PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV A SD NEGERI 6 METRO PUSAT

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN

TEMATIK KELAS IV A SD NEGERI 6 METRO PUSAT

Oleh

INDAH FITRIANI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa yang diketahui dari hasil observasi. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat Kota Metro.

Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi untuk data motivasi belajar, data afektif, dan data psikomotor dan lembar tes untuk data hasil belajar. Data motivasi belajar, belajar, data afektif, dan data psikomotor dianalisis dengan teknik analisis kualitatif, sedangkat data hasil belajar dianalisis dengan teknik analisis kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata motivasi belajar siswa siklus I (55,6) kategori “cukup” meningkat pada siklus II (77,38) kategori “baik”. Persentase ketuntasan hasil belajar afektif siswa siklus I (58,62%) meningkat menjadi (86,21%) pada siklus II, hasil belajar psikomotor siklus I (62,07%) meningkat menjadi (86,21%) pada siklus II, dan hasil belajar kognitif siswa pada siklus I (55,17%) meningkat menjadi (75,86%) pada siklus II.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kelurahan Mulyojati, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro pada tanggal 18 April 1992, sebagai anak kedua pasangan Bapak H. Agustono dan Ibu Hj. Anggorowati.

Pendidikan penulis dimulai dari TK Al-Qur’an dan selesai pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SD Al-Qur’an dan selesai pada tahun 2004. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Metro dan selesai pada tahun 2007. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Metro dan selesai pada tahun 2010. Setelah itu, pada tahun 2010 penulis melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(7)

MOTO

Man Jadda Wajada

(Barang siapa bersungguh-sungguh, akan berhasil)

Pengalaman adalah Guru Terbaik (Penulis)


(8)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirrohim

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan bentuk terima kasih kepada:

Bapak H.Agustono dan Ibu Hj.Anggorowati

yang merupakan sosok ayah dan ibu tercinta yang telah mendidik dengan penuh kasih sayang serta memberiku motivasi dan doa luar biasa untuk menjadi anak

yang dapat mewujudkan impian dan membanggakan orang tua dalam kondisi sesulit apapun.

Arie Wibowo dan Veni Fadhilah

yang merupakan sosok kakak dan kakak ipar yang selalu memberi nasehat untukku demi mewujudkan impian.

Tri Wahyunitasari dan Reni Utami sahabatku

yang selalu ada dalam suka dan duka serta memberikan senyum, keceriaan, dan kasih sayang untukku sehingga menjadi motivasiku untuk terus semangat. Serta keluarga dan orang-orang yang memberiku semangat untuk dapat berbuat

lebih baik hingga dapat menyelesaikan studi Almamaterku tercinta Universitas Lampung


(9)

MOTTO

Man Jadda Wajada

(Barang siapa bersungguh-sungguh, akan berhasil)

Pengalaman adalah Guru Terbaik (Penulis)


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat”, sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh kerena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung yang selalu mendukung pelaksanaan program di PGSD UPP Metro. 2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang selalu mendukung pelaksanaan program di PGSD UPP Metro.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan, saran, serta masukan demi kebaikan seluruh mahasiswa PGSD UPP Metro.

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua UPP PGSD Metro yang telah memberikan dukungan, saran, serta masukan demi kebaikan seluruh mahasiswa PGSD UPP Metro.

5. Bapak Drs. Sarengat, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas,


(11)

6. Ibu Dra. Siti Rachmah Sofiani., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi dan telah memberikan saran dan pertimbangan yang bijak selama penulis menjadi mahasiswa bimbingan akademik di PGSD UPP Metro.

7. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan dukungan, saran, masukan, dan kritik yang luar biasa dalam proses pembuatan skripsi.

8. Ibu Siti Rohana, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 6 Metro Pusat yang telah memberikan izin dan selalu memberikan semangat dalam pelaksanaan penelitian.

9. Ibu Dra. Hj. Titi Martini, S. Pd., selaku Guru Kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat.

10. Siswa-siswi kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat (Aldi, Tasya, Salsa, Cania, Dava, Dera, Dini, Cia, Jordan, Julia, Caca, Kinar, Lisa, Faqih, Farid, Nabila, Nanda, Randi, Riyan, Rostini, Shella, Siti, Tissa, Valen, Fera, Viqy, Vito, Dela, dan Zarifah) yang telah membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.

11. Seluruh Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah.

12. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dan doa luar biasa demi keberhasilan proses pembuatan skripsi.

13. Kakakku serta keluarga besarku yang senantiasa memberiku semangat dan doa.

14. Tri Wahyunitasari, Reni Utami, Devy Larasati Sukoco, Ayu Pakarti Dewi, Siti Fatimah, Sulihawati, Serlia Hendriyani, Umy Faridha, Khusnaini Azizah, Aqmarina Ferial, Sinta Mahardiyanti, Maulinda Putri Prasojo, dan Fahmi Tamimi (sahabat-sahabat terbaik), yang selalu berjuang bersama dari awal hingga penyelesaian studi.


(12)

16. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya.

Metro, Juli 2014 Penulis


(13)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat”, sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh kerena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung yang selalu mendukung pelaksanaan program di PGSD UPP Metro. 2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang selalu mendukung pelaksanaan program di PGSD UPP Metro.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan, saran, serta masukan demi kebaikan seluruh mahasiswa PGSD UPP Metro.

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua UPP PGSD Metro yang telah memberikan dukungan, saran, serta masukan demi kebaikan seluruh mahasiswa PGSD UPP Metro.

5. Bapak Drs. Sarengat, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi.


(14)

ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi dan telah memberikan saran dan pertimbangan yang bijak selama penulis menjadi mahasiswa bimbingan akademik di PGSD UPP Metro.

7. Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan dukungan, saran, masukan, dan kritik yang luar biasa dalam proses pembuatan skripsi.

