Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB I

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Punk telah kita kenal, setidaknya kata tersebut sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga kita. Akan tetapi sangat jarang dari kita yang mengetahui dari mana asalnya, bagaimana perkembangannya, dan siapa yang sebenarnya ada didalam komunitas tersebut. Punk adalah suatu komunitas kawula muda yang memiliki ciri khas tersendiri dan tentu saja berbeda dengan komunitas lainnya, dimana komunitas tersebut sebagian besar anggotanya adalah kawula muda yang memiliki kesamaan dalam beberapa hal, diantaranya adalah; minat dan warna musik, dandanan, gaya hidup, bahasa, lambang-lambang atau simbol, serta penampilan, bahkan prinsip mereka.

Punk pertama kali muncul pada akhir tahun 60-an di New York, Amerika Serikat, dan pada tahun 70-an komunitas tersebut mucul di Inggris. Awal tahun 70-an terjadi kombinasi antara gaya maskulin skinhead (bagian dari sub-kultur yang muncul pada tahun 60-an, selain komunitas Punk yang juga muncul pada akhir tahun 60-an), progresifitas kaum hippies (sebuah komunitas yang biasanya berusia muda, khususnya pada akhir tahun 1960 dan awal tahun 1970, yang mempercayai pentingnya perdamaian di dunia, mereka berambut panjang, hidup berkelompok dan mengkonsumsi narkotika) dan glamrock? seperti David Bowie, Lou Reed, Bolan dan Garry Glitter (para punker asal Inggris). Sebuah kombinasi yang memperlihatkan sebuah bentuk perkembangan kearah tanpa kelas dan menghasilkan budaya universal. Era ini merupakan akhir dari perjalanan singkat sub-culture kelas pekerja di Inggris sampai digantikan oleh sub-culture punk yang cukup menjadi fenomena di dunia.

Pada 1970-an Punk di Inggris berkembang, karena pada saat itu rakyat Inggris sedang mencari media atau sarana untuk memberontak pada kerajaan Inggris yang disebabkan oleh keadaan perekonomian yang sangat kacau. Pelbagai ulasan media mengenai keberadaan Punk, mengukuhkan posisinya sebagai salah


(2)

2

satu sub-culture yang paling memiliki pengaruh di Inggris, sebagai komunitas yang melakukan pergerakan sosial melalui gaya hidup, musik dan penampilan.

Kebanyakan dari komunitas Punk pada waktu itu adalah remaja dan pemuda dari kalangan kelas pekerja. Melalui gaya hidup, musik dan penampilan, mereka menyampaikan/menyuarakan kondisi yang terabaikan oleh pemerintah Inggris. Mereka membuat kebiasaan yang seolah-olah acuh terhadap budaya yang ada. Punk muncul dengan keadaan yang menyolok dan memperolok kemapanan budaya yang sudah ada dan memberontak dari keadaan yang membosankan, kemudian menawarkan sebuah alternatif pola hidup yang khas dan unik dari komunitas mereka.

Pada saat ini, Punk dapat dikatakan telah merambah sampai berbagai belahan dunia melalui aliran musik yang menyajikan syair-syair lagunya yang bertemakan umpatan atau rasa ketidakterimaan masyarakat Inggris pada waktu itu terhadap pemerintahannya (Chahill, 1998: 1).

Punk tidak lain merupakan sebuah hasil dari situasi politik-ekonomi yang sangat tidak mengenakkan bagi komunitas itu sendiri di Inggris, yang dimana situasi saat itu banyak sekali menimbulkan kekecewaan yang besar pada sebagian besar masyarakat di Inggris. Nama punk itu sendiri adalah berarti “orang tidak berarti atau sampah atau gelandangan yang membuang-buang waktunya untuk kegiatan yang tidak berguna atau tidak berarti”, sehingga pada akhirnya perkembangan Punk mendapat perhatian besar dari media. Punk kemudian berkembang sebagai pergerakan sosial, dan mengenai awal mula pergerakan punk sebagai bentuk aksi pembela kaum tertindas di Inggris seperti dikutip oleh Tara Swanepoel, Chahill menyatakan bahwa: (www.punk-subculture.com)

“Kebanyakan orang setuju jika (gerakan) ini terjadi pada suatu saat ditahun 1975. Saat Inggris sedang mengalami resesi waktu itu, dan pada masa-masa yang sulit bagi setiap orang untuk mencari cara guna menyalurkan kemarahannya.” (Tara Swanepoel, Chaill & Chahill; 1998).

