Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB VI

(1)

79

BAB VI

HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA

DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

Gambaran tentang keberadaan komunitas punk di Salatiga pada bab v telah sedikit memberikan gambaran tentang hubungan komunitas punk di Salatiga dengan latar belakang sejarah punk. Pada bab ini pembahasan (penggambaran) dipusatkan pada hubungan komunitas punk Salatiga dengan sejarah. Penggambaran dimulai dari konteks yang melatarbelakngi lahirnya punk di Inggris dan di Salatiga, prinsip-prinsip punk di Inggris dan punk di Salatiga hingga pada penggambaran persamaan dan perbedaan antara punk di Inggris dan punk di Salatiga.

6.1. Konteks Lahirnya Punk, Di Inggris dan Di Salatiga

Konteks adalah latar situasi, peristiwa, dan kondisi. Dalam pengertian lain konteks adalah semua situasi dan hal yang terjadi pada saat lahirnya punk baik di Inggris maupun di Salatiga. Meskipun demikian, tidak semua konteks dimasukkan dalam analisis, hanya konteks yang dianggap relevan dan dalam banyak hal berpengaruh terhadap lahirnya punk baik di Inggris maupun di Salatiga.

Secara historis Punk lahir di Amerika, dan pada tahun 1970-an komunitas Punk lahir di Inggris. Istilah Punk ditujukan pertama kali pada aliran musik yang muncul pada 1960-an akhir di Amerika Serikat, dengan lirik-lirik “sampah” dan tidak disusun berdasarkan aturan main yang jelas. Kemudian pada tahun 1970-an Punk lahir dan berkembang pesat di Inggris. Punk di Inggris berkembang karena pada saat itu rakyat Inggris sedang mencari media atau sarana untuk memberontak pada kerajaan Inggris yang disebabkan oleh keadaan perekonomian yang sangat kacau.

Kebanyakan dari komunitas Punk pada waktu itu adalah remaja dan pemuda yang berasal dari kalangan kelas pekerja. Melalui gaya hidup, musik dan penampilan, mereka menyampaikan/menyuarakan kondisi yang terabaikan oleh


(2)

80

pemerintah Inggris. Mereka membuat kebiasaan yang seolah-olah acuh terhadap budaya yang ada. Punk muncul dengan keadaan yang menyolok dan memperolok kemapanan budaya yang sudah ada dan memberontak dari keadaan yang membosankan, kemudian menawarkan sebuah alternatif pola hidup yang khas dan unik dari komunitas mereka. Atas gaya dan sikap mereka yang demikian media Inggris pernah mencap mereka sebagai „sampah‟.

Di Salatiga punk lahir pada sekitar tahun 2001. Melalui proses pengenalan yang dikonfokatori oleh Mahasiswa asal Jakarta kaum muda dan mahasiswa di Salatiga mengenal punk. Dalam rentang waktu antara awal 2003 hingga pada saat penelitian (2007) punk Salatiga telah mengalami perkembangan, bahkan telah menjadi empat komunitas golongan punk yaitu, anarcho punk, glam punk, ska punk dan punk fashion.

Pada tahun lahirnya punk di Salatiga ( 2001) kondisi Salatiga jauh berbeda dengan kondisi Inggris saat lahirnya punk. Memang secara umum pada masa ini Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi dan masa ini juga merupakan masa transisi antara orde baru dan orde reformasi setelah keberhasilan organisasi mahasiswa dan organisasi kemasyarakatan menumbangkan rezim otoriter Soeharto. Konteks sosial, politik, ekonomi Indonesia pada sekitar tahun 2001 nampaknya tidak mempunyai pengaruh besar, tetapi sedikit banyak telah cukup berpengaruh terhadap kelahiran punk di Salatiga.

Perlu ditegaskan bahwa pengaruh konteks sosial, ekonomi, khususnya politik Indonesia pada awal reformasi setidaknya telah memberi ruang kebebasan bagi ekspresi diri (termasuk berorganisasi ataupun berpendapat) kepada masyarakatnya. Peluang inilah yang sedikit banyak telah membuka kebebasan ekspresi perlawanan yang lahir di Ingris ini dapat pula lahir di Salatiga.

