Ikhwan Lukmana Hariyawan F3309060
commit to user
i
EVALUASI EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK RESTORAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2009-2011
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi
Oleh :
Ikhwan Lukmana Hariyawan NIM F3309060
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
(2)
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tugas Akhir dengan judul “EVALUASI EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK RESTORAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2009-2011” telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan guna mencapai derajat Ahli Madya Program Studi DIII Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Surakarta, Agustus 2012
Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
SUTARYO, S.E., M.Si., AK.
(3)
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji
Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Akuntansi.
Surakarta, Agustus 2012
Tim Penguji Tugas Akhir
1. Drs. Agus Budiatmanto, MSi., Ak ( )
NIP. 19591216 199003 1 001 Dosen Penguji
2. Sutaryo, S.E., M.Si.,
Ak. ( )
(4)
commit to user
v
MOTTO
Walaupun semua tak seindah yang di
inginkan, tak seharusnya menyerah
tanpa perlawanan, berusaha dan doa
terus sampai akhir pasti ALLAH
berikan yang terbaik
(5)
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Penulis Persembahkan Kepada:
¨ Allah SWT
¨ Orang Tua Tersayang
¨ Pembimbing
¨ Teman-Teman Tercinta
(6)
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul “EVALUASI
EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK RESTORAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2009-2011”
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar ahli Madya pada Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak pihak yang, baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaiaan penulisan ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu menjadi pembimbing dan pendorong dalam
segala hal serta memberikan kelancaran atas segalanya.
2. Kedua orangtuaku, Papa dan mama, serta mas ichan dan dek adnan
yang yang selalu memberikan motivasi, dorongan, semangat, serta doa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
3. Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
(7)
commit to user
viii
4. Drs. Agus Budiatmanto, MSi., Ak selaku Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
5. Semua kru di tempat magang makasih telah mengijinkan magang di
DPPKA.
6. Sutaryo, S.E., M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan Tugas Akhir.
7. Bapak ibu karyawan DPPKA Kota Surakarta yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan penjelasan dan keterangan yang penulis perlukan.
8. Buat temen-temen yang rame gokil heru, haris, gunawan, mbah apat, nananeharis, boy, satrio, damar, leon, galih, iin, garba dll lah pokok e... pokok e ayo kumpul neh!!! Dan mbak ajeng, ratih, soka, dan mbak tata makasi woe magang yang setres..
9. Sahabatku icha, lusi, iqbal, kaendah, fanda, logam, woe aq jo dicutat terus,,, hahahasem!! Tapi karena kalian jadi seru walau banyag masalah tapi kita harus tetap kompak!!! Kita selamanya!! Ayo sing song lagi!!
10. Dan pacar dalam mimpi q mbuh sopo.. wakakakak.. stress..kapan bias menyatu?? Efek GALAU TA!!!
11. Buat pihak luar kampus, CEPE.. heh dul ayo hengot!!, destia tengkyu MBUL!!, deves wooo ndang cepet gedhe yo cah ayu!!
(8)
commit to user
ix
12. The jablays (shinta, ragil, dan Manyun) thakyu so much,, buat D**H sensor sebut saja bunga, yang pernah buat q mati gaya.. Oh ya orang paling senyum paling UNIK Putri Kereta Kencana!! Haha..
13. Lepi ku tercinta, yang telah membantu ku memperlancar penyusunan Tugas Akhir.
14. Semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya, serta pihak-pihak yang membutuhkan.
Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Surakarta, Agustus 2012
(9)
commit to user
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRACT... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM ORGANISASI ... 1
B. LATAR BELAKANG MASALAH ... 22
C. PERUMUSAN MASALAH ... 24
D. TUJUAN PENELITIAN ... 25
E. MANFAAT PENELITIAN ... 26
F. METODE PENELITIAN ... 26
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS DATA ... 29
(10)
commit to user
xi
BAB III TEMUAN
A. KELEBIHAN... 44 B. KELEMAHAN ... 45
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN... 46 B. REKOMENDASI ... 47 DAFTAR PUSTAKA
(11)
commit to user
xii
DAFTAR TABEL TABEL
1.1 Target dan Realisasi Pajak Restoran ... 36 1.2 Presentase Pertumbuhan Realisasi Pajak Restoran ... 38 1.3 Rasio Efektivitas Penerimaan Pajak Restoran ... 40
(12)
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR GAMBAR
1.1 Struktur Organisasi DPPKA Kota Surakarta ... 8 1.2 Grafik Pertumbuhan Realisasi Penerimaan pajak Restoran ... 39
(13)
commit to user
ii ABSTRACT
EFFECTIVENESS EVALUATION RESTAURANT TAX REVENUE OF SURAKARTA CITY YEARS 2009-2011
IKHWAN LUKMANA HARIYAWAN F3309060
The purpose of this study was to determine the magnitude of the effectiveness of the growth rate and effectiveness of the restaurant tax, the obstacles encountered and the efforts undertaken by the Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Surakarta in restaurant tax collections.
The method used in this final assignment is comparing between theory anddata from the Local Government Income (DIPENDA) of Surakarta city. Data collection method by using literary study obtained from the research location and by interviewing a staff of the Local Government Income (DIPENDA) of Surakarta city.
The result of the research shows that the percentage of the growth restaurant tax revenue realization increase every year and always exceed the target that is fixed. There are many infringements done by tax payers in order to minimize the debited restaurant tax payment. Less of officer in charge and less of socialization about restaurant tax are some obstructions too that is found in order to collect the restaurant tax.
The conclusions of this research are the average of the growth restaurant tax revenue realization per year from year 2009-20011 is ± 117,73 %. The average of the effectiveness restaurant tax revenue realization per year from year
2009-2011 is ± 104,07%.The Local Government Income (DIPENDA) of
Surakarta city still try to increasing local income especially from the restaurant tax and decrease the obstructions which is found in order to collect the restaurant tax.
Based on the result of this research, the writer suggest the Local Government Income (DIPENDA) of Surakarta city to dig the restaurant tax potency by giving maximum service and repairing the system which is used to increase the number of local genuine income restaurant tax of Surakarta city.
(14)
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM ORGANISASI
1. Sejarah Dinas Pendapatan Daerah Surakarta
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan adanya pertentangan pendapat antara pro dan kontra Daerah Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk sementara waktu oleh pemerintah dengan mengeluarkan surat penetapan pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/S-D yang menetapkan daerah Surakarta sebagai daerah karesidenan dan dibentuk daerah baru dengan nama Kota Surakarta.
