Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga)

(1)

93

INSTRUMEN PENELITIAN

DAFTAR PERTANYAAN

SKRIPSI

KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA

(Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk Di Salatiga)


(2)

94 A. IDENTITAS INFORMAN

1. Nama : ……….

2. Umur : ……….

3. Angkatan : ……….

B. INSTRUMEN PENELITIAN

B.2. Keberadaan Punk Di Salatiga (Tujuan Penelitian I) 1. Bagaimanakah anda mengenal Punk? Ceritakan!

2. Siapa yang mengenalkan punk kepada anda? Media apa? 3. Dimana anda mengenal punk?

4. Motivasi apa (ketertarikan apa) yang mempengaruhi anda untuk mempelajari punk hingga bergabung menjadi anggota komunitas punk? 5. Apakah anda tahu tentang sejarah punk di Salatiga? Ceritakan!

6. Bagaimana hubungan punk dengan anak muda?

7. Punk dikenal karena prinsip perlwanannya, jika di Salatiga prinsip-prinsip perlawanan apa saja yang ada?

8. Bagaimana tindakan komunitas punk atas prinsip-prinsip itu? 9. Tindakantindakan perlawanan apa saja yang telah dilakukan?

10.Apakah komunitas punk di Salatiga hanya satu golongan atau terdiri dari beberapa golongan?

11.Golongan-golongan punk apa saja yang ada di Salatiga?

12.Apa yang menbedakan antara golongan yang satu dengan golongan yang lain?

B.1. Hubungan Punk Salatiga Dengan Sejarah (Tujuan Penelitian II) 1. Ceritakan bagaimana kondisi-kondisi saat lahirnya punk di Salatiga? 2. Apakah kondisi-kondisi saat lahirnya punk di Salatiga sama atau berbeda

dengan kondisi-kondisi saat lahirnya punk di Salatiga? 3. Bagaimanakah cara berpakian komunitas punk di Salatiga?


(3)

95

5. Bagaimana perlawanan ini ditampilkan melalui gaya berpakian?

6. Apakah gaya berpakian punk di Salatiga mempunyai hubungan dengan punk di Inggris?

7. Seperti apa saja hubungan gaya berpakian punk di Salatiga dengan punk di Inggris?

8. Bagaimana prinsip-prinsip punk di Salatiga? Ceritakan! 9. Prinsip-prinsip punk di Inggris yang dapat anda ketahui??

10.Apakah terdapat hubungan antara prinsip-prinsip perlawanan punk di Inggris dengan punk di Salatiga?

11.Bagaimana hubungannya?

12.Ceritakan apan persamaan ataupun perbedaan-perbedaan yang ada antara punk di Inggris dengan punk di Salatiga?


(4)

96

Transkip Wawancara

Informan Kunci I

Nama : Rudy Umur : 25 Tahun Asal : Jakarta

Keterangan : Merupakan Pentolan (pencetus berdirinya Punk di Salatiga).

Anak pertama dari 4 bersaudara dibesarkan dengan ayah yang bersikap otoriter dan dengan ibu yang sangat demokratis, keberadaannya yang sudah mengenal Punk sejak sekolah menengah pertama.

Rudy mengenal Punk sejak SLTP hanya karena dia tertarik dari Band-band yang ia lihat di televisi, yang kemudian teman dari saudaranya (kakak) mengenalkan dia lebih jauh lagi tentang komunitas tersebut. Teman itu memberinya sebuah bentuk tulisan seperti majalah (namun lebih kecil lagi lingkupnya) yang komunitas itu sebut dengan ZINE, seperti layaknya unduerground magazine yang hanya ditulis dan kemudian diperbanyak dengan difotocopy tanpa adanya bentuk-bentuk pemasaran.

