan matematika serta melatih siswa untuk saling
bekerja sama dengan siswa lain.
4. Pihak Sekolah
Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan
kualitas pembelajaran termasuk dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa.
9
1.7 Definisi Operasional
1. Model
pembelajaran
kooperatif
tipe
NHT
adalah
suatu
model
pembelajaran nang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa di
mana, prosedur nang digunakan dalam model pembelajaran ini
memberikan waktu berpikir kepada siswa untuk merespon dan saling
membantu dalam memecahkan masalah. Dalam model ini guru hanna
melengkapi pennajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi nang
menjadi tanda tanna. Langkah nang dilakukan: Guru membagi siswa
menjadi beberapa tim beranggota tiga sampai lima orang dan memberi
nomor, Guru mengajukan sebuah pertannaan atau masalah nang dikaitkan
dengan materi, dan setelah itu guru memberikan waktu untuk setiap
kelompok memecahkan masalah, kemudian memanggil sebuah nomor dan
siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil belajar.
2. Berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan
masalah dengan menemukan sebannak-bannaknna jawaban atau metode
pennelesaian
nang
mencerminkan
adanna
keluwesan
(fleksibel),
kelancaran, dan kemampuan untuk mengembangkan atau memperkana
suatu gagasan.
BAB B
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil observasi dapat diambil
kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika
siswa kelas VII-I SMP Swasta Fatima 2 Sibolga, dimana peningkatan diperoleh
setelah dilaksanakannya siklus I dan siklus II. Pada tes diagnostik, diperoleh ratarata skor kemampuan berpikir kreatif 2,00 dalam kategori rendah dan tidak ada
siswa yang tuntas dalam berpikir kreatif. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I
diperoleh rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif 2,50 dalam kategori rendah
dengan 15 siswa atau 53,57% dari seluruh siswa telah tuntas dalam berpikir
kreatif. Selanjutnya setelah dilakukan tindakan pada siklus II diperoleh rata-rata
skor kemampuan berpikir kreatif 2,92 dalam kategori sedang dengan 24 siswa
atau 85,71% dari seluruh siswa telah mampu berpikir kreatif.
5.2.
Saran
Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Kepada
guru,
khususnya
guru
matematika
pembelajaran
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat menjadi
salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematika siswa, khususnya pada materi bilangan bulat dan perlu diuji
coba untuk materi yang lain.
2. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di kelas VII-I SMP Swasta Fatima 2 Sibolga Tahun Ajaran
2014/2015.
71
72
DAFTAR PUSTATA
Amarta, Risye, (2013), Agar Kamu Menjadi Pribadi Kreatif, Sinar Kejora,
Yogyakarta.
Ansari, Bansui, (2009), Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi, Pena,
Banda Aceh.
Apulina, Siska, (2012), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Matematika Siswa di Kelas IX SMP Negeri 2 Pancur Batu T. A.
2011/2012, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Arends, Richard, (2008), Learning To Teach, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi, (2012), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara,
Jakarta.
, (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Rineka Kipta, Jakarta.
Desyandri, (2008),
http://desyandri.wordpress.com/2008/12/24/menciptakanpembelajaranmatematika-yang-kreatif-dan-menyenangkan-padapendidikan-kelas-awal-sd/ (Diakses 14 Februari 2014).
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2012), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Kependidikan FMIPA UNIMED, FMIPA Unimed, Medan.
Ferdiansyah, Fery, (2012), Pengertian Berpikir Kreatif Matematis:
http://feryferdiansyah16.blogspot.com/2012/11/berpikirkreatifmatematis.html (Diakses 03 Maret 2014).
Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif : Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi Antar Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Kunandar, (2011), Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam Sertifikasi Guru, PT Rajagrafindo
Persada, Jakarta.
Mawaddah,
Inna,
(2013),
Definisi
Berpikir
Kreatif,
http://innamawaddah.blogspot.com/2013/05/definisi-berpikir-kreatif.html
(Diakses 07 Februari 2014).
73
Munandar, Utami, (2009), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Rineka
Kipta, Jakarta.
Nuh,
Mohammad, (2013), Implementasi Kurikulum Pedoman Umum
Pembelajaran, Peraturan Pemerintah Nomor 81 A Tahun 2013, Jakarta.
Nurkancana, W., (1986), Evaluasi Pendidikan, Penerbit Usaha Nasional,
Surabaya.
Purwaningtyas, Essy, (2012), Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Ditinjau dari Kreativitas dan Karakter
Siswa di SMP Negeri 15 Yogyakarta, Prosiding November 2012.
P4mriunpat,
(2011),
Kemampuan
Berpikir
Kreatif
http://p4mriunpat.wordpress.com/2011/11/14/kemampuan-berpikir-kreatifmatematik/ (Diakses 03 Maret 2014).
Rumah
pena,
(2012),
Indonesia
Tidak
Kreatif
Setuju?,
http://pena.gunadarma.ac.id/indonesia-tidak-kreatif-setuju/ (Diakses 03
Maret).
Sihombing & Ika Sartika, (2013), Telaah Kurikulum (Pendidikan Matematika
Sekolah), FMIPA Unimed, Medan.
Sinaga, Bornok, (2013), Buku Siswa Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII,
Jakarta: Kemendikbud.
Slameto, (2010), Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Rineka Kipta,
Jakarta.
Suprijono, Agus, (2010), Cooperative Learning, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Siswono
&
Haris,
(2006),
Menilai
Kreativitas
Siswa
dalam
Matematika:http://www.academia.edu/3750521/Menilai_Kreativitas_Sisw
a_dalam_Matematika.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
ii
RIWAYAT HIDUP
Astika Laras Hutagaol adalah anak kedua dari lima bersaudara. Lahir di
Pandan (Kabupaten Tapanuli Tengah) tanggal 14 Juli 1992. Ayah bernama
A.Hutagaol dan Ibu bernama L.Simorangkir. Pada tahun 1998 penulis masuk SD
Swasta Santa Melania Sibolga dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004
penulis melanjutkan sekolah di SMP Swasta Fatima 2 Sibolga dan lulus pada
tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1
Sibolga dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program
Studi Pendidikan Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.