Melalui asesoris dan berbagai atribut, komunitas ini memperolok kemapanan budaya, menyatakan keberpihakan serta memmenyuarakan sikap mereka pada pemerintahan inggris pada masa itu. Seperti contohnya sepatu boot;


(3)

3

sepatu yang mereka pakai sebagai bukti kedekatan (keberpihakan) mereka dengan kelas pekerja yang kental dengan sepatu-sepatu berpenampilan keras, mereka biasa memakai sepatu yang berlubang 8 hingga 20 (sepatu Boot dengan lubang tali sepatu yang berjumlah sampai dengan 8-20, sepatu tersebut memiliki rancangan yang khusus untuk para pegawai tambang, tinggi hingga melebihi mata kaki), selain dari pada itu ada juga dari beberapa model sepatu yang melambangkan para kaum nazi yaitu brogues (salah satu jenis sepatu yang biasa dipakai oleh anak-anak skinhead. Awalnya dipakai karena sepatu jenis boot dianggap terlampau mencolok mata, seperti halnya penampilan celana panjang yang dipadukan degan sweater, sepatu jenis ini memiliki model sederhana, sama dengan model sepatu yang dipakai laki-laki saat pergi kekantor atau saat menghadiri acara resmi pada umumnya), loafers (jenis sepatu yang biasa dipakai oleh anak-anak skinhead).

Punk di Amerika Serikat juga banyak mempengaruhi gaya punk di Inggris yang pada tahun 1975, kelas pekerja miskin di Inggris mulai menggunakan gaya punk yang berasal dari New-York Amerika Serikat yang awalnya merupakan komunitas dalam dunia musik, yang memang punk di Amerika lebih merupakan sebuah gerakan yang berakar dan berkembang dalam dunia musik. Kemudian musik punk menjadi sebuah cara yang menonjol dalam mengekspresikan perasaan-perasaan mereka dan mengidentifikasikan diri mereka sebagai sebuah gerakan budaya tandingan. Gaya berpakaian mereka juga menjadi sebuah cara untuk menegaskan identitas mereka. Swanepoel, kembali mengutip Chahill, menyatakan:

punk sebuah sub-culture yang mulai membentuk diri, konformitas adalah yang mereka lawan.” (jurnal Punk ; www.punk.com).

Karena sikap dan gaya hidupnya komunitas Punk sangat dikenal sebagai kaum pemberontak yang memang sarat dengan ketidaksetujuannya terhadap pemerintahan di Inggris pada masa itu. Punk di Inggris memang lebih tegas dan keras dalam masalah perjuangan kelas mereka yang sangat tidak bersetuju dengan keadaan pemerintahan, hal tersebut sangat tegas terlihat perbedaannya dengan saudara-saudara mereka yang ada di New-York Amerika Serikat.


(4)

4

Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa Punk dikenal dunia dari pasaran para musisi yang mengembangkan bakatnya dalam dunia tarik suara dengan tema-tema yang terkait erat dengan prinsip-prinsip pemberontakan Punk. Hentakan musiknya, serta lirik dari setiap lagu yang dibawakan oleh beberapa group band punk, berhasil melambungkan nama punk sampai ke berbagai dunia. Beberapa band dari Amerika Serikat yang turut serta membangun sejarah bagi punk adalah MC5 dengan albumnya Kick Out the Jams, dan The Velvet Underground yang meliris albumnya pada tahun 1967; New York Dolls pada tahun 1971; Sex Pistol pada tahun 1972; the Ramones pada tahun 1974; dan masih banyak lagi aliran musik punk yang dilantunkan oleh band-band punk terkenal pada masa itu.

Sejarah tumbuh dan berkembangnya Punk di Indonesia sendiri tidak memiliki kejelasan, khususnya tentang kepastian dari kota mana asal mula punk pertama kali muncul. Selama ini, diduga bahwa punk pertama kali muncul di tiga (3) kota besar yang ada di Indonesia, yaitu Jakarta; Bandung; dan Bali. Itulah kota-kota yang diperkirakan menjadi pintu gerbang masuknya Punk di Indonesia.