Dari gambaran di atas nampak jelas bahwa punk di Inggris lahir sebagai sebuah respon terhadap kondisi terpinggirkan, kondisi tidak diperhatikan oleh pemerintah karena sistem politik ekonomi Inggris yang kacau. Berbeda dengan di Salatiga punk lahir lebih merupakan imitasi/proses meniru sebagaimana dijelaskan pada sejarah berdirinya punk Salatiga pada bab v. Terkait dengan konteks lahirnya punk di Salatiga sepertinya lebih merupakan pemanfaatan


(3)

81

sistuasi keterbukaan, sistuasi kebebasan berekspresi pasca reformasi oleh kaum muda terpelajar di Salatiga, yang pada sekitar tahun itu euforia reformasi masih menggebu-gebu khususnya dikalangan mahasiswa.

6.2. Demonstrasi Gaya Berpakaian Sebuah Bentuk Perlawanan

Sebagai sebuah gerakan perlawanan kaum muda yang menentang masyarakat yang mapan, selain menyatakan sikap perlawanannya melalui musik salah satu cara yang khas dan unik dalah dengan gaya berpakian dan rambut yang berbeda dengan umumnya. Gaya berpakian merupakan tanda (simbol) , juga sebagai bahasa perlawanan. Dalam bahasa yang lain gaya berpakian komunitas punk merupakan ekspresi kemarahan dan frustrasi yang disampaikan melalui gaya berpakian.

Gaya berpakian komunitas punk di Inggris lebih mirip dengan gaya

berpakian kelas pekerja. Kaum punk menggunakan baju kaos, celana JEAN‟S,

sepatu boot, dan ditambah dengan berbagai asesoris lain untuk menampakkan perlawanan terhadap hal-hal yang normal khususnya gaya berpakian. Gaya berpakian yang demikian dimaksudkan untuk memperolok budaya yang telah mapan, sekaligus sebagai identitas keberpihakan komunitas ini terhadap kelompok pekerja (buruh).

Salah satu dari ini perlawanan punk adalah menentang suatu kondisi masyarakat mapan. Punk adalah sebuah „gaya yang mengerikan‟, yang menciptakan suatu paduan hal-hal yang membangkang dan abnormal. Cara-cara yang digunakan adalah dengan menggunakan pin-pin pengaman, gaya rambut, kaos-kaos dengan tulisan-tulisan yang „kasar‟, gambar-gambar anarkis ataupun tarian yang tidak tertatam dan musik-musik yang sengaja dibuat tidak musikal.

Dengan cara-cara di atas, punk merusak dan membongkar bahkan menginjak-injak setiap wacana yang relevan. Mereka mekakukan perlawanan simbolis terhadap kondisi hidup yang mapan, terhadap hegemony Negara.

Sebagaimana lahirnya punk di Inggris dimana tema-tema perlawanan melalui gaya berpakian menjadi identitas perlawanan demikian juga dengan punk di Salatiga. Punk di Salatiga mendemonstrasikan gaya berpakian yang juga


(4)

82

memperolok gaya berpakian yang mapan (masyarakat mapan) dan menunjukkan keberpihakan mereka terhadap kelompok pekerja dan kaum tertindas.

Komunitas punk di Salatiga menggunakan, sepatu-sepatu yang biasanya dipakai oleh kelompok pekerja (buruh) bahkan terdapat juga diantara mereka yang menggunakan sandal jepit, kaos-kaos dan celana jeans lokal yang sobek atau terlihat seperti ditambal. Selain itu pakian-pakian yang digunakan tidak pernah tampak tampak mewah dan rapi sebagaimana yang berlaku umumnya dalam kehidupan masyarakat Salatiga.

Gaya berpakian komunitas Punk baik di Inggris ataupun di Salatiga adalah sebagai tanda, juga sebagai bahasa. Gaya berpakian kaum Punk dimaksudkan untuk memperolok budaya mapan, sekaligus keberpihakan terhadap masyarakat

pekerja. Punk adalah suatu ”gaya yang mengerikan” yang menciptakan suatu

panduan hal-hal yang membangkang dan abnormal.

6.3. Prinsip-Prinsip Punk Salatiga

Menurut Hebdigge, Punk di Inggris bukan sekedar merespons krisis kemunduruan Inggris yang termanifestasi dalam pengangguran, kemiskinan, dan perubahan standar moral; yang dilakukan Punk adalah men-dramatisasikan-nya. Punk menggunakan bahasa media tentang krisis, mendaur ulang bahasa itu dengan ekspresi tubuh dan visual. Gaya Punk adalah ekspresi kemarahan dan frustrasi yang disampaikan dalam sebuah bahasa yang tersedia untuk umum yang kemudian ditandai ulang, dihubungkan dengan sekumpulan masalah kotemporer. (Barker, 1999 : 434).