Dari situ ia mengenal segala bentuk ideologi Punk, seperti salah satunya adalah DIY (do it yourself). Dimana itu berarti sebagai bentuk kemandirian dalam komunitas tersebut, misalnya; pergi ke kota lain diluar Salatiga tanpa mengeluarkan uang, makan dari sisa-sisa makanan yang dibuang orang di pasar, atau mengambil sisa-sisa makanan di tempat sampah, dan apabila ingin merokok maka anak-anak dalam komunitas tersebut hanya mencari sisa-sisa atau puntung rokok yang ada dijalanan atau di asbak-asbak di tempat-tempat makan. Tidak semuanya kegiatan harus mengeluarkan uang untuk biaya hidup mereka. Dapat dikatakan juga bahwa mereka meminimalis biaya untuk melakukan setiap kegiatan mereka atau untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Hal tersebut juga harus dibedakan dengan be your self , karena dua kalimat tersebut memiliki arti yang sangat berbeda, banyak dari anggota komunitas punk yang mengaku masuk menjadi salah satu anggota komunitas tersebut untuk


(5)

97

menentang suatu bentuk kemapanan dengan mereka tidak mau mengikuti aturan lingkuangan sosial, walaupun itu adalah lingkungan sosial terkecil mereka (keluarga). Apabila memang ada salah satu anggota dari komunitas tersebut yang mengatakan bahwa mereka tidak harus mematuhi segala bentuk peraturan yang ada dalam lingkungan terkecil mereka sekalipun, itu hanya sebuah sangkalan bagi mereka, misalnya mereka tidak harus pergi kesekolah karena memang mereka tidak menginginkan hal tersebut, itu merupakan keinginan orang tua mereka yang menuntut mereka untuk sedemikian rupa, dan hal tersebut adalah salah apabila kemudian dikatakan sebagai ideologi dari komunitas Do It Yourself, karena memang tidak sedemikian itu kiranya.

Rudy adalah salah satu dari komunitas Punk yang berbasis Anarcho Punk. Anarcho punk adalah salah satu bagian (scene) dari komunitas Punk, yang bisa dibilang juga bahwa mereka menutup diri dengan orang-orang lainnya, kekerasan nampaknya sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Tidak jarang mereka juga terlibat bentrokkan dengan sesama komunitas punk yang lainnya. Anarcho punk juga sangat idealis dengan ideologi mereka anut. Ideologi yang mereka anut diantaranya, anti authoritarianisme dan anti kapitalis. Crass, Conflick, Flux of Pink Indians merupakan sebagian band yang berasal dari Anarcho Punk.

Menurut Rudy, punk di Salatiga juga merupakan suatu bentuk perjuangan (gerakan sosial), tidak hanya diam (cuek), Punk juga melakukan pergerakan-pergerakan yang memang pada dasarnya adalah tindakan atau cerminan ketidaksetujuaan dari sikap atau bentuk pemerintahan di Indonesia.

Seperti ketika kami (komunitas Punk) melakukan aksi demonstrasi di dalam lokasi kampus Universitas Kristen Satya Wacana ketika diadakan seminar tentang pembangkit dengan tenaga nuklir, mereka melakukan orasi-orasi karena menurut mereka Nuklir adalah suatu bentuk senjata yang tidak mendatangkan keuntungan, hanya merugikan saja, seperti apa yang terjadi di Rusia ketika proyek tersebut mengalami kebocoran, maka semua orang yang ada dalam radius nuklir menjadi seperti mutan (wajah tak berbentuk manusia). Nuklir hanya dipandang sebagai alat penghancur yang paling berbahaya dan tidak memiliki keuntungan atau hal positif didalamnya.


(6)

98

Komunitas punk adalah sebuah komunitas yang menentang atau anti hirarki, mereka menentang pemerintahan, dalam artian bahwa Punk melihat adanya suatu bentuk ketidakadilan dalam pemerintahan, terutama di Indonesia. Kami (komunitas Punk) tidak menginginkan adanya suatu bentuk pemerintahan terpusat, kami hanya menginginkan adanya dewan-dewan yang memimpin kami dalam suatu bentuk komunitas-komunitas terkecil, seperti misalnya dalam RT atau RW yang mungkin didalamnya hanya terdiri 10-20 anggota saja, sehingga itu akan lebih mudah untuk setiap anggota menyalurkan aspirasi mereka, dan akan menjadi lebih mudah juga bagi setiap ketua dewan untuk mendengarkan aspirasi mereka dan setiap argumen-argumen mereka dibandingkan dengan sistem pemerintahan terpusat.