Untuk saat ini memang belum ada kepastian yang memberikan hasil penelitian lokal (Indonesia), secara lebih terperinci dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya dan menjawab pertanyaan yang ada selama ini “dari kota mana pertama kali punk muncul di Indonesia”? Selain tiga nama kota besar di atas terdapat beberapa kota lain yang diduga menjadi pintu masuknya komunitas Punk di Indonesia. Seperti diketahui bahwa komunitas Punk telah hadir dan menetap dikota lainnya, seperti Yogyakarta. Anak-anak yang tergolong sebagai punker (anggota punk) sering kali dijumpai di beberapa tempat dikota itu.

Saat ini kelompok kaum muda dengan cara berpakian, gaya hidup, yang berbeda dengan umumnya dapat dijumpai di berbagai Kota di Indonesia. Kelompok kaum muda dengan dandanan street dan rambut bergaya Mohawk berbagai warna, serta mengenakan aneka asesoris dapat dengan mudah dijumpai diberbagai kota di Indonesia. Selain bekerja atau (dan) belajar, komunitas punk juga kerap kali mengadakan acara “perjamuan” bersama (pesta, pergelaran musik, dan minum). Hari minggu sering mereka jadikan waktu untuk berkumpul dan


(5)

5

menggelar aksi bersama, dan didalam acara tersebut biasanya akan ada berbagai aliran dari komunitas itu sendiri saling berunjuk kebolehan masing-masing. Pada kesempatan seperti ini komunitas punk bergaya seperti selayaknya kita yang hendak pergi ke pusat-pusat perbelanjaan (department store) atau yang mereka sebut dengan istilah “nge-dress” (memakai atribut punk mereka, lengkap tidak kurang sesuatupun).

Pada saat ini, Punk tidak hanya dapat kita jumpai di kota-kota besar, karena komunitas ini telah merambah diberabagi kota-kota kecil. Di Salatiga sendiri sebelum Punk merambah masuk dan membentuk komunitas, hanya terdapat beberapa orang yang melakukan pencitraan diri sebagai Punkers dari gaya dandanannya. Mereka datang dari ibu kota dan mengklaim diri sebagai bagian dari komunitas Punk, kemudian terdapat beberapa orang yang datang dan menetap di Salatiga dengan alasan untuk melakukan studi dan berbagai alasan lain.

Pada tahun 2003-an komunitas Punk di Salatiga telah mengalami perkembangan, beberapa dari mereka adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Selain sebagai mahasiswa berbagai anggota lain, merupakan kaum muda disekitar UKSW. Dengan penampilan yang mencolok, mereka dengan elegan menunjukkan identitas diri sebagai komunitas Punk.

Kehadiran komunitas Punk di Salatiga mengalami berbagai tanggapan, ada masyarakat yang menganggap mereka sebagai sekelompok kaum muda yang hanya akan meganggu kenyamanan. Namun disisi yang lain ada masyarakat yang merasa biasa saja, menganggap komunitas ini sebagai bagian dari realitas kehidupan sosial. Tidak sedikit remaja dan kaum muda di sekitar kampus UKSW ikut bergaul dan hidup bersama komunitas Punk.

Bersamaan dengan ini, penulis menegaskan bahwa dalam kurun waktu yang sama penelitian tentang punk di Indonesia telah dilakukan, baik itu di Salatiga, Yogyakarta, Surabaya, Solo, Bandung, akan tetapi belum ada realisasi atau penyelesaian dari setiap topik yang ditawarkan. Penelitian tersebut berkisar tentang hubungan punk dengan musik dan media, hubungan punk dengan agama, hubungan punk dunia dan ideologi mereka. Memang kemunculan dan


(6)

6

perkembangan punk di Salatiga sangat tidak jelas, dalam artian bahwa belum ada kepastian kapan, siapa bagaimana dan apa bentuknya (faktor-faktor apa yang mempengaruhi) komunitas itu.