Demonstrasi gaya berpakian yang dilakukan oleh Punk di Inggris dengan

simbol ‟keras‟, kemudian melalui proses imitasi Punk telah berkembang di

berbagai belahan dunia lain termasuk di Salatiga. Pada prinsipnya punk mempunyai perjuangan yang sama, akan tetapi karena adanya komunitas yang hanya mengambil gaya dandanan punk tanpa mengambil spiritnya telah cukup mempengaruhi cara pandang sebagaian orang terhadap komunitas punk. Seperti diungkapkan oleh Daniel bahwa:


(5)

83

‟Untuk masalah keterkaitan dengan sejarah karena banyak juga yang hanya meniru gaya dandanan punk akhirnya ada pandangan yang mengatakan tidak ada hubunganan antara Punk di Inggris dengan Punk di Salatiga. Karena itu tidak salah juga jika Punk di Salatiga dilihat hanya sebagai bentuk fashion Punk, bukan sebagai gerakan sosial. Tetapi jika melihat intinya (substansinya) terdapat banyak tindakan dari anggota komunitas punk yang mencerminkan suatu tindakan pembelaan terhadap kaum pekerja, ataupun dalam bentuk ketidak setujuan lain yang sama dengan apa yang dilakukan di Inggris‟1.

Ada pandangan bahwa komunitas Punk di Salatiga hanya sebagai pelarian dari anggota-anggotanya untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungannya. Menurut Daniel ada pandangan bahwa punk di Salatiga bukanlah komunitas yang memperjuangkan suatu keberadaan kaum pekerja sebagaimana di Inggris. Karena saat ini (2007), tidak jarang ditemukan komunitas yang mengaku dirinya sebagai bagian dari komunitas Punk namun menggunakan gaya berpakian yang tidak mewakili kepentingan kaum proletar. Banyak dari mereka mengaku dirinya Punk akan tetapi mereka hanya memamerkan keberadaan mereka. Inilah yang menjadi dasar bagi pandangan-pandangan yang ada.

Di Salatiga sendiri banyak yang menggunakan berbagai kaos dengan merk tertentu, celana jeans dengan merk LEVIS, bahkan mereka memakai sepatu dengan label Dr. Martin. Celana Levis dan Sepatu Dr. Martin merupakan sebuah simbol atau alat yang dulu (sejarah) adalah yang dikenakan oleh sebuah komunitas dalam gerakan sosial di Inggris. Jika menilik sejarah keberpihakan komunitas yang memperjuangkan keberadaan kaum proletar, maka komunitas Punk di Salatiga seharusnya hanya mengenakan kaos ala kadarnya, dengan celana jeans yang lebih murah, sepatu atau bahkan sandal yang menggambarkan atau mewakilkan kaum pekerja yang diperjuangkan di Indonesia, bukan seperti di Inggris.

1

Dikutip berdasarkan hasil wawancara bersama salah satu anggota komunitas Punk bernama Daniel.


(6)

84

Walaupun demikian anggota komunitas Punk di Salatiga, mempunyai anggapan bahwa punk Salatiga mempunyai hubungan atau kedekatan yang erat dengan sejarah Punk. Mereka (komunitas Punk) memandang bahwa Punk di Salatiga juga merupakan bentuk perjuangan (gerakan Sosial).

‟Punk di Salatiga juga merupakan suatu bentuk perjuangan (gerakan sosial), tidak hanya diam (cuek), Punk Salatiga juga melakukan pergerakan-pergerakan yang memang pada dasarnya adalah tindakan atau cerminan ketidak setujuan dari sikap

atau pemerintahan di Indonesia‟2 .

Bagi komunitas Punk di Salatiga mereka mempunyai hubungan yang erat dengan sejarah kemunculan Punk di Inggris. Walaupun berada di kota kecil punk di Salatiga tetap terus melakukan pergerakan yang mencerminkan ketidak setujuan dengan pemerintah.

Berdasarkan pada dua gambaran singkat antara gaya berpakian punk Inggris dan punk di Salatiga nampaknya keduanya memiliki persamaan. Terutama jika dikaitkan dengan prinsip-prinsip perlawanan, pemberontakan terhadap budaya mapan ataupun pada keberpihakan terhadap kelompok masyarakat pekerja. Baik Punk di Inggris ataupun di Salatiga nampaknya memiliki prinsip perlawanan dan keberpihakan yang sama.

