Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB IV

BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas sepintas tentang beberapa item dari kondisi
fisik wilayah Kota Salatiga sebagai pengetahuan umum tentang tempat dimana
komunitas punk dalam penelitian ini berada. Beberapa eksponen dimaksud adalah
letak geografis kota Salatiga, penduduk Kota Salatiga, Gambaran komunitas Punk
di Salatiga. Uraian ini dimaksudkan sebagai gambaran kondisi kewillayahan
untuk mengetahui komunitas punk di Salatiga.

4.1.

Gambaran Umum Wilayah Penelitian
4.1.1.

Letak dan Keadaan Geografis Kota Salatiga

Salatiga menjadi daerah Adminitratif Tingkat II barulah setelah Indonesia
merdeka. Saat ini berdasarkan Undang-Undang Otonomi daerah Salatiga menjadi
daerah otonom dan merupakan salah satu bagian dari wilayah Provinsi Jawa
Tengah. Secara geografis Salatiga terletak di 110 28' 37.79" - 110o 32' 39.79" BT

ini memiliki luas keseluruhan wilayah 17,87 Km2. Secara administratif Kota
Salatiga terbagi menjadi 4 kecamatan yaitu; Kecamatan Sidorejo, Kecamatan
Argomulyo, Kecamatan Sidomukti, Kecamatan Tingkir dan terdiri dari 22
kelurahan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah No. 11 tahun 2003 tentang
perubahan Desa menjadi Kelurahan.
Secara morfologis Salatiga merupakan daerah yang terletak di daerah
pedalaman kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil lainnya antaralain
Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong. Karena letak dan posisi Salatiga
yang berada di tengah-tengah Kabupaten Semarang dengan demikian Kota
Salatiga dibatasi beberapa Desa yang berada di wilayah Kabupaten Semarang,
adapun batas-batas tersebut adalah:

55

1

Sebelah Utara

: Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan, Desa
Pejaten), dan Kecamatan Tuntang (Desa

Kesongo, Desa Watu Agung)

2

Sebelah Selatan

: Kecamatan Pabelan (Desa Ujung-ujung,
Desa Sukpharjo, dan Desa Glawan); dan
Kecamatan Tengaran (Desa Bener, Desa
Tegal waton, dan Desa Nyamat)

3

Sebelah Timur

: Kecamatan Getasan (Desa Sumogawe,
Desa Samirono, dan Desa Jetak) dan
Kecamatan Tengaran (Desa Patemon,
Desa Karang Duren)


4

Sebelah Barat

: Kecamatan

Getasan

dan

Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang.

56

Gambar 4.1
Peta Kota Salatiga

Salatiga terletak dipersimpangan 3 kota besar di Jawa Tengah yaitu,

Semarang, Solo dan Yokyakarta. Tiga kota besar tersebut boleh dikatakan amat
mudah dijangkau dari Salatiga dengan menempuh jalan darat. Jarak Tempuh
Salatiga ke Kota Semarang sekitar 47 Km, Salatiga ke Solo sekitar 53 Km
sedangkan Yokyakarta sekitar 100 Km. Itulah sebabnya Salatiga adalah sebuah
kota yang dihimpit oleh 3 kota besar Semarang, Solo dan Yokyakarta
(Joglosemar).
Letak wilayah yang dihimpit oleh tiga kota seperti dijelaskan di atas
sangat berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan sosial ekonomi di
57

Salatiga. Terdapat tiga jenis industri besar yang bergerak dalam bidang
perstekstilan, ban, dan pemotongan hewan yang ada di kota ini. Begitu pula
dengan dunia kewirausahaan seperti industri kecil dan rumah tangga, tampak
dalam berbagai bentuk barang produksi. Di kota ini industri konveksi mencapai
126 buah. Selain konveksi, industri kecil lainnya juga ikut meramaikan ekonomi
Salatiga adalah industri makanan, dendeng dan abon rasa manis, asin, dan pedas
atau keripik paru misalnya adalah makanan yang banyak diminati untuk dijadikan
oleh-oleh. Berkembangnya sektor industri ikut memacu kegairahan dunia
perdagangan, letaknya di presimpangan jalan menuju Kota Semarang, solo, dan
yogyakarta, makin menguntungkan sektor perdagangan Salatiga.


4.1.2.

Kependudukan

Berdasarkan data Salatiga dalam angka tahun 2006 dapat diketahui bahwa
jumlah penduduk Kota Salatiga tercatat berjumlah 176.090 jiwa. Dibandingkan
dengan data penduduk tahun 2005 jumlah penduduk Kota Salatiga tercatat
176,102 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Salatiga tahun 2004 adalah -0,05 dan
pada tahun 2006 laju pertumbuhan penduduknya yaitu -0,01. hal ini menunjukkan
bahwa laju pertumbuhan penduduk tahun 2005 lebih besar dari tahun 2006.
Menurut jenis kelamin, data penduduk Kota salatiga tercatat laki-laki 87.057 jiwa
sedangkan perempuan 89.033 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa persentase
jumlah penduduk laki-laki lebih kecil yaitu 49% dan persentase jumlah penduduk
perempuan lebih besar yaitu 51%.