8. Ibu Siti Rohana, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 6 Metro Pusat yang telah memberikan izin dan selalu memberikan semangat dalam pelaksanaan penelitian.

9. Ibu Dra. Hj. Titi Martini, S. Pd., selaku Guru Kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat.

10. Siswa-siswi kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat (Aldi, Tasya, Salsa, Cania, Dava, Dera, Dini, Cia, Jordan, Julia, Caca, Kinar, Lisa, Faqih, Farid, Nabila, Nanda, Randi, Riyan, Rostini, Shella, Siti, Tissa, Valen, Fera, Viqy, Vito, Dela, dan Zarifah) yang telah membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.

11. Seluruh Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah.

12. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dan doa luar biasa demi keberhasilan proses pembuatan skripsi.

13. Kakakku serta keluarga besarku yang senantiasa memberiku semangat dan doa.

14. Tri Wahyunitasari, Reni Utami, Devy Larasati Sukoco, Ayu Pakarti Dewi, Siti Fatimah, Sulihawati, Serlia Hendriyani, Umy Faridha, Khusnaini Azizah, Aqmarina Ferial, Sinta Mahardiyanti, Maulinda Putri Prasojo, dan Fahmi Tamimi (sahabat-sahabat terbaik), yang selalu berjuang bersama dari awal hingga penyelesaian studi.

15. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2010 khususnya PGSD’10 Gester “B” yang selalu berjuang bersama dari awal hingga penyelesaian studi.


(15)

tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya.

Metro, Juli 2014 Penulis


(16)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Rumusan Masalah ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup ... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 10

A.Model Pembelajaran ... 10

B.Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 11

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 12

3. Model-Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

C.Model Numbered Heads Together (NHT) ... 14

1. Pengertian Numbered Heads Together (NHT) ... 14

2. Langkah-Langkah dalam Model NHT ... 16

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). ... 17

D.Motivasi Belajar ... 18

1. Pengertian Motivasi ... 18

2. Pengertian Belajar ... 20

3. Tujuan Belajar ... 21

4. Hasil Belajar ... 22

E. Pembelajaran Tematik ... 25

F. Pendekatan Scientific ... 26

G.Penilaian Autentik ... 29

H.Penelitian yang Relevan ... 34

I. Kerangka Pikir ... 36


(17)

vi

1. Subjek Penelitian ... 42

2. Lokasi Penelitian ... 43

3. Waktu Penelitian ... 43

C.Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Teknik Non Tes ... 43

2. Teknik Tes ... 43

D.Alat Pengumpulan Data ... 44

1. Lembar Observasi ... 44

2. Tes Tertulis ... 49

E. Teknik Analisis Data ... 51

1. Teknik Kualitatif ... 51

2. Teknik Kuantitatif ... 54

F. Prosedur Penelitian ... 56

G.Indikator Keberhasilan ... 71

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 72

A.Profil SD Negeri 6 Metro Pusat ... 72

B.Prosedur Penelitian ... 73

1. Deskripsi Awal ... 73

2. Refleksi Awal ... 74

3. Pelaksanaan Kegiatan ... 75

4. Persiapan Pembelajaran ... 75

C.Hasil Penelitian ... 76

1. Siklus I ... 76

2. Siklus II ... 113

D.Pembahasan ... 148

1. Kinerja Guru ... 148

2. Motivasi Belajar Siswa ... 151

3. Hasil Belajar Siswa ... 154

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 160

A.Kesimpulan ... 160

B.Saran ... 161


(18)

v DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Kinerja Guru ... 44

2. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Motivasi Belajar Siswa ... 47

3. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Hasil Belajar Afektif Siswa ... 48

4. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 48

5. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Kognitif Siswa pada Siklus I ... 49

6. Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Kognitif Siswa pada Siklus II ... 50

7. Kategori Kinerja Guru Berdasarkan Perolehan Nilai ... 52

8. Kategori Motivasi Belajar Siswa ... 52

9. Kategori Hasil Belajar Afektif Siswa ... 53

10.Kategori Hasil Belajar Psikomotor ... 54

11.Kategori Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 55

12.Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 75

13.Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I ... 102

14.Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus I ... 103

15.Hasil Belajar Afektif Siswa pada Siklus I ... 105

16.Hasil Belajar Psikomotor Siswa pada Siklus I ... 106

17.Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Siklus I ... 107

18.Rekapitulasi Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus II ... 140

19.Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus II ... 141

20.Hasil Belajar Afektif Siswa pada Siklus II ... 143

21.Hasil Belajar Psikomotor Siswa pada Siklus II ... 144

22.Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Siklus II ... 145

23.Rekapitulasi Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 148

24.Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa ... 152

25.Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Afektif Siswa... 154

26.Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 156


(19)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 39

2. Siklus PTK ... 42

3. Grafik Kinerja Guru ... 149

4. Grafik Motivasi Belajar Siswa ... 152

5. Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa ... 154

6. Grafik Hasil Belajar Psikomotor Siswa ... 156


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan adalah upaya untuk menjembatani antara kondisi objektif yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi. Pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan setiap manusia. Manusia yang terdidik dapat menjadi manusia yang beradab, sopan santun dan berbudaya.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003, Bab I pasal I tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dinyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, disebutkan bahwa visi pendidikan nasional adalah terwujudnya pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Salah satu upaya untuk memujudkan visi pendidikan nasional adalah dengan membekali siswa agar mampu dan mau berfikir logis, analitis,


(21)

sistematis, kreatif serta dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari (Wardhani, dkk: 2007: 18).