Peraturan yang telah ada tersebut disempurnakan dengan dikeluarkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1947 yang menetapkan Kota Surakarta menjadi Haminte kota Surakarta. Kota Surakarta pada waktu itu terdiri dari 5 wilayah kecamatan dan 44 kelurahan, karena 9 kelurahan di wilayah karanganyar itu baru terlaksana pada tanggal 9 September 1950. Pelaksana teknis pemerintah haminte kota Surakarta terdiri atas jawatan. Jawatan tersebut antara lain jawatan Sekretariat Umum, Keuangan, Pekerjaan Umum, Sosial, Kesehatan, Perusahaan P.D.&.K, Pamong Praja, dan jawatan Perekonomian. Penerimaan Pendapatan Daerah waktu itu diurusi oleh jawatan keuangan.
Dengan dikeluarkannya keputusan DPRDS Kota Besar Surakarta Nomor 4 Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur Pemerintah, maka
(15)
commit to user
Jawatan Umum diganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum yang terbagi dalam urusan-urusan dan setiap urusan-urusan tersebut terbagi lagi dalam bagian-bagian. Dengan adanya perubahan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk penanganan pajak sebagai pendapatan daerah yang sebelumnya ditangani oleh Jawatan Keuangan kini ditangani lebih khusus oleh Urusan Pajak. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta tanggal 23 Februari 1970 No. 259/ X.10/ Kp.70 tentang Struktur Organisasi kotamadya Surakarta termasuk Dinas Kepentingan Umum diganti menjadi bagian dan bagian itu membawahi urusan-urusan sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum Urusan Pajak diganti menjadi Bagian Pajak.
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala daerah Kotamadya Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No. 162/ Kep/ Kdh. IV/ Kp.72 tentang Penghapusan Bagian Pajak dari Dinas Pemerintahan Umum karena bertalian dengan pembentukan dinas baru. Dinas baru tersebut adalah DIPENDA. Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada saat itu Dinas Pendapatan Daerah dibagi menjadi empat seksi diantaranya Seksi Umum, Seksi Pajak Daerah, Seksi Pajak Pusat/Propinsi yang diserahkan kepada daerah dan Seksi Doleansi/ P3 serta Retribusi dan Leges. Masing-masing seksi Dipimpin oleh Kepala seksi yang dalam menjalankan tugasnya langsung dibawah pimpinan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah.
(16)
commit to user
Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah waktu itu adalah sebagai pelaksana Walikota di bidang perencanaan, penyelenggaraan dan kegiatan dibidang pengelolaan sektor-sektor yang merupakan sumber pendapatan daerah. Berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 11 Tahun 1957 tentang Pajak Daerah terdapat 13 macam Pajak Daerah di Kota Surakarta yang wewenang pemungutan dan pengelolaannya ada pada DIPENDA. Tetapi saat itu baru empat macam Pajak Daerah yang dijalankan dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, yaitu dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Pajak Pertunjukan yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1992,
b. Pajak Reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 11 Tahun 1971,
c. Pajak Anjing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 54 Tahun 1953, d. Pajak Penjualan Minuman Keras yang diatur dalam Peraturan Daerah
No. 12 Tahun 1971,
Disamping itu DIPENDA juga bertugas mengelola Pajak Negara yang diserahkan kepada daerah, yaitu sebagai berikut:
a. Pajak Potong Burung yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1959,
b. Pajak Pembangunan I yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 8 Tahun 1960,
(17)
commit to user
c. Pajak Bangsa Asing yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1970,
d. Pajak Radio yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1957. Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD 7/12/ 41 – 101 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/ Kotamadya Daerah Tingkat II makin memperjelas keberadaan Dinas Pendapatan Daerah disesuaikan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26 Mei 1988 No. 473 – 442 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya telah mengakibatkan pembagian tugas dan fungsi dilakukan berdasarkan tahapan kegiatan pemungutan pendapatan daerah yaitu pendataan, pemetaan, pembukuan dan seterusnya. System dan prosedur tersebut dikenal dengan MAPADA (Manual Pendapatan Daerah). Sistem ini diterapkan di kotamadya Surakarta dengan terbitnya peraturan daerah No. 6 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II.
Seiring berjalannya waktu tata pemerintahan kota Surakarta mengalami banyak perubahan dan perbaikan, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan peraturan daerah No, 6 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II dirubah menjadi Peraturan Daerah No. 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Pada peraturan baru tersebut nama Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) berubah menjadi Dinas
(18)
commit to user
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) peraturan baru tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009 yang mana Dinas tersebut merupakan gabungan dari tiga unsur instansi pemerintah yaitu DIPENDA, Dinas Keuangan dan Kantor Aset. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris daerah. Saat ini Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset atau DPPKA dibagi kedalam beberapa bagian atau bidang yang dipimpin langsung oleh seorang kepala bagian yang dalam menjalankan tugasnya langsung dibawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No. 162/ kep/kdh. IV/ kp.72 tentang penghapusan bagian pajak dari dinas pemerintahan umum karena berkaitan dengan pembentukan dinas baru. Dinas baru tersebut yaitu DIPENDA atau Dinas Pendapatan Daerah yang dipimpin oleh kepala dinas yang kedudukan dan tanggung jawabnya langsung kepada walikota. Seiring berjalannya waktu tata pemerintahan kota Surakarta mengalami
banyak perubahan dan perbaikan, berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan Peraturan Daerah No. 6 tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II dirubah menjadi Peraturan Daerah No. 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
(19)
commit to user
Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Pada peraturan baru tersebut nama Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) berubah menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Peraturan baru tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris daerah. Saat ini Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset atau DPPKA dibagi kedalam beberapa bagian atau bidang yang dipimpin langsung oleh seorang kepala bagian yang dalam menjalankan tugasnya langsung dibawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.