Melihat sejarah dan keberadaan komunitas Punk, sebagai sebuah gaya hidup yang lahir dari sebuah prinsip kemudian dituangkan melalui sikap anti kemapanan, amat menarik untuk diketahui latarbelakangnya khususnya keberadaan komunitas punk di Salatiga, dan hubungan antara sejarah Punk dan Komunitas Punk di Salatiga.

1.2.

Perumusan Masalah

Sebelum melakukan suatu rumusan masalah, maka perlu terlebih dahulu diketahui apa yang dimaksud dengan masalah itu sendiri, seperti apa yang dikemukakan oleh Surachmad (John; 2003), bahwa:

“masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya, masalah harus dirasakan sebagai suatu rintangan yang mesti dilalui”.

Sedangkan Sumardi Suryabrata (John; 2003), rumusan masalah didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:

1) Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. 2) Perumusan hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinnya

pengumpulan data dan menjawab rumusan itu. 3) Perumusan itu hendaknya padat dan jelas

Berbekal pemahaman di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1.2.1. Bagaimanakah Keberadaan Komunitas Punk di Salatiga? 1.2.2. Bagaimanakah Hubungan Sejarah Punk di Inggris dengan


(7)

7

1.3.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian sebagai jawaban atas masalah dirumuskan sebagai berikut :

1.3.1. Menggambarkan Keberadaan Komunitas Punk di Salatiga.

1.3.2. Menggambarkan Hubungan Antara Sejarah Punk dengan Komunitas Punk Di Salatiga.

1.4.

Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini :

Pertama, secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan pemahaman terutama bagi yang berminat terhadap persoalan komunitas Punk, hasil penelitian diharapkan dapat membantu memberikan informasi dan memperkaya khasanah pengetahuan tentang komunitas Punk di Indonesia.

Kedua, secara praktis, hasil penelitian selain akan memberikan masukan bagi komunitas Punk sendiri, hasil penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap masyarakat Salatiga khususnya dalam memandang komunitas Punk di Salatiga.

1.5.

Ruang Lingkup Penelitian

Dalam setiap penulisan ilmiah harus ditetapkan adanya pokok bahasan. Pokok bahasan berfungsi mencegah timbulnya kerancauan pengertian dan kekaburan wilayah persoalan. Sesuai dengan yang dikatakan Koentjaraningrat (1981: 17) bahwa: ’dalam setiap penelitian perlu adanya ruang lingkup. Hal ini penting supaya penulis tidak terjerumus dalam sekian banyak data yang diteliti.

Berpijak dari latar belakang masalah maka penelitian ini hanya memfokuskan pada penggambaran terhadap keberadaan komunitas punk di Salatiga, serta hubungan antara sejarah punk dengan punk di Salatiga. Karenanya yang menjadi obyek penelitian ini adalah komunitas punk di kota Salatiga. Komunitas punk di Kota salatiga inipun diperkecil lagi menjadi komunitas punk di Salatiga yang berada disekitar kampus UKSW, baik dijalan di Ponegoro, Kemiri, Kauman ataupun beberapa tempat lain di sekitar UKSW.


(8)

8

1.6.

Posisi dan Keaslian Penelitian

Sebagaimana telah sedikit disinggung pada bab i bahwa pada rentang waktu antara 2003 hingga 2007 terdapat berbagai penelitian tentang punk. Akan tetapi semua penelitian ini lebih memfokuskan diri pada penelitian terhadap hubungan punk dengan media ataupun punk dengan nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Penelitian tersebut berkisar tentang hubungan punk dengan musik dan media, hubungan punk dengan agama, hubungan punk dunia dan ideologi mereka. Sedangkan punk sendiri nampaknya merupakan bentuk ekspresi perlawanan terhadap berbagai nilai yang terus menjaga kemapanan elit penguasa.

Berbagai penelitian yang ada sepertinya lebih memfokuskan hubungan punk dengan nilai, sedangkan yang terlewatkan adalah tindakan-tindakan yang secara sadar dilakukan untuk melakukan perlawanan sosial melalui ekspresi diri dalam simbol-simbol dan tindakan punkers. Oleh karenanya penelitian ini sengaja untuk memfokuskan perhatiannya terhadap penggambaran keberadaan komunitas punk di Salatiga dan penggambaran antara hubungan sejarah punk dengan punk di Inggris.