Siswa yang ingin mengembangkan potensinya, hendaknya mengikuti kegiatan belajar di sekolah, dengan begitu diharapkan mereka dapat memiliki wawasan yang lebih luas dan dapat lebih mengembangkan diri. Sebagai seorang gurupun demikian, hendaknya harus memiliki wawasan yang luas untuk dapat menyalurkan pengetahuan mereka kepada siswa. Sehingga, siswa tersebut dapat memiliki pengetahuan yang berguna bagi kehidupannya kelak. Khususnya bagi guru sekolah dasar, dimana sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan awal yang harus diikuti oleh siswa. Disanalah siswa akan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru selain dari pengetahuan yang ia dapatkan sebelum di sekolah dasar, misalkan pengetahuan dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

Pendidikan di Indonesia kini tengah menerapkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Dalam kurikulum ini semua mata pelajaran disajikan secara terpadu. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 yang menekankan pada pembelajaran berbasis aktivitas, maka penilaiannya lebih menekankan pada penilaian proses baik pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk itu, dalam mengukur dan menilai tingkat pencapaian Kompetensi Dasar perlu dilakukan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.


(22)

Implementasi kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk komponen-komponen yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri. Komponen-komponen tersebut antara lain kurikulum, rencana pembelajaran, proses pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas hubungan, pengelolaan pembelajaran, pengelolaan sekolah/madrasah, pelaksanaan pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, serta etos kerja seluruh warga dan lingkungan. Oleh karena itu, untuk terlaksananya kurikulum 2013 membutuhkan dukungan dari berbagai komponen yang ada dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan pengamatan peneliti mengenai pembelajaran yang dilakukan di kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat pada tanggal 10-13 Januari 2014, didapatkan hasil bahwa motivasi belajar siswa cenderung rendah. Pada saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak berani bertanya atau menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Pada saat pembelajaran kelompok siswa kurang mampu mengembangkan keterampilannya dalam berinteraksi dan berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, yaitu dalam menyelesaikan tugas kelompok. Siswa cenderung malas-malasan dan hanya mengobrol dengan temannya sehingga tugas yang dikerjakan tidak selesai tepat waktu. Selain itu, guru kurang optimal dalam penerapan suatu model pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan metode konvensional yang dominan ceramah dalam pelaksanaan pembelajarannya.


(23)

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat pada 10-13 Februari 2014, diketahui bahwa SD Negeri 6 Metro Pusat telah melaksanakan pembelajaran tematik kurikulum 2013 sejak semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Peneliti memperoleh data bahwa nilai hasil belajar yang diperoleh siswa kelas IV A SDN 6 Metro Pusat pada pembelajaran tematik semester ganjil menunjukkan 50 % siswa sudah dinyatakan tuntas, sementara 50 % siswa lainnya dinyatakan belum tuntas. Stanic & Klipatrik (dalam Pranowo, 2011: 3) menyatakan bahwa pembelajaran yang dapat menarik minat dan motivasi siswa dalam belajar, akan berdampak positif terhadap hasil belajar, akibatnya hasil belajar yang diraih siswapun menjadi optimal dan begitu juga sebaliknya pembelajaran yang tidak menarik minat dan motivasi siswa dalam belajar maka berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa.

Sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013, maka kegiatan pembelajaran di kelaspun harus diupayakan menerapkan pendekatan scientific dan berbagai model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan mengembangkan kompetensi yang mencakup kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pendekatan scientific dilakukan melalui proses kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi/mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan scientific diimplementasikan dalam pembelajaran bertujuan untuk melatih siswa berpikir tingkat tinggi.

Sejalan dengan hal itu, dalam mengajar di sekolah dasar hendaknya guru dapat menggunakan model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan


(24)

kualitas siswa dalam belajar, diantaranya aktivitas, motivasi, dan hasil belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajarannya guru dapat menggunakan model-model pembelajaran yang tepat dan efektif di kelas. Diantaranya, model-model pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan model pembelajaran yang menempatkan siswa ke dalam beberapa kelompok belajar yang terdiri dari 4 sampai 5 orang. Melalui model pembelajaran ini siswa akan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok. Pembagian kelompoknya dengan menggunakan nomor-nomor yang dibagikan kepada setiap siswa. Siswa yang memiliki nomor yang sama akan berkumpul dalam satu kelompok. Sehingga diharapkan dengan model ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan akan berdampak pula pada meningkatnya hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, perlu kiranya diadakan perbaikan kualitas pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas perlu menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang kiranya dapat membantu memperbaiki kualitas pembelajaran tersebut. Maka peneliti menggunakan pendekatan scientific dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Peneliti melaksanakan penelitian di kelas VI A SD Negeri 6 Metro Pusat pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yaitu pada tema 6 “Indahnya Negeriku” subtema 3 “Indahnya Peninggalan Sejarah” dan pada tema 7 “Cita-Citaku” subtema 1 “Aku dan Cita-Citaku”.

Oleh karena itu di dalam PTK ini, peneliti mengangkat judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)


(25)

untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ada sebagai berikut:

1. Rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran tematik di kelas IV A SDN 6 Metro Pusat.

2. Sebagian besar siswa tidak berani bertanya atau menjawab pertanyaan yang diberikan guru ketika pembelajaran berlangsung.

3. Siswa kurang mampu mengembangkan keterampilannya dalam berinteraksi dan berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, yaitu dalam menyelesaikan tugas kelompok

4. Hasil belajar siswa kelas IV A SDN 6 Metro Pusat cenderung rendah yaitu hanya 50 % yang mencapai ketuntasan belajar.

5. Guru cenderung masih menggunakan metode konvensional yang dominan berceramah dan tanya jawab sehingga siswa merasa bosan. 6. Guru kurang mengoptimalkan penerapan suatu model pembelajaran


(26)

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV A SDN 6 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Bagaimanakah penerapan model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV A SDN 6 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV A SDN 6 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menerapkan model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). 2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV A

SDN 6 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menerapkan model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).


(27)

E.Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat: 1. Bagi Siswa

Siswa dapat termotivasi dalam mengikuti pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan dan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV A SDN 6 Metro Pusat.

2. Bagi Guru

Guru dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada pembelajaran tematik, serta dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu sekolah dan kualitas pembelajaran tematik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) di kelas.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas serta meningkatkan penguasaan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada pembelajaran tematik sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.