2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah
Adapun kedudukan, tugas pokok, dan fungsi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut:
a. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam
melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada walikota melalui Sekretaris Daerah,
b. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah,
(20)
commit to user
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas,
b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan, c. Penyelenggaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan wajib
retribusi,
d. Pelaksanaan perhitungan, penetapan dan angsuran pajak dan retribusi, e. Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta
pendapatan lain,
f. Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi dan pendapatan lain,
g. Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan akutansi, h. Pengelolaan aset barang daerah,
i. Penyiapan penyusunan, perubahan dan perhitungan anggaran
pendapatan dan belanja daerah,
j. Penyelenggaran administrasi keuangan daerah, k. Penyelenggaraan sosialisasi,
l. Pembinaan jabatan fungsional,
(21)
commit to user
3. Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Surakarta
Gambar 1.1 Struktur Organisasi DPPKA
(22)
commit to user
a. Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset, terdiri dari:
1) Kepala
2) Sekretariat, membawahi:
a) Subbagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan, b) Subbagian Keuangan,
c) Subbagian Umum dan Kepegawaian.
3) Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahi:
a) Seksi Pendaftaran dan Pendataan,
b) Seksi Dokumentasi dan Pengelolaan Data.
4) Bidang Penetapan, membawahi:
a) Seksi Perhitungan,
b) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan.
5) Bidang Penagihan, membawahi:
a) Seksi Penagihan dan Keberatan, b) Seksi Pengurangan Pajak Daerah
6) Bidang Anggaran, membawahi:
a) Seksi Anggaran I, b) Seksi Anggaran II.
7) Bidang Perbendaharaan, membawahi:
a) Seksi Perbendaharaan I, b) Seksi Perbendaharaan II.
(23)
commit to user 8) Bidang Akutansi, membawahi:
a) Seksi Akutansi I, b) Seksi Akutansi II. 9) Bidang Aset, membawahi:
a) Seksi Perencanaan Aset, b) Seksi Pengelolaan Aset.
10) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). 11) Kelompok Jabatan Fungsional.
b. Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
c. Bidang-bidang sebagaimana dimaksud pada ayat 1, masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas yang bersangkutan.
d. Sub bagian sebagaimana dimaksud pada ayat 1, masing-masing
dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris yang bersangkutan.
e. Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional Senior sebagai Ketua Kelompok dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
f. Bagan Organisasi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset sebagaimana tersebut dalam lampiran XVII merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.
(24)
commit to user 4. Deskripsi Tugas, Jabatan, dan Struktural
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang pendapatan. Uraian tugas seorang kepala dinas adalah sebagai berikut ini.
1) Menyusun rencana strategis dan rencana kerja dinas.
2) Memberikan petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas pada bawahan.
3) Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan dinas sesuai dengan bidang tugas.
4) Menyelenggarakan sistem pengendalian intern pelaksanaan kegiatan agar efektif dan efisien sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 5) Menerapkan standar pelayanan minimal.
6) Menyelenggarakan pengelolaan Kesekretariatan meliputi
Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan, Keuangan, Umum dan
Kepegawaian.
7) Menyusun kebijakan teknis di bidang pendaftaran, pendataan, dan dokumentasi.
8) Menyusun kebijakan teknis di bidang penetapan, penagihan, anggaran, perbendaharaan, akutansi dan aset.
(25)
commit to user b. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris, sekretaris mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
1) Menyusun rencana kerja Sekretariat berdasarkan rencana strategis dan rencana kerja dinas.
2) Mengkoordinasikan penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dinas.
3) Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada bawahan.
4) Merumuskan kebijakan teknis, pembinaan dan pengkoordinasian penyelenggaraan urusan kesekretariatan.
5) Mengelola administrasi perencanaan, evaluasi dan pelaporan. 6) Mengelola administrasi keuangan.
7) Mengelola administrasi umum. 8) Mengelola administrasi kepegawaian.
(26)
commit to user Sekretariat membawahi:
1) Subbagian Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan
Kepala Subbagian Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu di bidang perencanaan, evaluasi, dan pelaporan.
2) Subbagian keuangan
Kepala subbagian keuangan mempunyai tugas melakukan
pengelolaan administrasi keuangan. Seperti melakukan penyusunan rencana kerja subbagian keuangan berdasarkan rencana kerja sekretariat, menyiapkan bahan usulan perubahan anggaran dan perhitungan anggaran.
3) Subbagian Umum dan Kepegawaian
Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan pengelolaan administrasi Umum dan Kepegawaian. Seperti melakukan administrasi surat menyurat dan perjalanan dinas, mengurus peralatan dan perlengkapan kantor, pendokumentasian informasi hukum serta kearsipan dan perpustakaan.
c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi
Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi mempunyai tugas pokok melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang pendaftaran dan pendataan serta dokumentasi dan pengelolaan data seperti melaksanakan kegiatan pendataan wajib dan obyek pajak
(27)
commit to user
daerah serta wajib dan obyek retribusi daerah yang dikelola oleh Dinas, melaksanakan pengelolaan Dokumentasi wajib dan obyek pajak daerah serta wajib dan obyek retribusi daerah yang dikelola oleh Dinas. Bidang pendaftaran, pendataan dan dokumentasi membawahi seksi-seksi sebagai berikut.
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan
Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pendaftaran dan pendataan meliputi pendaftaran, pendataan, dan pemeriksaan di lapangan terhadap Wajib Pajak Daerah (WPD) dan Wajib Retribusi Daerah (WRD).
2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data
Kepala seksi Dokumentasi dan Pengolahan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang
dokumentasi dan pengolahan data meliputi menghimpun,
mendokumentasi, menganalisa dan mengolah data wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah.
d. Bidang Penetapan
Bidang Penetapan bertugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang perhitungan dan penerbitan surat ketetapan. Seperti melaksanakan penetapan pajak dan retribusi daerah, melaksanakan perhitungan jumlah Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan jumlah ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang
(28)
commit to user
penagihannya dilimpahkan kepada daerah berdasarkan Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang dan Daftar Himpunan Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan (DHKP PBB).
Bidang Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1) Seksi Perhitungan
Kepala Seksi Perhitungan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang perhitungan, meliputi perhitungan dan penetapan besarnya pajak dan retribusi daerah. 2) Seksi Penerbitan Surat Ketetapan
Kepala Seksi Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Penerbitan Surat Ketetapan, meliputi menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD), dan surat-surat ketetapan pajak daerah dan retribusi daerah lainnya. e. Bidang Penagihan
Kepala Bidang Penagihan mempunyai tugas melakukan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang penagihan dan keberatan dan pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain. Seperti melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugasi. Bidang Penagihan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
(29)
commit to user 1) Seksi Penagihan dan Keberatan
Kepala Seksi penagihan dan keberatan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang penagihan dan keberatan, meliputi penagihan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan sumber pendapatan lainnya serta melayani permohonan keberatan dan penyelesaiannya.