Sedangkan rata-rata kepadatan penduduk

sebesar 2.578 jiwa setiap kilometer persegi. Rata-rata penduduk per rumah tangga
tercatat sebesar 4.61 jiwa. Kepadatan penduduk sebagian besar terletak di

wilayah-wilayah pusat kota, hal ini di sebabkan karena kondisi dan fungsi kota
sebagai pusat dan magnet pergerakan ekonomi masyarakat. Selain itu juga
kehadiran beberapa perguruan tinggi dan pusat-pusat pendidikan tinggi yang
berada di wilayah perkotaan menyebabkan banyaknya masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah perkotaan karena dianggap sebagai pusat aktivitas
perekonomian. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 1 beikut ini
mengenai kepadatan penduduk per Kecamatan.

58

Tabel 4.3.
Kepadatan Penduduk per Kecamatan, Tahun 2006
No Kecamatan

Luas Kelurahan

Jumlah

Kepadatan


(km²)

Penduduk

per km²

1

Argomulyo

18,526

41,720

2,252

2

Tingkir


10,549

43,262

4,101

3

Sidomukti

11,459

39,485

3,446

4

Sidorejo


16,247

51,623

3,177

Sumber: Salatiga Dalam Angka 2006, diolah.
Grafik 4.1.
Kepadatan Penduduk per Kecamatan, Tahun 2006
Luas Kelurahan (km²)

Sidorejo,
16,247

Argomulyo,
18,526

Sidomukti,
11,459


Argomulyo

Tingkir,
10,549

Sidomukti

Tingkir

Sidorejo

Berdasarkan data keadaan penduduk tersebut, terlihat bahwa tingkat
pertambahan dan pertumbuhan penduduk terus mengalami perubahan, yang
diikuti dengan tingkat kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini akan
berimplikasi terhadap tingginya kebutuhan masyarakat akan ruang publik dan
ketersediaan lapangan pekerjaan. Di satu sisi kondisi sektor perekonomian formal
di Salatiga belum mampu menyerap tenaga kerja dan membuka peluang kerja
bagi masyarakatnya.

59


4.2.

Biografi Singkat Kota Salatiga
Salatiga terbentuk dari pelbagai campur-tangan, terutama dalam

penyempurnaan sistem administrasi dan birokrasi pedesaan yang didasari oleh
cultuur stelsel.
Belanda mengambil peranan dalam perubahan yang terjadi dalam ‘area’
Salatiga, dengan didirikannya benteng-benteng militer pada tahun 1746. Bentengbenteng militer yang dibangun dan dilengkapi fasilita-fasilitas seperti RumahSakit yang sampai sekarang masih tetap berdiri (ada), pemukiman-pemukiman
yang lengkap dengan WC umum dan tempat pembuangan limbah rumah tangga.
Pada tahun 1747, Salatiga ditetapkan sebagai kabupaten yang kemudian
pada tahun 1895 status tersebut dipindahkan ke Semarang. Tahun 1895 sampai
dengan

tahun

1928,

Salatiga

menyanding

status

kepatihan.

Keadaan

bertambahnya pemukiman Belanda serta banyaknya pembukaan perkebunan dan
kebijakan cultuur stelsel memberikan dampak pada peningkatan status bagi
’Kota’ Salatiga, dimana hal tersebut mengandung arti peningkatan fasilitas
pemukiman seperti; listrik, air minum, hotel, transportasi (ESTO), pendidikan.
Bersamaan dengan masuknya Belanda dan bermukim di Salatiga, maka
turut juga berkembang pengkabaran injil dikalangan para pekerja perkebunan dan
terbentuknya lembaga-lembaga penginjilan. Perkembangan Salatiga setelah
menjadi kota meliputi 6 (enam) desa. Wilayah utara berada di desa Domas,
wilayah timur berada di jembatan Nanggulan, wilayah barat di desa Banyuputih
dan wilayah selatan berada di jembatan Ngaglik.
Wilayah kota Salatiga berada pada wilayah kabupaten Semarang. Pada
tahun 1975, sebelum Salatiga ditetapkan sebagai ‘Kotamadya’, Salatiga
berpotensi sebagai ibukota kabupaten Semarang.
Dalam berbagai bentuk telah ter-diskripsikan, bahwa perubahanperubahan yang terjadi baik dalam segi Status, Administrasi dan Birokrasi telah
turut mengambil bagian dalam perubahan budaya dan kemasyarakatan. Salatiga
yang pada awalnya hanya didominasi hutan-hutan, kemudian berubah menjadi
area perkebunan yang merupakan hasil dari Kebijakan Politik Tanam Paksa.
Kehidupan bermasyarakat yang sangat individualis juga disebutkan sebagai salah

60

satu bentuk dari perubahan-perubahan yang terjadi apabila dibandingkan dengan
keadaan bermasyarakat pada tahun-tahun sebelumnya.

4.3.