(28)

F. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian dibatasi pada peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. 2. Penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT).

3. Penelitian dibatasi subjek penelitian siswa kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat.

4. Penelitian dibatasi lokasi kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat Jl. Brigjend. Sutiyoso no. 48 Kecamatan Metro Pusat Kota Metro.


(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Model Pembelajaran

Untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran guru harus mempersiapkan terlebih dahulu hal-hal yang dapat mendukung selama proses pembelajaran itu, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan suatu rangkaian kegiatan yang akan dilakukan guru selama proses pembelajaran berlangsung.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 41) model pembelajaran adalah salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Menurut Amri (2013: 4) model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau kembangkan pada diri siswa.

Sedangkan menurut Suprijono (2011: 46), model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.


(30)

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu desain pembelajaran yang berupa suatu prosedur secara sistematis yang memungkinkan siswa dapat saling berinteraksi dalam pembelajaran sehingga terjadilah perubahan perilaku dalam diri siswa sebagai hasil dari suatu kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar guna mencapai tujuan yang diharapkan.

B.Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah agar dapat segera terpecahkan.

Slavin (dalam Isjoni, 2007: 15) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Woolfolk (dalam Warsono dan Hariyanto, 2012: 161) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pengaturan yang memungkinkan para siswa bekerja sama dalam suatu kelompok campuran dengan kecakapan yang berbeda-beda, dan akan memperoleh penghargaan jika kelompoknya mencapai suatu keberhasilan.


(31)

Eggen dan Kauchak (dalam Warsono dan Hariyanto, 2012: 49) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu kelompok strategi pengajaran yang melibatkan para siswa secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerja sama dan belajar bersama secara interaktif serta saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dimana untuk mencapai tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni, 2007: 21)

Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga sebagai tutor bagi teman sebayanya (Isjoni, 2007: 23)


(32)

Menurut Sharan (dalam Isjoni, 2007: 21), siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya.

Sedangkan menurut Johnson (dalam Isjoni, 2007: 23-24) pembelajaran kooperatif juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al. (dalam Isjoni, 2007: 27-28), yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model stuktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan ketrampilan sosial

Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk dapat melatih interaksi antar


(33)

kelompok dalam bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan bersama. Sehingga meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain

3. Model-Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa variasi model yang dapat diterapkan. Isjoni (2007: 51) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas yaitu diantaranya STAD (Student Team Achievement Division), Jigsaw, Group Investigation (GI), TGT (Teams Game Tournament), dan NHT (Numbered Heads Together).

C.Model Numbered Heads Together (NHT)

1. Pengertian Numbered Heads Together (NHT)

Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif ini lebih variatif karena menggunakan nomor berkepala dalam kegiatan pembelajarannya.

Pembelajaran dengan menggunakan model NHT merupakan pembelajaran yang diawali dengan Numbering, yaitu guru membagi kelas


(34)

menjadi kelompok-kelompok kecil. Setelah kelompok terbentuk,

tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi

memikirkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru kepada setiap kelompok (Suprijono, 2011: 92)

Numbered Heads Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu dalam Ahsan, 2012. http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.com/).

Aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran yang menggunakan model ini adalah untuk mendorong siswa untuk berpikir dalam suatu tim dan berani untuk tampil mandiri (Warsono dan Hariyanto, 2012: 216)

Sesuai dengan pendapat Sharan (dalam Isjoni, 2007: 21), siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Maka peneliti memilih untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajarannya. Khususnya model NHT (Numbered Heads Together), karena model pembelajaran ini menuntut siswa untuk dapat saling berinteraksi dan bekerja sama dengan model yang variatif yaitu model ini menggunakan nomor kepala bagi masing-masing siswa, dan kegiatannya menuntut partisipasi seluruh siswa sehingga akan lebih menarik perhatian dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.


(35)

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran NHT merupakan model pembelajaran kooperatif yang menggunakan nomor kepala dalam kegiatan berdiskusi, mencari, mengolah dan melaporkan informasi sebagai hasil interaksi dan kerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan permasalahan bersama. Pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan waktu yang ditentukan agar pembelajaran lebih efektif.

2. Langkah-Langkah dalam Model NHT

Guru sebagai fasilitator mengatur kelas sedemikian rupa sehingga ada ruang yang cukup bagi adanya sejumlah kelompok siswa. Langkah-langkah dalam model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) adalah sebagai berikut.

a. Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya.

d. Guru memangil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

f. Kesimpulan (Hanafiah dan Suhana, 2010: 42)

Komalasari (2010: 62─63) mengemukakan langkah-langkah NHT,

yaitu:

a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.


(36)

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor. Nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

f. Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan dari kegiatan yang baru saja dilakukan tersebut.

g. Pembelajaran dilaksanakan secara efektif.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa langkah-langkah dalam model pembelajaran NHT antara lain: pengelompokkan, pemberian tugas kelompok, diskusi antar anggota kelompok, pelaporan hasil, pemberian tanggapan, membuat kesimpulan, dan pembelajaran dilaksanakan secara efektif.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)

NHT mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagaimana dikemukakan oleh Suwarno (dalam Wahyono, 2013: http://www.pendidikanekonomi.com) bahwa pembelajaran model Numbered Head Together (NHT) memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

2) Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.

3) Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan.


(37)

4) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

b. Kelemahan

1) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.

2) Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.

3) Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.

Hermana (2006: 46) mengemukakan bahwa:

a. Kelebihan model cooperative learning tipe NHT, yaitu: 1. Setiap siswa menjadi siap semua.

2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang

pandai.

b. Kelemahan model cooperative learning tipe NHT, yaitu: 1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi

oleh guru.

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki banyak kelebihan dan kekurangan. Guru harus berupaya memaksimalkan pembelajaran agar tidak terjadi kesenjangan di dalam kelas.