2) Seksi Pengurangan Pajak Daerah
Kepala Seksi Pengurangan Pajak Daerah mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pengurangan pajak daerah, meliputi mengumpulkan dan mengolah data sebab-sebab pengurangan pajak daerah dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
f. Bidang Anggaran
Kepala Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok
melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan
pelaksanaan di bidang anggaran. Bidang Anggaran terdiri dari dua seksi yang merupakan satu kesatuan tim kerja.
1) Seksi Anggaran I
Kepala Seksi Anggaran I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang anggaran I.
2) Seksi Anggaran II
Kepala Seksi Anggaran II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang anggaran II.
(30)
commit to user g. Bidang Perbendaharaan
Kepala Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengelolaan perbendaharaan I dan II. Bidang Perbendaharaan terdiri dari dua Seksi.
1) Seksi Perbendaharaan I
Kepala Seksi Perbendaharaan I mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang
perbendaharaan I, seperti melakukan penyiapan bahan perumusan penetapan Uang Persediaan (UP) dari semua SKPD, melakukan penyiapan bahan pembuatan Daftar Gaji Pegawai Negeri Sipil, melakukan penyiapan bahan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).
2) Seksi Perbendaharaan II
Kepala Seksi Perbendaharaan II mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang
perbendaharaan II, seperti melakukan penyiapan bahan perumusan penetapan Uang Persediaan (UP) dari semua SKPD, melakukan penyiapan bahan pembuatan Daftar Gaji Pegawai Negeri Sipil, melakukan penyiapan bahan penerbitan Surat Perintah Pencaran Dana (SP2D).
(31)
commit to user h. Bidang Akuntansi
Kepala Bidang Akutansi mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang akutansi, seperti merumuskan laporan realisasi anggaran Pemerintah Kota Surakarta secara keseluruhan.
Bidang Akuntansi membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1) Seksi Akuntansi I
Kepala Seksi Akuntansi I mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang akuntansi I, seperti melakukan penyiapan bahan perumusan laporan arus kas Pemerintah Kota Surakarta secara keseluruhan.
2) Seksi Akuntansi II
Kepala Seksi Akuntansi II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang akuntansi II, seperti melakukan penyiapan bahan perumusan laporan arus kas Pemerintah Kota Surakarta secara keseluruhan.
i. Bidang Aset
Kepala Bidang Aset mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perencanaan aset dan pengelolaan aset, seperti menginventarisasi data barang milik daerah.
(32)
commit to user
Bidang Aset membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1) Seksi Perencanaan Aset
Kepala Seksi Perencanaan Aset mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan aset, seperti memproses pengadaan tanah.
2) Seksi Pengelolaan Aset
Kepala Seksi Pengelolaan Aset mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan aset, seperti melakukan pengawasan barang milik daerah.
j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
UPTD bertugas untuk memungut dan mengelola Pajak Retribusi Daerah Kota Surakarta.
k. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok ini bertugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas pada Cabang Dinas di Kecamatan.
5. Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Surakarta
Sesuai dengan perda no. 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta yang ditindaklanjuti dengan Perwali no. 24 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.
Untuk Kebijakan program yang ditetapkan kaitannya dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut:
(33)
commit to user
a. Dalam usaha untuk mencapai tingkat pendapatan yang telah ditetapkan, diupayakan dengan mengintesifikasikan sumber-sumber pendapatan daerah yang dikelola Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset, baik dengan jemput bola, pendekatan pelayanan melalui wilayah-wilayah terdekat, sosialisasi kepada masyarakat langsung dengan pembagian leaflet, maupun melalui media elektronik (TATV). Bahkan sampai dengan pembagian hadiah bagi wajib pajak bumi dan bangunan yang melakukan pembayaran tepat waktu.
b. Dalam mengelola keuangan daerah harus dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan meperhatikan azas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
c. Dalam usaha meningkatkan pengelolaan aset daerah diupayakan dengan meningkatkan pemberdayaan aset daerah, peningkatan status hukum dan pengamanan aset daerah.
6. Rencana Strategis Dinas Pendapatan Daerah Surakarta Visi DPPKA
Terwujudnya peningkatan pendapatan daerah yang optimal dalam rangka menjamin likuiditas keuangan daerah untuk mendukung pembangunan daerah.
Misi DPPKA
a. Pengembangan pola intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan pendapatan daerah
(34)
commit to user
b. Peningkatan kualitas pelayanan yang bertumpu pada standar
pelayanan
c. Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional
d. Menciptakan sistem pengawasan yang efektif. Tujuan dan Sasaran
Tujuan:
a. Mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah untuk mencapai target pendapatan yang ditetapkan.
b. Mewujudkan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan keuangan daerah berdasarkan peraturan yang berlaku.
c. Menyelamatkan dan memberdayakan aset pemerintah kota secara
optimal.
d. Meningkatkan profesionalisme dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Sasaran:
a. Terwujudnya pencapaian pendapatan daerah sesuai target yang
ditetapkan.
b. Terwujudnya manajemen keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
c. Terwujudnya pembakuan status hukum / pensertifikatan dan
perlindungan aset daerah.
(35)
commit to user
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Negara Republik Indonesia adalah Negata yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang berdasar UUD 1945, oleh karena itu menempatkan pajak sebagai suatu perwujutan kewajiban kenegaraan dalam gotong royong nasional, hal ini merupakan suatu peran serta masyarakat dalam Pembiayaan Pembangunan Nasional.
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara disamping penerimaan dari sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu penerimaan negara, pajak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah maupun untuk meningkatkan kegiatan masyarakat dan perekonomian. Pelaksanaan pembangunan disegala bidang berlangsung secara berkesinambungan dan ditujukan untuk kemakmuran rakyat.