Punk adalah sebuah komunitas yang didalam komunitas tersebut terdiri dari orang-orang dengan latar belakang yang berbeda. Tidak semua yang ada didalam komunitas itu adalah mereka kaum intelektual (sejarah), hanya pionir-pionirnya saja! Dapat dikatakan seperti itu.

Salah satu orang yang dianggap sebagai pentolan (ketua) dari komunitas Punk di Salatiga adalah saya, tapi ada juga teman-teman. Sebutan akan keberadaan dirinya yang diakui oleh kalangan komunitas tersebut sebagai pentolan ada karena labeling dari lingkungan sosialnya (mahasiswa), hingga suatu saat pernah ada seseorang yang datang kepadanya dan bertanya tentang persyaratan-persyaratan apa saja yang harus dilakukan untuk bisa masuk kedalam komunitas Punk di Salatiga, dan berapa besar iuran yang harus dibayar untuk setiap bulannya apabila sudah termasuk didalam komunitas tersebut, bagaimana caranya untuk mendapatkan kartu identitas sebagai anggota komunitas tersebut. Itulah beberapa pertanyaan yang terlontarkan dari seseorang yang ingin menjadi salah satu anggota dari komunitas Punk, yang pada dasarnya ialah tidak ada persyaratan untuk hal tersebut. Untuk hal tersebut Rudy mencoba menjelaskan bahwa ketika tahun 2001 ia sudah ada di Universitas Kristen Satya Wacana dan tidak melihat satu orangpun yang mengenakan asesoris Punk, ia merasa sangat bosan karena ia merasa tidak menemukan komunitasnya di kota Salatiga, kemudian ia sendiri tetap dengan pendiriannya dan tetap dengan segala atribut yang menggambarkan


(7)

99

bahwa dirinya adalah seorang Punkers. Ketika ia sedang duduk mengikuti perkuliahan didalam kelas, seseorang menegurnya “punkers ya?” kemudian terjadi percakapan yang panjang lebar diantara mereka yang kemudian seseorang tersebut tertarik untuk ikut andil didalam komunitas tersebut, dan kemudian beberapa orang lainnya yang terlihat duduk bersama Rudy di “tongkrongannya” (tempat duduk-duduk menghabiskan waktu).

Punk di Salatiga dan di Indonesia juga turut andil dalam pergerakan mereka melawan kaum pemilik modal (borjuis) terhadap kaum-kaum yang tertindas, tidak hanya kaum proletar!

Wawancara Di lakukan pada : 19 dan 21 November 2007.


(8)

100

Transkip Wawancara

Informan II

Nama : Ahmed Umur : 25 Tahun

Keterangan : Merupakan Anggota Komunitas Punk di Salatiga, Kuliah di UKSW Salatiga).

Ahmed adalah salah satu anggota komunitas Punk di Salatiga. Ahmed mengenal punk seccara lebih dalam melalui perkenalannya dengan Rudy. Menurut Ahmed, ada banyak informasi tentang punk tetapi yang nyata memperkenalkan adalah Rudy, melalui gaya hidup, gaya berpakian dan isi pembicaraannya Rudy telah memperkenalkan pada kaum muda dan remaja Salatiga tentang punk. Saya sendiri adalah salah satu dari kaum muda yang mengenal punk dari Rudy.

Rudy paham benar tentang punk. Karena pengetahuannya tentang punk, maka ia memperkenalkan punk termasuk prinsip-prinsip mendasarnya terhadap kami. Bagi saya dan kawan-kawan Rudy adalah pentolan, dari dialah kemudian punk lahir di Salatiga. Mungkin juga ada yang lain, tetapi yang terang-terangan menujukkan diri sebagai punkers awalnya adalah Rudy.