D.Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan suatu penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan dalam dirinya. Motivasi ini bisa berasal dari dalam diri seseorang maupun dari luar diri seseorang.


(38)

Menurut Uno (2007: 1) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya.

Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor (Hanafiah dan Suhana, 2010: 26)

Menurut Uno (2007: 23), hakikatnya motivasi merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. adanya harapan dan cita-cita masa depan d. adanya penghargaan dalam belajar

e. adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f. adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Indikator tersebut dapat digunakan untuk melihat ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa. Dengan adanya indikator di atas yang terlihat dalam pembelajaran, maka hal ini berarti adanya motivasi belajar dalam diri siswa ketika pembelajaran berlangsung.


(39)

Menurut pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang berasal dari dalam maupun dari luar diri seseorang yang dapat mengarahkan dirinya untuk melakukan sesuatu hingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Perubahan tersebut meliputi: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan perilaku seseorang menuju kedewasaan, dari yang awalnya tidak bisa menjadi bisa. Belajar bisa terjadi dimanapun tidak hanya di lingkungan sekolah namun juga dapat terjadi di lingkungan keluarga ataupun lingkungan masyarakat, karena belajar merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya.

Menurut R.Gagne (dalam Suprijono, 2011: 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Witherington (dalam Hanafiah dan Suhana, 2010: 7) mengatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola


(40)

respons baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.

Kemudian oleh Warsono dan Hariyanto (2012: 53) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana para siswa mengasimilasikan informasi dan mengaitkan pengetahuan baru ini dalam bingkai kerangka pengetahuan terdahulu yang dimilikinya.

Adapun menurut Susanto (2013: 3), belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan individu sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada individu tersebut sebagai akibat dari adanya interaksi antar individu dan antara individu dengan lingkungannya sehingga memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari pengalamannya tersebut.

3. Tujuan Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku seseorang melalui upaya dalam memperoleh pengetahuan. Sehingga tujuan belajar yang diinginkan adalah seseorang yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.

Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses


(41)

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Suprijono (2011: 5) menyatakan bahwa, tujuan belajar sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik menghidupi suatu sistem lingkungan belajar tertentu.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan belajar adalah agar siswa memiliki pengetahuan dan dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya baik dalam aspek pengetahuan, sikap, spiritual, dan keterampilan yang dapat digunakan oleh siswa dalam kehidupannya sehari-hari sehingga bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri siswa setelah mereka melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai hasil dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.


(42)

Hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5). Pengertian tersebut dipertegas kembali oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono. 2011: 5)

Gagne (dalam Suprijono, 2011: 5) menyatakan bahwa hasil belajar itu berupa:

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang yang terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penialaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sedangkan Bloom, dkk (dalam Sudijono, 2011: 49) menyatakan bahwa tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada tiga jenis domain yang melekat pada peserta didik, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif atau sikap, dan ranah psikomotor atau keterampilan.


(43)

Bloom, dkk (dalam Hanafiah dan Suhana, 2010: 21-22) menjelaskan bahwa ranah kognitif memiliki enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang paling tinggi. Keenam jenjang itu adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian (evaluasi). Ranah afektif memiliki jenjang yaitu penerimaan, penanggapan, penghargaan, pengorganisasian, dan pengkarakteristikan. Sedangkan ranah psikomotor meliputi persepsi, kesiapan, respon terbimbing, mekanisme, respon nyata kompleks, penyesuaian, dan penciptaan. Aspek kognitif memiliki indikator antara lain: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Kemudian indikator aspek sikap antara lain: menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan menghayati. Sedangkan indikator aspek keterampilan antara lain: peniruan, manipulasi, pengalamiahan, dan artikulasi. Aspek keterampilan memiliki kata kerja operasional pada setiap indikatornya, yaitu indikator peniruan (memposisikan, menggabungkan, menyesuaikan), indikator manipulasi (mengoreksi, merancang, memilah, mendemonstrasikan), indikator pengalamiahan (mendorong, menggantikan, mengoperasikan), dan indikator artikulasi (menggunakan, membentuk, mengalihkan).

Sedangkan dalam kurikulum 2013 (Kemendikbud. 2013: vii) , telah dijelaskan bahwa aspek-aspek antara lain aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,


(44)

dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

b. Sikap

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

c. Keterampilan

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

Mulyasa (2013: 147) menjelaskan bahwa aspek sikap meliputi: tanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, bersikap santun, kompetitif, dan jujur. Sedangkan dalam kompetensi inti, sikap yang diharapkan muncul pada siswa meliputi: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri. Berdasarkan kedua sumber tersebut terdapat 4 aspek sikap yang sama yaitu jujur, tanggung jawab, santun, dan percaya diri.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang akan dicapai oleh siswa. Perubahan yang akan dicapai itu meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).

E.Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/jenis dari pada pembelajaran terpadu.

Pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga


(45)

dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas dalam Triyanto, 201: 79)

Sedangkan menurut Suryosubroto (2009: 133), pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam suatu tema atau topik pembahasan.

Pembelajaran tematik menurut Depdiknas (dalam Triyanto, 2010: 91-92) memiliki karakteristik-karakteristik antara lain: (a) berpusat pada siswa, (b) memberikan pengalaman langsung, (c) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (d) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (e) bersifat fleksibel, (f) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, dan (g) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang memadukan antara beberapa mata pelajaran ke dalam suatu tema tertentu dalam kegiatan pembelajaran.

F. Pendekatan Scientific

1. Pengertian Pendekatan Scientific

Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode (Suhendi, 2013: http://hendisuhendi2012.wordpress.com)


(46)

Menurut Suhendi (2013, http://hendisuhendi2012.wordpress.com) pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan scientific adalah pendekatan yang berisikan konsep-konsep yang melatarbelakangi perumusan metode mengajar secara ilmiah.