Pajak daerah merupakan salah satu sektor utama dalam penerimaan daerah yang memegang peranan penting bagi perkembangan daerah dan pembangunan nasional. Komponen Pendapatan Asli Derah (PAD) terbesar di semua Pemerintahaan Daerah di Indonesia adalah berasal dari sektor pajak, sehingga Pemerintah Daerah harus mencari dan menggali sumber-sumber penerimaan daerah untuk meningkatkan pendapatannya. Pemerintah dan DPR telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang kemuan disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan
(36)
commit to user
kemudian disempurnakan lagi dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran atau rumah makan adalah tempat menyantap makanan dan/ atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk jasa boga atau katering. Pajak Restoran merupakan salah satu pajak yang memberikan masukan yang besar bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sistem pemungutan Pajak Restoran menggunakan Self Assessment System. Pada kenyataannya pelaksanaan Self assessment System belum semua Wajib Pajak menaati peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, sehingga pihak Dinas Pendapatan, Pengelolaam Keuangan dan Aset Daerah (DPPKA) masih mengalami kesulitan dalam menindak lanjuti masalah tersebut, permasalahan tersebut antara lain belum terbukanya Wajib Pajak dalam menyelesaikan pembukuan dan banyak yang menutupi besarnya potensi yang dimiliki oleh Wajib Pajak. Hal tersebut yang menyebabkan penerimaan pajak belum optimal. Penerimaan pajak dapat dikatakan optimal apabila hasil yang telah dicapai sesuai dengan potensi yang ada. Aspek kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak, sehingga dapat mempengaruhi pembangunan daerah dan pembangunan nasional. Peran fiskus atau aparat pajak dalam melaksanakan pelayanan, pengawasan, serta pembinaan terhadap Wajib Pajak sangat diperlukan. Dengan sistem self assasment
(37)
commit to user
tersebut diharap dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak restoran sehingga dapat meningkatkan jumlah realisasi penerimaan pajak restoran.
Dan terkait dengan realisasi penerimaan pajak restoran tahun sebelumnya, selama kurun waktu 2006 s.d. 2008 terjadi fluktuasi realisasi penerimaan pajak restoran oleh DPPKA Kota Surakarta. Pada tahun 2006 realisasi penerimaan pajak restoran sebesar 100,96% dari yang dianggarkan, tahun 2007 realisasi penerimaan pajak restoran sebesar 103,23% dari yang dianggarkan, dan tahun 2008 realisasi penerimaan pajak restoran sebesar 101,96% dari yang dianggarkan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa terjadi ketidak konsistenan dalam upaya pencapaian realisasi pajak restoran. Hal ini merupakan permasalahan yang dihadapi oleh DPPKA Kota Surakarta mengingat bahwa pertumbuhan restoran/ tempat makan selama kurun waktu tersebut relatif tinggi sementara realisasi penerimaan pajak restoran cenderung turun. Permasalahan ini merupakan fokus dalam penulisan tugas akhir ini. Oleh
karena itu tugas akhir ini mengambil judul “EVALUASI EFEKTIVITAS
PENERIMAAN PAJAK RESTORAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2009-2011”.
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan gambaran umum obyek penelitian, maka dapat dirumuskan pokok masalah penelitian sebagai berikut:
(38)
commit to user
1. Bagaimana efektivitas penerimaan pajak restoran sebagai salah satu sumber pendapatan daerah tahun 2009-2011 di Surakarta?
2. Hambatan apa saja yang dihadapi DPPKA kota Surakarta dalam pemungutan pajak restoran?
3. Bagaimana upaya DPPKA untuk mengatasi hambatan realisasi pajak restoran?
D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan agar dalam melakukan penelitian dapat memberikan manfaat yang berguna dan sesuai dengan apa yang dikehendaki. Berdasarkan permasalahan yang diambil penulis, maka tujuan penulisan ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui efektivitas penerimaan pajak restoran sebagai salah satu sumber pendapatan daerah tahun 2009-2011 di Surakarta.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang di hadapi DPPKA kota Surakarta dalam pemungutan pajak restoran.
3. Untuk mengetahui upaya DPPKA untuk mengatasi hambatan realisasi
(39)
commit to user
E. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini maka dapat diambil manfaat yakni:
1. Bagi DPPKA kota Surakarta
Sebagai sumbangan pikiran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah di sektor pajak, khususnya pajak restoran.
2. Bagi Peneliti Berikutnya
Dengan ini dapat digunakan sebagi sumber informasi dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
F. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini di wilayah kerja kantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset kota Surakarta yang beralamatkan di jalan Jendral Sudirman No. 2 Surakarta.
2. Desain penelitian
Desain penelitian yang penulis gunakan yaitu metode studi kasus yaitu penelitian secara mendalam suatu kasus dan melakukan penelitian yang dilakukan mencari sumber pustaka di perpustakaan.
(40)
commit to user 3. Data Penelitian
Data yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer
Data yang diperoleh dari pegawai / staf Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset kota Surakarta melalui wawancara langsung
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari studi pustaka dengan mempelajari buku, dokumen, laporan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
adalah aktivitas yang dilakukan dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam hal ini, penulis terlibat dengan obyek yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
b. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan
berlangsung antara narasumber dan pewawancara untuk
mendapatkan informasi dengan pihak yang terkait. Wawancara yang digunakan penulis adalah wawancara tidak terstruktur, yakni
(41)
commit to user
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis.
c. Studi Pustaka
yaitu pengambilan data dari dokumen yang terkait lewat penelaahan kepustakaan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari beberapa referensi.
(42)
commit to user
29
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pajak
Menurut Prof. Dr. Rochmat Sumitro, S. H., pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Suandy, 2005: 3). Sehingga dapat diambil kesimpulan, pajak memiliki ciri-ciri berikut ini.
a. Pajak peralihan kekayaan dari orang/ badan ke pemerintah.
b. Pajak dipungut berdasarkan/ dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan.
c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi (jasa timbal balik) langsung.
d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai investasi publik. (Suandy, 2005: 3).
2. Fungsi Pajak
a. Budgetair/ finansial
Memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran negara.
(43)
commit to user
b. Regulerend
Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur baik masyarakat di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu.
3. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assesment System
Adalah sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri-cirinya berikut ini.
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
2) Wajib pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
b. Self Assesment System
Adalah sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri-cirinya berikut ini.
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada wajib pajak sendiri.
2) Wajib pajak aktif, mulai menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.
(44)
commit to user
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c. Withholding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
4. Pengelompokkan Pajak
Pengelompokan pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, wewenang pemungut, dan sifatnya.
a. Pajak Berdasarkan Golongan 1) Pajak Langsung
Pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
2) Pajak Tidak Langsung
Pajak yang bebannya dapat dialihkan/ digeserkan kepada pihak lain.
b. Pajak Berdasarkan Wewenang Pemungut
1) Pajak Pusat
Pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh departemen keuangan melalui DJP.
2) Pajak Daerah
Pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh dinas pendapatan daerah.
(45)
commit to user c. Pajak Berdasarkan Sifatnya.