Ceritanya.. Inti dari punk awalnya tidak saya kenal. Memang gaya dandanan punk sudah pada sekitar tahun 2000-an (atau mungkin sebelumnya) sudah sering saya lihat dalam video klip musik, ataupun melihat kaum muda dikota besar memakai gaya dandanan demikian.

Karena tertarik dengan gaya dandanannya, terus saya mengikuti gaya dandanan itu. Setelah itu kemudian baru saya benar-benar tau bahwa gaya dandanan demikian mempunyai tidak hanya mempunyai cirri tertentu melainkan juga memiliki makna yang dalam.

Kalo ditanya punk itu apa? Ya pada intinya, punk adalaha nama (sebutan) buat komunitas yang menentang atau anti terhadap herarki, anti pemerintah, ya juga termasuk anti kapitalis. Anti terhadap ketidak adilan dalam pemerintah. Punk


(9)

101

intinya adalah cara (sikap) memberontak, melawan. Jelas punk pada dasarnya adalah sebuah idiologi (prinsip) pemberontakan terhadap keadaan yang tidak baik. Ya, media penyampaiannya pesan (seruannya) adalah melalui musik dan gaya hidup ataupun gaya berpakian.

Wawancara Di lakukan pada : Bulan September 2007.


(10)

102

Transkip Wawancara

Informan III

Nama : Daniel

Keterangan : Merupakan Anggota Komunitas Punk di Salatiga, Kuliah di UKSW Salatiga).

Sebenarnya yang paling tahu dan kenal tentang punk Salatiga bukan saya melainkan Rudy. Saya sendiri mengenal punk dari Rudy. Ya. Rudy dengan gaya berpakian dan kesehariannya telah memperkenalkan punk termasuk prisnip-prinsipnya. Rudy kami kenal sebagai teman, tapi khusus anak punk dia dikenal sebagai pencetus punk Salatiga.

Kalau keberadaan. Kami sering nongkrong di tempat tongkrongan, di depan book store UKSW. Ya kebetulan ada salah satu anggota yang jualan di situ. Hampir setiap hari kami kumpul di tempat itu. Sekali-sekali kami nongkrong didepan posnet ataupun di sekitar kafe. Paling banyak di deretan kaki lima depan book store UKSW. Kalau demontrasi tidak semua demoantrasi anak-anak punk ikut. Hanya kalau apa yang diperjuangkan adalah benar-benar buat rakyat oke.

Kalau sekarang hampir semua orang sudah mengaku sebagai anak punk. Mereka menyebut diri sebagai punkers. Tapi sebenarnya mereka tidak memahami punk itu sendiri. Karena mereka tidak mengetahui apa itu punk, mereka hanya mengambil gaya dandanannya dan mengaku dirinya punk.

Untuk masalah keterkaitan dengan sejarah karena banyak juga yang hanya meniru gaya dandanan punk akhirnya ada pandangan yang mengatakan tidak ada hubunganan antara Punk di Inggris dengan Punk di Salatiga. Tapi sebenarnya punk di Salatiga melawan sama dengan apa yang dilawan oleh punk di Inggris. Punk disini (Salatiga) juga dapat dikatakan sebagai gerakan sosial. Perlawanannya sama untuk membela kelas pekerja, dan sama tidak setuju dengan apa yang tidak disetuju oleh kaum punk di Inggris. Kami punya hubungan dengan sejarah punk.


(11)

103

Transkip Wawancara

Informan IV

Nama : Dennis

Keterangan : Merupakan Anggota Komunitas Punk di Salatiga ( pendatang dari Bandung ).

Mereka yang mengaku punk adalah sebuah kenaifan. Mereka hanya memamerkan keberadaan mereka, tidak sepenuhnya memiliki jiwa sebagai salah satu anggota dari komunitas tersebut, bahkan sebagian dari mereka hanyalah mencari tempat pelarian bagi diri mereka rendiri, bagi mereka yang sedang dalam masa pencarian jati diri, bagi mereka yang memang menentang kenikmatan dibangku sekolah (apapun status pendidikan mereka) yang malas dengan peraturan-peraturan yang harus mereka taati.