2. Langkah-Langkah Pendekatan Scientific

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013: 59).

a. Mengamati

Dalam penyajian pembelajaran, guru dan peserta didik (Kelas 4 Sekolah Dasar) perlu memahami apa yang hendak dicatat, melalui kegiatan pengamatan. Mengingat peserta didik masih dalam jenjang Sekolah Dasar, maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan media gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat kontekstual.

b. Menanya

Guru yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru atau siswa bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan


(47)

peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

c. Menalar

Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.

d. Mencoba

Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

e. Mengolah

Tahapan mengolah ini peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Maka akan menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.

f. Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi.

g. Menyajikan dan mengkomunikasikan

Peserta didik harus dapat menyajikan mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada Standar Proses (Kemendikbud, 2013: 59).


(48)

Pembelajaran Scientific dalam proses pembelajarannya menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, meliputi:

a. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”

b. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.

c. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”

d. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kemendikbud).

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan scientific adalah pendekatan yang berisikan konsep-konsep yang melatarbelakangi perumusan metode mengajar secara ilmiah. Langkah-langkah pendekatan scientifc meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.

G.Penilaian Autentik

1. Pengertian Penilaian Autentik

Dalam kegiatan pembelajaran tentunya sangat diperlukan penilaian, untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran di kelas.

Menurut Komalasari (2011: 146) istilah penilaian (assessment) dalam pendidikan adalah merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Kegiatan mengumpulkann informasi sebagai bukti untuk dijadikan


(49)

dasra menetapkan terjadinya perubahan dan derajat perubahan yang telah dicapai sebagai hasil belajar peserta didik.

Johnson (dalam Komalasari, 2011: 148) mengemukakan bahwa penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, assessment autentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata.

Menurut Mueller (dalam Nurgiyantoro, 2011: 23), penilaian autentik merupaka suatu bentuk tugas yang mengehendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan menurut Stiggins (dalam Nurgiyantoro, 2011: 23), penilaian autentik merupakan penilaian kinerja (performansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya.

Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian autentik mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses


(50)

pembelajaran di dalam kelas ataupun di luar kelas (Komalasari, 2011: 148)

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penilaian autentik adalah suatu bentuk penilaian belajar yang menilai semua aspek hasil belajar yang mencakup domain kognitif, afektif, dan psikomotor yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran.

2. Fungsi dan Manfaat Penilaian Autentik

Menurut Thorndike dan Hagen (dalam Komalasari, 2011: 149) fungsi dan manfaat penilaian dalam pendidikan diarahkan kepada keputusan-keputusan yang menyangkut (a) pengajaran, (b) hasil belajar, (c) diagnosis dan usaha perbaiakan, (d) penempatan, (e) seleksi, (f) bimbingan dan konseling, (g) kurikulum, dan (h) penilaian kelembagaan.

Merujuk pada pendapat tersebut, Depdiknas (dalam Komalasari, 2011: 149-150) menjabarkan lebih lanjut fungsi penilaian autentik sebagai berikut:

a. Menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi;

b. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian, maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan);

c. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan;

d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya;


(51)

e. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan peserta didik.

Kemudian manfaat dari penilaian autentik (Komalasari, 2011: 150) yaitu guru memanfaatkan hasil penilaian autentik untuk hal-hal berikut:

a. Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung;

b. Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi;

c. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial;

d. Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan;

e. Memberikan pilihan alternatif kepada guru;

f. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan;

g. Memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (Diknas Daerah) dalam mempertimbangkan konsep penilaian kelas yang digunakan.

3. Prinsip-Prinsip Penilaian Autentik

Dalam melakukan penilaian autentik hendaknya memperhatikan beberapa prinsip penting. Komalasari (2011: 151) menyatakan prinsip-prinsip yang dimaksud adalah:

a. Validitas

Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. b. Reliabilitas

Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang reliabel (ajeg) memungkinkan perbandingan yang reliabel dan menjamin konsistensi.

c. Menyeluruh

Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar (kognitif, afektif, dan psikomotor).

d. Berkesinambungan

Penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus-menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu tertentu.


(52)

e. Objektif

Penilaian harus dilaksanakan secara objektif, maka penilaian harus adil, terencana, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.

f. Mendidik

Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal.

4. Langkah-Langkah Penilaian Autentik

Sebagai sebuah proses, penilaian autentik dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, tahap penyusunan alat penilaian, tahap pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, tahap pengolahan, dan tahap penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik (Komalasari, 2011: 148-149)

Komalasari (2011: 149) menjelaskan bahwa teknik penilaian autentik dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian tertulis (paper and pencil test) atau lisan, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/ karya peserta didik (portofolio), dan penilaian diri.

Menurut Kemendikbud (2013: 90) dalam melaksanakan penilaian autentik guru harus memperhatikan : 1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai, 2) fokus penilaian yang akan dialakukan misalnya berkaitan dengan sikap, keterampilan, pengetahuan, dan 3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori atau proses. Teknik penilaian autentik adalah sebagai berikut:


(53)

1) Penilaian sikap, dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat atau instrumen penilaian, yaitu format observasi perilaku, pertanyaan langsung, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal catatan guru.

2) Penilaian pengetahuan, dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat atau instrumen penilaian yaitu: tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.

3) Penilaian keterampilan, dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa alat atau instrumen penilaian, yaitu: lembar observasi, penilaian unjuk kerja, penilaian proyek, penilaian produk, dan penilaian portofolio.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penilaian autentik terdiri dari penilaian sikap (afektif), penilaian keterampilan (psikomotor), dan penilaian pengetahuan (kognitif). Untuk dapat melaksanakan penilaian autentik guru harus dapat memahami tujuan penelitian yang hendak dicapai, sehingga dapat menyesuaikan antara tujuan penilaian dengan instrumen yang akan digunakan dalam penilaian tersebut.