1) Pajak Subyektif
Pajak yang memperhatikan kondisi/ keadaan wajib pajak. 2) Pajak Obyektif
Pajak yang pada awalnya memperhatikan obyek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar.
5. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah (Waluyo: 2003).
Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011).
Pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh dinas pendapatan daerah (Suandy, 2005: 3).
Sesuai dengan UU Nomor 18 Tahun 1997 yang telah diubah menjadi UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, pengelompokkan pajak daerah dibagi menjadi berikut ini.
(46)
commit to user a. Pajak Provinsi.
b. Pajak kendaraan bermotor.
c. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air. d. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
e. Pajak air permukaan. f. Pajak rokok.
g. Pajak Kabupaten. h. Pajak hotel. i. Pajak restoran. j. Pajak hiburan. k. Pajak reklame.
l. Pajak penerangan jalan.
m. Pajak mineral bukan logam dan batuan. n. Pajak parkir.
o. Pajak air tanah.
p. Pajak sarang burung walet.
q. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan. r. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
6. Pajak Restoran
a. Pengertian pajak restoran
Pajak restoran adalah pajak atas semua pelayanan penjualan makanan dan/ atau minuman di restoran. Dasar hukum pajak restoran diatur dalam Peraturan Daerah kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011.
(47)
commit to user b. Objek, Subjek dan Wajib Pajak
1) Objek pajak adalah pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran.
Dikecualikan dari objek pajak restoran adalah jasa boga atau katering.
2) Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran.
3) Wajib Pajak adalah pengusaha restoran. c. Dasar pengenaan pajak dan tarif pajak
1) Kategori A: Restoran yang memiliki nilai penjualan Rp.
10.000.000,00/bulan dikenakan tarif 10%.
2) Kategori B: Restoran yang memiliki nilai penjualan Rp.
5.000.000,00 sampai dibawah Rp. 10.000.000,00/bulan dikenakan tarif 5%.
3) Kategori C: restoran yang memiliki nilai penjualan Rp.
1.000.000,00 sampai dibawah Rp. 5.000.000,00/bulan dikenakan tariff 3%.
d. Prosedur pembayaran pajak restoran
1) Pengisian SPTPD
a) Menyiapkan formulir SPTPD
b) Menerima wajib pajak yang akan mengisi formulir SPTPD
(48)
commit to user 2) Pengecekan administrasi
a) Meneliti kebenaran pengisian formulir SPTPD
b) Meneliti kelengkapan berkas pendukung pengisian formulir SPTPD
c) Mengarahkan wajib pajak untuk ke kasir 3) Pembayaran pajak restoran
a) Wajib pajak melakukan penmbayaran pajak restoran b) Kasir menghitung uang pembayaran pajak restoran
4) Penerbitan SSPD/SSRD
a) Mengetik SSPD restoran
b) Menyerahkan tanda bukti lunas kepada wajib pajak 5) Masa pembayaran dan sanksi pajak restoran
a) Masa pembayaran
Masa pajak adalah 1 bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan peraturan walikota paling lama 3 bulan kalender, yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk
menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terhutang. b) Sanksi
Keterlambatan pembayaran pajak restoran akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga keterlambatan sebesar 2% setiap bulan.
(49)
commit to user
B. PEMBAHASAN
Pajak restoran merupakan salah satu sector pendapatan daerah yang menpunyai kontribusi yang cukup signifikan. Realisasi pajak
restoran dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan melampaui target yang telah ditetapkan. Data tersebut dapat dilihat dibawah ini:
Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak Restoran Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta 2009-2011
Tahun Target Realisasi 2009 Rp 9.000.000.000,00 Rp 9.044.588.060,00
2010 Rp 9.633.919.000,00 Rp 10.465.742.922,00
2011 Rp 11.950.000.000,00 Rp 12.436.538.746,00 Sumber: DPPKA Kota Surakarta.
Dari data tersebut, pendapatan daerah dari pajak restoran cenderung mengalami peningkatan dari target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2009 terdapat realisasi pendapatan daerah sebesar Rp 9.044.588.060,00. Pada tahun 2010 terdapat realisasi pendapatan daerah sebesar Rp
10.465.742.922,00 dan mengalami peningkatan sebesar Rp
1.421.154.862,00. Pada tahun 2011 terdapat realisasi pendapatan daerah sebesar Rp 12.436.538.746,00 dan mengalami peningkatan sebesar Rp 1.970.795.824,00.
Dari data tersebut penulis berupaya untuk mengevaluasi realisasi penerimaan pajak restoran tahun 2009-2011 di Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta.
(50)
commit to user
1. Tingka Pertumbuhan Realisasi dan Efektivitas Penerimaan Pajak Restoran Sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta Tahun 2009-2011.
a. Pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran merupakan tahapan peningkatan realisasi penerimaan pajak restoran dari tahun ke tahun yang dinyatakan dalam bentuk persentase untuk kesederhanaan bentuk menggunakan tahun dasar sebagai tahun pembanding yang telah ditentukan. Hal ini digunakan untuk menginformasikan berapa banyak sesuatu hal telah berubah atau bagaimana hal yang satu dibandingkan dengan hal yang lain. Untuk mengukur pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 digunakan metode angka relatif atas suatu perbedaan nilai, harga atau kuantitas saja dalam waktu atau keadaan yang berbeda. Dalam hal pertumbuhan tahunan, tahun 2006 digunakan sebagai tahun pembanding. Tingkat pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Perincian perhitungan pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran adalah sebagai berikut:
1) Pertumbuhan Tahun 2009 = x100% = 100%
(51)
commit to user
2) Pertumbuhan Tahun 2010 = x 100% = 115,71%
3) Pertumbuhan Tahun 2011 = x 100% = 137,5%
Berdasar perhitungan diatas dapat disimpulkan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.2 Presentase Pertumbuhan Realisasi Pajak Restoran Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta Tahun 2009-2011
Tahun Realisasi Pertumbuhan (%)
2009 Rp 9.044.588.060,00 100,00
2010 Rp 10.465.742.922,00 115,71
2011 Rp 12.436.538.746,00 137,50
Sumber: DPPKA kota Surakarta.