Walaupun pada prinsip perjuangan antara punk di Inggris dan punk di Salatiga hampir sama, namun terdapat berbagai kondisi yang kiranya sedikit membedakan keduanya. Faktor yang berpengaruh adalah budaya serta kondisi-kondisi yang berbeda antara apa yang dihadapi Punk di Inggris dan komunitas Punk di Salatiga. Misalnya, kebiasaan perlawanan ‟keras‟ yang ciri bagi komunitas Punk di Inggris, sedangkan di Salatiga bentuk perlawanan masih terbatas pada demonstrasi gaya berpakian ataupun demonstrasi massa. Dalam gaya dandanan misalnya punk di Inggris menggunakan pakian dengan merek levis dan sepatu boot Dr. Martin sebagai representasi buruh di Inggris sedangkan di Salatiga gaya dandanan punk lebih merupakan representasi kelas pekerja di Salatiga. Komunitas punk memakai celana yang sobek dan lusuh dengan sepatu

2

Dikutip berdasarkan hasil wawancara bersama salah satu anggota komunitas Punk di Salatiga bernama Rudy.


(7)

85

yang pada intinya menunjukkan keberpihakan kepada kelompok masyarakat bawah masyarakat pekerja.

Dengan berbagai ulasan di atas maka, walaupun kemunculan dan gaya berpakian didramatisasikan dengan menyesuaikan dengan kondisi-kondisi di Indonesia dapat dikatakan komunitas Punk di Salatiga termasuk pada prinsipnya memiliki keterkaitan yang erat khususnya jika ditinjau dari prinsip-prinsip dan nilai-nilai perjuangannya. Khususnya terkait dengan prinsip pemberontakan, sikap ketidak setujuan hingga pada keberpihakan terhadap kelompok pekerja.

6.4. Persamaan, dan Perbedaan

Berdasarkan gambaran-gambaran baik pada bab v tentang keberadaan punk di Salatiga ataupun pada bab ini, tampak beberapa persamaan hingga perbedaan antara punk di Inggris dan punk di Salatiga. Oleh karena itu pada akhir bab ini digambarkan tentang persamaan dan perbedaan komunitas punk di Inggris dan punk di Salatiga. Ini dimaksudkan untuk menggambarkan secara ringkas tentang bagaimana hubungan antara lahinya punk di Salatiga dan sejarah lahir dan hidupnya punk di Inggris.


(8)

86 Tabel 6.5.

Hubungan dan Perbandingan


(9)

87

Kembali ditegaskan bahwa sebagaimana telah ditampilkan dalam tabel 6.2 di atas bahwa pada prinsipnya agenda-agenda perlawanan dan ketidak setujuan punk di Salatiga dapat dikatakan sama dengan punk di Inggris. Walaupun pada konteks lahirnya punk di Salatiga lebih merupakan pemanfaatan atas ruang kebebasan namun semangat kelahiran punk di Inggris dapat ditemukan di komunitas Punk Salatiga. Selain itu walaupun demontrasi gaya berpakian telah disesuaikan dengan budaya Indonesia namun tetap memperlihatkan keberpihakan terhadap kelompok pekerja sebagaimana keberpihakan punk di Inggris.


(1)

82

memperolok gaya berpakian yang mapan (masyarakat mapan) dan menunjukkan keberpihakan mereka terhadap kelompok pekerja dan kaum tertindas.

Komunitas punk di Salatiga menggunakan, sepatu-sepatu yang biasanya dipakai oleh kelompok pekerja (buruh) bahkan terdapat juga diantara mereka yang menggunakan sandal jepit, kaos-kaos dan celana jeans lokal yang sobek atau terlihat seperti ditambal. Selain itu pakian-pakian yang digunakan tidak pernah tampak tampak mewah dan rapi sebagaimana yang berlaku umumnya dalam kehidupan masyarakat Salatiga.

Gaya berpakian komunitas Punk baik di Inggris ataupun di Salatiga adalah sebagai tanda, juga sebagai bahasa. Gaya berpakian kaum Punk dimaksudkan untuk memperolok budaya mapan, sekaligus keberpihakan terhadap masyarakat pekerja. Punk adalah suatu ”gaya yang mengerikan” yang menciptakan suatu panduan hal-hal yang membangkang dan abnormal.