Gambaran Umum Punk Di Kota Salatiga
Punk sebagai sebuah gerakan sosial yang hidup dan berkembang di

Amerika dan Inggris, hingga saat ini telah menjadi perlawanan kolektif dari
hampir seluruh belahan dunia. Melalui media massa dan musik, idiologi Punk
dikenal kemudian dianut sebagai sebuah gerakan. Di Salatiga Punk dikenal
kemudian dianut oleh angkatan muda yang mayoritas adalah mahasiswa melalui
media massa dan aliran musik. Pada saat ini berdasarkan data dilapangan
setidaknya telah ada empat golongan punk yaitu, anarcho punk, glam punk, ska
punk, dan punk fashion. Secara lebih detail penggambaran masing-masing
golongan terdapat pada bab v dalam tulisan ini.
Tema-tema perlawanan komunitas punk tergambar juga pada prinsipprinsip perlawanan terhadap kapitalisme, terhadap pemerintahan yang menurut
kelompok ini merupakan sistem yang berpihak pada kelompok masyarakat
atas/elit. Perlawanan komunitas punk dituangkan dalam berbagai simbol-simbol,
yang paling nampak adalah demonstrasi gaya berpakian, dan asesoris-asesoris
yang mencolok dan berbeda dengan masyarakat umumnya. Simbol-simbol ini
sengaja dipakai untuk memperolok kemapanan yang ada. Tema-tema dari simbol
ini juga meruapakan warna keberpihakan komunitas ini terhadap kelompok
masyarakat pekerja.
Selain melalui gaya berpakian dan asesoris perlawanan komunitas ini
dituangkan dalam media musik. Pada saat ini terdapat aliran musik sendiri yang
disebut punk, dengan irama (musik) yang menghentak-hentak dan berisi teriakanteriakan keras. Melalui lirik lagu dan musik, rasa tidak puas, ketidak terimaan
terhadap keadaan dituangkan oleh komunitas punk.
Secara umum punk dapat dijumpai di Salatiga setelah memasuki tahun
2001. Lahirnya punk di Salatiga tidak lepas dari keberadaan kampus, khususnya
kampus Universitas Kristen Satya Wacana. Masuk keluarnya mahasiswa dari
berbagai kota di universitas di Salatiga, juga menjadi pintu masuk bagi berbagai

61

kebiasaan-kebiasaan baru bagi masyarakatnya. Demikian juga masuknya punk
dimulai dari keluar masuknya kaum muda ke Salatiga untuk kepentingan
pendidikan.
Hingga saat

ini

komunitas punk di

Salatiga telah mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Menurut penuturan, pada tahun 2001-an
walaupun sudah ada anak punk di Salatiga, namun masih jarang sekali dijumpai.
Pada saat ini (2009) dengan mudah komunitas ini dapat dijumpai di Salatiga.
Komunitas punk saat ini dapat dengan mudah dijumpai di sekitar kampus UKSW.
Tempat-tempat berkumpul (tongkrongan) komunitas punk terletak di deretan
pedagang kaki lima depan book stoore UKSW. Selain diluar kampus mereka juga
dapat dijumpai di dalam kampus misalnnya didepan posnet UKSW ataupun
disekitar wilayah kafe UKSW.
Walaupun gaya dandanan, asesoris dan musik tertentu menjadi ciri bagi
komunitas punk namun secara subtansial perlawanan atas rasa ketidak puasan-lah
yang diusung oleh komunitas punk. Pada dasarnya Punk bukanlah musik, fashion
akan tetapi merupakan sebuah sikap yang lahir dari sifat memberontak, marah dan
benci, rasa tidak puas. Sedangkan musik dan fashion (gaya berpakian) hanya
merupakan media untuk menyatakan dan menyampaikan sikap atau pesan anti
terhadap kemapanan, sekaligus untuk memperolok budaya yang ada.
Bagi komunitas punk Salatiga perlawanan dan rasa ketidak puasan tidak
hanya disampaikan melalui demontrasi musik dan demonstrasi gaya berpakian
melainkan juga melalui aksi-aksi demontrasi untuk menyatakan orasi-orasi
politik. Contohnya yang paling dekat adalah ketika anggota komunitas punk ikut
dalam demontrasi aliansi masyarakat anti nuklir yang berlangsung pada tahun
2007 hingga awal 2008.

62

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB I

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB V

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB VI

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga)

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga)

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Motivasi Remaja Akhir yang Tergabung dalam Komunitas Punk di Kota Salatiga Untuk Tetap Bertahan di Jalanan

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Ketergantungan Minuman Beralkohol terhadap Kepercayaan Diri Individu sebagai Anggota Band Musik Punk di Salatiga T1 132010106 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Ketergantungan Minuman Beralkohol terhadap Kepercayaan Diri Individu sebagai Anggota Band Musik Punk di Salatiga T1 132010106 BAB IV

0 0 12

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Transformasi Komunitas Punk di Condong Catur Yogyakarta dalam Prespektif Modal Sosial T1 BAB IV

0 0 14