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa persentase pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Persentase pertumbuhan tahun 2009-2010 sebesar 115,71%. Persentase pertumbuhan tahun 2009-2011 sebesar 137,50%. Rata-rata pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran per tahun sebesar 117,73%. Dari data tabel tersebut dapat digambarkan ke dalam grafik sebagai berikut:
(52)
commit to user 100
115.71
137.5
0 50 100 150
2009 2010 2011
Gambar 1.2 Grafik Pertumbuhan Realisasi Penerimaan pajak Restoran Tahun 2009-2011
b. Efektifitas adalah tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu imbangan antara pendapatan yang sebenarnya terdapat pendapatan potensial dari suatu pajak dengan anggapan bahwa mereka yang seharusnya membayar dengan jumlah yang seharusnya dibayarkan benar-benar memenuhi kewajiban. Seperti halnya pada pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran, efektifitas realisasi penerimaan pajak restoran ini pun digunakan untuk menginformasikan berapa banyak sesuatu haltelah berubah atau bagaimana hal yang satu dibandingkan dengan hal yang lain. Untuk mengetahui tingkat efektifitas penerimaan pajak restoran dapat diukur dengan membandingkan antara realisasi dengan target penerimaan yang ditetapkan. Berdasarkan Tabel 1.1. dapat dihitung besarnya rasio efektifitas dengan rumus sebagai berikut:
Efektivitas = (Realisasi Penerimaan : Target Penerimaan) x 100%
Perincian perhitungan tingkat efektivitas realisasi penerimaan pajak restoran adalah sebagai berikut:
(53)
commit to user
1) Efektivitas Tahun 2009 = x 100% = 100,49%
2) Efektivitas Tahun 2010 = x 100% = 108,63%
3) Efektivitas Tahun 2011 = x 100% = 104,07%
Berdasarkan perincian penghitungan tingkat efektifitas realisasi penerimaan pajak restoran tersebut dapat disimpulkan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.3. Rasio Efektivitas Penerimaan Pajak Restoran Dinas Pendapatan Daerah Kota Surakarta 2009-2011
Tahun Target Realisasi
Rasio Efektivitas
(%) 2009 9.000.000.000,00 9.044.588.060,00 100.49
2010 9.633.919.000,00 10.465.742.922,00 108,63
2011 11.950.000.000,00 12.436.538.746,00 104,07 Sumber: DPPKA kota Surakarta.
Tabel 1.3. menunjukkan bahwa penerimaan pajak restoran di Dinas Pendapatan Daerah kota Surakarta tahun 2009-2011 cukup efektif, hal ini disebabkan adanya kelebihan realisasi penerimaan pajak restoran yang melampaui target yang telah ditetapkan setiap tahunnya. Efektivitas penerimaan pajak restoran tahun 2009 sebesar 100,49%, tahun 2010 sebesar 108,63% dan tahun 2011 sebesar 104,07%. Tingkat efektivitas tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 108,63% dan tingkat efektivitas yang paling rendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 100,49%. Dari
(54)
data-commit to user
data tersebut dapat pula diketahui rata-rata efektifitas per tahun sebesar 104,39%
2. Hambatan-Hambatan yang DPPKA Kota Surakarta dalam Pemungutan Pajak Restoran
a. Di kota Surakarta masih ada beberapa pengusaha restoran, rumah makan, dan warung makan yang tidak taat pajak. Hal ini disebabkan karena biasanya warung makan tidak mengetahui apakah usaha restorannya dikenai pajak atau tidak, masalah ini timbul dikarenakan para pengusaha tersebut belum memahami tentang peraturan-peraturan tentang pajak restoran.
b. Wajib pajak restoran yang terindikasi menyembunyikan omset, sehingga pajak yang dikenakan tidak maksimal. Penyembunyian ini bertujuan untuk memperkecil pajaka yang harus dibayar.
c. Sebagian wajib pajak yang tidak menggunakan nota/ bill tanpa diketahui petugas. Sehingga dalam pembukuan wajib pajak ada manipulasi data dengan tidak mencantumkan jumlah penjualan yang seharusnya.
d. Petugas atau tenaga lapangan dalam mengadakan pendataan yang kurang, sehingga terdapat wajib pajak yang seharusnya dikenai pajak tetapi tidak terdaftar.
e. Sosialisasi atau penyuluhan mengenai pajak restoran yang kurang. Hal ini membuat masyarakat yang mempunyai usaha restoran belum mengetahui bahwa usahanya itu dikenai pajak atau tidak.
(55)
commit to user
3. Upaya-Upaya yang Dilakukan DPPKA Kota Surakarta untuk Mengatasi Hambatan Realisasi Pajak Restoran.
Dinas pendapatan kota Surakarta selalu berupaya mengoptimalkan pemungutan pajak restoran yang merupakan pendapatan daerah dengan strategi-strategi yang ditempuh. Tujuannya agar
pendapatan daerah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan kebutuhan biaya dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Upaya-upaya yang ditempuh Dinas Pendapatan kota Surakarta berupa strategi, strategi-setrategi tersebut yaitu:
a. Menambah jumlah petugas atau tenaga lapangan, sehingga pemungutan akan lebih menyeluruh.
b. Mengadakan sosialisasi secara rutin dan terjadwal mengenai pajak restoran. Sosialisasi ini dilakukan dengan cara mengundang para pengusaha restoran, rumah makan, dan warung makan. Kemudian dilakukan penjelassan mengenai peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pajak restoran. Sehingga diharapkan wajib pajak sadar akan kewajiban nya membayar pajak.
c. Mengadakan pendataan ulang secara berkala untuk mengetahui
perubahan jumlah wajib pajak.
d. Melakukan tindakan “jemput bola”, yakni petugas mendatangi wajib pajak dalam pemungutan pajak restoran yang terutang.
(56)
commit to user
e. Membentuk tim audit. Pengauditan perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan keuangan daerah yang sebenarnya. Hal-hal apa saja yang ditemukan dalam pengauditan serta tindak lanjut yang ditempuh dalam memaksimalkan pendapatan
(57)
commit to user
44
BAB III TEMUAN
Berdasarkan data yang telah dievalusi oleh penulis mengenai pajak restoran di kota Surakarta terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan yang ditemukan adalah sebagai berikut:
A. KELEBIHAN
1. Berdasar hasil perhitungan pertumbuhan dan efektivitas realisasi penerimaan pajak restoran dapat dijadikan sebagai acuan atau pedoman bagi Dinas Pendapatan Daerah kota Surakarta untuk terus berusaha mengoptimalakan pendapatan daerah.