Mereka hanya berkumpul dengan alasan yang sama, mereka bukan merupakan suatu bentuk gerakan sosial yang selama ini diperbincangkan dikalangan kaum intelektual, seperti seharusnya keberadaan mereka. Apabila dilihat dari sejarah terbentuknya komunitas tersebut, mereka seharusnya adalah suatu komunitas yang memperjuangkan suatu keberadaan kaum proletar diIndonesia, bukan memperjuangkan keinginan mereka sendiri, oleh itu mengapa saya (denis) mengatakan mereka naif, akan tetapi apabila mereka mengaku bahwa mereka ada untuk membela segala bentuk kepentingan para kaum proletar di Indonesia, seharusnya mereka tidak perlu menggunakan kaos dengan merk tertentu dan dengan mengenakan celana jeans dengan merk LEVIS. Mereka (para punkers) seharusnya hanya mengenakan kaos ala kadarnya dengan celana jeans dengan harga lebih murah dan tanpa mengenakan sepatu dengan label Dr. Martin tetapi mengenakan sendal jepit seperti tampilan kaum proletar di Indonesia.

“saya bukan punker, tetapi saya adalah orang yang berideologi banyak. Saya menganut berbagai ideologi, walaupun outlook saya adalah seorang punker. Saya tidak mau mengaku diri sebagai salah satu anggota komunitas tersebut, karena memang saya tidak seperti itu. Saya mengenakan sepatu Dr. Martin hanya sebagai


(12)

104

Ketika saya sedang duduk di pinggiran bangunan sebuah Mall di Bandung membaca buku dengan ditemani secangkir kopi, datang seseorang dan menyapa saya dan mulai menawar sepatu yang saya pakai. Orang itu menanyakan harga berapa yang saya mau apabila saya hendak menjual sepatu saya kepada orang itu. Hal itu terjadi berulang kali kepada saya. Oleh karena itu saya menyebutnya sebagai simbol sapaan yang terjadi karena saya mengenakan sebuah alat yang dulu (sejarah) dikenakan oleh sebuah komunitas dalam gerakan sosial di Inggris. Tidak ada korelasi atau hubungan antara Punk di Inggris dengan Punk di Indonesia, sangat jauh berbeda malah. Punk di Indonesia, bagi saya hanya terlihat sebagai bentuk Fashion Punk, tidak ada gerakan sosial, tidak ada tindakan dari mereka yang mencerminkan suatu tindakan pembelaan mereka terhadap kaum proletar dari kekejaman kaum borjuis.

Wawancara Di lakukan pada : Bulan Desember 2007.


(1)

99

bahwa dirinya adalah seorang Punkers. Ketika ia sedang duduk mengikuti perkuliahan didalam kelas, seseorang menegurnya “punkers ya?” kemudian terjadi percakapan yang panjang lebar diantara mereka yang kemudian seseorang tersebut tertarik untuk ikut andil didalam komunitas tersebut, dan kemudian beberapa orang lainnya yang terlihat duduk bersama Rudy di “tongkrongannya” (tempat duduk-duduk menghabiskan waktu).

Punk di Salatiga dan di Indonesia juga turut andil dalam pergerakan mereka melawan kaum pemilik modal (borjuis) terhadap kaum-kaum yang tertindas, tidak hanya kaum proletar!

Wawancara Di lakukan pada : 19 dan 21 November 2007.


(2)

100

Transkip Wawancara

Informan II

Nama : Ahmed Umur : 25 Tahun

Keterangan : Merupakan Anggota Komunitas Punk di Salatiga, Kuliah di UKSW Salatiga).

Ahmed adalah salah satu anggota komunitas Punk di Salatiga. Ahmed mengenal punk seccara lebih dalam melalui perkenalannya dengan Rudy. Menurut Ahmed, ada banyak informasi tentang punk tetapi yang nyata memperkenalkan adalah Rudy, melalui gaya hidup, gaya berpakian dan isi pembicaraannya Rudy telah memperkenalkan pada kaum muda dan remaja Salatiga tentang punk. Saya sendiri adalah salah satu dari kaum muda yang mengenal punk dari Rudy.