H.Penelitian yang Relevan

Pada hakikatnya penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran, baik memperbaiki pembelajaran di kelas maupun memperbaiki kinerja guru. Apabila mutu pembelajaran di kelas meningkat maka mutu pendidikan dapat ditingkatkan.


(54)

Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Soviatun (2013). Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together menunjukkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 05 Metro Selatan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai aktivitas siswa secara klasikal pada siklus I (54,00), siklus II (64,00), dan siklus III (77,00). Sementara rata-rata kelas hasil belajar siswa siklus I (58,54), siklus II (68,38), dan siklus III (76,77). Persentase ketuntasan hasil belajar pada siklus I sebesar 51,61%, siklus II sebesar 64,51%, dan pada siklus III sebesar 80,64%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 05 Metro Selatan.

Penelitian berikutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2013) menyatakan bahwa hasil dari penelitian dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 2 Langkapura Bandar Lampung meningkat. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai aktivitas siswa secara klasikal pada siklus I (53,48), siklus II (72,38), dan siklus III (77,95). Sementara rata-rata kelas untuk hasil belajar siswa pada siklus I (60,00), Siklus II (66,67), dan siklus III (80,00). Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar


(55)

41%, siklus II sebesar 50%, dan siklus III sebesar 81%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 2 Langkapura Bandar Lampung.

Persamaan kedua penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah model yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together. Persamaan berikutnya adalah pada peningkatan yang diharapkan, yaitu peningkatan hasil belajar siswa. Sementara perbedaannya adalah subjek yang diteliti, penilaian yang dilakukan, waktu dan tempat penelitian.

Kedua penelitian diatas cukup relevan kerena penelitian tersebut mengungkap efektivitas penerapan model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian mengenai model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together lebih lanjut.

I. Kerangka Pikir

Penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Terutama dalam memperbaiki kualitas pembelajaran yang belum baik. Sesuai dengan hasil observasi di kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat, didapatkan hasil bahwa masih rendahnya motivasi dan hasil belajar


(56)

siswa dalam pembelajaran. Maka dari itu perlu diadakan PTK guna memperbaiki dan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan kurikulum 2013, pembelajaran dituntut harus menerapakan pendekatan scientific dalam pembelajarannya, yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Serta menggunakan penilaian autentik dalam penilaiannya, yaitu meliputi penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka dari itu, penelitian ini menggunakan pendekatan scientific dan melakukan penilaian autentik dalam pembelajarannya. Selain itu dalam PTK ini penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), yaitu suatu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa pada kelompok-kelompok, lalu mengerjakan tugas yang diberikan guru secara bersama-sama. Model ini akan diintegrasikan dengan pendekatan scientific dalam kegiatan pembelajarannya.

Pada mulanya siswa diajak untuk mengamati suatu objek lalu kemudian bertanya jawab tentang objek tersebut. Kemudian siswa mencoba untuk menalar dengan mengelompokkan beragam ide-ide maupun pengetahuan yang dimiliki. Kemudian barulah guru menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompo dengan menggunakan nomr-nomor berkepala agar dapat lebih menarik minat dan motivasi siswa dalam belajar kelompok. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk akan diberikan tugas oleh guru, sehingga mereka akan mencoba untuk mengerjakan bersama-sama tugas tersebut. Sehingga diharapkan dalam kelompok ini, setiap anggota


(57)

kelompok dapat saling berinteraksi dengan empati dan saling menghormati, serta menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing anggota kelompok. Kemudian, setelah siswa selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, guru akan memanggil salah satu nomor dari tiap kelompok untuk melaporkan atau menyajikan hasil kerja kelompok mereka, serta memanggil nomor yang lain untuk memberikan tanggapan atas laporan dari kelompok yang lain. Setelah hasil kerja kelompok sudah dilaporkan seluruhnya, guru bersama-sama siswa menyimpulkan tentang kegiatan pembelajaran pada hari itu.

Apabila proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan scientific dan model pembelajaran NHT dilaksanakan dengan baik dan benar dan sesuai dengan langkah-langkah yang tepat, diharapakan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Motivasi belajar siswa dapat meningkat apabila indikator motivasi itu tercapai. Sedangkan hasil belajar dapat meningkat apabila semua indikator dari setiap aspek tercapai. Mulai dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk aspek kognitif dapat dilihat dari evaluasi di akhir kegiatan pembelajaran. Sedangkan aspek afektif dan psikomotor dapat dilihat pada saat proses pembelajaran. Langkah-langkah proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan scientific dan model pembelajaran NHT dapat dilihat pada kerangka pikir berikut.


(58)

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian INPUT

PROSES

OUTPUT

1. Rendahnya motivasi belajar siswa.

1. Adanya peningkatan motivasi belajar siswa

secara klasikal mencapai ≥ 61.

Pendekatan scientific dan model NHT Guru melaksanakan pembelajaran tematik dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Hedas Together (NHT) dan diintegrasikan dengan pendekatan Scientific. 1. Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok. 2. Guru memfasilitasi siswa untuk mengamati. 3. Guru memfasilitasi siswa untuk menanya. 4. Guru memfasilitasi siswa untuk menalar. 5. Guru memfasilitasi siswa untuk mencoba.

6. Guru membagi tugas kepada setiap

kelompok.

7. Guru memfasilitasi siswa untuk mengolah. 8. Guru memastikan setiap kelompok dapat

mengerjakan tugasnya dan mengetahui jawabannya.

9. Guru memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja kelomponya.

10. Guru memanggil salah satu nomor siswa untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya.

11. Guru memfasilitasi siswa untuk

memberikan tanggapan.

12. Guru memfasilitasi siswa dalam

menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil kerja kelompoknya.

13. Guru bersama siswa membuat kesimpulan

bersama tentang materi yang telah

dipelajari.

14. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi yang ditentukan.