2. Efektivitas penerimaan pajak restoran tahun 2009 sebesar 100,49%, tahun 2010 sebesar 108,63% dan tahun 2011 sebesar 104,07%. Tingkat efektivitas tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 108,63% dan tingkat efektivitas yang paling rendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 100,49%. Dari data-data tersebut dapat pula diketahui rata-rata efektifitas per tahun sebesar 104,39%
3. Persentase pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Persentase pertumbuhan tahun 2009-2010 sebesar 115,71%. Persentase pertumbuhan tahun 2009-2011 sebesar 137,50%. Rata-rata pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran per tahun sebesar 117,73%.
(58)
commit to user
4. Dibentuknya tim audit untuk mendeteksi penjualan yang sebenarnya dari usaha wajib pajak dan tunggakan pajak yang terjadi.
5. Penambahan jumlah petugas di lapangan memberikan kontribusi yang signifikan dalam mengadakan pemungutan dan pendataan ulang mengenai perubahan jumlah wajib pajak.
B. KELEMAHAN
1. Efektivitas realisasi penerimaan pajak restoran 2009-2011 sudah lebih dari 100%, tapi kenaikan efektivitas realisasinya masih menunjukkan fluktuatif. 2. Pengetahuan dan wawasan wajib pajak mengenai pajak restoran serta
pemenuhan kewajiban perpajakan masih kurang.
3. Adanya manipulasi data pembukuan yang berasal dari penjualan dengan menyembunyikan omset penjualan yang sebenarnya.
4. Adanya nota yang yang tidak di porporasi dan transaksi penjualan tanpa menggunakan nota pada saat pembayaran.
5. Kurangnya jumlah petugas lapangan sehingga kurang maksimal dalam menangani pemungutan dan pendataan perubahan jumlah wajib pajak.
(59)
commit to user
46
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah evaluasi dan pembahasan yang dilakukan, penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata-rata pertumbuhan realisasi penerimaan pajak restoran per tahun (2009-2011) sebesar 117,73%. Hal ini menunjukkan bahwa realisasi penerimaan pajak restoran cukup baik dalam mendukung ketersedian Pendapatan Asli Daerah dan dapat dikategorikan dalam pajak daerah yang potensial.
2. Rata-rata efektivitas penerimaan pajak restoran per tahun (2009-1011) sebesar 104,39% hal ini menunjukkan bahwa realisasi penerimaan pajak restoran cukup efektif karena realisasinya selalu melebihi target yang ditetapkan.
3. Evaluasi mengenai efektivitas penerimaan pajak restoran sebagai bahan acuan dalam mendukung dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta sebagai antisipasi dari perubahan yang mungkin terjadi.
4. Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah kota Surakarta
sudah sesuai untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam pemungutan pajak restoran.
(60)
commit to user
B. REKOMENDASI
Adapun beberapa saran yang diberikan penulis untuk
meningkatkan kinerja Dinas Pendapatan Daerah kota Surakarta mengajukan rekomendasi sebagai berikut:
1. Dinas Pendapatan Daerah kota Surakarta sebaiknya mengadakan sosialisasi mengenai pajak restoran secara rutin dan terjadwal.
2. Dinas Pendapatan kota Surakarta sebaiknya melakukan pemeriksaan ketempat usaha wajib pajak secara teratur guna mengecek nota yang digunakan sebagai bukti transaksi penjualan.
3. Mengadakan pengauditan pembukuan dari penjualan usaha wajib
pajak yang sebenarnya.
4. Pelayanan yang maksimal harus diupayakan oleh Dinas Pendapatan Daerah kota Surakarta demi kepuasan wajib pajak dalam emenyelesaikan pemenuhan kewajiban perpajakan.
5. Dinas Pendapatan Daerah kota Surakarta sebaiknya menyesuaikan jumlah petugas lapangan dengan wajib pajak yang dicakupnya.
(61)
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Budiharso, Teguh. 2007. Panduan Lengkap Penulisan Karya Ilmiah. Gala Ilmu: Yogyakarta
Illyas B. Wirawan dan Richard Burton. 2004. Hukum Pajak. Salemba Empat: Jakarta
Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Balai Pustaka: Jakarta
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi. Andi Offside: Yogyakarta Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Surakarta
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2008 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Jakarta
Prakoso, Muhammad Wahyu. 2011. Efisiensi dan Efektivitas Pemungutan Pajak Restoran dan Kontribusinya Pada Pendapatan Asli daerah Kabupaten Klaten Periode 2007-2010. Tugas Akhir: Surakarta
Suandi, Erly. 2005. Hukum Pajak. Edisi ketiga. Salemba Empat: Jakarta Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Edisi 8. Salemba Empat: Jakarta
(62)
commit to user
(63)
(64)
(65)
(1)
commit to user B. REKOMENDASI
Adapun beberapa saran yang diberikan penulis untuk meningkatkan kinerja Dinas Pendapatan Daerah kota Surakarta mengajukan rekomendasi sebagai berikut:
1. Dinas Pendapatan Daerah kota Surakarta sebaiknya mengadakan sosialisasi mengenai pajak restoran secara rutin dan terjadwal.
2. Dinas Pendapatan kota Surakarta sebaiknya melakukan pemeriksaan ketempat usaha wajib pajak secara teratur guna mengecek nota yang digunakan sebagai bukti transaksi penjualan.
3. Mengadakan pengauditan pembukuan dari penjualan usaha wajib pajak yang sebenarnya.
4. Pelayanan yang maksimal harus diupayakan oleh Dinas Pendapatan Daerah kota Surakarta demi kepuasan wajib pajak dalam emenyelesaikan pemenuhan kewajiban perpajakan.
5. Dinas Pendapatan Daerah kota Surakarta sebaiknya menyesuaikan jumlah petugas lapangan dengan wajib pajak yang dicakupnya.
(2)
Jakarta
Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Balai Pustaka:
Jakarta
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi. Andi Offside: Yogyakarta Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Surakarta
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2008 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Jakarta
Prakoso, Muhammad Wahyu. 2011. Efisiensi dan Efektivitas Pemungutan Pajak Restoran dan Kontribusinya Pada Pendapatan Asli daerah Kabupaten
Klaten Periode 2007-2010. Tugas Akhir: Surakarta
Suandi, Erly. 2005. Hukum Pajak. Edisi ketiga. Salemba Empat: Jakarta Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Edisi 8. Salemba Empat: Jakarta
(3)
commit to user
(4)
(5)
(6)