6.3. Prinsip-Prinsip Punk Salatiga

Menurut Hebdigge, Punk di Inggris bukan sekedar merespons krisis kemunduruan Inggris yang termanifestasi dalam pengangguran, kemiskinan, dan perubahan standar moral; yang dilakukan Punk adalah men-dramatisasikan-nya. Punk menggunakan bahasa media tentang krisis, mendaur ulang bahasa itu dengan ekspresi tubuh dan visual. Gaya Punk adalah ekspresi kemarahan dan frustrasi yang disampaikan dalam sebuah bahasa yang tersedia untuk umum yang kemudian ditandai ulang, dihubungkan dengan sekumpulan masalah kotemporer. (Barker, 1999 : 434).

Demonstrasi gaya berpakian yang dilakukan oleh Punk di Inggris dengan simbol ‟keras‟, kemudian melalui proses imitasi Punk telah berkembang di berbagai belahan dunia lain termasuk di Salatiga. Pada prinsipnya punk mempunyai perjuangan yang sama, akan tetapi karena adanya komunitas yang hanya mengambil gaya dandanan punk tanpa mengambil spiritnya telah cukup mempengaruhi cara pandang sebagaian orang terhadap komunitas punk. Seperti diungkapkan oleh Daniel bahwa:


(2)

83

‟Untuk masalah keterkaitan dengan sejarah karena banyak juga yang hanya meniru gaya dandanan punk akhirnya ada pandangan yang mengatakan tidak ada hubunganan antara Punk di Inggris dengan Punk di Salatiga. Karena itu tidak salah juga jika Punk di Salatiga dilihat hanya sebagai bentuk fashion Punk, bukan sebagai gerakan sosial. Tetapi jika melihat intinya (substansinya) terdapat banyak tindakan dari anggota komunitas punk yang mencerminkan suatu tindakan pembelaan terhadap kaum pekerja, ataupun dalam bentuk ketidak setujuan lain yang sama dengan apa yang dilakukan di Inggris‟1

.

Ada pandangan bahwa komunitas Punk di Salatiga hanya sebagai pelarian dari anggota-anggotanya untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungannya. Menurut Daniel ada pandangan bahwa punk di Salatiga bukanlah komunitas yang memperjuangkan suatu keberadaan kaum pekerja sebagaimana di Inggris. Karena saat ini (2007), tidak jarang ditemukan komunitas yang mengaku dirinya sebagai bagian dari komunitas Punk namun menggunakan gaya berpakian yang tidak mewakili kepentingan kaum proletar. Banyak dari mereka mengaku dirinya Punk akan tetapi mereka hanya memamerkan keberadaan mereka. Inilah yang menjadi dasar bagi pandangan-pandangan yang ada.

Di Salatiga sendiri banyak yang menggunakan berbagai kaos dengan merk tertentu, celana jeans dengan merk LEVIS, bahkan mereka memakai sepatu dengan label Dr. Martin. Celana Levis dan Sepatu Dr. Martin merupakan sebuah simbol atau alat yang dulu (sejarah) adalah yang dikenakan oleh sebuah komunitas dalam gerakan sosial di Inggris. Jika menilik sejarah keberpihakan komunitas yang memperjuangkan keberadaan kaum proletar, maka komunitas Punk di Salatiga seharusnya hanya mengenakan kaos ala kadarnya, dengan celana jeans yang lebih murah, sepatu atau bahkan sandal yang menggambarkan atau mewakilkan kaum pekerja yang diperjuangkan di Indonesia, bukan seperti di Inggris.

1

Dikutip berdasarkan hasil wawancara bersama salah satu anggota komunitas Punk bernama Daniel.


(3)

84

Walaupun demikian anggota komunitas Punk di Salatiga, mempunyai anggapan bahwa punk Salatiga mempunyai hubungan atau kedekatan yang erat dengan sejarah Punk. Mereka (komunitas Punk) memandang bahwa Punk di Salatiga juga merupakan bentuk perjuangan (gerakan Sosial).

‟Punk di Salatiga juga merupakan suatu bentuk perjuangan (gerakan sosial), tidak hanya diam (cuek), Punk Salatiga juga melakukan pergerakan-pergerakan yang memang pada dasarnya adalah tindakan atau cerminan ketidak setujuan dari sikap atau pemerintahan di Indonesia‟2

.