Rudy paham benar tentang punk. Karena pengetahuannya tentang punk, maka ia memperkenalkan punk termasuk prinsip-prinsip mendasarnya terhadap kami. Bagi saya dan kawan-kawan Rudy adalah pentolan, dari dialah kemudian punk lahir di Salatiga. Mungkin juga ada yang lain, tetapi yang terang-terangan menujukkan diri sebagai punkers awalnya adalah Rudy.

Ceritanya.. Inti dari punk awalnya tidak saya kenal. Memang gaya dandanan punk sudah pada sekitar tahun 2000-an (atau mungkin sebelumnya) sudah sering saya lihat dalam video klip musik, ataupun melihat kaum muda dikota besar memakai gaya dandanan demikian.

Karena tertarik dengan gaya dandanannya, terus saya mengikuti gaya dandanan itu. Setelah itu kemudian baru saya benar-benar tau bahwa gaya dandanan demikian mempunyai tidak hanya mempunyai cirri tertentu melainkan juga memiliki makna yang dalam.

Kalo ditanya punk itu apa? Ya pada intinya, punk adalaha nama (sebutan) buat komunitas yang menentang atau anti terhadap herarki, anti pemerintah, ya juga termasuk anti kapitalis. Anti terhadap ketidak adilan dalam pemerintah. Punk


(3)

101

intinya adalah cara (sikap) memberontak, melawan. Jelas punk pada dasarnya adalah sebuah idiologi (prinsip) pemberontakan terhadap keadaan yang tidak baik. Ya, media penyampaiannya pesan (seruannya) adalah melalui musik dan gaya hidup ataupun gaya berpakian.

Wawancara Di lakukan pada : Bulan September 2007.


(4)

102

Transkip Wawancara

Informan III

Nama : Daniel

Keterangan : Merupakan Anggota Komunitas Punk di Salatiga, Kuliah di UKSW Salatiga).

Sebenarnya yang paling tahu dan kenal tentang punk Salatiga bukan saya melainkan Rudy. Saya sendiri mengenal punk dari Rudy. Ya. Rudy dengan gaya berpakian dan kesehariannya telah memperkenalkan punk termasuk prisnip-prinsipnya. Rudy kami kenal sebagai teman, tapi khusus anak punk dia dikenal sebagai pencetus punk Salatiga.

Kalau keberadaan. Kami sering nongkrong di tempat tongkrongan, di depan book store UKSW. Ya kebetulan ada salah satu anggota yang jualan di situ. Hampir setiap hari kami kumpul di tempat itu. Sekali-sekali kami nongkrong didepan posnet ataupun di sekitar kafe. Paling banyak di deretan kaki lima depan book store UKSW. Kalau demontrasi tidak semua demoantrasi anak-anak punk ikut. Hanya kalau apa yang diperjuangkan adalah benar-benar buat rakyat oke.

Kalau sekarang hampir semua orang sudah mengaku sebagai anak punk. Mereka menyebut diri sebagai punkers. Tapi sebenarnya mereka tidak memahami punk itu sendiri. Karena mereka tidak mengetahui apa itu punk, mereka hanya mengambil gaya dandanannya dan mengaku dirinya punk.

Untuk masalah keterkaitan dengan sejarah karena banyak juga yang hanya meniru gaya dandanan punk akhirnya ada pandangan yang mengatakan tidak ada hubunganan antara Punk di Inggris dengan Punk di Salatiga. Tapi sebenarnya punk di Salatiga melawan sama dengan apa yang dilawan oleh punk di Inggris. Punk disini (Salatiga) juga dapat dikatakan sebagai gerakan sosial. Perlawanannya sama untuk membela kelas pekerja, dan sama tidak setuju dengan apa yang tidak disetuju oleh kaum punk di Inggris. Kami punya hubungan dengan sejarah punk.