1.7.

Defenisi Operasional Konsep

Konsep dalam konteks penelitian ini adalah unsure penting dan merupakan defenisi yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial (Singarimbun, 1981:24). Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama.

Ada beberapa konsep utama yang digunakan dalam penelitian ini, yakni punk, gaya hidup dan prinsip, anarki (Anarkisme). Defenisi yang jelas dari konsep ini penting untuk diketahui agar penelitian dapat dipahami oleh masyarakat yang lebih luas, sedangkan operasionalisasi konsep penting agar variable penelitian didapatkan dan bisa diukur, sehingga memudahkan peneliti untuk fokus dalam menjawab masalah penelitian (Singarimbun 1981:24-29).


(9)

9 1.7.1. Punk

Punk menunjuk pada gerakan perlawanan dan pemberontakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja di Inggris pada tahun 1970-an. Kemudian segera merambah keberbagai pelosok bumi. Masalah ekonomi dan keuangan yang dialami Inggris memicu kemerosotan moral elit politik, sehingga akhirnya memicu pengangguran dan kriminalitas. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, bait yang cepat dan menghentak. Selain melalui musik dan lirik punk juga melalukan perlawanan melalui gaya hidup dan gaya berpakian.

Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, sering dianggap sebagai perusuh dari kelas rendah, sering mabuk-mabukkan.

Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) punk diartikan sebagai pemuda yang ikut gerakan menentang masyarakat yang mapan, dengan menyatakannya lewat musik, gaya berpakian, dan rambut yang khas. (KBBI 2002 : 798-799). Dalam rentang waktu antara 1970-an pada saat lahirnya punk di Inggris sampai dengan saat ini punk telah menjadi subkultur.

Jadi punk menunjuk pada gerakan anak muda yang melawan kepamapanan budaya borjuis kapitalis dengan musik, gaya hidup dan gaya berpakian. Umumnya kelompok ini berasal dari kelas pekerja yang seringkali tidak diperhatikan oleh pemerintah. Jadi komunitas punk adalah gerakan anak muda yang memegang


(10)

10

prinsip perlawanan dan pemberontakan terhadap budaya mapan yang berpihak pada kelompok masyarakat elit.

1.7.2. Gaya Hidup Dan Prinsip (ideologi)

Manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).

Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).

Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat. Akibatnya punk dicap sebagai musik rock and roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.

Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos" yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai


(11)

11

mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu manfaatkan media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.

1.7.3. Anarkisme (Anarki)

Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.

Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.

Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself/lakukan sendiri).

Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi lazim disebut dengan gerakan Anarko-punk.


(12)

12

1.8.

Kerangka Pemikiran

Bagan 1.

Alur Kerangka Pikir Penelitian

Fenomena kehadiran komunitas Punk dalam realitas kehidupan masyarakat telah merebak luas diberbagai Kota di Indonesia, Salatiga sebagai Kota Madya tak luput dari fenomena tersebut. Pada saat ini, di Salatiga khususnya disekitar kampus UKSW bahkan di UKSW Salatiga kita dapat menjumpai sekelompok komunitas Punk dengan gaya berpakian yang mencolok, dan berbagai atribut yang khusus dan unik sebagai simbol dengan berbagai makna yang ingin disampaikan pada publik.

KEBERADAAN

KOMUNITAS PUNK DI

SALATIGA

(Dilihat dari Sejarah Lahir, Keberadaan dan Tindakan)

KOMUNITAS PUNK DI

SALATIGA

HUBUNGAN

DI SALATIGA

DENGAN DI INGGRIS

(Dilihat dari Konteks Lahir dan

Prinsip-Prinsip Punk)

SEJARAH LAHIRNYA

PUNK DI INGGRIS


(13)

13

Berangkat dari judul penelitian sebenarnya telah cukup tergambar apa yang ingin dicapai melalui penelitian ini. Akan tetapi lebih tampak jelas jika memperhatikan tujuan penelitian; Pertama, Menggambarkan Keberadaan Komunitas Punk di Salatiga; Kedua, Menggambarkan Hubungan Antara Sejarah Punk dengan Komunitas Punk Di Salatiga. Dua hal yang ingin digambarkan dalam penelitian ini merupakan suatu kesatuan. Berbekal pemahaman akan keberadaan punk di Salatiga dan gambaran kelahiran punk di Inggris merupakan kunci gerbang untuk menggambarkan hubungan punk di Salatiga dengan punk di Inggris.