Bagi komunitas Punk di Salatiga mereka mempunyai hubungan yang erat dengan sejarah kemunculan Punk di Inggris. Walaupun berada di kota kecil punk di Salatiga tetap terus melakukan pergerakan yang mencerminkan ketidak setujuan dengan pemerintah.

Berdasarkan pada dua gambaran singkat antara gaya berpakian punk Inggris dan punk di Salatiga nampaknya keduanya memiliki persamaan. Terutama jika dikaitkan dengan prinsip-prinsip perlawanan, pemberontakan terhadap budaya mapan ataupun pada keberpihakan terhadap kelompok masyarakat pekerja. Baik Punk di Inggris ataupun di Salatiga nampaknya memiliki prinsip perlawanan dan keberpihakan yang sama.

Walaupun pada prinsip perjuangan antara punk di Inggris dan punk di Salatiga hampir sama, namun terdapat berbagai kondisi yang kiranya sedikit membedakan keduanya. Faktor yang berpengaruh adalah budaya serta kondisi-kondisi yang berbeda antara apa yang dihadapi Punk di Inggris dan komunitas Punk di Salatiga. Misalnya, kebiasaan perlawanan ‟keras‟ yang ciri bagi komunitas Punk di Inggris, sedangkan di Salatiga bentuk perlawanan masih terbatas pada demonstrasi gaya berpakian ataupun demonstrasi massa. Dalam gaya dandanan misalnya punk di Inggris menggunakan pakian dengan merek levis dan sepatu boot Dr. Martin sebagai representasi buruh di Inggris sedangkan di Salatiga gaya dandanan punk lebih merupakan representasi kelas pekerja di Salatiga. Komunitas punk memakai celana yang sobek dan lusuh dengan sepatu

2

Dikutip berdasarkan hasil wawancara bersama salah satu anggota komunitas Punk di Salatiga bernama Rudy.


(4)

85

yang pada intinya menunjukkan keberpihakan kepada kelompok masyarakat bawah masyarakat pekerja.

Dengan berbagai ulasan di atas maka, walaupun kemunculan dan gaya berpakian didramatisasikan dengan menyesuaikan dengan kondisi-kondisi di Indonesia dapat dikatakan komunitas Punk di Salatiga termasuk pada prinsipnya memiliki keterkaitan yang erat khususnya jika ditinjau dari prinsip-prinsip dan nilai-nilai perjuangannya. Khususnya terkait dengan prinsip pemberontakan, sikap ketidak setujuan hingga pada keberpihakan terhadap kelompok pekerja.

6.4. Persamaan, dan Perbedaan

Berdasarkan gambaran-gambaran baik pada bab v tentang keberadaan punk di Salatiga ataupun pada bab ini, tampak beberapa persamaan hingga perbedaan antara punk di Inggris dan punk di Salatiga. Oleh karena itu pada akhir bab ini digambarkan tentang persamaan dan perbedaan komunitas punk di Inggris dan punk di Salatiga. Ini dimaksudkan untuk menggambarkan secara ringkas tentang bagaimana hubungan antara lahinya punk di Salatiga dan sejarah lahir dan hidupnya punk di Inggris.


(5)

86

Tabel 6.5.

Hubungan dan Perbandingan


(6)

87

Kembali ditegaskan bahwa sebagaimana telah ditampilkan dalam tabel 6.2 di atas bahwa pada prinsipnya agenda-agenda perlawanan dan ketidak setujuan punk di Salatiga dapat dikatakan sama dengan punk di Inggris. Walaupun pada konteks lahirnya punk di Salatiga lebih merupakan pemanfaatan atas ruang kebebasan namun semangat kelahiran punk di Inggris dapat ditemukan di komunitas Punk Salatiga. Selain itu walaupun demontrasi gaya berpakian telah disesuaikan dengan budaya Indonesia namun tetap memperlihatkan keberpihakan terhadap kelompok pekerja sebagaimana keberpihakan punk di Inggris.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB I

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB V

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga)

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga)

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Remaja Akhir yang Tergabung dalam Komunitas Punk di Kota Salatiga Untuk Tetap Bertahan di Jalanan

0 0 1

T1__BAB VI Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Transformasi Komunitas Punk di Condong Catur Yogyakarta dalam Prespektif Modal Sosial T1 BAB VI

0 0 3

T1__BAB VI Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Parkir di Salatiga T1 BAB VI

0 1 3

T1__BAB VI Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tato sebagai Simbol Identitas Wanita di Komunitas Salatiga Seni Radjah T1 BAB VI

0 0 2