2. Rendahnya hasil belajar siswa.

2. Adanya peningkatan persentase ketuntasan hasil


(59)

J. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Apabila dalam pembelajaran tematik menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan langkah-langkah yang tepat, maka akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV A SDN 6 Metro Pusat.


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Rancangan Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar ( Kunandar, 2011: 41). Penelitian tindakan, dari istilahnya bertujuan untuk menyelesaikan masalah melalui suatu perbuatan nyata, bukan hanya mencermati fenomena-fenomena yang bersangkutan. Kata ketiga “kelas” yang menunjukkan keterangan oleh siapa tindakan dilaksanakan, tidak mempunyai makna mengikat. Jadi, dalam penelitian tindakan kelas ada tiga unsur atau konsep menurut Kunandar (2011: 45), yaitu:

1. Penelitian, adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.

2. Tindakan, adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar.

3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelitian yang bertujuan menyelesaikan masalah


(61)

melalui perbuatan nyata, yang dilaksanakan tidak hanya terbatas pada ruang kelas, namun dapat juga di tempat-tempat lain yang sesuai dengan bidang tugasnya. Penelitian tindakan harus memperhatikan perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) (Mulyasa, 2011: 48). Adapun siklus dari PTK ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Siklus PTK (sumber: Arikunto, 2011:16)

B.Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara kolaborasi partisipan antara peneliti dan guru. Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas IV A SDN 6 Metro Pusat dengan jumlah 29 orang siswa yang terdiri 11 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.

Perencanaan Siklus I Pengamatan Perencanaan Siklus II Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi


(1)

160

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa kelas IV A SD Negeri 6 Metro Pusat Kota Metro diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran tematik. Pada siklus I nilai motivasi belajar siswa secara klasikal adalah sebesar 55,6 dengan kategori “cukup”, kemudian meningkat sebesar 21,78 menjadi 77,38 dengan kategori “baik” pada siklus II.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik. Hasil belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa pada siklus I sebesar 55,17%, kemudian meningkat sebesar 20,69% menjadi 75,86% pada siklus II. Persentase ketuntasan hasil belajar afektif siswa pada siklus I sebesar 58,62%, kemudian meningkat sebesar 27,59% menjadi 86,21% pada siklus II. Kemudian, persentase ketuntasan


(2)

161

hasil belajar psikomotor siswa pada siklus I sebesar 62,07%, kemudian meningkat sebesar 24,14% menjadi 86,21% pada siklus II.

B. Saran

1. Siswa

Diharapkan dapat selalu aktif serta memiliki motivasi belajar sehingga dapat menunjukkan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan ikut mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, serta siswa dapat memperoleh pengetahuan yang bersifat komprehensif baik kognitif, afektif, dan psikomotor.

2. Guru

Diharapkan guru lebih berani berinovasi untuk menerapkan dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) serta media pembelajaran yang kreatif dan menarik serta bersifat menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

3. Sekolah

Penyediaan fasilitas penunjang yang mampu mendukung pelaksanaan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) sebagai upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.


(3)

162

4. Peneliti

Penelitian ini dilakukan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada pembelajaran tematik. Diharapkan peneliti berikutnya dapat mengembangkan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran serupa dengan materi lain yang bervariasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahsan, Arfiyadi. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif. http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.com/2012/08/numbered-head-together-nht.html. Diakses pada 22 Januari 2014 pukul 21.14 WIB Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulu

2013. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran.

Bandung: Refika Aditama.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud Republik Indonesia.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Semester II. Jakarta: Kemendikbud Republik Indonesia.

Kemendikbud. 2013. Tema 6 Indahnya Negeriku Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud Republik Indonesia.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika Aditama. Komalasari, Kokom. 2010. Pengembangan Kontekstual. Bandung: PT Refika

Aditama.

Kunandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers.

Marlina, Reni. 2013. Penerapan Model Cooperative Learning tipe

Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 2


(5)

Langkapura Bandar Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Mulyasa.2011. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Remaja Rosdakarya Ningsih, yulyana fajar. 2012. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar

Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualizaton (TAI) Siswa Kelas V SDN 4 Sukadamai Lampung Selatan. Bandar lampung: Universitas lampung.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Poerwanti, Endang. 2008. Asessment Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pranowo, Ashari. 2011. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi Pemecahan Masalah (Problem Solving) pada Siswa Kelas IVB Sekolah Dasar Negeri 5 Metro Barat Tahun Pelajaran 2010/2011 (Proposal). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Soviatun. 2013. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS pada siswa

Kelas V SD Negeri 05 Metro Selatan dengan Menerapkan Model

Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together. Bandar

Lampung: Universitas Lampung.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Suhendi, Hendi. 2013. Pendekatan Pembelajaran Scientific di Kurikulum 2013.

http://hendisuhendi2012.wordpress.com/2013/07/18/pendekatan-pembelajaran-scientific-di-kurikulum-2013. diakses pada 31 Januari 2014 pukul 10.13 WIB

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana.

Sutikno, M. Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran “Upaya Kreatif dalam

Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil”. Bandung: Prospect.

Uno, Hamzah. B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

UU No. 20 Bab I Pasal 1. 2003. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Jakarta: Rineka Cipta.

UU No. 20 Bab II Pasal 3. 2003. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Jakarta: Rineka Cipta.

Wahyono, Budi. 2013. Model Pembelajaran Numbered Heads Together.

http://www.pendidikanekonomi.com/2013/04/model-pembelajaran-numbered-heads.html. Diakses pada 22 Januari Pukul 21.29 WIB.

Wardani, Igak, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan modal pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) dalam upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa

1 5 88

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Siswa Kelas I B SD Negeri 11 Metro Pusat

1 16 85

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT ( Numbered Heads Together) DENGAN MEDIA GAMBAR Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif NHT (Numbered Heads Together) Dengan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kualitas Belajar Biologi Siswa Kelas Viid Smp Negeri 2

0 0 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 45

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI.

0 0 11

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 161 Pekanbaru

0 0 13