Keberadaan punk digambarkan melalui penggambaran sejarah lahirnya komunitas punk di Salatiga, keberadaan komunitas anak muda sebagai komunitas punk, punk di Salatiga dilihat dari prinsip dan tindakannya, hingga pada penggambaran golongan-golongan punk di Salatiga.

Sedangkan hubungan punk di Salatiga dengan punk di Inggris digambarkan melalui penggambaran komunitas punk, penggambaran konteks lahirnya punk di Inggris dan punk di Salatiga, Prinsip-prinsip punk di Inggris dan punk Di Salatiga, Penggambaran persamaan dan perbedaan antara punk di Inggris dan punk di Salatiga.

Berberapa gambaran landasan pikir di atas merupakan landasan pikir yang melatarbelakangi penelitian tentang Komunitas Punk di Salatiga ini. Runtutan proses berpikir ini kemudian dijadikan acuan bagi proses penelitian hingga pada tahap analisis dan pelaporan hasil penelitian.

1.9.

Sistematika Penulisan

Studi terhadap komunitas punk di Salatiga; terkait dengan penggambaran keberadaan komunitas punk hingga pada hubungan antara komunitas punk di Salatiga dengan awal berdirinya punk di Inggris diakomodir dalam sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, pada bab ini dijelaskan tentang situasi problematik penelitian hingga manfaat penelitian. Penentuan siatuasi problematik penelitian


(14)

14

mengantarkan pada rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II Landasan Teori, merupakan sajian teoritis tentang berbagai konsep-konsep yang relevan dan akan digunakan dalam penelitian. Diantaranya konsep-konsep tentang gerakan sosial, punk sebagai identitas sosial, punk yang identik dengan anarkisme, Anakisme dan Marxisme, Varian-varian anarkisme, sub kultur dan golongan-golongan punk.

Bab III Metode Penelitian, dengan menggunakan metode yang relevan dengan masalah penelitian, peneliti akan terhindar dari cara kerja yang spekulatif. Oleh karena itu peneliti harus mampu memilih dan menggunakan metode yang dapat mengungkapkan masalah yang dihadapinya secara tuntas. Pada sub bagian ini diuraikan tetang jenis pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, unit amatan dan unit analisis, jenis dan sumber data, teknik analisis, kemudian pada bagian akhir diuraikan tentang sistematika penulisan.

Bab IV Gambaran Wilayah Penelitian, pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran lokasi penelitian dan gambaran umum Kota Salatiga. Gambaran wilayah penelitian selain berisi deskripsi tentang Kota Salatiga juga dimuat tentang data kependudukan. Sedangkan Gambaran umum komunitas punk adalah gambaran berupa pengetahuan awal tentang keberadaan komunitas punk di Salatiga.

Bab V Komunitas Punk Di Salatiga, merupakan bab yang akan menggambarkan sejarah berdiri sekaligus keberadaan komunitas punk di Salatiga. Bab ini dimulai dengan sejarah komunitas punk di Salatiga, kaum muda dan komunitas punk, komunitas punk di Salatiga; prinsip dan tindakan dan golongan-golongan punk di Salatiga.

Bab VI Hubungan Komunitas Punk Di Salatiga Dengan Latar Belakang Sejarah, Analisis pada bab ini memfokuskan perhatian terhadap hubungan sejarah antara punk di Salatiga dan kelahiran punk di Inggis. Dua hal yang mendasar bagi kacamata hubungan ini adalah pertama ditinjau dari aspek konteks yang melatarbelakangi kelahiran dari komunitas ini, kedua aspek prinsip sebagai aspek yang merupakan substansi dari komunitas punk sebagai gerakan sosial.


(15)

15

Bab VII Kesimpulan, bagian ini dikemukakan uraian hasil penelitian secara ringkas yang dituangkan dalam bentuk kesimpulan dan saran-saran yang menjadi pertimbangan bagi komunitas punk, dan masyarakat dalam memahami komunitas punk.