(5)

103

Transkip Wawancara

Informan IV

Nama : Dennis

Keterangan : Merupakan Anggota Komunitas Punk di Salatiga ( pendatang dari Bandung ).

Mereka yang mengaku punk adalah sebuah kenaifan. Mereka hanya memamerkan keberadaan mereka, tidak sepenuhnya memiliki jiwa sebagai salah satu anggota dari komunitas tersebut, bahkan sebagian dari mereka hanyalah mencari tempat pelarian bagi diri mereka rendiri, bagi mereka yang sedang dalam masa pencarian jati diri, bagi mereka yang memang menentang kenikmatan dibangku sekolah (apapun status pendidikan mereka) yang malas dengan peraturan-peraturan yang harus mereka taati.

Mereka hanya berkumpul dengan alasan yang sama, mereka bukan merupakan suatu bentuk gerakan sosial yang selama ini diperbincangkan dikalangan kaum intelektual, seperti seharusnya keberadaan mereka. Apabila dilihat dari sejarah terbentuknya komunitas tersebut, mereka seharusnya adalah suatu komunitas yang memperjuangkan suatu keberadaan kaum proletar diIndonesia, bukan memperjuangkan keinginan mereka sendiri, oleh itu mengapa saya (denis) mengatakan mereka naif, akan tetapi apabila mereka mengaku bahwa mereka ada untuk membela segala bentuk kepentingan para kaum proletar di Indonesia, seharusnya mereka tidak perlu menggunakan kaos dengan merk tertentu dan dengan mengenakan celana jeans dengan merk LEVIS. Mereka (para punkers) seharusnya hanya mengenakan kaos ala kadarnya dengan celana jeans dengan harga lebih murah dan tanpa mengenakan sepatu dengan label Dr. Martin tetapi mengenakan sendal jepit seperti tampilan kaum proletar di Indonesia.

“saya bukan punker, tetapi saya adalah orang yang berideologi banyak. Saya menganut berbagai ideologi, walaupun outlook saya adalah seorang punker. Saya tidak mau mengaku diri sebagai salah satu anggota komunitas tersebut, karena memang saya tidak seperti itu. Saya mengenakan sepatu Dr. Martin hanya sebagai simbol sapaan diantara para pecinta sepatu dengan merk itu.”


(6)

104

Ketika saya sedang duduk di pinggiran bangunan sebuah Mall di Bandung membaca buku dengan ditemani secangkir kopi, datang seseorang dan menyapa saya dan mulai menawar sepatu yang saya pakai. Orang itu menanyakan harga berapa yang saya mau apabila saya hendak menjual sepatu saya kepada orang itu. Hal itu terjadi berulang kali kepada saya. Oleh karena itu saya menyebutnya sebagai simbol sapaan yang terjadi karena saya mengenakan sebuah alat yang dulu (sejarah) dikenakan oleh sebuah komunitas dalam gerakan sosial di Inggris. Tidak ada korelasi atau hubungan antara Punk di Inggris dengan Punk di Indonesia, sangat jauh berbeda malah. Punk di Indonesia, bagi saya hanya terlihat sebagai bentuk Fashion Punk, tidak ada gerakan sosial, tidak ada tindakan dari mereka yang mencerminkan suatu tindakan pembelaan mereka terhadap kaum proletar dari kekejaman kaum borjuis.

Wawancara Di lakukan pada : Bulan Desember 2007.


Dokumen yang terkait

JARINGAN KOMUNIKASI DALAM KOMUNITAS PUNK (Studi Terhadap Komunitas Punk di Kota Blitar)

0 3 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB I

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB V

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB VI

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga)

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Remaja Akhir yang Tergabung dalam Komunitas Punk di Kota Salatiga Untuk Tetap Bertahan di Jalanan

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Ketergantungan Minuman Beralkohol terhadap Kepercayaan Diri Individu sebagai Anggota Band Musik Punk di Salatiga

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Ketergantungan Minuman Beralkohol terhadap Kepercayaan Diri Individu sebagai Anggota Band Musik Punk di Salatiga

0 0 6