(1)

10

prinsip perlawanan dan pemberontakan terhadap budaya mapan yang berpihak pada kelompok masyarakat elit.

1.7.2. Gaya Hidup Dan Prinsip (ideologi)

Manusia memuaskan kelaparannya akan pengetahuan dengan dua cara. Pertama, melakukan penelitian terhadap lingkungannya dan mengatur hasil penelitian tersebut secara rasional (sains). Kedua, mengatur ulang lingkungan terdekatnya dengan tujuan membuat sesuatu yang baru (seni).

Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).

Punk selanjutnya berkembang sebagai buah kekecewaan musisi rock kelas bawah terhadap industri musik yang saat itu didominasi musisi rock mapan, seperti The Beatles, Rolling Stone, dan Elvis Presley. Musisi punk tidak memainkan nada-nada rock teknik tinggi atau lagu cinta yang menyayat hati. Sebaliknya, lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu punk menceritakan rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan berkompromi dengan hukum jalanan, pendidikan rendah, kerja kasar, pengangguran serta represi aparat, pemerintah dan figur penguasa terhadap rakyat. Akibatnya punk dicap sebagai musik rock and roll aliran kiri, sehingga sering tidak mendapat kesempatan untuk tampil di acara televisi. Perusahaan-perusahaan rekaman pun enggan mengorbitkan mereka.

Gaya hidup ialah relatif tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata "ideas" dan "logos" yang berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan tempat, waktu dan situasi maka punk kalisari pada saat ini mulai


(2)

11

mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu manfaatkan media sebelum media memanfaatkan kita. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya masing-masing.

1.7.3. Anarkisme (Anarki)

Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.

Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.

Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself/lakukan sendiri).

Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi lazim disebut dengan gerakan Anarko-punk.


(3)

12

1.8.

Kerangka Pemikiran

Bagan 1.

Alur Kerangka Pikir Penelitian

Fenomena kehadiran komunitas Punk dalam realitas kehidupan masyarakat telah merebak luas diberbagai Kota di Indonesia, Salatiga sebagai Kota Madya tak luput dari fenomena tersebut. Pada saat ini, di Salatiga khususnya disekitar kampus UKSW bahkan di UKSW Salatiga kita dapat menjumpai sekelompok komunitas Punk dengan gaya berpakian yang mencolok, dan berbagai atribut yang khusus dan unik sebagai simbol dengan berbagai makna yang ingin disampaikan pada publik.

KEBERADAAN

KOMUNITAS PUNK DI

SALATIGA

(Dilihat dari Sejarah Lahir, Keberadaan dan Tindakan)

KOMUNITAS PUNK DI

SALATIGA

HUBUNGAN

DI SALATIGA

DENGAN DI INGGRIS

(Dilihat dari Konteks Lahir dan

Prinsip-Prinsip Punk)

SEJARAH LAHIRNYA

PUNK DI INGGRIS


(4)

13

Berangkat dari judul penelitian sebenarnya telah cukup tergambar apa yang ingin dicapai melalui penelitian ini. Akan tetapi lebih tampak jelas jika memperhatikan tujuan penelitian; Pertama, Menggambarkan Keberadaan Komunitas Punk di Salatiga; Kedua, Menggambarkan Hubungan Antara Sejarah Punk dengan Komunitas Punk Di Salatiga. Dua hal yang ingin digambarkan dalam penelitian ini merupakan suatu kesatuan. Berbekal pemahaman akan keberadaan punk di Salatiga dan gambaran kelahiran punk di Inggris merupakan kunci gerbang untuk menggambarkan hubungan punk di Salatiga dengan punk di Inggris.

Keberadaan punk digambarkan melalui penggambaran sejarah lahirnya komunitas punk di Salatiga, keberadaan komunitas anak muda sebagai komunitas punk, punk di Salatiga dilihat dari prinsip dan tindakannya, hingga pada penggambaran golongan-golongan punk di Salatiga.

Sedangkan hubungan punk di Salatiga dengan punk di Inggris digambarkan melalui penggambaran komunitas punk, penggambaran konteks lahirnya punk di Inggris dan punk di Salatiga, Prinsip-prinsip punk di Inggris dan punk Di Salatiga, Penggambaran persamaan dan perbedaan antara punk di Inggris dan punk di Salatiga.

Berberapa gambaran landasan pikir di atas merupakan landasan pikir yang melatarbelakangi penelitian tentang Komunitas Punk di Salatiga ini. Runtutan proses berpikir ini kemudian dijadikan acuan bagi proses penelitian hingga pada tahap analisis dan pelaporan hasil penelitian.

1.9.

Sistematika Penulisan

Studi terhadap komunitas punk di Salatiga; terkait dengan penggambaran keberadaan komunitas punk hingga pada hubungan antara komunitas punk di Salatiga dengan awal berdirinya punk di Inggris diakomodir dalam sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, pada bab ini dijelaskan tentang situasi problematik penelitian hingga manfaat penelitian. Penentuan siatuasi problematik penelitian


(5)

14

mengantarkan pada rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II Landasan Teori, merupakan sajian teoritis tentang berbagai konsep-konsep yang relevan dan akan digunakan dalam penelitian. Diantaranya konsep-konsep tentang gerakan sosial, punk sebagai identitas sosial, punk yang identik dengan anarkisme, Anakisme dan Marxisme, Varian-varian anarkisme, sub kultur dan golongan-golongan punk.

Bab III Metode Penelitian, dengan menggunakan metode yang relevan dengan masalah penelitian, peneliti akan terhindar dari cara kerja yang spekulatif. Oleh karena itu peneliti harus mampu memilih dan menggunakan metode yang dapat mengungkapkan masalah yang dihadapinya secara tuntas. Pada sub bagian ini diuraikan tetang jenis pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, unit amatan dan unit analisis, jenis dan sumber data, teknik analisis, kemudian pada bagian akhir diuraikan tentang sistematika penulisan.

Bab IV Gambaran Wilayah Penelitian, pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran lokasi penelitian dan gambaran umum Kota Salatiga. Gambaran wilayah penelitian selain berisi deskripsi tentang Kota Salatiga juga dimuat tentang data kependudukan. Sedangkan Gambaran umum komunitas punk adalah gambaran berupa pengetahuan awal tentang keberadaan komunitas punk di Salatiga.

Bab V Komunitas Punk Di Salatiga, merupakan bab yang akan menggambarkan sejarah berdiri sekaligus keberadaan komunitas punk di Salatiga. Bab ini dimulai dengan sejarah komunitas punk di Salatiga, kaum muda dan komunitas punk, komunitas punk di Salatiga; prinsip dan tindakan dan golongan-golongan punk di Salatiga.

Bab VI Hubungan Komunitas Punk Di Salatiga Dengan Latar Belakang Sejarah, Analisis pada bab ini memfokuskan perhatian terhadap hubungan sejarah antara punk di Salatiga dan kelahiran punk di Inggis. Dua hal yang mendasar bagi kacamata hubungan ini adalah pertama ditinjau dari aspek konteks yang melatarbelakangi kelahiran dari komunitas ini, kedua aspek prinsip sebagai aspek yang merupakan substansi dari komunitas punk sebagai gerakan sosial.


(6)

15

Bab VII Kesimpulan, bagian ini dikemukakan uraian hasil penelitian secara ringkas yang dituangkan dalam bentuk kesimpulan dan saran-saran yang menjadi pertimbangan bagi komunitas punk, dan masyarakat dalam memahami komunitas punk.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB V

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB VI

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga)

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga)

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Remaja Akhir yang Tergabung dalam Komunitas Punk di Kota Salatiga Untuk Tetap Bertahan di Jalanan

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Ketergantungan Minuman Beralkohol terhadap Kepercayaan Diri Individu sebagai Anggota Band Musik Punk di Salatiga T1 132010106 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Ketergantungan Minuman Beralkohol terhadap Kepercayaan Diri Individu sebagai Anggota Band Musik Punk di Salatiga T1 132010106 BAB II

0 3 11

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Transformasi Komunitas Punk di Condong Catur Yogyakarta dalam Prespektif Modal Sosial T1 BAB I

0 0 6